PRINSIP PRINSIP TANGGUNG JAWAB ETIKA AKU

PRINSIP-PRINSIP TANGGUNG JAWAB ETIKA AKUNTAN
Muh. Syahru Ramadhan
16919007
Pada tahun 1896, negara bagian New York menjadi yang pertama melakukan
pembuatan perundangan mengenai lisensi CPA. Dan empat puluh negara yang menerbikan
peundangan yang serupa pada tahun 1921. Kemudian pada tahun 1917, American Institute of
Accounting didirikan. Dan istitute tersebut berganti nama seperti yang kita kenal sekarang
yaitu American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) yang menjadi pembawa
suara profesi yang paling utama sampai sekarang (Boyton, 2002: 11).
Akuntan bertanggung jawab menyediakan informasi mengenai kinerja menejemen
kepada stakeholder, dimana laporan yang dihasilkan oleh akuntan digunakan sebagai
pengambilan keputusan bagi menejemen maupun pihak eksternal perusahaan seperti investor,
kreditor, pemerintah serta masyarakat luas. Oleh karena pentingnya laporan yang dihasilkan
oleh akuntan tersebut, sebelum laporan itu dikeluarkan perlu adanya jaminan bahwa laporan
tersebut disajikan dengan wajar. Jaminan tersebut dikeluarkan oleh akuntan publik.
Berdasarkan kepercayaan masyarakat kepada profesi akuntan terutama akuntan
publik, maka perlu adanya suatu prinsip etika profesi yang mengatur sikap anggota profesi
agar idealis, praktis, dan realistis (Halim, 2008) dalam (Futri, 2014). Prinsip etika ini
terangkum dalam kode etik, yakni aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan dapat difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika rasional umum

common sense dinilai menyimpang dari kode etik ( Adams, 2007 dalam Manalu, 2014).
Seluruh akuntan di Indonesia awalnya bernaung dalam satu organisasi yakni IAI,
namun seiring banyaknya spesialisasi pada profesi akuntan maka terbentuk sub-sub
organisasi dan setiap organisasi tersebut memiliki kode etik sesuai dengan spesialisasi.
Perbedaan budaya, norma, dan nilai – nilai yang dianut pada setiap komunitas, juga turut
mendorong terbentuknya kode etik pada setiap asosiasi.

Etika atau norma moral yaitu rambu-rambu atau batasan-batasan, aturan mengenai
sikap dan peilaku dan tindakan manusia yang hidup bermasyarakat (Satyanugraha, 2003
dalam Harahap, 2011). Oleh karena itu, auditor didalam menjalankan tugas harus memiliki
etika yang baik sehingga dapat memudahkan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan
tetap memperhatikan aturan-aturan yang berlaku sesuai dengan kode etik profesional yang
berlaku. Seorang akuntan harus menjaga nama baik akuntan karena tugas yang diberikan
kepada akuntan adalah tugas yang memegang kepercayaan masyarakat, ini merupakan tugas
yang mulia yang diberikan kepada auditor.
Menurut Harahap (2015) etika dalam istilah umum adalah ukuan perilaku yang baik.
Kemudian ada yang berpendapat bahwa islam itu mengatur semua perilaku kita mulai dari
tidur, masuk toilet, berhubungan dengan istri, sampai pada ekonmi, bisnis dan politik. Jadi
etika dalam islam merupakan keimanan,keislaman, dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Auditor sebagai seorang profesional, anggota mempunyai peran penting dalam

masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada
semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk
bekerja sarna dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya
sendiri. Oleh karena itu, auditor adalah orang pilihan yang memiliki nilai lebih yang bisa
melakukan pekerjaan mulia tersebut, seperti Allah memilih Nabi Muhammad yang membawa
pedoman hidup buat manusia agar manusia mau mengikuti apa yang dilakukan oleh
Rasulullah sendiri, dan Rasulullah mempunyai akhlak yang bagus dan sering di puji banyak
orang serta yang harus kita contohi (akhlak-Nya).
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa kita harus mengikuti aturan dan belajar
tanggung jawab dalam melakukan sesuatu, seperti mengucapkan dua kalimat syahadat,
melaksanakan sholat, melakukan puasa, membayar zakat dan naik haji bagi yang mampu, itu
semua perintah atau aturan Allah, dan jika kita tinggalkan maka kita akan mendapat dosa dan
harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah di hari akhir. Begitu pula dengan tugas auditor
yang berpedoman pada aturan kode etik, ketika auditor melaksanakan tugasnya tidak sesuai
dengan kode etik atau melanggar aturan maka audior akan mendapat sanksi dari dewan
pengawas akuntan (IAI). Sehingga auditor diwajibkan melaksanakan tugas sesuai dengan
aturan atau kode etik yang berlaku. Ketika auditor malaksanakan tugas dengan baik dan
mengikuti kode etik maka akan memberikan dampak positif bagi diri auditor dan kantor
akuntan diantara dapat meningkatkan reputasi profesinya, dipercaya oleh masyarakat, dan

mendapatkan reward dari Allah SWT.
Penulis sudah memaparkan mengenai etika, maka sekarang kita akan membahas
mengenai kode etik akuntan didalam melakukan suatu pekerjaan, seperti kita tahu
bahwasanya kode etik merupakan suatu aturan, pedoman, kita suci, batasan yang dilakukan
secara profesional yang secara tegas menyatakan bahwa apa yang harus dilakukan dan mana
yang tidak harus dilakukan, dan apa yang benar dan apa yang salah. Oleh karena itu, akuntan
sudah tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang

tidak baik yang dilakukan oleh auditor dalam menjalankan tugas yang menjadi tanggung
jawab etik akuntan tersebut.

Kode Etik IAI dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik
yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab
profesionalnya (IAI, 2012).
Menurut Boynton (2002) Ada enam prinsip yang terdapat dalam kode etik atau aturan
didalam menjalankan tugas, diantaranya adalah:
1. Tanggung jawab
Audir didalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua

kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik
Para CPA harus menerima kewajiban untuk melakukan tindakan yang mendahulukan
kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen
kepada profesionalnya.
3. Integritas
Akuntan harus mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, para CPA
harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan integritas tertinggi.
4. Objektivitas dan independensi
Seorang CPA harus mempertahankan objektiitas dan bebas dari pertentangan
kepetingan dalam melakukan tanggung jawab profesionalnya. Oleh karena itu,
seorang CPA yang berpraktik sebagai akuntan publik harus bersikap independen
dalam kenyataan dan penampilanpada waktu melaksanakan audit atau jasa atestasi
lainnya.
5. Kecermatan atau keseksamaan
Seorang CPA harus mengamai standar teknis dan eika profesi, terus meningkatkan
kompetensi serta mutu jasa dan melaksanakan tanggungjawab profesioanal dengan
kemampuan yang terbaik.
6. Lingkup dan sifat jasa
Seorang CPA yang berpraktik sebagai kantor akuntan publik, harus mematuhi prinsipprinsip kode perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang

diberikan.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita petik dari tulisan di atas bahwa, akuntan didalam
menjalankan tugas atau memberikan jasa, maka akuntan harus melakukan dengan penuh
keikhlan dan mengikuti kode etik yang berlaku yang diantaranya akuntan harus memiliki
tanggung jawab, kepentingan publik, integritas, objektivitas dan independensi, kecermatan
dan keseksamaan dan lingkup dan sifat jasa.
Masing – masing asosiasi tersebut membuat aturan – aturan yang terangkum dalam
kode etik berdasarkan tanggung jawab serta aktivitas yang dilakukan dalam menjalankan
tugasnya. Tidak ada aturan etika yang mutlak karena perbedaan budaya, norma, dan nilai –
nilai yang dianut pada setiap komunitas, maka terbentuk kode etik pada setiap asosiasi.
Referensi
Boynton; Johnson; Kell. 2002. Modern Auditing. Jakarta: Erlangga.
Futri, Putu Septiani, dan Gede Juliarsa. 2014. “Pengaruh Independensi, Profesionalisme,
Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman dan Kepuasan Kerja Auditor Terhadap
Kualitas Audit Pada KAP di Bali.” E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 8.1: 41–58.
Harahap, Sofyan S. 2011. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.

Manalu, Petrus Kaniisus Noven. 2014. “Fungsi Kode Etik Profesi Polisi dalam Rangka
Meningkatkan Profesionalitas Kinerjanya.” Universitas Atmajaya.