PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DALAM PEMBENTUKAN PERUNDANG-UNDANGAN 94032159409. 94032159409

(1)

PENGANTAR

MODUL IV

PENGINTEGRASIAN PARAMETER KESETARAAN

GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

(Tahapan Teknis dalam menyusun Rancangan

PUU dengan Alat /Pisau Analisis Parameter


(2)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi tentang Penghapusan Segala Tindak Diskriminatif terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women/CEDAW Convention).

Konvensi CEDAW menetapkan secara universal prinsip-prinsip persamaan hak antara laki-laki

dan perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, disemua bidang politik, ekonomi, sosial,

budaya dan sipil. Konvensi mendorong diberlakukannya Peraturan Perundang-undangan Nasional

yang melarang diskriminasi dan mengadopsi tindakan-tindakan khusus sementara untuk

mempercepat kesetaraan de facto antara laki-laki dan perempuan, termasuk merubah praktik

kebiasaan dan budaya yang didasarkan pada inferioritas atau superioritas salah satu jenis kelamin

atau peran steriotipe untuk laki-laki dan perempuan.


(3)

Prinsip-prinsip dalam CEDAW

Prinsip-prinsip dalam CEDAW

(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women)

(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi tentang Penghapusan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi tentang Penghapusan

Segala Tindak Diskriminatif terhadap Perempuan

Segala Tindak Diskriminatif terhadap Perempuan

1. P. Kesetaraan Substantif 2. P. Non diskriminasi 3. P. Kewajiban Negara

Prinsip Kesetaraan

Prinsip Keadilan

Setiap norma per. Per-UU-an wajib melarang perlakuan :

b.perbedaan; c.Pengucilan; dan d.pembatasan

1. Kelengkapan Hukum

Dalam pembuatan per. Per-UU-an: Harmonisasi per.Per-UU-an & perumusan kebijakan pembangunan memiliki kesetaraan dan keadilan gender.

Mengakhiri diskriminasi thd Pr. Segala bentuknya dg mengambil upaya-upaya yg tepat.

Memasukan prinsip-prinsip kesetaraan dalam sistem hukum,mencabut semua UU yang diskriminatif dan

menetapkan UU yang tepat yang melarang diskriminasi.

Membentuk pengadilan khusus & lembaga2 publik lainnya utk memastikan perlindungan efektif & memastikan semua perbuatan diskriminasi thd Pr. oleh orang per orangan, org. & perusahaan.

Atas dasar jenis kelamin

Bertujuan untuk mengurangi atau mengahapuskan :

b.Pengakuan; c.Penikmatan;

d.Penggunaan HAM; dan e.Kebebasan pokok di bidang:

• Praktik. • Ekonomi. • Budaya. • Sipil.

• Dan lain-lain yg berkaitan bagi laki-laki & perempuan Dimaksudkan

memperjelas Asas manfaat

Bertujuan utk menghasilkan out put yg memastikan adanya:

•Persamaan kesempatan (kebijakan, program, kgiatn).

•Kesetaraan & keadilan akses.

•Kesetaraan & keadilan

memperoleh manfaat yg nyata atau riil.

Kewajiban Perumus, wajib mempertimbangkan:

a. Kesetaraan & keadilan dalam


(4)

Dalam paragraf keenam dan ketujuh konsiderans Menimbang Konvensi

CEDAW dikatakan bahwa:

Mengingat bahwa diskriminasi terhadap perempuan melanggar

prinsip-prinsip persamaan hak dan penghargaan pada martabat manusia,

merupakan hambatan bagi “partisipasi” perempuan atas dasar kesetaraan

dengan laki-laki dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya di

negara mereka menghambat pertumbuhan kemakmuran masyarakat dan

keluarga serta mempersulit pengembangan sepenuhnya dari potensi

perempuan dalam pengabdian untuk negaranya dan untuk kemanusiaan;

Prihatin bahwa dalam situasi kemiskinan, perempuan mempunyai “akses”

yang paling sedikit terhadap makanan, kesehatan, pendidikan, pelatihan

dan kesempatan kerja dan kebutuhan lainnya;


(5)

Pengintegrasian Parameter Kesetaraan Gender

dalam Pembentukan Peraturan PUUan

Dalam memasukan prinsip-prinsip Kesetaraan Gender

dalam Sistem Hukum, perlu disusun standar atau tolok

ukur yang dapat dijadikan sebagai alat/pisau analisis dalam

setiap tahap pembentukan peraturan perundang-undangan

berupa parameter yang didalamnya terdapat

indikator-indikator mengenai kesetaraan gender yang terdiri atas:

Akses;

Partisipasi;

Kontrol; dan


(6)

40 Hak Konstitusional dalam 14 Rumpun Hak bagi Setiap

Warga Negara Indonesia menurut

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

No.

Rumpun Hak

No.

Hak Konstitusional

I

Hak atas Kewarganegaraan 1 2

Hak atas Status Kewarganegaraan (Ps 28D (4) Hak atas Kesamaan Kedudukan didalam Hukum dan Pemerintahan (Ps.27 (1), Ps.28D (1), Ps.28 (3)

II

Hak atas Hidup 3 4

Hak untuk Hidup serta mempertahankan hidup dan Kehidupannya (Ps.28A, Ps.28I (1).

Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang (Ps.28B (2))

III

Hak untuk Mengembangkan Diri

5

6

Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar, mendapat

pendidikan, dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya. Ps.28C (1)

Hak atas jumlah sosial yang memungkin pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Ps. 28H (3)


(7)

No.

Rumpun Hak

No.

Hak Konstitusional

7

8

Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosial. Ps. 28F

Hak mendapat pendidikan Ps.31 (1) dan Ps.28C (1)

IV

Hak atas Kemerdekaan Pikiran dan Kebebasan Memilih

9 10 11 12 13 14

Hak atas Kemerdekaan pikiran dan hati nurani. Ps. 28I (1)

Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Ps.28E (2)

Hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Ps.28E (2), Ps.29 (2)

Hak untuk bebas memilih pendidikan dan

pengajaran, pekerjaan, kewarganegaraan, tempat tinggal. Ps.28E (1)

Hak atas kebebasan berserikat dan berkumpul. Ps.28E (3)

Hak untuk menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nurani. Ps.28E (2)

V

Hak atas Informasi 15 16

Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Ps.28F

Hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Ps.28F


(8)

No.

Rumpun Hak

No.

Hak Konstitusional

VI

Hak atas Kerja dan Penghidupan yang Layak

17

18

19

Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ps.27 (2)

Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Ps.28D (2)

Hak untuk tidak diperbudak. Ps.28 (1)

VII

Hak atas Kepemilikan dan Perumahan

20 21

Hak untuk mempunyai hak milik pribadi. Ps.28H (4) Hak untuk bertempat tinggal. Ps.28H (1)

VIII

Hak atas Kesehatan dan Lingkungan Sehat

22

23

24

Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin. Ps.28H (1).

Hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Ps.28H (1)

Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Ps.28H (1).

IX

Hak Berkeluarga 25 Hak untuk membentuk keluarga. Ps.28B (1)

X

Hak atas Kepastian Hukum dan Keadilan

26

27

28

Hak atas pengakuan, jaminan dan perlindungan dan kepastian hukum yang adil. Ps.28D (1)

Hak atas perlakuan yang sama dihadapan Hukum. Ps.28D (1), Ps.27 (1)

Hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum. Ps.28I (1).


(9)

No.

Rumpun Hak

No.

Hak Konstitusional

XI

Hak Bebas dari Ancaman, Diskriminasi, dan ancaman Kekerasan

29

30

31

32

Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. Ps.28G (1)

Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia. Ps.28G (2)

Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun. Ps.28I (2)

Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Ps.28H (2)

XII

Hak atas Perlindungan 33

34

35

36

37

Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya. Ps.28G (1)

Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif. Ps.28I (2) Hak atas perlindungan identitas budaya dan hak masyarakat tradisional yang selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. Ps.28I (3). Hak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. Ps.28B (2), Ps.28I (2)

Hak untuk memperoleh suaka politik dari negara lain. Ps.28G (2).


(10)

No.

Rumpun Hak

No.

Hak Konstitusional

XIII

Hak Memperjuangkan Hak 38 39

Hak untuk memajukan dirinya dalam

memperjuangkan haknya secara kolektif. Ps.28C (2) Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Ps.28, Ps.28E (3)

XIV

Hak atas Pemerintahan 40 Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Ps.28D (3), Ps.27 (1)*Sumber: Kenali Hak Anda


(11)

Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan

Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Perundang-undangan

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, menentukan bahwa,

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan

hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1).


(12)

Materi muatan Peraturan Perundang-undangan

Materi muatan Peraturan Perundang-undangan

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, mengatur Asas Materi Muatan

Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut :

2)Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas:

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhinneka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

3)Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan

Perundang-undangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum

Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan.


(13)

(14)

Pembentukan Peraturan

Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan adalah pembuatan

undangan adalah pembuatan

Peraturan

Peraturan

Perundang-undangan

Perundang-undangan

yang mencakup

yang mencakup

tahapan perencanaan, penyusunan,

tahapan perencanaan, penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau

pembahasan, pengesahan atau

penetapan,

penetapan,

dan

dan

pengundangan.

pengundangan.

(Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012)


(15)

T

T

AHAPAN PEMBENTUKAN PERATURAN

AHAPAN PEMBENTUKAN PERATURAN

PUU (menurut UU No.12 Tahun 2011)

PUU (menurut UU No.12 Tahun 2011)

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Perencanaan Penyusunan Pembahasa n Pengesahan/ Penetapan

P e n y e b a r l u a s a n

Masyarakat dan Pemangku Kepentingan

• Rapat Dengar Pendapat Umum; • Kunjungan kerja; • Sosialisasi; dan/atau • Seminar, Lokakarya, dan/atau Diskusi. Partisipasi Masyarakat Pengundanga n

PKG


(16)

Tahap

Tahap

Perencanaan

Perencanaan

 Perencanaan penyusunan Undang-Undang;

 Perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah;

 Perencanaan penyusunan Peraturan Presiden;

 Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah Provinsi;

 Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;


(17)

Tahap Penyusunan

Tahap Penyusunan

Bagian Kesatu : penyusunan Undang-Undang;

Bagian Kedua : penyusunan Peraturan Pemerintah;

Bagian Ketiga : penyusunan Peraturan Presiden;

Bagian Kesatu : penyusunan Peraturan Daerah Provinsi;


(18)

Tahap Pembahasan

Tahap Pembahasan

Bagian Kesatu : Pembahasan Rancangan Undang-Undang;

 Bagian Kedua : Pengesahan Rancangan Undang-Undang;

 Bagian Ketiga : Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi;

 Bagian Kelima : Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;

 Bagian Keenam : Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi;

 Bagian Ketujuh : Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Pembahasan DPRD + Gub.

7 hari persetuj.bersama

PENGESAHAN


(19)

Tahap Penetapan

Tahap Penetapan

Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tidak ditandatangani oleh

Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan

Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan

wajib

diundangkan.

Rapat

Paripurna

30 hari persetuj.bersama

PENGESAHA

N


(20)

Tahap

Tahap

Pengundangan

Pengundangan

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-undangan harus diundangkan dengan menempatkannya dalam:

b)Lembaran Negara Republik Indonesia;

c)Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia; d)Berita Negara Republik Indonesia;

e)Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; f)Lembaran Daerah;

g)Tambahan Lembaran Daerah; atau h)Berita Daerah.

1. Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam Lembaran Daerah

adalah Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

(Pasal 86).

2. Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota diundangkan dalam

Berita Daerah.

3. Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Daerah dan

Berita Daerah dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah (Pasal 87).


(21)

Penyebarluasan

Penyebarluasan

Program Legislasi Daerah (Prolegda);

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; dan

Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

PERDA PROVINSI ATAU PERDA KABUPATEN/KOTA

RANCANGAN PERDA PROV. ATAU

KABUPATEN/KOTA

Masyarakat

dan

Pemangku

Kepentingan

PROLEGDA

P

e

n

y

e

b

a

r

l

u

a

s

a

n

• Penyebarluasan Prolegda dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sejak penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, pembahasan Rancangan Peraturan Daerah, hingga Pengundangan Peraturan Daerah (Pasal 92).

• Penyebarluasan dilakukan untuk dapat memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.


(22)

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat

Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan

dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan {Pasal 96 ayat (1)}.

Masukan lisan dan/atau

tertulis

Rapat Dengar Pendapat Umum

Seminar, lokakarya, dan/atau

Kunjungan Kerja

Diskusi.

Sosialisasi


(23)

Contoh: Rumusan Pasal yang mengintegrasikan kesetaraan gender.

Contoh: Rumusan Pasal yang mengintegrasikan kesetaraan gender.

Misal : Bidang Pendidikan.

Setiap anak

usia wajib belajar berhak mendapatkan

pendidikan dasar tanpa dipungut biaya untuk tingkat

sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama”.

Frasa

Setiap anak

berarti

setiap anak

perempuan dan anak laki-laki

mempunyai

kesempatan yang sama untuk mengenyam atau

mendapatkan pendidikan dasar secara gratis di

sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat

pertama. Karena program wajib belajar adalah 9

(sembilan) tahun.


(24)

SEKIAN DAN TERIMA

SEKIAN DAN TERIMA

KASIH…


(1)

Tahap Penetapan

Tahap Penetapan

Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tidak ditandatangani oleh

Gubernur dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut disetujui bersama, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi tersebut sah menjadi Peraturan Daerah Provinsi dan wajib

diundangkan.

Rapat Paripurna

30 hari persetuj.bersama

PENGESAHA

N


(2)

Tahap

Tahap

Pengundangan

Pengundangan

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-undangan harus diundangkan dengan menempatkannya dalam:

b)Lembaran Negara Republik Indonesia;

c)Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia; d)Berita Negara Republik Indonesia;

e)Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; f)Lembaran Daerah;

g)Tambahan Lembaran Daerah; atau h)Berita Daerah.

1. Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam Lembaran Daerah adalah Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Pasal 86).

2. Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota diundangkan dalam Berita Daerah.

3. Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Daerah dan Berita Daerah dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah (Pasal 87).


(3)

Penyebarluasan

Penyebarluasan

Program Legislasi Daerah (Prolegda);

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; dan

Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

PERDA PROVINSI ATAU PERDA KABUPATEN/KOTA

RANCANGAN PERDA PROV. ATAU

KABUPATEN/KOTA

Masyarakat

dan

Pemangku

Kepentingan

PROLEGDA

P e n y e b a r l u a s a n

• Penyebarluasan Prolegda dilakukan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah sejak penyusunan Prolegda, penyusunan Rancangan Peraturan Daerah, pembahasan Rancangan Peraturan Daerah, hingga Pengundangan Peraturan Daerah (Pasal 92).

• Penyebarluasan dilakukan untuk dapat memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan masyarakat dan para pemangku kepentingan.


(4)

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat

 Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan {Pasal 96 ayat (1)}.

Masukan lisan dan/atau

tertulis

Rapat Dengar Pendapat Umum

Seminar, lokakarya, dan/atau Kunjungan Kerja Diskusi.

Sosialisasi


(5)

Contoh: Rumusan Pasal yang mengintegrasikan kesetaraan gender.

Contoh: Rumusan Pasal yang mengintegrasikan kesetaraan gender.

Misal : Bidang Pendidikan.

Setiap anak

usia wajib belajar berhak mendapatkan

pendidikan dasar tanpa dipungut biaya untuk tingkat

sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama”.

Frasa

Setiap anak

berarti

setiap anak

perempuan dan anak laki-laki

mempunyai

kesempatan yang sama untuk mengenyam atau

mendapatkan pendidikan dasar secara gratis di

sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat

pertama. Karena program wajib belajar adalah 9

(sembilan) tahun.


(6)

SEKIAN DAN TERIMA

SEKIAN DAN TERIMA

KASIH…