BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN 4.1. Analisis Sosial 4.1.1 Kemiskinan - DOCRPIJM 413a3228fd BAB IVBAB 4

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

4.1. Analisis Sosial

4.1.1 Kemiskinan

  • Regulasi Daerah tentang Penanggulangan Kemiskinan Dalam RPJMD Kabupaten Aceh Besar upaya penanggulangan kemiskinan

    merupakan prioritas utama. Target penurunan angka kemiskinan pertahun adalah 1-1,5

    persen sehingga diharapkan pada tahun 2017 akan terdapat angka kemiskinan sekitar 12-

    10 persen. Untuk mencapai target tersebut ada beberapa kebijakan yang diambil oleh

    Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dalam penanggulangan kemiskinan. Kebijakan ini

    dirasakan sangat tepat dan baik karena dapat menekan angka kemiskinan di Kabupaten

    Aceh Besar. Pelaksanaan program-program pengurangan kemiskinan dikoordinasikan dan

    dikendalikan oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten Aceh

    Besar sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penanggulangan

    Kemiskinan yang selanjutnya diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun

    2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota

    untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah. Di Kabupaten Aceh Besar telah dibentuk

    TKPK Kabupaten Aceh Besar melalui Surat Keputusan Bupati Aceh Besar yang diperbaharui

    setiap tahun, yang bekerja untuk melaksanakan percepatan pencapaian target

    pengurangan angka kemiskinan sebagai prioritas nasional dan prioritas yang tertuang

    dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Aceh Besar

    Tahun 2012-2017. Kelembagaan ini juga merupakan bagian dari strategi penanggulangan

    kemiskinan yang menggerakan strategi yang lain melalui instrumen koordinasi dan

    pengendalian agar kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang direncanakan

    bersifat lintas sektor dan berjalan secara sinergis.

  

(9) hak atas rasa aman; serta (10) hak untuk berpartisipasi. Pengelompokan program

penanggulangan kemiskinan juga didasarkan pada pemenuhan hak-hak dasar tersebut.

  Sumber pembiayaan untuk penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Besar

Tahun Anggaran 2014 berasal dari beberapa sumber. Sumber yang paling besar dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang membiayai di bidang pemberdayaan

masyarakat atau klaster dua (PNPM-Mandiri Pedesaan, PNPM-Mandiri Perkotaan, PPIP,

PUMP dan kegiatan lainnya yang berbasis masyarakat). Untuk pembiayaan di klaster 1

bidang bantuan berbasis individu dan rumah tangga, alokasi dana berasal dari pemerintah

pusat yang berupa jamkesmas, raskin, BLSM dan pemerintah daerah yang berupa jaminan

kesehatan Aceh. Untuk pembiayaan klaster 3 yaitu pengembangan usaha ekonomi

masyarakat juga bersumber dari pemerintah pusat dan daerah yang disalurkan ke

kelompok masyarakat yang bersifat pinjaman (dana bergulir).

  Pihak lain yang membiayai kegiatan penanggulangan kemiskinan dari sektor non

pemerintah adalah UNICEF. Kerjasama pemerintah daerah dengan UNICEF melibatkan 6

(enam) instansi yaitu Bappeda, BPMG, BKSPPPA, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan

Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. Kegiatan yang dilaksanakan dengan dana

UNICEF adalah program capacity building bagi pemerintah daerah yaitu program data base

yang dilaksanakan di Bappeda, dan capacity building bagi masyarakat yang dilaksanakan

oleh instansi lainnya. Program lain yang dilakukan UNICEF di Aceh Besar pada tahun 2014

adalah Posyandu Plus/Terpadu (integrated posyandu), Sanitasi (WASH), dan Program

Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Anak-anak di Aceh (Aceh child Survival and

Development). Ketiga program dari UNICEF ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan-

pelatihan dan pada program WASH telah dibangun jamban sehat dan tempat cuci tangan

(Prilaku Hidup Bersih dan Sehat) anak sekolah.

  • Analisis Belanja Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan Komposisi belanja daerah Kabupaten Aceh Besar masih di dominasi dengan belanja

Tabel 4.1 Realisasi Pengeluaran Daerah Kabupaten Aceh Besar

  

Tahun 2012 - 2014

Tahun Anggaran Jenis Pengeluaran 2012 2013 2014

  

Belanja Tidak Langsung 543.341.449.886 569.177.875.060 664.760.744.290,00

  

1. Belanja Pegawai 478.997.638.765 507.296.600.918 589.373.821.565,00

  

2. Belanja Hibah 26.806.883.299 14.902.276.000 27.694.757.739,00

  

3. Belanja Bantuan Sosial 428.000.000 4.665.200.000 5.094.200.000,00

Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/

  • - - Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan

  Keuangan kepada 36.476.602.122 41.465.616.122 42.385.623.986,00

  Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga 632.325.700 848.182.020 212.341.000,00

  

Belanja Langsung : 216.562.981.686 294.652.515.348 497.069.759.899,00

  1. Belanja Pegawai 34.420.777.080 47.176.818.447 57.135.508.375,00

  

2. Belanja Barang Jasa 108.647.649.935 147.556.222.017 231.612.131.700,00

  

3. Belanja Modal 73.494.554.671 99.919.474.884 208.322.119.824,00

Total Belanja 759.904.431.572 863.830.390.408 1.161.830.504.189,00

A.

   Dimensi Prasarana Dasar Kebijakan utama di bidang infrastruktur dasar adalah bidang sanitasi dan air minum.

  

Kebutuhan Air minum layak merupakan hal yang mendasar bagi masyarakat. Proporsi

rumah tangga dengan air minum di Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2014 adalah 16,39

  Grafik 4.1 Posisi Relatif Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Aceh 2014

  Perkembangan dari tahun ketahun indikator rumah tangga dengan air minum layak

di Kabupaten Aceh Besar sudah menunjukkan penurunan yang tajam. Pada tahun 2010

proporsi rumah tangga dengan air minum layak 27,13 persen, pada tahun 2011 menurun

menjadi 23,48 persen dan pada tahun 2012 menurun menjadi 19,44 persen dan meningkat

  Grafik 4.2 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Aceh Besar Tahun 2010-2015

  Sumber; BPS,diolah Capaian indikator rumah tangga dengan sanitasi layak di Kabupaten Aceh Besar

pada tahun 2014 adalah sebesar 34,57 persen. Capaian ini masih dibawah capaian

nasional dan capaian Propinsi. Target MDG’s untuk sanitasi layak adalah 81,8 persen. Aceh

Besar belum mencapai target MDG’s yang diharapkan. Hal ini mencerminkan bahwa

tingkat kesadaran masyarakat terhadap sanitasi layak masih rendah.

  Grafik 4.3 Perkembangan antar waktu indikator proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak

di Kabupaten Aceh Besar berfluktuatif dari tahun ke tahun. Data dari BPS menunjukkan

pada tahun pada tahun 2009 menjadi 67,18 persen dan menurun pada tahun 2010 menjadi

66,24 persen dan meningkat kembali menjadi 75,64 persen pada tahun 2011 dan kembali

menurun pada tahun 2012 menjadi 73,20 persen dan terus menurun pada tahun 2012

yaitu 66,38 persen dan pada 2014 kembali turun menjadi 34,57 persen. Dilihat berdasarkan

garis trendline menunjukkan perkembangan yang kurang baik. Relevansi indikator ini

dengan Propinsi Aceh masih menunjukkan arah yang sama yaitu mengalami peningkatan

yang searah tetapi dengan tingkat nasional garis trendline agak mendatar, yang berarti

bahwa program-program nasional dibidang sanitasi tidak berjalan dengan efektif.

  Grafik 4.4 Perkembangan Proporsi Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak (%) Kab.Aceh Besar Tahun 2010-1014

  

dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok

peduli setempat.

Tabel 4.2 Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulanan Kemiskinan

  Kegiatan PNPM Perkotaan Kegiatan Pemberdayaan No Kecamatan (P2KP) Lainnya (1) (2) (3) (4)

  

1 Kecamatan Krueng Barona Jaya Program Pembinaan dan Keswadayaan masyarakat

Pengembangan

Infrastruktur Permukiman

Program Selaras:

  • Lingkungan - Sosial - Ekonomi

  

4.1.3 Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap

Ekonomi Lokal Masyarakat

Tabel 4.3 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Aceh Besar

  2 Aspek Kelembagaan : Semakin kompleksnya Lembaga khusus penangan

  1.Tidak ada lembaga khusus yang permasalahan peermukiman perumahan permukiman menangani permukiman terutama di perkotaan seiring di bawah dinas Cipta Karya

  2.Koordinasi antar lembaga dengan perkembangan kota Aspek Pembiayaan : Afordabilitas penyediaan Swadaya masyarakat

  3

  1. Sumber dana perumahan RSH Skim kredit yang berpihak

  2. Keterjangkauan

  4 Aspek Peran serta Masyarakat/ Meningkatkan peran swasta Kampanye dan subsidi Swasta : dan masyarakat dalam

  1.Peran REI penyediaan perumahan

  2.Partisipasi masyarakat Aspek Lingkungan Permukiman Permukiman yang sehat dan Perencanaan kawasan

  5

  1.Lingkungan sehat mempertimbangkan mitigasi perumahan permukiman 2..Mitigasi bencana bencana yang memperhatikan daya dukung lingkungan dan mitigasi bencana

4.1.3.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

  

Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan

proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk

pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI,

percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program

pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014.

Sedangkan di Kabupaten Aceh Besar meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten Aceh

Besar, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut menjadi dasar pada tahapan

analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

Tabel 4.4 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun No. Uraian Unit 2015 2016 2017 2018 2019 Keterangan

  (1) (2) (3) (4)

  1 Jumlah Penduduk Jiwa 416.885

  403.801 430.406 444.366 458.778 Rata-rata pertumbuhan penduduk 3,24 %/tahun

  Kepadatan Penduduk Jiwa/km2 Hasil analisis

  139.07 143.58 148.24 153.04 158.01

  Proyeksi Persebaran Jiwa/km2 Hasil analisis

  Penduduk

  171.83 177.40 183.15 189.09 195.22

  Proyeksi Persebaran Jiwa/km2 Hasil analisis

  Penduduk Miskin

  10.91

  11.26

  11.62

  12.00

  12.39

  2 Sasaran Penurunan Ha Hasil analisis

  Kawasan Kumuh 52.125 52.125 52.125 52.125 52.125

  3 Kebutuhan Rusunawa TB

  4 Kebutuhan RSH Unit

  5 Kebutuhan Pengembangan Kws Permukiman Baru

Tabel 4.5 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun No. Uraian Unit 2015 2016 2017 2018 2019 Keterangan

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 403801 416885 430406 444366 458778 Rata-rata pertumbuhan

  1 Jumlah Penduduk Jiwa penduduk 3,24 %/tahun

  Kepadatan Penduduk Jiwa/km2 139.07 143.58 148.24 153.04 158.01 Hasil analisis Proyeksi Persebaran Penduduk Jiwa/km2 171.83 177.40 183.15 189.09 195.22 Hasil analisis Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin Jiwa/km2

  10.91

  11.26

  11.62

  12.00

  12.39 Hasil analisis

  2 Desa Potensial untuk Agropolitan Desa

  7

  7

  7

  7 7 rtrw

  3 Desa Potensial untuk Minapolitan Desa

  11

  11

  11

  11 11 rtrw

  4 Kawasan Rawan Bencana Kws

  16

  16

  16

  16 16 rtrw

  5 Kawasan Perbatasan Kws

  1

  1

  1

  1 1 rtrw

  6 Kawasan Permukiman Pulau-Pulau Kecil Kws

  3

  3

  3

  3 3 rtrw

  7 Kawasan dengan Komoditas Unggulan Kws - - - - - Monopolitan

Tabel 4.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

  No AspekPB L Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan nn Alternatif Solusi (1) (2 )

I. KegiatanPenataan Lingkungan Permukiman

  Pada Permen PU No. 8 tahun 2010, di jabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:

  

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kabupaten Aceh Besar

mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No.

  Daerah rawan bencana Mitigasi bencana

  1) lahan gambut 2) Rawan bencana 3) Rawan banjir

  5 Aspek Lingkungan Permukiman

  Edukasi pentingnya penataan kawasan

  1) Peran serta masyarakat rendah Pemahaman masyarakat rendah

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta

  1) Belum ada anggaran studi Alokasi anggaran Bantek APBN

  3 Aspek Pembiayaan

  UPT dibawah Dinas CK

  1)Tidak ada lembaga pengelola kawasan Kelembagaan baru

  2 Aspek Kelembagaan

  Penataan bangunan dan lingkungan

  Pembangunan secara sporadis, dan tanpa regulasi

  1 AspekTeknis 1). Kawasan fungsional cepat berkembang 2).Kawasan perkotaan yang cepat berkembang Tidak didukung oleh infra CK

  (3) (4) (5)

4.1.3.2 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

8 Tahun 2010.

  • - RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

  

RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan di definisikan sebagai panduan rancang bangun suatu

lingkungan/kawasan yang di maksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,

penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program

bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi,

ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan

pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan meliputi:

  • Program Bangunan dan Lingkungan;
  • Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
  • Rencana Investasi;
  • Ketentuan Pengendalian Rencana; • Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
    • - RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

  

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam

Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran

pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan,

kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang

digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara

  

RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem

Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK

memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi

terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan

gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan

penegakan Norma, Standar, Pedomandan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana

tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman

kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

  • - Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional / Bersejarah Pendekatan yang di

  lakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradision aladalah: 1.

  Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah; 2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

  3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;

  4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

  • - Standar Pelayanan Minimal (SPM)

  

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun

Tabel 4.7 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  Waktu Pencapaian Standar Pelayanan No Jenis Pelayanan Dasar Keterangan Minimal Indikator Nilai

  I. Penataan Izin Terlayaninya 100% 2014 Dinas yang Bangunan Mendirikan masyarakat membidangi dan Bangunan dalam Perijinan Lingkungan (IMB) pengurusan (IMB) / KPTSP

  IMB di kabupaten/ kota. Harga Tersedianya 100% 2014 Dinas yang Standar PedomanHarga Membidangi Bangunan Standar Pekerjaan Gedung Bangunan Umum. Negara Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota

  II. Penataan Penyediaan Tersedianya 25% 2014 Dinas/SKPD Ruang Ruang luasan RTH Yang

  Terbuka publik sebesar membidangi Hijau (RTH) 20% dari luas Penataan Publik wilayah kota/ Ruang. kawasan perkotaan.

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:

  

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah Negara

perlu di lakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu

dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  

Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan

adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang

secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat

dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok

peduli setempat.

Tabel 4.8 Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kebutuhan Keterangan No. Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  Kegiatan Penataan Lingkungan

I. Permukiman

  • 1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Ha

  2

  2

  1

  • 2. Ruang Terbuka M2

  3. PSD

  4

  4

  3 - Unit

  4. PS Lingkungan Unit - - - 2 - -

  • 5. HSBGN Laporan - - - - -

  Pelatihan Teknis Tenaga Pendata

  6. HSBGN Laporan - - - - - - Lainnya / Peraturan Penataan

  7. Bangunan,DED

  4

  6

  5

  3 Kegiatan Penyelenggaraan

  Bangunan Gedung dan Rumah

II. Negara

  • 1. Bangunan Fungsi Hunian Unit - - - - -

  2. Bangunan Fungsi Keagamaan Unit

  3. Bangunan Fungsi Usaha Unit - - - - - -

  4. Bangunan Fungsi Sosial Budaya Unit 2 - - - - -

  • 5. Bangunan Fungsi Khusus Unit - - - - -

  Bintek Pembangunan Gedung

  6. Negara Laporan

  7. Lainnya

  Kegiatan Pemberdayaan Komunitas

  III. dalam Penanggulangan Kemiskinan Kebutuhan Keterangan No. Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

  (4) (5) (6) (7) (8)

  • 1. P2KP Laporan

  2. Lainnya

Tabel 4.9 banyak yang kosong isiannya disebabkan karena kebutuhan sektor penataan bangunan dan lingkungan tidak ada datanya, sehingga tidak bisa dilakukan analisis kebutuhan sektornya.Tabel 4.9 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM

  Tindakan Aspek Pengelolaan Air Permasalahan Yang Sudah Yang Sedang No

  Minum Di lakukan Di lakukan (1) (2) (3) (4) (5)

A. Kelembagaan/ Perundangan

  Qanun tarif retribusi Air Peningkatan kapasitas Pelatihan

  1. Organisasi SPAM Minum SDM SDM 2. Tata Laksana (SOP, koordinasi, dll)

  3. SDM

  B.

  1.

  Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar kedepan, agar dapat di gambarkan, misalnya:

  Kemampuan membayar retribusi Sosialisasi Sosialisasi

  3. Peran Serta Masyarakat Penyuluhan Kemampuan membayar retribusi Kemauan berpartisipasi

  2.

  1.

  Sosialisasi Penambahan modal D.

  Modal usaha dan penarikan retribusi usaha Sosialisasi

  4. Pembiayaan: Sumber-sumber pembiayaan Tarif Retribusi Mekanisme penarikan retribusi Realisasi penerimaan retribusi

  3.

  2.

  1.

  Penambahan SR Penambahan SR C.

  Meter Pelanggan Reservoir, jaringan distribusi, sambungan rumah

  Jaringan Transmisi Jaringan Distribusi Sambungan Rumah

  IPA Reservoir dan Pompa Distribusi

  8. Teknis Operasional Sumber Air Baku Bangunan Intake

  7.

  6.

  5.

  4.

  3.

  2.

ii. Tantangan Pengembangan SPAM

1) Tantangan Internal:

a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang

  belum memiliki akses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria yang telah di syaratkan.

  a) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum di optimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tariff dengan prinsip full cost recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.

  b) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan tantangan dalam pengembangan SPAM dimasa depan.

  c) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam PP No.16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.

  d) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang belum di berdayakan.

  2) Tantangan Eksternal 1) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

  2) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi 3) Yang menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan. 4) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals 5) (MDGs) 2015 dan Protocol Kyotodan Habitat, dimana pembangunan

perkotaan harus berimbang dengan pembangunan perdesaan

4.1.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

  

Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang

ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan

air minum secara nasional sebesar 47,71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap

sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan

45,72 di perdesaan. Analisis kebutuhan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Aceh

Besar sebagai berikut:

A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten Aceh Besar

  

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Penyediaan Air

Minum, baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan adalah menguraikan faktor-faktor

yang mempengaruhi sistem penyediaan air minum. Melakukan analisis atas dasar besarnya

kebutuhan penyediaan air minum, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic

need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need). Pada bagian ini sudah

harus di uraikan penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari

komponen penyediaan air minum baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta

diperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah di sepakati.

  

Analisis kebutuhan Pengembangan SPAM merupakan hasil rangkaian analisis di antaranya

adalah analisis hasil survey kebutuhan nyata (real demand survey), analisis kebutuhan

dasar air minum, analisis kebutuhan program pengembangan, analisis kualitas dan tingkat

pelayanan serta analisis ekonomi.

Tabel 4.10 Analisa Kebutuhan

  13 Sisa Kapasitas lt/det

  

9 Kebutuhan Air Rata-rata Domestik dan non domestik lt/det 252,38 284,51 303,47 356,25 418,20 490,89 576,18

  

10 Kebutuhan Maksimum/hari (Max Day = 1.15%) lt/det 290,24 327,19 348,99 409,69 480,93 564,52 662,61

  

11 Kebutuhan Puncak (1.75%) lt/det 507,92 572,58 610,73 716,96 841,62 987,91 1.159,57

  

12 Kebutuhan Reservoir (20% dari Max Day) m3 5.015 5.654 6.030 7.079 8.310 9.755 11.450

  

13 Kapasitas Produksi (Qrata-rata x 15%) lt/det 256 289 308 362 424 498 585

  

14 Kapasitas Terpasang lt/det 310 350 365 365 415 415 415

  54

  23

  61

  57 3 (9) (83) (170)

EKSISTING

  8 Kebocoran (Teknis dan Administrasi)

  3 Jumlah Penduduk Terlayani

  6 Kebutuhan air non domestik

  2 Jumlah Total Penduduk Daerah Pelayanan No SATUAN SATUAN PROYEKSI

  

Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra DJCK tahun

  

7 Jumlah Kebutuhan air domestik dan non domestik lt/det 199 225 242 286 339 401 474

% 27,85% 27,65% 26,65% 25,65% 24,65% 23,65% 22,65% lt/det 52,91 59,31 61,44 69,95 79,52 90,25 102,25

  19

  2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

  6

  

1 Jumlah total penduduk Administrativ Jiwa 383.477 394.470 405.782 417.420 429.396 441.718 454.396

Jiwa 335.685 345.294 355.179 365.350 375.813 386.578 397.654 % 87,54% 87,53% 87,53% 87,53% 87,52% 87,52% 87,51% Jiwa 109.422 123.540 132.771 157.059 185.791 219.780 259.988 % 32,60% 27,69% 37,38% 42,99% 49,44% 56,85% 65,38%

  a. Jiwa per Sambungan jiwa

  6

  6

  6

  6

  6

  6

  16

  

b. Konsumsi Pemakaian Air lt/org/hari 150 150 150 150 150 150 150

  

4 Jumlah Sambungan unit 18.237 20.590 22.129 26.177 30.965 36.630 43.331

  

5 Kebutuhan Air Domestik lt/det 190 214 231 273 323 382 451

% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% lt/det

  9

  11

  12

  14

B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah

Tabel 4.11 Analisis Kebutuhan Program Pengembangan SPAM

  6. Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi a. PDAM yang memperoleh pembinaan Paket 2015 2016 2017 2018 b. Pengelola air minum non PDAM yang memperoleh pembinaan Paket 2015 2016 2017 2018 2019 c. Laporan pra-studi kelayakan KPS Paket

  8. SPAM di Kawasan MBR Paket 2015 2016 2017 2018 9.

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  2015 2016 2017 2018 2019

  Kebutuhan

  No. Output Satuan

  7. SPAM Regional Paket

  d. PDAM terfasilitasi untuk mendapatkan pinjaman bank Paket e. Studi alternatif pembiayaan Paket

  b. Aktivitas reuse & daur ulang air Paket 2015

  No. Output Satuan Kebutuhan 2015 2016 2017 2018 2019

  a. Kampanye hemat air Paket 2016

  b. NSPK SPAM Paket 4. Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengembangan SPAM Paket 5. Percontohan Re-Use dan Daur Ulang Air Minum

  a. RISPAM Paket 2015

  2015 3. Laporan Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan SPAM

  Peraturan Pengembangan Sistem Air Minum Paket

  1. Layanan Perkantoran 2.

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  SPAM di Ibu Kota Kecamatan (IKK) Paket 2016 2017 2018

4.1.3.4 Analisis Kebutuhan Air Limbah

A. Analisis Kebutuhan Air Limbah

  

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Air Limbah adalah

menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah kota.

Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk

pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota

(development need).

  Menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan air limbah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah di sepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (onsite dan offsite), analisis jaringan perpipaan air limbah untuk system terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi.

Tabel 4.12 Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah

  No. Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan 2015 2016 2017 2018 2019

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  A Peraturan terkait sektor air limbah

  Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 20 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 12 Tahun 2010 Tentang

  • Ketersediaan Peraturan Bidang Air Limbah (Perda, Pergub, Perwali dst)

  Kebutuhan No. Uraian Kondisi Eksisting 2015 2016 2017 2018 2019

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Kualitas dan kuantitas

  • Kualitas dan kuantitas SDM SDM sudah memadai - - - - -

  C Pembiayaan

  • Sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/Kota/Swasta/Masy
  • arakat/dll) APBD dan masyarakat>Tarif Retribusi - - - - - -
  • Realisasi penarikan retri
  • (% terhadap target) 50% -

  Peran swasta dan masyarakat (sudah ada/belum ada/bentuk D kontribusi, dll) - - - - - - E Sistem setempat (on site)

  • Ketersediaan dan kondisi

  IPLT Ada tapi tidak optimal Ada - - - -

  • Kapasitas IPLT - - - - - -
  • Tingkat cakupan pelayanan

  IPLT (% dari target) - - - - 30%

  • Ketersediaan dan kondisi
  • truk tinja (2 unit, tidak mema>Biaya O & P - - - - -
  • Kualitas efluen IPLT (BOD Tidak ada penguk
  • dan COD) kualitas efluen -
  • Ketersediaan Sistem Pengolahan Air Limbah Skala - Kecil/Kawasan/Komunitas Tidak ada - - - -

  F Sistem Terpusat (off site) -

  • Ketersediaan dan kondisi

  IPAL Tidak ada

  • Kapasitas IPAL - - - - - -

  

need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan

inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan

mempertimbangkan tipologi serta parameter- parameter teknis yang ada di kawasan

tersebut.

Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan di dapatkan data-data permasalahan pada

sub sektor persampahan. Hasil identifikas permasalahan di tuangkan dalam bentuk tabel

seperti yang di contoh kan pada tabel 4.13

Tabel 4.13 Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi No. Aspek Pengelolaan Persampahan Permasalahan Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Akan dilakukan

  (1) (2) (3) (4) (5)

  A Kelembagaan :

  • Bentuk Organisasi Belum ada lembaga setingkat UPTD dibawah SKPK terkait; Belum Ada - Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP, dan lain-lain) Belum Optimal Belum Ada - Kualitas dan kuantitas SDM Belum Optimal Belum Optimal

  B Pembiayaan

  • Sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/Kota/Swasta/Masyarakat/dan Belum Ada Belum Ada

  D Peran serta masyarakat dan swasta Rendahnya Belum Ada partisipasi masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan

  E Teknis Operasional :

  1. Dokumen perencanaan (MP, FS, DED) Belum memiliki Belum Ada Masterplan Pengelolaan Pengelolaan Persampahan

  2. Perwadahan Masih kurang

  3. Pengumpulan Masih kurang

  4. Penampungan Sementara Masih kurang Belum Ada

  5. Pengangkutan -Sarana Belum Ada pengangkutan yang masih sangat minim dan belum memadai.

  • Masih kurangnya sarana pengangkut, baru ada

  16 dump truck, 6 arm roll dan 1 compactor truck

  6. Pengolahan 3R Belum optimal Belum Ada

  7. Pengelolaan Akhir di TPA -Pelayanan Belum Ada sampah untuk dan pengendaliaan.

  9. Sarana penunjang TPA kurangnya sarana penunjang yang terdapat di TPA seperti escavator, dumptruck serta tangki air.

  Belum Ada

4.1.3.6 Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

A. Analisis Kebutuhan

  

Dalam menganalisis kebutuhan Sistem Persampahan adalah uraian faktor-faktor yang

mempengaruhi sistem pengelolaan persampahan kota, baik itu untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development

need).

Menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis

operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek

kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran serta

masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang

telah di sepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis

sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis

ekonomi.

Tabel 4.14 Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah No. Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan 2015 2016 2017 2018 2019

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  A Peraturan terkait Persampahan

  Ketersediaan Peraturan Bidang Persampahan (Perda, Pergub, Perwali dst)

  Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Qanun Kabupaten Aceh Besar Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah

  B Kelembagaan

  • Bentuk Organisasi Penanganan sampah lewat

  Penangangan sampah lewat BLHPK Aceh Besar

  Penangangan sampah lewat BLHPK Aceh Besar

  • Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP, dan lain-lain)

  BLHPK Aceh Besar Penangangan sampah lewat BLHPK Aceh Besar

  Operator pengelola sampah yaitu BLHPK Aceh Besar Operator pengelola sampah yaitu BLHPK Aceh

  Operator pengelola sampah yaitu BLHPK Aceh

  Operator pengelola sampah yaitu

  Besar Besar UPT TPA

  • Kualitas dan kuantitas SDM

  Mengirim staf untuk mengikuti pelatihan air limbah

  Pelatihan staf bidang pengelolaan sampah

  Pelatihan staf bidang pengelolaan sampah

  Pelatihan staf bidang pengelolaan sampah

  • Sumber pembiayaan (APBD Prov/Kab/Kota/Swasta/ Masyarakat/dll)
  • Tarif Retribusi Retribusi mulai Rp 5.000 s/d
  • >
  • Realisasi penarikan retribusi (% terhadap target) 65 % 70% 75% 80% 85% 90%

  No. Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan 2015 2016 2017 2018 2019

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  C Pembiayaan

  Alokasi pendanaan pengelolaan sampah dari APBD skala prioritasnya masih rendah

  Alokasi pendanaan pengelolaan sampah dari APBD skala prioritasnya masih rendah

  Alokasi pendanaan pengelolaan sampah dari APBD skala prioritasnya masih rendah

  UPT TPA mempunyai sumber pembiayaan sendiri dari APBD dan retribusi

  1.500.000,-

  • Adanya Master plan persampahan dan DED
  • 2.

  5

  10

  10

  10

  10

  b. Container 64 unit, 33 baik, 23 rusak

  40

  40

  40

  40

  40

  a. bak sampah 18 unit, 10 baik, 8 rusak

  5 c.kendaraan Pick up 4 unit, 3 baik, 1 rusak Penampungan Sementara (unit, kondisi)

  5

  5

  D Peran swasta dan masyarakat (sudah ada/belum ada/bentuk kontribusi, dll)

  5

  b. Becak motor 25 unit, 20 baik, rusak 5

  2

  2

  2

  2

  2

  a. Gerobak Sampah 40 unit, 25 baik, rusak 15

  Prasarana dan Sarana Pewadahan (unit, kondisi) Pengumpulan (unit, kondisi)

  Perencanaan (Dokumen MP, FS, DED)

  E Teknis Operasional : 1.

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  No. Uraian Kondisi Eksisting Kebutuhan 2015 2016 2017 2018 2019

  Rendahnya peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah dengan cara pendampingan dan penyuluhan pendampingan dan penyuluhan pendampingan dan penyuluhan pendampingan dan penyuluhan pendampingan dan penyuluhan pendampingan dan penyuluhan

  10 c. Lainnya Pengangkutan (unit, kondisi)

  a. Dump Truck 16 unit, baik

  3

  b. Arm Roll Truck 6 unit, 5 baik, 1 rusak

  2

  c. Compactor truck 1 unit, rusak Pengolahan (unit, kondisi) a.Sistem 3R 2 unit, baik

  2

  2

  3

  4

  4

  b. Incinerator 2 unit, baik TPA

  1. Pemprosesan Akhir (unit, kondisi)

  a. Alat Berat (Buldozer, excavator, dll)

  1

  b. Lahan TPA (baik, rusak, aspal, tanah,

  2. Fasilitas Umum dll)

  a. Jalan Masuk Baik -

  b. Air Bersih Baik

  • c. Kantor Baik - - - - -

  3. Pengendalian perencanaan di TPA

  Kebutuhan No. Uraian Kondisi Eksisting 2015 2016 2017 2018 2019

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

  a. Lapisan kedap air

  • Baik

  b. Pipa pengumpul lindi Baik - - - - -

  c. Instalasi pengolahan

  • lindi Baik

  d. Buffer Zone Baik - - - - - e. Pipa gas metan Baik - - - - -

  f. Sumur Monitoring Baik - - - - -

  g. Drainase air hujan Baik - - - - -

  4. Sarana Penunjang - - - - -

  a. Jalan operasi Baik - - - - -

  b. Pos jaga Baik - - - - -

  c. Bengkel, garasi, tempat cuci kendaraan Baik - - - - - d. Jembatan timbang Baik - - - - -

  e. Tanah penutup Baik - - - - -

4.1.3.7 Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan

  

Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang

ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek

teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu di lakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah di rumuskan dengan

mempertimbangkan tipologi serta parameter- parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan di dapatkan data-data permasalahan teknis dan non teknis pada sub sektor drainase.

Permasalahan Pembangunan Sektor Drainase di Indonesia secara umum adalah:

  • Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini; - Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.

i. Tantangan Pengembangan Drainase

  

Tantangan sesuai karakteristik Pemkab. Aceh Besar terkait pembangunan sektor drainase. Tantangan yang di hadapi secara umum di

Indonesia adalah mencegah penurunan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasarana