Validasi metode analisis spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk `X

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

VALIDASI METODE ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET PADA PENETAPAN KADAR PIRANTEL PAMOAT
DALAM SEDIAAN SUSPENSI MERK X®

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :
Agnes Mutiara Kurniawan
NIM : 098114131


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kami hanya ingin pendidikan yang layak bagi kaum kami. Bukan semata-mata
untuk menjadi pesaing kaum pria. Namun demi kodrat kami sebagai ibu, yaitu
pendidik yang pertama.
-R.A.Kartini-

Karya ini kupersembahkan untuk:

Bapa Yesus Kristus yang telah memberikan kesempatan yang luar biasa
dalam hidupku untuk merasakan apa yang disebut pendidikan.
Seluruh keluargaku (Papa,Mama, Kakak, dan Adikku) atas dukungan,
doa, dan perhatiannya selama ini.
Almamaterku Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
dan seluruh anak Indonesia yang belum bisa merasakan pendidikan,
semoga semangat belajar mereka tetap berkobar meski keadaan yang
kurang mendukung.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

v


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRA KATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk
anugerah dan penyertaanNya yang begitu besar kepada penulis, selama proses
penelitian dan penyusunan naskah ini.

Skripsi yang berjudul “Validasi Metode Analisis Spektrofotometri
Ultraviolet Pada Penetapan Kadar Pirantel Pamoat Dalam Sediaan Suspensi Merk
X®” ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi
Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Selama proses penelitian dan penyusunan naskah ini, tidak terlepas dari
dukungan banyak pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, kritik dan
sarannya kepada penulis. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ipang

Djunarko,M.Sc.,

Apt.,

selaku

dekan

Fakultas


Farmasi

Universitas Sanata Dharma.
2. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing
yang dengan penuh sabar memberikan masukan, nasehat, arahan,
kritik, saran, serta waktu dan tenaga untuk membimbing penulis
selama proses penelitian maupun penyusunan naskah ini.
3. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan, kritik dan saran kepada penulis sehingga penulisan
naskah ini menjadi lebih baik.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


4. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan, kritik dan saran kepada penulis
sehingga penulisan naskah ini menjadi lebih baik.
5. PT.Konimex, yang telah memberikan baku pirantel pamoat yang
sangat bermanfaat selama proses penelitian ini.
6. Semua dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Univesitas Santa
Dharma
7. Mas Bimo dan Pak Parlan selaku Laboran Laboratorium Kimia
Analisis Instrumental dan Kimia Organik yang telah banyak
memberikan bantuan kepada penulis selama proses penelitian.
8. Mas Kethul yang telah memberikan kemudahan waktu kepada penulis
dan tim untuk menjalankan penelitian ini.
9. Seluruh keluargaku tercinta, Papa, Mama, Ko Deddy, dan Dicky untuk
segala doa, dukungan, dan perhatiannya selama ini kepada penulis
10. Novia Sarwoning Tyas dan Victor Purnama Agung FanggidaE, selaku
rekan sekelompok, yang selalu memberikan kebersamaan, semangat,
bantuan, dan dukungannya kepada penulis selama proses penelitian ini
berlangsung.
11. Natalia Windari dan Kaleb Franky Limawan yang telah banyak
memberikan masukan, kritik, saran, serta waktu untuk berdiskusi

bersama dengan penulis dan tim, sehingga proses penelitian ini boleh
berjalan dengan baik.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12. David Chandra Putra, yang telah banyak memberikan dampak positif
kepada penulis. Kebersamaan, kesabaran, dan pengertiannya kepada
penulis, telah banyak membantu penulis selama proses penelitian ini
berlangsung.
13. Phebe Hendra, Ph.D., Apt., atas nasehat, dukungan, dan motivasi
kepada penulis, selama proses penelitian maupun studi S1, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat waktu.
14. Kedua sahabatku tercinta Giesta Artatia dan Auxilliadora P.H.G. yang

telah memberikan banyak perhatian, kasih persaudaraan, serta
kebersamaan kepada penulis untuk bersama-sama meraih cita-cita
masing-masing.
15. Wuri Kinanti, yang dengan setia mendengarkan keluh kesah, serta
memberikan motivasi yang kuat kepada penulis untuk terus berusaha
melakukan yang terbaik.
16. Teman-teman “Konco Dolan” (Sasya, Metri, Shinta, Laras, Eric, Is,
Novia, Anta, dan Nindy) yang telah banyak memberikan kebahagiaan
dan kenangan indah selama proses pembelajaran di S1.
17. Teman-teman seperjuangan lantai 4, Mas Dika, Sasya, Metri, Shinta,
Leo, Ina, Topan, Agus Teti, Jimmy, Rachel, Gunggek, Febrin, Wisnu,
Joe,

Netty,

Saka,

Jati,

Felix.Kebersamaan,


kebahagian,

dan

dukungannya selama ini telah memberikan semangat kepada penulis
selama proses penelitian, sehingga penelitian ini menjadi lebih
menyenangkan.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18. Rekan-rekan KKMG, Ebed Obed, Kak Megya, Ko Henry, Ko Aan,
Ko Lingga, Ko Vino, Ko Sugeng, Fajar, Kak Listo, dan Kak Kitty, atas

pengertian dan doa selama ini kepada penulis, sehingga penelitian ini
boleh berjalan tepat waktu.
19. Teman-teman Kost Dewi 2, Sheilla, Nindy, Adel, Lani, Maria, Silvi,
atas persahabatan dan persaudaraan bersama penulis selama 4 tahun
ini.
20. Semua pihak yang membantu penulis selama proses penelitian dan
penyusunan naskah ini, baik secara langsung maupun tidak, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Tuhan memberkati.
Yogyakarta, Juni 2013
Penulis

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ...………………………………………………... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...…………………………………………….... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………… v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………………. vi
PRAKATA ...…………………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ...………………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL ...………………………………………………………..…... xv
DAFTAR GAMBAR ...………………………………………………………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….... xviii
INTISARI …………………………………………………………………….... xx
ABSTRACT ...……………………………………...…………………………… xxi
BAB I PENGANTAR …………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
1. Perumusan masalah ………………………………………………….. 4
xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Keaslian penelitian …………………………………………………... 4
3. Manfaat penelitian …………………………………………………… 5
B. Tujuan Penelitian ………………………………………………………... 5
BAB II PENELAHAN PUSTAKA ……………………………………………... 6
A. Pirantel Pamoat ………………………………………………………….. 6
B. Ekstraksi …………………………………………………………………. 7
C. Spektrofotometri UV ...……………………………………….………….. 9
1. Instrumentasi ...…………………………………………….……….. 10
2. Interaksi elektron dengan REM ……………………………………. 12
3. Hukum Lambert-Beer ……………………………………...………. 15
4. Analisis Kuantitatif ………………………………………………… 16
D. Validasi Metode Analisis ………………………………………………. 18
1. Presisi ………………………………………………………………. 20
2. Akurasi ……………………………………………………………... 21
3. Linieritas …………………………………………………………… 23
4. Kisaran (range) …………………………………………………….. 23
E. Landasan Teori …………………………………………………………. 24
F. Hipotesis ………………………………………………………………... 26
BAB III METODE PENELITIAN …….……………………………………..... 27
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………………... 27
B. Variabel Penelitian ...………………………………………………....… 27
1. Variabel Bebas ………………………...………………………….... 27

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Variabel Tergantung ………………...……………………………… 27
3. Variabel Pengacau Terkendali ...…..……………………….………. 27
C. Definisi Operasional ...………………………………………….………. 28
D. Bahan Penelitian ...…………………………………………….………... 28
E. Alat Penelitian ...……………………………………………….……….. 29
F. Tata Cara Penelitian ..……………………………………….………….. 29
1. Pembuatan larutan stok baku pirantel pamoat ……….…………......29
2. Penentuan panjang gelombang pengamatan …………………….…. 30
3. Pembuatan larutan seri baku dan kurva baku pirantel pamoat ...….... 30
4. Penentuan rentang linieritas baku pirantel pamoat …...……………. 31
5. Penentuan akurasi dan presisi baku pirantel pamoat ...……………... 31
6. Penentuan akurasi dan presisi baku dalam matrik sampel dengan
metode standard adisi ..……………………………..………………. 32
a. Pembuatan larutan baku adisi pirantel pamoat …………………. 32
b. Pembuatan larutan sampel tanpa adisi baku pirantel pamoat (blank
sample) …………………………………………………………. 32
c. Pembuatan larutan sampel dengan penambahan baku pirantel
pamoat (addition sample) ……………………………………… 33
d. Ekstraksi larutan blank sample dan addition sample dengan metode
ekstraksi cair-cair menggunakan ultrasonikator ………………... 33
e. Penetapan akurasi presisi baku pirantel pamoat yang diadisi dalam
matrik sampel …………………………………………………... 34
7. Analisis Hasil ………...…………………………………………….. 35

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

a. Selektivitas ……………………………………………………... 35
b. Linieritas ……………………………………………………….. 35
c. Presisi ………………………………………..…………………. 36
d. Akurasi ……………………...…………..…………………….... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 37
A. Pembuatan larutan baku pirantel pamoat ………...……………..……… 37
B. Penentuan panjang gelombang pengamatan …………………….……... 38
C. Pembuatan kurva baku pirantel pamoat …………………………..….… 41
D. Validasi metode …………………………………………………….…... 44
1. Selektivitas (Spesifisitas) …………………………………………... 45
2. Linieritas …………………………………………………………… 47
3. Akurasi ……………………………………………………………... 49
4. Presisi ………………………………………………………………. 54
5. Rentang …………………………………………………………….. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………... 59
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 60
LAMPIRAN ……………………………………………………………………. 63
BIOGRAFI PENULIS …………………………………………………………. 87

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.

Tipe validasi untuk prosedur analisis ………………………..…. 19

Tabel 2.

Kriteria penerimaan nilai RSD …………………………………. 21

Tabel 3.

Kriteria penerimaan nilai % recovery ………………………..... 22

Tabel 4.

Data replikasi kurva baku pirantel pamoat …………………...… 42

Tabel 5.

Presisi kurva baku pirantel pamoat …………………………….. 44

Tabel 6.

Data % recovery larutan baku pirantel pamoat ………………… 50

Tabel 7.

Data % recovery larutan baku pirantel pamoat (metode standar
adisi) ………………………………………….………………… 52

Tabel 8.

Nilai CV baku pirantel pamoat tanpa adisi …………………….. 55

Tabel 9.

Nilai CV baku pirantel pamoat dalam matrik sampel ………….. 55

Tabel 10.

Nilai koefisien korelasi rentang linieritas ……………………… 57

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.

Struktur pirantel pamoat ………………………………………..... 6

Gambar 2.

Instrumentasi spektrofotometri UVsingle beam ……………….. 11

Gambar 3.

Instrumentasi spektrofotometri UV double beam ……………… 12

Gambar 4.

Diagram tingkat energi elektronik ……………………………... 13

Gambar 5.

Absorpsi cahaya oleh analit ……………………………………. 15

Gambar 6.

Diagram parameter validasimetodemenurut ICH …………….. 18

Gambar 7.

Kromofor dan auksokrom pirantel pamoat ……………….……. 38

Gambar 8.

Pola spektra baku pirantel pamoat konsentrasi 10, 20, dan 30 ppm
dalam pelarut DMSO-metanol .……………………………...… 40

Gambar 9.

Pola spektra larutan blangko (DMSO-metanol) .……………….. 41

Gambar 10.

Grafik kurva baku pirantel pamoat …………..…...…..………... 43

Gambar 11.

Pola spektra larutan blangko (a); Panjang gelombang maksimal
larutan blangko (b) ..………………………………………….… 46

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Gambar 12.

Pola spektra larutan baku pirantel pamoat 20 ppm dalam pelarut
DMSO-metanol (a); Panjang gelombang maksimal larutan baku
pirantel pamoat (b) ……………………….…………………….. 46

Gambar 13.

Linieritas kurva baku pirantel pamoat replikasi I, II, dan III …... 48

Gambar 14.

Rentang linieritas kurva baku pirantel pamoat replikasi I, II, dan III
…………………………………………………………………... 57

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Sertifikat analisis pirantel pamoat ………………………….…... 64

Lampiran 2.

Penentuan panjang gelombang maksimum …………….………. 65

Lampiran 3.

Scanning panjang gelombang maksimum konsentrasi 10, 20,
dan 30 ppm ……………………………………………………... 66

Lampiran 4.

Pembuatan kurva baku pirantel pamoat ………………………... 66

Lampiran 5.

Kurva baku pirantel pamoat ………………………………….… 68

Lampiran 6.

Perhitungan Coefficient of Variation (CV) replikasi kurva baku
pirantel pamoat ……………………………………………….… 69

Lampiran 7.

Penimbangan bahan dan seri konsentrasi baku pirantel pamoat
untuk penentuan akurasi dan presisi ………………………….... 69

Lampiran 8.

Akurasi dan presisi baku pirantel pamoat 10 ppm (konsentrasi
rendah) ………………………………………………………..… 70

Lampiran 9.

Akurasi dan presisi baku pirantel pamoat 20 ppm (konsentrasi
tengah) ………………………………………………………..… 71

Lampiran 10. Akurasi dan presisi baku pirantel pamoat 30 ppm (konsentrasi
tinggi) ……………………………………………………….….. 71
Lampiran 11. Perhitungan Konsentrasi Analit dalam matrik sampel ……...….. 73

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 12. Perhitungan pencuplikan sampel ………………………………... 73
Lampiran 13. Penimbangan bahan dan seri konsentrasi baku pirantel pamoat
untuk penentuan akurasi dan presisi dalam matrik sampel …….. 74
Lampiran 14. Akurasi dan presisi larutan baku adisi pirantel pamoat 5 ppm
(konsentrasi rendah) ………………………………………..…... 77
Lampiran 15. Akurasi dan presisi larutan baku adisi pirantel pamoat 10 ppm
(konsentrasi tengah) ………………………………………..…... 79
Lampiran 16. Akurasi dan presisi larutan baku adisi pirantel pamoat 15 ppm
(konsentrasi tinggi) ………………………………………...…… 81
Lampiran 17. Kurva adisi baku pirantel pamoat dalam matrik sampel ………... 83
Lampiran 18. Rentang linieritas baku pirantel pamoat ……………………….... 84
Lampiran 19. Kurva rentang linieritas baku pirantel pamoat ………………..… 86

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Pirantel pamoat merupakan senyawa dengan aktivitas farmakologi sebagai
antelmintik, yang salah satunya diformulasikan sebagai sediaan suspensi oral.
Aktivitas farmakologi pirantel pamoat, tergantung pada ketepatan dosis terapi.
Oleh karena itu, diperlukan proses penjaminan mutu sediaan dengan metode yang
telah tervalidasi, untuk menjamin bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan
aplikasi analitik.
Penelitian ini mengikuti jenis dan rancangan penelitian deskriptif non
eksperimental. Metode analisis yang divalidasi adalah metode spektrofotometri
UV dengan panjang gelombang pengamatan 301 nm. Parameter validasi yang
digunakan meliputi: selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, dan rentang.
Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi untuk linieritas
adalah 0,9998 pada konsentrasi 10-30 ppm. Rentang nilai recovery adalah 98,09100,54%; 99,88-100,37%; dan 98,35-100,88% dengan nilai CV pada konsentrasi
tersebut adalah 1,30%; 0,25%; dan 1,27% untuk konsentrasi 10, 20, dan 30 ppm.
Rentang nilai recovery standard addition method adalah 98,49-99,49%; 100,49101,24%; dan 100,49-101,82% dengan nilai CV adalah 0,51%; 0,51%; dan 0,69%
pada penambahan baku pirantel pamoat 5, 10, dan 15 ppm. Selektivitas metode
ditunjukkan dengan tidak adanya absorbansi pelarut pada panjang gelombang
pengamatan yang digunakan untuk pengukuran pirantel pamoat dan pola spektra
yang sama antara sampel dengan baku pirantel pamoat. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa metode yang digunakan memenuhi parameter validasi yang
baik.
Kata kunci: pirantel pamoat, suspensi oral, spektrofotometri UV, validasi metode

xx

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Pyrantel pamoate is a compound with farmacology activity as
anthelmintic, which formulated as oral suspension dosage form. Farmacology
activity of pyrantel pamoate is depent on the precise of therapy dose. Therefore,
the quality control for every single product is required to do with a validated
analysis method, to ensure that the analysis method is complied to the requirement
of analitic application.
The type and design of this research is non experimental descriptive. The
aimof this study was to validated the spectrophotometric UV method with
meansurement wavelength 301 nm.The validation parameters are selectivity,
linierity, accuracy, presision, and range.
The result of this research show that the coefficient corelation for linierity
is 0,9998 at concentration 10-30 ppm. The recovery range are 98,09-100,54%;
99,88-100,37%; and 98,35-100,88% at concentration 10, 20, and 30 ppm. The CV
of that recovery are 1,30%; 0,25%; and 1,27%. The recovery range of standard
addition method are 98,49-99,49%; 100,49-101,24%; and 100,49-101,82% at
concentration 5, 10, and 15 ppm of pyrantel pamoate added. The CV of that
recovery are 0,51%; 0,51%; and 0,69%. The selectivity of this method shown by
the difference of spectra between pyrantel pamoate reference standard and
solvent. The spectra of solvent didn’t show an absorbance at measurement
wavelength of pyrantel pamoate. This result showed that the method is complied a
good validation parameters.
Keywords: pyrantel pamoate, oral suspension, spectrophotometric UV, validation
methods

xxi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan anak di
Indonesia. Sanitasi yang buruk dan pola hidup yang kurang bersih merupakan dua
faktor penyebab utama tingginya prevalensi penyakit ini.
Cacing merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup sebagai parasit
dalam tubuh manusia. Proses infeksi cacing dan penularannya pada manusia yang
terjadi dengan mudah, menyebabkan penyakit ini berkembang dengan pesat.
Manifestasi infeksi cacing pada manusia memberikan dampak pada penurunan
kondisi kesehatan orang yang cukup signifikan. Infeksi cacing dapat
menyebabkan penurunan penyerapan zat gizi makanan serta kekurangan darah
atau yang sering disebut dengan anemia, sehingga menurunkan produktivitas kerja
maupun konsentrasi belajar pada anak-anak.
Salah satu obat yang banyak dipasarkan di Indonesia untuk mengobati
penyakit cacingan adalah pirantel pamoat. Berdasarkan kelarutannya, pirantel
pamoat merupakan senyawa yang praktis tidak larut dalam air. Oleh karena itu,
produk pirantel pamoat yang banyak beredar di pasaran diformulasikan dalam
bentuk sediaan tablet dan suspensi. Pada penelitian ini, bentuk sediaan yang
digunakan adalah sediaan suspensi. Hal ini terkait dengan prevalensi penderita
cacingan yang banyak dialami oleh pasien anak-anak. Berdasarkan hasil survey,
60-90% prevalensi terjadi pada usia anak sekolah dasar (Siregar, 2006). Pada

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

konsumen anak-anak, bentuk sediaan suspensi lebih diminati dibandingkan
dengan penggunaan tablet. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang lebih mudah
dan kenyamanan penggunaan sediaan suspensi dibandingan sediaan tablet,
khususnya pada pasien anak-anak. Oleh karena itu, sediaan suspensi merupakan
bentuk sediaan yang lebih sering digunakan dibandingkan dengan bentuk sediaan
tablet.
Sediaan suspensi memiliki beberapa kelemahan, khususnya stabilitas dan
homogenitas analit dalam matrik sampel yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kadar pirantel pamoat pada sediaan suspensi selama proses
distribusi dan penyimpanan.
Aktivitas farmakologis dan efektivitas terapi dapat tercapai ketika dosis
obat yang digunakan tepat. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu usaha untuk
menjamin mutu atau kualitas kandungan zat aktif dalam suatu sediaan obat, yang
salah satunya adalah penjaminan kesesuaian dosis sediaan obat terhadap label
klaim pada kemasan. Tujuan penjaminan mutu ini adalah untuk melindungi
konsumen agar tetap mendapatkan obat dengan kualitas zat aktif yang tepat.
Dalam usaha penjaminan mutu suatu sediaan obat, dibutuhkan metode
yang tervalidasi dan memenuhi parameter validitas yang meliputi akurasi, presisi,
selektivitas, linearitas, dan rentang. Validasi metode merupakan suatu usaha
penilaian terhadap karakteristik kinerja suatu metode analisis yang dilakukan
berdasarkan hasil percobaan untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan
memiliki parameter yang memenuhi persyaratan aplikasi analitik yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

dimaksudkan. Tujuan validasi metode ini adalah untuk membuktikan dan
memberikan jaminan kebenaran hasil yang didapatkan.
Pada penelitan sebelumnya, pernah dilakukan analisis pirantel pamoat
pada

penetapan

kadar

pirantel

pamoat

dalam

sediaan

tablet

secara

spektrofotometri ultraviolet (Agustina, 2010). Hal mendasar yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah bentuk sediaan pirantel
pamoat yang dianalisis, metode ekstraksi sampel, serta pelarut yang digunakan.
Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, proses validasi
metode spektrofotometri ultraviolet pada penetapan kadar pirantel pamoat dalam
bentuk sediaan suspensi merk “X®” dengan metode ekstraksi cair-cair, belum
pernah dilakukan. Penggunaan metode spektrofometri ultraviolet pada penetapan
kadar pirantel pamoat ini dipilih berdasarkan pada kemampuan dan sensitivitas
metode tersebut untuk mendeteksi senyawa uji yang terkandung dalam sediaan
suspensi. Spektrofotometri ultraviolet merupakan salah satu metode analisis yang
mudah diaplikasikan pada metode penetapan kadar suatu sediaan dengan zat aktif
tunggal.
Pada penelitian ini dilakukan proses validasi metode spektrofometri
ultraviolet dari hasil optimasi yang termasuk dalam satu kesatuan rangkaian
penelitian bersama penetapan kadar pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk
“X®”, yaitu: optimasi, validasi metode, dan penetapan kadar.
Metode spektrofotometri ultraviolet yang akan digunakan oleh peneliti,
diharapkan dapat memenuhi persyaratan validitas yang meliputi akurasi, presisi,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

linearitas, selektivitas, dan rentang sehingga dapat digunakan untuk menetapkan
kadar pirantel pamoat dalam bentuk sediaan suspensi merk “X®”.

1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang muncul adalah: Apakah metode penetapan kadar pirantel
pamoat dalam sediaan suspensi merk “X®” secara spektrofotometri ultraviolet
dengan sistem yang telah dioptimasi sebelumnya memenuhi persyaratan validitas
yang meliputi: akurasi, presisi, linearitas, selektivitas, dan rentang ?

2. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitan mengenai analisis pirantel pamoat yang pernah
dilakukan sebelumnya antara lain adalah Spectrophotometric Determination of
Pyrantel Pamoate Bulk Samples and Pharmaceutical Formulations (Forcier,
Mushinsky, and Wagner, 1971), High-Performance Liquid Chromatographic
Determination of Oxantel and Pyrantel Pamoate (Allender, 1988), Penetapan
Kadar Pirantel Pamoat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviloet
(Agustina, 2010), Development And Validation of A RP- HPLC Method For The
Quantitation Studies of Praziquantel And Pyrantel Pamoate (Oltean, 2011).
Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti, belum
pernah dilakukan penelitian tentang validasi metode spektrofotometri ultraviolet
pada penetapan kadar pirantel pamoat dalam bentuk sediaan suspensi merk “X®”.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
alternatif metode analisis pirantel pamoat untuk menetapkan kadar pirantel
pamoat dalam sediaan suspensi merk “X®” yang memiliki sistem optimal dan
memenuhi persyaratan validitas yang baik.
b. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
tambahan informasi ilmiah mengenai validasi metode penetapan kadar pirantel
pamoat dalam sediaan suspensi merk “X®” secara spektrofotometri ultraviolet.
c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
menetapkan kadar pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk “X®” yang
banyak beredar di pasaran.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas metode penetapan
kadar pirantel pamoat dalam sediaan suspensi merk “X®” secara spektrofotometri
ultraviolet dengan metode yang telah dioptimasi sebelumnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Pirantel Pamoat

Gambar 1. Struktur Pirantel Pamoat

Pirantel pamoat (C11H14N2S.C23H16O6) (Gambar 1) memiliki berat
molekul 594,68 g/mol. Pirantel pamoat mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
tidak lebih dari 103,0% C34H30N2O6S, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Pemerian pirantel pamoat berupa padatan kuning hingga coklat.
Pirantel pamoat praktis tidak larut dalam air dan dalam metanol; larut dalam
dimetil sulfoksida; dan sukar larut dalam dimetil formamida (Direktorat Jenderal
Pengawas Obat dan Makanan, 1995).
Suspensi oral pirantel pamoat adalah suspensi pirantel pamoat dalam
medium pembawa akuades yang sesuai. Setiap sedian mengandung tidak kurang
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% pirantel (C11H14N2S) dari label klaim. Sediaan
suspensi oral pirantel pamoat merupakan sediaan dengan kemasan wadah dosis
tunggal. pH sediaan berkisar antara 4,0-6,5 (Anonima, 2013).
Pirantel memiliki absorbansi pada panjang gelombang 315 nm dalam
pelarut metanol asam dengan nilai

%

= 920a (Moffat, 2004). Pirantel pamoat

memiliki 2 absorbansi maksimum dalam pelarut metanol, yaitu pada panjang

6

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

gelombang 300 nm dalam pelarut metanol dengan nilai

%

7

= 366 dan nilai ɛ =

21770 M-1.cm-1, dan pada panjang gelombang 288 nm dengan nilai

%

= 370

dan nilai ɛ = 22000 M-1.cm-1. Pirantel pamoat juga memiliki 2 absorbansi
maksimum dalam pelarut NaOH 0,1 N, yaitu: pada panjang gelombang 301 nm
dengan nilai

%

= 382 dan nilai ɛ = 22720 M-1.cm-1 dan pada panjang

gelombang 290 nm dengan nilai
(Dibbern, 2002).

%

= 383 dan nilai ɛ = 22780 M-1.cm-1

B. Ekstraksi
Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk pra perlakuan sampel
guna memisahkan analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin
mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Kebanyakan prosedur
ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase air ke dalam pelarut
organik yang bersifat non polar seperti, heksan, metilbenzen, atau diklorometan.
Meskipun demikian, proses sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non
polar ke dalam air) juga mungkin terjadi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
1. Tipe persiapan sampel
2. Waktu ekstraksi
3. Kuantitas pelarut
4. Suhu pelarut
5. Tipe pelarut
RI, 1979).

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan POM

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa “pada konsentrasi dan tekanan yang konstan, analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campur”. Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2 fase
disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi (KD) dan diekspresikan
dalam rumus berikut:
KD =

[ ]

[ ]

…………………………………………………………… (01)

[S]org dan [S]aq masing-masing merupakan konsentrasi analit dalam fase organik dan dalam fase
air.

Analit yang mempunyai rasio distribusi besar (104 atau lebih) akan
mudah terekstraksi ke dalam pelarut organik meskipun proses kesetimbangan
(yang berarti 100% solut terekstraksi atau tertahan) tidak pernah terjadi.
Efisiensi proses ekstraksi tergantung pada nilai distribusinya (D) dan juga
tergantung pada volume relatif kedua fase. Dengan menggunakan ekstraksi,
banyaknya analit yang terekstraksi dapat dihitung dengan rumus berikut:
E=

[

]

……………………………………………………. (02)

Vorg dan Vaq masing-masing merupakan banyaknya volume fase organik
dan fase air yang digunakan; D merupakan rasio distribusi. Pada analit dengan
nilai D yang kecil, adanya ekstraksi berulang (bertingkat) akan meningkatkan
efisiensi ekstraksi. Rumus yang digunakan untuk ekstraksi bertingkat adalah:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

] ………………………………………… (03)

(Caq)n = Caq [(

)

(Gandjar dan Rohman, 2007)
C. Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri absorbansi merupakan suatu pengukuran terhadap
interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat
kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi antara lain;
spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak atau visible, infra merah, dan
absorbansi atom. Jangkauan panjang gelombang daerah ultraviolet (UV) berkisar
antara 190-380 nm, untuk daerah cahaya tampak atau visible berkisar antara 380780 nm, daerah inframerah (IR) dekat antara 780-3000 nm, dan daerah inframerah
berkisar antara 2,5-40 μm atau 4000-250 cm-1 (Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan, 1995).
Spektorfotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan
sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.
Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada
molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak
digunakan untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif (Mulja dan
Suharman, 1995).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

1. Instrumentasi Spektrofotometer Ultraviolet
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panajang gelombang 200-800
nm. Komponen-komponennya meliputi sumber-sumber sinar, monokromator, dan
sistem optik.
i.

Sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV

pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau
lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada daerah panjang gelombang
antara 350-900 nm).
ii.

Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya dipilih oleh celah
(slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang
gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum.
iii.

Optik-optik, dapat dirancang untuk memecah sumber sinar

sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagaimana dalam
spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blangko dapat
digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum
sampel. Larutan yang paling sering digunakan sebagai blangko dalam
spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel
atau pereaksi (Gandjar dan Rohman, 2007).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

Gambar 2. Instrumentasi spektrofotometri UVsingle beam

Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis, yaitu spektrofotometer single
beam dan spektrofotometer double beam. Perbedaan kedua jenis spektrofotometer
tersebut terdapat pada pemberian cahaya. Pada skema spektrofotometer single
beam (Gambar 3), cahaya hanya melewati satu arah dan yang diperoleh hanya
nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan spektrofotometer
single beam, nilai blangkopada spektrofotometer double beam dapat langsung
diukur bersamaan dengan nilai absorbansi larutan yang diinginkan dalam satu kali
proses yang sama, sehingga nilai absorbansi larutan yang diukur telah mengalami
pengurangan nilai terhadap nilai absorbansi blangko.Prinsipnya adalah dengan
adanya chopper yang akan membagi sinar menjadi dua, dimana salah satunya
melewati blangko (reference beam) dan yang lainnya melewati larutan (sample
beam). Selain itu, pada skema spektrofotometer double beam (Gambar 4) juga
dapat mengatasi kelemahan pada spektrofotometer single beam seperti adanya
perubahan intensitas cahaya akibat fluktuasi voltase (Sastrohamidjojo, 2001).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

Gambar 3.
3 Instrumentasi spektrofotometri UV double beam

2. Interaksi elektron dengan REM
Secara umum ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa
organik yang selanjutnya dikenal sebagai orbital elektron pi (π), sigma (σ), dan
elektron
ektron tidak berpasangan (n). Apabila pada molekul tersebut dikenakan rad
radiasi
elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih
tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron ““anti bonding” (Mulja dan Suharman,
1995).
Ada empat jenis transisi elektronik yang terjadi diantara tingkat
tingkat-tingkat
energi dii dalam suatu molekul, yaitu:
a. Transisi sigma-sigma
sigma
star (σ  σ*)
b. Transisi n--sigma star (n  σ*)
c. Transisi n--phi star (n  π*)
d. Transisi n--phi star (π  π*)

(Gandjar dan Rohman, 2007)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

Gambar 4. Diagram tingkat energi elektronik

a. Transisi elektron sigma  sigma star (σ  σ*)
Eksitasi elektron (σ  σ*) memberikan energi yang terbesar dan terjadi
pada daerah ultraviolet jauh yang diberikan oleh ikatan tunggal, contohnya
pada senyawa alkana (Mulja dan Suharman, 1995).
Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energi
sinar yang frekuensinya terletak di antara UV vakum (kurang dari 180 nm).
Jenis transisi ini (σ  σ*) terjadi pada daerah ultraviolet vakum sehingga
kurang bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri UV-Vis
(Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Transisi elektron non bonding  sigma star (n  σ*)
Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung
atom-atom yang memiliki elektron non bonding (n). Energi yan diperlukan
untuk transisi jenis ini lebih kecil dibanding transisi (σ  σ*), sehingga sinar
yang diserap mempunyai panjang gelombang lebih panjang, yaitu 150-250
nm. Transisi ini banyak terjadi pada panjang gelombang kurang dari 200 nm.
Nilai absorptivitas molar (ε) pada transisi ini sebesar 100-3000 liter.cm-1.mol-1
(Gandjar dan Rohman, 2007).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

Transisi jenis ini dapat terjadi pada gugus karbonil (dimetil keton dan
asetaldehid) yang terjadi pada daerah UV jauh. Gugus karbonil dapat
memberikan eksitasi elektron (n  σ*) yang terjadi pada panjang gelombang
280-290 nm, tetapi eksitasi ini dihindari karena memberikan nilai εmaks = 1216 (< 1000 M-1.cm-1) (Mulja dan Suharman, 1995).

c. Transisi elektron phi  phi star (π  π *)
Eksitasi elektron (π  π *) terjadi pada ikatan rangkap dua dan rangkap
tiga (alkena dan alkuna) yang terjadi pada daerah ultraviolet jauh. Transisi ini
terjadi pada molekul organik yang mempunyai gugus fungsional yang tidak
jenuh, sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan orbital phi
yang dibutuhkan transisi ini. Jenis transisi ini merupakan transisi yang paling
cocok untuk analisis. Hal ini karena transisi ini terjadi pada panjang
gelombang 200-700 nm, yang secara teknis dapat diaplikasikan pada
spektrofotometer (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Transisi elektron non bonding  phi star (n  π*)
Pada senyawa organik dikenal adanya gugus auksokrom, yaitu gugus
fungsional yang mempunyai elektron bebas seperti: -OH, O- NH2, dan -OCH3
yang dapat memberikan transisi (n  σ*). Terikatnya gugus auksokrom pada
gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran pita absorbansi menuju
panjang gelombang yang lebih panjang (pergeseran batokromik) serta disertai
peningkatan intensitas (efek hiperkromik). Pergeseran batokromik juga terjadi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

pada dua ikatan rangkap yang terkonjugasi (-C=C-C=C-) (Mulja dan
Suharman, 1995).

3. Hukum Lambert-Beer
Pengukuran absorpsi cahaya oleh molekul analit dalam larutan, diatur oleh
Hukum Lambert-Beer yang dirumuskan dengan persamaan berikut:
log Io/It = A = ε.b.c …………………………………………………. (04)
Io

: intensitas radiasi yang masuk

It

: intensitas radiasi yang ditransmisikan

A

: absorbansi

ε

: konstanta koefisien molar ekstingsi

b

: ketebalan kuvet yang dinyatakan dalam cm

c

: konsentrasi analit (mol.L-1)

Absorbansi adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sampel
yang diukur. Konstante koefisien molar ekstingsi merupakan absorbansi analit
dalam larutan dengan konsentrasi 1Molar (M).

Gambar 5. Absorpsi cahaya oleh analit

Pada produk farmasi, konsentrasi atau jumlah sering dinyatakan dalam
gram atau miligram dibandingkan dengan mol. Oleh karena itu, pada analisis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

produk farmasi Hukum Lambert-Beer sering dituliskan dengan persamaan
berikut:
ε = A (1%,1cm). b . c ……………………………………………….. (05)
%

: absorbansi sampel dengan konsentrasi 1% (b/v) dengan ketebalan kuvet 1 cm

b

: ketebalan kuvet yang dinyatakan dalam cm

c

: konsentrasi sampel yang dinyatakan dalam g/100mL

Monografi dalam British Pharmacope (BP) selalu menulis

%

untuk

UV

dapat

baku pembanding atau standar yang dapat digunakan untuk uji kuantifikasi
(Watson, 2003).

4. Analisis Kuantitatif
Analisis

kuantitatif

dengan

metode

spektrofotometri

digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
a. Analisis kuantitatif zat tunggal (analisis satu komponen).
b. Analisis kuantitatif campuran dua macam zat (analisis dua
komponen).
c. Analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi
komponen).
Analisis kuantitatif zat tunggal dilakukan pengukuran nilai absorbansi
pada panjang gelombang maksimum atau dilakukan pengukuran % transmitan
pada panjang gelombang minimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang
gelombang tersebut adalah: perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi
adalah paling besar pada panjang gelombang maksimal, sehingga akan diperoleh
kepekaan analisis yang maksimal. Disamping itu, pita absorbansi di sekitar

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

panjang gelombang maksimal datar dan pengukuran ulang dengan kesalahan yang
kecil, dengan demikian akan memenuhi hukum Lambert-Beer. Ada empat cara
pelaksanaan analisis kuantitatif zat tunggal, yaitu:
1. Pertama, dengan cara membandingkan absorbansi atau persen transmitan
zat yang dianalisis dengan reference standard pada panjang gelombang
maksimal. Persyaratan pada cara kuantifikasi ini adalah pembacaan nilai
absorbansi sampel dan reference standard tidak jauh berbeda.
2. Kedua, dengan memakai kurva baku dari larutan reference standard
dengan pelarut tertentu pada panjang gelombang maksimum. Dibuat grafik
sistem koordinat Cartesian dimana sebagai ordinat adalah absorbansi dan
sebagai absis adalah konsentrasi.
3. Ketiga, adalah dengan jalan menghitung nilai absorbansi larutan sampel
(

%

λmaks) pada pelarut tertentu dan dibandingkan dengan absorbansi zat

yang dianalisis yang tertera pada literatur.
4. Keempat, dengan menggunakan perhitungan nilai ekstingsi molar
(absoptivitas molar ε) sama dengan cara yang ketiga hanya saja
perhitungan absorbansi molar lebih tepat karena melibatkan massa
molekul relatif (MR).
ε=

%

. MR . 10-1(M-1.cm-1) …………………….……………… (06)
(Mulja dan Rahman, 1995)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

D. Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter-parameter tertentu berdasarkan percobaan di laboratorium, untuk
membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaan
(Harmita, 2004). Validasi merupakan suatu persyaratan dasar untuk menjamin
kualitas dan kehandalan hasil dari semua aplikasi metode analisis (Ermer and
Miller, 2005).
Proses validasi dimulai dengan perangkat lunak yang tervalidasi dan
sistem yang terjamin, untuk selanjutnya metode yang divalidasi menggunakan
sistem yang terjamin dikembangkan. Akhirnya, validasi total diperoleh dengan
melakukan kesesuaian sistem. Masing-masing tahap dalam proses validasi ini
merupakan suatu proses yang secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai
kesuksesan validasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
ICH (International Conference on Harmonization) membagi karakteristik
validasi metode sebagai berikut:
Presisi
Akurasi
Batas Deteksi
Validasi Metode

Batas Kuantifikasi
Spesifisitas
Linieritas
Ketahanan (robustness)
Kesesuaian sistem

Gambar 6. Diagram parameter validasi metode menurut ICH (Gandjar dan Rohman, 2007)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Ada empat tipe prosedur analisis yang perlu divalidasi, yaitu:
a. Uji identifikasi
b. Uji kuantifikasi untuk komponen pengotor (impurities)
c. Uji ambang batasuntuk pengontrolan kandungan pengotor (impurities)
d. Uji kuantifikasi untuk senyawa aktif pada sampel produk obat (Anonim,
2004b).
Berdasarkan pembagian tersebut, masing-masing tipe analisis memiliki
parameter validasi dari yang berbeda-beda. Parameter validasi dari masing-masing
tipe analisis dijabarkan pada tabel 1.
Tabel 1. Tipe Validasi untuk Prosedur Analisis

Karakteristik
validasi
Spesifisitas
Linieritas
Akurasi
Presisi:
- keterulangan
-intermediate
precision
- reproducibility
Rentang
Batas deteksi
Batas kuantifikasi
Stabilitas larutan
Ketahanan

Tipe prosedur analisis
Uji semi
Uji
kuantifikasi
kuantifikasi
impurities/
impurities
Limit test




*


-

Assay/
Content
Uniformity/
Dissolution




-




*
-





*

*

**




*

*
*

**





*
*
*

Identity

* : mungkin dibutuhkan, tergantung pada kondisi pengujian
** : dilakukan pada kondisi tertentu atau pengecualian

Physical
test
-

(Ermer and Miller, 2005)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

1. Presisi

Presisi suatu prosedur analisis menunjukkan kedekatan nilai (derajat
penyebaran) antara serangkaian pengukuran yang dilakukan dari proses sampling
ganda (multiple sampling) dari sekumpulan sampel homogen dengan kondisi yang
telah ditentukan. Presisi dapat dipertimbangkan dalam tiga tingkatan, yaitu:
keterulangan (repeatability), intermediate precision, dan reproduciblity.
a. Keterulangan (repeatability) menunjukkan variabilitas analisis
pada kondisi operasional yang sama dengan interval waktu yang pendek.
Sekurang-kurangnya terdapat 9 determinasi yang perlu dilakukan meliputi
range yang spesifik atau 6 determinasi pada konsentrasi test 100%.
b. Presisi antara (intermediate precision) meliputi pengaruh tambahan
efek randomisasi dalam laboratorium, sesuai dengan tujuan penggunaan
prosedur, contohnya pengerjaan pada hari yang berbeda, analis, dan
peralatan yang berbeda.
c. Reproducibility merupakan presisi antar laboratorium (studi
kolaboratif atau antar laboratorium). Reproducibility tidak perlu dilakukan
untuk penyerahan hasil analisis, namun dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk standarisasi prosedur analisis (Ermer and Miller,
2005).
Presisi seringkali diekspresikan dengan SD atau standar deviasi relatif
(RSD) dari serangkaian data. Perhitungan RSD dapat digunakan rumus:
RSD =

x 100% ……………………………………………... (07)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Keterangan

21

: SD = Standar deviasi serangkaian data
= rata-rata data

(Gandjar dan Rohman, 2007)
Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan
baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang untuk kadar analit
100%. Akan tetapi kriteria tersebut sangat fleksibel tergantung pada
konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium
seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Kriteria penerimaan nilai RSD

Analit (%)
100
10
1
0,1
0,01
0,001
0,0001
0,00001
0,000001
0,000001

Fraksi analit
1
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
10-8
10-9

Konsentrasi analit
100%
10%
1%
0,1%
100 ppm
10 ppm
1 ppm
100 ppb
10 ppb
1 ppb

Nilai RSD (%)
2
2,8
4
5,7
8
11,3
16
22,6
32
45,3

(Horwitz cit. Gonzales, Herrador,and Asuero, 2010)

2. Akurasi

Akurasi pada prosedur analisis menunjukkan kedekatan penerimaan antara
hasil yang diterima sebagai nilai konvensional yang sebenarnya atau hasil
referensi yang diterima, dan hasil yang ditemukan (Ermer and Miller, 2005).
Akurasi pada dapat ditunjukkan melalui hal-hal berikut:
a. Disimpulkan melalui presisi, linieritas, dan spesifisitas.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

b. Membandingkan hasil dengan karakteristik penerimaan yang baik,
serta prosedur yang bebas.
c. Aplikasi referensi bahan (untuk senyawa obat).
d. Perolehan kembali senyawa obat yang dicampurkan dalam placebo
atau produk obat (untuk produk obat).
e. Perolehan kembali pengotor yang dicampurkan dalam substansi
obat atau produk obat (untuk analisis impurities) (Ermer and
Miller, 2005).
I