Penetapan Kadar Pirazinamida Dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet dalam Sediaan Tablet

(1)

PENETAPAN KADAR PIRAZINAMIDA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

DALAM SEDIAAN TABLET

SKRIPSI

OLEH:

ROMA ANITA AGUSTINA M. NIM 081524079

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011


(2)

PENETAPAN KADAR PIRAZINAMIDA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

DALAM SEDIAAN TABLET

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROMA ANITA AGUSTINA M. NIM 081524079

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENETAPAN KADAR PIRAZINAMIDA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

DALAM SEDIAAN TABLET OLEH:

ROMA ANITA AGUSTINA M. NIM 081524079

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Juli 2011

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Drs. Syafruddin, M.S., Apt.) (Prof.Dr.rer.nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt.) NIP 19481111197603100 NIP 195306191983031001

Pembimbing II, (Dra. Salbiah. M.Si, Apt.) NIP 194809041974122001

(Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt.) (Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt.) NIP 194809041974122001 NIP 195401101980032001

Medan, Agustus 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Pirazinamida Dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet dalam Sediaan Tablet”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet dengan spektrofotometri ultraviolet. Metode ini relatif lebih murah dan mudah dalam pelaksanaannya, namun memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang baik. Dari metode yang digunakan ternyata kadar pirazinamida dalam sediaan tablet generik dan nama dagang memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi IV, 1995.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Syafruddin, M.S., Apt., dan Ibu Dra. Nurmadjuzita, M.Si., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu dosen penguji yang telah memberikan kritikan, saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Orang Tua, (Alm) Drh. M. Manalu dan (Almh) T. Aritonang, kakak dan abang tercinta, serta teman- teman atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juli 2011 Penulis,


(5)

Penetapan Kadar Pirazinamida dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet

dalam Sediaan Tablet Abstrak

Pirazinamida adalah suatu obat antituberkulosis sintetik dan efektif digunakan peroral serta bersifat bakterisidal yang digunakan bersama-sama dengan isoniazid dan rifampisin. Pirazinamida bersifat bakterisidal kuat terhadap organisme intrasel. Pirazinamida harus dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam pirazinoat yang merupakan metabolit aktif utama dari pirazinamida

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet dengan metode spektrofotometri ultraviolet. Metode ini relatif lebih murah dan mudah dalam pelaksanaannya, namun memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang baik. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu secara spektrofotometri ultraviolet dalam pelarut HCl 0,1N pada panjang gelombang 268 nm.

Dari hasil penelitian diperoleh kadar tablet pirazinamida generik (Indofarma) sebesar 100.02% ± 0,58, dan tablet nama dagang Sanazet® (Sanbe) sebesar 98,75% ± 2,13, Siranamid® (Mersi) sebesar 97,98% ± 2,34, TB Zet® (Meprofarm) sebesar 98,74% ± 1,13, Pezeta Ciba® (Sandoz) sebesar 98,67% ± 1,39.

Metode ini memenuhi persyaratan uji validasi dengan persen perolehan kembali 99,20% dan relatif standar deviasi (RSD) 1,07%, batas deteksi (LOD) 0,2088 µg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) 0,6962 µg/ml. Hasil penelitian menunjukkan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet generik dan nama dagang memenuhi persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Kata Kunci : pirazinamida, penetapan kadar, spektrofotometri ultraviolet,


(6)

Concentration Determination of pyrazinamide with Ultraviolet Spectrophotometry Method

in Tablet Preparations Abstract

Pirazinamida is a synthetic antituberculosis drug and peroral use. Pirazinamida used together with isoniazid and rifampin. Pirazinamida is strong bactericidal against actively dividing organisms. Pirazinamida be hydrolyzed enzymatically into pirazinoat acid which is the active form of pirazinamida.

The purpose of this study was to determine the levels pirazinamida in tablet dosage with ultraviolet spectrophotometric method. This method is relatively cheap and easy in implementation, but it gives results with good accuracy and precision. The method used in this study namely ultraviolet spectrophotometry in HCl 0,1N at a wavelength of 268 nm.

The results were obtained levels pirazinamida generic tablets (Indofarma) was 100.02% ± 0.58, and tablet the name of brand Sanazet ® tablets (Sanbe) of 98.75% ± 2.13, Siranamid ® (Mersi) was 97.98 % ± 2.34,TB Zet ® (Meprofarm) was 98.74% ± 1.13, Pezeta Ciba ® (Sandoz) was 98.67% ± 1.39. This method meets the requirements validation test with the percent recovery of 99.20% and relative standard deviation (RSD) 1.07%, limit of detection (LOD), 0.2088 µg/ml and limit of quantitation (LOQ), 0.6962 µg/ml. The results showed levels of pirazinamide in tablet dosage generic and trade name meets the requirements of tablets according to the Indonesian Pharmacopoeia IV Edition 1995 is not less than 93.0% and not more than 107.0% of the total listed on the label.

Keywords: pirazinamida, determination, ultraviolet spectrophotometry, validation


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRAC ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pirazinamida ... 5

2.1.1 Sifat Fisikokimia ... 5

2.1.2 Farmakologi ... 5

2.1.3 Efek Samping ... 7

2.1.4 Dosis ... 7


(8)

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet ... 7

2.2.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet ... 7

2.2.2 Hukum Lambert-Beer ... 10

2.2.3 Penggunaan Spektofotometri Ultraviolet ... 11

2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri ... 13

2.3 Validasi ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

2.2 Alat- alat ... 18

2.3 Bahan-bahan ... 18

2.4 Pengambilan Sampel ... 18

2.5 Prosedur Penelitian ... 19

2.5.1 Pembuatan Pereaksi ... 19

2.5.2 Pembuatan Larutan Baku Pirazinamida BPFI ... 19

2.5.3 Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ... 19

2.5.4 Pembuatan dan Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi ... 19

2.5.5 Penentuan Kadar Pirazinamida dalam Sediaan Tablet ... 20

2.5.6 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 20

2.5.6.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (%Recovery) ... 20

2.5.6.2 Uji Presisi ... 21

2.5.6.3 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ... 22


(9)

2.5.7 Analisis Data secara Statistik ... 22

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ……… 24

3.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Pirazinamida BPFI ... 24

3.2 Pembuatan dan Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi ... 25

3.3 Penentuan Kadar Pirazinamid dalam Sediaan Tablet ... 27

3.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet ... 28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………. 31

4.1 Kesimpulan ... 31

4.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data Absorbansi dari Kurva Serapan Maksimum ... 25 Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi dari Pirazinamida BPFI ... 27 Tabel 3. Rentang Kadar Rata-rata Pirazinamida pada Sediaan Tablet ... 27 Tabel 4. Data Hasil Pengujian Perolehan Kembali dari Tablet Pirazinamida

(Indofarma) dengan Metode Penambahan Bahan Baku Standar


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurva Serapan Pirazinamida BPFI (konsentrasi 6 µg/ml) dalam Pelarut HCl 0,1 N ... 25

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Pirazinamida BPFI dalam Pelarut HCl 0,1 N pada Panjang Gelombang 268 nm ... 26


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran Sampel ... 34 Lampiran 2. Perhitungan Persamaan Regresi Pirazinamida ... 35 Lampiran 3. Data Kadar Pirazinamida dalam Sediaan Tablet ... 36 Lampiran 4. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Generik

(Indofarma) ... 37 Lampiran 5 Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Sanazet® (Sanbe) ... 39 Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Siranamid®

(Mersi) ... 41 Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet TB Zet®

(Meprofarm) ... 43 Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Pezeta

Ciba®

(Sandoz) ... 45 Lampiran 9. Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel dari Tablet

Pirazinamida Generik (Indofarma) ... 47 Lampiran 10. Contoh Perhitungan Persentase (%) Perolehan Kembali dari

Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma) ... 48 Lampiran 11. Perhitungan Kadar Sampel Tablet Pirazinamida Generik

(Indofarma) dari Lampiran 10 Setelah Penimbangan ... 49 Lampiran 12. Contoh Perhitungan Penimbangan Bahan Baku pada Persen

Perolehan Kembali ... 51 Lampiran 13. Contoh Perhitungan Penimbangan Analit pada Persen Perolehan Kembali dari Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma) ... 52 Lampiran 14. Contoh Perhitungan Penimbangan Analit dari Tablet

Pirazinamida Generik (Indofarma) dan Bahan Baku pada Persen Perolehan Kembali ... 53


(13)

Lampiran 15. Contoh Perhitungan Persen Perolehan Kembali dengan Metode Penambahan Bahan Baku (Standard Addition Method) dari Tablet

Pirazinamida Generik (Indofarma) ... 54

Lampiran 16. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Pirazinamid pada Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma) dengan Metode Penambahan Bahan Baku (Standard Addition Method) ... 55

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ... 56

Lampiran 18. Data Pengukuran Analit pada Persen Perolehan Kembali dari Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma) ... 57

Lampiran 19. Data Pengukuran Analit pada Persen Perolehan Kembali dari Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma) Setelah Penambahan Bahan Baku ... 58

Lampiran 20. Daftar Spesifikasi Sampel ... 59

Lampiran 21. Nilai Distribusi t ... 61

Lampiran 22. Sertifikat Bahan Baku POM ... 62

Lampiran 23. Sertifikat Bahan Baku Pirazinamida dari PT. Indofarma ... 63


(14)

Penetapan Kadar Pirazinamida dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet

dalam Sediaan Tablet Abstrak

Pirazinamida adalah suatu obat antituberkulosis sintetik dan efektif digunakan peroral serta bersifat bakterisidal yang digunakan bersama-sama dengan isoniazid dan rifampisin. Pirazinamida bersifat bakterisidal kuat terhadap organisme intrasel. Pirazinamida harus dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam pirazinoat yang merupakan metabolit aktif utama dari pirazinamida

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet dengan metode spektrofotometri ultraviolet. Metode ini relatif lebih murah dan mudah dalam pelaksanaannya, namun memberikan hasil dengan akurasi dan presisi yang baik. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu secara spektrofotometri ultraviolet dalam pelarut HCl 0,1N pada panjang gelombang 268 nm.

Dari hasil penelitian diperoleh kadar tablet pirazinamida generik (Indofarma) sebesar 100.02% ± 0,58, dan tablet nama dagang Sanazet® (Sanbe) sebesar 98,75% ± 2,13, Siranamid® (Mersi) sebesar 97,98% ± 2,34, TB Zet® (Meprofarm) sebesar 98,74% ± 1,13, Pezeta Ciba® (Sandoz) sebesar 98,67% ± 1,39.

Metode ini memenuhi persyaratan uji validasi dengan persen perolehan kembali 99,20% dan relatif standar deviasi (RSD) 1,07%, batas deteksi (LOD) 0,2088 µg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) 0,6962 µg/ml. Hasil penelitian menunjukkan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet generik dan nama dagang memenuhi persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Kata Kunci : pirazinamida, penetapan kadar, spektrofotometri ultraviolet,


(15)

Concentration Determination of pyrazinamide with Ultraviolet Spectrophotometry Method

in Tablet Preparations Abstract

Pirazinamida is a synthetic antituberculosis drug and peroral use. Pirazinamida used together with isoniazid and rifampin. Pirazinamida is strong bactericidal against actively dividing organisms. Pirazinamida be hydrolyzed enzymatically into pirazinoat acid which is the active form of pirazinamida.

The purpose of this study was to determine the levels pirazinamida in tablet dosage with ultraviolet spectrophotometric method. This method is relatively cheap and easy in implementation, but it gives results with good accuracy and precision. The method used in this study namely ultraviolet spectrophotometry in HCl 0,1N at a wavelength of 268 nm.

The results were obtained levels pirazinamida generic tablets (Indofarma) was 100.02% ± 0.58, and tablet the name of brand Sanazet ® tablets (Sanbe) of 98.75% ± 2.13, Siranamid ® (Mersi) was 97.98 % ± 2.34,TB Zet ® (Meprofarm) was 98.74% ± 1.13, Pezeta Ciba ® (Sandoz) was 98.67% ± 1.39. This method meets the requirements validation test with the percent recovery of 99.20% and relative standard deviation (RSD) 1.07%, limit of detection (LOD), 0.2088 µg/ml and limit of quantitation (LOQ), 0.6962 µg/ml. The results showed levels of pirazinamide in tablet dosage generic and trade name meets the requirements of tablets according to the Indonesian Pharmacopoeia IV Edition 1995 is not less than 93.0% and not more than 107.0% of the total listed on the label.

Keywords: pirazinamida, determination, ultraviolet spectrophotometry, validation


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Tuberkulosis atau TB adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA, Mikobakterium tuberkulosa) yang ditularkan melalui udara. Penyakit tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di negara-negara berkembang, berkisar 10-25% dari populasi di negara-negara tersebut. Indonesia merupakan negara pertama diantara negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara. Saat ini Indonesia urutan ke lima diantara negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Penemuan kasus TB menurut provinsi yang tertinggi adalah provinsi Sulawesi utara yakni 89,6% dan diikuti oleh DKI Jakarta yakni 85,5% dan Banten 78,6%. Obat yang digunakan untuk penyakit ini dibagi atas 2 golongan besar, yaitu:

1. Golongan I: isoniazid (INH), rifampisin, etambutol, streptomisin, pirazinamida

2. Golongan II: para amino salisilat (PAS), etionamid, kanamisin, sikloserin, kapreomisin dan amikasin (Agoes. dkk. 1994; Dirjen PP&PL, Kemenkes RI. 2011).

Gejala TB antara lain batuk kronis, demam, berkeringat waktu malam, keluhan pernapasan, rasa kurang enak badan (malaise), hilang nafsu makan, turunnya berat badan, dan rasa nyeri di bagian dada (Tjay dan Rahardja. 2007).

Pirazinamida adalah suatu obat antituberkulosis yang dibuat secara sintetik dan efektif digunakan peroral dan bersifat bakterisidal yang digunakan bersama-sama dengan isoniazid dan rifampisin. Pirazinamida bersifat bakterisidal


(17)

terhadap organisme yang aktif membelah diri. Pirazinamida harus dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam pirazinoat yang merupakan bentuk aktif dari pirazinamida (Mycek, dkk. 2001).

Pada pembuatan obat, kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapeutik yang diharapkan. Salah satu persyaratan mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar seperti yang tercantum dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya (Depkes RI, 2009).

Menurut Moffat. dkk. (2004), berdasarkan struktur kimia dari pirazinamida memiliki nilai Pka:0,5 dan.Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995. aPenetapan kadar dalam sediaan tablet pirazinamida dapat dilakukan secara volumetri dengan titrasi semi bebas air sebagai asam dan basa. Dalam USP 30, 2007 penetapan kadar dalam sediaan tablet dapat dilakukan secara Kromatografi, yaitu kromatografi lapis tipis, kromatografi gas maupun kromatografi cair kinerja tinggi. Menurut Moffat. dkk. (2004). pirazinamida mempunyai serapan maksimum dalam HCl 0,1 N pada panjang gelombang 269 nm ( 1

1

A = 659a) sehingga dapat dilakukan penetapan kadar secara

spektrofotometri ultraviolet. Berdasarkan hal maka peneliti melakukan Penetapan kadar pirazinamida secara spektrofotometri ultraviolet

Untuk menguji validitas dari metode ini dilakukan pengujian antara lain uji akurasi dengan parameter % recovery, uji presisi dengan parameter koefisien variasi (RSD), uji sensitifitas dengan parameter limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ) (WHO, 1989).


(18)

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah kadar pirazinamida dalam sediaan tablet dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet dalam pelarut HCl 0,1N dan

memenuhi persyaratan validasi ?

2. Apakah kadar pirazinamida dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan Farmakope edisi IV tahun 1995?

1.3 Hipotesis

1. Diduga kadar pirazinamida dalam sediaan tablet dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut HCl 0,1 N dan memenuhi persyaratan validasi.

2. Kadar pirazinamida dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 .

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet secara dapat ditentukan dengan metode spektrofotometri ultraviolet dalam pelarut HCl 0,1 N dan menguji persyaratan validasi.

2. Untuk mengetahui kadar pirazinamida dalam sediaan tablet yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang ditetapkan Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis atau TB adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA, Mikobakterium tuberkulosa) yang ditularkan melalui udara. Berdasarkan tempat atau organ yang diserang oleh mikobakterium tuberkulosa, maka tuberkulosis dibedakan menjadi tuberkulosis paru dan tuberkulosis ekstra paru.

1. Tuberkulosis Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim paru, tidak pleura(selaput paru

2. Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh selain paru, misalnya Selaput otak, kelenjar lymfe, tulang, persendiaan, kulit, usus, ginjal, saluran kencing.

Obat yang digunakan untuk penyakit ini dibagi atas 2 golongan besar, yaitu: 3. Golongan I : isoniazid (INH), rifampisin, etambutol, streptomisin,

pirazinamid

4. Golongan II : para amino salisilat (PAS), etionamid, kanamisin, sikloserin, kapreomisin dan amikasin (Agoes. dkk. 1994; Dirjen PP&PL, Kemenkes RI. 2011).


(20)

2.1 Pirazinamida 2.1.1 Sifat Fisikokimia

Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C5H5N3O

Sinonim : Pirazinkarboksamida

Berat Molekul : 123,11

Suhu Lebur : Antara 1880 dan 1910.

Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga praktis putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam eter dan dalam kloroform.

2.1.2 Farmakologi

Pirazinamida adalah suatu obat antituberkulosis yang dibuat secara sintetik dan efektif digunakan bersama-sama dengan isoniazid dan rifampisin. Pirazinamida bersifat bakterisidal terhadap organisme intrasel. Pirazinamida dihidrolisis secara enzimatik menjadi asam pirazinoat yang merupakan metabolit aktif utama dari pirazinamida. Asam pirazinoat selanjutnya dihidroksilasi menjadi 5-asam hidroksipirazinoat oleh xantin oksidase. Metabolit pirazinamida


(21)

ini diekskresikan melalui urin. Pirazinamida mudah diserap diusus dan disebarkan ke seluruh tubuh (Mycek, dkk. 2001; Zubaidi. 2007).

Pirazinamida adalah salah satu obat garis depan yang ditentukan untuk pengobatan Mycobacterium tuberculosis. Dianggap sebagai prodrug dari asam pirazinoat, yang dipercaya sebagai inhibitor aktif M. tuberculosis. Asam pirazinoat merupakan metabolit aktif utama dari pirazinamida, yang dihasilkan oleh liver mikrosomal deamidase kemudian asam pirazinoat ini selanjutnya dihidroksilasi menjadi 5-asam hidroksipirazinoat oleh xantin oksidase. Jalur metabolit lainnya, pirazinamida dioksidasi langsung menjadi 5-hidroksipirazinamida oleh xantin oksidase. Ketiga metabolit pirazinamida ini terutama diekskresikan dalam urin.

Konsentrasi serum 30-50 μg/mL pada 1-2 jam setelah pemberian oral

dicapai dengan dosis 25 mg/kg/hari. Pirazinamida dapat dengan baik diserap dari saluran cerna dan secara luas didistribusikan pada jaringan tubuh, termasuk selaput otak yang terinfeksi. Waktu paruhnya adalah 8-11 jam. Pirazinamida merupakan suatu obat fase awal pengobatan yang penting dan digunakan bersama dengan isoniazid dan rifampin dalam pemberian jangka pendek (yaitu 6 bulan) sebagai suatu agen sterilisator aktif untuk melawan sisa-sisa organisme intraseluler yang dapat mengakibatkan kekambuhan (Crofton.2002).

2.1.3 Efek Samping

Efek sampingnya yang sering kali terjadi dan berbahaya adalah kerusakan hati dan ikterus (hepatotoksis), terutama pada dosis di atas 2 g sehari. Pengobatan harus segera dihentikan bila ada tanda-tanda kerusakan hati (Tjay dan Rahardja, 2002).


(22)

Keamanan penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan encok atau riwayat encok keluarga atau diabetes mellitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak sempurna; penderita dengan riwayat tukak lambung (Depkes. 2005).

2.1.4 Dosis

Dewasa dan anak sebanyak 15-30 mg/ kg BB, satu kali sehari atau 50-70 mg/ kg BB 2-3 kali seminggu. Obat ini dipakai bersamaan dg obat anti tuberkulosis lainnya.

2.1.5 Sediaan

Dalam perdagangan pirazinamida tersedia dalam bentuk tablet mengandung 500mg/tablet (ISO, 2009).

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet

2.2.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah inframerah dekat 780-3000 nm, dan daerah inframerah 2,5-40 µ m (Ditjen POM, 1995).


(23)

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan pita spektrum. Terjadinya dua atau lebih pita spektrum diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu panjang gelombang (Rohman dan Gandjar, 2007).

Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah tampak disebut gugus kromofor dan hampir semua gugus ini mempunyai ikatan tak jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari π → π*, yang menyerap pada panjang gelombang maksimum kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi), misalnya pada >C=C< dan –C ≡ C–. Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem konyugasi, perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar (Dachriyanus, 2004).

Gugus fungsi seperti -OH, -O, -NH2, dan -OCH3 yang memberikan


(24)

dapat menyerap radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar (pergeseran batokromik).

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri ultraviolet antara lain:

1. Pemilihan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Panjang gelombang serapan maksimum, dapat diperoleh dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu:

• Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.

• Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.

• Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang terjadi pada pengulangan akan kecil sekali, karena digunakan panjang gelombang maksimal.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan tersebut diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan


(25)

konsentrasi. Bila hukum Lambert- Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi merupakan garis lurus.

3. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer sebaiknya antara 0,2- 0,6 karena pada kisaran nilai tersebut, kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman dan Gandjar, 2007).

2.2.2 Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi, ini berlaku untuk radiasi monokromatis dalam larutan yang sangat encer. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan:

A= a.b.c (g/liter) atau A= ε. b. c (mol/liter) Dimana: A = serapan

a = absorptivitas b = ketebalan sel c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar

Berdasarkan Hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar aspek kuantitatif pada spektrofotometri: konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu (Day dan Underwood, 1999; Rohman dan Gandjar, 2007).


(26)

Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik (A11) juga

sering digunakan untuk menggantikan absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:

A = A11. b. c

Dimana : A11= absorptivitas spesifik

b = ketebalan sel

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100ml larutan)

2.2.3 Penggunaan Spektofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet digunakan dalam analisis senyawa organik yaitu:

1. Analisis kualitatif

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang terjadi untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda tidaklah sama sehingga spektrum absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektrum dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif (Rohman dan Gandjar, 2007).

2. Analisis kuantitatif

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang


(27)

mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai detektor. Parameter intensitas atau kekuatan energi radiasi yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan dasar analisis kuantitatif. Konsentrasi larutan analit umumnya 10 sampai 20 µg/ l, tetapi untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada konsentrasi yang lebih rendah. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi kromofor (Satiadarma, 2004).

Analisis kuantitatif secara spektrofotometri ultraviolet dapat dilakukan dengan metode regresi dan pendekatan.

1. Metode Regresi

Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan persamaan regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang linier, kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Pendekatan

Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C= As. Cb/ Ab


(28)

dimana As= serapan sampel, Ab= serapan standar, Cb= konsentrasi standar, dan C= konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983).

2.2.4 Peralatan Untuk Spektrofotometri

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Day dan Underwood, 1999).

Unsur -unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut: 1. Sumber radiasi: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang

gelombang dari 190-380 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 380- 780 nm.

2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma maupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian. 3. Kuvet (sel): digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke

dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan energi radiasi dalam dearah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran didaerah sinar tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus radiasi pada daerah ini. Kuvet sinar tampak dan ultraviolet yang khas mempunyai ketebalan 1 cm, namun tersedia kuvet


(29)

dengan ketebalan yang sangat beraneka, mulai dari ketebalan kurang dari 1 milimeter sampai 10 cm bahkan lebih.

4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.

5. Amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat listrik itu dapat dibaca.

6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya isyarat listrik (Day and Underwood, 1999).

2.3 Validasi

Validasi adalah suatu tindakan terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (WHO, 1989; Rohman dan Gandjar, 2007).

Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, spesifikasi, limit deteksi, limit kuantitasi, linieritas dan rentang metode (Harmita, 2004; Rohman dan Gandjar, 2007).

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan melalui dua cara yaitu metode simulasi (spiked placebo

recovery) dan metode penambahan bahan baku (standard addition method).


(30)

kimia) ditambahkan ke dalam campuran bahan sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan (kadar sebenarnya). Dalam metode adisi (penambahan bahan baku), sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel, dicampur dan dianalisis kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya.

% Perolehan Kembali = x100% C

B A

Keterangan:

A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

C = konsentrasi baku yang ditambahkan

Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (koefisien variasi). Presisi dapat diartikan pula sebagai derajat reprodusibilitas atau keterulangan dari prosedur analisis. Ada 4 macam ukuran presisi, yaitu:

a. Kisaran (range) merupakan selisih hasil penetapan yang paling besar dengan yang paling kecil. Semakin kecil selisihnya berarti hasilnya semakin tepat.


(31)

b. Deviasi rata-rata (mean deviation) merupakan deviasi masing-masing hasil penetapan terhadap rata-rata, dengan tidak memperhatikan tanda deviasinya (positif atau negatif) dan dirumuskan sebagai berikut:

d =

c. Standar deviasi (SD) merupakan akar jumlah kuadrat deviasi masing-masing hasil penetapan terhadap mean dibagi dengan derajat kebebasannya yang dinyatakan dalam rumus berikut:

Keterangan: X = nilai dari masing-masing pengukuran

X = rata-rata (mean) dari pengukuran

n = frekuensi penetapan n-1 = derajat kebebasan

d. Standar deviasi relatif (relative standard deviation, RSD) merupakan ukuran ketepatan relatif dan umumnya dinyatakan dalam persen. RSD dirumuskan dengan persamaan:

RSD =

Keterangan: RSD = Relative Standard Deviation (%) SD = Standard Deviation

X = Kadar rata-rata sampel

Kespesifikan dari suatu metode analisis adalah kemampuannya untuk mengukur kadar analit secara khusus dengan akurat, disamping komponen lain yang terdapat dalam matriks sampel.

N X

X |

| −

1 )

( 2

− −

=

n X X SD

% 100 x X SD


(32)

Batas deteksi (limit of detection) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Batas deteksi =

Slope xSB

3

Batas kuantitasi (limit of quantitation) didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan.

Batas Kuantitasi =

Slope xSB

10

Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara secara matematika, proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu.

Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi, akurasi dan kelinieran (Rohman dan Gandjar, 2007; Satiadarma, 2004).


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Februari sampai Mei 2011.

2.2 Alat -alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah spektrofotometer ultraviolet/ visibel (UV mini 1240 Shimadzu), neraca analitik (Boeco Germany) dan alat-alat gelas (pyrex).

2.3 Bahan - bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah HCl37% (Merck), pirazinamida BPFI (Badan POM RI), Pirazinamida baku pabrik (PT. Indofarma), tablet pirazinamida generik (Indofarma), tablet nama dagang Sanazet® (Sanbe),

Siranamid® (Mersi), TB Zet® (Meprofarm) dan Pezeta Ciba® (Sandoz), akuades (Laboratorium Kimia Dasar).

1.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive yaitu tanpa membandingkan tempat pengambilan sampel antara satu sampel dengan sampel yang lain. Sampel yang digunakan adalah 1 sediaan tablet pirazinamida generik dan 4 sediaan tablet nama dagang dengan komposisi pirazinamida 500 mg.


(34)

2.5 Prosedur Penelitian 2.5.1 Pembuatan Pereaksi

Pembuatan asam klorida 0,1 N

Diencerkan sebanyak 8,3 ml HCl(P) 37% dalam akuades kemudian dicukupkan

sampai 1000 ml (Ditjen POM, 1995).

2.5.2 Pembuatan Larutan Baku Pirazinamida BPFI

Ditimbang seksama 50 mg pirazinamida BPFI, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan 5 ml HCl 0,1 N, dikocok lalu dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 µg/ml. Dari larutan ini dipipet 5 ml masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 µg/ml.

2.5.3 Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Dipipet 6 ml larutan baku 50 µg/ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan HCl 0,1 N kemudian dicukupkan sampai garis tanda lalu dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 6 µg/ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm (hasil dapat dilihat pada gambar 1 dan tabel 1 halaman 11)

2.5.4 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi

Dipipet larutan baku II (50 µg/ml) sebanyak 4 ml, 5 ml, 6 ml, 7 ml dan 8 ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diperoleh


(35)

larutan dengan konsentrasi 4 µg/ml, 5 µg/ml, 6 µg/ml, 7 µg/ml dan 8 µg/ml. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, sebagai blangko digunakan HCl 0,1 N (hasil dapat dilihat pada gambar 2 dan tabel 2 halaman 26 - 27).

2.5.5 Penentuan Kadar Pirazinamida dalam Sediaan Tablet

Timbang dan serbukkan 20 tablet. Timbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 50 mg pirazinamida (dilakukan 6 kali pengulangan), dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan 5 ml HCl 0,1 N, dikocok dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Kemudian disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang. Dipipet 5 ml filtrat, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda lalu dikocok sampai homogen. Dipipet 6 ml larutan masukkan dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda lalu dikocok sampai homogen dan diukur serapan pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh (hasil dapat dilihat pada tabel 3 halaman 27).

Penetapan kadar ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi yaitu:

Y = aX + b

2.5.6 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

2.5.6.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (% Recovery)

Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (Standard


(36)

rentang spesifik 80%, 100% dan 120%, masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70% analit sampel dan 30% baku, kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel (hasil dapat dilihat pada tabel 4 halaman 29).

Persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% Recovery Keterangan :

A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

C = konsentrasi baku yang ditambahkan

2.5.6.2 Uji Presisi

Menurut Rohman (2007), uji presisi (keseksamaan) merupakan ukuran ketepatan relatif ditentukan dengan parameter RSD (Relative Standard

Deviation) dan umumnya dinyatakan dalam persen. RSD dirumuskan dengan

persamaan :

RSD = Keterangan :

RSD = Relative Standard Deviation SD = Standard Deviation

X = Kadar Rata-rata Pirazinamida dalam Sampel

Menurut Jones, S.D (2002), untuk menghitung Standar Deviasi (SD) digunakan rumus :

% 100 x C

B A− =

% 100

x X SD


(37)

Keterangan :

SD = standar deviasi

= kadar rata-rata sampel X = kadar sampel

n = jumlah perlakuan

2.5.6.3 Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

Untuk menentukan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) dapat digunakan rumus :

Keterangan :

SB = Simpangan Baku LOD = Batas Deteksi LOQ = Batas Kuantitasi

2.5.7 Analisis Data secara Statistik

Kadar pirazinamida dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan apakah data diterima atau ditolak digunakan rumus seperti di bawah ini :

t hitung =

X X − 2 ) ( 2 − − =

n Yi Y SB Slope SB x

LOQ=10

Slope SB x

LOD=3

1 ) ( 2 − − =

n X X SD X


(38)

Dengan dasar penolakan data jika thitung ≥ ttabel.

Untuk mencari kadar sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99% dengan derajat kebebasan dk = n-1, digunakan rumus :

µ = X± t(1-1/2α)dk x

n SD

Keterangan :

µ = interval kepercayaan X = kadar rata-rata sampel X = kadar sampel

t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1

α = tingkat kepercayaan dk = derajat kebebasan SD = standar deviasi n = jumlah perlakuan


(39)

3.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum pirazinamida BPFI

Sebelum dilakukan penetapan kadar pirazinamida dalam sampel terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang serapan maksimum dalam pelarut HCl 0,1 N ini dilakukan pada konsentrasi yang memberikan serapan dengan kesalahan fotometrik terkecil yaitu ± 0,4343. Untuk mendapatkan konsentrasi tersebut, dapat dihitung menggunakan nilai absorptivitas spesifik pirazinamida (A11= 659a) (Moffat. dkk). Menurut Moffat, dkk. (2004), pirazinamida memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 269nm dan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, tahun 1995, pirazinamida memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 268nm dalam pelarut air. Dari hasil pengukuran penentuan panjang gelombang dengan konsentrasi pengukuran yaitu 6 µg/ml diperoleh panjang gelombang maksimum pirazinamida pada panjang gelombang 268nm dengan serapan 0,4058 seperti terlihat pada gambar 1 dan tabel 1. Panjang gelombang antara pirazinamida dalam pelarut HCl 0,1N dengan pirazinamida dalam pelarut air dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat yang berbeda.

Dari hasil perhitungan didapatkan konsentrasi pengukuran sampel pada 6 µg/ml (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 34).


(40)

Gambar 1. Kurva Serapan Pirazinamida BPFI (konsentrasi 6 µg/ml) dalam

Pelarut HCl 0,1 N

Tabel 1. Data Absorbansi dari Kurva Serapan Maksimum

Abscis

ABS

306.0 0.0175

268.0 0.4058

209.0 0.4438

3.2 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi

Linieritas merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (Y) dengan konsentrasi (X). Penentuan linieritas kurva kalibrasi pirazinamida BPFI dalam pelarut HCl 0,1 N ditentukan berdasarkan serapan pada konsentrasi 4 µg/ml, 5 µg/ml, 6 µg/ml, 7 µg/ml dan 8 µg/ml pada panjang gelombang maksimum 268 nm (dapat dilihat pada gambar 2). Dari hasil penentuan linieritas diperoleh hubungan yang linier dengan


(41)

koefisien korelasi (r) = 0,9994 dan persamaan regrasi Y = 0,06615 X + 0,003917 (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 19). Menurut Rohman dan Gandjar (2007), Berdasarkan harga r yang mendekati 1 berarti ada hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi sehingga konsentrasi pirazinamida dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi dengan mensubsitusikan serapan terhadap Y.

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Pirazinamida BPFI dalam Pelarut HCl 0,1 N pada


(42)

Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi dari pirazinamida BPFI

No. Conc. ABS

1. 0.0000 0.000

2. 4.0000 0.276

3. 5.0000 0.334

4. 6.0000 0.404

5. 7.0000 0.464

6. 8.0000 0.530

3.3 Penentuan Kadar Pirazinamida dalam Sediaan Tablet

Kadar pirazinamida dihitung dengan mensubtitusikan serapan pada Y dari persamaan regresi Y = 0,06615 X + 0,003917. Kadar pirazinamida dalam sediaan tablet dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Rentang Kadar Rata-rata Pirazinamida pada Sediaan Tablet

No Nama Sediaan

Kadar Rata-rata

%

Kadar Sebenarnya

%

1. Pirazinamida Generik (Indofarma) 100,02 100,02 ± 0,58

2. Sanazet® (Sanbe) 98,75 98,75 ± 2,13

3. Siranamid® (Mersi) 97,98 97,98 ± 2,34

4. TB Zet® (Meprofarm) 98,74 98,74 ± 1,13


(43)

Data di atas menunjukkan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan generik yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (contoh perhitungan dapat dilihat pada halaman 36 sampai 50).

3.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Pada penelitian ini dilakukan uji validasi dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method) terhadap sampel tablet pirazinamida (Indofarma) yang meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (% recovery), uji presisi dengan parameter RSD (Relative Standard

Deviation), batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ).

Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan membuat 3 konsentrasi sampel dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120%, masing-masing dengan 3 replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% sampel dan 30% baku (contoh perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 48).


(44)

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Perolehan Kembali dari Tablet pirazinamida

(Indofarma) dengan Metode Penambahan Bahan Baku Standar (Standard Addition Method)

Rentang Spesifik %

Konsentrasi (µg/ml)

PerolehanKembali (%)

80

4,7472 99,41

4,7510 99,31

4,7329 97,42

100

5,9664 98,51

5,9498 98,34

5,9604 98,76

120

7,0957 99,88

7,1002 100,44

7,0957 100,75

Rata-rata (% recovery) 99,20

Standard Deviation (SD) 1,06 Relative Standard Deviation (RSD) (%) 1,07

Dari data di atas didapatkan persen perolehan kembali (% recovery) 99,20% dengan Standard Deviation (SD) sebesar 1,06. Persen perolehan kembali ini dapat diterima karena memenuhi syarat akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah 98-102%. Sedangkan dari hasil uji presisi dengan


(45)

parameter Relative Standard Deviation (RSD) adalah 1,07%. Nilai RSD ini dapat diterima karena kriteria yang diizinkan adalah ≤ 2%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri ultraviolet yang dikembangkan pada penelitian ini mempunyai akurasi dan presisi yang memenuhi syarat (Harmita, 2004). Batas deteksi (LOD) sebesar 0,4807 µg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 1,6024 µg/ml (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 56).


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar pirazinamida dalam sediaan tablet menggunakan pelarut HCl 0,1 N. Metode ini memberikan uji validasi dengan parameter akurasi dan presisi yang memenuhi syarat dengan batas deteksi (LOD) sebesar 0,2088 µg/ml dan batas kuantitasi (LOQ) sebesar 0,6962 µg/ml.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tablet yang dianalisis baik generik maupun nama dagang memenuhi persyaratan kadar tablet menurut Farmakope Indonesia edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

4.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menentukan kadar obat tuberkulosis lainnya dalam sediaan tablet dengan spektrofotometri ultraviolet.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A, H, Munaf, S, Chaidir, J, Nattadiputra, S, Yodhian, F, L, Azis, S, Tanzil, S, Kamaluddin, T, M, Teodorus. (1994). Catatan Kuliah

FARMAKOLOGI . Editor:Munaf, S. Bagian III. Cetakan I. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC. Hal 70.

Crofton. J, Horne. N, Miller. F. (2002). Tuberkulosis Klinis. Jakarta: Widya Medika. Hal:115-120

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press. hal. 1.

Day, R.A, dan Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah: Pujaatmaka, A.H. Edisi ke V. Jakarta: Erlangga. hal. 393, 396-403.

Depkes RI. (2009). Undang-undang RI No. 36 Tentang Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal 40.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal 322 - 323, 1133.

Ditjen PP & PL.. (2011). Rencana Aksi Nasional Penguatan Laboratorium

Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Hal i

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol I(3). Hal 117-135.

Holme, D.J, dan Peck, H. (1983). Analytical Biochemistry. London: Longman. hal.40

Jones, S.D. (2002). Pharmaceutical Statistic. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. hal. 30-32.

Mycek M, J. Harvey R, A. Champe P, C. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi II. Jakarta: Widya Medika. Hal 335-340

Moffat, A.C., M.D. Osselton., B. Widdop. (2004). Clarke‘s Analysis Of Drug

And Poisons. Thirth edition London: Pharmaceutical Press. Electronic


(48)

Rohman, A. dan Gandjar, I.G. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 381.

Roth, J.H., dan Blaschke, G. (1998). Analisis Farmasi. Penerjemah: Kisman, dkk. Yogyakarta: UGM Press. hal. 355-357

Satiadarma, K. (2004). Azas Pengembangan Prosedur Analisis. Surabaya: Airlangga University Press. hal. 87-91

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,

dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo: Hal.160-161 .

United States Pharmacopoeia. (2007). The National Formulary. 30th Edition. The United States Pharmacopoeia Convention. Page 1952.

WHO. (1989). The Validation of Analytical Procedures Used in the Examination


(49)

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran Sampel

Diketahui : Nilai Absorptivitas spesifik (A11= 659) (Moffat, 2004) Tebal sel (b) = 1cm

c =

xb A

A

1 1

c = 0,000659 /

1 659

4343 , 0

g

=

× 100 ml

c = 659,0 µg/100 ml c 6,59 µg/ml

Konsentrasi untuk pengukuran serapan baku BPFI atau sampel digunakan 6 µg/ml


(50)

Lampiran 2. Perhitungan Persamaan Regresi Pirazinamida BPFI

No X Y XY X2 Y2

1. 0 0 0 0 0

2. 4 0,276 1,104 16 0,076167

3. 5 0,334 1,670 25 0,111556

4. 6 0,404 2,424 36 0,163216

5. 7 0,464 3,248 49 0,215296

6. 8 0,530 4.240 64 0,280900

30 2,008 12.686 190 0,847135

Rata-rata 5 0,334667

Y = aX + b

a = =

= 0,06615

b = Y - aX

= 0,334667 – (0,06615) (5) = 0,003917

Jadi Persamaan Regresi yang didapat : Y = 0,06615X + 0,003917

r =

[

][

]

− − n Y Y n X X n Y X XY / ) ( / ) ( / ) ( ) ( 2 2 2 2 r =

( )

[

190 30 /6

]

[

0,847135

(

2,008

)

/6

]

6 / ) 008 , 2 )( 30 ( 686 . 12 2 2 − − −

r = 0,9994

∑ ∑

− − n X X n Y X XY / ) ( / ) )( ( 2 2

( )

30 /6 190 6 / ) 008 , 2 )( 30 ( 686 . 12 2 − −


(51)

Lampiran 3. Data Kadar Pirazinamida dalam Sediaan Tablet. Nama Sediaan Penimbangan (mg) Setara (mg) Absorbansi (A) Kons teoritis (µg/ml) Kons perolehan (µg/ml) Kadar % Pirazinamida Generik (Indofarma)

66,2 50,3548 0,4055 6,042 6,0707 99,79

66,1 50,2787 0,4052 6,0324 6,0662 99,71

66,0 50,2027 0,4047 6,024 6,0587 99,69

65,7 49,9745 0,4006 5,9964 5,9967 100,26 65,7 49,9745 0,3994 5,9964 5,9785 100,57 66,2 50,3548 0,4041 6,042 6,0496 100,14

Sanazet®

(Sanbe)

65,3 50,3733 0,4165 6,0444 6,2370 97,17 65,5 50,5276 0,4093 6,0624 6,1282 99,19 65,5 50,5276 0,4043 6,0624 6,0526 100,43 65,4 50,4505 0,4061 6,0540 6,0798 99,84 65,5 50,5276 0,4164 6,0624 6,2355 97,48 65,0 50,1419 0,4094 6,0168 6,1297 98,43

Siranamid®

(Mersi)

61,8 50,4341 0,4150 6,0516 6,2144 97,64 61,9 50,5157 0,4154 6,0612 6,2204 97,70 62,0 50,5973 0,4241 6,0708 6,3519 95,83 62,0 50,5973 0,3918 6,0708 6,2385 97,57 62,0 50,5973 0,4080 6,0708 6,1085 99,65 61,9 50,5157 0,4072 6,0516 6,0964 99,53

TB Zet®

(Meprofarm)

65,5 50,4964 0,4105 6,0588 6,1463 98,84 64,9 50,0339 0,4076 6,0036 6,1025 98,64 65,3 50,3422 0,4131 6,0396 6,1856 97,90 65,4 50,4193 0,4094 6,0492 6,1297 98,95 65,5 50,4964 0,4211 6,0588 6,3066 96,33 65,2 50,2652 0,4063 6,0312 6,0828 99,41

Pezeta Ciba®

(Sandoz)

61,5 50,1704 0,4061 6,0204 6,0789 99,30 61,8 50,4152 0,4126 6,0492 6,1771 98,19 61,3 50,0073 0,4069 6,0000 6,0919 98,75 61,9 50,4968 0,4138 6,0588 6,1962 98,04 61,8 50,4152 0,4093 6,0492 6,1282 99,97 61,9 50,4968 0,4150 6,0588 6,2144 97,75


(52)

Lampiran 4. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Generik

(Indofarma)

No Kadar [X] (%) Xi - X (Xi – X)2

1. 99,79 -0,23 0,0529

2. 99,71 -0,31 0,0961

3. 99,69 -0,33 0,1089

4. 100,26 0,24 0,0576

5. 100,57 0,55 0,3025

6. 100,14 0,12 0,0144

X = 100,02 Ʃ = 0,6324

SD =

1 )

( 2

− −

n X X

5 6324 , 0

= = 0,3556

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung≤ -ttabel

t hitung =

n SD

X X

/ −

thitung 1 : -0,23/0,1452 = -1,5840

thitung 2 : -0,31/0,1452 = -2,1349

thitung 3 : -0,33/0,1452 = -2,2727

thitung 4 : 0,24/0,1452 = 1,6528

thitung 5 : 0,55/0,1452 = 3,7878


(53)

Karena thitung≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 100,02 ± ( 4,03 x 6 3556 , 0

)


(54)

Lampiran 5. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Sanazet

(Sanbe)

No Kadar [X] (%) Xi - X (Xi – X)2

1. 97,17 -1,58 2,4964

2. 99,19 0,44 0,1936

3. 100,43 1,68 2,8224

4. 99,84 1,09 1,1881

5. 97,48 -1,27 1,6129

6. 98,43 -0,32 0,1024

X = 98,75 ∑ = 8,4158

SD =

1 )

( 2

− −

n X X

5 4158 , 8

= = 1,2973

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung≤ -ttabel

t hitung =

n SD

X X

/ −

thitung 1 : -1,58/0,5297 = -2,9828

thitung 2 : 0,44/0,5297 = 0,8306

thitung 3 : 1,68/0,5297 = 3,1716

thitung 4 : 1,09/0,5297 = 2,0577

thitung 5 : -1,27/0,5297 = -2,3975


(55)

Karena thitung≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 98,75 ± ( 4,03 x 6 2973 , 1

)


(56)

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Siranamid®

(Mersi)

No Kadar [X] (%) Xi - X (Xi – X)2

1. 97,64 -0,34 0,1156

2. 97,70 -0,28 0,0784

3. 95,83 -2,15 4,6225

4. 97,57 -0,41 0,1681

5. 99,65 1,67 2,7889

6. 99,53 1,55 2,4025

X = 97,98 ∑ = 10,1760

SD =

1 )

( 2

− −

n X X

5 1760 , 10

= = 1,4266

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung≤ -ttabel

t hitung =

n SD

X X

/ −

thitung 1 : -0,34/0,5825 = -0,5836

thitung 2 : -0,28/0,5825 = -0,4806

thitung 3 : -2,15/0,5825 = - 3,6909

thitung 4 : -0,41/0,5825 = -0,7038

thitung 5 : 1,67/0,5825 = 2,8669


(57)

Karena thitung≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 97,98 ± ( 4,03 x 6 4266 , 1

)


(58)

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet TB Zet®

(Meprofarm)

No Kadar [X] (%) Xi - X (Xi – X)2

1. 98,84 0,5 0,25

2. 98,64 0,3 0,09

3. 97,90 -0,44 0,1936

4. 98,95 0,61 0,3721

5. 96,33 -2,01 4,0401

6. 99,41 1,07 1,1449

X = 98,34 ∑ = 6,0907

SD = 1 ) ( 2 − −

n X X 5 0907 , 6

= = 1,1036

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung≤ -ttabel

t hitung =

n SD X X / −

thitung 1 : 0,5/0,4506 = 1,1096

thitung 2 : 0,3/0,4506 = 0,6657

thitung 3 : -0,44/0,4506 = -0,9764

thitung 4 : 0,61/0,4506 = 1,3537

thitung 5 : -2,01/0,4506 = -4,4607 Data ditolak

thitung 6 : 1,07/0,4506 = 2,3746

Karena thitung ≥ ttabel maka data ditolak, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap data yang dianggap tidak menyimpang.


(59)

No Kadar [X] (%) Xi – X (Xi – X)2

1. 98,84 0,1 0,01

2. 98,64 -0,1 0,01

3. 97,90 -0,84 0,7056

4. 98,95 0,21 0,0441

5. 99,41 0,67 0,4489

X = 98,74 ∑ = 1,2186

SD = 1 ) ( 2 − −

n X X 4 2186 , 1

= = 0,5519

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 5; dk = 4, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,60

Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung≤ -ttabel

t hitung =

n SD X X / −

thitung 1 : 0,1/0,2468 = 0,4051

thitung 2 : -0,1/0,2468 = -0,4051

thitung 3 : -0,84/0,2468 = -3,4035

thitung 4 : -0,21/0,2468 = 0,8508

thitung 5 : 0,67/0,2468 = 2,7147

Karena thitung≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = X± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 98,74 ± ( 4,60 x 5 5519 , 0

)


(60)

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Pirazinamida pada Tablet Pezeta

Ciba® (Sandoz)

No Kadar [X] (%) Xi - X (Xi – X)2

1. 99,30 0,63 0,3969

2. 98,19 -0,48 0,2304

3. 98,75 0,08 0,0064

4. 98,04 -0,63 0,3969

5. 99,97 1,3 0,0225

6. 97,75 -0,92 1,0201

X = 98,67 ∑ = 3,5670

SD =

1 )

( 2

− −

n X X

5 5670 , 3

= = 0,8446

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6; dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Data ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung≤ -ttabel

t hitung =

n SD

X X

/ −

thitung 1 : 0,63/0,3448 = 1,8271

thitung 2 : -0,48/0,3448 = -1,3921

thitung 3 : 0,08/0,3448 = 0,2320

thitung 4 : -0,63/0,3448 = -1,8271

thitung 5 : 1,3/0,3448 = 3,7703


(61)

Karena thitung≤ ttabel maka data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara :

µ = X± t(1-1/2α)dk x

n SD

= 98,67 ± ( 4,03 x 6 8446 , 0

)


(62)

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Penimbangan Sampel dari Tablet

Pirazinamida Generik (Indofarma)

Berat 20 tablet = 13146.7 mg Kandungan Pirazinamida pada etiket = 500 mg Dibuat larutan uji dengan kadar lebih kurang 6 µg/ml.

Ditimbang serbuk setara dengan 50 mg Pirazinamida, maka berat sampel yang ditimbang adalah :

Berat penimbangan sampel =

= 65,73 mg

Sampel yang telah ditimbang di masukkan dalam labu tentukur 100 ml, lalu dilarutkan dalam pelarut HCl 0,1 N dan cukupkan sampai garis tanda.

Kadar larutan = = 500 µg/ml

Setelah disaring, kemudian filtrat dipipet 5 ml, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda.

Kadar larutan = = 50 µg/ml

Lalu dipipet lagi 6 ml larutan, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda.

Kadar larutan uji = = 6 µg/ml =

mg x mg x mg 7 . 13146 500 20 50 ml mg 100 50 µg/ml 500 50 5 x ml ml µg/ml 50 50 6 x ml ml


(63)

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Persentase (%) Perolehan Kembali dari

Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma).

Berat 20 tablet = 13146.7 mg

Kandungan zat berkhasiat = 500 mg Berat penimbangan zat berkhasiat pada penetapan kadar = 50 mg Perolehan 80%

- Pirazinamida = x50mg 40mg

100 80

=

Analit 70% = x40mg 28mg

100 70

=

Sampel yang dibutuhkan = x mg mg

mg x mg 81 , 36 7 . 13146 500 20 28 =

Baku 30% = x40mg 12mg

100 30

=

Perolehan 100%

- Pirazinamida = x50mg 50mg

100 100

=

Analit 70% = x50mg 35mg

100 70

=

Sampel yang dibutuhkan = x mg mg

mg x mg 01 , 46 7 . 13146 500 20 35 =

Baku 30% = x50mg 15mg

100 30

=

Perolehan 120%

- Pirazinamida = x50mg 60mg

100 120

=

Analit 70% = x60mg 42mg

100 70

=

Sampel yang dibutuhkan = x mg mg

mg x mg 22 , 55 7 , 13146 500 20 42 =

Baku 30% = x60mg 18mg

100 30


(64)

Lampiran 11. Perhitungan Kadar Pirazinamida Generik (Indofarma) dari

Lampiran 10 Setelah Penimbangan

- Perolehan 80%

Analit =

=

= 28,22mg

Baku =

= 11,988 mg

- Perolehan 100%

Analit =

=

= 35,14 mg

Baku =

= 14,985 mg

rata rata kadar x khasiat zat kandungan x tablet Berat ditimbang yg Sampel − % 20 100 02 . 100 500 20 7 . 13146 1 , 37 mgx x x mg mg rata rata kadar x khasiat zat kandungan x tablet Berat ditimbang yg Sampel − % 20 100 02 , 100 500 20 7 , 13146 2 , 46 x mg x x mg mg 100 9 , 99 12mgx

100 9 , 99 15mgx


(65)

- Perolehan 120%

Analit =

=

= 42,21 mg

Baku =

= 17,852mg

rata rata kadar x khasiat zat kandungan x tablet Berat ditimbang yg Sampel − % 20 100 02 , 100 500 20 7 . 13146 5 , 55 x mg x x mg mg 100 9 , 99 18mgx


(66)

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Penimbangan Bahan Baku pada Persen

Perolehan Kembali

Perolehan 100%

Baku 30% = x 50mg

100 30

= 15 mg

Pembuatan larutan baku :

Timbang bahan baku 100 mg ditimbang dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml, lalu dilarutkan dalam pelarut HCl 0,1 N dan cukupkan sampai garis tanda.

Kadar larutan =

Kemudian dari larutan ini dipipet sesuai kebutuhan untuk uji validasi.

ml mg ml

mg

/ 2 50

100


(67)

Lampiran 13. Contoh Perhitungan Penimbangan Analit pada Persen Perolehan

Kembali dari Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma)

Perolehan 100%

Analit 70% = x50mg 35mg

100 70

=

Sampel yang dibutuhkan = x mg mg

mg x mg 0134 , 46 7 , 13146 500 20 35 =

Sampel yang ditimbang = 46,2 mg Setara dengan kadar pirazinamida=

100 02 . 100 500 20 7 . 13146 2 , 46 mgx x x mg mg =35,1489 mg

Sampel yang telah ditimbang 46,2 mg di masukkan dalam labu tentukur 100 ml, lalu dilarutkan dalam pelarut HCl 0,1 N 10 ml, dikocok dan cukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Kemudian disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang. Kadar larutan = = 351,489 µg/ml

Kemudian dipipet 5 ml larutan, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda.

Kadar larutan = = 35.1489 µg/ml

Lalu dipipet lagi 6 ml larutan, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda.

Kadar larutan uji = = 4.2178µg/ml

ml mg 100 1489 , 35 µg/ml 489 , 351 50 5 x ml ml µg/ml 1489 , 35 50 6 x ml ml


(68)

Lampiran 14. Contoh Perhitungan Penimbangan Analit dari Tablet

Pirazinamida Generik (Indofarma) dan Bahan Baku pada Persen Perolehan Kembali

Perolehan 100%

Analit 70% = x50mg 35mg

100 70

=

Sampel yang dibutuhkan = x mg mg

mg x mg 0134 , 46 7 , 13146 500 20 35 =

Sampel yang ditimbang = 46,2 mg Setara dengan kadar pirazinamida=

100 02 , 100 500 20 7 , 13146 2 , 46 mgx x x mg mg =35,1489 mg

Baku 30% = x50mg 15mg

100 30

=

Setara dengan kadar baku = = 14,9850 mg

Sampel ditimbang sebanyak 46,2 mg dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml, lalu dilarutkan dalam pelarut HCl 0,1 N 10 ml, ditambahkan baku 7,5 ml dikocok dan cukupkan sampai garis tanda dengan HCl 0,1 N. Kemudian disaring, 5 ml filtrat pertama dibuang.

Kadar larutan = = 501,339 µg/ml

Kemudian dipipet 5 ml larutan, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda.

Kadar larutan = = 50.1339 µg/ml

Lalu dipipet lagi 6 ml larutan, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda.

Kadar larutan uji = = 6,0160 µg/ml

ml mg 100 1339 , 50 ml g x ml ml / µ 339 , 501 50 5 ml g x ml ml / µ 1339 , 50 50 6 100 9 , 99 15mgx


(69)

Lampiran 15. Contoh Perhitungan Persen Perolehan Kembali dengan Metode

Penambahan Bahan Baku (Standard Addition Method) dari Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma)

Perolehan 100%

% Recovery x100%

C B A

=

Dimana:

A = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku pirazinamid perolehan 100%

B = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku pirazinamid perolehan 100%

C = Konsentrasi baku yang ditambahkan sebanyak 7,5 ml atau 15 mg

% Recovery Pirazinamida = 100%

µg/ml 8 , 1

µg/ml 4,1932

-µg/ml 5,9664

x


(70)

Lampiran 16. Data Hasil Persen Perolehan Kembali Pirazinamida pada Tablet

Generik (Indofarma) dengan Metode Penambahan Bahan Baku (Standard Addition Method)

No Rentang Spesifik % Absorbansi Konsentrasi Baku yang ditambahkan (C) µg/ml Persen perolehan Setelah penambahan baku (A) µg/ml Sebelum penambahan baku (B) µg/ml 1. 80

0,3180 4,7480 3,3164 1,44 99,41

2. 0,3182 4,7510 3,3209 1,44 99,31

3. 0,3170 4,7329 3,3300 1,44 97,42

4.

100

0,3986 5,9664 4,1932 1,80 98,51

5. 0,3975 5,9498 4,1796 1,80 98,34

6. 0,3982 5,9604 4,1826 1,80 98,76

7.

120

0,4733 7,0957 4,9581 2,14 99,88

8. 0,4736 7,1002 4,9506 2,14 100,44

9. 0,4733 7,0957 4,9395 2,14 100,75

Rata-rata (% recovery) 99,20

Standard Deviation (SD) 1,06 Relative Standard Deviation (RSD) (%) 1,07

% 100 x C B A− =


(71)

Lampiran 17. Contoh Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi

(LOQ)

Persamaan garis regresinya adalah Y = 0,06615 X + 0,003917

No

Konsentrasi (µg/ml)

X

Absorbansi

Y Yi Y - Yi (Y – Yi)

2

1. 0 0 0 0 0

2. 4 0,276 0,2685 0,0075 0,00005625

3. 5 0,334 0,3346 0,0006 0,00000036

4. 6 0,404 0,4008 0,0032 0,00001024

5. 7 0,464 0,4669 0,0029 0,00000841

6. 8 0,530 0,5331 0,0031 0,00000961

Ʃ 30 2,008 0,00008487

Rata-rata

5 0,3343

SB =

2 ) ( 2 − −

n Yi Y = 2 6 00008487 , 0 −

= 0,004606

LOD =

Slope SB x

3

=

= 0,2088 µg/ml

LOQ =

Slope SB x 10 = 06615 , 0 004606 , 0 10 x

= 0,6962 µg/ml 06615 , 0 004606 , 0 3 x


(72)

Lampiran 18. Data Pengukuran Analit pada Persen Perolehan Kembali dari

Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma)

a. Perolehan 80%

Sample No. ABS Conc. mg/ ml

1. 0.2233 3.3148

2. 0.2236 3.3204

3. 0.2242 3.3296

b. Perolehan 100%

Sample No. ABS Conc. mg/ ml

1. 0.2813 4.1916

2. 0.2804 4.1787

3. 0.2806 4.1824

c. Perolehan 120%

Sample No. ABS Conc. mg/ ml

1. 0.3319 4.9576

2. 0.3314 4.9502


(73)

Lampiran 19. Data Pengukuran Analit pada Persen Perolehan Kembali dari

Tablet Pirazinamida Generik (Indofarma) Setelah Penambahan Bahan Baku.

a. Perolehan 80%

Sample No. ABS Conc. mg/ ml

1. 0.3180 4.7472

2. 0.3182 4.7509

3.3. 0.3170 4.7324

b. Perolehan 100%

Sample No. ABS Conc. mg/ ml

1. 0.3986 5.9654

2. 0.3975 5.9488

3. 0.3982 5.9599

c. Perolehan 120%

Sample No. ABS Conc. mg/ ml

1. 0.4733 7.0951

2. 0.4736 7.1006


(74)

Lampiran 20. Daftar Spesifikasi Sampel

1. Pirazinamid (PT. Indofarma) No. Batch : 1007005

No. Reg : GKL8920902710A1 Expire Date : Desember 2015

Komposisi : Pirazinamida ……… 500 mg 2. Sanazet® (PT. Sanbe)

No. Batch : LC0975

No. Reg : GKL8822209310 Expire Date : Maret 2015

Komposisi : Pirazinamida ……… 500 mg 3. Siranamid® (PT. Mersi)

No. Batch : 19391

No. Reg : DKL9833300209 Expire Date : Maret 2012

Komposisi : Pirazinamida ……… 500 mg 4. TB Zet® (PT. Meprofarm)

No. Batch : 3251008

No. Reg : DKL0315616810A1 Expire Date : Agustus 2012


(75)

5. Pezeta Ciba® (PT. Sandoz) No. Batch : 7207235

No. Reg : DKL9930410110A1 Expire Date : Desember 2015


(76)

(77)

(78)

(79)

Lampiran 24. Alat Spektrofotometer Ultraviolet


(1)

Lampiran 20. Daftar Spesifikasi Sampel 1. Pirazinamid (PT. Indofarma)

No. Batch : 1007005

No. Reg : GKL8920902710A1 Expire Date : Desember 2015

Komposisi : Pirazinamida ……… 500 mg

2. Sanazet® (PT. Sanbe) No. Batch : LC0975

No. Reg : GKL8822209310 Expire Date : Maret 2015

Komposisi : Pirazinamida ……… 500 mg

3. Siranamid® (PT. Mersi) No. Batch : 19391

No. Reg : DKL9833300209 Expire Date : Maret 2012

Komposisi : Pirazinamida ……… 500 mg

4. TB Zet® (PT. Meprofarm) No. Batch : 3251008

No. Reg : DKL0315616810A1 Expire Date : Agustus 2012


(2)

5. Pezeta Ciba® (PT. Sandoz) No. Batch : 7207235

No. Reg : DKL9930410110A1 Expire Date : Desember 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 24. Alat Spektrofotometer Ultraviolet