ANALISIS POTENSI LONGSORAN TANAH AKIBAT ZONA JENUH AIR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI DAERAH PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI.

(1)

Encun Yuliana, 2015

ANALISIS POTENSI LONGSORAN TANAH AKIBAT ZONA JENUH AIR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI

DAERAH PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Fisika Program Studi Fisika

Oleh Encun Yuliana

NIM 1005360

PROGRAM STUDI FISIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

Encun Yuliana, 2015

ANALISIS

POTENSI LONGSORAN TANAH


(3)

Encun Yuliana, 2015

METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI

DAERAH PELABUHAN RATU KABUPATEN

SUKABUMI

Oleh Encun Yuliana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

© Encun Yuliana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(4)

Encun Yuliana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tanah longsor adalah salah satu bencana alam yang telah memberikan banyak dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat seperti rusaknya sarana umum, transportasi dan telekomunikasi bahkan tidak sedikit menelan banyak korban jiwa oleh karena itu, dibutuhkan suatu langkah mitigasi bencana supaya dampak dari adanya bencana longsor dapat di minimalisir. Seperti halnya bencana geologi lain, tanah longsor sangat sulit untuk diprediksi dan bisa kapan saja terjadi namun tanah longsor ditimbulkan bukan hanya karena gejala geologi tapi ada ulah campur tangan manusia juga menjadi salah satu pemicu adanya longsoran tanah. Beberapa faktor geologi yang dapat menimbulkan longsoran tanah diantaranya: hujan, tanah yang kurang padat atau kuat, lereng yang terjal, getaran dan tersebarnya zona jenuh air di bawah permukaan.

Pada prinsipnya longsoran tanah terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar dibandingkan dengan gaya penahan. Gaya penahan pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tahnah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh bersarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tanah longsor adalah: hujan, tanah terjal, tanah yang kurang padat, batuan yang kurang kuat, getaran, surut muka air danau atau bendungan, adanya beban tambahan, pengikisan/erosi, adanya material timbbunan pada tebing, bekas longsoran lama, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan hutan, daerah pembuangan sampah (ESDM 2007).

Daerah Pelabuhan Ratu dapat dikategorikan sebagai daerah yang rawan terjadi bencana longsoran seperti dikutif dari halaman kompas (11/2008) saat itu terjadi longsoran tanah di tiga titik lokasi sekaligus yang menutupi jalan raya bahkan sampai menimbulkan korban jiwa dan masih ada kejadian serupa di tahun selanjutnya.


(5)

Encun Yuliana, 2015

Dalam hubungannya dengan kondisi geologi daerah Jawa Barat, untuk daerah yang rawan longsor seperti Pelabuhan Ratu disebabkan oleh permeabilitas dan konsentrasi batuan/tanah dengan batuan dasarnya (Sampurno, 1976). Untuk daerah Pelabuhan Ratu, Faktor yang memicu terjadinya longsoran tanah yang paling mendomisasi adalah karena kondisi geologi, kemiringan lereng serta curah hujan yang tinggi. Kondisi geologi daerah Pelabuhan Ratu diimpit oleh barisan pegunungan selatan yang memiliki susunan batuan yang didominasi oleh batuan aluvium yaitu pasir, batu lempung dan endapan sungai lainnya serta topografi yang landai dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15% memungkinkan untuk air untuk masuk ke bawah permukaan. Oleh karena itu lokasi ini dianggap cocok untuk dilakukan penelitian karena berdasarkan keterangan warga, ketika dilakukan penggalian atau penebangan pohon sering kali muncul mata air yang di indikasikan adanya zona jenuh air di bawah permukaan.

Untuk mengetahui keberadaan air di bawah permukaan, maka digunakan metode geolistrik resistivitas yang merupakan salah satu metode geofisika yang biasa digunakan survey permukaan (kedalam dangkal). Metode geolistrik resistivitas digunakan karena metode tersebut sangat peka terhadap anomali kelistrikan termasuk air sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan adanya lokasi titik jenuh yang dapat menyebabkan potensi longsoran dan data yang dihasilkan dapat digunakan sebagai salah satu mitigasi bencana.

Berdasarkan beberapa alasan tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis potensi longsoran tanah akibat zona jenuh air menggunakan metode geolistrik resistivitas di daerah Pelabuhan Ratu kabupaten

Sukabumi yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi

longsoran tanah di daerah penelitian yang diakibatkan oleh adanya zona jenuh air dan menjadi suatu mitigasi bencana.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana potensi longsoran tanah akibat adanya zona jenuh air di daerah Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, ditinjau dari


(6)

Encun Yuliana, 2015

penampang bawah permukaan yang memberikan informasi mengenai nilai resistivitas batuan hasil dari metode geolistrik resistivitas.

1.3. Batasan Masalah

Yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Identifikasi zona jenuh air berdasarkan nilai resistivitas yang dicocokan dengan literatur dan peta geologi.

2. Analisis potensi longsoran tanah berdasarkan batuan yang terdapat di lokasi penelitian dan penyebaran zona jenuh air di bawah permukaan.

3. Tidak mengkaji kualitas air, hanya mengenai kedalaman dari zona jenuh air.

1.4. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah menganalis potensi longsoran tanah di daerah Pelabuhan Ratu berdasarkan tersebarnya zona jenuh air dan batuan penyusun dari lokasi tersebut sebagai hasil interpretasi penampang bawah permukaan dari anomali nilai resistivitas batuan.

1.5. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi longsoran tanah di daerah penelitian yang di akibatkan oleh adanya zona jenuh air, sehingga masyarakat tidak mendirikan bangunan di sekitar lokasi tersebut dan diharapkan informasi ini menjadi salah satu mitigasi bencana dan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan.

1.6. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan penelitian ini terdiri dari abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, daftar lampiran, laporan penelitian, lampiran dan daftar pustaka. Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Sistematika penulisan laporan diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan secara singkat mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah,tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.


(7)

Encun Yuliana, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi mengenai penjabaran teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, yaitu mengenai geolistrik resistivitas konfigurasi dipole-dipole serta zona jenuh air.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai tempat penelitian, alur penelitian, data yang digunakan dalam penelitian dan proses pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dari pengolahan data geolistrik resistivitas dan analisa dari kenampakan-kenampakan yang terdapat pada penampang bawah pemukaan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi mengenai kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan saran penulis untuk penelitian selanjutnya.


(8)

Encun Yuliana, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data geolistrik resistivitas dengan menggunakan perangkat lunak AGI EARTH IMAGER 3D

sehingga diperoleh penampang resistivitas yang merepresentasikan penampang geologi bawah permukaan. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan struktur bawah permukaan yang dihasilkan. Penampang yang akan dianalisis adalah penampang 3D yang mencitrakan struktur bawah permukaan yang selanjutnya penampang 3D tersebut dirubah menjadi penampang 2D untuk mengetahui posisi dari zona jenuh air yang dapat mengakibatkan longsoran.

3.1 Lokasi Akuisisi Data geolistrik

Akuisisi data dilakukan di daerah Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi. Gambar 3.1 memperlihatkan kondisi geologi lokasi akuisisi data geolistrik

Gambar 3.1 Peta lokasi akuisisi data Pelabuhan Ratu Sumber: Peta geologi lembar Bogor, Jawa.

Berdasarkan peta geologi lembar Bogor, Jawa skala 1:100.000 badan geologi, batuan yang terdapat di lokasi penelitian merupakan batuan alluvium yaitu lempung, lanau, kerikil dan kerakal; terutama endapan sungai termasuk pasir dan kerikil endapan pantai sepanjang teluk Pelabuhan Ratu. Untuk lebih jelasnya peta geologi penelitian terdapat pada lampiran.

Akuisisi data geolistrik resistivitas dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan menggunakan supersting multi chanel.


(9)

Encun Yuliana, 2015

Akuisisi data geolistrik resistivitas dilakukan sebanyak 12 lintasan. Dalam penelitian ini, data yang akan diolah adalah data dari lintasan 1-12 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Peta lintasan akuisisi data geolistrik resistivitas Pelabuhan Ratu Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2009

3.2 Diagram Alir Pengolahan dan Analisa Data

Dalam penulisan ini, penulis menganalisa data sekunder untuk mengetahui nilai resistivitas di bawah permukaan. Tahap pertama dimulai dengan studi literatur selanjutnya data diolah dengan mengguanakan perangkat lunak pendukung untuk membuat model bawah permukaan yang dapat menggambarkan struktur geologi bawah permukaan. Hasil dari pengolahan data tersebut selanjutnya di interpretasikan dan dianalisis untuk mengetahui lokasi zona jenuh air untuk mendeteksi potensi tanah longsor di daerah Pelabuhan Ratu Sukabumi. Diagram alir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.3


(10)

Encun Yuliana, 2015

Gambar 3.3 Diagram alir pengolahan dan analisa data

3.3 Data Lapangan

Data lapangan yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari 12 lintasan dan titik elektroda sebanyak 14 titik elaktroda.

INPUT DATA PADA AGI EARTH IMAGER 3D

MULAI

DATA LAPANGAN (Resistivitas Semu Dan Topografi)

INVERSI

PENAMPANG 3D SLICING PENAMPANG 3D

PENAMPANG 2D

ANALISIS PETA

GEOLOGI

KESIMPULAN

SELESAI

Pengolahan data


(11)

Encun Yuliana, 2015

Dengan panjang bentangan masing masing lintasan sebesar 104 m. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole.

3.4 Pengolahan Data Resistivitas

Pengolahan data resistivitas dilakukan dengan menginversi apparent resistivity supaya menjadi nilai resistivitas yang sebenarnya dengan menggunakan perangkat lunak. Hasil dari pengolahan data dengan menggunakan AGI Earth Imager berupa penampang 3D yang memberikan informasi nilai resistivitas batuan bawah permukaan daerah penelitian. Model 3D berupa model blok sehingga untuk mengetahui kondisi bawah permukaan secara detail dilakukan slicing pada model 3D agar keberadaan dari zona jenuh air dapat terlihat dengan jelas.

Proses pengolahan data dengan menggunakan AGI Earth Imager disebut inversi. Agi Earth imager adalah salah satu perangkat lunak yang biasanya digunakan olehpara peneliti untuk menginversi data resistivitas semu menjadi resistivitas sebenarnya dan dibuat menjadi suatu model bawah permukaaan. Langkah-langkah secara umum yang dilakukan pada proses pengolahan data dengan menggunakan Agi Earth imager yaitu:

1. Input Data

Data geolistrik resistivitas yang diperoleh dari akuisisi di lapangan berbentuk format data stg. Data tersebut berisi waktu, tanggal, koordinat lintasan serta nilai resistivitas dari lokasi penelitian.

2. Editing

Pada Tahap ini diakukan beberapa pengaturan untuk kriteria data seperti potensial dari data yang yang akan diambil. Editing berfungsi untuk menghapus data pengganggu sehingga eror yang hasilkan akan kecil dan tidak mengganggu hasil penampang.


(12)

Encun Yuliana, 2015

Pemodelan inversi adalah pemodelan yang dilakukan untuk merekontruksi model bumi (distribusi parameter fisika) berdasarkan data hasil pengukuran. Data yang di dapat dari lapangan merupakan reristivitas semu (bukan sebenarnya) oleh karena itu Proses ini bertujuan untuk mendapatkan model bawah permukaan dengan nilai true reristivity(resistivitas sebenarnya).

Model yang diperoleh melalui proses inversi akan selalu memiliki nilai

residual error atau root mean squared error (RMSE). Iterasi dapat dilakukan

beberapa kali untuk menurunkan nilai error yang ada. Iterasi merupakan proses perhitungan ulang dari data yang dimasukkan dalam fungsi matematis yang sama secara berulang-ulang untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Nilai RMSE menunjukkan tingkat perbedaan dari pengukuran nilai resistivitas material terhadap nilai resisitivitas material yang sebenarnya (Loke, 2004). Semakin besar nilai RMSE maka model yang diperoleh dari proses inversi akan semakin halus. Model yang halus dengan nilai RMSE yang tinggi cenderung semakin tidak mewakili kondisi sebenarnya dilapangan (Loke, 2004). Interpretasi dari model distribusi nilai resistivitas material bawah permukaan Bumi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai resistivitas material dan pola distribusinya (Loke, 2004). Faktor-faktor tersebut antara lain jenis batuan dan komposisi.


(13)

Encun Yuliana, 2015

Gambar 3.4 Contoh hasil inversi dari aplikasi AGI Earth imager 3D

Setelah mendapatkan model 3D dilakukan slicing untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dari seluruh lintasan karena model 3D merupakan model blok sehingga tidak menapakan dengan jelas kondisi bawah permukaan dari daerah penelitian.

3.5 Interpretasi

Interpretasi dilakukan dengan melihat hasil penampang lintasan yang telah dibuat pada tahap pengolahan data. Pada tahap interpretasi ini nilai resistivitas sebenarnya dicocokan dengan nilai resistivitas batuan yang terdapat pada tabel acuan pencocokan tersebut dilakukan untuk menentukan jenis batuan dari lapisan bawah permukaan. Dari penampang tersebut akan dijelaskan mengenai informasi kondisi bawah permukaan seperti kedalaman dan lain-lain.

3.6 Analisis

Pada bagian ini akan dianalisis hasil penngolahan data. Dalam menganalisis penampang bawah permukaan harus dibuat suatu acuan sebagai standar. Standar tersebut berfungsi sebagai referensi dalam mengklasifikasikan nilai resistivitas yang telah diolah sehingga dapat ditentukan jenis batuan yang terdapat pada penampang. Pada bagian ini variabel-variabel seperti resistivitas porositas dan permeabelitas akan di bahas secara terperinci.nAdapun acuan yang digunakan sebagai standar dalam menganalisis adalah seperti yang ditunjukan pada tabel 3.1.


(14)

Encun Yuliana, 2015

Tabel 3.1 Besar tahana jenis berbagai macam batuan secara umum sebagai patokan

kualitatif (Telford 1990)

Material Tahanan Jenis (ohm meter)

Air (Udara) 0

Quarzt (Kwarsa) 500 – 800.000

Calcite (kalsit) 1 x 1012– 1 x 1013 Rock Salt (Garam Batu) 30 – 1 x 1013

Granite (granit) 200 – 100.000

Basalt (basal) 200 – 100.000

Limestones (Gamping) 500 – 10.000

Sandstones (Batu Pasir) 200 – 8.000

Shales (Batu Tulis) 20 – 20.000

Sand (Pasir) 1 – 1.000

Clay (Lempung) 1 – 100

Ground Water (Air Tanah) 0,5 – 300

Sea Water (Air Laut) 0,2

Dry Gravel ( Kerikil Kering) 600 – 10.000

Alluvium (alluvium) 10 – 800

Gravel (Kerikil) 100 – 600

Air dalam akuifer alluvial 20 – 30 Pasir dan kerikil terendam dalam air tawar 50 – 5 x 102


(15)

Encun Yuliana, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Bisri, M. (2008). Aliran Airtanah. Malang : UPT. Penerbit Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

ESDM. (2007). Gempa di Indonesia akibat interaksi lempang utama dunia.[online] tersedia di http://www.esdm.go.id/beritageologi/42-geologi/2849-gempa-di-indonesia-akibat-interaksi-lempeng-utama-dunia-.[diakses 24 september 2014].

Ezeh,C.C.&G.Z.Ugwu. (2010). Geoelectrical Sounding For Estimating Groundwaterpotential in Nsukka L.G.A. Enugu State, Nigeria. International Journal of the Physical Sciences, 5(5): 415-420.

Gueguen,Y. dan Palciauskaus. (1994). Introduction to the Physics of Rocks: Princeton University Press. Princeton. New York

Hanafiah, Kemas.(2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno, S.( 2003). Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo.

Hendrajaya, L. (1990). Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di Medium Tak Hingga. Bandung.

Linsley, R.K dan Franzini, J.B. (1990). Teknik Sumber Daya Air . Jakarta: Erlangga.

Loke, M.H. (2004). Tutorial : 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys. Online: www.geoelectrical.com

Munir M.H., (2003).Geologi Lingkungan. Jakarta: Bayumedia.

Rohidah, S. (2009). Eksplorasi Air Bawah Tanah dengan Menggunakan metode Dipole-dipole di Daerah Cilangkap Jakarta Timur. Jakarta :Univerasitas Indonesia.

Sampurno, (1976). Geologi Daerah Longsor Jawa Bara. Geologi Indonesia. V3(1) hal 45-52 Sasonto, D. (2002) . Pengatar Teknik Geofisika. Bandung : Departemen Teknik Geofisika

ITB.

Soetrisno, S. (1999). Pengertian-Pengertian Dasar Tentang Airtanah.[Online]. Tersedia: http://www.geocities.ws/Eureka/Gold/1577/hg_dasar.html [12 November 2013


(16)

Encun Yuliana, 2015

ANALISIS POTENSI LONGSORAN TANAH AKIBAT ZONA JENUH AIR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Sosrodarsono, S. dan T. Takeda.(1976). Hidrologi untuk Pengairan. Bandung: Pradnya Paramita.

Suharyadi. (1984). Geohidrologi. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Supriyanto. (2007). Analisis Data Geofisika : Memahami Teori Inversi. Jakarta :Departemen

Fisika –FMIPA Universitas Indonesia.

Telford, W.M. Geldart, L.P. dan Sheriff,R.E. (1990). Applied Geophysics. Second Edition. New York: CambridgeUniversity Press.

Tood, D.K. (1980), Groundwater Hydrology. John Wiley & Sons, New York12.

Winter, T. C., J. W. Harvey, O. L. Franke, and W. M. Alley. (2005).Concepts of Ground Water, Water Table, and Flow Systems. U.S.Department of the Interior, U.S. Geological Survey.http://ga.water.usgs.gov/edu/watercyclegwdischarge.


(1)

Dengan panjang bentangan masing masing lintasan sebesar 104 m. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole.

3.4 Pengolahan Data Resistivitas

Pengolahan data resistivitas dilakukan dengan menginversi apparent resistivity supaya menjadi nilai resistivitas yang sebenarnya dengan menggunakan perangkat lunak. Hasil dari pengolahan data dengan menggunakan AGI Earth Imager berupa penampang 3D yang memberikan informasi nilai resistivitas batuan bawah permukaan daerah penelitian. Model 3D berupa model blok sehingga untuk mengetahui kondisi bawah permukaan secara detail dilakukan slicing pada model 3D agar keberadaan dari zona jenuh air dapat terlihat dengan jelas.

Proses pengolahan data dengan menggunakan AGI Earth Imager disebut inversi. Agi Earth imager adalah salah satu perangkat lunak yang biasanya digunakan olehpara peneliti untuk menginversi data resistivitas semu menjadi resistivitas sebenarnya dan dibuat menjadi suatu model bawah permukaaan. Langkah-langkah secara umum yang dilakukan pada proses pengolahan data dengan menggunakan Agi Earth imager yaitu:

1. Input Data

Data geolistrik resistivitas yang diperoleh dari akuisisi di lapangan berbentuk format data stg. Data tersebut berisi waktu, tanggal, koordinat lintasan serta nilai resistivitas dari lokasi penelitian.

2. Editing

Pada Tahap ini diakukan beberapa pengaturan untuk kriteria data seperti potensial dari data yang yang akan diambil. Editing berfungsi untuk menghapus


(2)

25

Encun Yuliana, 2015

ANALISIS POTENSI LONGSORAN TANAH AKIBAT ZONA JENUH AIR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI DAERAH PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemodelan inversi adalah pemodelan yang dilakukan untuk merekontruksi model bumi (distribusi parameter fisika) berdasarkan data hasil pengukuran. Data yang di dapat dari lapangan merupakan reristivitas semu (bukan sebenarnya) oleh karena itu Proses ini bertujuan untuk mendapatkan model bawah permukaan dengan nilai true reristivity(resistivitas sebenarnya).

Model yang diperoleh melalui proses inversi akan selalu memiliki nilai

residual error atau root mean squared error (RMSE). Iterasi dapat dilakukan beberapa kali untuk menurunkan nilai error yang ada. Iterasi merupakan proses perhitungan ulang dari data yang dimasukkan dalam fungsi matematis yang sama secara berulang-ulang untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Nilai RMSE menunjukkan tingkat perbedaan dari pengukuran nilai resistivitas material terhadap nilai resisitivitas material yang sebenarnya (Loke, 2004). Semakin besar nilai RMSE maka model yang diperoleh dari proses inversi akan semakin halus. Model yang halus dengan nilai RMSE yang tinggi cenderung semakin tidak mewakili kondisi sebenarnya dilapangan (Loke, 2004). Interpretasi dari model distribusi nilai resistivitas material bawah permukaan Bumi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai resistivitas material dan pola distribusinya (Loke, 2004). Faktor-faktor tersebut antara lain jenis batuan dan komposisi.


(3)

Gambar 3.4 Contoh hasil inversi dari aplikasi AGI Earth imager 3D

Setelah mendapatkan model 3D dilakukan slicing untuk mengetahui kondisi bawah permukaan dari seluruh lintasan karena model 3D merupakan model blok sehingga tidak menapakan dengan jelas kondisi bawah permukaan dari daerah penelitian.

3.5 Interpretasi

Interpretasi dilakukan dengan melihat hasil penampang lintasan yang telah dibuat pada tahap pengolahan data. Pada tahap interpretasi ini nilai resistivitas sebenarnya dicocokan dengan nilai resistivitas batuan yang terdapat pada tabel acuan pencocokan tersebut dilakukan untuk menentukan jenis batuan dari lapisan bawah permukaan. Dari penampang tersebut akan dijelaskan mengenai informasi kondisi bawah permukaan seperti kedalaman dan lain-lain.

3.6 Analisis

Pada bagian ini akan dianalisis hasil penngolahan data. Dalam menganalisis penampang bawah permukaan harus dibuat suatu acuan sebagai standar. Standar tersebut berfungsi sebagai referensi dalam mengklasifikasikan nilai resistivitas yang telah diolah sehingga dapat ditentukan jenis batuan yang terdapat pada penampang. Pada bagian ini variabel-variabel seperti resistivitas porositas dan permeabelitas akan di bahas secara terperinci.nAdapun acuan yang digunakan sebagai standar dalam menganalisis adalah seperti yang ditunjukan pada tabel 3.1.


(4)

27

Encun Yuliana, 2015

ANALISIS POTENSI LONGSORAN TANAH AKIBAT ZONA JENUH AIR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI DAERAH PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Besar tahana jenis berbagai macam batuan secara umum sebagai patokan

kualitatif (Telford 1990)

Material Tahanan Jenis (ohm meter)

Air (Udara) 0

Quarzt (Kwarsa) 500 – 800.000

Calcite (kalsit) 1 x 1012– 1 x 1013 Rock Salt (Garam Batu) 30 – 1 x 1013

Granite (granit) 200 – 100.000

Basalt (basal) 200 – 100.000

Limestones (Gamping) 500 – 10.000

Sandstones (Batu Pasir) 200 – 8.000

Shales (Batu Tulis) 20 – 20.000

Sand (Pasir) 1 – 1.000

Clay (Lempung) 1 – 100

Ground Water (Air Tanah) 0,5 – 300

Sea Water (Air Laut) 0,2

Dry Gravel ( Kerikil Kering) 600 – 10.000

Alluvium (alluvium) 10 – 800

Gravel (Kerikil) 100 – 600

Air dalam akuifer alluvial 20 – 30 Pasir dan kerikil terendam dalam air tawar 50 – 5 x 102


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bisri, M. (2008). Aliran Airtanah. Malang : UPT. Penerbit Fakultas Teknik Universitas

Brawijaya

ESDM. (2007). Gempa di Indonesia akibat interaksi lempang utama dunia.[online] tersedia di http://www.esdm.go.id/beritageologi/42-geologi/2849-gempa-di-indonesia-akibat-interaksi-lempeng-utama-dunia-.[diakses 24 september 2014].

Ezeh,C.C.&G.Z.Ugwu. (2010). Geoelectrical Sounding For Estimating Groundwaterpotential

in Nsukka L.G.A. Enugu State, Nigeria. International Journal of the Physical Sciences,

5(5): 415-420.

Gueguen,Y. dan Palciauskaus. (1994). Introduction to the Physics of Rocks: Princeton

University Press. Princeton. New York

Hanafiah, Kemas.(2005). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno, S.( 2003). Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo.

Hendrajaya, L. (1990). Pengukuran Resistivitas Bumi pada Satu Titik di Medium Tak

Hingga. Bandung.

Linsley, R.K dan Franzini, J.B. (1990). Teknik Sumber Daya Air . Jakarta: Erlangga.

Loke, M.H. (2004). Tutorial : 2-D and 3-D Electrical Imaging Surveys. Online: www.geoelectrical.com

Munir M.H., (2003).Geologi Lingkungan. Jakarta: Bayumedia.

Rohidah, S. (2009). Eksplorasi Air Bawah Tanah dengan Menggunakan metode

Dipole-dipole di Daerah Cilangkap Jakarta Timur. Jakarta :Univerasitas Indonesia.

Sampurno, (1976). Geologi Daerah Longsor Jawa Bara. Geologi Indonesia. V3(1) hal 45-52 Sasonto, D. (2002) . Pengatar Teknik Geofisika. Bandung : Departemen Teknik Geofisika


(6)

38

Encun Yuliana, 2015

ANALISIS POTENSI LONGSORAN TANAH AKIBAT ZONA JENUH AIR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS DI DAERAH PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sosrodarsono, S. dan T. Takeda.(1976). Hidrologi untuk Pengairan. Bandung: Pradnya

Paramita.

Suharyadi. (1984). Geohidrologi. Yogyakarta : Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada

Supriyanto. (2007). Analisis Data Geofisika : Memahami Teori Inversi. Jakarta :Departemen

Fisika –FMIPA Universitas Indonesia.

Telford, W.M. Geldart, L.P. dan Sheriff,R.E. (1990). Applied Geophysics. Second Edition.

New York: CambridgeUniversity Press.

Tood, D.K. (1980), Groundwater Hydrology. John Wiley & Sons, New York12.

Winter, T. C., J. W. Harvey, O. L. Franke, and W. M. Alley. (2005).Concepts of Ground Water, Water Table, and Flow Systems. U.S.Department of the Interior, U.S. Geological Survey.http://ga.water.usgs.gov/edu/watercyclegwdischarge.