DOCRPIJM e75ba19adf BAB VIIIBab VIII
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan
dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun
di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan
perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan
instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan
dan sosial yang dibutuhkan.
8.1. Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten Bener Meriah telah
mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPLH)”
BAB VIII - 399
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
2. Undang-Undang
No.
17/2007
tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara
konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis :
Dalam
penyusunan
digunakan
untuk
kebijakan,
menyiapkan
rencana
alternatif
dan/atau
program,
penyempurnaan
KLHS
kebijakan,
rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang
tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu
disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan
dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL
dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Aceh, dan
pemerintah Kabupaten Bener Meriah dalam aspek
lingkungan terkait
bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
BAB VIII - 400
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan
dan
melaksanakan
kebijakan
pengaduan
masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/
kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
BAB VIII - 401
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU
No.
32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya
disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,
dan
partisipatif
untuk
memastikan
bahwa
prinsip
pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah
karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/
Rencana/ Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip
kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi
garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan
dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai
instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten.
Koordinasi
penyusunan
KLHS
mendorong terjadinya transfer
antar
instansi
diharapkan
dapat
pemahaman mengenai pentingnya
penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPI2-JM. Diagram alir
pentahapan pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut :
BAB VIII - 402
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Gambar 8-1 : Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Beberapa identifikasi/kajian yang dilakukan dalam rangka KLHS RPI2-JM
dapat mengutip dokumen KLHS yang disusun dalam perumusan RTRW.
a. Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan
rencana/program
KLHS
dalam
diawali
dengan
RPI2-JM
penapisan usulan
per
sektor
dengan
mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)
kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,
(3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu
dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok
masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan
manusia.
Isu-isu
tersebut
menjadi
kriteria
apakah
BAB VIII - 403
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau
dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun
Tabel 8.1.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui
proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program
dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas
maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang
Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat
menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan,
dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan
BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM
didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS
dengan tahapan sebagai berikut:
BAB VIII - 404
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
Penilaian
No
Kriteria Penapisan
(1)
(2)
1.
Perubahan Iklim
2.
Kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati
3.
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan
lahan,
Uraian
Pertimbangan*
(3)
Perubahan iklim dampaknya ke semua sektor
kehidupan, sampai permukiman.
Tidak terkait langsung dampaknya
Kesimpulan:
(Signifikan/Tidak)
(4)
signifikan
Tidak signifikan
Tidak terkait langsung dampaknya
Tidak signifikan
4.
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam
Tidak terkait langsung dampaknya
Tidak signifikan
5.
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau lahan,
Tidak terkait langsung dampaknya
Tidak signifikan
6.
Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat
Terkait langsung pada penyediaan sarana dan
prasarana permukiman
Signifikan
7.
Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia
Terkait langsung pada penyediaan sarana dan
prasarana PLP sanitasi
Signifikan
BAB VIII - 405
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di
Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai
berikut:
1. Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi
masyarakat
dan
pemangku
kepentingan
adalah:
Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS;
2. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,
rencana
dan/atau
program
memperoleh legitimasi atau
penerimaan oleh publik;
4. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses
untuk
menyampaikan
informasi,
saran,
pendapat, dan
pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses
penyelenggaraan KLHS.
Tabel 8.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam
penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Lembaga
(1)
Pembuat keputusan
Penyusun kebijakan, rencana
dan/ atau program
Instansi/Pelaksana KRP
Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
(2)
a. Bupati Bener Meriah
b. DPR Bener Meriah
Bappeda Kab Bener Meriah
a. Dinas PU-Cipta Karya dan Pengairan Kab Bener
Meriah
b. BPLHK Kab Bener Meriah
a. Universitas Teuku Umar
b. STAIN Tgk Dirundeng
c. Asosiasi profesi
d. Gapensi
e. Gapeknas, AKLI. INKINDO
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan
lingkungan hidup
d. Yayasan Paramadina semesta
BAB VIII - 406
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
e. Perorangan/tokoh : Cut Agam, T Dadek, Bustanuddin
Ketua MAA
f. kelompok yang memiliki data dan informasi
berkaitan dengan SDA : Yayasan pengembangan
Kawasan, MAA Bener Meriah
Masyarakat terkena Dampak
a. Lembaga Adat
b. Tokoh masyarakat
c. Organisasi masyarakat
d. Pawang Uteun, Panglima Laot
b. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga
aspek tersebut;
2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tabel 8.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Penjelasan Singkat
(1)
(2)
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum
Kabupaten Bener Meriah mempunyai sumber
air baku dari sungai Krueng Meureubo,
Krueng Woyla, Krueng Bubon. yang sudah
tercemar mercuri akibat penambangan emas.
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal
Pencemaran tanah oleh septictank yang bocor,
pencemaran badan air oleh air limbah
permukiman
Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap
kualitas lingkungan
Kawasan kumuh menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan
Pencemaran air mengurangi kesejahteraan
nelayan di pesisir
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit
Menyebarnya penyakit diare di permukiman
kumuh
c. Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
d. Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu
Wilayah
BAB VIII - 407
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
e. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,
dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan
muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah
dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau
program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada
pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif
untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana
dan/
atau
program
menyempurnakan
dan
yang
atau
ada.
Beberapa
mengubah
alternatif
untuk
rancangan
KRP
mempertimbangkan antara lain :
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan
kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan
menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah
pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana,
dan/atau program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Dari hasil kajian dengan mengisi tabel 8.5 dihasilkan kesimpulan bahwa
tidak ada satupun KRP yang memiliki score negatif sehingga tidak perlu
lagi dilakukan langkah berikutnya yaitu :
Perumusan alternatif penyempurnaan KRP ( tabel 8.6 )
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS (tabel
8.7)
BAB VIII - 408
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.4. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No.
Komponen kebijakan, rencana
dan/atau program
Alternatif
Penyempurnaan KRP
(1)
(2)
(3)
1.
Pengembangan Permukiman
NIHIL
2.
Penataan Bangunan dan Lingkungan
NIHIL
3.
Pengembangan Air minum
NIHIL
4.
Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman
NIHIL
f. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Tabel 8.5. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No.
(1)
Komponen Kebijakan,
Rencana dan/atau Program
Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Pengintegrasian Hasil KLHS
(2)
(3)
1.
Pengembangan Permukiman
NIHIL
2.
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
NIHIL
3.
Pengembangan Air minum
NIHIL
4.
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
NIHIL
Kabupaten Bener Meriah
yang
telah
menyusun
dan
memiliki
dokumen KLHS RTRW Kabupaten Bener Meriah, maka hasil olahan di
dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian
perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM.
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran
rencana-program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan,
instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan
SPPLH. Tabel 8.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan
AMDAL.
BAB VIII - 409
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek
mengikuti ketentuan
yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5
tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan W ajib AMDAL
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
BAB VIII - 410
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.6. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi
a) Rujukan
Peraturan
Perundangan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum
KLHS
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
i. UU
32
tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL
UPL
iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
Wajib AMDAL
b) Pengertian
Umum
c) Kewajiban
Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan
dampak terhadap lingkungan.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
pelaksanaan
d) Keterkaitan
studi
lingkungan
dengan:
e) Mekanisme
pelaksanaan
Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang
masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan
RPJM
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang
berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
resiko lingkungan
i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/
atau program terhadap kondisi lingkungan
hidup di suatu wilayah
i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun
AMDAL
BAB VIII - 411
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
ii. perumusan alternatif penyempurnaan
kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu
oleh Tim Teknis.
iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi
penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan
lingkungan
f) Muatan Studi
Lingkungan
i. Isu Strategis terkait Pembangunan
Berkelanjutan
ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan
isu-isu strategis terkait pembangunan
berkelanjutan
i. Kerangka acuan;
ii. Andal; dan iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka
acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata
ruang kawasan.
iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program
g) Output
Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
program pembangunan dalam suatu wilayah.
kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
BAB VIII - 412
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
h) Outcome
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat
i.
untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana,
dan/atau program pembangunan yang
ii.
melampaui daya dukung dan daya tampung
iii.
lingkungan.
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.
i) Pendanaan
APBD Kabupaten/Kota
Dasar pertimbangan
lingkungan
penetapan
kelayakan
atau ketidak layakan
Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
tercantum dalam RKL RPL.
i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL
dibebankan pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi
AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
iv.
j) Partisipasi
Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen
pelaksanaan KLHS
Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran
lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
instansi
Masyarakat yang dilibatkan adalah:
i.
Yang terkena dampak;
ii.
Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii.
Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
BAB VIII - 413
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
k) Atribut Lainnya:
a. Posisi
Hulu siklus pengambilan keputusan
Akhir sklus pengambilan keputusan
b. Pendekatan
Cenderung pro aktif
Cenderung bersifat reaktif
c. Fokus
Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
Peringatan dini atas adanya dampak komulatif
Amat terbatas
Memelihara keseimbangan alam, pembangunan
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
telaahan
f. Alternatif
berkelanjutan
Banyak alternatif
Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman
Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk
mengarahkan visi dan kerangka umum
analisis
d. Dampak
kumulatif
e. Titik
berat
h. Deskripsi
proses
i. Fokus
pengendalia n
dampak
j. Institusi
Penilai
Sempit, dalam dan rinci
Proses multi pihak, tumpang tindih komponen,
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan
KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
akhir
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan
Menangani gejala kerusakan lingkungan
Tidak
Diperlukan
diperlukan
institusi
yang
berwenang
memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
institusi
yang
berwenang
penilaian dan persetujuan AMDAL
BAB VIII - 414
memberikan
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
h) Outcome
i.
Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan
lingkungan
untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana,
dan/atau
program
pembangunan
yang ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
melampaui daya dukung dan daya tampung
iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
lingkungan.
tercantum dalam RKL RPL.
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.
i) Pendanaan
APBD Kabupaten/Kota
i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL
dibebankan pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi
AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
iv.
j) Partisipasi
Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen
pelaksanaan KLHS
Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran
lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
instansi
Masyarakat yang dilibatkan adalah:
i.
Yang terkena dampak;
ii.
Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii.
Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
BAB VIII - 415
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib
dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 8.7. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No.
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
A.
Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan
sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total
b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau
- Kapasitas Total
> 10 ha
> 100.000 ton
B.
C.
D
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah
terpadu:
- Kapasitas
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas
b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
Luas, atau
Kapasitasnya
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
Luas, atau
Kapasitasnya
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
Luas layanan, atau
Debit air limbah
Pembangunan Saluran Drainase
dan/atau sekunder) di permukiman
semua
kapasitas/
besaran
> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
semua kapasitas
> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
> 25 ha
> 50 ha
> 100 ha
> 2.000 ha
> 2 ha
3
> 11 m /hari
> 3 ha
> 2,4 ton/hari
>500 Ha
>10 Ha
(Primer
a. Kota besar/metropolitan, panjang
b. Kota sedang, panjang::
>5 Km
>10 Km
Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a.
b.
c.
d.
e.
Pembangunan jaringan distribusi
Luas layanan
>500 Ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
panjang
>10 Km
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah
BAB VIII - 416
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib
dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya
dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL
tercermin dalam tabel 8.10
Tabel 8.8.
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib
UKL-UPL
Sektor Teknis CK
a.
Persampahan
b.
Air Limbah
Domestik/
Permukiman
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi
penunjang:
Luas kawasan, atau < 10 Ha
Kapasitas total < 10.000 ton
ii. TPA daerah pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha
Kapasitas total < 5.000 ton
iii. Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
Terpadu
Kapasitas < 500 ton
v. Pembangunan Incenerator
Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) termasuk fasilitas penunjang
Luas < 2 ha
Atau kapasitas < 11 m3/hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Luas < 3 ha
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman
Luas < 500 ha
Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
c. Drainase
Permukaan
Perkotaan
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder
Panjang < 5 km
ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan
pemukiman
Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
d.
i. Pembangunan jaringan distribusi:
luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha
Air Minum
BAB VIII - 417
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Lanjutan Tabel 8.8.
Sektor Teknis CK
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2
s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan
vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
e. Pembangunan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
Gedung
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka
wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi
prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata
dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat
penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
BAB VIII - 418
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Lanjutan Tabel 8.8.
Sektor Teknis CK
e. Pembangunan
Gedung
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan
vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka
wajib dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2
s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan
vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka
wajib dilengkapi UKL dan UPL
i. Kawasan
Permukiman
Sederhana
berpenghasilan rendah (MBR), misalnya
buruh/pekerja;
f.Pengembangan
kawasan
permukiman baru
untuk masyarakat
PNS, TNI/POLRI,
ii. Pengembangan
kawasan permukiman baru sebagai pusat
kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks
transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
iii. Pengembangan
kawasan
permukiman
baru dengan
pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap
Bangun)
BAB VIII - 419
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Lanjutan Tabel 8.8.
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Sektor Teknis CK
i.
g. Peningkatan
Kualitas
Permukiman
Penanganan
kawasan
kumuh
di
perkotaan dengan
pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar
(basic
need)
pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
ii. Pembangunan
kawasan
tertinggal,
perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
terpencil, kawasan
iii.Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan
ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan
terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat
pertumbuhan DPP)
ha
i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di
perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan
peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan
penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan
bangunan rumah susun
h. Penanganan
Kawasan
Kumuh
Perkotaan
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah
batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib
dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH).
8.2. Aspek Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan,
maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan,
pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek
sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti
pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada
saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga
diperlukan
kompensasi,
proses
konsultasi,
maupun
pemindahan penduduk
permukiman
kembali.
dan
Kemudian
pemberian
pada
pasca
pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan
infrastruktur
bidang
Cipta
Karya
tersebut
membawa
manfaat
BAB VIII - 420
atau
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar
peraturan
perundang-undangan
yang
menyatakan
perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan
anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan
statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum :
Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat
dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah
program
pembangunan
untuk
penanggulangan
kemiskinan
dan
penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang
pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses
dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Pasal 1 : Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
BAB VIII - 421
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
usaha ekonomi mikro dan
pemberdayaan
kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan
fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah
pusat, pemerintah
provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang
bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan
kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi
di tingkat pusat.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang
bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
BAB VIII - 422
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan
kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi
di tingkat provinsi.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah :
a. Menjamin
tersedianya
tanah
untuk
kepentingan
umum
di
kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan
kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat
kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah
satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan
kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan
kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk
menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
BAB VIII - 423
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/
minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan
luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah
Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal
Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan
sebagai rumah tangga miskin.
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan
responsif
gender
bidang
Cipta
Karya
meliputi
Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood
Upgrading
and
Shelter
Sector
Project
(NUSSP),
Pengembangan
Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS)
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure
BAB VIII - 424
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS),
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi
Evaluasi
Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
BAB VIII - 425
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.9. Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya Bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Bener Meriah
Bentuk
Keterlibatan/
Akses
Tingkat
Partisipasi
Perempuan
(jumlah)
Kontrol
Pangambilan
Keputusan oleh
Perempuan
(7)
Manfaat
Permasalahan yang Perlu
Diantisipasi di Masa Datang
(8)
(9)
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
Keterlibatan perempuan di
pelaksanaan fisik kurang
I
H
I
H
Rapat OMS/KPP 15 orang
I
I
Ada dan Baik
L
L
Persepktif
perempuan
No.
Program /
Kegiatan
Lok asi
Tahun
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2014
Rapat BKM/KSM
120 orang
1
Pemberdayaan Masyarakat
a
PNPM
Perkotaan
b
c
d
PISEW
PAMSIMAS
PPIP
9 kecamatan
N
N
2014
e. PNPM Perdesaan
11 kecamatan
2014
Rapat BKM/KSM
120 orang
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
Keterlibatan perempuan di
pelaksanaan fisik kurang
f.
SANIMAS
Johan Pahlawan
2011
Rapat OMS/KPP
15 orang
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
g
SLBM (sanitasi
9 kecamatan
lingkungan berbasis
masyarakat)
2014
Rapat KSM
10 orang
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
2
a
Non Pemberdayaan Masyarakat
Penyusun
Alue Penyareng
an RTBL
2014
FGD
5
Baik
Persepktif
perempuan
2014
FGD
5
Baik
Persepktif
perempuan
Johan
Peahlawan
Makam Teuku
Umar
BAB VIII - 426
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran
kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir
terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu
dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan
dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman
kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena
dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini
sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,
usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat
persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan
pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas
tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta
karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah
ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip
utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil
harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan
dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan
pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh
proyek
mempertimbangkan
yang
memerlukan
adanya
kemungkinan
penduduk sejak tahap awal proyek.
tidak
dapat
pengadaan
lahan
pemukiman
harus
kembali
Bilamana pemindahan penduduk
dihindarkan, rencana
pemukiman kembali harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan
BAB VIII - 427
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk
mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan
dalam pemindahan dan pembangunan kembali
lokasi
yang
baru.
kehidupannya di
Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan
kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan
sesuai persyaratan.
Dari sekian KRP yang telah disusun tidak berdampak sosial yang signifikan
sehingga tidak memerlukan pemindahan penduduk dan lebih lanjut, sehigga
proses kajian pada aspek sosial tidak perlu dilakukan sehingga tabel 8.14.
status data NA.
Tabel 8.10. Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi,
Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta
Permukiman Kembali.
Tahap I
No.
(1)
Komponen
Program dan
Kegiatan
Arahan Lokasi
Sebelum
Pemindahan
Setelah
Peminda- han
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
Pengembangan
Permukiman
1).
2). Dst
NA
NA
NA
NA
NA
2.
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
1).
2). Dst
NA
NA
NA
NA
NA
3.
Pengembangan
Air minum
1).
2).
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
4.
(2)
Konsultasi
Tahap II
Pemindahan
PermuPenduduk /
kiman
Pemberian
Kembali
Kompensasi
BAB VIII - 428
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
8.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi
manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat
terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti
kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang
menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan
oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
BAB VIII - 429
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
BAB VIII - 430
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan
dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun
di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan
perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan
instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan
dan sosial yang dibutuhkan.
8.1. Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten Bener Meriah telah
mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan - Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPLH)”
BAB VIII - 399
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
2. Undang-Undang
No.
17/2007
tentang
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara
konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis :
Dalam
penyusunan
digunakan
untuk
kebijakan,
menyiapkan
rencana
alternatif
dan/atau
program,
penyempurnaan
KLHS
kebijakan,
rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang
tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu
disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan
Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan
dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL
dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Aceh, dan
pemerintah Kabupaten Bener Meriah dalam aspek
lingkungan terkait
bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
BAB VIII - 400
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i. Mengembangkan
dan
melaksanakan
kebijakan
pengaduan
masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/
kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
BAB VIII - 401
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU
No.
32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya
disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,
dan
partisipatif
untuk
memastikan
bahwa
prinsip
pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah
karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/
Rencana/ Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip
kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi
garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan
dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai
instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten.
Koordinasi
penyusunan
KLHS
mendorong terjadinya transfer
antar
instansi
diharapkan
dapat
pemahaman mengenai pentingnya
penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPI2-JM. Diagram alir
pentahapan pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut :
BAB VIII - 402
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Gambar 8-1 : Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Beberapa identifikasi/kajian yang dilakukan dalam rangka KLHS RPI2-JM
dapat mengutip dokumen KLHS yang disusun dalam perumusan RTRW.
a. Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan
rencana/program
KLHS
dalam
diawali
dengan
RPI2-JM
penapisan usulan
per
sektor
dengan
mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)
kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,
(3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu
dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok
masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan
manusia.
Isu-isu
tersebut
menjadi
kriteria
apakah
BAB VIII - 403
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau
dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun
Tabel 8.1.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui
proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program
dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas
maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang
Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat
menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan,
dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan
BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM
didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS
dengan tahapan sebagai berikut:
BAB VIII - 404
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya
Penilaian
No
Kriteria Penapisan
(1)
(2)
1.
Perubahan Iklim
2.
Kerusakan, kemerosotan, dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati
3.
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan
lahan,
Uraian
Pertimbangan*
(3)
Perubahan iklim dampaknya ke semua sektor
kehidupan, sampai permukiman.
Tidak terkait langsung dampaknya
Kesimpulan:
(Signifikan/Tidak)
(4)
signifikan
Tidak signifikan
Tidak terkait langsung dampaknya
Tidak signifikan
4.
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam
Tidak terkait langsung dampaknya
Tidak signifikan
5.
Peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau lahan,
Tidak terkait langsung dampaknya
Tidak signifikan
6.
Peningkatan jumlah penduduk
miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat
Terkait langsung pada penyediaan sarana dan
prasarana permukiman
Signifikan
7.
Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia
Terkait langsung pada penyediaan sarana dan
prasarana PLP sanitasi
Signifikan
BAB VIII - 405
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di
Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai
berikut:
1. Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi
masyarakat
dan
pemangku
kepentingan
adalah:
Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS;
2. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,
rencana
dan/atau
program
memperoleh legitimasi atau
penerimaan oleh publik;
4. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses
untuk
menyampaikan
informasi,
saran,
pendapat, dan
pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses
penyelenggaraan KLHS.
Tabel 8.2. Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam
penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Lembaga
(1)
Pembuat keputusan
Penyusun kebijakan, rencana
dan/ atau program
Instansi/Pelaksana KRP
Masyarakat yang memiliki
informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/ kelompok)
(2)
a. Bupati Bener Meriah
b. DPR Bener Meriah
Bappeda Kab Bener Meriah
a. Dinas PU-Cipta Karya dan Pengairan Kab Bener
Meriah
b. BPLHK Kab Bener Meriah
a. Universitas Teuku Umar
b. STAIN Tgk Dirundeng
c. Asosiasi profesi
d. Gapensi
e. Gapeknas, AKLI. INKINDO
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan
lingkungan hidup
d. Yayasan Paramadina semesta
BAB VIII - 406
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
e. Perorangan/tokoh : Cut Agam, T Dadek, Bustanuddin
Ketua MAA
f. kelompok yang memiliki data dan informasi
berkaitan dengan SDA : Yayasan pengembangan
Kawasan, MAA Bener Meriah
Masyarakat terkena Dampak
a. Lembaga Adat
b. Tokoh masyarakat
c. Organisasi masyarakat
d. Pawang Uteun, Panglima Laot
b. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga
aspek tersebut;
2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tabel 8.3. Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Penjelasan Singkat
(1)
(2)
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum
Kabupaten Bener Meriah mempunyai sumber
air baku dari sungai Krueng Meureubo,
Krueng Woyla, Krueng Bubon. yang sudah
tercemar mercuri akibat penambangan emas.
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal
Pencemaran tanah oleh septictank yang bocor,
pencemaran badan air oleh air limbah
permukiman
Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap
kualitas lingkungan
Kawasan kumuh menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan lingkungan
Pencemaran air mengurangi kesejahteraan
nelayan di pesisir
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit
Menyebarnya penyakit diare di permukiman
kumuh
c. Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
d. Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu
Wilayah
BAB VIII - 407
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
e. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,
dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan
muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah
dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau
program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada
pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif
untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana
dan/
atau
program
menyempurnakan
dan
yang
atau
ada.
Beberapa
mengubah
alternatif
untuk
rancangan
KRP
mempertimbangkan antara lain :
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan
kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan
menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah
pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana,
dan/atau program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Dari hasil kajian dengan mengisi tabel 8.5 dihasilkan kesimpulan bahwa
tidak ada satupun KRP yang memiliki score negatif sehingga tidak perlu
lagi dilakukan langkah berikutnya yaitu :
Perumusan alternatif penyempurnaan KRP ( tabel 8.6 )
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS (tabel
8.7)
BAB VIII - 408
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.4. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No.
Komponen kebijakan, rencana
dan/atau program
Alternatif
Penyempurnaan KRP
(1)
(2)
(3)
1.
Pengembangan Permukiman
NIHIL
2.
Penataan Bangunan dan Lingkungan
NIHIL
3.
Pengembangan Air minum
NIHIL
4.
Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman
NIHIL
f. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Tabel 8.5. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No.
(1)
Komponen Kebijakan,
Rencana dan/atau Program
Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Pengintegrasian Hasil KLHS
(2)
(3)
1.
Pengembangan Permukiman
NIHIL
2.
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
NIHIL
3.
Pengembangan Air minum
NIHIL
4.
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
NIHIL
Kabupaten Bener Meriah
yang
telah
menyusun
dan
memiliki
dokumen KLHS RTRW Kabupaten Bener Meriah, maka hasil olahan di
dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian
perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM.
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran
rencana-program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan,
instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan
SPPLH. Tabel 8.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan
AMDAL.
BAB VIII - 409
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek
mengikuti ketentuan
yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5
tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan W ajib AMDAL
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
BAB VIII - 410
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.6. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi
a) Rujukan
Peraturan
Perundangan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum
KLHS
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
i. UU
32
tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL
UPL
iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
Wajib AMDAL
b) Pengertian
Umum
c) Kewajiban
Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan
dampak terhadap lingkungan.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
pelaksanaan
d) Keterkaitan
studi
lingkungan
dengan:
e) Mekanisme
pelaksanaan
Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang
masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan
RPJM
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang
berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
resiko lingkungan
i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/
atau program terhadap kondisi lingkungan
hidup di suatu wilayah
i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun
AMDAL
BAB VIII - 411
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
ii. perumusan alternatif penyempurnaan
kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu
oleh Tim Teknis.
iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi
penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan
lingkungan
f) Muatan Studi
Lingkungan
i. Isu Strategis terkait Pembangunan
Berkelanjutan
ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan
isu-isu strategis terkait pembangunan
berkelanjutan
i. Kerangka acuan;
ii. Andal; dan iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka
acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata
ruang kawasan.
iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program
g) Output
Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
program pembangunan dalam suatu wilayah.
kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
BAB VIII - 412
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
h) Outcome
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat
i.
untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana,
dan/atau program pembangunan yang
ii.
melampaui daya dukung dan daya tampung
iii.
lingkungan.
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.
i) Pendanaan
APBD Kabupaten/Kota
Dasar pertimbangan
lingkungan
penetapan
kelayakan
atau ketidak layakan
Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
tercantum dalam RKL RPL.
i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL
dibebankan pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi
AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
iv.
j) Partisipasi
Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen
pelaksanaan KLHS
Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran
lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
instansi
Masyarakat yang dilibatkan adalah:
i.
Yang terkena dampak;
ii.
Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii.
Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
BAB VIII - 413
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
k) Atribut Lainnya:
a. Posisi
Hulu siklus pengambilan keputusan
Akhir sklus pengambilan keputusan
b. Pendekatan
Cenderung pro aktif
Cenderung bersifat reaktif
c. Fokus
Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
Peringatan dini atas adanya dampak komulatif
Amat terbatas
Memelihara keseimbangan alam, pembangunan
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
telaahan
f. Alternatif
berkelanjutan
Banyak alternatif
Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman
Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk
mengarahkan visi dan kerangka umum
analisis
d. Dampak
kumulatif
e. Titik
berat
h. Deskripsi
proses
i. Fokus
pengendalia n
dampak
j. Institusi
Penilai
Sempit, dalam dan rinci
Proses multi pihak, tumpang tindih komponen,
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan
KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
akhir
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan
Menangani gejala kerusakan lingkungan
Tidak
Diperlukan
diperlukan
institusi
yang
berwenang
memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
institusi
yang
berwenang
penilaian dan persetujuan AMDAL
BAB VIII - 414
memberikan
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Deskripsi
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
h) Outcome
i.
Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan
lingkungan
untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana,
dan/atau
program
pembangunan
yang ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
melampaui daya dukung dan daya tampung
iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
lingkungan.
tercantum dalam RKL RPL.
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.
i) Pendanaan
APBD Kabupaten/Kota
i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL
dibebankan pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi
AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
iv.
j) Partisipasi
Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen
pelaksanaan KLHS
Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran
lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
instansi
Masyarakat yang dilibatkan adalah:
i.
Yang terkena dampak;
ii.
Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii.
Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
BAB VIII - 415
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib
dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 8.7. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No.
Jenis Kegiatan
Skala/Besaran
A.
Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan
sistem Control landfill/sanitary landfill:
- luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total
b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau
- Kapasitas Total
> 10 ha
> 100.000 ton
B.
C.
D
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah
terpadu:
- Kapasitas
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas
b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
Luas, atau
Kapasitasnya
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
Luas, atau
Kapasitasnya
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
Luas layanan, atau
Debit air limbah
Pembangunan Saluran Drainase
dan/atau sekunder) di permukiman
semua
kapasitas/
besaran
> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
semua kapasitas
> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
> 25 ha
> 50 ha
> 100 ha
> 2.000 ha
> 2 ha
3
> 11 m /hari
> 3 ha
> 2,4 ton/hari
>500 Ha
>10 Ha
(Primer
a. Kota besar/metropolitan, panjang
b. Kota sedang, panjang::
>5 Km
>10 Km
Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a.
b.
c.
d.
e.
Pembangunan jaringan distribusi
Luas layanan
>500 Ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
panjang
>10 Km
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah
BAB VIII - 416
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib
dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya
dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL
tercermin dalam tabel 8.10
Tabel 8.8.
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib
UKL-UPL
Sektor Teknis CK
a.
Persampahan
b.
Air Limbah
Domestik/
Permukiman
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi
penunjang:
Luas kawasan, atau < 10 Ha
Kapasitas total < 10.000 ton
ii. TPA daerah pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha
Kapasitas total < 5.000 ton
iii. Pembangunan Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
Terpadu
Kapasitas < 500 ton
v. Pembangunan Incenerator
Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) termasuk fasilitas penunjang
Luas < 2 ha
Atau kapasitas < 11 m3/hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Luas < 3 ha
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/offsite sanitation system) diperkotaan/permukiman
Luas < 500 ha
Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
c. Drainase
Permukaan
Perkotaan
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder
Panjang < 5 km
ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan
pemukiman
Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
d.
i. Pembangunan jaringan distribusi:
luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha
Air Minum
BAB VIII - 417
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Lanjutan Tabel 8.8.
Sektor Teknis CK
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2
s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan
vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
e. Pembangunan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
Gedung
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka
wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi
prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata
dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat
penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
BAB VIII - 418
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Lanjutan Tabel 8.8.
Sektor Teknis CK
e. Pembangunan
Gedung
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan
vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka
wajib dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,
perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2
s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan
vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka
wajib dilengkapi UKL dan UPL
i. Kawasan
Permukiman
Sederhana
berpenghasilan rendah (MBR), misalnya
buruh/pekerja;
f.Pengembangan
kawasan
permukiman baru
untuk masyarakat
PNS, TNI/POLRI,
ii. Pengembangan
kawasan permukiman baru sebagai pusat
kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks
transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
iii. Pengembangan
kawasan
permukiman
baru dengan
pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap
Bangun)
BAB VIII - 419
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Lanjutan Tabel 8.8.
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
Sektor Teknis CK
i.
g. Peningkatan
Kualitas
Permukiman
Penanganan
kawasan
kumuh
di
perkotaan dengan
pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar
(basic
need)
pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
ii. Pembangunan
kawasan
tertinggal,
perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
terpencil, kawasan
iii.Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan
ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan
terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat
pertumbuhan DPP)
ha
i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di
perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan
peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan
penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan
bangunan rumah susun
h. Penanganan
Kawasan
Kumuh
Perkotaan
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah
batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib
dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH).
8.2. Aspek Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan,
maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan,
pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek
sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti
pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada
saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga
diperlukan
kompensasi,
proses
konsultasi,
maupun
pemindahan penduduk
permukiman
kembali.
dan
Kemudian
pemberian
pada
pasca
pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan
infrastruktur
bidang
Cipta
Karya
tersebut
membawa
manfaat
BAB VIII - 420
atau
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar
peraturan
perundang-undangan
yang
menyatakan
perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan
anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan
statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum :
Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat
dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah
program
pembangunan
untuk
penanggulangan
kemiskinan
dan
penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang
pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses
dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Pasal 1 : Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
BAB VIII - 421
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
usaha ekonomi mikro dan
pemberdayaan
kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan
fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah
pusat, pemerintah
provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang
bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan
kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi
di tingkat pusat.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang
bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
BAB VIII - 422
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan
kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi
di tingkat provinsi.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten Bener Meriah :
a. Menjamin
tersedianya
tanah
untuk
kepentingan
umum
di
kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan
sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan
kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat
kabupaten/kota.
d. Melaksanakan
pengarusutamaan
gender
guna
terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah
satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan
kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan
kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk
menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
BAB VIII - 423
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/ tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/
sungai/ air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/
minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan
luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh
perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah
Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal
Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan
sebagai rumah tangga miskin.
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan
responsif
gender
bidang
Cipta
Karya
meliputi
Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood
Upgrading
and
Shelter
Sector
Project
(NUSSP),
Pengembangan
Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS)
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure
BAB VIII - 424
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS),
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi
Evaluasi
Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
BAB VIII - 425
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
Tabel 8.9. Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya Bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Bener Meriah
Bentuk
Keterlibatan/
Akses
Tingkat
Partisipasi
Perempuan
(jumlah)
Kontrol
Pangambilan
Keputusan oleh
Perempuan
(7)
Manfaat
Permasalahan yang Perlu
Diantisipasi di Masa Datang
(8)
(9)
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
Keterlibatan perempuan di
pelaksanaan fisik kurang
I
H
I
H
Rapat OMS/KPP 15 orang
I
I
Ada dan Baik
L
L
Persepktif
perempuan
No.
Program /
Kegiatan
Lok asi
Tahun
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2014
Rapat BKM/KSM
120 orang
1
Pemberdayaan Masyarakat
a
PNPM
Perkotaan
b
c
d
PISEW
PAMSIMAS
PPIP
9 kecamatan
N
N
2014
e. PNPM Perdesaan
11 kecamatan
2014
Rapat BKM/KSM
120 orang
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
Keterlibatan perempuan di
pelaksanaan fisik kurang
f.
SANIMAS
Johan Pahlawan
2011
Rapat OMS/KPP
15 orang
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
g
SLBM (sanitasi
9 kecamatan
lingkungan berbasis
masyarakat)
2014
Rapat KSM
10 orang
Ada dan Baik
Persepktif
perempuan
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
2
a
Non Pemberdayaan Masyarakat
Penyusun
Alue Penyareng
an RTBL
2014
FGD
5
Baik
Persepktif
perempuan
2014
FGD
5
Baik
Persepktif
perempuan
Johan
Peahlawan
Makam Teuku
Umar
BAB VIII - 426
Waktu pelaksanaan rapat jangan
malam habis Isyak
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran
kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir
terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu
dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan
dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman
kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena
dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini
sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat,
usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat
persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan
pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas
tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta
karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah
ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip
utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil
harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan
dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan
pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh
proyek
mempertimbangkan
yang
memerlukan
adanya
kemungkinan
penduduk sejak tahap awal proyek.
tidak
dapat
pengadaan
lahan
pemukiman
harus
kembali
Bilamana pemindahan penduduk
dihindarkan, rencana
pemukiman kembali harus
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan
BAB VIII - 427
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk
mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan
dalam pemindahan dan pembangunan kembali
lokasi
yang
baru.
kehidupannya di
Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan
kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan
sesuai persyaratan.
Dari sekian KRP yang telah disusun tidak berdampak sosial yang signifikan
sehingga tidak memerlukan pemindahan penduduk dan lebih lanjut, sehigga
proses kajian pada aspek sosial tidak perlu dilakukan sehingga tabel 8.14.
status data NA.
Tabel 8.10. Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi,
Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta
Permukiman Kembali.
Tahap I
No.
(1)
Komponen
Program dan
Kegiatan
Arahan Lokasi
Sebelum
Pemindahan
Setelah
Peminda- han
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
Pengembangan
Permukiman
1).
2). Dst
NA
NA
NA
NA
NA
2.
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
1).
2). Dst
NA
NA
NA
NA
NA
3.
Pengembangan
Air minum
1).
2).
Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
NA
4.
(2)
Konsultasi
Tahap II
Pemindahan
PermuPenduduk /
kiman
Pemberian
Kembali
Kompensasi
BAB VIII - 428
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
8.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi
manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat
terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti
kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang
menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan
oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
BAB VIII - 429
BABVIII – ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN BENER MERIAH
BAB VIII - 430