BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 4aadad4b05 BAB IVBAB 4 Kondisi Sosial Ekonomi Lingkungan
BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN RPIJM Kabupaten Seruyan Tahun 2017-2021 TahunAnggaran 2016
4.1 ANALISIS SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek
sosial adalah sebagai berikut:1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
- Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan social juga dilakukan dengan
memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung,
termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal,
dan wilayah bencana. - Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-1
- Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014:
- Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
- Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
- Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
- Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah: 1.
Pemerintah Pusat: a.
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b.
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-2 d.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi: a.
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b.
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
d.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota: a.
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
b.
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
c.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
4.1.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Seruyan
Aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta
Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,Neighborhood Upgrading
and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS),Program
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-3 Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
Tabel IV.1 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Seruyan
No. Program/ Lokasi Tahun Bentuk Tingkat Kontrol Manfaat Permasalahan
Kegiatan keterlibatan/A Partisipasi Pengambilan Yang Perlu Di kses Perempuan/ Keputusan Oleh antisipasi di Jumlah perempuan masa yang akan datang(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Pemberdayaan masyarakat
a. PNPM Perkotaan b. PISEW
c. PAMSIMAS
d. PPIP
e. RIS PNPM
f. SANIMAS
2. Non Pemberdayaan Masyarakat
a. Penyusunan RTBL
4.1.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Seruyan
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi
berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama
kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya
di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,
usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi
masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan
AMDAL dan pembebasan lahan.LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-4
| IV-5
Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement) Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Tabel IV.2
Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi,
Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali
No. Komponen Program dan Kegiatan Tahap-1 Tahap-2 Arahan Lokasi Konsultasi Pemindahan Penduduk/Pemberian Konpensasi Permukiman Kembali Sebelum Pemindahan Setelah Pemindahan (1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengembangan Permukiman ▪ Pembangunan perumahan baru untuk mengalokasikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh
▪ Penataan permukiman dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan
▪ Peningkatan kualitas sarana dan prasarana ▪
Pengaturan status kepemilikan lahan ▪ Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan ▪
Penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman ▪ Pembangunan perumahan dan permukiman melalui pendekatan Kasiba/Lisiba
▪ Pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dan permukiman
▪ Pengawasan pembangunan kawasan perumahan dan
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021 2.
No. Komponen Program dan Tahap-1 Tahap-2 Arahan Lokasi Kegiatan Konsultasi Pemindahan Permukiman Sebelum Setelah Penduduk/Pemberian Kembali Pemindahan Pemindahan Konpensasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) permukiman ▪
Pembangunan perumahan baru untuk mengalokasikan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh
▪ Penataan permukiman dan peremajaan permukiman di kawasan perkotaan
▪ Peningkatan kualitas sarana dan prasarana ▪
Pengaturan status kepemilikan lahan ▪ Pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan ▪
Penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman ▪ Rehabilitasi ▪ Restrukturisasi (redevelopment relokasi,peremajaan,perwujuda n sempadan dalam bentuk inspeksi ▪
Pembuatan Perda yang mengatur dan melarang pendirian bangunan baru di atas kawasan sempadan sungai
▪ Pembangunan Sarana Ibadah ▪ Pembangunan Rumah Jabatan
▪ Pembangunan Gedung Kantor ▪ Penambahan TPS dan system sampah serta sanitasi ▪
Penambahan hidran/kran kebakaran dan tendon air beserta menara air ▪
Peningkatan kualitas prasarana yang sudah ada
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan ▪ Pembangunan Sarana Dan
Prasarana Olah Raga
3. Pengembangan Air Minum ▪ Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Bersih Pedesaan
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1). Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong 2). Pembangunan Jalan dan Jembatan Pedesaan 3). Pembangunan Sarana Dan Prasarana Air Limbah
Pedesaan
4.1.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-6
1. Pengembangan Permukiman
Hilir 2010 / 2013 120 0rg
Digester Kec. Seruyan Hilir 2010 120 0rg 1 unit
MCK Plus Desa Kartika Bhakti Kec. Seruyan hilir Timur
2012 100 0rg
1 Unit MCK Plus Desa Pematang Panjang Kec. Seruyan hilir Timur 2012 /
2013 200 0rg
2 Unit MCK Plus Keluruhan Kuala Pembuang I Kec. Seruyan
1 Unit MCK Plus Keluruhan Kuala Pembuang II Kec. Seruyan
Pembangunan MCK Plus Desa Gantung Pengayuh Desa
Hilir 2010 / 2013 130 0rg
1 Unit MCK Plus Desa Bahaur Kec. Hanau 2014 130 0rg
1 Unit MCK Plus Desa Tumbang Bai Kec. Seruyan
Tengah 2014 100 0rg
1 Unit MCK Plus Desa Kec. Danau 2014 100 0rg
1 Unit
Gantung Pengayuh 2014 1 unit MCK Komunal Bio
| IV-7
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
2014 1 unit Spam Pedesaan Desa Mekar Indah 2014 1 unit
sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh
yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk
mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Tabel IV.3
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang
Cipta Karya Kabupaten Seruyan
No. Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Jumlah Penduduk yang memanfaatkan Keterangan (1) (2) (4)
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
3. Pengembangan Air Minum SPAM Pedesaan Desa Mekar Indah 2014 1 unit Spam Pedesaan Desa Ulak
Batu 2014 1 unit Spam Pedesaan Desa Palingkau
Spam Pedesaan Desa Mekar Indah 2014 1 unit Spam Pedesaan Desa Mekar
2014 1 unit Pembangunan MCK Plus Desa Panimba Raya
Indah 2014 1 unit
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Pembangunan MCK Plus Desa Bahaur
Desa Bahaur 2014 1 unit Pembangunan MCK Plus Desa Tumbang Bai Desa
Tumbang Bai 2014 1 unit Pembangunan MCK Plus Desa Rungau Raya
Desa Rungau Raya 2014 1 unit Pembangunan MCK
Plus Desa Durian Tunggal Desa Durian Tunggal
Desa Panimba Raya 2014 1 unit
| IV-8
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Jalan SMK 2014
Jalan Patimura 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Jalan Budi
Utomo 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Simpang jalan Ki Hajar Dewantara 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Jalan Pelantan Raya
Jalan Pelantan Raya 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Depan SDN
Pembuang) 2014
4 Kuala Pembuang I 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Jalan
Aromani 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Gg. Abadi
III Kuala Pembuang Gg. Abadi
III Kuala Pembuang 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Jalan Patimura
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Primer (Kuala
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
Tengah 2014 120 org
No. Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Jumlah Penduduk yang memanfaatkan Keterangan (1) (2) (4) Rungau Raya Seluluk
MCK Plus Desa Durian Tunggal Kec. Seruyan Tengah
2014 110 0rg
1 Unit MCK Plus Desa Panimba Raya Kec. Danau
Seluluk 2014 110 org
1 Unit MCK Plus Desa Gantung Pengayuh Kec. Seruyan
1 Unit Kegiatan Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Persampahan
Pembuang Hulu II Tahap II 2014
Seruyan Hilir 2014
1 Unit Pembangunan Drainase Jln. Bakrie Entong Kecamatan Hanau 2014
1 Paket Pembangunan Drainase Jalan harapan Desa Pembuang Hulu I 2014
1 Paket Lanjutan pembangunan drainase desa pembuang hulu I Tahap
III 2014
1 Paket Lanjutan Pembangunan Drainase Desa
1 Paket
4.2 ASPEK EKONOMI
- Perencanaan Waterfront City, Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi
| IV-9
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
Aspek ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu
melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah
isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan
kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Tabel IV.4
Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Seruyan
No. Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan Yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kecamatan Seruyan Hilir 889 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu,beton Status kepemilikan hunian secara umum: SKT, SHM
Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan, buruh dan sebagian tani. Ketergantungan terhadap musim untuk nelayan pencari ikan sehingga sumber penghasilan terbatas. Banjir musiman berbulan- bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
2. Kecamatan Seruyan Hilir Timur 869 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM
Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan, buruh dan sebagian tani. Ketergantungan terhadap musim untuk nelayan pencari ikan sehingga sumber penghasilan terbatas. Banjir musiman berbulan- bulan yang merusak lahan pertanian,
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi
| IV-10
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021 penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
3. Kecamatan Danau Sembuluh 504 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM
Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani. Banjir musiman berbulan-bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sarana air bersih.
4. Kecamatan Seruyan Raya 412 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM
Tingkat pendidikan yang rendah dan mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan- bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sarana air bersih.
5. Kecamatan Hanau 402 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status kepemilikan
Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan- bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran
| IV-11
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021 hunian secara umum:SKT,SHM beli dan membayar pelayanan kesehatan drainase dan irigasi
6. Kecamatan Danau Seluluk 151 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM
Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan- bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi
7. Kecamatan Seruyan Tengah 991 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM
Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sumber air bersih
8. Kecamatan Batu Ampar 192 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM
Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
BLM-PNPM MPd, Tahun 2011-2012.
Pembanguna n drainase sepanjang 850 m dengan dana 345.051.000 di desa Sandul tahun 2013
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan
| IV-12
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021 sumber air bersih
9. Kecamatan Seruyan Hulu 347 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SHM
Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. Banjir musiman berbulan- bulan yang merusak lahan pertanian, penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sumber air bersih
10. Kecamatan Suling Tambun 108 KK Mata
Pencaharian secara umum: Nelayan perairan umum, pedagang, buruh, tani Kondisi lingkungan: padat dan belum tertata. Kondisi hunian umum: dari kayu sederhana,beton Status kepemilikan hunian secara umum:SKT,SH
Mengandalkan penghasilan dari sub sector perikanan dan pertanian, buruh dan sebagian tani kebun. penurunan hasil tangkapan ikan, rendahnya kemampuan daya beli dan membayar pelayanan kesehatan
Penataan kawasan permukiman kumuh, pembangunan sarana kesehatan, sarana pendidikan, fasilitas sarana dan prasarana usaha kecil, penataan saluran drainase dan irigasi serta penyediaan sumber air bersih
Sumber KK Miskin : Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Seruyan, Tahun 2014 Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
| IV-13
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
3 Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
2 UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip- prinsip pe mbangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
1 UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup SPPLH)”
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang
Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten Seruyan telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah
sebagai berikut:Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.
4.3 ASPEK LINGKUNGAN
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021 5.
5 Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
| IV-14
g.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
c.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
b.
Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
Menetapkan standar pelayanan minimal.
Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i.
h.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
f.
Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
e.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
c.
Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
b.
Menetapkan kebijakan nasional.
Pemerintah Pusat a.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada Undang-undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu: 1.Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
4 Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
2. Pemerintah Provinsi a.
d.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota a.
Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
d.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e.
2 Melaksanakan standar pelayanan minimal.
4.3.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis
yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena: 1.RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negative terhadap lingkungan hidup KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan. Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPIJM. Diagram alir pentahapan pelaksanaan KLHS dari Sumber: Permen LH No.9 Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-15 Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam
RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)
kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4)
penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun
teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut. Tahap 1 dilakukan dengan
penapisan (screening) usulan program/kegiatan bidang cipta karya di Kabupaten Seruyan seperti
ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel IV.5
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Pengembangan Permukiman
No Kriteria Penapisan Penilaian Uraian Pertimbangan Kesimpulan : (Signifikan/Tidak)(1) (2) (3) (4)
1. Perubahan Iklim Secara langsung tidak ikut Tidak mempengaruhi terjadinya perubahan iklim.
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau Pembukaan lahan untuk Signifikan kepunahan keanekaragaman hayati pengembangan permukiman bisa terjadi kemerosotan keanekaragaman hayati
3. Peningkatan intensitas dan cakupan Dapat terjadi banjir, longsor dan Signifikan wilayah bencana banjir, longsor, kebakaran lahan kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
4. Penurunan mutu dan kelimpahan
a. Signifikan Dapat menyebabkan ketersediaan sumberdaya alam sumberdaya alam menurun contoh tanaman sejenis yang banyak tumbuh di tebang untuk lahan permukiman
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan Banyak lahan gambut yang digunakan Signifikan dan/atau lahan, untuk permukiman dan usaha
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin Pembukaan lahan permukiman Signifikan atau terancamnya keberlanjutan disekitar masyarakat yang tergolong penghidupan sekelompok masyarakat kurang mampu sebagai tempat untuk bercocok tanam atau lahan bertani dapat mengancam mata pencahrian masyarakat
7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan Dapat terjadi karena kepadatan Signifikan dan keselamatan manusia pembuangan sampah atau limbah yang dapat menyebabkan kondisi lingkungan yang kotor
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-16
| IV-17
Signifikan
7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia Jika terjadi kontaminasi sumber air dengan limbah industri
Jika air tercemar dan matapencahrian terancam Signifikan
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, Terjadi pembukaan lahan Signifikan
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam Dapat terjadi degradasi mutu Sigifikan
Signifikan
Pembukaan lahan untuk sarana dan prasarana akan meningkatkan intensitas kekeringan
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Siginfikan
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati Pembangunan sarana air minum dapat mengurangi keanekaragaman hayati
1. Perubahan Iklim Secara langsung tidak menimbulkan perubahan Tidak
(1) (2) (3) (4)
Tabel IV.7
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Pengembangan Air Minum
No Kriteria Penapisan Penilaian Uraian Pertimbangan Kesimpulan : (Signifikan/Tidak)7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia Dapat terjadi pemusatan penduduk dan semakin banyak limbah yang dihasilkan
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
Sginifikan
Dapat menyebakan terpinggirnya penduduk yang hanya mengandalkan matapencahrian disekitar lokasi
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Signifikan
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, Terjadi perubahan alih fungsi yang digunakan untuk permukiman
Signifikan
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam Terjadi kekurangan kelimpahan sumberdaya alam
Terjadi perubahan struktur tanah Signifikan
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Signifikan
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati Akan menimbulkan kemerosotan keanekaragaman seperti tumbuhan yang sejenis
1. Perubahan Iklim Tidak berpengaruh lansung Tidak
(1) (2) (3) (4)
Tabel IV.6
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Penataan Bangunan Dan Lingkungan
No Kriteria Penapisan Penilaian Uraian Pertimbangan Kesimpulan : (Signifikan/Tidak)Signifikan
Tabel IV.8
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Penilaian No Kriteria Penapisan Kesimpulan : Uraian Pertimbangan (Signifikan/Tidak)
(1) (2) (3) (4)
1. Perubahan Iklim Tidak secara langsung Tidak
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau Pembukaan lahan untuk pembangunan Sginfikan kepunahan keanekaragaman hayati persampahan
3. Peningkatan intensitas dan cakupan Pembangunan sarana dan prasarana Signifikan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
4. Penurunan mutu dan kelimpahan Pembangunan dan perluasan areal Signifikan sumberdaya alam
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan Kawasan semakin sempit Signifikan dan/atau lahan,
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin Bergesernya pola kehidupan Signifikan atau terancamnya keberlanjutan masyarakat dari kehidupan mata penghidupan sekelompok masyarakat pencahrian di sungai atau danau/rawa
7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan Limbah yang tidak tertangani dengan Sgnifikan dan keselamatan manusia baik akan menimbulkan polusi
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas
tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria
penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum
KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak
perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD,
dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM. Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program
dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJMdidukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut: a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah: 1)
Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS; 2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
| IV-18
| IV-19
LAPORAN AKHIR RPIJM BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2017-2021
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel IV.9
Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan
KLHS Bidang Cipta Karya Masyarakat dan Pemangku Kepentingan
b) Identifikasi Isu Pembangunan BerkelanjutanTujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan: 1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tabel IV.10
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta karya Penjelasan Singkat(1) (2)
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1 : Kecukupan air baku untuk air minum. Terjadi intrusi air asin pada saat musim kemarau di Kuala Pembuang, pembuangan
Beberapa pencemaran air bersih yang sering kali sulit tertangani adalah pencemaran dari limbah rumah tangga/domestik dimana sebagian penduduk membuang limbah rumah tangganya di daerah yang rawan seperti
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta karya