Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional T1 312012075 BAB IV

BAB IV

PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memaparkan kesimpulan atas
isu hukum yang muncul sebagai rumusan masalah dalam bab pertama (Supra
1.2.). Ide-ide yang penulis simpulkan didasarkan pada analisa dan pembahasan
yang sudah diuraikan dalam bab kedua dan ketiga, dengan bersumber pada
berbagai bahan hukum yang memuat doktrin atau pendapat para ahli hukum
internasional, konvensi atau perjanjian hukum internasional, serta putusanputusan hakim terdahulu. Berdasarkan kesimpulan tersebut, bab ini juga
menyajikan saran dan rekomendasi yang diharapkan dapat menjawab tujuan dan
manfaat penelitian serta penulisan hukum yang penulis lakukan.
4.1. Kesimpulan
Dengan mengutamakan pendekatan konseptual, serta pengkajian terhadap
berbagai statuta, konvensi atau perjanjian internasional dan putusan hakim yang
menjadi yurisprudensi, penulis telah menyusun analisa dan pembahasan secara
logis dan sistematik. Dengan berdasar pada analisa dan pembahasan di bab-bab
sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. HHI memuat prinsip dan norma hukum yang memberikan
perlindungan terhadap lingkungan hidup. Berbagai instrumen hukum
yang tersedia dalam HHI, baik tertulis maupun kebiasaan, telah

memberikan perlindungan hidup yang memadai bagi lingkungan hidup
selama perang berlangsung. Selama para pihak yang terlibat dalam perang
mematuhi setiap norma HHI, maka dapat dipastikan bahwa sekalipun
89

dalam keadaan perang, namun keberlangsungan lingkungan hidup dapat
tetap dipertahankan.
2. Lingkungan hidup sebagai obyek sipil dan obyek militer. Pada
dasarnya lingkungan hidup terklasifikasi sebagai obyek sipil (civilian
object). Implikasi hukum atas status lingkungan hidup adalah bahwa
lingkungan hidup tidak boleh menjadi obyek serangan dan harus
dilindungi dalam keadaan apapun. Meskipun demikian, ada 2 (dua) alasan
mendasar dalam HHI, sehingga lingkungan hidup menjadi legitimate
military objective. Alasan yang pertama, status lingkungan hidup sebagai
obyek sipil telah berubah menjadi obyek militer karena memenuhi kriteria
dalam ketentuan Pasal 52 ayat (2) Protokol Tambahan I tentang definisi
obyek militer. Dan alasan yang kedua, penyerangan terhadap lingkungan
hidup didasarkan pada suatu kebutuhan militer (military necessity). Dalam
hubungannya dengan kerusakan sampingan (collateral damage), penulis
mendapati bahwa hal ini adalah konsep hukum yang sah. Kemunculan isu

collateral damage juga berarti bahwa sebuah serangan dinyatakan
proporsional, karena collateral damage dianggap sebagai kerusakan yang
tidak bisa dielakkan sekalipun telah dilakukan langkah-langkah untuk
menghindarinya sehingga dimaknai sebagai akibat yang muncul karena
ketidaksengajaan (unintentionally). Norma pertanggungjawaban yang
dimuat dalam Statuta Roma 1998, membatasi tanggung jawab pidana
terhadap tindakan tidak sah (unlawful act) yang dilakukan atas dasar niat
dan pengetahuan.

90

3. Kejahatan perang adalah bentuk internationally wrongful act. Dalam
keadaan perang, apabila terjadi perusakan terhadap lingkungan hidup oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam perang, maka baik individu maupun
negara dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindakan tersebut.
Menurut Statuta Roma 1998, serangan secara berlebihan terhadap
lingkungan hidup yang dilakukan dengan sengaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kejahatan perang. Sehingga pelakunya dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana secara individual. Adapun dengan berdasar
pada prinsip atributabilitas atau imputabilitas, dimana angkatan bersenjata

(armed forces) merupakan salah satu organ negara yang menjalankan
tugas negara selama perang berlangsung, maka setiap tindakan individu
yang termasuk dalam angkatan bersenjata juga menjadi tanggung jawab
negara. Artinya, ketika individu melakukan kejahatan perang entah karena
suatu perbuatan, kelalaian atau gabungan dari keduanya, maka negara
dapat dinyatakan bertanggung jawab atas atas dasar internationally
wrongful act. Dengan kata lain pula, dapat dikatakan bahwa dalam konteks
perang suatu kejahatan perang, apapun itu bentuknya, selama dilakukan
oleh individu yang secara otoritatif menerima kekuasaan untuk bertindak
atas nama negara maka tindakan tersebut dapat dinyatakan sebagai
internationally wrongful act.
4. Pada akhirnya, bentuk pertanggungjawaban yang bisa diberikan oleh
seorang individu adalah tanggung jawab pidana secara individual di
hadapan Mahkamah Pidana Internasional. Pertanggungjawaban pidana
seorang individu juga harus dibarengi dengan tanggung jawab negara

91

sebagai bagian dari masyarakat internasional. Berdasarkan Draft Articles
on Responsibility of States for Internationally Wrongful Acts yang

diadopsi oleh ILC, dapat diketahui bahwa bentuk reparasi yang bisa
dilakukan oleh negara sebagai pertanggungjawaban atas kerusakan
lingkungan hidup ada 3 (tiga), yakni restitution, compensation, dan
satisfication.

Compensation

adalah

bentuk

reparasi

yang

paling

memungkinkan untuk dilaksanakan, dengan harapan bahwa pembiayaan
terhadap sumber daya manusia dan teknologi secara finansial dapat
mengurangi dan memulihkan lingkungan hidup atau setidaknya dapat

mempertahankan kondisi sewajarnya yang dibutuhkan agar lingkungan
hidup dapat tetap bertahan.
4.2. Rekomendasi

Dengan berdasar pada kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Negara-negara harus segera meresmikan suatu perjanjian internasional
atau konvensi yang memuat hukum pertanggungjawaban negara dan
individu dalam hal perusakan lingkungan hidup baik secara sengaja
maupun tidak sengaja secara komprehensif.
2. Setiap pihak yang terlibat dalam perang harus melindungi lingkungan
hidup dalam keadaan apapun, kecuali atas dasar military necessity
dengan tetap memperhatikan prinsip proporsionalitas. Negara harus
menjamin bahwa setiap organ maupun individu yang bertindak atas

92

nama negara menghormati prinsip dan norma HHI dalam keadaan
apapun.
3. Dalam hal telah terjadi perusakan lingkungan hidup oleh pihak dalam

perang, maka individu harus mempertanggungjawabkan tindakannya di
hadapan Mahkamah Pidana Internasional, sementara negara harus
melakukan langkah-langkah reparasi yang ditujukan untuk memulihkan
kembali atau setidaknya mempertahankan keberlangsungan lingkungan
hidup.
4. Masyarakat internasional harus pula ikut serta dalam mengawasi dan
mengkampanyekan perlindungan terhadap lingkungan hidup, bukan saja
dalam keadaan damai tetapi juga dalam keadaan perang.

93

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional T1 312012075 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional T1 312012075 BAB II

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertanggungjawaban Atas Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Perang Berdasarkan Perspektif Hukum Humaniter Internasional

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kepedulian GKS terhadap Lingkungan Hidup: suatu tinjauan teoritis dari perspektif pendidikan lingkungan T2 752014031 BAB IV

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Jaminan Deposito Atas Kredit Berdokumen dalam Perdagangan Internasional T1 312009015 BAB IV

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama T1 312008032 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama T1 312008032 BAB II

0 0 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perspektif Hukum Nasional Indonesia dan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama T1 312008032 BAB IV

0 0 4

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Perceraian Perkawinan WNA yang Dilangsungkan di Luar Negeri Berdasarkan Hukum Perdata Internasional di Indonesia T1 BAB IV

0 0 2

BAB II KEJAHATAN PERANG DAN PENGATURANNYA DALAM HUKUM HUMANITER - PENEMBAKAN PESAWAT MH-17 DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 31