PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG.

(1)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Hanacundari Sumirah 1105073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG

Oleh

Hanacundari Sumirah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Hanacundari Sumirah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran IPA di SD ... 7

B. Metode Pembelajaran Eksperimen ... 9

1. Pembelajaran dengan Metode Eksperimen ... 9

2. Tujuan Metode Eksperimen ... 10

3. Prosedur atau Langkah-langkah Metode Eksperimen ... 10

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Eksperimen .. 11

C. Keterampilan Proses Sains ... 11

D. Penerapan Metode Eksperimen untuk Mengembangkan Ketermpilan Proses Sains Siswa SD di Kota Bandung ... 13

E. Materi Tentang Tanah ... 15


(5)

G. Kerangka Berfikir ... 18

H. Definisi Operasional ... 19

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 20

A. Metode Penelitian ... 20

B. Desain Penelitian ... 21

C. Lokasi Penelitian ... 22

D. Subjek Penelitian ... 22

E. Waktu Penelitian ... 22

F. Instrumen Penelitian ... 23

G. Prosedur Penelitian ... 25

H. Pengolahan dan Keabsahan Data ... 30

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Temuan Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 64

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Rekomendasi ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa dalam lembaga formal proses reproduksi nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini bagi anak adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Dalam Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dijelaskan bahwa :

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelasjahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA adalah salah satu pelajaran yang sangat penting di sekolah dasar. IPA bukan hanya sekumpulan ilmu dan pengetahuan. IPA juga mengandung cara-cara untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran IPA merupakan studi tentang masalah-masalah bagaimana manusia mengembangkan satu kehidupan yang lebih baik, baik dalam arti diri sendiri maupun untuk kepentingan sesamanya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh fakta dan didapat melalui percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik. Pembelajaran pun merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam disekitarnya, setelah melakukan investigasi terungkap fakta atau diperoleh data.


(7)

Tujuan IPA sendiri tidak hanya menekankan pada upaya pencapaian akademik melainkan juga berorientasi pada penanaman nilai-nilai IPA secara

komprehensif. KTSP menyatakan bahwa “pendekatan pembelajaran yang digunakan

untuk membelajarkan IPA adalah pendekatan yang berorientasi pada siswa”. Pembelajaran IPA yang fokus kajiannya adalah gejala alam, pada dasarnya harus dirancang sedemikian rupa sehingga pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan rasa ingin tahu pada siswa. Diharapkan pembelajaran IPA dapat dikemas dengan baik dan tidak ada kendala yang berarti.

Pada kenyataannya di lapangan peneliti menemukan bahwa pembelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Ketidaktahuan siswa mengenai kegunaan IPA dalam aplikasi sehari-hari menjadi penyebab mereka lekas bosan dan tidak tertarik pada pembelajaran IPA, Selain itu keaktifan dalam Keterampilan Proses Sains (KPS) dalam pembelajaran IPA masih belum terlihat optimal, ada beberapa siswa yang cenderung pendiam, dan tidak aktif dalam pembelajaran, ada juga siswa yang banyak melamun, tidak konsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, dan ketika guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa, hanya ada beberapa siswa saja yang aktif dan berani mengungkapkan pendapat dan bertanya kepada guru. Hasil pengamatan sejauh ini pembelajaran IPA di SD Negeri yang ada di Kota Bandung masih belum terlaksana secara baik dan maksimal sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada. Keadaan ini erat kaitannya dengan beberapa faktor yang merupakan penghambat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satunya yaitu penggunaan metode mengajar masih konvensional misalnya ceramah atau teacher center dimana guru hanya mengejar target kurikulum dan metode mengajar mengarah pada hapalan, tanpa memperhatikan siswa sudah memahami atau belum.

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa cenderung rendah, siswa kurang diberi kesempatan untuk mengoptimalkan panca indera yang ia miliki khususnya dalam hal mengamati. Dari segi aspek keterampilan proses sains menyimpulkan juga masih rendah, hanya beberapa siswa yang benar dalam hal meyimpulkan apa yang ditanyakan guru pada saat mengajar. Untuk aspek keterampilan proses sains mengkomunikasikan cenderung hanya


(8)

beberapa siswa saja yang aktif merespon pertanyaan guru, sedangkan kebanyakan dari siswa kelas V tersebut masih tergolong malu-malu atau bingung dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini diakibatkan dari penggunaan metode konvensional yang dikembangkan guru terhadap pembelajaran, siswa hanya menerima materi

pembelajaran “transfer of knowlage “dari guru bukan siswa yang aktif membangun pengetahuan.

Dengan terjadinya kondisi yang demikian tentunya akan sangat berpengaruh terhadap ketercapaian dari tujuan pembelajaran dalam hal ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Seperti halnya pada saat melakukan pembelajaran, peneliti memperoleh data hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA, masih terdapat siswa yang nilainya di bawah KKM, dari 26 siswa hanya 9 siswa (35%) yang nilainya diatas KKM dan sisanya 17 siswa (65%) yang nilainya masih dibawah KKM. Banyak faktor yang mampu mempengaruhi kurangnya motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran, yang salah satunya adalah karena faktor kurang menariknya proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan bagi siswa serta alat belajar yang tidak bervariasi.

Berdasarkan studi pendahuluan tadi, nampak ada masalah, dari permasalahan-permasalahan yang muncul, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain, metode eksperimen, metode inquiry, model kontruktivisme, dan yang lainnya. Namun dalam penelitian ini peneliti memutuskan untuk menerapan metode eksperimen yang dapat digunakan sebagai solusi dalam meningkatkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA tentang tanah. Terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sri Astuti (2012), menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut ditunjukkan pada siklus I sebesar 76%, siklus II sebesar 88%, dan siklus III sebesar 100%.

Metode eksperimen menurut Djamarah (dalam Heriawan, A., Darmajari., & Senjaya, A. 2012, hlm. 86) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan


(9)

percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul

“PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD DI KOTA BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan umum masalah

penelitian ini adalah “bagaimanakah penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada mata pelajaran

IPA?”

Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus di buat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapkan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA materi tanah di SD kelas V?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA materi tanah di SD kelas V?

3. Bagaimanakah perkembangan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA materi tanah di SD kelas V yang menerapkan metode eksperimen pada proses pembelajarannya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode eksperimen untuk


(10)

mengembangkan keterampilan proses sains siswa SD kelas V pada mata pelajaran IPA. Tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Memperoleh perencanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran IPA materi tanah di SD kelas V.

2. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA materi tanah di SD kelas V.

3. Mendeskripsikan perkembangan keterampilan proses sains (hasil) pada mata pelajaran IPA materi tanah di SD kelas V yang menerapkan metode eksperimen pada proses pembelajarannya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi pengembangan teoritis dan praktis. 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi mengenai penerapan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di SD kelas V.

b. Memberi informasi dan bukti empiris mengenai perkembangan keterampilan proses sains siswa berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran eksperimen 2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian bagi guru yaitu:

a. Menambah wawasan atau memperluas wawasan dan kompetensi mengenai penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa SD dalam pembelajaran

b. Meningkatkan keterampilan dalam menerapkan menerapkan metode pembelajaran sehingga guru dapat melaksanakan pembelajaran lebih bervariasi. Manfaat penelitian bagi siswa yaitu :

a. Siswa akan memperbaiki kualitas keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA untuk menjadi lebih baik.


(11)

b. Siswa akan mendapatkan motivasi sehingga bisa bersemangat untuk mengembangkan Keterampilan Proses Sains pada mata pelajaran IPA.

Manfaat penelitian bagi sekolah yaitu :

a. Turut memberi sumbangan dalam rangka meningkatkan kualitas sekolah dengan siswa yang mempunyai kemampuan yang baik dalam keterampilan proses sains. Manfaat penelitian bagi LPTK yaitu :

a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan motivasi untuk peneliti selanjutnya sehingga memberikan inovasi dalam penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada mata pelajaran IPA.


(12)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian tindakan ini dikembangkan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah dikenal lama dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru dan dosen di kelas (sekolah dan perguruan tinggi) tempat ia mengajar yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas proses pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Kelas suatu kegiatan ilmiah yang terdiri dari Penelitian+Tindakan+Kelas.

a. Penelitan merupakan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas merupakan sekelompok siswa yang sama dan menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Menurut Suharsimi, Arikunto. (dalam Iskandar. Hlm. 20) menyatakan bahwa

“Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersamaan”. Menurut Kunandar (dalam Iskandar. Hlm. 21) Penelitian Tindakan (Action Research) merupakan suatu kegiatan yang dilakuakn oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain (Kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti) yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki


(13)

dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diantaranya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dan dosen atau pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal dalam proses pembelajaran di kelas. (hlm. 21)

B. Desain Penelitian

Desain Penelitian berisi tahapan kegiatan pembelajaran penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan sebanyak tiga siklus dimana tahapan ini adalah tahap perencanaan, pelaksanaan dan observasi tindakan, ketiga hal ini sangat penting dilaksanakan karena merupakan hal pokok dalam pelaksanaan penelitian, ketika hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus atau kegiatan pertama terlihat kurang memuaskan maka akan diperbaiki pada pertemuan selanjutnya, dan dicarikan solusi-solusi terbaik untuk kegiatan pembelajaran pada siklus II, begitupun selanjutnya untuk siklus III.

Desain Penelitian yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas disesuaikan dengan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, Model Kemmis dan Mc Taggart (dalam Trianto. 2011. hlm 30-31) merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.

Dalam perencanaannya, Kemmis menggunakan system spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang, pemecahan masalah. Pola dasar model PTK menurut Kemmis & Taggart di tunjukkan pada gambar bagan di bawah ini :


(14)

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Spiral Kemmis & Taggart (dalam Trianto. 2012.)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di salah satu SD Negeri yang ada di Kota Bandung. Sekolah tersebut dijadikan sebagai tempat penelitian karena peneliti melaksanakan Pendidikan Lapangan Propesi (PLP) di lembaga tersebut. Yang diteliti adalah tentang penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan Keterampilan Proses Sains pada mata pelajaran IPA kelas V.

D. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas V SD yang terdiri dari 26 siswa dengan komposisi laki-laki 9 orang dan perempuan 17 orang. Subjek yang akan diteliti adalah siswa SD Negeri Kota Bandung. Penelitian dilakukan di kelas V dengan alasan adanya kekurangan dalam keterampilan proses sains siswa terhadap materi tentang tanah.

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Tepatnya pada bulan April 2015, yaitu diadakan pada tanggal 23 April sampai dengan 12 Mei 2015 yang terdiri dari tiga siklus. Siklus I dilaksanakan pada


(15)

hari Kamis tanggal 23 April 2015, siklus II pada hari Senin tanggal 27 April 2015 dan siklus III pada hari Selasa 12 Mei 2015.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan yaitu instrument pembelajaran dan instrument pengumpulan data. Instrument pembelajaran merupakan semua perangkat yang menjadi penunjang dalam pelaksanaan pembelajaran, sedangkan instrument pengumpulan data merupakan perangkat yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

1. Instrumen pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Menurut Muslich, M. 2008. hlm 53. Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP inilah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Karena itu, RPP harus mempunyai daya terap (applicable) yang tinggi. Tanpa perencanaan yang matang, mustahil target pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dimaksud pada penelitian ini adalah RPP yang digunakan selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan langkah-langkah metode eksperimen yang ada pada kegiatan inti.

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan eksperimen seperti: 1) Tanah Liat

2) Tanah Kebun 3) Tanah Humus 4) Gelas Plastik 5) Air

6) Pengaduk 7) Baskom


(16)

8) Tanaman c. Buku d. Papan Tulis e. Penghapus f. Spidol

g. Lembar Kerja Siswa (LKS)

2. Instrument Pengungkap Data Penelitian

Menurut Trianto. 2011. hlm. 55. Instrument merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam pelaksanaan PTK. Jenis instrument harus sesuai dengan karakteristik variabel yang diamati. Instrument penelitian digunakan selama tindakan berlangsung. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk membantu kelancaran penelitian dan untuk melihat perkembangan proses PTK. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Lembar Observasi (Non Tes)

Lembar observasi besifat terstuktur, yaitu sudah terdapat pedoman-pedoman terinci yang berisi langkah-langkah yang dilakukan sehingga pengamat tinggal melakukan deskripsi mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Lembar Observasi terdiri dari :

1) Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelola Proses Belajar Mengajar (PBM)

Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam mengelola PBM. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan guru, direkam atau diungkap melalui observasi dilakukan oleh tiga orang observer (teman sejawat) 2) Lembar Pengamatan Aktivitas siswa dalam Proses Belajar Mengajar (PBM)

Lembar ini dipergunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam PMB. Lembar ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan siswa. direkam atau diungkap melalui observasi dilakukan oleh tiga orang observer (teman sejawat) b. Lembar Kerja Siswa (Tes)

Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa LKS buatan guru. LKS diberikan pada saat melakukan percobaan/eksperimen. LKS berisi


(17)

pertanyaan-pertanyaan mengenai percobaan yang telah dilakukan yang harus dijawab oleh siswa. Pertanyaan-pertanyaan dalam LKS bertujuan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa. Pemilihan materi LKS mengacu pada indikator yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir) dan indikator yang ada dalam keterampilan proses sains yang akan diukur.

c. Catatan Lapangan

Menurut Trianto. 2011. hlm 55-57. Masalah utama dalam observasi adalah bagaimana bisa mengingat data lapangan dalam kurun waktu cukup lama, sebab seringkali tidak mungkin mengobservasi sambil membuat catatan yang rinci, untuk kemudian mencatatnya dengan rinci dalam bentuk catatan lapangan. Catatan lapangan berisi rangkuman seluruh data lapangan yang terkumpul selama sehari atau periode tertentu, yang disusun berdasarkan catatan pendek, catatan harian dan juga mencakup data terkait yang berasal dari dokumen, rekaman, dan catatan telaah dan pemahaman terhadap situasi sosial yang bersangkutan.

Catatan : lembar observasi lampiran 3.13, 3.14 dan 3.15 dan tes Lembar Kerja Siswa (LKS) lampiran 2.7, 2.8 dan 2.9.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan ditempuh terdiri atas III siklus yang saling berkaitan dan berkesinambungan.

1. Tahap Perencanaan

a. Menyusun Proposal penelitian b. SK pembimbing

c. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah selaku pimpinan sekolah.

d. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains.

e. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis metode pembelajaran eksperimen untuk meningkatkan keterampilan proses sains


(18)

g. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS)

h. Membuat instrument yang digunakan dalam siklus PTK. 2. Tahap Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan akan dilakukan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai. Langkah-langkah yang peneliti laksanakan adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

Tabel 3.1

Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

No. Kegiatan Bulan April Minggu ke-

1 2 3 4

1. Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan langkah-langkah metode pembelajaran eksperimen

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai dengan indikator yang ingin dicapai

c. Merencanakan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembelajaran

d. Membuat lembar observasi aktivitas guru, lembar obsevasi aktivitas siswa dan catatan lapangan

2. Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan berdasarkan RPP yang dibuat pada siklus I yang meliputi, pembukaan, kegiatan inti dan penutup. Dalan pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini terdapat langkah-langkah metode eksperimen diantaranya :

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran eksperimen


(19)

yang akan dilakukan

c. Menjelaskan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam kegiatan eksperimen

d. Menjelaskan fungsi alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam kegiatan eksperimen

e. Membimbing dan memfasilitasi siswa untuk memulai percobaan dengan bimbingan guru f. Mendiskusikan kesimpulan hasil percobaan 3. Observasi

observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung serta meminta observer untuk mengamati dan mencatat proses pembelajaran terutama aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Selain observasi dilakukan juga tes berupa Lembar Kerja Siswa (LKS)

4. Refleksi

Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran dengan diamati oleh observer, maka peneliti melakukan refleksi. Data diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran eksperimen. Peneliti dan observer melakukan tanya jawab guna menemukan masalah yang timbul dalam pembelajaran dengan penerapan metode eksperimen hal ini dimaksud untuk melakukan perbaikan pada siklus II, sehingga diharapkan


(20)

pada siklus II lebih baik dan ada peningkatan lagi keterampilan proses sains siswanya.

2. Siklus II

Tabel 3.2

Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II

No. Kegiatan Bulan April Minggu ke-

1 2 3 4

1. Perencanaan

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan dari hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus I dan merencanakan alat dan bahan yang akan digunakan pda pembelajaran siklus II

2. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen dengan memperhatikan perencanaan yang disusun sebelumnya sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I.

3. Observasi

Peneliti dibantu oleh para observer yang bertugas mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti dibantu oleh para observer melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II untuk memperbaiki di siklus selanjutnya, serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan ketika pelaksanaan siklus.


(21)

3. Siklus III

Tabel 3.3

Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus III

No. Kegiatan Bulan Mei Minngu ke-

1 2 3 4

1. Perencanaan

Peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan dari hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus II dan merencanakan alat dan bahan yang akan digunakan pda pembelajaran siklus III

2. Pelaksanaan

Melaksanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen dengan memperhatikan perencanaan yang disusun sebelumnya sesuai dengan hasil refleksi pada siklus II.

3. Observasi

Peneliti dibantu oleh para observer yang bertugas mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti dibantu oleh para observer melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus III untuk memperbaiki di siklus selanjutnya, serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan ketika pelaksanaan siklus.


(22)

H. Pengolahan dan Keabsahan Data 1. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang berisikan informasi atau dinyatakan dengan kata-kata.

a. Analisis Data Kualitatif

Aktivitas dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (dalam Sutopo, 2010, hlm. 7) yang telah dimodifikasi oleh peneliti sebagai berikut:

1) DataReduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti.Mereduksi data berarti merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta membuang yang tidak perlu.

2) Klasifikasi Data

Data yang telah diperoleh dari lapangan dikelompokkan berdasarkan aktivitas guru dan aktivitas siswa kedalam jenis-jenis kegiatan pembelajaran berupa kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

3) Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif dan grafik.

4) Analisis Data

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menafsirkan kegiatan pembelajaran yang sudah baik dan belum baik sesuai rencana.Kegiatan yang belum baik dicari penyebabnya dan memberikan solusi untuk memperbaikinya.

5) Penarikan Kesimpulan

Kegiatan ini dilakukan untuk menyimpulkan hasil pengolahan data. b. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes berupa LKS untuk mengetahui sejauh mana perkembangan keterampilan proses sains siswa. Adapun pengolahan data kuantitatifnya adalah sebagai berikut:


(23)

Skor yang diperoleh siswa dalam tes yang berupa LKS kemudian diubah dalam bentuk presentase yang menggunakan rumus:

(Aqib, Zainal, dkk, 2009, hlm 40) 2)Penghitungan Data Rata-rata Nilai Kelas

� =

∑� (Aqib, Zainal, dkk, 2009, hlm 40) Keterangan :

� = Nilai rata-rata kelas

x = Jumlah nilai yang diperoleh peserta tes

n = Jumlah peserta tes

3)Mengolah Data Lembar Kerja Siswa mengenai KPS

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan bertujuan untuk mengetahui pencapaian keterampilan proses sains siswa. Pencapaian KPS siswa dilihat dari IPK (Indeks Prestasi Kelompok), disamping itu pun ketuntasan belajar IPA dapat ditentukan berdasarkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yakni 70. Menghitung IPK untuk menentukan kategori pencapaian KPS menggunakan rumus sebagai berikut:

Panggabean, 1989 (Sa’adah, 2011)

Keterangan :

IPK = Indeks Pencapaian Kelompok Mean = Rata-rata Kelas

SMI = Skor maksimum jika soal benar semua

Untuk menentukan kategori IPK pada capaian KPS dari segi intelektual/kognitif mengacu pada Tabel 3.1 berikut ini.

Nilai = u a

a a X 100

IPK = Mea


(24)

Tabel 3.4 . Klasifikasi Persentase IPK Presentase Kategori

>90% Sangat Terampil

75% - 89% Terampil

55% - 74% Cukup Terampil 31% - 54% Kurang Terampil

<30% Sangat Kurang Terampil

Panggabean, 1989 (Sa’adah) b. Keabsahan Data

Keabsahan data pada penelitian kualitatif membuktikan nilai kebenaran data dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa dan filed notes. Dalam penelitian ini keabsahan data dibuktikan dengan tiga hal, yaitu :

1) Alat pengumpul data berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang bersifat terbuka.

2) Alat pengumpul data berupa LKS disusun sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada indikator Keterampilan Proses Sains.

3) Teknik Triangulasi Data

“Triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber” (Sugiyono, 2013,

hlm. 372). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa triangulasi merupakan kegiatan membandingkan data kualitatif dari satu sumber dengan sumber yang lainnya. Oleh sebab itu, untuk menguji kredibilitas data kualitatif, maka data filed notes, lalu dicek dengan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari observer dan peneliti (guru).

Filed Notes

Observer Peneliti


(25)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana dideskripsikan pada Bab IV, penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut.

1. Perencanaan dengan menerapkan metode eksperimen pada materi Tanah di kelas V SD di kota Bandung pada dasarnya disusun dengan sistematika yang sama dengan RPP yang biasa dibuat oleh guru. Namun demikian, RPP yang disusun dengan menerapkan metode eksperimen memiliki ciri khas dalam kegiatan intinya, yaitu memuat langkah-langkah yang ada pada metode eksperimen, langkah-langkah tersebut adalah : menjelaskan tujuan eksperimen, memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen, menjelaskan tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat, selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen dan setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab. Perencanaan dalam penelitian ini mengalami perubahan dan perbaikan secara bertahap berdasarkan hasil refleksi. Perencanaan untuk setiap siklus pada umumnya sama, tetapi ada beberapa perbedaan. Perbedaan pada setiap siklus tergantung dari hasil observasi serta refleksi dari siklus sebelumnya. Sehingga perencanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih baik lagi. Perencanaan ini juga dijadikan sebagai acuan selama penelitian berlangsung. 2. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen pada

mata pelajaran IPA materi Tanah di kelas V SD Negeri di Kota Bandung dapat meningkatkan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen diantaranya, siswa mengamati atau mengobservasi pada saat kegiatan eksperimen,


(26)

kemudian siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dan mengkomunikasikan dengan membuat laporan hasil pengamatan. Adapun aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diantaranya, menjelaskan tujuan eksperimen yang akan dilakukan, menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan eksperimen, membimbing siswa dalam kegiatan eksperimen dan langkah terakhir mengumpulkan hasil eksperimen, mendiskusikan dan mengevaluasi, agar kegiatan tersebut mempunyai makna dan siswa dapat mengetahui secara benar kesimpulan dari kegiatan eksperimen yang telah dilakukan pada pembelajaran IPA.

3. Perkembangan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkannya metode eksperimen dapat dikatakan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil tes LKS yang mencakup indikator keterampilan proses sains di setiap siklusnya. Perolehan persentase keterampilan proses sains hasil tes LKS Keterampilan proses sains siswa maupun persentase hasil belajar siswa meningkat dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I persentase keterampilan proses sains siswa pada aspek keterampilan mengamati 44% dengan kategori kurang terampil, untuk pencapaian aspek keterampilan menyimpulkan sebesar 52% dengan kategori kurang terampil. Untuk pencapaian aspek keterampilan mengkomunikasikan sebesar 54% dengan kategori kurang terampil. Pada siklus II mengalami peningkatan yakni untuk aspek keterampilan mengamati meningkat menjadi 83% dengan kategori terampil, untuk aspek menyimpulkan menjadi 75% dengan kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan menjadi 73% dengan kategori cukup terampil. Dan pada siklus III untuk aspek mengamati menjadi 98% kategori sangat terampil, untuk aspek keterampilan menyimpulkan sebesar 87% kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan sebesar 83% kategori terampil. Selain itu persentase hasil belajar pun mengalami peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I hasil ketuntasan belajar mencapai 38%, pada siklus II 77% dan untuk siklus III meningkat menjadi 92%.


(27)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa maka peneliti akan memberikan saran untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas khususnya untuk mata pelajaran IPA disekolah dasar sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, sebaiknya guru membuat perencanaan pembelajaran yang matang, agar pembelajaran dapat berjalan lebih optimal. Selain itu penerapan metode eksperimen bisa dijadikan inovasi dan alternatif dalam pembelajaran IPA yang dapat guru lakukan untuk mampu mengembangkan keterampilan proses sains, dengan mengarahkan siswa terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, tidak hanya menjadi subjek pasif dalam pembelajaran IPA ataupun dalam membangun pengetahuan yang ingin mereka dapatkan, karena dari pengetahuan yang ditemukan sendiri dapat membuat ingatan pada diri siswa lebih panjang dan hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

2. Bagi Sekolah

Sekolah seharusnya mendukung dan memotivasi guru untuk menerapkan model, metode dan strategi pembelajaran yang inovatif dengan menyediakan sumber belajar yang relevan dengan perkembangan kognitif siswa, sekolah dasar yang berada pada fase konkrit. Sehingga rekonstruksi mereka dalam membangun pengetahuan lebih baik lagi. Ataupun penulis sering melihat sumber belajar yang dibiarkan berdebu tanpa dipakai oleh siswanya, semoga ke depannya dapat didayagunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi siswanya. 3. Bagi Siswa

Dengan tekhnlogi yang saat ini sudah sangat berkembang siswa diharapkan dapat memanfaatkannya untuk hal yang positif seperti mempelajari contoh-contoh kegiatan eksperimen untuk siswa Sekolah Dasar, jangan malas membaca, karena kita sebagai mahluk Allah diberikan alat indera yang sempurna dan akal, maka


(28)

jika ingin mendapatkan pengetahuan baru, jangan hanya menunggu guru yang memberikan pengetahuan tersebut. Tapi kita harus mencoba menggali pengetahuan yang ingin kita dapat itu. Melalui media belajar buku, media elektronik, media cetak ataupun lingkungan dimana siswa berada sebagai sumber belajar kita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penerapan metode eksperimen disarankan tidak hanya menggunakan invetigasi/penemuannya melalui percobaan saja, namun dengan inovasi dari berbagai macam media pembelajaran, seperti buku, video dsb. Sehingga keterampilan proses sains pada diri siswa lebih meningkat lagi.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, Dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB, TK. Bandung. CV Yrama Widya.

Astuti, D. S. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Sifat-sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Depdikdas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Heriawan, A., Darmajari., & Senjaya, A. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis. Serang-Banten : LP3G (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru)

Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group

Mulyana, E.H. (2013). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Upi Bandung : Tidak diterbitkan

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara

Nasution, N, dkk. (2008). Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Nendra. S. (2011). Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa tentang Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keseimbangan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA. Skripsi : Universitas Pendidikan Indonesia


(30)

Rositawaty, S., & Muharam, Aris. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5 Untuk Kelas V SD/MI. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional

Ramdan, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa pada Pembelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Retnasari, D. (2014). Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Sifat-sifat Cahaya Dengan Penerapan Metode Eksperimen. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sulistyowati. E, & Wisudawati. A.W, (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta : Bumi Aksara.

Sunariah, E. R. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Pembelajaran IPA Tentang Energi Dan Perubahannya. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Sutopo, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan Nvivo. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara


(31)

Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.


(1)

kemudian siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang telah dilakukan dan mengkomunikasikan dengan membuat laporan hasil pengamatan. Adapun aktivitas yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diantaranya, menjelaskan tujuan eksperimen yang akan dilakukan, menjelaskan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan eksperimen, membimbing siswa dalam kegiatan eksperimen dan langkah terakhir mengumpulkan hasil eksperimen, mendiskusikan dan mengevaluasi, agar kegiatan tersebut mempunyai makna dan siswa dapat mengetahui secara benar kesimpulan dari kegiatan eksperimen yang telah dilakukan pada pembelajaran IPA.

3. Perkembangan keterampilan proses sains siswa setelah diterapkannya metode eksperimen dapat dikatakan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan perolehan hasil tes LKS yang mencakup indikator keterampilan proses sains di setiap siklusnya. Perolehan persentase keterampilan proses sains hasil tes LKS Keterampilan proses sains siswa maupun persentase hasil belajar siswa meningkat dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I persentase keterampilan proses sains siswa pada aspek keterampilan mengamati 44% dengan kategori kurang terampil, untuk pencapaian aspek keterampilan menyimpulkan sebesar 52% dengan kategori kurang terampil. Untuk pencapaian aspek keterampilan mengkomunikasikan sebesar 54% dengan kategori kurang terampil. Pada siklus II mengalami peningkatan yakni untuk aspek keterampilan mengamati meningkat menjadi 83% dengan kategori terampil, untuk aspek menyimpulkan menjadi 75% dengan kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan menjadi 73% dengan kategori cukup terampil. Dan pada siklus III untuk aspek mengamati menjadi 98% kategori sangat terampil, untuk aspek keterampilan menyimpulkan sebesar 87% kategori terampil serta aspek keterampilan mengkomunikasikan sebesar 83% kategori terampil. Selain itu persentase hasil belajar pun mengalami peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada siklus I hasil ketuntasan belajar mencapai 38%, pada siklus II 77% dan untuk siklus III meningkat menjadi 92%.


(2)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan penerapan metode eksperimen untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa maka peneliti akan memberikan saran untuk perbaikan proses pembelajaran di kelas khususnya untuk mata pelajaran IPA disekolah dasar sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, sebaiknya guru membuat perencanaan pembelajaran yang matang, agar pembelajaran dapat berjalan lebih optimal. Selain itu penerapan metode eksperimen bisa dijadikan inovasi dan alternatif dalam pembelajaran IPA yang dapat guru lakukan untuk mampu mengembangkan keterampilan proses sains, dengan mengarahkan siswa terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru, tidak hanya menjadi subjek pasif dalam pembelajaran IPA ataupun dalam membangun pengetahuan yang ingin mereka dapatkan, karena dari pengetahuan yang ditemukan sendiri dapat membuat ingatan pada diri siswa lebih panjang dan hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

2. Bagi Sekolah

Sekolah seharusnya mendukung dan memotivasi guru untuk menerapkan model, metode dan strategi pembelajaran yang inovatif dengan menyediakan sumber belajar yang relevan dengan perkembangan kognitif siswa, sekolah dasar yang berada pada fase konkrit. Sehingga rekonstruksi mereka dalam membangun pengetahuan lebih baik lagi. Ataupun penulis sering melihat sumber belajar yang dibiarkan berdebu tanpa dipakai oleh siswanya, semoga ke depannya dapat didayagunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi siswanya. 3. Bagi Siswa

Dengan tekhnlogi yang saat ini sudah sangat berkembang siswa diharapkan dapat memanfaatkannya untuk hal yang positif seperti mempelajari contoh-contoh kegiatan eksperimen untuk siswa Sekolah Dasar, jangan malas membaca, karena kita sebagai mahluk Allah diberikan alat indera yang sempurna dan akal, maka


(3)

jika ingin mendapatkan pengetahuan baru, jangan hanya menunggu guru yang memberikan pengetahuan tersebut. Tapi kita harus mencoba menggali pengetahuan yang ingin kita dapat itu. Melalui media belajar buku, media elektronik, media cetak ataupun lingkungan dimana siswa berada sebagai sumber belajar kita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penerapan metode eksperimen disarankan tidak hanya menggunakan invetigasi/penemuannya melalui percobaan saja, namun dengan inovasi dari berbagai macam media pembelajaran, seperti buku, video dsb. Sehingga keterampilan proses sains pada diri siswa lebih meningkat lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal, Dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB, TK. Bandung. CV Yrama Widya.

Astuti, D. S. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Sifat-sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Depdikdas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Heriawan, A., Darmajari., & Senjaya, A. (2012). Metodologi Pembelajaran Kajian Teoritis Praktis. Serang-Banten : LP3G (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru)

Iskandar. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press Group

Mulyana, E.H. (2013). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Upi Bandung : Tidak diterbitkan

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara

Nasution, N, dkk. (2008). Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Nendra. S. (2011). Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa tentang Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keseimbangan Lingkungan dalam Pembelajaran IPA. Skripsi : Universitas Pendidikan Indonesia


(5)

Rositawaty, S., & Muharam, Aris. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 5 Untuk Kelas V SD/MI. Bandung : Departemen Pendidikan Nasional

Ramdan, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Ranah Kognitif Siswa pada Pembelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Retnasari, D. (2014). Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Sifat-sifat Cahaya Dengan Penerapan Metode Eksperimen. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Indeks

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sulistyowati. E, & Wisudawati. A.W, (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta : Bumi Aksara.

Sunariah, E. R. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Pembelajaran IPA Tentang Energi Dan Perubahannya. Skripsi Jurusan PGSD FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Sutopo, A. (2010). Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan Nvivo. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara


(6)

Trianto. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.