ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENILAI KEWAJARAN ASET.

(1)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL

UNTUK MENILAI KEWAJARAN ASET

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh:

ADITYO AL BARWA 1005426

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu


(3)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL

UNTUK MENILAI KEWAJARAN ASET

Oleh Adityo Al Barwa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Adityo Al Barwa 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di fotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK MENILAI KEWAJARAN ASET

Oleh: Adityo Al Barwa

Pembimbing:

R. Nelly Nur Apandi, SE., M.Si., Ak ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset. Selain itu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapat antara auditor dan akademisi mengenai proses pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu pjmerusahaan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksplorasi melalui deskriptif kualitatif dengan cara wawancara tidak terstruktur kepada para auditor dan akademisi di bidang auditing serta melakukan observasi secara aktif di Kantor Akuntan Publik. Teknik pengujian kredibilitas data yang digunakan adalah triangulasi dengan triangulasi sumber dan triangulasi cara teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cara seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu perusahaan adalah pertama melihat struktur organisasi perusahaan, apakah struktur organisasi tersebut memiliki pemisahan fungsi yang memadai. Kedua, melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen perusahaan sebagai bukti transaksi perusahaan yang lengkap dan terdokumentasi dengan baik. Ketiga, melakukan penilaian terhadap otorisasi atas transaksi dalam perusahaan. Keempat, melakukan pengujian pengendalian fisik atas aktiva. Kelima, mengirimkan konfirmasi kepada pihak ketiga. Keenam, melakukan pengujian terhadap pemeriksaan independen yang dilakukan oleh auditor internal atas kinerja perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum, tidak terdapat perbedaan pendapat antara auditor dengan akademisi mengenai prosedur pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu perusahaan. Namun akademisi mensyaratkan bahwa seorang auditor harus melaksanakan proses identifikasi kerawanan atau resiko terjadinya salah saji dalam laporan keuangan yang disajikan. Hal ini lah yang belum dilakukan oleh auditor dengan alasan perbedaan ruang lingkup dalam melaksanakan audit, ketidakterbukaan klien, dan kepraktisan dalam pelaksanaan audit.


(5)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ANALYTICAL TESTING OF INTERNAL CONTROL TO ASSESS THE FAIRNESS OF THE ASSET

By: Adityo Al Barwa

Supervisor:

R. Nelly Nur Apandi, SE., M.Si., Ak ABSTRACT

This study aims to find out how an auditors perform tests of internal controls to assess the fairness of the asset. In addition, to determine whether there is a difference opinion between the auditor and lecturers regarding internal control testing process to assess the fairness of a company’s asset.

This study used descriptive qualitative exploration with unstructured interviews to the auditors and lecturers in auditing, as well as active observation in Public Accounting Firms. Technique of testing the credibility of data used is source triangulation and technique triangulation.

The result of this study showed that the way an auditor perform tests of internal controls to assess the fairness of the company assets. First, look at the organization structure of the company, whether the structure of the organization has an adequate separation of functions. Second, conduct a test of company documents as proof of the company’s transaction are complete and well-document. Third, conduct an assessment of the authorization of transaction within the company. Fourth, testing physical control over assets. Fifth, sending confirmation to third parties. Sixth, perform test on independent investigation conducted by the internal auditor for the performance of the company. In addition, the results of this study showed that generally, there is no difference of opinion between the auditors and lecturers about control testing procedures to assess the fairness of a company’s assets. However, experts said that an auditor should carry out the identification of vulnerability or risk of misstatement in the financial statements. This is what has not been done by the auditor with the reason of the difference in performing the audit scope, lack of openness client, and practicality in the audit.


(6)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Pengertian Audit... 11

2.1.2 Jenis-jenis Audit ... 12

2.1.3 Jenis-jenis Auditor... 13

2.1.4 Proses Audit ... 15

2.1.5 Bukti Audit. ... 16

2.1.6 Pengendalian Internal. ... 20

2.1.7 Uji Pengendalian Internal. ... 26


(7)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2.2 Penelitian Terdahulu. ... 41

2.2 Kerangka Pemikiran ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 47

3.2 Metode Penelitian... 48

3.2.1 Desain Penelitian ... 48

3.2.2 Sumber Data ... 48

3.2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.2.4 Instrumen Penelitian... 52

3.2.5 Teknik Analisis Data. ... 55

3.2.6 Pengujian Kredibilitas Data. ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Sejarah Kantor Akuntan Publik ... 60

4.1.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ... 65

4.1.3 Kegiatan Kantor Akuntan Publik ... 66

4.1.4 Deskripsi Narasumber ... 71

4.2 Pembahasan ... 71

4.2.1 Pengujian Pengendalian Internal ... 71

4.2.1.1 Pengujian Atas Proses Pemisahan Fungsi Yang Memadai ... 71

4.2.1.2 Pengujian Atas Bukti Transaksi Yang Lengkap Dan Terdokumentasi Dengan Baik ... 79


(8)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.2.1.3 Pengujian Atas Pelaksanaan Otorisasi Transaksi Yang

Dilakukan Dengan Tepat... 85 4.2.1.4 Pengujian Pengendalian Fisik Atas Aktiva ... 91 4.2.1.5 Pengiriman Konfirmasi Kepada Pihak Ketiga ... 98 4.2.1.6 Pengujian Terhadap Pemeriksaan Independen Yang Dilakukan

Auditor Internal Atas Kinerja Perusahaan ... 104 4.2.2 Perbedaan Pendapat Antara Auditor dan Ahli Mengenai Cara Penilaian

Pengendalian Internal Atas Aset ... 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 109 5.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ... 5

Tabel 2.1 ... 13

Tabel 2.2 ... 27

Tabel 2.3 ... 41

Tabel 3.1. ... 51

Tabel 4.1 ... 71

Tabel 4.2 ... 76

Tabel 4.3 ... 83

Tabel 4.4 ... 89

Tabel 4.5 ... 96

Tabel 4.6 ... 102


(10)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 ... 55 Gambar 3.2 ... 59 Gambar 3.3 ... 60


(11)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu


(12)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis yang semakin maju membuat persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat, sehingga menuntut perusahaan untuk dapat lebih efisien dalam beroperasi agar dapat terus bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Agar aktivitas bisnis perusahaan-perusahaan dapat efisien, maka bagian keuangan harus mencatat setiap aktivitas bisnis perusahaan dengan baik, apalagi untuk perusahaan yang berukuran besar. Perusahaan yang berukuran besar pasti memiliki aktivitas bisnis yang sangat banyak sehingga apabila tidak dicatat dengan baik, maka bisa menyebabkan kerugian pada perusahaan tersebut. Aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan ini akan dituangkan kedalam sebuah laporan pada setiap akhir periode oleh manajemen yang dikenal dengan istilah laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan suatu kewajiban sekaligus kebutuhan bagi perusahaan. Kewajiban karena sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada pemilik dan pemegang saham. Kebutuhan karena laporan keuangan akan dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen untuk menentukan kebijakan yang akan diambil dan sebagai dasar pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan haruslah laporan yang sesuai


(13)

2

dengan standar yang berlaku dan terbebas dari salah saji yang material. Untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan standar yang berlaku dan terbebas dari salah saji yang material, maka diperlukan penilaian dari pihak lain atas laporan keuangan tersebut. Pihak lain dalam hal ini adalah orang yang memiliki kompetensi dalam memeriksa laporan keuangan dan tidak memiliki hubungan apapun dengan perusahaan, atau lebih dikenal dengan istilah Audit.

Audit adalah proses penilaian apakah suatu laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan standar yang berlaku, serta dilakukan oleh orang yang independen dan berkompeten. Laporan keuangan yang disajikan manajemen bisa saja telah sesuai dengan standar yang berlaku dan dibuat oleh orang yang berkompeten, tapi tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan yang disajikan manajemen mengandung unsur kepentingan karena tidak adanya independensi. Independensi inilah yang akan menjadikan laporan keuangan yang telah diaudit akan terbebas dari unsur kepentingan.

Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus melakukan tahap-tahap audit atau lebih dikenal dengan istilah proses audit. Ada beberapa fase yang harus dilewati dalam melaksanakan proses audit yaitu merencanakan dan merancang pendekatan audit, melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, serta menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit (Arens, 2008: 543).

Pelaksanaan audit menjadi penting guna mengurangi resiko informasi. Resiko informasi mencerminkan kemungkinan bahwa informasi yang melandasi


(14)

3

keputusan resiko bisnis ternyata tidak akurat. Penyebab yang mungkin bagi resiko informasi ini adalah kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan. Resiko informasi terjadi karena beberapa hal yaitu jauhnya informasi, keberpihakan dan motif si penyedia, data yang sangat banyak, serta adanya transaksi pertukaran yang kompleks (Arens, 2008: 7).

Dalam perekonomian global, hampir mustahil bagi seorang pengambil keputusan untuk mengetahui secara langsung organisasi yang menjadi rekan usahanya. Hal itu bisa saja disebabkan oleh karena jauhnya jarak antara keduanya. Informasi yang disediakan oleh pihak lain mau tidak mau akan menjadi andalan. Terjadinya resiko informasi dalam hal ini akan memiliki peluang yang sangat besar dikarenakan informasi tersebut bisa saja disalah sajikan secara sengaja. Resiko informasi juga dapat terjadi jika informasi disediakan oleh orang yang tujuannya tidak sejalan dengan tujuan si pengambil keputusan dengan kata lain, informasi tersebut mungkin saja dibiaskan demi menguntungkan si penyedia. Selain itu, resiko informasi juga dapat terjadi karena jumlah data yang sangat banyak yang disebabkan oleh transaksi pertukaran yang kompleks. Semakin besar organisasi, semakin besar pula volume transaksi pertukaran yang dilakukan sehingga memperbesar kemungkinan dimasukkannya informasi yang dicatat secara tidak tepat kedalam catatan (Arens, 2008: 8).

Semua proses audit diatas harus dilakukan oleh seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan suatu organisasi. Namun dikarenakan saat ini pelaksanaan audit telah berbasis resiko, maka pengendalian internal menjadi peranan penting dalam proses audit. Pengendalian internal memegang


(15)

4

peranan untuk melindungi aset perusahaan, meningkatkan akurasi laporan keuangan dan dipatuhinya kebijakan manajemen. Oleh karena itu, pengujian pengendalian internal harus dilakukan oleh auditor untuk mengetahui apakah perusahaan yang akan diaudit telah menjalankan pengendalian internal dengan baik atau belum yang akan berdampak pada beresiko atau tidaknya perusahaan yang akan diaudit tersebut. Jika pengendalian internal perusahaan itu baik, maka aset perusahaan pun dapat dilindungi dengan baik serta tingkat salah saji dalam laporan keuangan yang disajikan bisa diminimalkan. Namun, jika pengendalian internal perusahaan tersebut tidak baik, maka mungkin saja aset perusahaan tidak dapat dilindungi dengan baik dan terdapat salah saji baik yang material maupun yang tidak material dalam laporan keuangan yang disajikan tersebut. Oleh karena itu, auditor harus melakukan pengujian pengendalian internal sebelum memulai melakukan prosedur analitis.

Dewasa ini, banyak sekali terjadi kasus dimana auditor mengabaikan prosedur audit terutama auditor tidak menilai dengan tegas resiko dalam audit terkait dengan pengendalian internal dalam perusahaan. Hal ini menyebabkan kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan yang disajikan menjadi tidak terdeteksi oleh auditor. Seperti yang terjadi pada kasus perusahaan Satyam yang dipimpin oleh Ramalinga Raju pada tahun 2009 silam. Berdasarkan DetikFinance, pada kasus ini dimana tanggal 7 Januari 2009, pimpinan Satyam, Ramalinga Raju secara tiba-tiba mengumumkan bahwa sekitar 1,04 milyar dolar saldo kas dan bank Satyam adalah palsu. Di dalam suratnya yang dikirimkan pada jajaran direksi Satyam, beliau mengakui telah memalsukan nilai pendapatan


(16)

5

bunga diterima dimuka, mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya dan menggelembungkan nilai piutang. Setelah itu pada 14 januari 2009, auditor Satyam yang sudah 8 tahun terakhir mengaudit Satyam, yaitu PricewaterhouseCoopers India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen Satyam.

Dari contoh kasus tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa auditor KAP PricewaterhouseCoopers India telah mengabaikan beberapa proses audit sehingga menyebabkan kegagalan dalam menemukan kecurangan dan salah saji yang material dalam laporan keuangan Satyam. Auditor tidak melakukan pengujian pengendalian internal dengan baik sehingga kecurangan yang dilakukan oleh Satyam tidak terdeteksi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan menerima informasi yang tidak fair. Selain itu, kasus tersebut diatas juga menegaskan bahwa pengendalian internal Satyam kurang baik terbukti dari adanya penggelembungan nilai saldo kas dan saldo piutang. Hal ini lah yang gagal untuk dinilai dengan baik oleh auditor KAP PricewaterhouseCoopers India.

Kasus satyam ini bukanlah kasus pertama yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam menilai pengendalian internal klien seperti yang dapat kita lihat pada table berikut ini:

Tabel 1.1

Kasus Kegagalan Penilaian Pengendalian Internal Oleh Auditor

No Nama Perusahaan Nama KAP Kasus

1 PT. Kereta Api Indonesia (2005)

KAP S. Manan, Sofwan, Adnan dan Rekan

PT. KAI mengakui pendapatan dari


(17)

6

pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih, kemudian mengakui SKP PPN sebesar Rp. 95,2 M yang diterbitkan oleh DJP sebagai piutang, padahal berdasarkan standar

akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih tidak bisa diakui sebagai aset. 2 PT. Kimia Farma Tbk (2002) KAP Hans

Tuanakotta & Mustofa (Deloitte Indonesia)

PT. Kimia Farma Tbk

menggelembung kan laba bersih, menggelembung kan nilai

persediaan, melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada laporan keuangan tahun 2001.

Sumber: Data yang telah diolah dari berbagai sumber

Dari kasus-kasus tersebut diatas, dapat dilihat bagaimana pentingnya penilaian pengendalian internal klien dalam menjalankan audit. Jika auditor tidak melaksanakan pengujian pengendalian internal, maka kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan tidak akan dapat diungkap dengan baik.

Agar kecurangan serta salah saji yang terdapat dalam laporan keuangan klien dapat diungkap, maka auditor harus menjalankan penilaian pengendalian internal dengan baik dan penuh kehati-hatian. Salah satu fungsi pengendalian


(18)

7

internal seperti yang telah dijelaskan diatas adalah untuk melindungi aset perusahaan. Aset memiliki jumlah yang paling besar dalam laporan keuangan apabila dibandingkan dengan liabilitas dan ekuitas. Aset suatu perusahaan terdiri dari aset lancar, aset tetap, aset tidak berwujud, investasi jangka panjang, dan aset lain-lain. Akun yang memiliki porsi yang besar dalam kategori aset biasanya adalah kas, persediaan, serta aset tetap. Perusahaan-perusahaan besar terutama perusahaan manufaktur dalam menjalankan proses bisnisnya pasti memiliki kas, persediaan, serta aktiva tetap yang tidak sedikit nilainya. Akun-akun yang memiliki porsi terbesar dalam aset tersebut harus memiliki pengendalian internal yang baik. Bila pengendalian internal terhadap akun-akun tersebut lemah, maka kecurangan serta salah saji yang material sangat mungkin terjadi seperti pada akun kas. Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah diselewengkan. Hampir semua transaksi perusahaan berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain akun kas, akun persediaan juga merupakan salah satu akun yang memiliki porsi terbesar dalam kelompok aset. Persediaan biasanya juga memiliki jenis yang bervariasi. Jenisnya yang bervariasi ini akan menyulitkan untuk diobservasi dan dinilai. Selain itu, aset perusahaan ini rawan dari pencurian dan sulitnya penilaian persediaan dapat meningkatkan resiko kesalahan dalam penyajian akun persediaan pada laporan keuangan. Oleh karena itu, pengendalian dan penilaian terkait persediaan dan kas harus dilakukan sebaik mungkin untuk mengurangi resiko tersebut. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah terkait penilaian persediaan. Kesalahan dalam menilai


(19)

8

persediaan dapat mengakibatkan salah saji yang cukup material pada laporan keuangan.

Selain kas dan persediaan, akun yang juga memiliki nilai paling besar dalam kelompok aset adalah aset tetap. Saat ini, dalam melakukan penilaian atas aktiva tetap, perusahaan boleh memilih cost model ataupun revaluation model dimana kedua metode ini mensyaratkan perusahaan untuk melakukan penilaian apakah aset tetap yang dimiliki perusahaan mengalami penurunan nilai atau tidak. Dengan demikian, prosedur penilaian aktiva tetap akan menjadi semakin panjang. Pengendalian internal diperlukan untuk mengawasi proses penilaian aktiva tetap ini agar nilai aktiva tetap tersebut dapat disajikan secara wajar.

Jika pengendalian internal perusahaan itu baik, maka dapat dipastikan nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan perusahaan tersebut telah disajikan dengan baik. Namun, jika pengendalian internal perusahaan itu tidak baik, maka kemungkinan besar nilai aset tetap yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut tidak wajar. Auditor perlu melakukan pengujian atas pengendalian internal perusahaan agar auditor mendapat keyakinan bahwa akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan tersebut telah disajikan dengan wajar, khususnya akun aktiva tetap.

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai pengujian pengendalian internal ini seperti yang dilakukan oleh Mochamad Rizal Ridwansyah (2009) Pengaruh Persepsi Auditor Mengenai Kondisi Pengendalian Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit dengan hasil terdapat pengaruh yang kuat antara kondisi pengendalian intern dengan keputusan


(20)

9

mengumpulkan bukti audit. Sementara itu, Dinna Rohmatunnisa (2006) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa diketahui bahwa hasil pelaksanaan pengujian pengendalian menjadi dasar dalam penyusunan audit program substantive test. Lemah kuatnya pengendalian internal sistem informasi akuntansi suatu perusahaan berpengaruh besar terhadap proses audit laporan keuangan perusahaan tersebut. Mardina Yanuarti Widyaningrum (2004) melalui penelitiannya juga menyimpulkan bahwa resiko pengendalian internal berpengaruh secara signifikan terhadap lingkup pengujian substantif atas saldo persediaan. Namun, penelitian-penelitian terdahulu tersebut kebanyakan menggunakan metode penelitian kuantitatif dimana hasil penelitiannya tidak dapat memberikan gambaran yang komprehensif.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari tahu tentang penilaian pengendalian internal oleh auditor dengan judul: “Analisis Pengujian Pengendalian Internal Untuk Menilai Kewajaran Aset”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu organisasi?

2. Apakah terdapat perbedaan prosedur pengujian pengendalian internal terhadap aset menurut auditor dan ahli?


(21)

10

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset suatu organisasi. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prosedur pengujian

pengendalian internal terhadap aset menurut auditor dan ahli.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

a. Menambah pengetahuan penulis tentang bagaimana cara seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal suatu organisasi

b. Membandingkan teori yang didapat selama dibangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan.

2. Bagi Akademisi

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pemahaman mengenai cara seorang auditor melakukan pengujian pengendalian internal atas aset tetap suatu organisasi


(22)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Sugiyono (2010: 38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Penelitian kualitatif dilakukan pada objek yang alamiah. Menurut Sugiyono (2012:14) objek yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa objek penelitian merupakan sasaran ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan suatu data sehingga dapat diolah dan ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan auditor eksternal serta para ahli mengenai bagaimana proses pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset.


(23)

48

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Desain Penelitian

Menurut Moleong (2012: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.” Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplorasi yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui lebih dalam mengenai objek penelitian yang akan diteliti. Peneitian ini kemudian diinterpretasikan dalam bentuk deskriptif kualitatif. Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan) tetapi, memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. Dari ciri yang demikian, memungkinkan studi ini dapat amat mendalam dan demikian bahwa data yang menjadi pertimbangan dalam penelitian model ini (Burhan Bungin, 2010: 68). Dengan desain penelitian menggunakan deskriptif kualitatif, penulis mengharapkan dapat menggali lebih dalam bagaimana proses pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset.

3.2.2. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984: 47) dalam Moleong (2012: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya


(24)

49

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan didapatkan dari narasumber yang bersangkutan dengan pengujian pengendalian internal untuk menilai kewajaran aset.

Sumber data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu penelitian, karena sumber data berpengaruh langsung terhadap kualitas penelitian. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan instrument-instrumen yang telah ditetapkan (Wahyu Purhantara, 2010: 79). Data primer pada penelitian ini didapatkan dari hasil wawancara mendalam dengan para auditor dan para ahli dalam bidang auditing serta dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan narasumber yang bersangkutan.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (In-depth interview), observasi, dan dokumen. Sugiyono (2012: 402) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data dibagi menjadi empat yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.

1. Wawancara

Wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam


(25)

50

kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Burhan Bungin, 2010: 108).

Dalam proses wawancara, para informan mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu, atau biasa disebut dengan wawancara terbuka (Moleong, 2012:189). Sebelum melaksanakan wawancara mendalam, peneliti terlebih dahulu mebuat kesepakatan dengan narasumber mengenai tempat dan waktu untuk melaksanakan wawancara.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis wawancara semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur dipilih karena jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori In-depth Interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur (Sugiyono, 2012: 413). Wawancara semiterstruktur dikatakan lebih bebas karena dalam pelaksanaan wawancara, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar yang akan ditanyakan.

Individu yang akan menjadi informan pada penelitian ini adalah auditor yang terjun langsung dalam melakukan pengujian pengendalian internal klien serta orang-orang yang ahli dalam auditing. Adapun individu-individu tersebut tertera pada tabel berikut ini:


(26)

51

Tabel 3.1.

Daftar Informan Wawancara Dalam Penelitian

No Informan Jumlah Alasan Pemilihan

1. Akuntan Publik 5 a. Akuntan Publik terlibat

langsung dalam

pelaksanaan pengujian pengendalian internal b. Telah bekerja sebagai

auditor

sekurang-kurangnya selama 1 tahun c. Memiliki klien yang

bergerak di bidang manufaktur

2. Ahli Auditing dan Dosen

2 Memiliki pengalaman yang lebih dalam bidang auditing dan sangat menguasai teori tentang pelaksanaan pengujian pengendalian internal serta auditing

Peneliti pun telah mempersiapkan pertanyaan dalam mencari data yang berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Peneliti akan meminta kesediaan dari informan untuk dapat melakukan wawancara.

2. Observasi

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2012: 403) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dengan melakukan observasi, peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai masalah yang sedang diamati. Observasi yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif, yaitu active participation.


(27)

52

Dalam observasi active participation ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang diamati, dan ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Observasi dilakukan di Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengetahui proses penilaian pengendalian internal atas aset, proses cash opname, proses stock opname, serta proses pengerjaan kertas kerja audit selama 2 bulan.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 422). Oleh karena itu dokumen sangat diperlukan dalam menunjang penelitian. Dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah rekaman hasil wawancara peneliti dengan pihak-pihak terkait yang diwawancarai dan dokumen secara tertulis yang berisi pertanyaan dari peneliti terhadap pihak-pihak terkait. Hal ini dilakukan pula sebagai penunjang dan bukti konkrit hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dokumen yang peneliti kumpulkan dapat berupa blanko Internal Control Questionnaire, dan kertas kerja audit.

3.2.4. Instrumen Penelitian

Ciri khas dari penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhannya. Sehingga, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam


(28)

53

menjalankan penelitian tersebut, peneliti diharapakan memahami metode penelitian kualitatif, menguasai wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti dalam memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.

Nasution (1998) dalam Sugiyono (2012: 399) menyatakan bahwa:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapakan, itu semua tidak dapat dilakukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya” Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kualtitatif pada awalanya belum jelas dan pasti. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka peneliti memerlukan alat-alat seperti buku catatan, tape recorder, dan kamera.

3.2.5. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012: 428) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,


(29)

54

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data menggunakan model Miles and Huberman. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012: 430) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Analisis data yang digunakan yaitu menggunakan model interaksi menurut Miles and Huberman (1992) dalam Luqman Hakim (2007) sebagaimana gambar 3.1 berikut:


(30)

55

Sumber: Miles and Huberman (1992) dalam Luqman Hakim (2007) Gambar 3.1

Model Interaksi Analisis Data

1. Reduksi Data

Setelah memperoleh data dari penelitian di lapangan, peneliti harus memilih data yang benar-benar akan digunakan, hal ini disebabkan data yang diperoleh di lapangan tentu sangat banyak dan tidak semua data yang diperoleh merupakan data yang dibutuhkan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

Pengumpul

Melakukan Verifikasi Penyajian Reduksi

Penarikan Kesimpulan: Temuan Sementara

Penarikan Kesimpulan Akhir

Sebagai Temuan Penelitian


(31)

56

penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, peneliti akan memfokuskan pada hasil wawancara yang masuk pada kode yang telah ditetapkan seperti pengendalian internal, pemisahan fungsi, otorisasi, dan kewajaran aset.

2. Penyajian Data

Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2012: 434) menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Artinya yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif. Selain itu, penyajian data berupa bagan, flowchart, tabel ataupun grafik akan peneliti sajikan apabila diperlukan dalam proses penyajian data. Jika ternyata data yang disajikan telah teruji kebenarannya dan telah sesuai, maka dapat dilanjutkan pada tahap penarikan kesimpulan. Namun, jika ternyata data yang disajikan belum sesuai dan belum dapat ditarik kesimpulan, maka dilakukan reduksi kembali bahkan tidak menutup kemungkinan untuk menjaring data baru. Dalam penelitian ini, data akan disajikan sesuai dengan rumusan masalah dengan tujuan memudahkan pembaca dalam mengidentifikasi hasil penelitian ini.


(32)

57

3. Penarikan Kesimpulan Sementara

Sejak awal proses pengumpulan data di lapangan peneliti dimungkinkan untuk menarik kesimpulan. Pada saat peneliti member arti atau memaknai data-data yang diperoleh baik melalui observasi ataupun hasil wawancara berarti peneliti telah menarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

4. Melakukan Verifikasi

Setelah dilakukam reduksi data secara berulang dan diperoleh kesesuai dengan penyajian data, kemudian kesimpulan-kesimpulan sementara disempurnakan melalui verifikasi, maka dapat ditarik kesimpulan akhir yang merupakan temuan-temuan penelitian. Verifikasi data ini dilakukan dengan pengujian kredibilitas data yang akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya.

5. Penarikan Kesimpulan Akhir Sebagai Temuan Penelitian

Setelah temuan-temuan sementara dilakukan verifikasi melalui teknik-teknik pengecekan keabsahan temuan penelitian, selanjutnya dirumuskan simpulan temuan-temuan yang merupakan hasil-hasil penelitian, kemudian diabstraksikan ke dalam proposisi-proposisi. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel


(33)

58

(Sugiyono, 2011: 345). Namun apabila temuan penelitian ini dirasa belum cukup kredibilitas, dapat dilakukan perpanjangan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber yang pernah ditemui maupun sumber yang baru.

3.2.6. Pengujian Kredibilitas Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2012: 458) meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (objektifitas).

Ada bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2012: 460). Dengan pengujian kredibilitas data dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pengujian credibility (validitas internal) dengan menggunakan teknik triangulasi.

Wiliam Wiersma (1986) dalam Sugiyono (2011: 372) menjelaskan “triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data source or multiple data collection procedures”. Dimana triangulasi dalam pengujian kredibilitas data dilakukan dengan pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam pengujian kredibilitas data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi dengan sumber dan triangulasi teknik.


(34)

59

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, dalam Moleong (2007: 330)). Dengan teknik ini peneliti menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh di lapangan dari beberapa sumber. Setelah data dianalisis oleh peneliti, maka akan dihasilkan suatu kesimpulan dengan adanya kesamaan pendapat beberapa sumber.

Sumber: Sugiyono (2011: 372) dengan pengolahan data Gambar 3.2

Triangulasi dengan Sumber 2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang bersangkutan atau yang lain.

Akuntan Publik 1

Akuntan Publik 3

Akuntan Publik 2


(35)

60

Sumber: Sugiyono (2011: 372) dengan pengolahan data Gambar 3.3

Triangulasi dengan Teknik Wawancara


(36)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan terhadap “Pengujian Pengendalian Internal Untuk Menilai Kewajaran Aset” maka peneliti menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat 6 cara yang dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan pengujian pengendalian internal atas aset perusahaan yaitu sebagai berikut: a. Cara pertama yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai

pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik adalah dengan melihat struktur organisasi perusahaan tersebut, apakah struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut telah memiliki pemisahan fungsi yang memadai.

b. Cara kedua yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik adalah auditor harus melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen perusahaan sebagai bukti transaksi perusahaan. Dokumen-dokumen tersebut harus lengkap dan terDokumen-dokumentasi dengan baik. c. Cara ketiga yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai


(37)

111

adalah auditor melakukan penilaian terhadap proses otorisasi atas transaksi dalam perusahaan. Penilaian proses otorisasi atas transaksi dalam perusahaan dilakukan oleh auditor dengan melihat siapa orang yang berhak menandatangani atau menyetujui transaksi perusahaan. d. Cara keempat yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai

pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik adalah auditor melakukan pengujian pengendalian fisik atas aktiva. Nilai aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva yang sebenarnya ada di lapangan. e. Cara kelima yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai

pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik adalah auditor mengirimkan konfirmasi kepada pihak ketiga. Pengiriman konfirmasi ini ditujukan agar auditor mendapat keyakinan yang memadai bahwa saldo kas di bank dan piutang yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan telah sesuai dan disetujui oleh pihak ketiga yang terkait dengan masing- masing akun tersebut.

f. Cara keenam yang dapat dilakukan oleh auditor untuk menilai pengendalian internal atas aset perusahaan telah berjalan dengan baik adalah auditor eksternal melakukan pengujian terhadap pemeriksaan independen yang dilakukan oleh auditor internal atas kinerja perusahaan. Auditor eksternal dapat melakukan penilaian tersebut dengan cara melihat rekomendasi-rekomendasi yang diberikan auditor internal dalam


(38)

112

laporannya, apakah rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal telah dijalankan oleh manajemen perusahaan dengan baik.

2. Secara umum, tidak terdapat perbedaan pendapat antara auditor dan ahli mengenai prosedur pengujian pengendalian internal terhadap aset. Namun, informan ahli menyatakan bahwa seorang auditor eksternal juga harus melakukan proses identifikasi kerawanan atau resiko terjadinya salah saji dalam laporan keuangan perusahaan. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh auditor dalam proses audit dilapangan. Auditor sering mengabaikan proses ini dengan alasan keterbatasan waktu dalam penugasan audit lapangan, ketidak terbukaan klien, serta kepraktisan auditor dalam melakukan audit.

5.2. Saran

Adapun saran yang peneliti ajukan kepada auditor dan peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi auditor, hendaknya dalam penugasan audit, seorang auditor diberikan waktu yang lebih panjang dalam menjalankan audit lapangan agar semua prosedur audit yang harus dijalankan oleh auditor dapat terlaksana dengan baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap agar peneliti selanjutnya dapat memperluas ruang lingkup penelitian ini dengan mengikutsertakan


(39)

113

komponen utang dan modal, agar penelitian yang dihasilkan bersifat lebih komprehensif.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Jakarta: Salemba Empat Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Arens, Alvin A. et al. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga

Aryo Adi Prabowo dan Ahmad Haris. 2006. Kasus Perselisihan PT KAI Dibawa ke BPK. (Online). Tersedia: http://m.liputan6.com/home/read/127216/kasus-perselisihan-pt-kai-dibawa-ke-bpk (3 Mei 2014)

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=26162 (23 Agustus 2014)

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat

________________. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Luqman Hakim. 2007. Analisis Pemantauan Outcome Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Tsanawiyah Gresik . Tesis. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Martani, Dwi dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat

Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Natan, Carla. 2013. Pengujian Substantif Untuk Menilai Kewajaran Aset Tetap. Skripsi. Bandung. Universitas Katolik Parahyangan

Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Qomariyah, Nurul. 2009. Bursa India Diguncang Skandal Keuangan Satyam. (Online). Tersedia: http://m.detik.com/finance/read/2009/01/07/150554/ 1064537/6/ (3 Mei 2014)

Ridwansyah, Mochamad Rizal. 2009. Pengaruh Persepsi Auditor Mengenai Kondisi Pengendalian Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit. Skripsi. Bandung: Universitas Pasundan


(41)

Rohmatunnisa, Dinna. 2006. Analisis Pelaksanaan Test of Control Audit Sistem Informasi Komputer Transaksi Pembelian Barang dan Jasa PT. AB dan Penyusunan Audit Program Substantive Test of Transaction. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

________. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Syahrul, Yura. 2002. Bapepam: Kasus Kimia Farma Merupakan Tindak Pidana.

(Online). Tersedia:

http://m.tempo.co/read/news/2002/11/04/05633339/Bapepam-Kasus-Kimia-Farma-Merupakan-Tindak-Pidana (3 Mei 2014)

Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta: Salemba Empat

Widyaningrum, Mardina Y. 2004. Pengaruh Resiko Pengendalian Terhadap Lingkup Pengujian Substantif Atas Saldo Persediaan. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran


(42)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI)

DRAFT USULAN PENELITIAN MAHASISWA

PROGRAM SARJANA (S-1)

Tanggal

Seminar/Sidang : 4 Juni 2014

Nama : Adityo Al Barwa

NIM : 1005426

Konsentrasi : Bisnis

Judul : ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK

MENILAI KEWAJARAN ASET

TELAH DIREVISI, DISETUJUI OLEH TIM PENGUJI / PENELAAH UNTUK ... ... ... ... ... ... . ... ... ... .

NO. PENGUJI / PENELAAH Tandatangan

1 Indah Fitriani SE., M.Ak., Ak., CA

2 Hj. Alfira Sofia ST., MM.

Bandung, Juni 2014

Mengetahui / Menyetujui; Pembimbing

R. Nelly Nur Apandi SE., M.Si., Ak


(43)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu


(1)

112

laporannya, apakah rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal telah dijalankan oleh manajemen perusahaan dengan baik.

2. Secara umum, tidak terdapat perbedaan pendapat antara auditor dan ahli mengenai prosedur pengujian pengendalian internal terhadap aset. Namun, informan ahli menyatakan bahwa seorang auditor eksternal juga harus melakukan proses identifikasi kerawanan atau resiko terjadinya salah saji dalam laporan keuangan perusahaan. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh auditor dalam proses audit dilapangan. Auditor sering mengabaikan proses ini dengan alasan keterbatasan waktu dalam penugasan audit lapangan, ketidak terbukaan klien, serta kepraktisan auditor dalam melakukan audit.

5.2. Saran

Adapun saran yang peneliti ajukan kepada auditor dan peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi auditor, hendaknya dalam penugasan audit, seorang auditor diberikan waktu yang lebih panjang dalam menjalankan audit lapangan agar semua prosedur audit yang harus dijalankan oleh auditor dapat terlaksana dengan baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap agar peneliti selanjutnya dapat memperluas ruang lingkup penelitian ini dengan mengikutsertakan


(2)

113

komponen utang dan modal, agar penelitian yang dihasilkan bersifat lebih komprehensif.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Jakarta: Salemba Empat Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Arens, Alvin A. et al. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga

Aryo Adi Prabowo dan Ahmad Haris. 2006. Kasus Perselisihan PT KAI Dibawa ke BPK. (Online). Tersedia: http://m.liputan6.com/home/read/127216/kasus-perselisihan-pt-kai-dibawa-ke-bpk (3 Mei 2014)

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=26162 (23 Agustus 2014)

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat

________________. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Luqman Hakim. 2007. Analisis Pemantauan Outcome Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Tsanawiyah Gresik . Tesis. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Martani, Dwi dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Salemba Empat

Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Natan, Carla. 2013. Pengujian Substantif Untuk Menilai Kewajaran Aset Tetap. Skripsi. Bandung. Universitas Katolik Parahyangan

Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Qomariyah, Nurul. 2009. Bursa India Diguncang Skandal Keuangan Satyam. (Online). Tersedia: http://m.detik.com/finance/read/2009/01/07/150554/ 1064537/6/ (3 Mei 2014)

Ridwansyah, Mochamad Rizal. 2009. Pengaruh Persepsi Auditor Mengenai Kondisi Pengendalian Intern Terhadap Keputusan Mengumpulkan Bukti Audit. Skripsi. Bandung: Universitas Pasundan


(4)

Rohmatunnisa, Dinna. 2006. Analisis Pelaksanaan Test of Control Audit Sistem Informasi Komputer Transaksi Pembelian Barang dan Jasa PT. AB dan Penyusunan Audit Program Substantive Test of Transaction. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

________. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Syahrul, Yura. 2002. Bapepam: Kasus Kimia Farma Merupakan Tindak Pidana.

(Online). Tersedia:

http://m.tempo.co/read/news/2002/11/04/05633339/Bapepam-Kasus-Kimia-Farma-Merupakan-Tindak-Pidana (3 Mei 2014)

Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Audit Berbasis ISA. Jakarta: Salemba Empat

Widyaningrum, Mardina Y. 2004. Pengaruh Resiko Pengendalian Terhadap Lingkup Pengujian Substantif Atas Saldo Persediaan. Skripsi. Bandung: Universitas Padjadjaran


(5)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI)

DRAFT USULAN PENELITIAN MAHASISWA

PROGRAM SARJANA (S-1)

Tanggal

Seminar/Sidang : 4 Juni 2014 Nama : Adityo Al Barwa

NIM : 1005426

Konsentrasi : Bisnis

Judul : ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK

MENILAI KEWAJARAN ASET

TELAH DIREVISI, DISETUJUI OLEH TIM PENGUJI / PENELAAH UNTUK ... ... ... ... ... ... . ... ... ... .

NO. PENGUJI / PENELAAH Tandatangan

1 Indah Fitriani SE., M.Ak., Ak., CA

2 Hj. Alfira Sofia ST., MM.

Bandung, Juni 2014

Mengetahui / Menyetujui; Pembimbing

R. Nelly Nur Apandi SE., M.Si., Ak


(6)

Adityo AlBarwa, 2014

ANALISIS PENGUJIAN PENGENDALIAN INTERNAL UNTUK M ENILAI KEWAJARAN ASET Univeritas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu