Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Negara Terhadap Pencemaran Udara Lintas Batas Menurut Hukum Internasional ; Studi Kasus Asean.
ABSTRAK
PRINSIP-PRINSIP TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENCEMARAN
UDARA LINTAS BATAS MENURUT HUKUM INTERNASIONAL : STUDI KASUS
ASEAN
Herfanisa
110113080004
Setiap Negara harus mengawasi dan mengatur setiap kegiatan di dalam
wilayahnya, agar dampak dari kegiatan tersebut tidak melintasi batas Negara dan
menimbulkan kerugian terhadap Negara lain. Kerugian terhadap Negara lain inilah yang
mengakibatkan terjadinya sengketa, hal ini disebabkan adanya ancaman terhadap
lingkungan dan udara Negara tersebut. Pada mulanya kerusakan lingkungan hanya
terbatas pada tingkat domestik. Namun dalam waktu yang tidak lama kerusakan
lingkungan mulai merambah kawasan wilayah dan juga mempengaruhi hubungan
internasional. Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan di Indonesia juga
berdampak pada kelangsungan hidup dan kegiatan ekonomi dalam lingkup regional
ASEAN. Indonesia kerap kali dianggap kurang memiliki kepedulian terhadap
penyelesaian kebakaran hutan dan/atau lahan serta masalah asap lintas batas karena
belum meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Poluttion, 2002
(AATHP). Penanganan terhadap penanggulangan kebakaran hutan di Eropa oleh Uni
Eropa dapat digunakan sebagai contoh dan panutan bagi Indonesia dan ASEAN
Skripsi ini menggunakan penelitian studi kepustakaan. Analisis secara kualitatif
dipergunakan dalam mengolah bahan-bahan yang diperoleh berdasarkan metode
deskriptif-analitis dengan pendekatan yuridis-komparatif.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Pencemaran udara lintas batas
yang terjadi di wilayah regional Asia Tenggara membutuhkan lebih banyak perhatian
pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Indonesia sebagai Negara
pencemar terbanyak dalam hal kebakaran hutan atau lahan ini sudah sepantasnya
melakukan peningkatan penanganan dalam mengatasi masalah asap yang
mengganggu dan merugikan Negara lain dalam satu wilayah regional. Walaupun
Indonesia masih kekurangan sumber daya terhadap menangani permasalah kebakaran
hutan, dibutuhkan banyak bantuan dari berbagai pihak yang bersangkutan Adanya
kebutuhan yang sangat besar terhadap alat-alat pendukung seperti helicopter dan
satelit untuk pengawasan kebakaran hutan, namun Pemerintah tidak saja berdiam diri,
banyak usaha yang telah dilakukan dalam mendukung peratifikasian AATHP seperti
sosialisasi terhadap lembaga terkait dan masyarakat sekitar.
PRINSIP-PRINSIP TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP PENCEMARAN
UDARA LINTAS BATAS MENURUT HUKUM INTERNASIONAL : STUDI KASUS
ASEAN
Herfanisa
110113080004
Setiap Negara harus mengawasi dan mengatur setiap kegiatan di dalam
wilayahnya, agar dampak dari kegiatan tersebut tidak melintasi batas Negara dan
menimbulkan kerugian terhadap Negara lain. Kerugian terhadap Negara lain inilah yang
mengakibatkan terjadinya sengketa, hal ini disebabkan adanya ancaman terhadap
lingkungan dan udara Negara tersebut. Pada mulanya kerusakan lingkungan hanya
terbatas pada tingkat domestik. Namun dalam waktu yang tidak lama kerusakan
lingkungan mulai merambah kawasan wilayah dan juga mempengaruhi hubungan
internasional. Kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan di Indonesia juga
berdampak pada kelangsungan hidup dan kegiatan ekonomi dalam lingkup regional
ASEAN. Indonesia kerap kali dianggap kurang memiliki kepedulian terhadap
penyelesaian kebakaran hutan dan/atau lahan serta masalah asap lintas batas karena
belum meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Poluttion, 2002
(AATHP). Penanganan terhadap penanggulangan kebakaran hutan di Eropa oleh Uni
Eropa dapat digunakan sebagai contoh dan panutan bagi Indonesia dan ASEAN
Skripsi ini menggunakan penelitian studi kepustakaan. Analisis secara kualitatif
dipergunakan dalam mengolah bahan-bahan yang diperoleh berdasarkan metode
deskriptif-analitis dengan pendekatan yuridis-komparatif.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Pencemaran udara lintas batas
yang terjadi di wilayah regional Asia Tenggara membutuhkan lebih banyak perhatian
pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Indonesia sebagai Negara
pencemar terbanyak dalam hal kebakaran hutan atau lahan ini sudah sepantasnya
melakukan peningkatan penanganan dalam mengatasi masalah asap yang
mengganggu dan merugikan Negara lain dalam satu wilayah regional. Walaupun
Indonesia masih kekurangan sumber daya terhadap menangani permasalah kebakaran
hutan, dibutuhkan banyak bantuan dari berbagai pihak yang bersangkutan Adanya
kebutuhan yang sangat besar terhadap alat-alat pendukung seperti helicopter dan
satelit untuk pengawasan kebakaran hutan, namun Pemerintah tidak saja berdiam diri,
banyak usaha yang telah dilakukan dalam mendukung peratifikasian AATHP seperti
sosialisasi terhadap lembaga terkait dan masyarakat sekitar.