Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR RISIKO KATARAK DI RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA
PROVINSI BALI

NI WAYAN YULI YUDIANTI
NIM.1420015037

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR RISIKO KATARAK DI RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA
PROVINSI BALI

Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


NI WAYAN YULI YUDIANTI
NIM.1420015037

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim
Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 01 Juli 2016

Pembimbing,


(Made Pasek Kardiwinata, S.KM.,M.Kes )
NIP : 197701012005011001

iii

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan
Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 01 Juli 2016
Tim Penguji Skripsi
Ketua (Penguji I)

(dr. Ni Wayan Septarini, MPH)
NIP.198009292008012015


Anggota (Penguji II)

(dr. I Made Sutarga, M.Kes )
NIP : 195308211980121001

iv

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas
berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara Provinsi Bali” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam penyusunan skripsi ini kepada :
1. dr. I Md. Ady Wirawan, MPH, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Udayana.
2. Ni Luh Putu Suariyani, S.KM., M.Htlh-IntDev, selaku Kepala Bagian Peminatan
Epidemiologi
3. Made Pasek Kardiwinata, S.KM., M.Kes yang telah memberikan masukan dan

bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Ni Wayan Septarini, MPH, selaku penguji I yang telah memberi masukan dan
bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. dr. I Made Sutarga, M.Kes, selaku penguji II yang telah memberi masukan dan
bimbingan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai Program Studi Kesehatan Masyarakat atas
dukungan dan kerjasamanya.
7. Teman-teman IKM matrikulasi angkatan 2014 dan teman-teman reguler yang
turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
8. Jajaran pimpinan dan staf Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali,
khususnya Bidang Penunjang Medik yang telah memberi kesempatan kepada

v

vi

saya untuk menempuh pendidikan S1 di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana.
9. Keluarga tercinta yang telah memberi semangat dan dukungan selama
menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

10. Suami dan putra-putriku tercinta yang telah memberi semangat dan dukungan
selama menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.
11. Adik-adik reguler angkatan tahun 2012 serta pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan dan semoga
skripsi ini bermanfaat.

Denpasar, Juli 2016

Penulis

vii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Juli 2016


Ni Wayan Yuli Yudianti

Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali

ABSTRAK
Angka kejadian katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara cukup tinggi,
periode Januari-Desember 2015 terdapat 3.283 kasus katarak dari 11.081 kasus penyakit
mata. Banyak faktor dikaitkan dengan kejadian katarak, antara lain umur, pekerjaan,
riwayat Diabetes mellitus pada keluarga, perilaku merokok, trauma pada mata, dan
tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali. Rancangan
penelitian ini adalah kasus kontrol, dengan sampel kasus adalah penderita katarak dan
kontrol adalah penderita bukan katarak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40
sampel kasus dan 40 sampel kontrol.
Hasil penelitian didapatkan variabel yang merupakan faktor risiko katarak adalah
umur ≥ 60 tahun (OR=7,741; 95%CI=1,878-22,903), dan tidak mengkonsumsi
sayur/buah setiap hari (OR=7,039; 95%CI=2,871-31,824).
Simpulan yang dapat ditarik adalah umur ≥ 60 tahun, dan tidak mengkonsumsi
sayur/buah setiap hari merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali

Mandara Provinsi Bali.

Kata kunci: Faktor Risiko, Katarak, Rumah Sakit Mata Bali Mandara

vii

viii

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
MEDICAL SCHOOL
UNIVERSITY UDAYANA
Epidemiology Specialisation
Essay, July 2016

Ni Wayan Yuli Yudianti

Risk Factors of Cataract at Bali Mandara Eye Hospital

ABSTRACT
The number of cataracts incidents at Bali Mandara Eye Hospital is fairly high,

since January until late December 2015 there were 3,283 cases of cataracts than 11 081
cases of eye disease. These are several factors have been associated with cataract
incident such as: age, occupation, education level, family history of diabetes mellitus,
smooking behavior, trauma in the eye, and not consume vegetable and fruit routinely.
The study aim was to determine the risk factors of cataracts in Bali Mandara Eye Eye
Hospital. The design of this study was a analytical case control, with a sample of cases is
cataract patients and controls is not a cataract patients. The number of samples in this
study were 40 sample cases and 40 control samples.
The result showed that the variable which are cataract’s risk factors consist of
aged over 60 years (OR= 7,741; 95% CI = 1.878 to 22.903), and do not consume
vegetable and fruit routinely. (OR= 7,039; 95% CI = 2.871 to 31.824).
The conclusions of this study are aged over 60 years, and do not consume
vegetable and fruit routinely are the risk factor of cataracts in Bali Mandara Eye
Hospital.
Keywords: Risk Factors, Cataracts, Bali Mandara Eye Hospital

viii

ix


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI .............................................................. ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................................. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................................iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN .................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................ Error! Bookmark not defined.
1.1

Latar Belakang .............................................. Error! Bookmark not defined.

1.2


Rumusan Masalah ......................................... Error! Bookmark not defined.

1.3

Pertanyaan Penelitian .................................... Error! Bookmark not defined.

1.4

Tujuan Penelitian........................................... Error! Bookmark not defined.
1.4.1 Tujuan Umum....................................... Error! Bookmark not defined.
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................... Error! Bookmark not defined.

1.5

Manfaat Penelitian......................................... Error! Bookmark not defined.
1.5.1 Manfaat Teoritis ................................... Error! Bookmark not defined.
1.5.2 Manfaat Praktis..................................... Error! Bookmark not defined.

1.6


Ruang Lingkup Penelitian ............................. Error! Bookmark not defined.
ix

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................... Error! Bookmark not defined.
2.1

Katarak .......................................................... Error! Bookmark not defined.

2.2

Patofisiologi Katarak ..................................... Error! Bookmark not defined.

2.3

Gejala dan Tanda Katarak ............................. Error! Bookmark not defined.

2.4

Teori Henrik L. Blum .................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Lingkungan ........................................... Error! Bookmark not defined.
2.4.2 Perilaku ................................................. Error! Bookmark not defined.
2.4.3 Keturunan (Genetik)............................. Error! Bookmark not defined.
2.4.4 Pelayanan Kesehatan ............................ Error! Bookmark not defined.

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . Error! Bookmark
not defined.
3.1

Kerangka Konsep .......................................... Error! Bookmark not defined.

3.2

Hipotesis ........................................................ Error! Bookmark not defined.

3.3

Variabel dan Definisi Operasional ................ Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Variabel Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.
3.3.2 Definisi Operasional Variabel .............. Error! Bookmark not defined.

BAB IV METODE PENELITIAN .................................. Error! Bookmark not defined.
4.1

Desain Penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined.

4.2

Waktu dan Tempat Penelitian ....................... Error! Bookmark not defined.

4.3

Populasi dan Sampel ..................................... Error! Bookmark not defined.

4.4

Teknik Pengambilan Sampel ......................... Error! Bookmark not defined.

4.5

Pengumpulan Data ........................................ Error! Bookmark not defined.

4.6

Teknik Analisis Data ..................................... Error! Bookmark not defined.

xi

4.7

Analisa Data ..................................................
Error! Bookmark not defined.
x
4.7.1 Analisis Univariat ................................. Error! Bookmark not defined.
4.7.2 Analisis Bivariat ................................... Error! Bookmark not defined.

BAB V HASIL ................................................................. Error! Bookmark not defined.
5.1

Gambaran Umum Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali ...... Error!
Bookmark not defined.

5.2

Karakteristik Responden ............................... Error! Bookmark not defined.

5.3

Hasil Analisis Bivariat .................................. Error! Bookmark not defined.

5.4

Analisis Multivariat Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata Bali
Mandara Provinsi Bali ................................... Error! Bookmark not defined.

BAB VI PEMBAHASAN ................................................ Error! Bookmark not defined.
6.1

Faktor Risiko Umur Terhadap Kejadian Katarak ........Error! Bookmark not
defined.

6.2

Faktor Risiko Pekerjaan Terhadap Kejadian Katarak .. Error! Bookmark not
defined.

6.3

Faktor Risiko Riwayat DM Pada Keluarga Terhadap Kejadian Katarak
....................................................................... Error! Bookmark not defined.

6.4

Faktor Risiko Perilaku Merokok Terhadap Kejadian Katarak .............. Error!
Bookmark not defined.

6.5

Faktor Risiko Trauma Pada Mata Terhadap Kejadian Katarak ............ Error!
Bookmark not defined.

6.6

Faktor Risiko Tidak Konsumsi Sayur/Buah Setiap Hari Terhadap Kejadian
Katarak .......................................................... Error! Bookmark not defined.

6.7

Keterbatasan Penelitian ................................. Error! Bookmark not defined.

BAB VII ........................................................................... Error! Bookmark not defined.

xii

SIMPULAN DAN SARAN ............................................. Error! Bookmark not defined.
7.1

Simpulan........................................................ Error! Bookmark not defined.

7.2

Saran .............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ...................................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................

18

Tabel 5.1 Karakterisitik Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin, Status
Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, dan Tingkat Pendapatan.............

26

Tabel 5.2 Distribusi Faktor Umur Terhadap Kejadian Katarak Pada
Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali
Mandara Provinsi Bali.................................................................

27

Tabel 5.3 Distribusi Faktor Pekerjaan Terhadap Kejadian Katarak Pada
Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali
Mandara Provinsi Bali..................................................................

28

Tabel 5.4 Distribusi Faktor Riwayat DM Pada Keluarga Terhadap
Kejadian Katarak Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di
Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali...........................

28

Tabel 5.5 Distribusi Faktor Perilaku Merokok Terhadap Kejadian Katarak
Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di Rumah Sakit Mata Bali
Mandara Provinsi Bali...................................................................

29

Tabel 5.6 Distribusi Faktor Trauma Mata Pada Keluarga Terhadap
Kejadian Katarak Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Di
Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.............................

29

Tabel 5.7 Distribusi Faktor Tidak Konsumsi Sayur/buah Setiap Hari
Terhadap Kejadian Katarak Pada Kelompok Kasus dan Kontrol
Di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali........................

30

Tabel 5.8 Hasil Analisis Multivariat Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara........................................................................

31

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep...............................................

xiii

16

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

CI

: Confident Interval

DM

: Diabetes Mellitus

IK

: Interval Konfidens

KEMENKES

: Kementerian Kesehatan

OR

: Odds Ratio

PT

: Perguruan Tinggi

RISKESDAS

: Riset Kesehatan Dasar

THT

: Telinga Hidung Tenggorokan

WHO

: World Health Organization

f

: Frekuensi

p

: tingkat kemaknaan

%

: persen

<

: lebih kecil dari

>

: lebih besar dari



: lebih kecil sama dengan



: lebih besar sama dengan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Jadwal Penelitian .....................................................................

44

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................

45

3. Kuesioner Penelitian Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara Provinsi Bali ............................................

46

4. Tabel Matrik Faktor Risiko Katarak Di Rumah Sakit Mata
Bali Mandara Provinsi Bali .....................................................

49

5. Output SPSS ............................................................................

53

6. Ethical Clearance .....................................................................

67

7. Ijin Penelitian Badan Penanaman Modal dan Perizinan
Provinsi Bali ............................................................................

68

8. Ijin Penelitian Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi
Bali ..........................................................................................

69

xv

17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kejadian katarak

yang cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa prevalensi katarak
tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).
Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi Barat
(1,1%).Sekitar 16-22% penderita katarak yang dioperasi berumur di bawah 55 tahun.
Perkiraan insiden katarak adalah 0,1% per tahun atau setiap tahun di antara 1.000
orang terdapat seorang penderita baru katarak (Pusdatin Kemenkes RI, 2014).
Penyebab kebutaan terbanyak di seluruh dunia adalah katarak, diikuti oleh
glaukoma dan Age related Macular Degeneration (AMD). Sebesar 21% tidak dapat
ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan penglihatan sejak masa kanakkanak (Pusdatin Kemenkes RI, 2014). Katarak atau
menyebabkan terhalangnya sinar yang

kekeruhan lensa mata

masuk ke retina. Bila kekeruhan lensa

semakin meningkat maka penglihatan akan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan
kebutaan. Kebutaan akibat katarak bukan hanya menjadi beban pribadi penderita,
tetapi juga menjadi beban bagi orang di sekelilingnya. Kondisi ini memberi dampak
buruk bagi produktivitas, kualitas hidup, serta kesejahteraan baik individu maupun
lingkup yang lebih besar, komunitas serta negara. Oleh karena itu, selain menjadi
masalah kesehatan masyarakat, katarak juga menjadi masalah sosial ekonomi yang
harus diatasi guna memutus rantai kebutaan, dan memperoleh kembali sumber daya
manusia yang hilang (Perdami, 2013).

1

Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelainan bawaan sejak
lahir, penyakit, trauma, efek samping obat, dan radiasi sinar matahari. Tetapi
umumnya penyebab terbesar adalah proses penuaan. Faktor risiko katarak antara lain
Diabetes Mellitus (DM), terlalu lama terpapar sinar matahari langsung, dan
kebiasaan merokok (WHO, 2015). Faktor risiko katarak dapat berupa faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik dapat berasal dari dalam tubuh sendiri, antara
lain: umur, jenis kelamin, dan genetik. Faktor ekstrinsik berasal dari luar tubuh
termasuk faktor demografi dan lingkungan. Adapun faktor ekstrinsik dapat berupa
pajanan kronis sinar matahari, kebiasaan merokok, nutrisi, alkohol, derajat sosial
ekonomi, dan status pendidikan. Faktor lingkungan kerja, baik yang berasal dari
proses kerja maupun dari peralatan kerja dapat berdampak buruk pada mata pekerja
(Tana, L, 2006). Terkait dengan faktor pajanan kronis terhadap sinar matahari
terdapat jenis pekerjaan yang berisiko terpajan sinar matahari seperti petani dan
nelayan (Tana, L, 2007)
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi, dkk (2013), faktor pekerjaan dan
tempat tinggal menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan
kejadian katarak. Sedangkan penelitian oleh Fauzi, (2014), riwayat DM merupakan
faktor risiko kejadian katarak. Risiko katarak menjadi lebih besar terutama apabila
kadar glukosa tidak terkendali secara optimal. Penelitian oleh Rasyid, R (2010)
menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dan kejadian
trauma mata dengan katarak. Penelitian Rustama, (2014) menyatakan penurunan
kadar enzim antioksidan pada lensa berhubungan dengan peningkatan kekeruhan
lensa pada katarak. Antioksidan dapat berasal dari vitamin C, E, riboflavin, dan βkaroten yang didapat dari asupan makanan.

Studi pendahuluan dengan teknik sampling pada beberapa rekam medis pasien
katarak rawat jalan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali pada tanggal
18-21 Januari 2016 mendapatkan pasien yang terdiagnosa katarak mengeluh
penglihatan kabur dan silau sejak tiga bulan yang lalu disertai rasa gatal, berarir, dan
mata seperti ada pasir. Umur pasien rata-rata di atas 50 tahun, namun ada juga yang
berumur antara 30-50 tahun, dan anak-anak.Hasil wawancara dengan dr.Indah
Kencanawati, Sp.M menyatakan umur merupakan faktor risiko utama katarak,
disamping riwayat DM dan paparan sinar ultraviolet langsung selama lebih dari 4
jam sehari.
Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali adalah rumah sakit khusus mata
yang menjadi pusat rujukan dan pelayanan kesehatan

mata utama di Provinsi

Bali.Selain pelayanan kesehatan mata juga terdapat pelayanan kesehatan Kulit dan
THT. Berdasarkan laporan 10 Besar Penyakit pada Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan
Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali Tahun 2014, penyakit katarak
menduduki peringkat teratas dengan presentase sebesar 29%. Dari data kunjungan
rawat jalan di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali periode JanuariDesember 2015 terdapat 11.801 kasus penyakit mata, sebagian besar adalah katarak
yaitu sebanyak 3.283 kasus.
Banyak faktor dikaitkan dengan terjadinya katarak antara lain: umur,
pekerjaan, riwayat DM, kebiasaan merokok, asupan nutrisi khusunya antioksidan,
adanya trauma pada mata, dan derajat sosial ekonomi. Walaupun teknologi yang
aman dan efektif telah tersedia untuk memperbaiki penglihatan pada sejumlah
penderita katarak, namun katarak yang belum dioperasi masih menjadi beban yang
meningkat setiap tahunnya. Jumlah kasus katarak meningkat seiring meningkatnya
umur harapan hidup. Berbagai tindakan pencegahan untuk memperlambat katarak

dapat dilakukan sesuai faktor risiko (Tana L, 2007). Penelitian mengenai faktor
risiko katarak masih sangat jarang dan sejauh ini belum pernah dilakukan di Rumah
Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali, sehingga perlu dilakukan

penelitian

mengenai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali
sebagai upaya pencegahan penyakit katarak.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , diketahui bahwa katarak merupakan

penyakit dengan kasus terbesar dan merupakan penyebab utama kebutaan di
Indonesia. Katarak merupakan penyakit dengan kasus terbesar pada kegiatan rawat
jalan Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.Penyebab katarak bersifat
multifaktorial dan belum diketahui secara pasti. Berdasarkan permasalahan tersebut
maka perlu dilakukan penelitian mengenai faktor risiko katarak di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

1.3

Pertanyaan Penelitian
1. Apakah umur merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali
Mandara Provinsi Bali?
2. Apakah pekerjaan merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata
Bali Mandara Provinsi Bali?
3. Apakah riwayat DM merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata
Bali Mandara Provinsi Bali?
4. Apakah perilaku merokok merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

5. Apakah trauma pada mata merupakan faktor risiko katarak di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara Provinsi Bali?
6. Apakah tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari merupakan faktor risiko
katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali?

1.4

Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor risiko katarak pada pasien yang berobat di
Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui umur sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata
Bali Mandara Provinsi Bali.
2. Mengetahui pekerjaan sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara Provinsi Bali.
3. Mengetahui riwayat DM sebagai faktor risiko katarak di Rumah Sakit
Mata Bali Mandara Provinsi Bali.
4. Mengetahui perilaku merokok sebagai faktor risiko katarak di Rumah
Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.
5. Mengetahui trauma pada mata sebagai faktor risiko katarak di Rumah
Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.
6. Mengetahui tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari sebagai faktor
risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

1.5

Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan
dan informasi tentang penyakit katarak dan faktor risikonya secara
umum
2. Dapat menjadi referensi serta acuan bagi penelitian faktor risiko
kejadian katarak selanjutnya, terutama di Rumah Sakit.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai informasi atau masukan bagi masyarakat tentang faktor risiko
katarak sehingga dapat mencegah terjadinya katarak.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk menentukan program
preventif dalam mengatasi penyakit katarak.
3. Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali
dalam menentukan program manajemen buta katarak, seperti upaya
penyuluhan kesehatan kerja, pentingnya asupan gizi bagi kesehatan
mata, serta peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan mata.

1.6

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah bidang keilmuan epidemiologi penyakit tidak

menular yaitu faktor risiko katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara Provinsi Bali.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani, Katarrhakies yang berarti air terjun. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan
dalam waktu yang lama, kecuali pada katarak karena trauma dan kongenital. Kekeruhan
lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abuabu. Kekeruhan lensa ditemukan pada berbagai lokalisasi pada lensa seperti korteks dan
nukleus. Katarak umumnya adalah penyakit umur lanjut, akan tetapi dapat juga terjadi akibat
kelainan kongenital, atau penyakit penyulit mata lokal menahun. Katarak dapat berhubungan
dengan proses penyakit okular lainnya. Kelainan sistemik atau metabolik seperti diabetes
mellitus dapat menimbulkan katarak (Ilyas, 2012).
Katarak memiliki derajat kepadatan yang bervariasi dan dapat disebabkan oleh
berbagai hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan. Sebagian besar katarak tidak dapat
dilihat oleh orang awam sampai menjadi cukup padat dan menimbulkan kebutaan. Namun
katarak pada stadium perkembangannya yang paling dini, dapat diketahui melalui pupil yang
didilatasi maksimum dengan oftalmoskop, kaca pembesar, dan slitlamp (Vaughan, 2000).

2.2

Patofisiologi Katarak
Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan

mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan
7

kalsium meningkat, namun kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Pada
lensa yang mengalami katarak, tidak ditemukan glutation (Vaughan, 2000).
Perkembangan katarak meningkat pada pasien diabetes mellitus. Meningkatnya kasus
dibetes sejalan dengan meningkatnya kejadian katarak. Enzim aldose reduktase berperan
mengubah glukosa menjadi sorbitol. Akumulasi sorbitol intraseluler menyebabkan perubahan
osmotik yang mengakibatkan serat lensa menurun. Peningkatan akumulasi sorbitol
menciptakan efek hiperosmotik dan akhirnya membentuk kekeruhan lensa. Selanjutnya kadar
glukosa meningkat di dalam humor aquos yang menyebabkan glikasi lensa sehingga terjadi
kerusakan pada lensa (Illyas, 2012). Pada katarak traumatik, terjadi pembengkakan lensa
akibat trauma tumpul maupun tajam. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda
asing, karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus maupun korpus vitreum
masuk ke dalam struktur lensa. Mata menjadi merah, dan mungkin terjadi perdarahan
intraokular (Vaughan, 2000).

2.3

Gejala dan Tanda Katarak
Katarak terkadang tidak menimbulkan

rasa sakit tetapi mengganggu penglihatan,

seperti penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap tanpa rasa sakit pada umur tua.
Seseorang yang menderita katarak akan mengalami kesulitan untuk membaca dan kehilangan
persepsi warna karena pada saat melihat tulisan akan terlihat warna yang cenderung kuning.
Salah satu keluhan dini pada katarak adalah silau. Hal ini terjadi karena berkurangnya refleks
terhadap cahaya yang disebabkan oleh opasitas lensa. Warna pupil keruh (putih susu) karena
opasitas lensa.
Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai kekeruhan
cukup padat, yaitu pada stadium matur dan hipermatur yang menyebabkan kebutaan. Secara
klinis tingkatan katarak ditentukan oleh tajam penglihatan dengan asumsi tidak ada penyakit

lain. Selain pemeriksaan tajam penglihatan juga dilakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop,
lup, atau lampu celah (slitlamp) dengan pupil yang dilebarkan. Tajam penglihatan umumnya
turun secara langsung sebanding dengan kepadatan katarak (Vaughan, 2000).

2.4

Teori Henrik L. Blum
Menurut Blum, status kesehatan seseorang atau masyarakat merupakan hasil interaksi

berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal manusia.Secara garis besar
status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor lingkungan mempengaruhi sebanyak 45
persen, faktor perilaku 30 persen, faktor pelayanan kesehatan 20 persen, dan faktor genetik
hanya berpengaruh 5 persen terhadap status kesehatan (Hapsari, 2009):
1.4.1 Lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh dan peranan yang terbesar terhadap derajat
kesehatan masyarakat dan

kemudian diikuti perilaku, pelayanan kesehatan dan

keturunan. Lingkungan umumnya digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang
berhubungan dengan aspek fisik dan social. Lingkungan yang berhubungan dengan
aspek fisik contohnya air, udara, tanah, iklim. Dalam penelitian ini, aspek lingkungan
lebih ditekankan pada paparan sinar matahari langsung. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, kepercayaan, pendidikan
dan ekonomi. Faktor lingkungan yang dikaji dalam penelitian ini menekankan pada
pekerjaan dan trauma pada mata sebagai faktor risiko katarak.
1. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan paparan sinar ultraviolet.
Pekerjaan di luar gedung akan lebih sering terpajan sinar ultraviolet langsung
daripada pekerja di dalam gedung. Sinar ultraviolet akan diserap oleh protein

lensa sehingga merusak struktur protein lensa, selanjutnya menyebabkan
kekeruhan pada lensa. Penelitian oleh Ulandari, (2012) dimana hasil uji statistik
pada analisis multivariat menunjukkan nilai OR=13; 95%CI=1,71-113,25, ada
hubungan yang bermakna antara pekerjaan di luar gedung dengan kejadian
katarak, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan di luar gedung merupakan
faktor risiko untuk terjadinya katarak. Terdapat hubungan yang kuat antara
pekerjaan yang terpapar sinar matahari langsung pada responden umur 20-29
tahun dengan katarak dengan nilai OR=5,9: 95%CI=2,1-17,1 (Sinha, dkk.,2009).
Penelitian Tana L, (2009) melaporkan pajanan sinar matahari langsung pada
pekerjaan diluar gedung lebih tiggi 1,3 kali dibanding pekerjaan di dalam gedung.
Terkait dengan faktor pajanan kronis terhadap sinar matahari terdapat jenis
pekerjaan yang berisiko terpajan sinar matahari seperti petani dan nelayan.
2. Trauma Pada Mata
Trauma atau cedera pada mata mengakibatkan terjadinya erosi epitel pada
lensa. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa mencembung.
Penderita lebih banyak berasal dari pekerja industri yang tidak menggunakan alat
pelindung pada mata (Vaughan, 2000). Katarak traumatik dapat terjadi setelah
terjadi trauma pada mata, biasanya terjadi pada pekerja lapangan umur produktif
(Sharma, dkk., 2016). Rasyid, dkk., (2010) dalam penelitiannya menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara trauma pada mata dengan kejadian
katarak. Katarak terjadi akibat adanya kecelakaan yang mengenai mata dan dapat
terjadi pada semua umur, dapat berupa pukulan keras, tembus, menyayat, dan
bahan kimia.
2.4.2 Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan, kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manumur itu sendiri, di samping itu
dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, ekonomi dan
perilaku lain yang melekat pada diri manusia. Faktor perilaku yang dikaji dalam
penelitian ini menekankan pada perilaku yang berpengaruh terhadap kesehatan,
khususnya kesehatan mata yaitu perilaku merokok, dan tidak mengkonsumsi
sayur/buah setiap hari.

1. Perilaku merokok
Perilaku merokok berkaitan dengan terpaparnya mata dengan asap rokok
secara terus menerus. Asap rokok mengandung radikal bebas yang dapat merusak
protein dan lipid membran sel pada korteks lensa. Penelitian Pratiwi, (2011)
menunjukkan kebiasaan merokok merupakan faktor risiko katarak OR=2,6. Hal
yang sama juga dinyatakan oleh Pujianto (2004), dalam penelitiannya menyatakan
bahwa merokok memiliki risiko untuk terjadi katarak sebesar 5,8 kali lebih besar
dibanding tidak merokok.
2. Tidak mengkonsumsi sayur/buah setiap hari
Sayur/buah

banyak

mengandung

antioksidan.

Antioksidan

mampu

menangkal atau meredam dampak negatif radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan
banyak ditemukan di dalam lensa dan berfungsi untuk menjaga transparansi lensa.
Peningkatan kematangan katarak terjadi karena penurunan kadar antioksidan pada
lensa. Beberapa antioksidan dapat diperoleh dari makanan maupun sediaan
suplemen makanan antara lain vitamin C, vitamin E, karotenoid, dan flavonoid.
Dalam penelitian Rustama, (2014) terdapat hubungan kadar antioksidan dengan

kekeruhan lensa yang bermakna secara statistik. Penurunan aktivitas antioksidan
merusak keseimbangan redoks lensa yang mengarah pada pembentukan katarak.
Pemberian antioksidan dapat memberi proteksi jangka panjang terhadap katarak
serta dapat memperlambat progresivitas katarak.

2.4.3 Keturunan (Genetik)
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manumur
yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus. Faktor keturunan yang dikaji dalam penelitian ini menekankan
pada umur dan riwayat penyakit DM.
1. Umur
Katarak pada umumnya terjadi karena proses penuaan. Besarnya jumlah
penderita katarak berbanding lurus dengan jumlah penduduk umur lanjut. Proses
penuaan menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh, biasanya terjadi pada
umur diatas 50 tahun (Illyas, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Arimbi,
(2012) pada responden kategori umur 55-64 tahun berisiko menderita katarak 5,6
kali dibandingkan pada kategori kelompok umur 30-44 tahun dengan 95%CI =
1,8-17,3. Pada penelitian Pujianto, (2004) umur ≥60 tahun merupakan variabel
yang paling berpengaruh untuk terjadinya katarak, risiko katarak mencapai 9 kali
dibanding umur < 66 tahun.
2. Riwayat Diabetes Mellitus (DM) Pada Keluarga
Meningkatnya kasus DM sejalan dengan meningkatnya kejadian katarak.
Peningkatan akumulasi sorbitol menciptakan efek hiperosmotik dan akhirnya
membentuk kekeruhan lensa. Penelitian oleh Arimbi, (2012) pada hasil tabulasi

silang diperoleh OR = 4,9 dengan 95%CI (2,09-11,9) menunjukkan responden
pada kategori penderita DM mempunyai risiko untuk menderita katarak sebanyak
4,9 kali dibanding dengan responden kategori tidak DM. Penelitian Fauzi, (2014)
pada analisis bivariat menunjukkan penderita DM

mempunyai risiko untuk

menderita katarak sebanyak 3,7 kali.
2.4.4 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam
pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan terhadap kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan.