BAB 4 ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM bf728fd045 BAB IVBAB 4

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019

BAB 4
ANALISIS SOSIAL, EKONOMI,
DAN LINGKUNGAN

4.1

Analisis Sosial

Aspek

sosial

terkait

dengan

pengaruh

pembangunan


infrastrukturbidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf
perencanaan,pembangunan,

maupun

pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada tarafperencanaan, pembangunan
infrastruktur

permukiman

seharusnyamenyentuh

aspek-aspek

sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isuyang marak saat ini,
seperti pengentasan kemiskinan sertapengarusutamaan gender.
Sedangkan

terkena

pada
dampak

pemindahan

saat

pembangunankemungkinan

sehingga

penduduk

dan

diperlukan

masyarakat


proseskonsultasi,

pemberian

kompensasi,

maupunpermukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan
ataupengelolaan

perlu

diidentifikasi

apakah

keberadaan

infrastruktur bidangCipta Karya tersebut membawa manfaat atau
peningkatan taraf hidupbagi kondisi sosial ekonomi masyarakat

sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan

yang menyatakan

perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang
Nasional:
 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial
juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar
pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk

4-1

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah
terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender

dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan
data dan statistik gender.
2.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum:
 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara,
dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum
Pihak yang Berhak.

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
 Perbaikan

kesejahteraan


sejumlah

program

kemiskinan

dan

rakyat

dapat

pembangunan

penciptaan

diwujudkan

untuk


kesempatan

melalui

penanggulangan
kerja,

termasuk

peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
 Untuk

mewujudkan

peningkatan

akses

keadilan

dan

dan

partisipasi

kesetaraan
perempuan

gender,
dalam

pembangunan harus dilanjutkan

4.

Peraturan

Presiden


No.

15/2010

tentang

Percepatan

penanggulangan Kemiskinan
 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia
usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat

miskin

melalui

bantuan


sosial, pemberdayaan

masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,
serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan
ekonomi.

4-2

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
5.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan

kepada

Menteri

untuk


melaksanakan

pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan,

pelaksanaan,

pemantauan,

dan

evaluasi

atas

kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif
gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan
masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta
Karya adalah:
1.

Pemerintah Pusat:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang
bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum
yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro
dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan
kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan,

penyusunan,

pelaksanaan,

pemantauan,

dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2.

Pemerintah Provinsi:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang
bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang
bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro

4-3

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan
kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan,

penyusunan,

pelaksanaan,

pemantauan,

dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat
provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta
Karya.
3.

Pemerintah Kabupaten/Kota:
a) Menjamin

tersedianya

tanah

untuk

kepentingan

umum

di

kabupaten/kota.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro
dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi
di tingkat kabupaten/kota.
d) Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan,

penyusunan,

pelaksanaan,

pemantauan,

dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat
kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang
Cipta Karya.

4.1.1 Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta
Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis
sektoral.Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu
kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan
Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai
direktif presiden.

Tabel 4.1

Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten
Bekasi

4-4

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019

No

Lokasi

1.

Kawasan……..
Desa/kel………
Kecamatan……..

2.

Dst……

Jumlah
Penduduk
Miskin

Kondisi
Umum

Jml
Pendk…...
Jml KK
….…

Mata
Pencaharian
secara
umum……
Kond.
Link……….
Kondisi
hunian
umum………
Status
kepemilikan
hunian secara
umum………..

Bentuk
Penanganan
yang Sudah
Dilakukan

Permasalahan

Kebutuhan
Penanganan

Program/
kegiatan…….
Tahun………
Bentuk
Penanganan……

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan
untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin,
yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber

air

minum

berasal

dari

sumur/mata

air

tidak

adalah

kayu

terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan

bakar

untuk

memasak

sehari-hari

bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh

4-5

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah
Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal
Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga
dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
4.1.2 Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas
kegiatanpembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat
ini telahkegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi
ProgramNasional

Pemberdayaan

Masyarakat

(PNPM)

Mandiri

Perkotaan,Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project
(NUSSP),Pengembangan

Infrasruktur

Sosial

Ekonomi

Wilayah

(PISEW),Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat
(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP),
RuralInfrastructure Support

(RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis

Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL),

dan

Studi

Evaluasi

Kinerja

Program

Pemberdayaan

Masyarakat bidang Cipta Karya.

4-6

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Tabel 4.2
Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi
Pengarusutamaan Gender
di Kabupaten Bekasi

Loka
si

Bentuk
Keterlibat
an/ Akses

N
o

Program/Keg
iatan

Tah
un

1

Pemberdayaan Masyarakat

a

PNPM
Perkotaan

b

PISEW

c

PAMSIMAS

d

PPIP

e

RIS PNPM

f

SANIMAS

2

Non Pemberdayaan Masyarakat

a

Penyusunan
RTBL

b

dll

Tingkat
Partisipa
si
Perempu
an
(Jumlah)

Kontrol
Pengambi
lan
Keputusa
n oleh
Peremuan

Manfa
at

Permasala
han yang
Perlu
Diantisipa
si di Masa
Datang

4.1.3 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi,
besarankegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat.
Untukmeminimalisir
penerima

terjadinya

dampakmaka

perlu

konflik
dilakukan

dengan

masyarakat

beberapa

langkah

antisipasi, seperti konsultasi,pengadaan lahan dan pemberian
kompensasi untuk tanah danbangunan, serta permukiman kembali.

4-7

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
1. Konsultasi masyarakat, Konsultasi masyarakat diperlukan untuk
memberikan

informasikepada

masyarakat,

terutama

kelompok

masyarakat yang mungkinterkena dampak akibat pembangunan
bidang Cipta Karya diwilayahnya. Hal ini sangat penting untuk
menampung aspirasimereka berupa pendapat, usulan serta saransaran

untuk

bahanpertimbangan

dalam

proses

perencanaan.

Konsultasi masyarakatperlu dilakukan pada saat persiapan program
bidang Cipta Karya,persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian
kompensasi

atas

tanah

dan

bangunan

terjadi

jika

kegiatan

pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan
milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama
lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa
semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan,
atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang
terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang
memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal
proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan,
rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut
menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi
yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan
pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan
lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk
yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

4-8

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Tabel 4.3
Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang Membutuhkan
Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi
serta Permukiman Kembali
Tahap I

N
o

1.

2.

3.

4.

Komponen
Program
dan
Kegiatan

Konsult
asi

Tahap II
Pemindah
an
Penduduk
Permukim
/
an
Pemberia
Kembali
n
Kompens
asi

Arahan Lokasi

Sebelum
Pemindah
an

Setelah
Pemindah
an

Pengemban
gan
Permukiman
1)
2)
….dst
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
1)
2)
…..dst
Pengemban
gan Air
Minum
1)
2)
….dst
Pengemban
gan PLP
1)
2)
…dst

Output

kegiatan

pembangunan

bidang

Cipta

Karya

seharusnyamemberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut
diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara
sederhana dapatterukur, seperti kemudahan mencapai lokasi
pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat,
hingga pengurangan biayayang harus dikeluarkan oleh penduduk
untuk mendapatkan aksespelayanan tersebut. Hasil identifikasi

4-9

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya
dapat dilihat pada Tabel4.4.

Tabel 4.4
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca
Pelaksanaan Pembangunan
Bidang Cipta Karya
N
o
1.
2.
3.
4.

4.2

Progra
m/
Kegiata
n

Sektor

Loka
si

Tahun
Pelaksana
an

Jml Pend.
yg
Memanfaat
kan

Ket

Pengembangan Permukiman
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Pengembangan Air Minum
Pengembangan PLP

Analisis Ekonomi
Bagian

ini

berisikan

analisis

ekonomi

sebagai

dampak

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, mulai pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan. Beberapa hal
penting untuk dibahas, antara lain:

4.3

Analisis Lingkungan

RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung
dalam hallingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh
negatifpembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap
lingkunganpermukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Kajian aspeklingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan
perundang-undangan,kondisi
analisis

dengan

eksisting

instrumen,serta

lingkungan

pemetaan

dan

antisipasi

sosial,
dan

rekomendasi perlindungan lingkungandan sosial yang dibutuhkan.
1.

UU

No.

32/2009

tentang

Perlindungan

dan

Pengelolaan

Lingkungan Hidup:

4 - 10

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
“Instrumen

pencegahan

pencemaran

dan/atau

kerusakan

lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan
(UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik
perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan
secara konsisten di segala bidang”

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai
adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber
daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan
lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung
lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim”

4.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS
digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan,
rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan
yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu
disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan
dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau
UKL dan UPL.

4 - 11

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang
Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
e. Melaksanakan

pengendalian

pencemaran

dan

kerusakan

kebijakan

mengenai

lingkungan hidup.
f. Menetapkan

dan

melaksanakan

pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan
lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala
daerah.
h. Mengembangkan

dan

menerapkan

instrumen

lingkungan

hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan
masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota.
e. Mengembangkan

dan

menerapkan

instrumen

lingkungan

hidup.

4 - 12

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan
kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
d. Mengembangkan

dan

menerapkan

instrumen

lingkungan

hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut

UU

No.

32/2009

tentang

Perlindungan

dan

PengelolaanLingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis,
yang selanjutnyadisingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh,dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip

pembangunanberkelanjutan

telah

menjadi

dasar

dan

terintegrasi dalam pembangunansuatu wilayah dan/atau kebijakan,
rencana, dan/atau program.KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM
antara lain karena:
1.

RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalamperencanaan
pembangunan infrastruktur.

2.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJMadalah
karena

RPIJM

bidang

Cipta

tataranKebijakan/Rencana/Program.

Karya

berada

Dalam

hal

pada

ini,

KLHS

menerapkanprinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana
dan/atauprogram

menjadi

garda

depan

dalam

menyaring

kegiatanpembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak
negatifterhadap lingkungan hidup
KLHS

disusun

dengandibantu

oleh

oleh
Badan

Tim

Satgas

Pengelola

RPIJM

Lingkungan

Kabupaten/Kota
Hidup

sebagaiinstansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait

Daerah
langsung

4 - 13

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
denganperlindungan

dan

pengelolaan

lingkungan

hidup

di

kota/kabupaten.

Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan
dapatmendorong

terjadinya

pentingnyapenerapan
lingkungan

prinsip

hidupuntuk

transfer

pemahaman

perlindungan

mendorong

dan

terjadinya

mengenai
pengelolaan

pembangunan

berkelanjutan.



Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan
rencana/program

dalam

RPIJM

per

sektor

dengan

mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)
kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman
hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
(4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5)
peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6)
peningkatan

jumlah

penduduk

miskin

atau

terancamnya

keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)

4 - 14

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang
disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap
isu-isu tersebut.
1. Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun
tabel dibawah ini.

Tabel 4.1
Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya

No

Kriteria

1.

Perubahan Iklim
Kerusakan, kemerosotan,
dan/kepunahan
keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana
banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan
lahan.
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya
alam
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau
lahan.
Peningkatan jumlah
penduduk miskin atau
terancamnya
keberlanjutan
penghidupan sekelompok
masyarakat
peningkatan risiko
terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Penilaian
Kesimpulan
Uraian
(signifikan/Tidak
Pertimbangan *)
Siginifikan)

*)

4 - 15

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019

2. Tahap 2
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika
melaluiproses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa
rencana/programdalam
kriteria

penapisan

RPIJM

di

tidak

atas,

berpengaruh

maka

terhadap

berdasarkan

Permen

Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentangPedoman Umum KLHS,
Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapatmenyertakan Surat
Pernyataan

bahwa

ditandatangani

KLHS

oleh

tidak

perlu

Ketua

dilaksanakan,dengan

Satgas

RPIJM

dengan

persetujuanBPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen
RPIJM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam
RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka
Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat
menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di
Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan
sebagai berikut:
a.

Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya
Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan
adalah:
1. Menentukan

secara

tepat

pihak-pihak

yang

akan

dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;
2. Menjamin

diterapkannya

diamanatkan

UU

No.

azas
32

partisipasi

Tahun

2009

yang
tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Menjamin
kebijakan,

bahwa
rencana

hasil

perencanaan

dan/atau

program

dan

evaluasi

memperoleh

legitimasi atau penerimaan oleh publik;
4. Agar

masyarakat

dan

pemangku

kepentingan

mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi,

4 - 16

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
saran,

pendapat,

pembangunan

dan

pertimbangan

berkelanjutan

tentang

melalui

proses

penyelenggaraan KLHS.
Tabel 4.2

Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
dalam Penyusunan
KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan

Lembaga (contoh)

Pembuat Keputusan

a. Bupati/Walikota
b. DPRD

Penyusun kebijakan, rencana dan/atau
program

Dinas PU-Cipta Karya

Instansi

Masyarakat yang memiliki informasi
dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/kelompok)

Masyarakat terkena Dampak

b. Identifikasi

Isu

a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD
a. Perguruan tinggi atau lembaga
penelitian lainnya
b. Asosiasi profesi
c. Perorangan/tokoh
d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
e. Forum-forum pembangunn
berkelanjutan dan lingkungan hidup
f. …..dst
a. Lembaga Adat
b. Asosiasi Pengusaha
c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi masyarakat
e. Kelompok masyarakat tertentu
(nelayan, petani dll)

Pembangunan

Berkelanjutan

Tujuan

identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1. Penetapan

isu-isu

pembangunan

berkelanjutan

yang

meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup
atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
2. Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3. Membantu

penentuan

capaian

tujuan

pembangunan

berkelanjutan.

4 - 17

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019

Tabel 4.3
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta
Karya

Pengelompokan Isu-isu
Pembangunan Berkelanjutan Bidang
Cipta Karya
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air
minum Contoh: Kekeringan,
menurunnya kualitas air

Penjelasan
Singkat*
Kota ... mempunyai
sumber air baku dari
sungai ... yang sudah
tercemar

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi
maksimal Contoh: pencemaran tanah
oleh septictank yang bocor,
pencemaran badan air oleh air limbah
permukiman
Isu 3: dampak kawasan kumuh
terhadap kualitas lingkungan Contoh:
kawasan kumuh menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan Contoh:
pencemaran air mengurangi
kesejahteraan nelayan di pesisir
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit
Contoh: menyebarnya penyakit diare di
permukiman kumuh
*)

c.

Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

4 - 18

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Tabel 4.4
Identifikasi KRP
No
1.

2.

3.

4.

Komponen Kebijakan,
Rencana/Program
Pengembangan Permukiman
1)
2)
….dst
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
1)
2)
…..dst
Pengembangan Air Minum
1)
2)
….dst
Pengembangan PLP
1)
2)
…dst

Kegiatan

Lokasi

d. Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di
Suatu Wilayah
2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,
dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif
perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian,
dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang
dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan
berkelanjutan,

maka

dilakukan

pengembangan

beberapa

alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah
kebijakan, rencana dan/atau program yang ada.
Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah
rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan
mempertimbangkan antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait
dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang

4 - 19

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan
atau

bertentangan

dengan

kaidah

pembangunan

berkelanjutan.
b. Menyesuaikan

ukuran,

skala,

dan

lokasi

usulan

kebijakan, rencana, dan/atau program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas
pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 4.5
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No
1.

2.

3.

4.

usulan

Komponen Kebijakan,
Rencana/Program
Pengembangan Permukiman
1)
2)
….dst
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
1)
2)
…..dst
Pengembangan Air Minum
1)
2)
….dst
Pengembangan PLP
1)
2)
…dst

rencana/program

dalam

Alternatif Penyempurnaan KRP

RPIJM

per

sektor

dengan

mempertimbangkan isu-isu pokok seperti :
1. Perubahan iklim
2. Kerusakan,

kemerosotan,

dan/atau

kepunahan

keanekaragaman hayati

4 - 20

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir,
longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
6. Peningkatan

jumlah

penduduk

miskin

atau

terancamnya

keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
7. Peningkatan

risiko

terhadap

kesehatan

dan

keselamatan

manusia
Isu-isu tersebut menjadi kriteia apakah rencana/program yang
disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu
tersebut. Berikut ini beberapa kajian aspek lingkungan penapisan
rencana/program kegiatan di Kabupaten Bekasi berdasarkan sektorsektor Bidang Cipta Karya.
A. Pengembangan Permukiman
Dalam

membangun

sistim

permukiman,

dampak-dampak

lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra
konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat
pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak
terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut
biasanya timbul akibat adanya dampak social ekonomi yaitu
adanya informasi akan dibangunnya sistim Permukiman yang
berkembang

dimasyarakat,

sedangkan

dampak

pada

masa

konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran
udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative
social ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan
penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang
timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah
tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada
masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca
konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan

4 - 21

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang
telah dibuat sebelum masa konstruksi.

B. Penataan Bangunan dan Lingkungan Permukiman
Dalam

membangun

Permukiman

(PBL),

sistim

Penataan

dampak-dampak

Bangunan
lingkungan

Lingkungan
yang

harus

diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak
pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak
terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut
biasanya timbul akibat adanya dampak social ekonomi yaitu
adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan Bangunan
Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat,
sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak
kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan
konstruksi dan dampak negative social ekonomi akibat perekrutan
pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca
dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu
masyarakat

didaerah

tersebut

dapat

merasakan

pelayanan

Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada
masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca
konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti

dan

melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang
telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena
dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor
PBL dan pemukiman ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut ini
:

4 - 22

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Tabel 4.6
Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi
Sektor PBL Dan Permukiman
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak
I Tahap
Kontruksi
Dampak
Terhadap
komponen
Fisik Kimia

1 Debu

2 Air Sungai

3 Kerusakan
jalan kebun
atau
persawahan

Sumber
Dampak

Mobilisasi
kendaraan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuka
lahan,
penggalian
tanah dan
pembuatan
jalan kerja.
Kegiatan
pembukaan
lahan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuatan
jalan kerja,
penggalian
tanah dan
tumpukan
tanah/bahan
yang tidak
segera
dirapihkan
menimbulkan
sedimentasi
pada air
sungai
terutama musi
hujan.
Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
peralatan
berat dan
material

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Penurunan kualitas
udara terutama debu

Terbatas pada
lokasi
kegiatan
pembangunan
saraana dan
prasarana
permukiman.

Penurunan kualitas
air sungai

Penurunan
kualitas air
sungai
terutama
parameter zat
pada terlarut.

Terjadinya kerusakan
jalan kebun atau
persawahan

Kondisi jalan
bergelombang
dan berlubang

Keterangan

4 - 23

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

Dampak
Terhadap
Komponen
Sosekbud
1. Kesempatan
kerja

Sumber
Dampak

Kegiatan
konstruksi
sarana dan
prasarana
permukiman

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Terserapnya
kesempatan kerja
penduduk disekitar
lokasi kegiatan
pembanguinansarana
dan prasarana
permukiman sesuai
dengan keahliannya,
sehingga dapat
mengurangi tenaga
kerja usia produktif
yang menganggur.

Tenaga kerja
tahap
konstruksi
yang dapat
diserap

Penurunan kualitas
udara dan debu

Timbulnya
penurunan
kualitas udara
terutama Nox,
CO2, O3,
NH3, H2S, Pb,
Hc dan debu

Keterangan

II Tahap
operasional
Dampak
Terhadap
Komponen
Fisik Kimia

1. Kualitas
Udara dan
Debu

Mobilisasi
kendaraan
untuk
menunjang
kegiatan
operasional
sarana dan
prasarana
permukiman

2. Kualitas air
sungai dan
air tanah

Kegiatan dan
operasional
sarana dan
prasarana
permukiman

Penurunan kualitas
air sungai dan air
tanah

Munculnya air
limbah akibat
dari
operasional
sarana dan
prasarana
permukiman

3. Kebisingan

Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
samoah dan
kendaraan
berat di lokasi
TPA

Peningkat intensitas
kebisingan yang
mengurangi
kenyamanan

Peningkatan
intensitas
kebisingan
dengan satuan
dBA

Kegiatan
operasional
sarana dan

Dapat terserapnya
kesempatan kerja
bagi penduduk

Tenaga kerja
kontrak atau
lepas sesuai

Dampak
terhadap
komponen
sesekbud
1. Kesempatan
Kerja

4 - 24

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

Sumber
Dampak
prasarana
permukiman

2. Kesempatan
berusaha

Kegiatan
operasional
sarana dan
prasarana
permukiman

Jenis Dampak

disekitar lokasi
sarana dan prasarana
permukiman sesuai
kebutuhan dan
keahlian
Kesempatan
berusaha

3. Estetika

Pengoprasian
sarana dan
prasarana
permukiman

Proses operasional
sarana dan prasarana
permukiman

4. Kamtibmas

Kegiatan
pengoperasian
sarana dan
prasarana
permukiman

Gangguan keamanan
di lokasi dan sekitar
lokasi kegiatan
sarana dan prasarana
permukiman

5. Kesehatan
pekerja &
masyarakat

Kegiatan
Operasional
sarana dan
prasarana
permukiman

Penurunan kesehatan
masyarakat akibat
operasional sarana
dan prasarana
permukiman

Besaran
Dampak

Keterangan

kebutuhan

Penduduk usia
produktif yang
tidak bekerja
Penurunan
estetika akibat
kegiatan dan
beroperasinya
sarana dan
prasarana
permukiman
Terjadinya
gangguan
keamanan
seperti
pencurian
peralatan
Timbulnya
penyakit
berupa
penyakit kulit,
infeksi saluran
pernafasan
atas dan
infeksi pada
usus

C. Penyehatan Lingkungan Permukiman


Air Limbah
Dalam membangun sistim penyediaan Air Limbah, dampakdampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak
pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan
dampak pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak
terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut
biasanya timbul akibat adanya dampak social ekonomi yaitu

4 - 25

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Air
Limbah yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak
pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya
sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat
adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative social
ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan
penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang
timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat
didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Air Limbah.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada
masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca
konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan
melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL
yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang
terkena dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya
terhadap sektor air limbah ditunjukkan dalam bentuk matriks
berikut ini

Tabel4.7
Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi
Sektor Air Limbah
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak
I Tahap
Kontruksi
Dampak
Terhadap
komponen
Fisik Kimia

1 Debu

Sumber
Dampak

Mobilisasi
kendaraan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuka
lahan,
penggalian
tanah dan
pembuatan
jalan kerja.

Jenis Dampak

Penurunan
kualitas udara
terutama debu

Besaran Dampak

Keterangan

Terbatas pada
lokasi kegiatan
pembangunan
sistim penyediaan
air limbah

4 - 26

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

2 Air Sungai

3 Kerusakan
jalan kebun
atau
persawahan

Dampak
Terhadap
Komponen
Sosekbud
1. Kesempatan
kerja

Sumber
Dampak
Kegiatan
pembukaan
lahan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuatan
jalan kerja,
penggalian
tanah dan
tumpukan
tanah/bahan
yang tidak
segera
dirapihkan
menimbulkan
sedimentasi
pada air
sungai
terutama
musim hujan.
Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
peralatan berat
dan material

Kegiatan
konstruksi
sistim
penyediaan air
limbah

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Penurunan
kualitas air
sungai

Penurunan
kualitas air sungai
terutama
parameter zat
pada terlarut

Terjadinya
kerusakan jalan
kebun atau
persawahan

Kondisi jalan
bergelombang
dan berlubang

Terserapnya
kesempatan
kerja penduduk
yang berada
disekitar lokasi
kegiatan sesuai
dengan
keahliannya,
sehingga dapat
mengurangi
tenaga kerja
usia produktif
yang
menganggur.

Tenaga kerja
tahap konstruksi
yang dapat
diserap

Keterangan

II Tahap
operasional
Dampak
Terhadap
Komponen
Fisik Kimia

4 - 27

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

Sumber
Dampak

Jenis Dampak

Besaran Dampak

1. Kualitas
Udara dan
Debu

Mobilisasi
kendaraan dan
operasional
pompa air
limbah

Penurunan
kualitas udara
dan debu

Timbulnya
penurunan
kualitas udara
terutama Nox,
CO2, O3, NH3,
H2S, Pb, Hc dan
debu

2. Kualitas air
sungai dan
air tanah

Kegiatan
proses
pembuangan
air limbah
hasil
pengolahan

Penurunan
kualitas air
sungai dan air
tanah

Tercemarnya air
sungai dan air
tanah

3. Kebisingan

Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
tinja

Peningkat
intensitas
kebisingan
yang
mengurangi
kenyamanan

Peningkatan
intensitas
kebisingan
dengan satuan
dBA

Keterangan

Dampak
terhadap
komponen
sesekbud
Dapat
terserapnya
kesempatan
kerja bagi
penduduk
disekitar lokasi
IPAL sesuai
kebutuhan dan
keahlian
Kesempatan
berusaha antara
lain sebagai
tukang cuci
kendaraan
pengangkut
tinja
Proses
pengolahan
IPAL yang
terlihat dari luar

1. Kesempatan
Kerja

Kegiatan
operasional
sistim
pengolahan air
limbah

2. Kesempatan
berusaha

Kegiatan
operasional
IPAL

3. Estetika

Pengoprasian
IPAL

4. Kamtibmas

Kegiatan
pengoperasian
IPAL

Gangguan
keamanan di
lokasi

5. Kesehatan

Kegiatan

Penurunan

Tenaga kerja
kontrak atau lepas
sesuai kebutuhan

Penduduk usia
produktif yang
tidak bekerja

Penurunan
estetika berupa
ceceran lumpur
tinja
Terjadinya
gangguan
keamanan seperti
pencurian
peralatan
Timbulnya bau

4 - 28

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak
pekerja &
masyarakat



Sumber
Dampak
Operasional
IPAL

Jenis Dampak

Besaran Dampak

Keterangan

kesehatan
pekerja
(masyarakat)

Drainase
Dalam

membangun

sistim

Drainase,

dampak-dampak

lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat
pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak
pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak
terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut
biasanya timbul akibat adanya dampak social ekonomi yaitu
adanya informasi akan dibangunnya sistim Drainase yang
berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa
konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air,
dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya
pekerjaan konstruksi dan dampak negative social ekonomi
akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk
setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul
adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah
tersebut dapat merasakan pelayanan Drainase.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada
masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca
konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan
melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL
yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran
dampaknya terhadap sektor drainase ditunjukkan dalam bentuk
matriks berikut ini :

4 - 29

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Tabel 4.8.
Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi
Sektor Drainase
Komponen Yang
Sumber
Besaran
Jenis Dampak
Diperkirakan Terkena
Dampak
Dampak
Dampak
I Tahap Kontruksi
Dampak Terhadap
komponen Fisik Kimia
Mobilisasi
kendaraan,
pembuatan
jalan masuk,
Penurunan
pembukaan
Terbatas pada
kualitas udara
1 Debu
lahan untuk
lokasi kegiatan.
kolam retensi, terutama debu
penggalian
tanah dan
pembuatan
jalan kerja.
Kegiatan
pembukaan
lahan untuk
kolam retensi,
pembuatan
jalan masuk,
pembuatan
jalan kerja,
penggalian
tanah dan
Penurunan
Penurunan
2 Air Sungai
tumpukan
kualitas air
kualitas air
tanah/bahan
sungai
sungai.
yang tidak
segera
dirapihkan
menimbulkan
sedimentasi
pada air
sungai
terutama
musim hujan.
Mobilisasi
Terjadinya
kendaraan
3 Kerusakan jalan
Kondisi jalan
kerusakan
pengangkut
kebun atau
bergelombang
jalan kebun
peralatan
persawahan
dan berlubang
atau
berat dan
persawahan
material
Dampak Terhadap
Komponen Sosekbud
1. Kesempatan kerja

Kegiatan
konstruksi
drainase

Terserapnya
kesempatan
kerja
penduduk
disekitar lokasi
kegiatan

Keterangan

Tenaga kerja
tahap
konstruksi
yang dapat
diserap

4 - 30

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen Yang
Diperkirakan Terkena
Dampak

Sumber
Dampak

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Keterangan

sesuai dengan
keahliannya,
sehingga dapat
mengurangi
tenaga kerja
usia produktif
yang
menganggur.
II Tahap operasional
Dampak Terhadap
Komponen Fisik
Kimia
1. Kualitas Udara dan
Debu

2. Kualitas air sungai

Kegiatan
mandi cuci
dan buang
tinja

Penurunan
kualitas air
sungai

Munculnya air
limbah
domestic atau
non domestic
terhadap
saluran
drainase

3. Kebisingan
Dampak terhadap
komponen sesekbud

1. Kesempatan
Kerja

Kegiatan
operasional
drainase

Kegiatan
operasional
drainase

2. Kesempatan
berusaha

Dapat
terserapnya
kesempatan
kerja bagi
penduduk
disekitar lokasi
sesuai
kebutuhan dan
keahlian
Kesempatan
berusaha
antara lain
sebagai
peternakan
ikan

Tenaga kerja
kontrak atau
lepas sesuai
kebutuhan

Penduduk usia
produktif yang
tidak bekerja

3. Estetika
4. Kamtibmas
5. Kesehatan pekerja
& masyarakat



Persampahan
Dalam

membangun

sistim

Persampahan,

dampak-dampak

lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat

4 - 31

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak
pada saat pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak
terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut
biasanya timbul akibat adanya dampak social ekonomi yaitu
adanya

informasi

Persampahan
dampak

yang

pada

akan

dibangunnya

berkembang

masa konstruksi

sistim

dimasyarakat,
biasanya

penyediaan
sedangkan

timbul

dampak

terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran
udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative
social ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan
penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang
timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat
didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan Persampahan.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada
masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca
konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan
melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL
yang telah dibuat sebelum masa konstruksi.
Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta besaran
dampaknya terhadap sektor persampahan ditunjukkan dalam
bentuk matriks berikut ini

Tabel4.9
Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi
Sektor Persampahan
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak
I Tahap
Kontruksi
Dampak
Terhadap
komponen
Fisik Kimia

Sumber
Dampak

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Keterangan

4 - 32

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

1 Debu

2 Air Sungai

3 Kerusakan
jalan kebun

Sumber
Dampak
Mobilisasi
kendaraan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuka
lahan,
penggalian
tanah dan
pembuatan
jalan kerja.
Kegiatan
pembukaan
lahan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuatan
jalan kerja,
penggalian
tanah dan
tumpukan
tanah/bahan
yang tidak
segera
dirapihkan
menimbulkan
sedimentasi
pada air sungai
terutama musi
hujan.
Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
peralatan berat
dan material

Dampak
Terhadap
Komponen
Sosekbud
1. Kesempata
n kerja

Kegiatan
konstruksi TPA

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Penurunan
kualitas udara
terutama debu

Terbatas pada
lokasi kegiatan
TPA.

Penurunan
kualitas air
sungai

Penurunan
kualitas air
sungai terutama
parameter zat
pada terlarut,
BOD dan COD

Terjadinya
kerusakan jalan
kebun atau
persawahan

Kondisi jalan
bergelombang
dan berlubang

Terserapnya
kesempatan
kerja penduduk
disekitar lokasi
kegiatan sesuai
dengan
keahliannya,
sehingga dapat
mengurangi
tenaga kerja
usia produktif
yang
menganggur.

Tenaga kerja
tahap
konstruksi yang
dapat diserap

Keterangan

4 - 33

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak
II Tahap
operasional
Dampak
Terhadap
Komponen
Fisik Kimia

Sumber
Dampak

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Keterangan

Timbulnya
penurunan
kualitas udara
terutama Nox,
CO2, O3, NH3,
H2S, Pb, Hc dan
debu
Munculnya air
lindi (leachate)
dengan volume
tergantung
proses
permbusukan
maupun air
hujan yang
meresap
kedalam
sampah
Munculnya air
lindi (leachate)
dengan volume
tergantung
proses
permbusukan
maupun air
hujan yang
meresap
kedalam
sampah

1. Kualitas
Udara dan
Debu

Mobilisasi
kendaraan dan
proses
penguraian
material
sampah

Penurunan
kualitas udara
dan debu

2. Kualitas
air sungai

Kegiatan
proses
pembusukan
sampah
organic unsur
lain yang larut
dalam sampah

Penurunan
kualitas air
sungai

3. Kualitas
air tanah

Kegiatan
proses
pembusukan
sampah
terutema
sampah
organic dan
unsur lain
yang larut
dalam air

Penurunan
kualitas air
tanah terutama
air sumur
penduduk

4. Kebisinga
n

Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
samoah dan
kendaraan
berat di lokasi
TPA

Peningkat
intensitas
kebisingan yang
mengurangi
kenyamanan

Peningkatan
intensitas
kebisingan
dengan satuan
dBA

Keguatan
operasional
TPA

Dapat
terserapnya
kesempatan

Tenaga kerja
kontrak atau
lepas sesuai

Dampak
terhadap
komponen
sesekbud
1. Kesempata
n Kerja

4 - 34

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

2. Kesempata
n
berusaha

Sumber
Dampak

Kegiatan
operasional
TPA

Jenis Dampak

kerja bagi
penduduk
disekitar lokasi
TPA sesuai
kebutuhan dan
keahlian
Kesempatan
berusaha antara
lain sebagai
pemulung
sampah yang
masih bias
dimanfaatkan/di
jual

3. Estetika

Pengoprasian
penimbunan
sampah di TPA

Proses
penimbuhan
sampah yang
terlihat dari luar

4. Kamtibma
s

Kegiatan
pengoperasian
TPA

Gangguan
keamanan di
lokasi dan
sekitar lokasi

Kegiatan
Operasional
TPA

Penurunan
kesehatan
pekerja
&pemulung
(masyarakat
pangguna)

5. Kesehatan
pekerja &
masyaraka
t

Besaran
Dampak

Keterangan

kebutuhan

Penduduk usia
produktif yang
tidak bekerja

Penurunan
estetika berupa
(tumpukan)
sampah di
lokasi TPA yang
terlihat dari luar
Terjadinya
gangguan
keamanan
seperti
pencurian
peralatan
Timbulnya
penyakit berupa
penyakit kulit,
infeksi saluran
pernafasan atas
dan infeksi
pada usus

D. Air Bersih
Dalam membangun sistim penyediaan air minum, dampak-dampak
lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra
konstruksi, dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat
pasca konstruksi.
Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak
terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak tersebut
biasanya timbul akibat adanya dampak social ekonomi yaitu
adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan air minum

4 - 35

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa
konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya sumber air,
dampak

kebisingan

dan

pencemaran

udara

akibat

adanya

pekerjaan konstruksi dan dampak negative social ekonomi akibat
perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan
pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya
dampak

positif,

yaitu

masyarakat

didaerah

tersebut

dapat

merasakan pelayanan air minum.
Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada
masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca
konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan
melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang
telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena
dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap system
penyediaan air minum ditunjukkan dalam bentuk matriks berikut
ini :

Tabel4.10
Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi
Sektor Air Minum
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak
I. TAHAP
KONSTRUKSI
Dampak
Terhadap
komponen
Fisik Kimia

1 Debu

Sumber
Dampak

Mobilisasi
kendaraan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuka lahan,
penggalian
tanah dan
pembuatan
jalan kerja.

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Penurunan kualitas
udara terutama
debu

Terbatas pada
lokasi kegiatan
dapa lokasi
pekerjaan
(pembangunan
air baku,
bangunan
pengolahan,
pembangunan
reservoir dan
galian pipa).

Keterangan

4 - 36

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

2 Air Sungai /
Mata air

3 Kerusakan
jalan kebun

Dampak
Terhadap
Komponen
Sosekbud
1. Kesempata
n kerja

Sumber
Dampak

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

Penurunan kualitas
air sungai dan
mata air

Penurunan
kualitas air
sungai dan
mata air
terutama
parameter
kekeruhan/org
anic.

Terjadinya
kerusakan jalan
kebun

Kondisi jalan
bergelombang
dan berlubang

Kegiatan
konstruksi
Bangunan
penangkap
intake/bronkapt
ering, bangunan
produksi,
bangunan
reservoir dan
galian pipa

Terserapnya
kesempatan kerja
penduduk desa
sesuai dengan
keahliannya,
sehingga dapat
mengurangi tenaga
kerja usia produktif
yang menganggur.

Tenaga kerja
tahap
konstruksi
yang dapat
diserap

Operasional
pompa airbaku
dan pompa
distribusi

Penurunan kualitas
udara dan debu

Timbulnya
penurunan
kualitas udara
dan debu

Kegiatan
pembukaan
lahan,
pembuatan
jalan masuk,
pembuatan
jalan kerja,
penggalian
tanah dan
tumpukan
tanah/bahan
yang tidak
segera
dirapihkan
menimbulkan
sedimentasi
pada air sungai
/ disekitar
lokasi mata air
terutama musim
hujan.
Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
peralatan berat
dan material

Keterangan

II. TAHAP
OPERASIONAL
Dampak
Terhadap
Komponen
Fisik Kimia
1. Kualitas
Udara dan
Debu

4 - 37

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 - 2019
Komponen
Yang
Diperkirakan
Terkena
Dampak

Sumber
Dampak

Jenis Dampak

Besaran
Dampak

2. Kuantitas
air sungai/
mata air
dan air
tanah

Kegiatan
pengambilan air
sungai/mata air
dan air tanah

Penurunan
kuantitas air sungai
/mata air dan air
tanah

Penurunan
kuantitas
sumber air (air
sungai/mata
air dan air
tanah)

3. Kebisingan

Mobilisasi
kendaraan
pengangkut
samoah dan
kendaraan berat
di lokasi TPA

Peningkat
intensitas
kebisingan yang
mengurangi
kenyamanan

Peningkatan
intensitas
kebisingan
dengan satuan
dBA

Keterangan

Dampak
terhadap
kom