Puji Nur Khasanah BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita,

  proses ini akan menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental, dan social yang dipengaruhi beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta ekonomi. Pada masa kehamilan terdapat berbagai komplikasi atau masalah- masalah yang terjadi, seperti halnya mual dan muntah yang sering dialami pada ibu hamil yang merupakan salah satu gejala paling awal kehamilannya (Tiran,2009).

  Penyebab mual dan muntah ini bermacam-macam antara lain karena adanya perubahan hormone dalam tubuh, seperti peningkatan hormone estrogen, dan dikeluarkannya Human Chorionic Gonodothropine dalam serum (Wiknjosastro,2007). Pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu- minggu awal kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stress dapat memperberat rasa mual dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual misalnya dengan mengkonsumsi makanan seimbang, cukup bergerak dan cukup istirahat. Oleh karena itu calon ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai mual agar ibu dapat menentukan sikap untuk mengatasi masalahnya pada awal kehamilan (Neil, 2010).

  1 Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang sering terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Rasa mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat (Wiknjosastro, 2007). Mual dan muntah yang terjadi pada wanita hamil trimester 1 dan trimester 2 dalam waktu lama yang dapat berlangsung sampai 4 bulan yang dapat menggangu keadaan umum ibu hamil sehari-hari disebut emesis gravidarum (Proverawati, 2009).

  Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi enam minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu (Winkjosastro, 2007).

  Emesis gravidarum akan bertambah berat menjadi hiperemesis gravidarum menyebabkan ibu muntah terus menerus tiap kali minum maupun makan, akibatnya tubuh ibu sangat lemah, muka pucat danfrekuensi buang air kecil menurun derastis sehingga cairan tubuh semakin berkurang dan darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan peredaran darah yang berarti konsumsi oksigen dan makanan kejaringan juga ikut berkurang, kekurangan makanan dan oksigen akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan kesehatan janin yang dikandungnya (Hidayati, 2009).

  Salah satu faktor terjadinya emesis gravidarum adalah stress dimana stress ini merupakan bentuk psikologik yang memegang peranan penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya emesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Kondisi rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup (Mitayani, 2009).

  Sebagian besar ibu hamil 70-80% mengalami morning sickness dan sebanyak 1-2% dari semua ibu hamil mengalami morning sickness yang ekstrim.

  Dari hasil penelitian dalam jurnal Aril tahun 2012 emesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam yaitu 1-3% dari seluruh kehamilandi Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5%, di California, 0,8% di Canada, 0,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan, 1,9% di Turki, dan di Amerika Serikat prevalensi emesis gravidarum adalah 0,5%-2% (Helper, 2008)

  Berdasarkan data Kemenkes (2015) ditemukan bahwa AKI di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 8.606 kasus. Angka ini jelas masih jauh dari yang diharapkan, dengan angka persalinan tenaga kesehatan sebanyak 1.671.193 kasus. Dari data tersebut Provinsi dengan AKI terbanyak yaitu berada didaerah Bengkulu (6.899 kasus) disusul dengan Jawa Tengah, Jawa Barat, JawaTimur, Banten dan lainya.

  Berdasarkan data diatas Jawa Tengah juga masuk dalam Provinsi dengan AKI terbesar, menurut data buku saku kesehatan triwulan ketiga tahun 2015 AKI dijawa tengah mencapai 437 kasus. Disebutkan bahwa AKI terbesar berada di Kabupaten Brebes, di ikutikota Semarang, Tegal, Grobogan dan Banyumas (Dinkes Jateng, 2015).

  Salah satu usaha yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB adalah memberi pelayanan pada ibu hamil dan ibu bersalin secara cermat dan tepat. Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, pemerintah menerapkan strategi Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai pengganti Millennium

  

Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 17 tujuan dan 169 target, salah satu

  taget dari SDGs adalah menurunkan angka kematian ibu yaitu sekitar 306/ 100.000 pada tahun 2019, dan salah satu tujuan dari SDGs adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (Dinkes Jateng, 2015).

  Angka Kematian Ibu (AKI) salah satu penyebabnya ada mual muntah (Emesis Gravidarum) yang biasa terjadi pada ibu hamil. Emesis Gravidarum adalah gejala yang wajar terjadi pada ibu hamil tetapi gejala itu menjadi sangat membahayakan jika Emesis Gravidarum akan bertambah berat menjadi

  

Hyperemesis Gravidarum atau mual muntah terus menerus yang bisa

  mengakibatkan kematian pada ibu dan janin dikandungannya (Rachmaningtyas, 2013).

  Berdasarkan Survay Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup (Rachmaningtyas, 2013).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok diperoleh bahwa jumlah ibu hamil trimester 1 sebanyak 40 orang. Setelah dilakukan wawancara dengan 10 ibu hamil pada trimester 1 didapatkan 8 orang ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum. Dari 8 ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum 5 diantaranya mengatakan tentang mual dan muntah yang terjadi pada pagi hari dan 3 orang mengatakan bahwa kehamilannya tidak direncanakan dan marah tanpa sebab.

  Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi, peneliti melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat stress dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas

  ” B.

   Rumusan Masalah

  Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan tingkat stress dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu trimester 1 di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas ”.

C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan sudah diketahui hubungan tingkat stress dengan kejadian emesis gravidarum pada ibu trimester 1 di wilayah kerja

  Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas.

2. Tujuan Khusus a.

  Mengetahui karakteristik ibu hamil trimester I yang mengalami kejadian emesis gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas.

  b.

  Mengetahui tingkat stress pada ibu hamil trimester 1 di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas.

  c.

  Mengetahui kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas.

  d.

  Mengetahui hubungan tingkat stress dengan kejadian emesis

  gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Puskesmas Untuk memberikan masukan ataupun informasi bagi Puskesamas

  1 Cilongok Kabupaten Banyumas dalam ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum .

  2. Bagi pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan untuk menangani tingkat stress pada ibu hamil dengan emesis gravidarum.

  3. Bagi peneliti

  Untuk menambah wawasan bagi penulis dan berpikir kritis dan melatih untuk memecahkan masalah dalam bidang kesehatan khususnya tentang emesis gravidarum. untuk melengkapi salah satu persyaratan akademik tingkat sarjana Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

E. Penelitian Terkait 1.

  Yunia, dkk. (2014) Penelitian ini meneliti tentang Hubungan Dukungan Suami, Usia Ibu, Dan

  Gravida Terhadap Kejadian Emesis Gravidarum.Metode penelitian yang

  digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

  sectional study. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui tidak ada

  hubungan dukungan suami terhadap kejadian emesis gravidarum. Analisa mengenai hubungan usia ibu terhadap kejadian emesis gravidarum didapatkan p value 0,23 dimana p-value > 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara usia ibu terhadap kejadian emesis gravidarum.

  Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui ada hubungan gravida terhadap kejadian emesis gravidarum. Persamaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian yaitu dengan menggunakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan dalam penelitian ini adalah tahun penelitian dan tempat penelitian.

2. Sulistyowati, dkk (2015)

  Penelitian ini meneliti tentang Hubungan Antara Tingkat Stres Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Bps Ny. Sayidah Kendal. Metode penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan longitudinal. Hasil dari penelitian ini adalah Sebagian besar tingkat stress yang dialami oleh responden adalah stress tingkat ringan (79,7%), Sebagian besar responden tidak terjadi hiperemesis (78,5%), Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stress dengan kejadian hiperemesis pada ibu hamil trimester I di BPS Ny.Sayidah Kendal (p value 0,000 ). Persamaan dalam penelitian ini adalah menganalisis factor emesis gravidarum seperti stress. Perbedaan dalam penelitian ini adalah metode penelitian (metode yang dipakai menggunakan longitudinal sedangkan metode yang digunakan peneliti menggunakan cross sectional), kuesioner yang dipakai, pengambilan sampel, tahun penelitian dan tempat penelitian.

3. Novi (2016)

  Penelitian ini meneliti tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan

  

Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester 1 di Puskesmas Kembaran

  1 Kabupaten Kabupaten. Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar ibu hamil memperoleh dukungan social yang tinggi sebanyak 26 responden dan yang tidak mengalami emesis gravidarum sebanyak 24 responden. Ada hubungan antara hubungan social dengan

  

emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 di Puskesmas Kembaran 1

  Kabupaten Banyumas (p value sebesar 0,004). Persamaan dengan penelitian ini adalah desain dengan menggunakan korelasi dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tahun penelitian dan waktu penelitian, variabel penelitian.

  4. Joan, dkk (2012) Penelitian ini meneliti tentang Posttraumatic stress symptoms following pregnancy complicated by hyperemesis gravidarum (gejala stres pasca trauma setelah komplikasi kehamilan oleh hyperemesis gravidarum). Metode ini menggunakan analisis χ-square digunakan untuk membandingkan HG dan kelompok kontrol pada berbagai kehidupan variabel hasil. Hasil dari penelitian ini adalah delapan belas persen wanita dengan HG dilaporkan kriteria penuh PTSS (n = 68). kehidupan negatif hasil mengenai status keuangan dan perkawinan, karir, serta psikologis dan fisik kesejahteraan berbeda secara signifikan untuk kelompok HG dibandingkan dengan kelompok kontrol (0,001 <p <0,05). Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian, tahun penelitian dan waktu penelitian.

  5. Fergus P, dkk (2011) Penelitian ini meneliti tentang A Prospective Cohort Study Investigating Associations between Hyperemesis Gravidarum and Cognitive, Behavioural and Emotional Well-Being in Pregnancy Prospective (Cohort

  Study meneliti gabungan antara hyperemesis gravidarum dan pengetahuan, perilaku dan kesejahteraan emosional dalam kehamilan).

  Metode ini menggunakan study kohort. Hasil dari penelitian ini adalah selama masa penelitian 164 wanita menderita HG sebelum wawancara 15 minggu mereka. Wanita dengan HG memiliki secara signifikan lebih tinggi berarti STAI, PSS, EPDS dan membatasi respon skor kehamilan dibandingkan dengan wanita tanpa HG. Perbedaan ini diamati di kedua 1561 dan 2061 minggu kehamilan. Besarnya perbedaan ini adalah lebih besar pada wanita dengan HG parah dibandingkan dengan semua wanita dengan HG. Wanita dengan HG berat memiliki peningkatan risiko mengalami kelahiran prematur spontan dibandingkan dengan wanita tanpa HG (OR 2,6 [95% C.I. 1.2, 5.7]). Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian, tahun penelitian dan waktu penelitian.