BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 15118298425. BAB V Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Laporan Akhir Final

BAB V
KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN
INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
5.1.

POTENSI PENDANAAN APBD KOTA SURAKARTA
Perkembangan pendanaan yang bersumber dari APBD Kota Surakarta bidang cipta

karya mengalami perkembangan yang fluktuatif. Prosentase pendanaan dari total belanja APBD
untuk bidang Cipta Karya selama kurun waktu 5 (lima) tahun antara 9,2% - 11,6% atau rata-rata
prosentasenya adalah 10,2 %.
Perkembangan pendanaan pembangunan infrastruktur bidang cipta karya yang
mendominasi belanja APBD Kota Surakarta adalah untuk pembiayaan Penataan Bangunan dan
Lingkungan. Pada tahun 2014 pendanaan untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan mencapai
Rp 67.332.331.400, atau sebesar 49,42 % dari total belanja bidang Ciptakarya. Pada tahun 2015
besarnya dana untuk bidang ini meningkat menjadi Rp 80.123.933.500,-, pada tahun 2016
menjadi Rp 130.159.489.700,-. Anggaran untuk Penataan Bangunan dan Lingkungan pada
tahun 2017 adalah sebesar Rp 69,307,40.000,Diurutan kedua untuk pendanaan Pengembangan Kawasan Permukiman alokasi APBD
sebesar Rp. 38.313.956.000,- padatahun 2014 Rp 31.469.849.000 ,-pada tahun 2015 dan Rp
26.762.035.000,- pada tahun 2016. Anggaran untuk bidang ini pada tahun 2017 adalah sebesar
Rp 132.,408.050.000,-. Di urutan ketiga untuk pendanaan Pengembangan PLP sebesar Rp.

26.043.325.700,- pada tahun 2015 sebesar Rp 31.091.960.600,-. Pada tahun 2016 alokasi
danauntuk bidang PLP ini menjadi sebesar Rp 38.750.979.300,- dan alokasi untuk tahun 2017
adalah Rp 57.279.626.500,Pendanaan untuk SPAM yang bersumber dari APBD Kota Surakarta adalah berurutan
sebagai berikut Rp 4.557.786.400,- pada tahun 2014, Rp 4.436.992.000,- pada tahun 2015.
Pada tahun 2016 besarnya alokasi anggaran untuk SPAM adalah Rp 10.888.083.000,sedangkan anggaran yang direncanakan untuk tahun 2017 adalah sebesar Rp 1.195.000.000,-

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-1

Tabel 5.1. Realisasi Pendanaan Bidang Ciptakarya APDB Kota Surakarta
No

Sektor
1
2
3
4
5


Tahun

Pengembangan Kawasan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pengembangan SPAM
Pengembangan PLP
Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya

6 Total Belanja APBD

2014
38,313,956,000
67,332,331,400
4,557,786,400
26,043,325,700
136,247,399,500

2015
31,469,849,000
80,123,933,500

4,436,992,000
31,091,960,600
147,122,735,100

1,479,827,902,466.63

1,532,527,097,064.00

Prosentase

No

9.2%

Sektor
1
2
3
4


2014

Pengembangan Kawasan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pengembangan SPAM
Pengembangan PLP
Sumber : APBD Kota Surakarta 2014-2017

2016
26,762,035,000
130,159,489,700
10,888,083,000
38,750,979,300
206,560,587,000

2017
132,408,050,000
69,307,403,000
1,195,000,000
57,279,626,500

260,190,079,500

2,033,031,082,604.00
9.6%
10.2%

2,236,334,190,864*
11.6%

2015
28.12%
49.42%
3.35%
19.11%

2016
21.39%
54.46%
3.02%
21.13%


2017
12.96%
63.01%

50.89%
26.64%

5.27%

0.46%

18.76%

22.01%

*Angka prediksi kenaikan 10 %dariAPBD sebelumnya

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta


V-2

Tabel 5.2. Proyeksi Pendanaan Bidang Ciptakarya APDB Kota Surakarta
No

Sektor

Tahun

1 Pengembangan Kawasan Permukiman
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

2018
136,363,631,629
72,669,270,776

2019
140,437,383,007
76,194,211,390


2020
2021
144,632,834,358 148,953,621,368
79,890,134,955 83,765,335,275

2022
153,403,488,338
87,828,508,460

3 Pengembangan SPAM
4 Pengembangan PLP
5 Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya

1,198,569,578
58,465,703,296
268,697,175,279

1,202,149,819
59,682,464,325
277,516,208,541


1,205,740,755 1,209,342,417
60,921,422,011 62,186,099,414
286,650,132,079 296,114,398,474

1,212,954,838
63,477,030,455
305,921,982,091

Tabel 5.3. Prosentase Pendanaan terhadap Total APBD untuk ke-Ciptakarya-an
Sektor
No
1
2
3
4

Pengembangan Kawasan Permukiman
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Pengembangan SPAM

Pengembangan PLP

Tahun
2018
50.75%
27.05%
0.45%
21.76%
100.00%

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

2019
50.61%
27.46%
0.43%
21.51%
100.00%

2020

50.46%
27.87%
0.42%
21.25%
100.00%

V-3

2021
50.30%
28.29%
0.41%
21.00%
100.00%

2022
50.14%
28.71%
0.40%
20.75%
100.00%

Gambar 5.1.

Grafik Realisasi Pendanaan Bidang Cipta Karya Kota Surakarta

Gambar 5.2.

Grafik Proyeksi Pendanaan Bidang Cipta Karya Kota Surakarta

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-4

5.1.1. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan
keuangan daerah tahun-tahun sebelumnya (2010-2015), serta kerangka pendanaan. Gambaran
pengelolaan keuangan daerah memberikan gambaran mengenai kemampuan anggaran daerah
untuk membiayai belanja daerah. Kemampuan belanja daerah, baik belanja langsung maupun
belanja tidak langsung akan menjadi acuan dalam pengalokasian anggaran pada masingmasing program yang akan dilaksanakan pada 5 (lima) tahun mendatang (tahun 2016-2021).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memiliki unsur Pendapatan Daerah, Belanja
Daerah, dan Pembiayaan Daerah. Kinerja keuangan daerah dapat diketahui dari kinerja
Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah tersebut. Pendapatan Daerah
meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah. Sedangkan Belanja daerah meliputi Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja
Langsung (BL), sedangkan Pembiayaan Daerah meliputi Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran Pembiayaan.
5.1.1.1. Pendapatan Daerah
Analisis pendapatan daerah memberikan gambaran kondisi pendapatan daerah yang
tercermin dalam APBD. Pendapatan daerah mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. PAD mencakup: 1) Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK); serta 3)
Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Hibah, Pendapatan Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian, dan Bantuan Keuangan dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya.
Kinerja pendapatan daerah diukur dengan indikator derajat kemandirian keuangan
daerah (desentralisasi fiskal). Indikator ini dihitung dari rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap
total Pendapatan Daerah. Dengan mengetahui kemandirian keuangan daerah ini akan diketahui
seberapa besar local taxing power suatu daerah, serta seberapa besar kemampuan PAD dalam
mendanai belanja daerah yang dianggarkan untuk memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat. Derajat desentralisasi fiskal Kota Surakarta dalam kurun waktu tahun 2010-2015
tergolong masih rendah, terlihat dari rata-rata proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-5

hanya sekitar 19,53%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan Kota Surakarta
terhadap dana transfer dari pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Jawa Tengah cukup
tinggi. Berikut ini disajikan proporsi PAD Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
terhadap Total Pendapatan Daerah tahun 2010-2015.

Gambar 5.3.

Proporsi PAD, Dana Perimbangan dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
terhadap Total Pendapatan Daerah (%)

Berdasarkan Gambar diatas diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2010-2015
proporsi PAD terhadap Total Pendapatan Daerah (TPD) menunjukkan peningkatan, begitu pula
dengan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, sedangkan proporsi Dana Perimbangan
menunjukkan penurunan. Rata-rata rasio Dana Perimbangan selama kurun waktu 2010-2015
memberi kontribusi pada Total Pendapatan Daerah sebesar 56,51%, sedangkan rata-rata rasio
PAD terhadap TPD sebesar 19,53%, dan rata-rata rasio Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
terhadap TPD memberikan kontribusi sebesar 23,96%.
Pada pos Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pajak Daerah menjadi sumber yang dominan
dengan rata-rata kontribusi sebesar 62,22%.Selanjutnya,selama kurun waktu 2010-2015
Retribusi Daerah memberikan kontribusi rata-rata sebesar 23,43%, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 2,58%, dan rata-rata
kontribusi Lain-lain PAD yang Sah sebesar 11,77%. Perbandingan proporsi unsur-unsur PAD
dapat dilihat pada Gambar berikut :

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-6

Gambar 5.4.

Proporsi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaaan

Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain PAD yang Sah terhadap Total PAD (%)

Sementara itu, rata-rata pertumbuhan realisasi dari pos-pos Pendapatan Daerah di Kota
SurakartaTahun 2010-2015, yang mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah beserta pos-pos yang menyertainya;
dapat dilihat pada Tabel berikut :

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-7

Tabel 5.4. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2010-2015
Tahun
No

Uraian

A

Pendapatan
Daerah
Pendapatan
Asli Daerah
Pajak daerah
Retribusi
Hasil
Pengelolaan
kekayaan
daerah
yang
dipisahkan
Lain-2
PAD
yang sah

1
a
b
c

d

2014

2015

Rata-Rata
Pertumbuhan
(%)
13,00

2010

2011

2012

2013

858.513.967.371,85

1.029.523.688.529,00

1.239.451.422.517,00

1.385.005.106.508,00

1.525.575.850.952,00

1.568.482.686.616,07

113.946.007.541,85

181.096.816.152,00

231.672.100.429,00

298.400.846.632,00

335.660.206.640,00

372.798.426.790,07

27,84

61.641.623.410,00
41.588.097.172,00

118.816.234.506,00
47.671.386.160,00

151.905.454.913,00
55.056.791.081,00

193.906.210.948,00
64.767.799.578,00

206.750.725.212,00
62.973.172.755,00

233.085.404.386,00
51.234.923.568,00

33,52
5,27

4.984.197.541,00

4.464.830.924,00

5.118.469.295,00

8.244.980.845,00

5.507.540.256,00

7.584.189.359,00

13,96

5.732.089.418,85

10.144.364.562,00

19.591.385.140,00

31.481.855.261,00

60.428.768.417,00

80.893.909.477,07

71,32
-

2
a

b
c

3

Dana
Perimbangan
Bagi
Hasil
Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
Dana
Alokasi
Umum (DAU)
Dana
Alokasi
Khusus (DAK)
Lain-lain
Pendapatan
Daerah yang

610.715.857.616,00

578.791.806.336,00

710.269.783.706,00

750.066.765.441,00

797.295.017.689,00

755.728.419.465,00

4,83

82.149.324.216,00

70.007.968.336,00

86.074.776.706,00

57.526.347.441,00

42.642.973.689,00

38.677.463.465,00

(12,03)

473.888.738.000,00

595.222.827.000,00

659.647.382.000,00

710.803.934.000,00

713.300.856.000,00

7,88

29.118.400.000,00

34.895.100.000,00

28.972.180.000,00

32.893.036.000,00

43.848.110.000,00

3.750.100.000,00

(8,35)

133.852.102.214,00

269.635.066.041,00

297.509.538.382,00

336.537.494.435,00

392.620.626.623,00

439.955.840.361,00

30,72

499.448.133.400,00

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-8

Rata-Rata
Pertumbuhan
(%)

Tahun
No

a
b

c

d

e

Uraian
Sah
Pendapatan
Hibah
Dana Bagi Hasil
Pajak
dari
Provinsi
dan
Pemerintah
Daerah Lainnya
Dana
Penyesuaian
dan
Otonomi
Khusus
Bantuan
Keuangan dari
Provinsi
atau
Pemerintah
Daerah Lainnya
Pendapatan
lainnya

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2.000.000.000,00

4.697.159.200,00

1.331.870.800,00

2.126.000.000,00

19.439.000.000,00

-

167,44

47.953.758.943,00

94.213.357.401,00

96.254.550.582,00

95.630.535.435,00

116.062.798.623,00

129.786.943.361,00

26,24

60.150.000.112,00

124.680.549.440,00

175.527.411.000,00

218.373.319.000,00

232.478.998.000,00

275.572.129.000,00

39,49

23.748.343.159,00

46.044.000.000,00

24.395.706.000,00

20.407.640.000,00

24.639.830.000,00

34.571.268.000,00

18,31

-

-

-

-

-

25.500.000,00

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2016

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-9

-

Dari sinkronisasi tabel dan gambar diatas dapat dilihat struktur Pendapatan Daerah
Kota Surakarta Tahun 2010-2015. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) memberikan ratarata kontribusi/rasio sebesar 19,53% dan rata-rata pertumbuhan sebesar 28,22%. Trend rasio
PAD yang terus meningkat mengindikasikan peningkatan desentralisasi fiskal, yang didominasi
dari kontribusi Pajak Daerah dengan rata-rata sebesar sebesar 62,22% dan Retribusi Daerah
sebesar 23,43%. Sedangkan dari sisi pertumbuhan, Lain-Lain PAD yang Sah menunjukkan
peningkatan sebesar 73,38% dan pajak daerah sebesar 33,52%. Rasio pajak dan pertumbuhan
pajak yang berkontribusi terhadap rasio dan pertumbuhan PAD terhadap pendapatan daerah
yang terus meningkat salah satunya disebabkan oleh adanya kebijakan desentralisasi fiskal
pemerintah melalui pelimpahan kewenangan pengelolaaan pajak BPHTB ke pemerintah daerah
(kab/kota) tahun 2011 dan pelimpahan kewenangan pengelolaaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Perdesaaan Perkotaan (PBBP2) ke pemerintah Daerah (kab/kota) tahun 2013, yang
sebelumnya kedua objek pajak tersebut di kelola oleh Pemerintah Pusat melalui skema bagi
hasil pajak kepada pemerintah daerah (kab/kota). Dengan adanya pelimpahan kewenangan
pengelolaaan 2 objek pajak tersebut, menyebabkan rasio pajak dan pertumbuhan pajak daerah
serta rata-rata pertumbuhan pajak daerah terhadap PAD meningkat. Dari sisi pertumbuhan
Lain-Lain PAD yang sah yang meningkat sebesar 73,38% disebabkan oleh masuknya dana
kapitasi JKN ke dalam pendapatan Puskesmas yang kemudian menjadi BLUD pada tahun
2015, serta pendapatan dari RSUD Kota Surakarta.

5.1.1.2. Belanja Daerah
Belanja Daerah terdiri atas Belanja Tidak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL).
Adapun Belanja Tidak Langsung meliputi jenis belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, dan
belanja tidak terduga. Sedangkan Belanja Langsung terdiri atas belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, serta belanja modal. Struktur Belanja Daerah di Kota Surakarta masih
didominasi oleh Belanja Tidak Langsung. Proporsi Belanja Tidak Langsung dari tahun 20102015 antara 72,59%-58,42%.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-10

Gambar 5.5.

Proporsi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Tahun 2010-2015

Total Belanja Daerah Kota Surakarta dari tahun 2010-2015 mengalami peningkatan.
Total Belanja tahun 2010 sebesar Rp825.858.500.472,00 meningkat pada tahun 2015 menjadi
Rp1.538.839.195.382,00. Proporsi Belanja Tidak Langsung cenderung mengalami penurunan
dari sebesar 72,59% pada tahun 2010 menjadi 58,42% pada tahun 2015, sedangkan Belanja
Langsung meningkat dari sebesar 27,41% pada tahun 2010 menjadi sebesar 41,58% pada
tahun 2015. Proporsi belanja langsung yang hanya berkisar antara 27,41% hingga 41,58%
memberikan gambaran bahwa alokasi anggaran untuk program pembangunan relatif terbatas,
sebab lebih rendah dari alokasi belanja tidak langsung.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-11

Tabel 5.5. Realisasi Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun 2010-2015
Tahun

Uraian

No

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Belanja Daerah
A

Belanja Tidak Langsung

1

Belanja pegawai

2

520.436.276.028

582.126.262.859

663.857.081.094

732.801.975.077

769.847.763.306

839.220.621.613

Belanja bunga

2.326.912.038

1.864.595.060

2.630.068.948

3.011.103.582

707.163.870

543.941.049

3

Belanja subsidi

-

-

-

-

-

-

4

Belanja hibah

59.424.399.322

77.688.165.120

81.484.900.250

114.277.841.058

82.186.330.510

57.298.323.252

5

Belanja bantuan sosial

5.816.101.335

5.891.910.500

91.500.000

197.933.087

57.000.000

4.310.500.000

6

Belanja
bagi
hasil
kepada
Provinsi/Kabupaten/
Kota
dan
Pemerintahan
Desa
/kota,
pemerintahan desa dan partai politik
Belanja bantuan keuangan kepada
provinsi/kabupaten/desa/partai politik
Belanja tidak terduga

-

-

-

-

-

-

10.688.764.927

690.516.840

690.515.376

690.515.376

696.837.653

677.113.524

823.475.000

244.195.000

139.773.250

644.528.220

33.409.391

275.878.668

599.515.928.650

668.505.644.379

748.893.838.918

851.623.896.400

853.528.504.730

902.326.378.106

27.225.361.619

34.426.626.374

34.529.693.915

48.547.410.395

62.962.792.286

34.057.188.790

119.354.711.920

151.270.535.022

175.597.070.413

230.158.026.782

276.844.848.456,63

360.313.939.466

79.762.498.284

128.443.148.963

186.150.293.855

244.975.523.723

286.491.756.994

235.829.590.702

Jumlah Belanja Langsung

226.342.571.823

314.140.310.359

396.277.058.183

523.680.960.900

626.299.397.736,63

630.200.718.958

Total Jumlah Belanja

825.858.500.472

982.645.954.738

1.145.170.897.101

1.375.304.857.300

1.479.827.902.466,63

1.532.527.097.064

7
8

Jumlah Belanja Tidak Langsung
B

Belanja langsung

1

Belanja pegawai

2

Belanja barang dan jasa

3

Belanja modal

Sumber: DPPKA Kota Surakarta, 2016.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-12

Alokasi anggaran pada urusan wajib dan urusan pilihan pemerintahan menunjukkan
pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Perkembangan
alokasi anggaran pada setiap urusan pemerintahan Kota Surakarta Tahun 2010-2015 dapat
dilihat pada Tabel berikut:

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-13

Tabel 5.6. Alokasi Belanja Langsung Per Urusan/Bidang Tahun 2010-2015
KODE
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119

BIDANG URUSAN PEMERINTAH
DAERAH

Realisasi
Belanja 2010

Realisasi
Belanja 2011

Realisasi
Belanja 2012

Realisasi
Belanja 2013

Realisasi
Belanja 2014

Realisasi
Belanja 2015

Urusan Wajib
Urusan WAJIB Bidang Pendidikan
Urusan WAJIB Bidang Kesehatan
Urusan WAJIB Bidang Pekerjaan Umum
Urusan WAJIB Bidang Perumahan
Urusan WAJIB Bidang Penataan Ruang
Urusan WAJIB Bidang Perencanaan
Pembangunan
Urusan WAJIB Bidang Perhubungan
Urusan WAJIB Bidang Lingkungan Hidup
Urusan WAJIB Bidang Pertanahan
Urusan WAJIB Bidang Kependudukan
dan Catatan Sipil
Urusan WAJIB Bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak
Urusan WAJIB Bidang Keluarga
Berencana dan Keluarga Sejahtera
Urusan WAJIB Bidang Sosial
Urusan WAJIB Bidang Ketanagakerjaan
Urusan WAJIB Bidang Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah
Urusan WAJIB Bidang Penanaman
Modal Daerah
Urusan WAJIB Bidang Kebudayaan
Urusan WAJIB Bidang Kepemudaan dan
Olah Raga
Urusan WAJIB Bidang Kesatuan Bangsa
dan Politik Dalam Negeri

176.230.071.690,00
18.189.914.533,00
32,780.678.501,00
16.770.523.534,00
1.686.464.275,00
3.025.075.982,00
2.524.722.380,00

302.694.576.141,00
65.822.710.820,00
44.092.238.611,00
50.524.616.907,00
7.244.921.650,00
1.640.795.475,00
3.448.687.176,00

370.087.513.453,00
50.194.341.650,00
64.719.897.103,00
26.081.227.728,00
10.494.798.100,00
2.955.125.508,00
17.759.812.460,00

452.781.016.793,00
48.383.623.826,00
43.184.580.000,00
74.107.238.253,00
28.387.546.675,00
5.400.279.953,00
12.166.441.438,00

614.933.130.956,63
71.737.567.525,00
78.322.223.516,00
57.721.013.157,00
15.181.012.520,00
5.642.187.388,00
14.788.344.155,63

599.558.711.229,00
74.320.964.210,00
79.838.882.606,00
82.729.635.135,00
11.241.451.329,00
11.060.268.972,00
15.661.814.952,00

23.672.847.398,00
12.205.012.968,00
0
1.899.478.504,00

11.832.805.987,00
33.676.952.684,00
74.068.160,00
2.468.976.971,00

21.203.793.813,00
47.478.936.961,00
89.179.250,00
2.423.817.857,00

39.102.668.799,00
58.293.460.615.00
196.528.810,00
3.030.973.256,00

42.579.391.090,00
61.396.578.061,00
236,012,700.00
4.940.039.744,00

33.119.682.010,00
94.127.235.329,00
1.556.247.496,00
4.637.612.160,00

-

-

99.525.000,00

3.239.867.319,00

7.369.071.687,00

7.481.720.332,00

970.098.900,00

1.371.934.950,00

545.747.250,00

1.349.441.375,00

2.177.390.145,00

1.528.784.831,00

2.658.645.223,00
2.557.329.753,00
1.073.306.951,00

2.726.949.722,00
3.275.469.151,00
1.728.562.648,00

3.599.955.605,00
4.487.406.885,00
3.334.226.418,00

5.659.422.268,00
6.046.522.174,00
3.922.682.114,00

7.545.751.090,00
8.281.155.960,00
3.412.955.784,00

2.676.279.933,00
2.822,241.162,00
3.679.397.800,00

287.306.090,00

798.519.564,00

1.723.554.134,00

2.526.233.575,00

2.009.324.662,00

1.724.567.241,00

328.084.845,00
444.089.150,00

1.554.001.300,00
1.109.532.250,00

3.779.383.794,00
2.175.461.486,00

4.059.237.552,00
3.529.540.557,00

6.001.000.148,00
5.695.055.374,00

8.768.818.595,00
5.329.028.450,00

1.594.448.020,00

1.409.821.725,00

2.899.514.680,00

4.697.052.943,00

6.108.852.571,00

24.407.349.846,00

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-14

KODE
120

121
122
123
124
125
126

201
203
204
205
206
207
208

BIDANG URUSAN PEMERINTAH
DAERAH

Realisasi
Belanja 2010

Realisasi
Belanja 2011

Realisasi
Belanja 2012

Urusan WAJIB Bidang Otda, Pem
Umum, Adm Keu Dae, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Urusan WAJIB Bidang Ketahanan
Pangan
Urusan WAJIB Bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa
Urusan WAJIB Bidang Statistik
Urusan WAJIB Bidang Kearsipan
Urusan WAJIB Bidang Komunikasi dan
Informatika
Urusan WAJIB Bidang Perpustakaan

81.779.327.350,00

62.101.008.899,00

88.110.160.384,00

119.726.130.132,00

170.755.211.869,00

116.781.726.580,00

202.504.590,00

596.781.356,00

743.281.220,00

3.001.334.710,00

10.218.371.417,00

9.941.318.510,00

2.356.412.957,00

2.699.907.328,00

9.705.079.839,00

31.076.500.991,00

19.618.773.524,00

4.746.395.391,00

16.506.000,00
29.800.000,00
1.311.637.650,00

49.351.250,00
183.994.200,00
1.688.285.270,00

158.692.600,00
320.191.450,00
4.092.692.325,00

220.936.750,00
360.345.835,00
5.623.208.016,00

221.222.400,00
366.688.750,00
5.924.565.573,00

200.306.700,00
700.740.416,00
7.207.989,916,00

646.534.637,00

573.682.087,00

911.709.953,00

3.782.679.472,00

6.919.382.846,00

3.298.482.405,00

Urusan Pilihan

26.342.327.181,65

28.579.188.997,00

53.827.027.440,00

68.486.332.160,00

65.977.250.295,00

25.111.475.847,00

2.665.557.609,00
-

3.906.348.677,00
49.960.000,00

3.958.793.795,00
57.275.000,00

6.298.458.967,00
56.418.036,00

8.152.959.771,00
70.545.760,00

2.427.693.321,00
0

4.977.069.989,00
1.366.381.750,00

5.788.998.074,00
1.793.764.300,00

5.861.842.386,00
1.443.022.500,00

7.338.080.888,00
2.038.930.650,00

8.444.318.393,00
2.451.632.950,00

5.538.875.727,00
102.476.800,00

15.822.882.426,65
1.510.435.407,00
0

16.065.140.949,00
974.976.997,00
0

41.724.535.409,00
781.558.350,00
0

51.596.018.794,00
1.115.530.825,00
42.894.000,00

45.250.746.303,00
1.394.432.118,00
212.615.000,00

15.558.227.509,00
1.291.770.490,00
192.432.000,00

202.572.398.871,65

331.273.765.138,00

423.914.540.893,00

521.267.348.953,00

680.910.381.251,63

624.670.187.076,00

Urusan PILIHAN Bidang Pertanian
Urusan PILIHAN Bidang Energi dan
Sumberdaya Mineral
Urusan PILIHAN Bidang Pariwisata
Urusan PILIHAN Bidang Kelautan dan
Perikanan
Urusan PILIHAN Bidang Perdagangan
Urusan PILIHAN Bidang Industri
Urusan Pilihan Bidang Transmigrasi
TOTAL

Realisasi
Belanja 2013

Realisasi
Belanja 2014

Sumber : DPPKA Kota Surakarta, 2016 (data diolah)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-15

Realisasi
Belanja 2015

5.1.1.3. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan setiap
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Penerimaan
Pembiayaan Daerah mencakup: (1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu; (2) Pencairan Dana
Cadangan; (3) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; (4) Penerimaan Pinjaman Daerah;
(5) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman/Kredit Bergulir (6) Penerimaan Piutang Daerah; dan
Penerimaan dari Pihak Ketiga. Penerimaan Pembiayaan Daerah Kota Surakarta dari tahun 2010-2015
fluktuatif,

yaitu

pada

tahun

2010

sebesar

Rp21.076.048.635,00

meningkat

menjadi

Rp206.628.228.259,00 pada tahun 2013 dan turun menjadi Rp191.011.406.720 pada tahun 2015.
Kontribusi terbesar dari Penerimaan Pembiayaan Daerah adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Tahun Lalu.
Pengeluaran Pembiayaan Daerah mencakup: (1) Pembentukan Dana Cadangan; (2)
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah; (3) Pembayaran Pokok Utang; (4) Pemberian
Pinjaman Daerah/Kredit Bergulir dan (5) Pengembalian Kepada Pihak Ketiga. Pengeluaran Pembiayaan
Daerah

cenderung

meningkat

pada

tahun

2010

sebesar

Rp.9.771.777.066,00

menjadi

Rp.52.801.852.734,00 pada tahun 2013 dan turun menjadi Rp.4.779.546.668,00 pada tahun 2015.
Kontribusi terbesar dari Pengeluaran Pembiayaan Daerah adalah penyertaan modal pemerintah daerah
pada BUMD dan pembayaran pokok utang.
Kinerja pembiayaan daerah Kota Surakarta dalam kurun waktu tahun 2010-2015 dapat dilihat
pada Tabel berikut :

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-16

Tabel 5.7. Perincian Pembiayaan Daerah Kota Surakarta Tahun 2010-2015
No
1.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

2.
a.
b.
c.
d.

Uraian
Penerimaan Pembiayaan Daerah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Sebelumnya
Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi
Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
Penerimaan dari Pihak Ketiga
Penerimaan/ Penarikan Deposito/ Dana
Bergulir
Penerimaan Pinjaman BLUD
Jumlah Penerimaan Pembiayaan Daerah
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Pengembalian Kepada Pihak Ketiga
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Jumlah Pembiayaan Netto
Surplus/Defisit
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Berkenaan

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

19.956.619.185

43.959.738.469

95.706.261.245

202.754.302.668

163.507.637.834,00

187.509.120.270,19

0

7.799.999.000

30.748.989.309

0

-

-

293.869.300
825.560.150
-

284.427.750
1.640.434.953
-

272.810.700
2.289.113.500
-

2.449.250.940
516.016.481

385.002.868
2.554.219.300
-

337.523.000
3.164.763.450
-

21.076.048.635

3.000.000.000
56.684.600.172

129.017.174.754

908.658.170
206.628.228.259

166.446.860.002

191.011.406.720,19

2.000.000.000

3.000.000.000

1.500.000.000

15.982.000.000

19.439.000.000

1.833.000.000

6.950.332.903
401.500.000
419.944.163
9.771.777.066
11.304.271.569
32.655.466.900

2.996.753.020
643.000.000
1.216.319.698
7.856.072.718
48.828.527.454
46.877.733.791

17.117.065.270
650.000.000
1.725.472.550
20.992.537.820
108.024.636.934
94.280.525.416

33.681.693.943
1.248.485.510
1.889.673.281
52.801.852.734
153.826.375.525
9.700.249.208

3.331.701.018
0
1.914.987.200
24.685.688.218
141.761.171.784
45.747.948.486,19

888.943.868
0
2.057.602.800
4.779.546.668
186.231.860.052
35.955.589.552,07

43.959.738.469

95.706.261.245

202.305.162.350

163.526.624.733

187.509.120.270

222.187.449.604,26

Sumber : DPPKA Kota Surakarta, 2016 (data diolah)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-17

Tahun 2013

Tahun 2014

Tahun 2015

5.2.

POTENSI PENDANAAN APBN dan APBD PROVINSI
Kebutuhan dana pembangunan infrastruktur di Indonesia relatif sangat besar mengingat

kualitas infrastruktur Indonesia masih relatif tertinggal dibandingkan negara Asia lainnya seperti
Singapura, Jepang, China dan India. Berdasarkan World Economic Forum (2013), peringkat tertinggi
untuk Asia diraih Singapura, urutan kedua dari 144 negara di dunia dengan skor 6,5 (skala 1: rendah –
7: tinggi). Sementara itu, kualitas infrastruktur Indonesia secara keseluruhan berada pada peringkat 92
dengan skor 3,7 baik pada kualitas jalan, pelabuhan, maupun kualitas penyediaan listrik. Indonesia
berada di atas Filipina (98), namun di bawah India (87) dan Cina (69), Korea Selatan (22) dan Jepang
(16). Buruknya kualitas infrastruktur Indonesia menjadi salah satu penyebab biaya logistik yang tinggi
dan tidak kompetitif, ditunjukkan dari indeks performa logistik Indonesia pada tahun 2014 hanya
berkisar 3,08 (skala 1: rendah – 5: tinggi). Posisi Indonesia berada di bawah Malaysia (3,59) dan Korea
Selatan (3,67).
Kurangnya kualitas infrastruktur Indonesia tidak terlepas dari masalah pendanaan. Selama ini,
belanja investasi infrastruktur rendah dan tidak memadai untuk membiayai pembangunan infrastruktur
yang menjangkau wilayah Indonesia yang sangat luas. Pengeluaran untuk infrastruktur dari APBN
tahun 2013 hanya berkisar 2,3% dari produk domestik bruto (PDB) atau sebesar Rp 203 trilliun. Kalau
digabung sumber lain (APBD, BUMN dan swasta) total pengeluaran untuk infrastruktur mencapai Rp
438 trilliun atau 4,72% dari PDB. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur di Indonesia masih
bergantung pada dana APBN dan APBD, sedangkan peran swasta belum signifikan. Jika dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya, anggaran infrastruktur di Indonesia tidak memadai. Thailand
mengeluarkan belanja infrastruktur sebesar 17% dan Vietnam sebesar 12% dari PDB. Rendahnya
alokasi anggaran untuk pembiayaan infrastruktur di Indonesia mengakibatkan produktivitas nasional
rendah dan daya saing relatif rendah dibandingkan negara lain dalam kawasan yang sama.
Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas infrastruktur. Hal ini terlihat dari anggaran
pembiayaan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 ‐

2019 sebesar Rp 6.780 trilliun (Gambar 1). Kebutuhan dana investasi infrastruktur Indonesia

diperkirakan Bappenas hanya dapat dipenuhi sebesar oleh APBN sebesar Rp 1.000 trillun, APBD
sebesar Rp 500 trillun, BUMN dan swasta sebesar Rp 210 trilliun, Perbankan sebesar Rp 500 trilliun,
Asuransi dan Dana Pensiun sebesar Rp 60 trilliun, serta lembaga pembiayaan infrastruktur yang ada
sebesar Rp 500 trilliun, oleh karena itu ada financial gap sebesar Rp 4.000 trilliun yang harus dipenuhi
dari sumber pendanaan lain guna melakukan akselerasi pembangunan infrastruktur di
Indonesia.Sehingga, perlu adanya upaya untuk untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut. Pemerintah
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut melalui
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-18

pendirian beberapa lembaga pembiayaan. Indonesia pernah memiliki Bank Pembangunan Indonesia
(BAPINDO) yng didirikan tahun 1952. Dari awal pendiriannya Bapindo memang fokus membiayai
pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, pembangkit listrik, bandar udara, trasportasi
(darat, laut dan udara). Untuk pola sumber dananya Bapindo mengandalkan obligasi, deposito,
tabungan dan khusus untuk sektor tertentu yang akan diberikan insentif oleh pemerintah maka Bank
Indonesia memberikan Kredit Likuiditas bank Indonesia (KLBI). Namun, akibat krisis yang melanda
ekonomi Indonesia pada pertengahan tahun 1997, bank ini kemudian dileburkan bersama beberapa
bank BUMN lainnya menjadi Bank Mandiri saat ini.

Gambar 5.6.

Anggaran Infrastruktur Tahun 2015 - 2019
Sumber: Bappenas RPJMN 2015-2019

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun anggaran yang digunakan untuk
pembangunan infrastruktur selalu mengalami peningkatan. Ha lini menunjukkan bahwa infrastruktur
yang harus dibangun, ditingkatkan mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh tanah air.
Rencana anggaran terkait dengan kinerja pendanaan Ditjen Cipta Karya untuk tahun 2015
sampai dengan tahun 2019 dapat dilihat dalam tabel berikut :

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-19

Tabel 5.8. Data Pendanaan Kota Surakarta tahun 2014 - 2019
Indikator Outcome
2015-2019

Alokasi Anggaran (Rp. Miliar)
2015
2016
2017
2018
2019

Proporsi rumah tangga yang 4.863 10.605 10.836 10.276 9.869
menempati pemukiman tidak layak di
perkotaan, pedesaan dan pemukiman
khusus
Penataan Bangunan dan Lingkungan
1.254 1.203 1.666 1.970 2.340
Capaian Pelayanan Akses Air Minum
5.265 6.169 6.828 7.542 8.096
Capaian Pelayanan Akses Sanitasi
3.835 5.446 6.894 9.077 10.373
Dukungan Manajemen
549
754
803
855
944
Setditjen
257
314
345
378
414
Keterpaduan Infrastruktur
276
331
346
361
378
BPPSPAM
61
109
112
116
152
Total APBN
15.811 24.197 27.027 29.720 31.622

Total Renstra
DJCK 2015 – 2019
(Rp. Miliar)
46.449

8.433
33.900
35.645
3.949
1.708
1.692
550
128.376

Sumber: Bappenas RPJMN 2015-2019

Besarnya dana pembangunan infrstruktur tersebut akan didukung oleh pendanaan APBN,
Untuk mendukung pembangunan tersebut kemampuan pendanaan pemerintah lewat APBN dapat
dilihat dari unsur-unsur berikut :
5.2.1. Penerimaan Negara
Penerimaan APBN berasal dari sektor-sektor penerimaan dalam negeri dan hibah. Sektor
penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Sedangkan
sektor penerimaan pajak dapat diuraikan yaitu pajak dalam negeri yang terdiri dari pajak penghasilan,
pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya. Selanjutnya penerimaan
pajak perdagangan internasional yang terdiri dari bea masuk dan pajak eksport. Selanjutnya sektor
penerimaan bukan pajak terdiri dari penerimaan sumber daya alam (SDA), bagian laba BUMN,
Penerimaan bukan pajak lainnya, dan pendapatan badan layanan umum.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-20

Gambar 5.7.

Grafik Rata-rata Pertumbuhan APBN 2012-2017
Sumber: Analisis Penyusun, 2017

Berikut ini merupakan uraian penerimaan APBN dari tahun 2011-2015, dapat dilihat pada
keterangan tabel dibawah ini. Berdasarkan uraian tabel penerimaan APBN Indonesia dari tahun 2011 –
2015 maka dapat diketahui trend pertumbuhan pendapatan Negara dari tahun 2011 – 2015. Pada
keterangan tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan sektor penerimaan APBN tahun 2011-2015
mengalami kondisi fluktuatif. Pada tahun 2011 sektor penerimaan Negara sebesar 22%, namun
mengalami penurunan sampai tahun 2014 hingga 8 %, kemudian naik kembali sebesar 6 point hingga
mencapai kenaikan 14% pada tahun 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik pertumbuhan
penerimaan Negara dibawah ini.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-21

Gambar 5.8.

Grafik Rata-rata Penerimaan APBN 2015
Sumber: Analisis Penyusun, 2017

Sektor yang memberikan kontribusi terbesar ke Negara dalam aspek penerimaan APBN
Indonesia pada tahun 2015 adalah Penerimaan dalam negeri yang mencapai angka 99,8% dan
sisanya adalah hasil dari hibah. Penerimaan dalam negeri APBN terdiri atas penerimaan perpajakan
dan penerimaan non pajak.
5.2.2. Belanja Negara
Selain menjelaskan mengenai anggaran pendapatan Negara, didalam dokumen APBN juga
menjelaskan mengenai anggaran belanja Negara mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.
Dapat dijelaskan bahwa jenis pengeluaran pemerintah terdiri dari anggaran belanja pemerintah pusat
dan transfer ke daerah. Uraian mengenai belanja pemerintah pusat terdiri dari belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan social, dan belanja
lain-lain. Sedangkan terkait dengan pengeluaran transfer ke daerah, dapat dijelaskan terdiri dari dana
perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK), dan dana
otonomi khusus dan penyesuaian.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-22

Tabel 5.9. Data Anggaran Belanja Negara tahun 2012-2017

No
A
I
1

2
II

Keterangan
Pendapatan Negara
Pendapatan Dalam Negeri
Penerimaan Perpajakan
a Pendapatan pajak dalam negeri
b pendapatan pajak perdagangan internasional
penerimaan negara bukan pajak

2012 (LKPP)
1,338,109.6
1,332,322.9
980,518.1
930,861.8
49,656.3
351,804.8
5,786.8

6,832.5

5,034.5

11,973.0

1,975.2

1,372.7

3.11

1,491,410.2
1,010,558.2
489,445.9
521,112.3

1,650,563.8
1,137,162.9
582,940.2
554,222.7

1,777,182.9
1,203,577.2
577,164.8
626,412.3

1,806,515.2
1,183,303.7
732,137.1
451,166.6

2,082,948.9
1,306,696.0
767,809.9
538,886.1

2,080,451.2
1,351,526.1
763,575.1
551,951.0

7.04
6.11
9.86
2.65

480,645.1
480,645.1
467,304.7
1,387.8

513,260.4
513,260.4
498,311.4
1,387.8

573,703.1
573,703.1
555,747.3
1,387.8

623,139.6
602,373.4
583,045.9
1,664.5

776,252.9
729,270.8
705,458.9
5,000.0

764,925.1
764,925.1
677,079.9
7,500.0

10.06
9.90
8.01
54.07

11,952.6

13,561.3

16,567.9

17,663.0
20,766.2

18,811.9
46,982.1

20,345.2
60,000.0

Penerimaan Hibah
Belanja Negara
Belanja Pemerintah Pusat
a Belanja K/L
b Belanja non K/L

II
1

Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
Transfer Ke Daerah
a Dana Perimbangan
b Dana Insentif Daerah
Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan
c
DIY
Dana Desa
-

III

Suspen

206.9

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

140.1

-97.4

V-23

71.9 -

2016
(APBNP)
1,786,225.0
1,784,249.9
1,539,166.2
1,503,294.7
35,871.5
245,083.6

2017
(APBN)
1,750,283.4
1,748,910.7
1,498,871.6
1,464,796.5
34,075.1
250,039.1

Rata-Rata
Pertumbuhan(%)

2013
(LKPP)
1,438,891.1
1,432,058.6
1,077,306.7
1,029,850.1
47,456.6
354,751.9

B
I

2

Tahun (dalam Miliar Rupiah)
2014
2015
(LKPP)
(LKPP)
1,550,490.8 1,508,020.4
1,545,456.3 1,496,047.3
1,146,865.8 1,240,418.9
1,103,217.6 1,205,478.9
43,648.1
34,940.0
398,590.5
255,628.5

-

5.80
5.90
9.19
9.83
-6.95
-4.95

11.38
76.98
-125.21

No

Keterangan
2012 (LKPP)

C

Keseimbangan Primer

D

E
I
II
III
IV
V

2013
(LKPP)

Tahun (dalam Miliar Rupiah)
2014
2015
(LKPP)
(LKPP)

2016
(APBNP)

2017
(APBN)

Rata-Rata
Pertumbuhan(%)

-52,784.6

-98,637.3

-93,250.7

-142,485.1

-105,505.6

-108,973.2

22.31

Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
% terhadap PDB

-153,300.6
-1.86

-211,672.8
-2.33

-226,692.0
-2.25

-298,494.8
-2.59

-296,723.9
-2.35

-330,167.8
-2.41

17.50
6.05

Pembiayaan
Pembiayaan Utang
Pembiayaan Investasi
Pembiayaan Pinjaman
Kewajiban Penjaminan
Pembiayaan Lainnya
Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan

175,158.2
140,792.7
-25,724.3
2,780.1

237,394.6
233,222.4
-16,858.7
293.5
-706.0
31,443.5
25,721.8

248,892.8
323,108.0
255,732.4
380,916.1
-8,908.9
-59,654.8
2,493.5
1,504.9
-964.1 540.0
341.7
22,200.8
24,613.2

296,723.9
371,562.6
-93,984.8
461.7
-651.7
19,336.1
0.0

330,167.8
384,690.5
-47,488.9
-6,409.7
-924.1
300.0
0.0

14.66
25.07
99.21
-187.42
39.18
1056.04
-21.29

57,309.7
21,857.6

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-24

5.3.

STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk

memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM,
maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi
pembangunan infrastruktur permukiman.
Alternatif pendanaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur keciptakaryaan
adalah:
a. Dana Publik. Dana ini mengalir dari Pusat, Provinsi lalu ke Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan yang didapat dari pajak. Biasanya dana ini berupa hibah atau
pinjaman
b. Dana pembangunan Asing ( Overseas Development Aid/ODA). Hibah dan pinjaman
luar negeri dari lembaga-lembaga keuangan Internasional seperti Bank Dunia dan
ADB
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Berbasis Masyarakat
d. Sektor Swasta/ badan usaha
Perusahaan memiliki peluang untuk mensinergikan program CSR di bidang Cipta Karya
dengan program Pemerintah yang didanai dari sumber lain seperti tersebut di atas. Sinergi ini
akan melahirkan program yang memiliki dampak lebih besar dan lebih luas serta berkelanjutan.

Tabel 5.10. Sumber-sumber Pembiayaan Infrastruktur Cipta Karya
Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Pusat

Provinsi

Kabupatem/Kota

APBN

Hibah

APBD

Donor

Swasta

Pinjaman,

Pinjaman bank

Kredit Mikro

(Komersial),
Kredit

Mikro

dan

dana

Bergulir
Hibah

Pinjaman

SILPA

Hibah

Investasi
Swasta
termasuk PPP

Pinjaman LN

Dana Cadangan

Bentuk Khusus
Investasi

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-25

Pemerintah

Pemerintah

Pemerintah

Pusat

Provinsi

Kabupatem/Kota

Donor

Swasta

Swasta

(

Sewa,BOT), dll
Mikro Kredit

Dana Bergulir

Hibah,

CSR

Tarif/
Kontribusi
Pengguna.

5.3.1. Fasilitasi Kerjasama Dengan Pemangku Kepentingan
Kementrian PU memiliki peran penting sebagai fasilitator yang dapat mempertemukan
perusahaan dengan para pemangku kepentingannya, khususnya di bidang Cipta Karya. Para
pemangku kepentingan tersebut antara lain :
a. Pemerintah Kabupaten/Kota ( Bappeda, Dinas PU, Dinas Kebersihan dan Dinas
terkait lainnya)
b. Kelompok Kerja seperti Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan, badan
Keswadayaan Masyarakat yang dibentuk melalui Program PNPM
c.

Lembaga Donor

d. Kementrian lain yang terkait ( Kementrian Kesehatan dan kementrian Sosial0
e. Lembaga Swadaya Masyarakat
Melalui fasilitasi pertemuan multi pihak ini, diharapkan tercipta kolaborasi/kemitraan yang
memungkinkan pihak yang bermitra menemukan solusi kreatif untuk masalah yang kompleks,
karena kemitraan memungkinkan bertemunya berbagai pemikiran dan strategi bersama untuk
memecahkan masalah. Bidang Kegiatan yang bisa dikerjasamakan adalah :
A. SEKTOR PENGEMBANGAN AIR MINUM
Pada sistempenyediaan air minum, kegiatan yang ditawarkan untuk kerjasama CSR
adalah sebagai berikut :
1. Air baku
a. Kegiatan untuk mendapatkan air baku sesuai dengan jenis sumbernya
b. Pembangunan bak penampungan/reservoir air baku
c. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air baku
2. Pengolahan Air Minum
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-26

a. Pembangunan Instalasi Pengolah Air Minum
b. Pembangunan Reservoir Air Minum
3. Transmisi Air Minum
a. Pengadaan dan pemasangan pompa transmisi air minum
b. Pengadaan dan pemasangan pipa transmisi air minum
c. Pembangunan bak pelepas tekan
4. Distribusi Air Minum
a. Pembangunan reservoir distribusi
b. Pengadaan dan pemasangan pompa distribusi
c. Pengadaan dan pemasangan jaringan pipa distribusi
d. Pengadaan dan pemasangan sambungan rumah
e. Pengadaan dan pemasangan hidran umum

B. SEKTOR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Sektor PPLP terdiri dari 3 sub sector, yaitu Persampahan, Air Limbah dan Drainase,
dimana kegiatan yang bisa ditawarkan untuk ketiga subsector tersebut adalah :
1. Subsektor Persampahan
d. Komponen Pengumpulan dan pengangkutan ke Tempat Penampungan
Sementara
e. Komponen Pengangkutan ke Tempat Pemrosesan Akhir
f.

Komponen Pengolahan

2. Subsektor Air Limbah
a. Kegiatan pengolahan system off site
b. Kegiatan pengolahan system on site
c. Subsektor Drainase

C. SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Kegaiatan yang dikerjasamakan :
1. Penyediaan Sarana dan Prasarana untuk Ruang Terbuka Hijau
2. Revitalisasi Kawasan Sejarah/tradisional
3. Pembangunan Sarana dan prasarana permukiman tradisional

D. SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-27

Kegiatan yang isa dikerjasamakan:
1. Penataan Kawasan Perkotaan
2. Penataan Kawasan Perdesaan
5.3.2. Melalui Pendanaan APBD Kota Surakarta
Melihat capaian kinerja Pendapatan Daerah Tahun 2010-2015, kedepan Pendapatan
Daerah diharapkan dapat lebih meningkat, yang diikuti dengan berbagai upaya. Beberapa
kebijakan pendapatan daerah dirumuskan untuk meningkatkan Pendapatan Daerah selama
Tahun 2016-2021, yaitu sebagai berikut:
1)

Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan;

2)

Pendapatan daerah dikelola secara tertib dan transparan dengan menerapkan basis
akrual;

3)

Intensifikasi Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

4)

Peningkatan kualitas pelayanan pajak/reribusi, melalui pemanfaatan Teknologi
Informasi (IT) dan Sarpras;

5)

Perkuatan basis data dan potensi pajak dan retribusi daerah;

6)

Peningkatan kualitas SDM aparatur pengelola pajak dan retribusi daerah;

7)

Optimalisasi kinerja bisnis BUMD yang berdampak terhadap kesehatan dan bagi
hasil laba BUMD ke PAD;

8)

Peningkatan tata kelola BLUD sesuai dengan regulasi yang berlaku dalam rangka
mendukung akuntablitas PPK-BLUD;

9)

Optimalisasi aset daerah;

10) Memberikan kompensasi/tax holiday guna peningkatan investasi. Secara jangka
pendek tax holiday akan berdampak negatif terhadap capaian PAD, namun secara
jangka panjang hal tersebut dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah dan kenaikan PAD. Tax holiday dapat diterapkan melalui
pemberian keringanan pajak untuk periodesasi tertentu kepada pihak swasta yang
akan melakukan investasi atau pemberian keringan retribusi kepada masyarakat
yang baru memulai usaha atau yang mengalami bencana. Pemberian keringanan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-28

tersebut harus dilakukan secara terukur, bijak dan tidak melanggar regulasi yang
ada.
Berdasarkan kebijakan tersebut dan dengan mempertimbangkan laju capaian kinerja
ekonomi makro daerah, maka proyeksi pendapatan daerah Kota Surakarta Tahun 2016-2021
disusun dengan berbasis pada asumsi :
1)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dihitung dengan memperhatikan kinerja realisasi
PAD Tahun 2010-2015 dan perilaku dari potensi masing-masing objek pajak dan
objek retribusi daerah, kinerja, dan rencana bisnis BUMD dan BLUD serta trend
pendapatan PAD lainnya;

2)

Menyesuaikan kebijakan dana transfer dari pemerintah mendasarkan pada
pencapaian Nawa Cita sampai dengan Tahun 2019;

3)

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah, menyesuaikan dengan kebijakan
pemerintah, utamanya terkait dengan kebijakan hibah dari pemerintah, dana
penyesuaian/DID serta kebijakan bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta

V-29

Dokumen yang terkait

BAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 2a84336447 BAB VBAB 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang CK

0 0 13

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 051eca2da1 BAB VBAB 5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

0 0 9

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 83ad39a28f BAB V005. Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

0 0 13

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 88b21a122e BAB V5. Bab V Kerangka Strategi Pembiayaan

0 0 21

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR - DOCRPIJM 1421f8e2c7 BAB VBab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur

0 0 28

Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 1502699434BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

0 0 8

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502177151Bab V

0 0 44

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1503117437BAB V Kerangka Strategi Pembiayaan

0 0 7

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1504088717BAB V Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta

0 0 7

BAB V KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1536553695Bab 5 Kerangka Strategi Pembiayaan Infrastruktur Bidang Cipta Karya EDITED9 8 1

0 0 10