TAFSIR HERMENEUTIKA KURIKULUM PENDIDIKAN SEKOLAH ALTERNATIF :Studi atas Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, Kalibening-Salatiga.

(1)

i

TAFSIR HERMENEUTIKA KURIKULUM

PENDIDIKAN SEKOLAH ALTERNATIF

(Studi atas Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, Kalibening-Salatiga)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

Promovendus; Yuli Utanto

1007066

Program Studi Pengembangan Kurikulum

Sekolah Pascasarjana

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

ii

TAFSIR HERMENEUTIKA KURIKULUM

PENDIDIKAN SEKOLAH ALTERNATIF

(Studi atas Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, Kalibening-Salatiga)

Oleh Yuli Utanto

S.Pd Universitas Negeri Semarang, 2003 M.Si Sosiologi Studi Pembangunan UGM, 2005

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pascasarjana

© Yuli Utanto 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

(6)

vi

PENYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Tafsir Hermeneutika Kurikulum Pendidikan Sekolah Alternatif: Studi atas Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, Kalibening-Salatiga” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 19 Februari 2014 Pembuat Pernyataan,


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Sebagai satu fenomena dalam dunia pendidikan, keberadaan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah (QT) di Kalibening Salatiga menarik perhatian ahli pendidikan. Eksistensinya kontras sangat berbeda dengan sekolah-sekolah umumnya, baik dalam substansi kurikulum, metode dan proses pembelajaran, lingkungan belajar, dinamika yang berlangsung dan terjadi sehari-hari di sekolah alternatif QT menarik untuk dijelaskan secara jernih. Sebagai lembaga pendidikan – meskipun hanya alternatif – niscaya QT memiliki kurikulum yang menjadi “jantung” dalam proses kegiatan pendidikannya. Ditegaskan oleh Klein (1992), dalam setiap kegiatan pendidikan selalu ada kurikulum dan posisi kurikulum sebagai “the heart of education”. Keberadaan kurikulum pada lembaga pendidikan alternatif QT menjadi point of view dan alat penjelas yang jernih lagi terang-benderang mengenai fakta, fenomena, dan tanda-tanda keberadaannya. Diyakini oleh Ornsteins & Hunkins (1998), kurikulum menyediakan penjelasan terbaik bagi fenomena pendidikan yang akan mencipta ulang dunia dan kehidupan manusia di masa mendatang, dan tentang siswa yang akan menjalani kehidupan pada masanya.

Eksistensi QT beserta semua atribut, simbol dan tanda-tanda keberadaannya perlu ditafsirkan makna sesungguhnya. Diyakini oleh Ricoeur (1991), sebuah fenomena tidak pernah lepas dari simbol-simbol yang harus ditafsirkan secara hermeneutis. Seperti bahasa yang diterjemahkan dalam kata-kata, harus ditafsirkan agar manusia menemukan makna sesungguhnya. Hermeneutika adalah teori mengenai kaidah-kaidah menata sebuah eksegesis/interpretasi/kumpulan potensi tanda-tanda keberadaan. Hermeneutika adalah metode penafsiran yang rigorous (ketat), dapat membawa peneliti kepada pemahaman tentang fenomena secara apa adanya, menyeluruh, dan sistematik tanpa mengabaikan aspek objektivitasnya. Diakui oleh Taqwin (2011) dan Haryatmoko (2013), untuk memahami sebuah fenomena secara sistematik, ketat dan mendalam bukan sekadar pada kulitnya saja, metode hermeneutika-fenomenologi-nya Ricoeur menawarkan solusinya.

Alih-alih menjadi tantangan bagi peneliti, menggunakan metode analisis hermeneutika memenuhi unsur “kekhasan” yang dapat ditunjukkan dalam penelitian ini. Unsur khas lain ditunjukkan melalui metode “hermeneutik kecurigaan” yang dipinjam dari Ricoeur mewakili usaha peneliti mengkaji kurikulum sebagai bidang studi (sains) untuk mengembangkan dimensi teoritis dan mengkaji kurikulum sebagai seni (art) untuk mengembangkan dimensi praktis. Ini senada dengan usaha peneliti mempertahankan hermeneutika sebagai sains dan seni menafsirkan.

Terwujudnya disertasi ini tidak bisa lepas dari campur tangan Tuhan. Peneliti

panjatkan puji syukur “al-hamdu li Allahi robbi al-alamin” kehadirat-Nya. Allah bermurah hati karena Ia maha-murah hati, bukan karena gembira dipuji-puji. Kepada Tim Promotor setulusnya saya ucapkan “hatur nuhun pisan”, telah sabar membimbing sehingga peneliti mampu mengantongi segenggam “pencerahan” dalam luasnya belantara ilmu pengembangan kurikulum. Kepada Pembimbing Akademik dan para penguji disertasi ini diucapkan terimakasih. Sungguh para penguji telah meluruskan jalan pikiran peneliti dalam menggunakan metode analisis hermeneutika-fenomenologis yang penuh kecurigaan demi kebaikan untuk bidang kajian pengembangan kurikulum.


(8)

viii

UCAPAN TERIMA KASIH

Secara hermeneutis berkat fusion of harizons dapat diketahui sesungguhnya pengembangan kurikulum pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah menjadi arena pembentukan budaya (field culture production) yang berperan membentuk pengetahuan dengan metode dialogis guna menunjukkan eksistensinya. Pengetahuan senantiasa berada dalam sebuah konteks sosial dan bersifat historis, karenanya tidak ada pengetahuan yang netral dan bebas nilai. Pengetahuan dalam proses pembentukannya selalu berhubungan erat dengan kekuasaan (power). Karena itu, lahirnya pendidikan

alternatif dapat dilihat sebagai “kekuasaan” yang bekerja dalam dunia pendidikan.Dalam kegiatan pembelajarannya, QT menerapkan metode dialogis, karena mengasumsikan manusia sebagai mahluk biophily (mencintai sesama). Hakekatnya sebuah pengetahuan yang disarikan oleh peserta didik di Qaryah Thayyibah sesungguhnya berasal dari perubahan perilakunya sendiri yang merupakan bentuk-bentuk penyesuaian diri dengan institusi tempat mereka belajar.

Laporan penelitian berupa disertasi yang kemudian diformulasikan dalam sebuah judul; “TAFSIR HERMENEUTIKA KURIKULUM PENDIDIKAN SEKOLAH ALTERNATIF: Studi atas Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, Kalibening-Salatiga”, hendak memaparkan bagaimana sesungguhnya hal tersebut di atas terjadi. Penelitian disertasi ini adalah buah dari upaya memungkasi Studi Doktoral di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Atas terampungkannya penulisan disertasi ini, maka yang utama dan pertama

penulis panjatkan puji syukur “al-hamdu li Allahi robbi al-alamin” ke hadirat Allah Yang

Maha Kuasa. Hanya karena ridha Allah S.W.T semata penulis disanggupkan untuk menyelesaikan karya sederhana ini sehingga menemukan bentuknya.

Selesainya disertasi yang memungkasi studi di jenjang S-3 ini, tak terlepas dari

motivasi dan bantuan yang mengalir “bagai air” dari berbagai pihak. Untuk itu, sudah

sepatutnya penulis menyampaikan dan menghaturkan rasa terimakasih atas segala bantuan dan dukungan, langsung maupun tidak langsung, bagi kelancaran studi penulis hingga penyelesaian penyusunan disertasi ini.

Kepada Rektor, Direktur Pascasarjana, Kaprodi Pengembangan Kurikulum, Staff Pengajar, dan Tenaga Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs-UPI), yang telah memberi kesempatan belajar di kampus “Bumi Siliwangi” sehingga penulis mampu mengantongi segenggam “pencerahan” dalam luasnya belantara ilmu pengembangan kurikulum dengan perkuliahan sepanjang tiga semester.


(9)

ix

Secara khusus, penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., Kaprodi Pengembangan Kurikulum sekaligus Promotor dan mitra berdiskusi, yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk membimbing selama ini. Kepada Dr. H. Dinn Wahyudin, MA., Ko-Promotor dan

Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc., Anggota Tim Pembimbing. Kecermatan dan kekritisan ketiganya dalam memberikan bimbingan sungguh memungkinkan penulis lebih memahami permasalahan dalam disertasi ini. Kepada dosen Pembimbing Akademik (PA), Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, MA., dengan tulus penulis sampaikan hatur-nuhun atas bimbingannya yang inspiratif selama ini. Kepada para reviuwer dari Komisi Pascasarjana; Prof. Dr. H. Syihabuddin, M.Pd; Prof. Dr. H. Disman, M.Pd dan Dr. H. A. Syamsu Rizal, M.Pd, penulis ucapkan hatur nuhun atas kecermatan, masukan dan

saran terhadap ‘kesempurnaan’ disertasi ini. Berkat ‘kritikan’ dari merekalah disertasi ini

menemukan bentuknya yang sekarang. Kepada para penguji; Prof. Dr. H. Samsudi, M.Pd (Direktur Pascasarjana Unnes) dan Prof. Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd, penulis haturkan terima kasih atas saran dan masukannya yang sangat berharga demi perbaikan disertasi ini. Dan kepada Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., Direktur SPs UPI yang menjadi ketua sidang terbuka sekaligus penguji, penulis ucapkan haturnuhun pisan atas

sumbangan postulatnya, “jika manusia itu mahluk maka ia berada dalam keterbatasan”

yang beliau sarankan saat ujian terbuka promosi doktor. Juga kepada dosen-dosen Prodi Pengembangan Kurikulum SPs UPI yang telah memberi dasar pengetetahuan dan analisis hermeneutis-fenomenologis yang penuh kecurigaan demi kebaikan. Adalah sebuah keniscayaan kesulitan menghadang dalam penusunan disertasi ini, jika tidak ditopang dengan proses pembelajaran yang menyenangkan bersama mereka.

Kepada teman-teman sekelas sekaligus seperjuangan, mahasiswa S3 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, angkatan 2010, terimakasih atas dukungannya. Terutama sahabat-sahabat setia yang telah lebih dulu menjadi doktor; Dr. Een Y. Haenillah, Dr. Nuruddin, Dr. Welly Ardiansyah dan Dr. Anah Sasmita,

terimakasih atas motivasi dan lecutan semangat yang diberikan, sungguh predikat kelulusan sebagai primus enter pares kalian telah memicu adrenalin penulis untuk segera menyusul kalian berempat. Kepada Pak Bahris, Pak Rahman, Pak Lutfi, Pak Deddy dan

Bu Nurlaila, Bu Aisa, terimakasih atas kebersamaan dan keceriaan serta cerita-cerita lucu dari kalian yang penuh semangat membara sehingga Bandung serasa “mendung” tanpa kehadiran salah satu saja dari mereka.


(10)

x

Dukungan dan doa yang dicurahkan setiap waktu oleh Ibuku Suyami dan Bapakku Muhmadun, bagaikan suluh yang menerangi jalan hidup penulis. Terimakasih penulis haturkan atas kasihmu yang tiada bandingannya itu, semoga Ibu dan Bapak senantiasa sejahtera, bahagia, mulia, dan di ridhai Allah S.W.T. Demikian pula untuk

adik-adikku yang telah dengan tulus memberi kesempatan tanpa rasa iri secuilpun untuk melanjutkan studi. Pilihanmu bergumul dengan kehidupan nyata adalah mulia, semoga kemuliaan adalah hasilnya.

Secara khusus penulis sampaikan terimakasih kepada Ary, istri terkasih sekaligus teman berbagi dan “sahabat jiwa” yang telah dengan caranya sendiri menyemangati dan

“mewarnai” perjalanan hidup penulis selama ini. “Teruslah berkarya setinggi biru langit dan seluas samudera, karena kita dilahirkan untuk terbang dengan sayap jangan sampai

jatuh hanya karena angin kecil!”. Kepada Andanawari dan Ardhawalika, dua putri kecilku. Engkau berdua adalah anugerah terindah yang kumiliki dan sungguh kehadiran kalian bukan hanya mengubah statusku menjadi seorang ayah, melainkan juga membuatku mampu bertahan hingga saat ini. Meski tak seindah “partitur” gubahannya Vanissa Mae, inilah sebuah karya kecil yang bisa Ayahmu persembahkan untuk kalian berdua. Kepada Yangkung dan Yangtie serta iparku, yang telah mendorong secara tulus sekaligus memberi dukungan sepenuhnya dengan caranya masing-masing agar penulis

“bergegas” memungkasi studi, karena waktu terlalu berharga untuk disia-siakan. Terimakasih penulis haturkan, semoga Bapak/Ibu dan iparku senantiasa sejahtera, bahagia, mulia, dan di ridhai Allah S.W.T, serta mendapat kemuliaan-Nya.

Kepada semua narasumber penelitian, terutama Mas Bahruddin dan seluruh anggota komunitas Qaryah Thayyibah di Kalibening Salatiga dan lainnya yang tak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyampaikan terimakasih atas segala informasi yang telah dibagikan, sungguh keberadaan sekolah itu menginspirasi penulis

sehingga “mendokumentasikannya” dalam pokok bahasan dalam disertasi ini. Terimaksih juga wajib penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu, baik moral dan meterial, langsung atau tidak langsung, kepada terselesaikannya studi dan disertasi ini. Hanya Allah S.W.T semata yang dapat memberkahi dan membalas amal kebaikan mereka.

Akhirnya, meski dalam keterbatasan penulis yang tak pernah lebih dari siapapun dalam hal apapun memberanikan diri untuk merampungkan disertasi ini. Masukan dan saran perbaikan senantiasa penulis sambut demi peningkatan kualitas penulisan dikemudian hari. Semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memberi pengetahuan dalam mengekspresikan sebuah karya baru dalam ilmu pengembangan kurikulum, khususnya bagi civitas akademika ilmuan pendidikan di Indonesia.***


(11)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ……….………... i

PENGESAHAN ...……….……... ii

PERNYATAAN ...………...………... v

KATA PENGANTAR ………....…….... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ……….……... vii

ABSTRAK ...………... x

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR DIAGRAM ………...………... xv

DAFTAR TABEL ………...…………... xvi

DAFTAR GAMBAR ………...………... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………...……... 1

B.Fokus Masalah ………... 15

C.Rumusan Masalah .……….…... 16

D.Definisi Operasional ...………... 17

E. Tujuan Penelitian ………...…... 19

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis ...………...……….... 20

2. Manfaat Praktis ………... 22

BAB II LANDASAN TEORI A.Hakekat Hermeneutika sebagai Penuntun Tafsir ……… 23

B.Pandangan Hermeneutika terhadap Manusia, Ilmu dan Pendidikan ....….. 28

C.Interpretasi dan Memahami Kurikulum sebagai Lingkaran Hermeneutika ... 32

D.Hakekat Teori Kurikulum sebagai Simbol Hermeneutika ……... 39

E. Pengembangan Kurikulum Mendefinisikan Diri melalui Pemahaman... 45

F. Kurikulum sebagai Kemungkinan Implementasi yang Terbuka ... 50

G.Kerangka Berfikir Penelitian ...………... 52

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Pendekatan Penelitian ..………... 55

B.Fokus Penelitian ……….………... 57


(12)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.Pengumpulan dan Pengolahan Data ...……… 64

E. Analisis Hermeneutika Fenomenologis ……….………... 65

F. Keabsahan Data melalui Obyektivasi dan Distansiasi .……….. 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Hasil Penelitian Lapangan 1. Akar Kesejarahan Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah (QT) .……. 79

2. Potret Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah .………. 84

a. Model Tata-kelola Sekolah Qaryah Thayyibah ... 86

b. Visi-Misi dan Prinsip Didaktik-Kurikulum Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah ...…….... 88

c. Filosofi Pendidikan Sekolah Qaryah Thayyibah ………... 90

d. Siswa Sekolah Qaryah Thayyibah Belajar Hidup Bersama dan Belajar Bertanggung Jawab ...………..……... 92

3. Pendiri Sekolah Qaryah Thayyibah dan Latar Belakang Pemikirannya a. Kegelisahan Bahruddin terhadap Pendidikan ……... 96

b. Pemikiran Bahruddin tentang Sekolah Alternatif .………..….. 101

B.Hasil Analisis Hermeneutia Fenomenologi 1. Analisis Struktural atas Kurikulum Pendidikan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah ………... 104

2. Kurikulum Pendidikan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah a. Kurikulum Sekolah Alternatif QT dan Perubahan Kurikulum Nasional ... 109

b. Konsensus-Dinamis: Guru dan Siswa Menyusun Kurikulum Bersama ... 111

c. Kurikulum Berbasis Konsensus (KBK): Jantung Kegiatan Pendidikan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah ... 115

3. Akar-akar Kurikulum Berbasis Konsensus (KBK) Sekolah Qaryah Thayyibah a. Akar Ontologis Kurikulum ...………...119

b. Akar Epistemologis Kurikulum ...………... 121

c. Akar Aksiologis Kurikulum ...………... 124

d. Akar Sosiologis Kurikulum ..………...126

e. Akar Ideologis Kurikulum ...………... 128 4. Evaluasi Kurikulum Berbasis Konsensus (KBK) di Sekolah


(13)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Konsep Evaluasi Kurikulum yang Dipahami ....………... 135

b. Bentuk-bentuk Evaluasi Kurikulum Berbasis Konsensus (KBK) dan Evaluasi Hasil Belajar Siswa Qaryah Thayyibah ... 136

C.Pembahasan Hasil Penelitian dan Hasil Analisis 1. Implementasi Kurikulum secara Terbuka untuk Menghidupi Visi Pendidikan yang Membebaskan ... 140

2. Kandungan Makna Dibalik Tanda Keberadaan Kurikulum Berbasis Konsensus (KBK) di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah a. Kurikulum sebagai Arena Pembentukan Budaya ... 144

b. Kurikulum sebagai Ajang Konstelasi dan Kontestasi Kekuasaan .... 149

c. Kurikulum sebagai Ladang Penyemaian Kesadaran Kritis Siswa .... 155

d. Kurikulum sebagai Media Dharma Bagi Kemanusiaan ... 162

3. Cakrawala Penafsiran Makna Hermeneutika yang Tergelar sebagai Wahana Pesan Utama ...……... 169

4. Bentuk-bentuk Atensi dan Resistensi Masyarakat atas Kebaradaan Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah ...….…... 173

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ………... 178

B.Dalil-dalil Hasil Penelitian ...…………... 180

C.Rekomendasi ………... 182

DAFTAR PUSTAKA ..………... 186

DAFTAR LAMPIRAN ………... 198


(14)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Hal Diagram 1. Kerangka Berfikif Penelitian Tafsir Hermeneutika

Kurikulum Pendidikan Sekolah Alternatif ..………... 54

Diagram 2. Analisis Struktural ..………... 68

Diagram 3. Hasil Analisis Struktural...………... 104

Diagram 4. Pengembangan Kurikulum Berbasis Konsensus (KBK) .………... 113

Diagram 5. Temu Usulan Rencana Belajar Siswa ………... 116

Diagram 6. Pelaksanaan Pembelajaran Berpusat Kepada Siswa ... 117

Diagram 7. Sistem Evaluasi Hasil Pembelajaran ………... 139

Diagram 8. Peleburan Cakrawala untuk Pemurnian Pemahaman Diri Penafsir ... 171

Diagram 9. Lingkaran Hermeneutika dalam Proses Pemahaman Diri Penafsir ... 173


(15)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Definisi Kurikulum Menurut Para Ahli Kurikulum .………...33 Tabel 2. Ragam Ideologi Pendidikan Basis Pengembangan Kurikulum

di Qaryah Thayyibah: Merentang dari Ideologi Ethnosentrisme,

Liberasionisme, sampai Radikalisme .………...131 Tabel 3. Cakrawala Makna Hermeneutika yang Tergelar sebagai Pesan

Utama atas Eksistensi Kurikulum Pendidikan di Sekolah


(16)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Gedung Lumbung Sumber Daya Sekolah

Alternatif Qaryah Thayyibah .………... 198 Gambar 2. Suasana Siswa Qaryah Thayyibah Berlatih

Musik Secara Mandiri .………... 198 Gambar 3. Peneliti Tengah Menyaksikan Hasil Karya Salah Satu Siswa

Qaryah Thayyibah Bersama “Kepala Sekolah QT” .…………... 199 Gambar 4. Kondisi Laboratorium Komputer yang Menyediakan Akses

Internet Selama 24 Jam Bagi Siswa Qaryah Thayyibah...……... 199 Gambar 5. Suasana Temu Rencana Belajar .………... 200 Gambar 6. Salah Satu Ide Siswa Qaryah Thayyibah tentang


(17)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif


(18)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang membebaskan bagi semua rakyat (education for all) di Republik Indonesia (RI) menjadi tanggungjawab dan kewajiban negara. Sesuai dengan amanat konstitusi RI dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) hasil amandemen pada pasal 31 ayat 3 dituliskan, bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Demikian juga, pasal 31 ayat 5 menyebutkan, bahwa pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahtaraan umat manusia.

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negera. Sesungguhnya pendidikan memiliki dimensi yang luas, sebagaimana tercantum pada pasal 3 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dituliskan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”


(19)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sasaran-sasaran yang demikian lengkap menyentuh aspek fisik, kognitif, kreatifitas dan aspek sosial siswa. Tegas sekali disampaikan dalam UU Sisdiknas tersebut bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah agar siswa secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Ini adalah kunci penting diselenggarakannya sebuah proses pendidikan yang membebaskan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Hal terpenting dari diselenggarakannya pendidikan sesuai amanat UU Sisdiknas di atas adalah mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Potensi diri siswa sungguh perlu dikembangkan agar siswa mempunyai kekuatan spiritual keagaaman dan merasakan kebahagian dalam menjalani kehidupan. Menurut Azzet (2011:16), apabila spiritual keagamaan seseorang kuat, ia tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah seberat apapun dan juga mempunyai semangat yang baik dalam menjalani kehidupan. Hal ini bisa terjadi karena orang yang mempunyai kekuatan spiritual keagamaan mempunyai keyakinan sekaligus bersandar kepada Tuhan Yang Mahakuasa dalam hidupnya.

Selain itu, mengembangkan potensi yang dimiliki siswa dirasa penting agar dalam kehidupannya dikemudian hari siswa bisa mengendalikan diri dengan baik sehingga memiliki kematangan jiwa. Selama mengikuti proses pendidikan siswa dikembangkan jiwanya agar menemukan kematangan. Sungguh pada saat seseorang mempunyai kematangan jiwa, ia akan bisa mengendalikan dirinya dengan sebaik-baiknya. Hakekatnya, upaya mengembangkan potensi siswa yang dilakukan dalam proses pendidikan adalah pembentukan kepribadian yang kuat.

Hal penting lain, sebagaimana tujuan utama dari setiap proses pendidikan, pengembangan potensi siswa juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kecerdasan. Terkait dengan kecerdasan ini, Azzet (2011:17) membedakan 3 (tiga) macam kecerdasan yang dikembangkan dalam proses pendidikan yaitu; kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan yang sesungguhnya sudah merupakan karunia Tuhan ini harus dikembangkan dengan baik apabila ingin mendapatkan kesempurnaan hidup.


(20)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diselenggarakannya pendidikan sesuai amanat UU Sisdiknas sebagai upaya nyata mengembangkan potensi yang dimiliki siswa juga diperlukan agar anak menusia mempunyai akhlak yang mulia. Sungguh persoalan akhlak ini sama sekali tidak bisa dipandang sebelah mata terkait dengan berhasil atau tidaknya dari proses pendidikan. Seorang peserta didik tidak bisa dikatakan berhasil hanya dari penilaian kecerdasan intelektual semata, namun mengabaikan nilai-nilai yang masuk dalam ukuran akhlak. Setinggi apapun kecerdasan intelektual seseorang, jika akhlaknya buruk, ia pun akan dinilai buruk oleh masyarakat. Karena itu, akhlak yang mulia termasuk tolok ukur keberhasilan seseorang dalam menjalani proses pendidikan. Mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, juga sangat penting dalam rangka mengasah kemampuan di bidang keterampilan. Hal ini dipandang perlu agar siswa mempunyai keterampilan sehingga bisa menghadapi kehidupan dengan lebih baik. Karena itu, keterampilan harus masuk dalam agenda yang tak terpisahkan dalam proses pendidikan.

Demikianlah, beberapa hal penting yang sesungguhnya ingin dicapai dari sebuah proses yang bernama pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Presiden RI pada tanggal 11 Juni 2003. Undang-undang ini juga merupakan pengejawantahan dari salah satu tuntutan perubahan dalam reformasi yang marak sejak 1998.

Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut, diharapkan sistem pendidikan di Indonesia dapat membebaskan para peserta didik dari segala macam aspek yang membuatnya tertinggal dalam persaingan kehidupan yang kini kian ketat. Tidak hanya untuk masyarakat perkotaan saja, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia hingga ke pelosok desa. Sebab, pendidikan adalah hak setiap warga negara Republik Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan yang membebaskan bagi rakyat Indonesia menjadi tanggungjawab negara. Meskipun demikian, setiap bagian dari warga negara Indonesia juga tidak dilarang bila turut serta dalam menyukseskan pendidikan yang membebaskan di Indonesia. Hal ini justru sangat diharapkan agar


(21)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu proses pendidikan di Indonesia dapat berjalan dengan lebih baik.

Disinilah sesunguhnya siapa saja semua warga negara dapat mengambil peran untuk turut serta menyukseskan pendidikan di Indonesia. Dalam wilayah yang paling kecil, sudah barang tentu setiap keluarga yang tinggal di wilayah Indonesia dapat mengambil peran ini. Berangkat dari keluarga yang mendukung pendidikanlah proses pendidikan secara nasional dapat berhasil. Sebagus apapun pendidikan yang digerakkan oleh negara bila tidak didukung oleh keluarga-keluarga yang ada di Indonesia, akan sulit mencapai keberhasilan.

Adanya peluang bagi individu dan masyarakat untuk turut menyukseskan pendidikan di Indonesia diakui oleh Miarso (2005:614), bahwa sekarang peluang dan kebebasan (dalam batas tertentu) bagi individu dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan warga belajar terbuka lebar sesuai semangat reformasi di bidang pendidikan. Peluang untuk menciptakan masyarakat belajar (learning society) yang berprinsip belajar sepanjang hayat juga sudah terbuka lebar. Artinya, masyarakat Indonesia sekarang mendapatkan kebebasan untuk belajar apa saja yang diminati dan dibutuhkan. Sejauh tidak bertentangan dengan falsafah Bangsa Indonesia warga negera boleh menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian, kini setiap warga masyarakat memiliki kebebasan untuk memperoleh pendidikan apa saja, dimana saja, dari siapa saja, kapan saja, jalur dan jenjang mana saja, yang tentu saja sesuai dengan kebutuhan pribadi, komunitas, masyarakat dan lingkungannya.

Dalam catatan Hasan (2010:21) diketahui, bahwa belakangan ini cukup banyak komunitas masyarakat yang mengembangkan model pendidikan sendiri dengan mendirikan sekolah alternatif untuk mengembalikan pendidikan pada tempat yang menurut pandangan mereka semestinya. Inilah wujud peran serta warga masyarakat dalam bentuk upaya nyata dari, oleh dan untuk mereka sendiri yang mencoba menyelenggarakan pendidikan dalam versi alternatif guna tetap menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendekatan pendidikan yang membebaskan untuk mendidik manusia merdeka.


(22)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fenomena munculnya sekolah alternatif yang menarik perhatian, selain karena adanya peluang dan kebebasan dalam menyelenggarakan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia, sebagaimana dijamin oleh UU Sisdiknas di atas juga dipicu oleh fakta kegagalan sekolah dalam mengemban tujuan mulia pendidikan sebagai proses pengembangan potensi yang ada dalam diri anak (siswa), sikap terhadap lingkungan alam, sosial dan diri sendiri sebagai manusia.

Sekolah yang seharusnya mengembangkan potensi yang dipunyai siswa,

justru “meredupkannya” sehingga siswa kehilangan energi dan potensi besar yang

dimilikinya. Sekolah telah mencerabut siswa dari realitas dirinya dan lingkungan tempat dia tumbuh dan berkembang. Sepenggal ungkapan yang lebih dalam menggambarkan bagaimana anak didik telah kehilangan energi dan potensi besar yang ada dalam dirinya sendiri – yang sayangnya sama sekali luput/diluputkan oleh institusi yang bernama sekolah - sejak mereka berada pada jenjang sekolah dasar, menengah, bahkan sampai ke perguruan tinggi, tergambarkan dalam penggalan kalimatnya Mangunwijaya (1995:9), “Anak-anak ini sudah terpotong

sayapnya sebelum mereka belajar terbang”.

Menurut Hasan (2010:11), sekolah-sekolah yang ada saat ini menyebabkan pendidikan – yang diharapkan sebagai proses yang dapat mengentaskan manusia dari penindasan dan kesengsaraan - menjadi bagian yang justru menindas menusia itu sendiri. Hal itu terjadi karena sekolah telah menyebabkan siswa tercerabut dari realitas dirinya dan lingkungan tempat dia tumbuh dan berada yang diakibatkan oleh penafsiran yang salah terhadap pendidikan yang dipandang sekadar ajang alih pengetahuan (transfer of knowledge), belum sampai pada tataran bagaimana mengupayakan agar pengetahuan itu dapat menjadi sarana mendidik manusia (siswa) agar mampu membaca realitas kehidupan.

Sebagaimana dinyatakan oleh Sindhunata (2002:3), dalam Teori Konflik


(23)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial, bahkan sekolah merupakan bagian dari kepentingan masyarakat untuk mempertahankan struktur sosial, stratifikasi sosial, dan melayani kelas sosial tertentu. Sekolah yang semestinya merupakan tempat belajar, bermain, berteman, dan mengembangkan jati diri, pada akhirnya tidak lagi menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak (siswa). Lebih lanjut menurut mereka, bahkan tidak jarang ketika di sekolah anak-anak justru takut kepada gurunya. Beban pekerjaan rumah (PR) menumpuk, guru yang otoriter, orang tua yang selalu memaksa agar anaknya berprestasi memberi tekanan mental dan psikologis serta trauma bagi anak (siswa). Kasus-kasus anak-anak yang bunuh diri gara-gara dimarahi guru atau diolok-olok temannya kemudian menjadi berita yang biasa, juga kasus-kasus

bullying serta kekerasan terhadap dan oleh siswa yang beberapa tahun ini cukup tinggi frekuensinya.

Fenomena dan fakta seperti itu oleh Singer disebut sebagai “wenn schule krank macht” atau “fenomena sekolah yang sakit”. Sesuatu yang mengindikasikan bahwa sekolah menjadi tempat yang penuh sensor, guru yang selalu mengawasi dengan tanpa batas etika-psikologis, perintah sekolah yang selalu menjadi diktator dan mematikan bakat, sekolah yang menjadi “pengadilan” dan hukuman sehingga mengakibatkan kegelisahan, ketakutan, dan penuh ancaman. Semua fenomena itu oleh Kurt Singer disebut sebagai schwarzer paedagogik atau “pedagogik hitam”

(Sindhunata, 2000:3).

Menurut Hasan (2010:7), sekolah kini telah membawa segala macam masalah, seperti: kebosanan, rasa rendah diri, takut berbuat salah, persaingan antar siswa, dan lain sejenisnya ke dalam ruang-ruang kelas yang monoton, dogmatik dan formal. Belum lagi peristiwa tawuran siswa antar sekolah, narkoba, seks bebas, tindakan vandalisme dan lainnya.

Mengenai kondisi yang karut-marut itu, Darmaningtyas (2006) dengan lantang menyebutnya sebagai “pendidikan rusak-rusakan”. Menggambarkan kondisi seperti itu, secara dramatik, Sindhunata (2000) dalam tulisannya


(24)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyebut fenomena sekolah serupa itu sebagai “pendidikan yang hanya

menghasilkan air mata”.

Demikianlah, peluang serta kebebasan bagi individu dan masyarakat dalam menyelenggrakan pendidikan sendiri berbasis komunitas serta kegagalan sekolah dalam mengemban amanat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa telah memicu munculnya inisiatif masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan sendiri dalam bentuk sekolah-sekolah alternatif bagi putra-putrinya. Sebagaimana dinyatakan oleh Reimer (2000) dalam School is Dead; An Essay on Alternatives in Education (Matinya Sekolah – terj; Soedomo), menunjukkan alasan mengapa selalu ada pendidikan alternatif yang senantiasa muncul dalam bentuk sekolah alternatif dan mengapa masyarakat selalu membutuhkan adanya alternatif-alternatif sekolah lain, adalah karena sekolah-sekolah yang ada sekarang belum mampu memberikan solusi dan meniadakan jalan keluar bagi manusia untuk terbebas dari kondisi pendidikan yang monopolistik dan hegemonik.

Sesungguhnya, terminologi pendidikan (sekolah) alternatif menurut pandangan Miarso (2005:615), sebenarnya merupakan istilah generik yang meliputi sejumlah besar program atau cara pemberdayaan peserta didik yang dilakukan berbeda dengan cara-cara tradisional-konvensional. Lebih lanjut Miarso mengungkapkan, bahwa pendidikan (sekolah) alternatif sendiri mempunyai tiga kesamaan yaitu: (1) pendekatan bersifat individual, (2) memberikan perhatian lebih besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga dan pendidik, dan (3) dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman yang dimiliki anak didik.

Berbeda dengan pendapat Miarso di atas, Mintz (1994:xi) lebih dulu mengemukakan bahwa pendidikan (sekolah) alternatif dapat dikategorikan dalam 4 (empat) bentuk pengorganisasian, yaitu: (1) sekolah publik pilihan (public choice), (2) sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (students at risks), (3) sekolah/lembaga pendidikan swasta atau independen, dan (4) pendidikan di rumah (home-based schooling).


(25)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan Kendra dan Elaine (2008:8) dalam tulisannya Interning in an Alternative School menuliskan, bahwa sekolah alternatif adalah lembaga independen-progresif yang menawarkan lingkungan pendidikan yang memungkinkan siswa membangun hubungan yang erat, penuh kebersamaan dan kekerabatan satu sama lain, baik dengan administrator, guru, wali murid, dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan pengertian pendidikan alternatif yang telah dikemukanan oleh Miarso, Mintz, Kendra dan Elaine di atas, maka pengertian pendidikan (sekolah) alternatif yang kemudian peneliti pahami adalah lembaga pendidikan independen-progresif yang menerapkan pendekatan individual dalam proses pembelajarannya dengan memperhatikan secara menyeluruh kebutuhan anak didik, pendidik, dan masyarakat sekitarnya dan dikembangkan berdasarkan minat serta pengalaman yang dimiliki anak didik dan komunitasnya.

Namun demikian, diakui Hasan (2010:13), bahwa hampir tidak ada stereotip ataupun pakem yang pasti untuk melihat sekolah-sekolah alternatif ini lewat program-program maupun pendekatan yang dipakai, karena masing-masing menemukan dan menggunakan apa yang secara langsung didapatkan dari masyarakat setempat.

Munculnya sekolah alternatif yang lahir atas inisiatif masyarakat semakin

menunjukkan, bahwa ada “ruang bernafas” bagi masyarakat marjinal seperti; anak-anak jalanan, anak-anak yatim-piatu, anak-anak miskin, anak-anak buruh tani, anak-anak buruh nelayan, anak-anak buruh pabrikan, anak-anak desa terpencil dan anak-anak dari kalangan keluarga kurang mampu untuk turut ambil bagian dalam kesempatan memperbaiki kualitas diri maupun masyarakat dan lingkungan tempat mereka berada. Dengan demikian, seruan dan ajakan Saroni

(2010), bahwa “orang miskin harus sekolah” sungguh menemukan wadahnya.

Salah satunya adalah Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah (QT) di Kalibening yang bernuansa pedesaan dan agraris kental, yang berada di Kota Salatiga Jawa


(26)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tengah.

Qaryah Thayyibah (QT) merupakan satu di antara sekolah alternatif yang berbasis kebutuhan komunitas masyarakat sekitarnya. Menurut Bahruddin (2007) pada awal berdirinya Qaryah Thayyibah merupakan perkumpulan kelompok-kelompok petani yang tersebar di sekitar Salatiga dan Semarang. Dapat dikatakan bahwa ide untuk menyelenggarakan pendidikan yang terjangkau dan tidak kalah bersaing dengan pendidikan pada sekolah formal justru lahir dari lapisan masyarakat petani yang merupakan masyarakat kurang beruntung yang secara umum lemah secara ekonomi.

Dalam pandangan Bahruddin (2007), pendiri QT, munculnya sekolah alternatif yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta yang mampu memberi akses pendidikan luas kepada semua anak bangsa, adalah oase ditengah kegelisahan berkepanjangan tentang kualitas, relevansi, efisiensi dan pemerataan pendidikan Bangsa Indonesia. Dengan adanya sekolah alternatif diharapkan mampu menciptakan dan meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia. Kompleksitas permasalahan pendidikan di Republik ini kemudian memicu munculnya ide-ide cemerlang dari lapisan masyarakat miskin untuk menyelenggarakan sekolah sendiri bagi anak-anak mereka, yang kemudian oleh Bahruddin disebut sebagai pendidikan alternatif.

Lebih lanjut Bahruddin (2007) menyatakan, bahwa penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah disebutnya sebagai sekolah alternatif karena pendidikan di sekolah itu sengaja dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik tetap dapat menikmati indahnya pendidikan tanpa harus memikirkan besarnya biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh orang tua siswa untuk membiayai keperluan sekolah seperti, buku, seragam dan sarana prasarana pendidikan lainnya.

Hasan (2010) menunjukkan, perihal yang paling mendasar di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah adalah cara pandang keseluruhan komponen dalam


(27)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersama-sama memandang pendidikan ideal yang dibutuhkan dalam menjawab tuntutan dan kebutuhan sumber daya manusia dalam jangka menengah dan panjang. Komponen yang dimaksud tidak hanya menyebut guru dan siswa, melainkan juga masyarakat dan orang tua siswa sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Cara pandang ini merupakan modal dasar dalam menemukan metode dan strategi paling tepat yang kemudian diterapkan di sekolah alternatif ini.

Menurut Bahrudin (2007), proses pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah yang dalam pelaksanaannya direncanakan sendiri oleh masyarakat, juga dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dan dalam mengevaluasi program pembalajaran yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakatnya akan akses pendidikan yang terjangkau tentu saja tanpa mengesampingkan mutu. Adapun untuk sumber daya pendidik yang gunakan adalah sumber daya manusia yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakanpun sangat kental dengan pendidikan yang berlandaskan pada kebutuhan masyarakatnya (local needs), bukan merupakan pendidikan yang didasarkan atas kebutuhan orang atau pihak lain. Pola pendidikan yang tercermin dari pendidikan tersebut adalah pendidikan yang murni pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat-nya.

Lebih lanjut menurut Bahruddin (2007) pada perkembangannya lembaga pendidikan atau sekolah alternatif Qaryah Thayyibah telah mengalami banyak perubahan dan pasang surut. Namun, seiring perubahan dan perkembangan Qaryah Thayyibah tidak mengubah niat dan tujuan awal tercetusnya ide menyelenggarakan pendidikan yang bisa diakses semua lapisan masyarakat tanpa kalah bersaing dalam hal mutu dan sumber daya yang dihasilkan. Perubahan yang sangat tampak dan sangat mencolok adalah, kini sekolah alternatif Qaryah Thayyibah telah tercantum sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) pada Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Meskipun telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan dalam berbagai hal akan tetapi bila


(28)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melihat sejenak ataupun lebih dalam ke pola penyelenggaraan pendidikan yang ada di sekolah alternatif ini masih tetap sama dengan prinsip awalnya.

Salah satu hal yang paling mencolok dari sekolah alternatif Qaryah Thayyibah ini adalah proses pembelajarannya yang tidak seperti pembelajaran di sekolah umumnya. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan singkat peneliti menemukan, bahwa proses pembelajaran di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah dapat dikatakan sangat berbeda dan kontras dengan proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah formal. Salah satu contoh, jika setiap hari senin pagi di sekolah-sekolah formal dilaksanakan upacara bendera, siswa-siswa di sekolah

alternatif Qaryah Thayyibah juga melaksanakan “upacara”. Namun, upacara dilaksanakan dalam ruangan sambil duduk lesehan bersama seluruh siswa dan guru dengan agenda utama membicarakan program kegiatan yang akan dilakukan selama seminggu ke depan. Tentu saja “upacara” itu tanpa bendera dan ritual penghormatan kepada bendera. Proses pembelajaran di sekolah ini dilaksanakan bukan di dalam ruangan kelas yang terdapat bangku, kursi, papan tulis serta atribut yang melengkapi ruang-ruang kelas pada umumnya. Namun, tempat berlangsungnya pembelajarannya fleksibel, bisa di manapun lokasi di sekitar desa, mulai dari rumah warga, masjid, lapangan, halaman rumah bahkan sawah-sawah milik penduduk desa di sana.

Para pengajar atau guru (pendamping) di sekolah ini berperan sebagaimana mestinya, yaitu sebagai teman atau sahabat yang memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Hal mendasar yang dikembangkan di Qaryah Thayyibah adalah memosisikan guru sebagai mitra belajar siswa dan mengembalikan pembelajaran pada pemilik aslinya yaitu siswa. Situasi pendidikan yang kemudian diterapkan adalah dengan menciptakan proses pembelajaran yang tidak kaku, dinamis dan penuh kreativitas.

Menurut Bahruddin (2007), kreativitas dapat dihasilkan apabila siswa penuh percaya diri dan tanpa rasa tertekan dalam aktivitas belajarnya. Dalam situasi yang penuh persahabatan dan keriangan semua potensi untuk kreatif sudah menemukan wajah awalnya dalam kompleksitas siswa yang unik. Inilah yang


(29)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membedakan dengan situasi di kelas yang dibangun dengan model sekolah konvensional. Dari model guru yang menempatkan dirinya sebagai sahabat, teman dan mitra belajar siswa dan memfasilitasi proses belajar siswa sebagaimana mestinya, aktifitas pembelajaran di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah menjadi sangat dinamis dan mampu menghasilkan tingkat minimal dalam hal pelanggaran siswa, karena semua diatur dan disepakati oleh dan untuk siswa sendiri secara partisipatif.

Sebagai satu fenomena dalam dunia pendidikan, keberadaan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah di Kalibening Salatiga tentu saja menarik perhatian para ahli pendidikan. Eksistensinya yang sangat kontras dan berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya, baik dalam substansi kurikulumnya, metode dan proses pembelajarannya, lingkungan belajar dan dinamika yang berlangsung dan terjadi sehari-hari di Qaryah Thayyibah menarik untuk dijelaskan secara jernih. Atribut, simbol dan tanda-tanda keberadaan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah perlu dijelaskan maknanya. Sebagaimana diyakini oleh Paul Ricoeur (1991:99), bahwa sebuah fenomena tidak akan pernah lepas dari simbol-simbol yang harus di tafsirkan. Seperti bahasa yang diterjemahkan dalam kata-kata, itu semua harus diterjemahkan agar manusia menemukan makna sesungguhnya. Hal tersebut juga mendapat dukungan dan diakui oleh Bartens (2001:254-259) yang menuliskan biografi Ricoeur dalam Filsafat Barat Kontemporer Prancis.

Menurut Takwin (2011:1), untuk memahami sebuah fenomena secara sistematik, rigorous (ketat), dan mendalam bukan sekadar pada kulitnya saja, metode fenomenologi hermeneutika menawarkan solusinya. Metode ini dalam literatur ilmu humaniora diakui sebagai metode penafsiran yang ketat, dapat membawa peneliti kepada pemahaman tentang fenomena secara apa adanya, menyeluruh, dan sistematik terutama dalam menjelaskan tentang identitas-diri tanpa mengabaikan aspek objektivitasnya.


(30)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Human Sciences; Essays on Langguage, Action and Interpretation, mendefinisikan hermeneutika sebagai teori tentang kaidah-kaidah yang menata sebuah eksegesis, atau dengan kata lain sebuah interpretasi teks partikular atau kumpulan potensi tanda-tanda keberadaan yang dipandang sebagai teks. Hermeneutika adalah proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang nampak ke arah makna terpendam, mendalam dan tersembunyi. Inilah tantangan bagi peneliti yang menggunakan hermeneutika sebagai metode analisisnya.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan – meskipun hanya alternatif - sudah barang tentu Qaryah Thayyibah memiliki kurikulum yang menjadi “jantung” dalam proses kegiatan pendidikan yang dilaksanakannya. Mendukung pendapat tersebut Klein (1992:27) mengatakan, bahwa dalam setiap kegiatan pendidikan selalu ada kurikulum dan posisi kurikulum dalam kegiatan pendidikan adalah sebagai “the heart of education”.

Keberadaan kurikulum pada sebuah lembaga pendidikan alternatif seperti Qaryah Thayyibah menjadi salah satu alat penjelas yang jernih lagi terang-benderang mengenai fakta, fenomena, dan tanda-tanda keberadaannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Ornsteins & Hunkins (1998), bahwa kurikulum menyediakan penjelasan terbaik bagi fenomena pendidikan saat ini yang akan mencipta ulang dunia dan kehidupan manusia di masa mendatang, tentang siswa yang akan menjalani hidup dan kehidupan pada masanya.

Fenomena yang nampak jelas di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah adalah bahwa mereka memaknai kurikulum bukan sebagai “kertas kosong” dimana proses, rencana dan evaluasi pembelajaran dituliskan, dicetak dan dilaksanakan. Tetapi, kurikulum di sekolah ini dimaknai sebagai upaya memenuhi kebutuhan belajar siswa yang menampakkan wujudnya sebagai fenomena belajar sehari-hari yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sendiri oleh dan untuk siswa sendiri secara partisipatif.

Dalam konteks praksis, sebuah kurikulum yang diimplementasikan pada sebuah institusi pendidikan alternatif seperti Qaryah Thayyibah dapat saja


(31)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menerapkan suatu muatan kurikulum berdasarkan sudut pandang atau persepsi tentang seperti apa output pengajaran dan pendidikan yang divisikannya. Hal tersebut akan memberi pengaruh pada proses pembelajaran yang diberlangsungkan serta karakteristik (personal quality and competency) para peserta didik yang dihasilkan (output) di kemudian hari. Senada dengan pendapat di atas, Schubert (1986:47) dalam Curriculum Perspective, Paradigm, and Possibility menyatakan, “… perspectives form the context or background that nourishes the development of a set of beliefs or assumptions”.

Pada dimensi teori kurikulum, Ornsteins dan Hunkins (1998:19) dalam tulisannya Curriculum Theory: Reconceptualists, Critical Theorists, Postmodernists dalam Curriculum: Foundations, Principles & Issues, menjelaskan, bahwa teori kurkulum adalah kesadaran diri kurikulum dan juga kesadaran kepengarangannya. Ketika seorang ahli kurikulum menuliskan teori kurikulum maka tulisannya tidak akan mengakhiri tafsir dengan klarifikasi definitif final yang menghapus semua keraguan yang tersisa. Ini menunjukkan bahwa eksistensi sebuah klarifikasi definitif teori kurikulum yang harus diklarifikasi. Hal semacam inilah yang oleh Ricoeur (1970) disebut sebagai

“Lingkaran Hermeneutika”.

Lingkaran hermeneutika dalam pengembangan kurikulum pendidikan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah niscaya ada, oleh karena itu peneliti hendak menelusuri jejak-jejak keberadaanya untuk menemukan makna sesungguhnya melalui penelitian yang menggunakan pendekatan hermeneutika. Hal ini pula yang memenuhi unsur “kekhasan” yang dapat ditunjukkan dalam penelitian ini. Lebih dari itu, unsur khas lain ditunjukkan melalui metode “hermeneutik

kecurigaan” yang dipinjam dari Paul Ricoeur mewakili usaha peneliti dalam mengkaji bidang kajian kurikulum sebagai bidang studi (sains) untuk mengembangkan dimensi teoritis kurikulum dan kajian kurikulum sebagai seni untuk mengembangkan dimensi praktis kurikulum. Hal ini senada dengan usaha peneliti dalam mempertahankan hermeneutika sebagai sains dan seni.


(32)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Ricoeur (1970:29) hermeneutika dihidupkan oleh dua motivasi, kehendak untuk curiga dan kehendak untuk menyimak; kesediaan untuk menentang dan kesediaan untuk patuh. Dengan dasar itu, dalam konteks pemahaman terhadap teks, yang pertama harus dilakukan adalah upaya menjauhi

idola (berhala) dengan cara menyadari secara kritis kemungkinan berbaurnya harapan-harapan pribadi peneliti sebagai pembaca dan penafsir dalam memahami sebuah teks sehingga terbebas dari subjektivitas. Kedua, diperlukan kebutuhan untuk menyimak dalam keterbukaan terhadap lambang (symbol) dan alur teks, dengan demikian memungkinkan peristiwa-peristiwa kreatif terjadi di hadapan teks dan berpengaruh terhadap peneliti.

Untuk itulah kiranya, peneliti perlu dan hendak mengungkapkan serta mencari penjelasan secara lebih jernih dan terperinci mengenai basis filosofi-ideologis pendidikan yang melatarbelakangi munculnya sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, menemukan rancang bangun konsepsi teori kurikulumnya, mengetahui bagaimana implementasi kurikulum, menemukan akar epistemologis

curriculum theoretical frame work-nya dan mengungkapkan makna sesungguhnya, mendalam yang tersembunyi dalam praksis pengembangan kurikulum pendidikan sehari-hari, serta menyusun analisis hermeneutis perihal keberadaan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah yang menerapkan kurikulum yang berbeda--terlebih pada masa bersamaan muncul program pembaruan kurikulum nasional dan standarisasi pendidikan tengah berlangsung, dibandingkan dengan standar pendidikan formal di Indonesia, dan kepada siapakah kurikulum pendidikan sekolah alternatif hendak diarahkan. Selain itu, juga tentang bagaimana praksis pembelajaran yang berlangsung sehari-hari di sana serta dinamika pengembangan kurikulum di Qaryah Thayyibah yang merupakan sekolah alternatif hasil prakarsa masyarakat lokal, mendesak untuk dijelaskan secara jernih, tuntas dan mendalam sebagai sebuah fenomena pendidikan saat ini yang sarat dengan simbol-simbol yang perlu ditafsirkan makna tersembunyi yang terkandung didalamnya.


(33)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan hermeneutika melalui metode hermeneutika fenomenologinya Ricoeur dipakai sebagai pisau analisis dalam penelitian ini, mengingat tindakan manusia memenuhi unsur-unsur tekstualitas sebagai karya yang terbuka karena adanya otonomisasi tindakan. Hai ini relevan dengan pemikiran Schubert (1986) yang menjadi grand theory bagi penelitian ini melalui penempatan kurikulum pendidikan sebagai area yang terbuka (open menu), bahwa kurikulum sebagai sebuah kemungkinan ilmpementasi yang terbuka. Diyakini bahwa implementasi suatu kurikulum - dengan segenap komponen, materi, bahan, nilai, karakteristik, aktivitas, pengaturan-pengaturan, dan seterusnya -, di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah bermula dari sejauhmana stakeholder institusi pendidikan itu mempersepsi realita - kebutuhan SDM aktual, pemetaan dan proyeksi tantangan di masa depan, serta apa saja yang diperlukan dalam rangka memberi respons proaktif terhadap realita dinamika umat manusia -, sebagai capaian kesadaran (consideration) dan kearifan (indigenous inquiry). Hal ini relevan dengan pendapat yang mengatakan bahwa sebuah kurikulum tidak lahir dari kekosongan konteks.

Dengan demikian dapat dipahami, bahwa bangunan argumentasi-argumentasi inilah yang kemudian mengantarkan, mendorong dan sekaligus mengarahkan minat peneliti untuk mengkaji secara ilmiah atas keberadaan kurikulum pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah. Selain itu, keberadaan sekolah tersebut memang tengah menarik perhatian masyarakat, mengingat eksistensinya kontras sekaligus menegasikan sekolah-sekolah pada

umumnya dengan “memproklamasikan” dirinya melalui keyakinan bahwa “desaku sekolahku” dan justru kini berkembang lagi menjadi “sekolahku bukan sekolah” oleh siswa-siswa Qaryah Thayyibah sendiri.

B. Fokus Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini fokus pada upaya untuk mengungkap kurikulum seperti apa yang keberadaannya terdefinisikan melalui pemahaman dan mengungkap makna tersembunyi dalam esensi kurikulum pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, yang menjadi “jantung” dalam kegiatan


(34)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidikannya dan pengembangan kurikulum dalam praksis pembelajaran sehari-hari. Upaya menemukan rancang-bangun konsepsi teori kurikulumnya dan menjelaskan bagaimana implementasi kurikulumnya. Upaya menemukan akar epistemologis curriculum theoritical frame work sekolah alternatif Qaryah Thayyibah dan menemukan basis filosofis-ideologi pendidikan yang menjadi

“ruh” dan spirit dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan alternatif di Desa Kalibening Salatiga yang kemudian diberi nama Qaryah Thayyibah (QT) itu beserta proses dinamika pembelajaran yang berlangsung di lembaga pendidikan alternatif tersebut.

C. Rumusan Masalah

Sekolah alternatif yang progresif dan memiliki independensi merupakan prakarsa warga masyarakat berbasis kebutuhan komunitas yang dalam proses pendidikannya menerapkan kurikulum yang berbeda dengan kurikulum nasional. Hal ini tentunya deterministik dan permasalahan yang kemudian muncul adalah: Kandungan isi (esensi) dan makna hermeneutika apa yang terpendam, mendalam dan tersembunyi dalam dinamika pengembangan kurikulum yang menjadi the heart of education pada kegiatan pendidikan di Qaryah Thayyibah yang menerapkan kurikulum berbeda dengan kurikulum nasional? Akar epistemologis apa yang menjadi pondasi bangunan kerangka teori kurikulum (curriculum theoretical frame work) yang dapat dipahami pada kegiatan pendidikan di Qaryah Thayyibah? Basis filosofis-ideologis pendidikan apa yang mendasari proses implementasi pengembangan kurikulum pada kegiatan pendidikan di Qaryah Thayyibah yang tercermin dalam proses pembelajaran sehari-hari? Memahami esensi kurikulum di lembaga pendidikan alternatif Qaryah Thayyibah adalah sangat penting karena menjadi point of view dalam menjelaskan secara jernih mengenai fakta, fenomena, dan tanda-tanda keberadaannya.

Guna mencari jawaban atas permasalahan-permasalahan ini, peneliti menurunkan rumusan masalah tersebut menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian yang menjadi panduan kajian dalam penelitian ini dan tentunya pertanyaan


(35)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini niscaya dapat berkembang sesuai konteks kajian di lapangan. Pertanyaan penelitian yang dimaksudkan yaitu berikut ini:

(1) Ideologi-ideologi pendidikan apa yang menjadi ruh dan spirit dalam menyelenggarakan pendidikan alternatif di desa Kalibening Salatiga yang kemudian diberi nama Qaryah Thayyibah?

(2) Apa akar epistemologis curriculum theoritical frame work sekolah alternatif Qaryah Thayyibah?

(3) Seperti apa rancang-bangun dan konsepsi kurikulum pendidikan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah?

(4) Apa esensi kurikulumnya dan bagaimana eksistensi kurikulum pendidikannya kini di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah?

(5) Bagaimana implementasi kurikulum pendidikan dalam dinamika pembelajaran sehar-hari di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah?

(6) Makna apa yang tersembunyi dalam esensi kurikulum dan praksis pengembangan kurikulum yang diimplementasikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah dalam dinamika pembelajaran sehari-hari apabila dilihat dari sudut pandang hermeneutika?

(7) Mengapa sekolah alternatif Qaryah Thayyibah menerapkan kurikulum yang berbeda dengan kurikulum pendidikan nasional dan muncul ketika program pembaruan kurikulum nasional dan standarisasi pendidikan tengah berlangsung, sebenarnya kepada siapakah kurikulum pendidikan sekolah alternatif itu hendak diarahkan?

D. Definisi Operasional

Terdapat dua terminologi yang sangat penting untuk didefinisikan secara operasional supaya mampu memberikan gambaran yang terang dan jernis mengenai pelaksanaan penelitian ini. Kedua terminologi yang dimaksud adalah tafsir hermeneutika dan kurikulum pendidikan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah.


(36)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Tafsir Hermeneutika

Hermeneutika dipahami sebagai teori penafsiran atau refleksi teoritis tentang kegiatan menafsirkan fenomena tekstual. Hermeneutika adalah “jalan

panjang” berupa proses penguraian yang beranjak dari isi dan makna yang nampak ke arah makna terpendam, mendalam dan tersembunyi untuk memahami fenomena secara lebih baik yang berdampak pada pemahaman diri penafsir. Pendekatan hermeneutika dipakai untuk mengambarkan secara “apa

-adanya” tentang suatu gejala atau sebuah keadaan dan digunakan untuk memahami sebuah fenomena secara sistematik, ketat, dan mendalam bukan sekadar pada kulitnya saja. Ricoeur (1985:45) mendefinisikan hermeneutika sebagai teori pengoperasian pemahaman dalam hubungannya dengan interpretasi/penafsiran terhadap “teks”, baik berupa tulisan maupun fakta dan fenomena yang membuahkan pememahaman diri. Menurut Ricoeur, apa yang diucapkan, dilakukan atau ditulis oleh manusia mempunyai makna lebih dari satu bila dihubungkan dengan konteks yang berbeda. Karakteristik yang menyebabkan kata-kata memiliki makna lebih dari satu bila digunakan dalam konteks-konteks yang berbeda oleh Ricoeur dinamakan “polisemi”. Karakteristik inilah yang menjadikan hermeneutik diperlukan dalam memahami tindakan manusia.

2. Hermeneutika Fenomenologi

Hermeneutika memerankan fungsi pemahaman yang mampu memberikan aturan-aturan metodis kongkrit untuk menafsirkan fenomena. Kegiatan menafsirkan fenomena menuntut hermeneutika beranjak dari peran seni pemahaman kepada refleksi yang lebih fenomenologis, tentang fenomen penafsiran. Penafsiran secara hermeneutika fenomenologi ini tidak dibatasi pada analisis teks dan fenomena dalam disiplin ilmu tertentu, tetapi merupakan ciri dasariah dari keberadaan manusia di dunia sejarawi dan terbatas ini. Model ini sering disebut hermeneutika fenomenologi yang dikembangkan oleh Paul Ricoeur (1974) dalam karyanya The Conflict of Interpretations: Essay on the


(37)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hermeneutica. Model ini dapat mengenali tantangan pokok refleksi filsafat tentang unsur-unsur dasariah dari pengalaman manusia. Fenomenologi merupakan asumsi dasar bagi hermeneutika, sebab hermeneutika tidak dapat memerankan sebagai refleksi yang bersifat fenomenologis tanpa hadirnya fenomenologi.

3. Kurikulum Pendidikan Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah

Sebagaimana dituliskan Hasan (2008:90), bahwa kini istilah kurikulum memiliki empat dimensi definisi, yang satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu: (1) kurikulum sebagai suatu ide/gagasan, (2) kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang hakekatnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoretis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis. (4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan. Klein (1992) menegaskan, dalam setiap kegiatan pendidikan selalu ada kurikulum dan posisi kurikulum sebagai “the heart of education”. Ornsteins & Hunkins (1998) meyakini, kurikulum menyediakan penjelasan terbaik bagi fenomena pendidikan saat ini yang akan mencipta ulang dunia dan kehidupan manusia di masa mendatang.

Sedangkan Kendra dan Elaine (2008:79) dalam tulisannya Interning in an Alternative School menuliskan, bahwa sekolah alternatif adalah lembaga independen-progresif yang menawarkan lingkungan pendidikan yang memungkinkan siswa membangun hubungan yang erat, penuh kebersamaan dan kekerabatan satu sama lain, baik dengan administrator, guru, wali murid, dan lingkungan masyarakat.

Tindakan Bahruddin (2007) mendirikan sekolah alternatif, dimana keberadaan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah (QT) di Desa Kalibening,


(38)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kota Salatiga Jawa Tengah menarik perhatian ahli pendidikan. Eksistensinya kontras sangat berbeda dengan sekolah-sekolah umumnya, baik dalam substansi kurikulum, metode dan proses pembelajaran, lingkungan belajar, dinamika yang berlangsung dan terjadi sehari-hari menarik untuk dijelaskan secara jernih. Sebagai lembaga pendidikan, QT memiliki kurikulum yang

menjadi “jantung” dalam proses kegiatan pendidikannya.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah (QT) adalah untuk menemukan makna yang terkandung dalam esensi kurikulum dan dinamika pengembangan kurikulum di sekolah Qaryah Thayyibah secara sistematik, rigorous (ketat), dan mendalam bukan sekadar pada kulitnya saja yang menjadi jantungnya (the heart of education) pada kegiatan pendidikan dalam praksis pembelajaran sehari-hari melalui pendekatan hermeneutis. Juga untuk memahami basis filosofis-ideologis pendidikannya serta memahami proses implementasi pengembangan kurikulum yang menjadi “benang merah” pada kegiatan pendidikan di Qaryah Thayyibah yang tercermin dalam proses pembelajaran sehari-hari.

Tujuan lain, adalah memahami akar epistemologis bangunan kerangka teori kurikulum (curriculum theoretical frame work) pada kegiatan pendidikan di sekolah QT. Memahami keberadaan kurikulum di lembaga pendidikan alternatif seperti QT menjadi penting sebab merupakan salah satu alat penjelas yang jernih mengenai fakta, fenomena, dan tanda-tanda keberadaannya. Alasan lain karena keberadaan kurikulum menyediakan penjelasan yang terang tentang karakteristik (personal quality and competency) peserta didik yang dihasilkan (output) yang akan menjalani kehidupan pada masanya, tentang fenomena pendidikan yang akan mencipta ulang dunia dan kehidupan manusia di masa mendatang.


(39)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat secara teoritis berupa terciptanya satu sistem pernyataan (asset of statement) yang memiliki karakteristik bersifat memadukan, berisi kaidah-kaidah umum, bersifat meramalkan serangkaian hal dan menjelaskan suatu kejadian yang bersifat universal yang akan meng(re)konstruksi bangunan kerangka teori (theoretical frame work) dan akar epistemologis kurikulum yang terlahir dari suatu proses pada kegiatan pendidikan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah.

Diharapkan akar epistemologis dan rancang-bangun teori kurikulum (curriculum theoretical frame work) hasil (re)konstruksi sebagai seperangkat pernyataan yang akan memberikan makna terhadap kurikulum sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, dimana makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk (pedoman) perkembangan, penggunaan dan penilaian yang lahir dari proses kegiatan pendidikan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah diharapkan dapat berfungsi untuk mendeskripsikan sekaligus menjelaskan secara mendalam dan apa adanya mengenai fakta, fenomena, dan tanda-tanda keberadaan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah. Manfaat teoritis lain, juga diharapkan dapat berfungsi memprediksikan tentang proses pembelajaran yang diberlangsungkan serta karakteristik (personal quality and competency) peserta didik yang dihasilkan (output) oleh lembaga pendidikan Qaryah Thayyibah, dimana peserta didik itu akan menjalani kehidupan pada masanya. Sejumlah besar karakteristik yang dapat diprediksikan niscaya menggambarkan kekayaan dan keluasan konsep serta sebagai alat untuk mengetahui keluasan dan kedalaman pengertian sehingga membuahkan pemahaman.

Sebagai satu fenomena, pengembangan kurikulum di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah tidak akan pernah lepas dari simbol-simbol yang harus di


(40)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tafsirkan. Secara hermeneutis, dinamika pengembangan kurikulum dalam praksis pembelajaran sehari-hari dan bangunan kerangka teori pengembangan kurikulum (curriculum theoretical frame work) pada kegiatan pendidikan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah mencerminkan kesadaran diri kurikulum dan juga kesadaran pengembang kurikulum; dimana guru di QT memiliki peran sebagai pengembangan kurikulum (curriculum developer) dan dipahami bahwa kurikulum

tidak tercipta dalam “ruang kosong”, melainkan pengembangan kurikulum dipahami bila guru sebagai pengembang kurikulum mengetahui siapa mengajar siapa, di masyarakat apa, bila mana dan di mana, serta untuk posisi sosial apa anak didik itu dididik.

Diharapkan penelitian ini dapat menemukenali basis filosofis-ideologis penyelenggaraan pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah dan secara hermeneutis mengungkap makna tersembunyi dalam praksis pengembangan kurikulum pendidikannya yang berkembang atas inisiatif masyarakat kelas bawah (grassroots) dalam dinamika pembelajaran sehari-hari di sekolah tersebut. Manfaat teoritis lain, dapat menemukan akar epistemologis dan konsepsi teori kurikulum, mengidentifikasi eksistensi pengembangan kurikulum serta metode implementasi kurikulum pada kegiatan pendidikan di Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah, sehingga memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan bidang pengembangan kurikulum.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat secara praktis berupa

feedback bagi para ilmuan pendidikan dan para ahli kurikulum untuk mengetahui bangunan kerangka teori (theoretical frame work) kurikulum pendidikan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, mengetahui akar epistemologis bangunan kerangka teori kurikulum (curriculum theoretical frame work) pendidikannya dan mengetahui secara mendalam makna tersembunyi yang terkandung dalam


(41)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dinamika pengembangan kurikulum pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah yang menjadi “benang merah” pada praksis pembelajaran sehari-hari.

Manfaat praktis lain, dapat mengetahui landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, mengetahui ideologi pendidikan yang menjadi ruh dan spirit dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, mengetahui metode implementasi kurikulum pendidikan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, dan mengatahui setting dan latar belakang berdirinya sekolah alternatif Qaryah Thayyibah.

Harapan lain, penelitian ini bisa menjadi feedback bagi para pengambil kebijakan pendidikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyelenggaraan pendidikan yang berpihak kepada masyarakat kelas bawah (grass-roots). Peneliti juga berharap penelitian ini memberi feedback berupa masukan kepada

stakeholder dan Pemerintah guna merancang dan melaksanakan program pembaruan kurikulum nasional yang populis berbasis community development.


(1)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mudyahardjo, Redja (2001). Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhadjir, Noeng (1987). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Suatu Teori

Pendidikan. Yogyakarta: Rake Sarasin.

McNeil, D. John (2009). Contemporary Curriculum: In Thought and Action (Seventh Edition), New Jersey: John Wiley & Sons Inc.

Nashir, Ridwan (2005). Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nasution. S. (1988). Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution, S. (1999). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Ornstein, C. Allan & Francis P. Hunkins (1998). Curriculum, Foundations,

Principles, and Issues. Boston: Allyn and Bacon.

Orban, Gyöngyi (1998). Hermeneutics and Literary Pedagogy. Philobiblon: Transylvanian Journal of Multidisciplinary Research in Humanities; 1998, Vol. 3 Issue 1/2, p175-214, 40p. Source: http://web.ebscohost.com/ehost/29/02/12 13:27 AM.

O’neill, F. William (2002). Ideologi-ideologi Pendidikan. Terj. Omi Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

O’neill, F. William (1981). Educational Ideologies: Contemporary Expressions of

Educational Philosophies. Santa Monica. California: Goodyear

Publishing Company Inc.

Pahwa, Bhavana A. (2003). Technology and School Social Work Services:

Introducing Technology in an Alternative School. Journal of Technology

in Human Services; 2003, Vol. 21 Issue 1/2, p139, 22p. Source: http://web.ebscohost.com/ehost/29/02/12 13:27 AM.

Palmer, A. Joy (2006). Fifty Modern Thinkers on Education: 50 Pemikir Paling

Berpengaruh terhadap Dunia Pendidikan Modern. Terj. Farid Assifa.

Yogyakarta: IRCiSoD.

Palmer, E. Richard (1969). Hermeneutics. Evanston: Northwestern Univ. Press. Palmer, E. Richard (2003). Hermeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Terj.


(2)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pinar, F. William. (et al.), (2002). Understanding Curriculum: An Introduction to the

Study of Historical and Contemporary Curriculum Discourses. New

Yorks: Peter Lang Publishing.

Pinar, F. William. (ed.), (1975). Curriculum Theorizing: The Reconceptualists.

California: McCutcheon-Berkeley.

Putra, R. M. Sareb (2011). Hermeneutika sebagai Metode Penelitian Komunikasi. Sumber: http://masri-sareb.blogspot.com/2011/04/hermeneutika-sebagai-metode-penelitian.html?zx=3b404ecda283f035. Diunduh Jumat, 08 April 2011. 16:11. AM.

Putri, R. Vegitya (2011). Fenomenologi, Hermeneutika dan Positivisme. Sumber: http://vegitya.unsri.ac.id/index.php/posting/6. Diunduh 14/02/13. 14:23 AM.

Poespoprodjo, W. (2004). Hermeneutika. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Pradipto, Y. Dedy (2007). Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional: Kontestasi

Kekuasaan dalam Pendidikan Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

Pringgodigdo, A.G., (et al.), (1977). Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius. Print, M. (1993). Curriculum Development and Design. Australia: Allen & Unwin. Quito, S. Emerito (1990). Philosophers of Hermeneutics, Manila: DLSU Press. Ricoeur, Paul (1967). The Symbolism of Evil. Boston: Beacon Press.

Ricoeur, Paul (1970). Freud and Philosophy An Essay on Interpretation. New Haven & London: Yale University Press.

Ricoeur, Paul (1974). The Conflict of Interpretations. Evanston: Northwestern Univ. Press.

Ricoeur, Paul (1981). Hermeneutics and the Human Sciences; Essays on Langguage,

Action and Interpretation. Cambridge: Cambridge Univ. Press.

Ricoer, Paul (1985). Hermeneutics and the Human Sciences., ed.dan terj.; John B. Thompson. Cambridge: Cambridge Univ. Press.

Ricoeur, Paul (1991). From Text to Action: Essays in Hermeneutics, II. Illionis: Northwestern.

Ricoeur, Paul (2012). Teori Interpretasi: Memahami Tekas, Penafsiran, dan


(3)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Riff, A. Michael (2001). dalam Kamus Ideologi Politik Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Russell, Bertrand (2004). Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi

Sosial Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang. Terj. Sigit Jatmiko.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Reagan, E. Charles, (ed.), (1979). Studies in the Philisophy of Paul Ricoeur, Athens: Ohio University Press.

Reigeluth, Charles M. & Robert J. Garfinkle, (eds), (1994). Systemic Change in

Education. Englewood Cliffs, NJ: Educational Technology Publications.

Reimer, Everett (2000). Matinya Sekolah. Terj. School is Dead: An Essay on Alternative education. Penyadur, M. Soedomo. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Romiszowsky, Alexander (1981). Designing Instructional Systems: Decision Making

in Course Planning and Curriculum Design. London: Kogan Page, Ltd.

Rosyida, Maia (2009). Sekolahku Bukan Sekolah. Yogyakarta: Matapena.

Roxberg A.; Burman M.; Guldbrand M.; Fridlund B.; da Silva AB. (2010). Out of the Wave: The Meaning of Suffering and Relieved Suffering for Survivors of the Tsunami Catastrophe. An Hermeneutic-Phenomenological Study of

TV-Interviews One Year after the Tsunami Catastrophe, 2004.

Scandinavian Journal Of Caring Sciences 2010 Dec; Vol. 24 (4), pp. 707-15. Source: http://web.ebscohost.com/ehost/25/12/11 6:27 PM.

Sadulloh, Uyoh (2004). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Saenong, B. Ilham (2002). Hermeneutika Pembebasan: Metodologi Tafsir Al-Quran

Menurut Hassan Hanafi. Yogyakarta: Teraju.

Salim, Agus (2002). Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus

Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Saroni, M. (2010). Orang Miskin Harus Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Sindhunata (2002). “Pendidikan Meningkatkan Ketidakadilan”, Majalah Basis, No. 07-08, Tahun ke-51, Juli-Agustus.

Sindhunata (2000). “Pendidikan Hanya Menghasilkan Air Mata”, Majalah Basis, No. 07-08, Tahun ke-49, Juli-Agustus, hal. 3.


(4)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Schleiermacher, F.E.D. (1977). Hermeneutics: The Handwritten Manuscripts, ed. Heinz Kimmerle, terj.; James Duke & Jack Forstman. Montana: Scholars Press.

Soedjatmoko, et.al., (ed.), (1965). An introduction to Indonesian Historiography. Ithaca: Cornell University Press.

Soedjatmoko (1984). Etika Pembebasan: Pilihan Karangan tentang Agama,

Kebudayaan, Sejarah, dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: LP3ES.

Soemanto, Wasty & Soeyarno. F.X. (1983). Landasan Historis Pendidikan

Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional.

Sudibyo, Agus (2006). Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS. Subkhan, Edi (2007). Analisis Hermeneutika Kritis Kurikulum Pendidikan Agama

Islam di Universitas Negeri Semarang. Skripsi Jurusan KTP Unnes (tidak

terbit).

Sugiyono (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. Syaodih (2001). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana (1989). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar Baru.

Sumartana. (ed.), (2001). Pluralisme, Konflik, dan Pendidikan Agama di Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumaryono, E. (1999). Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Sutrisno, Mudji & Putranto (ed), (2004). Hermeneutika Pascakolonial: Soal

Identitas. Yogyakarta: Kanisius.

Schubert, W. H. (1986). Curriculum: Perspective, Paradigm, and Possibility, New York: McMillan.

Spindler, George (1982). Doing the Ethnography for Schooling: Education

Anthropology in Action. New York. Holt, Rinehart and Winston.

Spiegelberg, Herbert (1984). The Phenomenological Movement: A Historical

Introduction. Netherlands: Martinus Nijhoff Publisher.

Syamsuddin, A. Maimun (2011). Hermeneutika Cangkolang dalam Proses

Pendidikan Berbasis Moral. Sumber:


(5)

http://www.lontarmadura.com/2011/05/26/hermeneutika-cangkolang-Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam-proses-pendidikan-berbasis-moral/#ixzz1qU1tUeNl. Diunduh 27 Juli 2011. 09:27. AM.

Taba, Hilda (1962). Curriculum Development: Theory and Practice. San Fransisco: San Fransisco State College.

Tanner, D., dan L.N. Tunner (1980). Curriculum Development. Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing House.

Takwin, Bagus (2003). Akar Ideologi: Pengantar Kajian Konsep Ideologi dari Plato

hingga Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra.

Takwin, Bagus (2011). Fenomenologi Hermeneutika. Sumber:

https://www.staff.ui.ac.id/internal/0800300001/fenomenologi-hermeneutik.doc. Diunduh 27 September 2011. 13:27.AM.

Tilaar, H.A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan: Manajemen Pendidikan Nasional

dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Thompson, Craig J.; Pollio, Howard R.; Locander, William B. (1994). The Spoken and the Unspoken: A Hermeneutic Approach to Understanding the Cultural Viewpoints That Underlie Consumers' Expressed Meanings.

Journal of Consumer Research; Dec.94, Vol. 21 Issue 3, p432-452, 21p. Source: http://web.ebscohost.com/ehost/25/12/11 6:27 PM.

Thompson, B. John (2006). Kritik Ideologi Global: Teori Sosial Kritis tentang Relasi

Ideologi dan Komunikasi Massa. Yogyakarta: IRCiSoD.

Thompson, B. John (1961). Critical Hermeneutics: A Study inthe Thought of Paul

Ricouer and Jurgen Habermas, New Haven & London: Yale University

Press.

Tyler, W. Ralph (1949). Basic Principles of Curriculum and Instruction, Chicago and London: The University of Chicago Press.

Unruh, G.G. dan Unruh A. (1984). Curriculum Development: Problem, Process and

Progress. Berkeley, California: McCutchan Publishing Company.

Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU-SISDIKNAS). Jakarta: Kemendikbud.

Vatimmo, Gianni (1997). Beyond Interpretation: The Meaning of Hermeneutics of

Philosophy. Standford and California: Standford University Press.


(6)

Yuli Utanto, 2014

Tafsir hermeneutika kurikulum pendidikan sekolah alternatif

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wachterhauser, R. Brice. (ed.), (1986). Hermeneutic and Modern Philosophy. New York: State University of New York.

Wahyoetomo (1997). Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa

Depan. Jakarta: Gema Insani Press.

Weinsheimer, C. Joel (1985). Gadamer’s Hermeneutics, New Haven & London: Yale Univ. Press.

Warnke, Georgia (2011). The Hermeneutic Circle Versus Dialogue. Source: Rev Metaphys 65 no1 S 2011 p. 91-112 0034-6632. Philosophy Education Society, Inc Catholic University of America, Washington, DC 20064. Diunduh 26/12/11. 06:37 AM.

Zais, S. Robert (1976). Curriculum, Principles and Foundations, New York: Haeper and Row Publisher.