ANALISIS YURIDIS TENTANG HAK WARIS BAGI ORANG YANG MELAKUKAN TRANSGENDER DIKAITKAN DENGAN HUKUM ISLAM DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.
ABSTRAK
ANALISIS YURIDIS TENTANG HAK WARIS BAGI ORANG YANG MELAKUKAN
TRANSGENDER DIKAITKAN DENGAN HUKUM ISLAM DAN KOMPILASI
HUKUM ISLAM
Aries Munandar
11010090318
Setiap manusia dimanapun mengalami 3 siklus kehidupan yaitu lahir, hidup dan
berkembang kemudian pada akhirnya meninggal dunia. Sejak kelahirannya,manusia
telah menjadi subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban hukum bagi dirinya
sendiri dan bagi orang lain, timbul hubungan hukum dengan kedua orang tuanya,
dengan kerabatnya, dan dengan masyarakat yang berada dilingkungan sekitarnya.
Segala aspek dalam kehidupan manusia akan menimbulkan suatu akibat hukum
bagi orang lain, yaitu waris. Tujuan dari penulisan hukum ini untuk mengetahui
apakah transgender dapat menjadi ahli waris menurut Hukum Islam dan Kompilasi
Hukum Islam dan praktik pembagian warisnya.Hukum Islam mengatur mengenai
hak waris seseorang yang diatur dalam Surat An-Nissa ayat 7, yang menyebutkan
bahwa anak laki-laki dan perempuan merupakan ahli waris dari harta orang tuanya
yang meninggal dunia.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif,
yaitu metode pendekatan dengan menggunakan kaidah-kaidah hukum dengan
mengutamakan penelitian kepustakaan serta bagaimana implementasi dalam
praktek, sedangkan spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis,
yaitu menggambarkan permasalahan hukum dalam fakta-fakta yang berupa data
sekunder yang berhubungan dengan permasalahan hukum dalam fakta-fakta yang
berupa data sekunder yang berhubungan dengan permasalahn di atas. Analisa data
dilakukan secara normatif kualitatif agar setelah analisis dilakukan dapat ditarik
kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang diteliti
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa orang yang melakukan transgender
kedudukannya dalam Hukum Islam maupun Kompilasi Hukum Islam sebagai ahli
waris yang sah, karena dilihat dari kelahiran pertama yang menentukan ahli waris
tersebut laki-laki atau perempuan bukan ditentukan dari jenis kelamin setelah
melakukan transgender, meskipun pada dasarnya orang yang sengaja melakukan
perubahan terhadap jenis kelaminnya sendiri dengan didasarkan bahwa dirinya
merasa terperangkap di dalam tubuh yang salah dilarang oleh agama Islam, adapun
yang terdapat pengaturannya adalah tentang khuntsa, apabila dalam praktiknya
terdapat sengketa mengenai waris, maka lembaga hukum yang berwenang dalam
hal tersebut adalah Pengadilan Agama.
iv
ANALISIS YURIDIS TENTANG HAK WARIS BAGI ORANG YANG MELAKUKAN
TRANSGENDER DIKAITKAN DENGAN HUKUM ISLAM DAN KOMPILASI
HUKUM ISLAM
Aries Munandar
11010090318
Setiap manusia dimanapun mengalami 3 siklus kehidupan yaitu lahir, hidup dan
berkembang kemudian pada akhirnya meninggal dunia. Sejak kelahirannya,manusia
telah menjadi subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban hukum bagi dirinya
sendiri dan bagi orang lain, timbul hubungan hukum dengan kedua orang tuanya,
dengan kerabatnya, dan dengan masyarakat yang berada dilingkungan sekitarnya.
Segala aspek dalam kehidupan manusia akan menimbulkan suatu akibat hukum
bagi orang lain, yaitu waris. Tujuan dari penulisan hukum ini untuk mengetahui
apakah transgender dapat menjadi ahli waris menurut Hukum Islam dan Kompilasi
Hukum Islam dan praktik pembagian warisnya.Hukum Islam mengatur mengenai
hak waris seseorang yang diatur dalam Surat An-Nissa ayat 7, yang menyebutkan
bahwa anak laki-laki dan perempuan merupakan ahli waris dari harta orang tuanya
yang meninggal dunia.
Penulisan hukum ini menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif,
yaitu metode pendekatan dengan menggunakan kaidah-kaidah hukum dengan
mengutamakan penelitian kepustakaan serta bagaimana implementasi dalam
praktek, sedangkan spesifikasi penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis,
yaitu menggambarkan permasalahan hukum dalam fakta-fakta yang berupa data
sekunder yang berhubungan dengan permasalahan hukum dalam fakta-fakta yang
berupa data sekunder yang berhubungan dengan permasalahn di atas. Analisa data
dilakukan secara normatif kualitatif agar setelah analisis dilakukan dapat ditarik
kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang diteliti
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa orang yang melakukan transgender
kedudukannya dalam Hukum Islam maupun Kompilasi Hukum Islam sebagai ahli
waris yang sah, karena dilihat dari kelahiran pertama yang menentukan ahli waris
tersebut laki-laki atau perempuan bukan ditentukan dari jenis kelamin setelah
melakukan transgender, meskipun pada dasarnya orang yang sengaja melakukan
perubahan terhadap jenis kelaminnya sendiri dengan didasarkan bahwa dirinya
merasa terperangkap di dalam tubuh yang salah dilarang oleh agama Islam, adapun
yang terdapat pengaturannya adalah tentang khuntsa, apabila dalam praktiknya
terdapat sengketa mengenai waris, maka lembaga hukum yang berwenang dalam
hal tersebut adalah Pengadilan Agama.
iv