TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan.

(1)

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN (STUDI TENTANG PEMBAWAAN VOKAL TEMBANG SUNDA

CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Musik

Oleh

G.J. Setra Pramudita 1103923

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN

(STUDI TENTANG PEMBAWAAN VOKAL TEMBANG

SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN)

Oleh

G.J. Setra Pramudita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Musik Fakultas Pendidikan Seni dan Desain.

© G.J. Setra Pramudita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN

(STUDI TENTANG PEMBAWAAN VOKAL TEMBANG SUNDA

CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN)

Oleh

G.J. Setra Pramudita 1103923

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr.Uus Karwati, S. Kar. M.Sn. NIP.196506231991012001

Pembimbing II

Iwan Gunawan, S.Pd. M.Sn NIP.197401012003121001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Seni Musik

Drs. Agus Firmansyah, M. Pd. NIP. 196208301995121001


(4)

iv

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah mendeskripsikan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dengan cara mendeskripsikan penyajian vokal di dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Tujuan dlakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui esensi tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori gaya dari Supanggah dan Soepandi dan teknik vokal menurut Rosliani dan Karwati. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analisis, dengan pendekatan kualitatif yang bersifat alamiah dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang sesuai dengan masalah yang diajukan. Temuan dari hasil penelitian mengenai penyajian lagu yaitu struktur penyajian tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, lagu dan syair tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, Musik pengiring di dalam pertunjukan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, dan tata pentas pertunjukan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Teumuan selanjutnya adalah tentang ciri vokal yang menjadi gaya khas tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan yang meliputi sikap badan, teknik pernafasan, placement,diksi, ornament, dan ambitus dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.


(5)

iv

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The background of this study is to describe tembang Sunda Cianjuran Bojongherangan style by describing the presentation of vocals in the

tembang Sunda Cianjuran Bojongherangan style. Purpose of this study was to determine the essence of the tembang Sunda Cianjuran Bojongheranganstyle. The cornerstone of the theory used in this research is the theory of Supanggah and Soepandi style and vocal technique according Rosliani and Karwati. The method in this research is descriptive analysis with qualitative approach that is natural with the aim to address issues in accordance with the presenting problem. The findings of the research concerning the presentation of the song that is the structure of the presentation of tembang Sunda Cianjuran Bojongheranganstyle, song and lyric tembang Sunda Cianjuran Bojongheranganstyle, music accompaniment in the show tembang Sunda Cianjuran Bojongheranganstyle, and grammar stage show tembang Sunda Cianjuran Bojongheranganstyle. Next finding is about the vocal characteristics of the typical style of tembang Sunda Cianjuran Bojongheranganstyle which includes postures, breathing techniques, placement, diction, ornament, and ambitus Cianjuran Bojongherangan style.


(6)

v

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR FOTO... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN.. ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat/Signifikasi Penelitian ... 4

E. Struktur Organisasi Skrpsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORETIS A. Tembang Sunda Cianjuran... 6

1. Istilah Tembang Sunda Cianjuran ... 6

2. Sejarah dan Perkembangan Tembang Sunda Cianjuran ... 7

3. Bentuk dan Konsep Tembang Sunda Cianjuran... 16

4. Wanda dalam Tembang Sunda Cianjuran.... 18

5. Teknik Vokal Tembang Sunda Cianjuran... 24

B. Riwayat Perkembangan Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan 36

1. Masa Awal Kemunculan ... 37

2. Masa Vakum ... ... 42

3. Masa Penutupan Diri ... 43

4. Masa Penghidupan Kembali... 45


(7)

vi

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Laras... 51

1. Konsep Dasar Laras... 52

2. Laras dalam Kenyataan di Lapangan... 56

E. Analisis Musik... 57

F. Penelitian Terdahulu………. 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 60

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 64

C. Pengumpulan Data ... 67

D. Teknik Pengumpulan Data... 70

E. Tahap-tahap Pengumpulan Data... . 71

F. Analisis Data... 72

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan ... 75

1. Penyajian Lagu Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan... 75

2. Ciri Vokal yang Menunjukan Gaya Khas Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan... ... 95

B. Pembahasan ... 111

1. Penyajian Lagu Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan... 111

2. Ciri Vokal yang Menunjukan Gaya Khas Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan... ... 128

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 155

B. Implikasi ... 156

C. Rekomendasi... 157

DAFTAR PUSTAKA... 158

GLOSARIUM………. 160

LAMPIRAN-LAMPIRAN... . 163


(8)

1

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tembang Sunda merupakan salah satu rumpun seni vokal yang berkembang di Jawa Barat. Ciri yang paling menonjol dari seni vokal yang terhimpun dalam

tembang Sunda adalah irama dalam repertoar lagunya sebagian besar berirama

merdika atau tidak memiliki ketukan yang ajeg. Seni vokal yang terhimpun dalam rumpun tembang Sunda diantaranya adalah tembang Sunda Cianjuran, Ciawian, Cigawiran, Pager Ageungan, macapat, pantun Sunda, dan beluk.

Dari sekian banyak seni vokal yang terhimpun dalam rumpun tembang Sunda, tembang Sunda Cianjuran merupakan jenis seni vokal yang lebih dikenal masyarakat dibanding dengan seni vokal yang lain. Faktor yang mempengaruhi eksistensi tembang Sunda Cianjuran adalah estetika musikal yang tinggi. Beberapa tokoh seniman tembang Sunda Cianjuran menyebutkan bahwa seni ini sudah mencapai puncak kekaryaan. Kesenian ini disebut juga seni adiluhung. Anggapan ini sangat beralasan karena dalam menyanyikan tembang Sunda Cianjuran dihadapkan dengan kaidah-kaidah ornamen yang sangat bervariatif, hal inilah yang mempengaruhi kualitas estetika musikal tembang Sunda Cianjuran. Selain estetika musikal, faktor yang mendukung eksistensi tembang Sunda Cianjuran adalah pembinaan atau regenerasi yang berkesinambungan dan dilakukan secara formal seperti sekolah ataupun secara non formal seperti di sanggar seni. Pada saat ini yang secara kontinyu melakukan regenerasi ini salah satunya adalah perkumpulan tembang Sunda Cianjuran yang ada di tiap daerah. Adapun instansi kependidikan seperti SMKN 10 Bandung (SMKI-KOKAR), ISBI (eks. STSI), dan UPI Bandung memasukan tembang Sunda Cianjuran menjadi salah satu mata pelajaran atau mata kuliahnya. Melalui proses tersebut, regenerasi dalam tembang Sunda Cianjuran akan terjaga secara lebih baik.

Menurut Aki Dadan (Wawancara, 18 Juni 2015) di dalam tembang Sunda Cianjuran terdapat berbagai aliran atau gaya. Ada empat gaya yang dikenal dalam

tembang Sunda Cianjuran yakni gaya Bojongherangan, gaya Kauman, gaya


(9)

2

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diberi nama sesuai dengan tempat lahir dan tempat berkembangnya gaya tersebut. Diantara keempat gaya tersebut, gaya Bojongherangan memiliki ciri khas dalam pembawaanya. Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan tersebut berkembang di daerah Bojongherang dan Selakopi Cianjur.

Walaupun memiliki ciri khas yang unik, penyebaran tembang Sunda Cianjuran

gaya Bojongherangan tidak seperti ketiga gaya lainnya. Gaya Kebon Kembang, Kauman, dan Pasarbaruan menyebar hampir ke seluruh wilayah Jawa Barat setelah R.A.A. Wiranatakusumah V memerintahkan untuk menyebarkan seni ini. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diperkirakan bahwa tembang Sunda Cianjuran yang biasa kita kenal berasal dari mamaos gaya Kebon Kembang, Kauman, dan Pasarbaruan.

Kendatipun tidak menyebar di seluruh Jawa Barat, tembang Sunda Cianjuran

gaya Bojongherangan masih diperbincangkan di dalam percaturan tembang Sunda Cianjuran. Salah satu indikasinya yakni dengan hadirnya sebagian penembang yang membawakan Bojongherangan ini dalam Pasanggiri Tembang Sunda Cianjuran.

Akan tetapi dalam kehadirannya didalam Pasanggiri Tembang Sunda Cianjuran, gaya Bojongherangan menghadapi permasalahan terutama di kalangan para juri dan seniman. Mereka berpendapat bahwa gaya ini kurang ngalagena bila dibanding dengan tembang Sunda Cianjuran pada umumnya. Berdasarkan anggapan tersebut, peserta pasangiri yang membawakan gaya ini jarang yang masuk ke dalam nominasi.

Perbedaan pembawaan gaya dalam sebuah kesenian adalah hal yang sah. Namun kondisi sosial sebuah kesenian menganggapi hal ini dengan berbeda. Ada yang menerima perbedaan sebuah gaya, adapula yang bereaksi keras tidak menerima hadirnya sebuahgaya. Kalangan tembang Sunda Cianjuran adalah kalangan yang kurang bisa menerima hadirnya sebuah gaya yang ada dalam kesenian tersebut. Dengan seperti itu kemunculan gaya Bojongherang menjadi sebuah polemik yang berkepanjangan dan tidak pernah ada penyelesaiannya.

Latar belakang tersebut sangat menarik perhatian peneliti untuk mengetahui tentang esensi tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan yang selama ini menjadi perbincangan para seniman tembang Sunda Cianjuran. Berdasarkan data


(10)

3

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di lapangan ternyata informasi tentang gaya Bojongherangan di kalangan para seniman Cianjuran tidak banyak mereka ketahui. Sehingga pengetahuan tentang

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan belum bisa diperoleh secara jelas. Berdasarkan latar permasalahan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui keberadaan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan yang sampai saat ini masih berkembang di wilayah Bojongherang Cianjur.

Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan berdasarkan pengamatan sementara, dapat diidentifikasi perbedaanya dibanding tembang Sunda Cianjuran

pada umumnya. Perbedaan pada gaya Bojongherangan ini secara auditif terletak didalam ornamentasi, pedotan (frasering), dan teknik produksi suara. Namun demikian agar lebih jelas letak perbedaan dari tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan ini perlu diteliti lebih dalam melalui observasi di lapangan agar hasil penelitian lebih kredibel.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti berupaya menggali keunikan gaya

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dan mendeskripsikannya. Hal ini bertujuan agar gaya ini dapat lebih dipahami baik oleh peneliti maupun pemerhati tembang Sunda Cianjuran. Karya tulisan yang mengupas tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan sampai saat ini masih terbatas, semoga dengan adanya tulisan ini akan menambah referensi tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Agar tulisan ini mendapatkan kejelasan, maka difokuskan dengan judul: Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

(Studi tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya

Bojongherangan).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, di dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan ?”. Agar penelitian ini lebih terfokus maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penyajian lagu pada tembang Sunda Cianjuran gaya


(11)

4

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimanakah ciri pembawaan vokal yang menjadi gaya khas tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan diatas, yakni:

1. Mendeskripsikan penyajian lagu dalam tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan.

2. Untuk mengetahui ciri pembawaan vokal pada tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan.

D. Manfaat Signifikasi Penelitian

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini akan memberi manfaat, manfaat tersebut dibagi kedalam empat aspek yakni:

1.Segi teori

Penelitian terhadap tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan sampai saat ini masih kurang. Diharapkan dengan penelitian ini akan menambah kepustakaan tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan yang nantinya akan menghasilkan teori-teori baru dalam tembang Sunda Cianjuran

gaya Bojongherangan.

2.Segi Kebijakan

Penelitian yang membahas tentang analisis tembang Sunda sudah banyak dilakukan para peneliti, terutama masalah sejarah dan perkembangan tembang Sunda Cianjuran. Namun demikian pembahasan tentang keberadaan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dan analisis pembawaan vokal lagu-lagunya sampai saat ini belum terbahas oleh para peneliti lain. Dengan demikian hasil kajian didalam penelitian ini diharapkan akan memberi dampak positif didalam keilmuan tembang Sunda di Jawa Barat.


(12)

5

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.Segi Praktik

Penelitian tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan

diharapkan akan memberi gambaran yang jelas tentang esensi tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan tersebut. Hasil penelitian tentang kajian vokal

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan tersebut diharapkan secara keilmuan bermanfaat bagi peneliti dan para praktisi vokal tembang khususnya dalam mengembangkan praktek vokal tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan. Hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi UPI khususnya Departemen Pendidikan Musik sebagai perangkat pembelajaran di dalam mata kuliah vokal daerah.

4.Segi Isu serta Aksi Sosial

Hasil penelitian ini kelak akan bermanfaat sebagai tambahan kekayaan ilmu pengetahuan khususnya di bidang vokal tembang Sunda Cianjuran di Jawa Barat.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan struktur organisasi skripsi ini disusun berdasarkan konsep berikut: BAB I Pendahuluan, meliputi bahasan mengenai: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat /Signifikasi Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II Kajian Pustaka, membahas tentang: Tembang Sunda Cianjuran, sejarah

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, gaya, laras dan analisis musik. BAB III Metode Penelitian, ruang lingkupnya terdiri dari: Desain Penelitian, Partisipan dan Tempat Penelitian, Pengumpulan Data, dan Analisis Data.

BAB IV Temuan dan Pembahasan, meliputi Pemaparan Data hasil penelitian berikut pembahasan tentang lagu-lagu dan ciri khas tembang Sunda Cianjuran

gaya Bojongherangan.

BAB V Simpulan, implikasi dan rekomendasi menyajikan Simpulan dan Saran dari penelitian ini.


(13)

60

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Proses penelitian ini melalui beberapa tahapan. Sebelum melakukan penelitian secara langsung, peneliti terlebih dahulu membuat rancangan penelitian atau desain penelitian. Desain ini menjelaskan secara rinci mengenai keseluruhan rancangan penelitian mulai dari studi pendahuluan, perumusan masalah, pemilihan pendekatan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan analisis data.

Adapun tahapan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1: desain penelitian tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan (Sumber: Pengembangan konsep dari: Karwati, 2015)

Awal

Studi empiris dan teori

Proses

Merancang desain penelitian tentang Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan

Studi lapangan

Analisis data penelitian

Menyusun Laporan penelitian tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan

Akhir

-Observasi

-Wawancara

-Dokumentasi

Simpulan dan temuan


(14)

61

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari skema diatas, dapat dilihat bahwa dalam melakukan penelitian, terdapat tiga tahapan, yaitu tahap awal, proses, dan akhir. Pada tahap awal, peneliti membuat rancangan penelitian dengan melaksanakan observasi awal, mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dan hasil observasi awal untuk kemudian dimuat dalam proposal penelitian berdasarkan studi empiris dan teoritis. Tahap selanjutnya yaitu tahap proses penelitian, peneliti mengumpulkan data-data dilapangan dengan melakukan pengamatan objek dan mengumpulkan data dengan cara observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis, hingga mencapai hasil yang dibutuhkan dalam penelitian. Setelah tahapan proses selesai, peneliti membahas dan menuliskan hasil penelitian serta menarik kesimpulan tentang Tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan. Dari serangkaian proses tersebut akhirnya didapati sebuah kesimpulan temuan penelitian.

Untuk membahas lebih jelas tentang desain penelitian, berikut ini penjabarannya:

1. Tahapan Pembuatan Rancangan Penelitian

a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan tujuan mempertajam dan lebih memfokuskan penelitian ini. Dengan seperti itu peneliti dapat lebih mengetahui dengan pasti terhadap objek penelitiannya, serta dapan menemukan pula cara yang tepat untuk menganalisis data dalam penelitian ini. Studi pendahuluan sebagai awal kegiatan penelitian dimulai dengan pengambilan data awal mengenai

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.

Setelah data awal tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan

didapat setelah itu peneliti mengumpulkan beberapa referensi yang dijadikan sebagai landasan teoretis dalam penelitian ini. Berikut adalah buku yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah buku “Wawasan Tembang Sunda” karangan

R. Ace Hasan Su’eb tahun 1997. Didalam buku tersebut dijelaskan sejarah perkembangan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Buku ini bermanfaat untuk mengetahui sejarah umum gaya Bojongherangan.


(15)

62

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya buku “Tembang Sunda Cianjuran di Priangan” karya Moh. Yusuf Wiradiredja tahun 2014. Buku tersebut membahas perkembangan tembang Sunda Cianjuran dari awal kemunculan hingga sekarang. Buku tersebut bermanfaat dalam hal menambah pengetahuan peneliti tentang kesejarahan

tembang Sunda Cianjuran secara umum. Buku lainnya yang dijadikan referensi

adalah buku “salawe sesebitan hariring” karya Apung S. Wiraatmadja tahun

2009. Buku ini bermanfaat memberi wawasan tentang kondisi sosial di dalam

tembang Sunda Cianjuran.

b. Perumusan Masalah

Peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian yang spesifik terhadap objek penelitian, dengan demikian didapatkan pertanyaan penelitian yang lebih fokus, terarah, dan mudah dalam membuat laporan penelitian. Pada tahapan ini, peneliti memfokuskan permasalahan kepada tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan yang berkaitan dengan lagu-lagu dan ciri khas dari tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.

c. Pemilihan Metode Penelitian

Penentuan metode penelitian merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian, penentuan metode ini akan menentukan tahapan berikutnya dalam sebuah penelitian. Metode penelitian merupakan cara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk kepentingan di dalam penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yakni metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Peneliti akan mendeskripsikan data tentang tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan yang didapat dari hasil observasi, wawancara dan pendokumentasian. Dengan pendekatan kualitatif, data tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan yang didapat akan dipaparkan sebagaimana kenyataan di lapangan tanpa ada manipulasi data apapun tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.


(16)

63

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. Penyusunan Instrumen Penelitian

Penyusunan instrument penelitian dibuat sebagai rancangan penelitian. Data yang dicari untuk kepentingan penelitian belum jelas, oleh karena itu perlu adanya rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini bersifat sementara dan sewaktu-waktu akan terus berkembang. Isi dalam penyusunan instrument penelitian ini berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara dengan objek maupun subjek penelitian. Instrumen penelitian ini berkaitan dengan penelitian lagu-lagu dan ciri khas tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Intrumen penelitian terlampir pada lampiran 1.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah melaksanakan persiapan penelitian tentang tembang Sunda Cianjuran

gaya Bojongherangan, peneliti melaksanakan penelitian tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Selama penelitian berlangsung, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh dilapangan selanjutnya mengolah data tersebut untuk digunakan sebagai laporan akhir penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara observasi ke tempat perkembangan

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan di Bojongherang Cianjur. Wawancara dilakukan dengan para seniman tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan di Cianjur. hal ini dilakukan agar mendapat data yang diperlukan dalam penelitian. Studi pustaka dan pendokumentasian terhadap

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan juga dilakukan untuk melengkapi data dari hasil observasi dan wawancara.

3. Tahap Penulisan Laporan

Setelah melaksanakan penelitian dan pengumpulan data, tahap berikutnya adalah tahap penulisan laporan atau hasil penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulisan laporan ini mengacu kepada hasil yang didapat selama meneliti tembang Sunda Cianjuran gaya


(17)

64

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

1. Partisipan

Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, maka dibutuhkan narasumber yang dapat memberikan informasi yang valid dan berhubungan secara langsung dengan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Narasumber dalam penelitian ini adalah Aki Dadan dan Endang Nani yang merupakan tokoh seniman tembang Sunda Cianjuran di kabupaten Cianjur dan Rd. Lia Latifah yang merupakan tokoh tembang Sunda Cianjuran Bojongherangan.

Narasumber pokok pada penelitian ini adalah Rd. Lia Latifah (58 th). Beliau adalah salah satu seniman tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan yang masih ada dan melakukan pewarisan tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan melalui perkumpulan tembang Sunda Cianjuran Lana Gardjita. Informasi yang didapat dari beliau adalah informasi umum tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Berikut adalah foto Rd. Lia Latifah:

Foto 3.1: Narasumber: Rd. Lia Latifah (Dok. G.J. Setra Th.2015)

Selain kepada Rd. Lia Latifah, peneliti juga melakukan wawancara kepada Dadan Sukandar atau lebih dikenal dengan Aki Dadan. Beliau salah satu tokoh

tembang Sunda Cianjuran dan merupakan putra dari Endu S. Apandi yang merupakan seniman tembang Sunda Cianjuran terkemuka. Data yang didapat dari beliau adalah data tentang gaya dalam tembang Sunda Cianjuran. Berikut adalah foto Aki Dadan:


(18)

65

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Foto 3.2: Narasumber : Aki Dadan

(Sumber: Dok. G.J. Setra Th. 2015)

Wawancara juga dilakukan kepada seorang seniman tembang Sunda Cianjuran lainnya, yakni E. Nani Supriatna atau lebih dikenal dengan sebutan Wa Nani. Wa Nani merupakan salah satu seniman tembang Sunda Cianjuran yang aktif membina penembang melalui Lembaga Kesenian Cianjur. Data yang didapat dari beliau adalah data tentang gaya dalam tembang Sunda Cianjuran. Berikut adalah foto Wa Nani:

Foto 3.3: Narasumber: Endang Nani (Dok. Denny R. Natamiharja th. 2009)


(19)

66

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tempat Penelitian

Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur merupakan tempat lahirnya tembang Sunda Cianjuran. Selain itu, Kabupaten Cianjur merupakan tempat berkembangnya tembang Sunda Cianjuran

gaya Bojongherangan. Di Kabupaten Cianjur juga masih terdapat para okoh seniman tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Dengan seperti itu maka data yang didapatkan akan valid.

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Cianjur

Sumber: http://jabar.pojoksatu.id/cianjur/2015/05/12/4474/

Penelitian dilakukan di DKC (Dewan Kesenian Cianjur) Kabupaten Cianjur yang beralamatkan di Jl. Suroso no. 46 Cianjur dan komunitas tembang Sunda Cianjuran Bojongherangan di L.S. Lana Gardjita pimpinan ibu Lia Latifah yang beralamatkan di Jl. Pasir Gede Raya no. 10 Cianjur.

Foto 3.4: Gedung Dewan Kesenian Cianjur

Sumber: http://www.cianjurcybercity.com/2011/04/14/mengenal-gedung-ampera-cianjur.html#.VZyK4KDGDIU


(20)

67

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Pengumpulan Data

1.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif memposisikan peneliti itu sendiri yang bertindak sebagai isntrumen kunci. Peneliti dituntut untuk mempersiapkan sendiri perangkat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penulisan dokumentasi yang digunakan sebagai panduan umum dalam proses pencatatan. Selaras dengan hal tersebut, Menurut Sugiyono (2011, hlm. 15) bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai isntrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan),analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Jadi instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah serta hasilnya lebih baik, sistematis dan lebih mudah diolah. Penelitian ini dibantu dengan beberapa pengumpulan data penelitian seperti berikut ini:

a. Pedoman Observasi

Kegiatan observasi ini adalah salah satu langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian dalam upaya pengumpulan data serta informasi mengenai permasalahan penelitian. Ada dua jenis observasi, yang pertama adalah observasi partisipan yang berarti peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, sedangkan dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2008, Hlm. 204). Pada penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi partisipan karena peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang diamati. Dalam hal ini peneliti selain melakukan observasi peneliti juga terlibat langsung dalam mempelajari tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.


(21)

68

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Pedoman Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada para tokoh mamaos Cianjur diantaranya : Aki Dadan, Endang Nani Supriatna, dan Rd. Lia Latifah (Komunitas tembang Bojongherang). Hal ini berkesinambungan dengan observasi partisipan yang membuat peneliti terlibat langsung. Dengan wawancara secara langsung diharapkan hasil dari wawancara nantinya bisa secara faktual dan mendukung pada penelitian.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang lagu-lagu dalam tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan dan sejarah perkembangannya. Fungsi dari wawancara ini adalah sebagai pelengkap data yang dilakukan selama observasi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara untuk mengumpulkan data dengan tujuan hasil dari pengamatan kita dapat diulas kembali. Pendokumentasian bisa berupa tulisan untuk catatan-catatan danrekaman audio untuk menganalisi. Dengan adanya pendokumentasian rekaman visual sebuah argumen akan lebih kuat karena kita bisa menunjukan secara langsung. Dalam penelitian ini, peneliti juga merekam secara audio lagu-lagu Cianjuran gaya Bojongherangan yang akan diperbandingkan. Hal tersebut dilakukan untuk membantu dalam langkah analisis pembawaan vokal tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.

2. Proses Pengembangan Instrumen

Proses pengembangan instrumen adalah hal yang dilakukan untuk mengembangkan instrumen penelitian yang kita buat sebelumnya. Pengembangan instrumen pun dilakukan dengan menguji kredibilitas sebuah data. Cara pengujian kredibilitas data adalah dengan cara sebagai berikut:

a. Triangulasi

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 372-374) mengemukakan bahwa: “triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai


(22)

69

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. Penjelasannya sebagai berikut:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Dalam penelitian ini, selain melakukan wawancara dengan subjek pokok yakni tokoh tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan (rd. Lia Latifah), peneliti juga melakukan wawancara dengan subjek penelitian yang lain yakni tokoh tembang Sunda Cianjuran (Aki Dadan dan Wa Nani). Hal ini dilakukan agar data yang didapat lebih lengkap.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini, data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuisioner. Hal ini dilakukan untuk menguji jawaban yang ditanyakan sebelumnya pada narasumber. Sehingga dalam satu tujuan pertanyaan tidak mendapat jawaban yang berbeda.

3) Triangulasi Waktu

Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

3. Interpretasi

Pada tahap ini temuan-temuan diinterpretasi berdasarkan kerangka teoretis yang telah dipilih sehingga data yang diperoleh selama penelitian akan dijabarkan kembali dengan pemahaman kita yang diintegrasikan dengan berbagai teori dalam


(23)

70

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Pengujian Dependability

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 377) “…pengujian dependability dilakukan

dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian”. Peneliti harus

bisa menunjukan bukti kegiatan, semua kegiatan dilapangan mulai dari awal menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Salah satu teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik observasi. Jenis observasi yang di pilih dalam penelitian ini adalah observasi partisipan karena peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang diamati. Jadi ketika melakukan observasi peneliti mengamati semua kegiatan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dan ikut dalam mempelajari lagu-lagu tembang Sunda Cianjuran gaya Bojingherangan. Adapun hal yang diamati dalam penelitian ini adalah mengenai lagu-lagu dan ciri khas

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari narasumber mengenai tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Adapun yang menjadi narasumber dalam wawancara ini adalah Aki Dadan, Endang Nani, dan Rd. Lia Latifah yang merupakan tokoh seniman tembang Sunda Cianjuran di Kabupaten Cianjur.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang semua kegiatan yang telah dilaksanakan dilapangan. Studi dokumentasi oleh peneliti dimuat dalam bentuk video, audio, foto dan dokumen tertulis lainnya.


(24)

71

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Tahap-tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data harus direncanakan sedemikian rupa, menurut Sukmadinata (2009, hlm. 114) ada beberapa tahapan pengumpulan data penelitian, yakni:

1. Perencanaan

Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. Kemudian merumuskan situasi penelitian, satuan dan lokasi yang dipilih serta informan yakni para tokoh tembang Sunda Cianjuran tersebut sebagai sumber data. Deskripsi tersebut merupakan pedoman bagi pemilihan dan penentuan sampel purposive.

2. Mulai Pengumpulan Data

Sebelum pengumpulan data dimulai, peneliti berusaha menciptakan hubungan baik untuk menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab dengan individu-individu yang menjadi sumber data. Peneliti memulai wawancara dengan beberapa informan yang telah dipilih untuk kemudian dilanjutkan dengan teknik bola salju atau member chek. Pengumpulan data melalui interview dilengkapi dengan data pengamatan dan data dokumen (triangulasi). Data pada pertemuan pertama belum dicatat, tetapi data pada pertemuan-pertemuan selanjutnya dicatat, disusun, dikelompokan secara intensif kemudian diberi kode agar memudahkan dalam analisis data.

3. Pengumpulan Data Dasar

Setelah peneliti berpadu dengan situasi yang diteliti, pengumpulan data lebih diintensifkan dengan wawancara yang lebih mendalam, observasi dan pengumpulan dokumen yang lebih intensif. Dalam pengumpulan data dasar, peneliti benar-benar melihat, mendengar, membaca, dan merasakan apa yang ada dengan penuh perhatian. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analisis data mulai dilakukan, dan keduanya terus dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru lagi. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan dan


(25)

72

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dirangkumkan diagram-diagram yang bersifat integrative. Setelah pola-pola dasar terbentuk, peneliti mengidentifikasi ide-ide dan fakta-fakta yang membutuhkan penguatan dalam fase penutup. Dalam hal ini peneliti lebih menspesifikasi hasil dari temuan-temuan di lapangan dalam tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan.

4. Pengumpulan Data Penutup

Pengumpulan data berakhir setelah peneliti meninggalkan lokasi penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir masa penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti. Peneliti mengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan atau tidak ditemukan lagi data baru.

5. Melengkapi

Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil analisis data dan menyususn cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyususn fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram-diagram, tabel, gambar-ganbar, dan bentuk-bentu pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip.

F. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebuah proses penyusunan data agar hasil yang didapat dari lapangan dapat mudah dimengerti. Data yang diperoleh dilapangan berupa deskriptif, yakni pemaparan keadaan objek penelitian berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukakan oleh peneliti. Pada penelitian terhadap tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan ini data yang dipaparkan berupa deskriftif.

Pengolahan data dalam penelitian tembang Sunda Cianjuran gaya


(26)

73

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil data yang jenuh, menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2011, hlm.334)

“Analisis data adalah proses mencari dan menyususn secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”. Selaras dengan pendapat diatas Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm

337) mengemukakan bahwa: “Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan/verifikasi data.

Berdasarkan pendapat diatas maka tahapan pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan tujuan membatasi data. Apabila data tidak dibatasi, dikhawatirkan akan mempersulit peneliti dalam proses pengolahan data. Dengan mereduksi data peneliti akan lebih mudah dalam mengolah data yang terkumpul dari hasil temuan di lapangan. Pada penelitian tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, peneliti melakukan reduksi data terhadap pertanyaan penelitian dengan tujuan bahasan yang ada dalam penelitian ini tidak terlalu melebar.

b. Display Data (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data sesuai dengan rumusan masalah. Dalam penelitian tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan memakai pendekatan kualitatif. Oleh karena itu penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Dengan mendisplaykan data peneliti berharap akan lebih mempermudah dalam hal memahami hasil temuan dalam penelitian. Setelah itu peneliti akan merencanakan tahap selanjutnya berdasarkan apa yang telah ditemukan didalam penelitian.


(27)

74

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data

Dalam penelitian ini, verifikasi data dilakukan terhadap pertanyaan penelitian dengan tujuan memeriksa data yang telah dikumpulkan dalam proses penelitian

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan. Dari proses ini diharapkan peneliti akan lebih mudah dalam menarik kesimpulan terhadap penelitian tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan serta menghasilkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.


(28)

155

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Tembang Sunda Cianjuran Gaya

Bojongherangan (Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran

Gaya Bojongherangan) yang peneliti lakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Penyajiannya, tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan

terbagi ke dalam empat aspek yakni:

a. Struktur penyajian tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dimulai dari lagu bubuka instrumental dilanjutkan pada lagu rajah lalu penyajian lagu dari berbagai wanda dan diakhiri oleh lagu panutup yang bisa berupa intrumental atau lagu rampak yang berirama tandak.

b. Repertoar lagu tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan memiliki rangkaian ornamentasi yang berbeda dengan tembang Sunda Cianjuran pada umumnya. Bentuk syair dalam lagu tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan adalah puisi bebas, pupuh, dan sisindiran. Tema syair dalam

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah keindahan alam, percintaan, dan keagungan Kerajaan Pajajaran.

c. Musik pengiring tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah

kacapi indung, kacapi ricik, dan suling.

d. Tata pentas tembang Sunda Cianjuran meliputi:

1) Teknik pertunjukan: tembang Sunda Cianjuran dibawakan secara duduk dan konteks pertunjukannya yang berkonsep seni kalangenan

dan seni pertunjukan.

2) Tata panggung: panggung yang dipakai dalam pertunjukan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah panggung proscenium.


(29)

156

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Kostum: Kostum yang dipakai dalam pertunjukan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah kostum adat yang mencirikan kaum menak Sunda pada zaman dahulu.

2. Ciri vokal yang mencirikan gaya khas tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan adalah:

1) Sikap badan: tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dibawakan dengan sikap badan yang tegap tidak membungkuk.

2) Teknik pernafasan: Teknik pernafasan yang dipakai dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah pernafasan diafragma.

3) Placement: placement yang digunakan dalam tembang Sunda Cianjuran

gaya Bojongherangan adalah placement rongga kepala, hidung, mulut, dan dada.

4) Diksi: Diksi di dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan

akan terasa terpotong-potong karena adanya melodi yang berprinsip melismatis.

5) Frasering dan dinamika: Frasering tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan relatif lebih lugas dari frasering tembang Sunda Cianjuran pada umumnya. Tidak ada tanda musikal Dinamika di dalam

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, dinamika dalam

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan hanya berdasarkan interpretasi penyaji vokal.

6) Ornamen: Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan memiliki dua ornamen khas yakni ornamen beubeut dan randeg.

7) Ambitus: surupan (nada dasar) dalam tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan adalah 60 -64 (berdasarkan cm suling). Ambitus tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dalam laras pelog dan salendro

dari nada e (na petit) sampai nada @ (mi ageung). Sedangkan untuk

laras sorog atau madenda (4=T) dari nada t(la petit) sampai nada @ (mi


(30)

157

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Implikasi

Hasil penelitian tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan ini berupa deskripsi tentang pembawaan vokal gaya Bojongherangan yang selama ini menjadi polemik di kalangan para seniman tembang Sunda Cianjuran. Dampak yang diharapkan dari penelitian ini adalah dengan bertambahnya pustaka tentang

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, diharapkan kalangan tembang Sunda Cianjuran akan lebih mengenal gaya Bojongherangan ini.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memberikan beberapa saran yakni:

1. Bagi Kalangan Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan

Saran bagi kalangan Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah agar dilakukannya regenerasi secara kontinyu agar gaya ini tidak punah karena tidak ada yang mempelajarinya. Saran selanjutnya adalah agar lebih membuka diri agar gaya ini dapat dikenal lebih luas di kalangan tembang Sunda Cianjuran gaya

Bojongherangan.

2. Bagi Kalangan Tembang Sunda Cianjuran

Saran untuk kalangan Tembang Sunda Cianjuran adalah agar lebih menerima adanya perbedaan. Karena pada hakikatnya perbedaan itulah yang membuat lebih indah. Pada permasalahan ini peneliti sangat menyarankan agar dapat menerima gaya Bojongherangan (dan gaya lainnya). Janganlah menilai sesuatu dari enak atau tidaknya karena itu bersifat relatif.

3. Bagi Kalangan yang Mempelajari Vokal Tembang Sunda Cianjuran

Peneliti sangat menyarankan kita mempelajari semua gaya vokal dalam

tembang Sunda Cianjuran. Dalam hal ini berarti janganlah bersifat fanatik terhadap satu gaya.

4. Bagi Para Peneliti selanjutnya

Peneliti berharap setelah penelitian ini akan ada penelitian lain tentang


(31)

158

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini. Karena dengan semakin banyaknya pustaka tentang Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, diharapkan akan mencegah salah satu gaya dalam Tembang Sunda Cianjuran ini dari kepunahan.


(32)

158

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Atmadibrata, Enoch et al. 2006. Khazanah Seni Pertunjukan Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Bastaman, H.D.2011. Bentang Tembang. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Soepandi, Atik.1998. Kamus Istilah Karawitan Sunda. Bandung : CV. Pustaka Buana.

Hasan Su’eb, R. Ace.1996.Wawasan Tembang Sunda. Bandung: CV. Geger Sunten.

Herdini, Heri. 2007. Raden Machjar Angga Koesoemadinata: Pemikiran dan aktivitasnya dalam dunia karawitan Sunda.Bandung: Sunan Ambu press. Hermawan, Deni. Etnomusikologi : bebrapa Masalah Dalam Musik Sunda.

Bandung: STSI.

Herlina Lubis, Nina dkk.2011. Sejarah Kebudayaan Sunda. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Jawa Barat.

Koesoemadinata, R. Machjar A. 1969. Ilmu Seni Raras. Jakarta: Pradnjaparamita. Kusnara, Adang.2006. Apresiasi Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Barat Wilayah

Kabupaten Bandung. Disbudpar Kab. Bandung.

Mack, Dieter. 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Rosliani, Elis. Seni Karawitan Sunda. Tidak diterbitkan.

Satjadibrata, R. 1953. Rasiah Tembang Sunda. Jakarta: Balai Pustaka.

Soepandi, Atik. 1985. Lagu Pupuh Pengetahuan dan Notasinya. Bandung: Pustaka Buana.

Sugiarto,Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis.

Yogyakarta: Suaka Media.


(33)

159

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wibisana, Wahyu et al. 2000. Lima Abad Sastra Sunda. Bandung: CV. Geger Sunten Wiradiredja, Yusuf et al. 2003. Tembang Sunda Cianjuran. Bandung: STSI Bandung. Wiratmadja, Apung. 2009. Salawe Sesebitan Hariring. Bandung: PT. Kiblat Buku

Utama..

Wiratmadja, Apung. 2006. Nu Sarimbag & Unak Anik Dina Tembang Sunda.

Bandung: Paguyuban Seniman Tembang Sunda/Cianjuran Tatar Sunda.

Yusuf Wiradiredja, Moch. 2014. Tembang Sunda Cianjuran di Priangan (1834-2009) Dari seni Klangenan sampai Seni Pertunjukan. Bandung: Sunan Ambu Press.


(1)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Tembang Sunda Cianjuran Gaya

Bojongherangan (Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran

Gaya Bojongherangan) yang peneliti lakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Penyajiannya, tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan terbagi ke dalam empat aspek yakni:

a. Struktur penyajian tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dimulai dari lagu bubuka instrumental dilanjutkan pada lagu rajah lalu penyajian lagu dari berbagai wanda dan diakhiri oleh lagu panutup yang bisa berupa intrumental atau lagu rampak yang berirama tandak.

b. Repertoar lagu tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan memiliki rangkaian ornamentasi yang berbeda dengan tembang Sunda Cianjuran pada umumnya. Bentuk syair dalam lagu tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah puisi bebas, pupuh, dan sisindiran. Tema syair dalam

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah keindahan alam,

percintaan, dan keagungan Kerajaan Pajajaran.

c. Musik pengiring tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah kacapi indung, kacapi ricik, dan suling.

d. Tata pentas tembang Sunda Cianjuran meliputi:

1) Teknik pertunjukan: tembang Sunda Cianjuran dibawakan secara duduk dan konteks pertunjukannya yang berkonsep seni kalangenan dan seni pertunjukan.

2) Tata panggung: panggung yang dipakai dalam pertunjukan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah panggung proscenium.


(2)

156

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

3) Kostum: Kostum yang dipakai dalam pertunjukan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah kostum adat yang mencirikan kaum menak Sunda pada zaman dahulu.

2. Ciri vokal yang mencirikan gaya khas tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah:

1) Sikap badan: tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dibawakan dengan sikap badan yang tegap tidak membungkuk.

2) Teknik pernafasan: Teknik pernafasan yang dipakai dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah pernafasan diafragma.

3) Placement: placement yang digunakan dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah placement rongga kepala, hidung, mulut, dan dada.

4) Diksi: Diksi di dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan akan terasa terpotong-potong karena adanya melodi yang berprinsip melismatis.

5) Frasering dan dinamika: Frasering tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan relatif lebih lugas dari frasering tembang Sunda Cianjuran pada umumnya. Tidak ada tanda musikal Dinamika di dalam

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, dinamika dalam

tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan hanya berdasarkan

interpretasi penyaji vokal.

6) Ornamen: Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan memiliki dua ornamen khas yakni ornamen beubeut dan randeg.

7) Ambitus: surupan (nada dasar) dalam tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah 60 -64 (berdasarkan cm suling). Ambitus tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan dalam laras pelog dan salendro dari nada e (na petit) sampai nada @ (mi ageung). Sedangkan untuk laras sorog atau madenda (4=T) dari nada t(la petit) sampai nada @ (mi ageung).


(3)

B. Implikasi

Hasil penelitian tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan ini berupa deskripsi tentang pembawaan vokal gaya Bojongherangan yang selama ini menjadi polemik di kalangan para seniman tembang Sunda Cianjuran. Dampak yang diharapkan dari penelitian ini adalah dengan bertambahnya pustaka tentang tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, diharapkan kalangan tembang Sunda Cianjuran akan lebih mengenal gaya Bojongherangan ini.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memberikan beberapa saran yakni:

1. Bagi Kalangan Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan

Saran bagi kalangan Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan adalah agar dilakukannya regenerasi secara kontinyu agar gaya ini tidak punah karena tidak ada yang mempelajarinya. Saran selanjutnya adalah agar lebih membuka diri agar gaya ini dapat dikenal lebih luas di kalangan tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan.

2. Bagi Kalangan Tembang Sunda Cianjuran

Saran untuk kalangan Tembang Sunda Cianjuran adalah agar lebih menerima adanya perbedaan. Karena pada hakikatnya perbedaan itulah yang membuat lebih indah. Pada permasalahan ini peneliti sangat menyarankan agar dapat menerima gaya Bojongherangan (dan gaya lainnya). Janganlah menilai sesuatu dari enak atau tidaknya karena itu bersifat relatif.

3. Bagi Kalangan yang Mempelajari Vokal Tembang Sunda Cianjuran

Peneliti sangat menyarankan kita mempelajari semua gaya vokal dalam tembang Sunda Cianjuran. Dalam hal ini berarti janganlah bersifat fanatik terhadap satu gaya.


(4)

158

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

penelitian ini. Karena dengan semakin banyaknya pustaka tentang Tembang Sunda Cianjuran gaya Bojongherangan, diharapkan akan mencegah salah satu gaya dalam Tembang Sunda Cianjuran ini dari kepunahan.


(5)

Atmadibrata, Enoch et al. 2006. Khazanah Seni Pertunjukan Jawa Barat. Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat.

Bastaman, H.D.2011. Bentang Tembang. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Soepandi, Atik.1998. Kamus Istilah Karawitan Sunda. Bandung : CV. Pustaka Buana.

Hasan Su’eb, R. Ace.1996.Wawasan Tembang Sunda. Bandung: CV. Geger Sunten. Herdini, Heri. 2007. Raden Machjar Angga Koesoemadinata: Pemikiran dan

aktivitasnya dalam dunia karawitan Sunda.Bandung: Sunan Ambu press. Hermawan, Deni. Etnomusikologi : bebrapa Masalah Dalam Musik Sunda.

Bandung: STSI.

Herlina Lubis, Nina dkk.2011. Sejarah Kebudayaan Sunda. Bandung: Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Jawa Barat.

Koesoemadinata, R. Machjar A. 1969. Ilmu Seni Raras. Jakarta: Pradnjaparamita.

Kusnara, Adang.2006. Apresiasi Seni Pertunjukan Tradisional Jawa Barat Wilayah Kabupaten Bandung. Disbudpar Kab. Bandung.

Mack, Dieter. 1995. Ilmu Melodi. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Rosliani, Elis. Seni Karawitan Sunda. Tidak diterbitkan.

Satjadibrata, R. 1953. Rasiah Tembang Sunda. Jakarta: Balai Pustaka.

Soepandi, Atik. 1985. Lagu Pupuh Pengetahuan dan Notasinya. Bandung: Pustaka Buana.


(6)

159

G.J. Setra Pramudita, 2015

TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN: Studi Tentang Pembawaan Vokal Tembang Sunda Cianjuran Gaya Bojongherangan

Wibisana, Wahyu et al. 2000. Lima Abad Sastra Sunda. Bandung: CV. Geger Sunten

Wiradiredja, Yusuf et al. 2003. Tembang Sunda Cianjuran. Bandung: STSI Bandung.

Wiratmadja, Apung. 2009. Salawe Sesebitan Hariring. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama..

Wiratmadja, Apung. 2006. Nu Sarimbag & Unak Anik Dina Tembang Sunda. Bandung: Paguyuban Seniman Tembang Sunda/Cianjuran Tatar Sunda.

Yusuf Wiradiredja, Moch. 2014. Tembang Sunda Cianjuran di Priangan (1834-2009) Dari seni Klangenan sampai Seni Pertunjukan. Bandung: Sunan Ambu Press.