PUJHAN NILAI FILOSOFIS PENDIDIKAN OLEH DOSEN MKDU SEBAGAI TENAGA EDUKATIF DI PERGURUAN TINGGI : Suatu Studi Terhadap Dosen MKDU IKIP Bandung.
PUJHAN NILAI FILOSOFIS PENDIDIKAN OLEH DOSEN MKDU
SEBAGAI TENAGA EDUKATIF DI PERGURUAN TINGGI
(Suatu Studi Terhadap Dosen MKDU UOP Bandung)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikaan Umum
Oleh
AMSALAMRI
9132393
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDD3IKAN
R
A
\r n
tt m
a.
DISETUJUI DAN DISAHKAN UNTUK
UJIAN TAHAP
DR.
H.
M.
I.
II
SOELAEMAN
Pembimbing I
PROF. DR. H. ACHMAD SANUSI, SH,. M.PA
Pembimbing II
Artinya:
Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan
dengan mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka
secara lebih baik
(Q.S. An Nahl 125)
ABSTRAK
Judul Penelitian
: PILIHAN NILAI FILOSOFIS
DOSEN
MKDU
PENDIDIKAN
SEBAGAI TENAGA
OLEH
EDUKATIF
DI
PERGURUAN TINGGI
(Studi Terhadap Dosen MKDU IKIP Bandung)
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahunan dan teknolo-
gi dalam arus globalisasi dewasa ini, persoalan pendidikan
senantiasa mencuat ke permukaan,
yang ditandai
dengan
munculnyanya
kritikan
dari berbagai
pihak.
Dalam
bentuk
apapun
kritikan
itu pada umumnya dialamatkan pada guru
sebagai pendidik di sekolah, tak terkecuali terhadap dosen
di perguruan tinggi. Kritikan yang muncul berkisar pada
"kualitas lulusan" yang dihasilkan oleh suatu
lembaga
pendidikan, yang dianggap masih jauh dari harapan masyarakat pada umumnya, terutama mengenai pembinaan sikap dan
kepribadian peserta didik, yang mengharuskan dosen memiliki
landasan berfikir berupa nilai filosofis pendidikan
sebagai
landasan dan pedoman pendidikan yang dilakukannya.
Adapun yang menjadi permasalahan adalah nilai filosofis
pendidikan apakah yang dianut dosen MKDU yang dijadikan
sebagai landasan dan pedoman dalam kegiatan pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional?
Bertolak
dari permasalah di atas, studi ini
bertujuan
menyingkap nilai filosofis pendidikan yang dianut dosen yang
dijadikan
landasan
dan pedoman
dalam
tentang
: tujuan pendidikan,
peserta
pendidik (dosen), bahan perkuliahan,
bertindak
edukatif
didik (mahasiswa),
metode pendidikan,
penilaian pendidikan.
Adapun
yang
dijadikan subyek
penelitian
ini
adalah
dosen MKDU yang mengasuh mata kuliah: Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewiraan, IBD, ISD, dan IAD.
Untuk
mengumpulkan
data
penelitian ini
cara
yang
utama
digunakan adalah wawancara, karena yang ingin disingkap
adalah apa yang terkandung dalam alam pikiran responden, di
samping itu dilakukan observasi tentang kegiatan perkuliahan
untuk melengkapi data wawancara tersebut. Cara pengolahan
dan analisis data mengikuti prosudur penelitian kualitatif.
Dari hasil singkapan nilai-nilai filosofis pendidikan
yang dianut dosen MKDU melalui penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan, dosen
MKDU tampak lebih mengutamakan landasan berpikirnya pada
taqwa dipandang sebagai inti yang paling pokok dalam tujuan
pendidikan
yang sekaligus dijadikan pula
sebagai
landasan
dan pedoman bertindak dalam seluruh kegiatan pendidikan yang
xii
dilakukannya.
Dalam hal
ini pengaruh again a
(Islam)
tampak
sangat dominan dalam diri dosen.
Apabila
ditinjau dari sudut pandangan tentang
hakekat
kemakhlukan (manusia), maka ungkapan di atas tampaknya lebih
dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang humanistik, karena
manusia
dipandang
sebagai
totalitas
aspek
kepribadian,
yang
tidak
mementingkan satu aspek saja
dari
kepribadianmanusia,
akan tetapi semuanya dipandang penting
untuk
di
kembangkan
dengan tujuan agar terbinanya manusia
yang
memiliki
kepribadian yang utuh.
2. Untuk
merumuskan dan mengartikan
sifat-hakekat
manusia
(mahasiswa),
pandangan
dosen
MKDU
tampak
lebih
dominan
diwarnai
oleh nilai filsafat yang humanistik,karena
meman
dang
manusia (mahasiswa) sebagai makhluk yang terdiri
dari
totalitas
aspek kepribadian,
yang tidak mengutamakan
satu
aspek
saja,
akan tetapi seluruh aspek
dipandang perlu untuk dikembangkan
kepribadian
manusia
secara utuh.
Selanjutnya pandangan dosen MKDU tampak diwarnai
pula
oleh
nilai filsafat yang eksistensialis, karena
lebih
menekankan
pada
kebebasan individu untuk memilih
dan
bertanggungjawab atas pilihannya itu.
3. Untuk merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat
pendidik,
pandangan
dosen
MKDU tampak lebih
dominan
diwarnai
oleh
nilai filsafat yang hunanistik, karena dosen memandang bahwa
dengan
menghargai harkat dan martabat kemanusiaan
peserta
didik
dan
dengan menumbuhkan sikap
saling
percaya,
maka
semua
potensi yang dimiliki peserta didik akan
dapat
berkembang
seoptimal
mungkin. Kemudian pandangan
dosen
MKDU
diwarnai
pula oleh
nilai filsafat yang idealistik,
karena
memandang
pendidik
lebih
mengetahui
dari
pada
peserta
didik,
dan karena ini pula pendidik dijadikan teladan
bagi
peserta didik.
4. Untuk menentukan dan mengartikan bahan perkuliahan,
terrungkap
bahwa
pandangan
dosen MKDU
diwarnai
oleh
nilai
filsafat
yang humanistik, karena secara
keseluruhan
bahan
perkuliahan
yang disajikan mengacu pada
pembinaan
seluruh
aspek kepribadian manusia, yang disajikan secara terintegrasi.
Selanjutnya
pandangan dosen MKDU diwarnai pula
nilai
filsafat
yang
pragmatik,
karena
bahan
perkuliahan
yang
disajikan
diangkat
dari pengalaman nyata yang
aktual
dan
sesuai dengan perkembangan zaman.
5.
Untuk menentukan dan mengartikan
hakekat hubungan
pen
didik
dan
peserta didik (cara atau
metode
pendidikan),
tampak
lebih diwarnai oleh nilai filsafat yang
humanistik,
karena
pendidik lebih menghargai nilai
kemanusiaan,
yaitu
dengan
memberikan
kebebasan
kepada
peserta
didik
untuk
melakukan
berbagai aktivitas dan
kreativitas.
Selanjutnya
diwarnai
pula
oleh nilai filsafat yang
pragmatik,
karena
xiii
kepada
peserta
didik dihadapkan berbagai
problema
aktual
yang menantang yang diangkat dari perkembangan masyarakat.
6. Untuk menentukan dan mengartikan
tentang
penilaian pen
didikan, tampak lebih dominan diwarnai oleh nilai
filsafat
yang humanistik.
Namun dalam mata kuliah tertentu (Pen
didikan Agama dan Pendidikan Pancasila), di samping penilai
an aspek kognitif juga penilaian aspek afektif. Ungkapan ini
diwarnai pula oleh nilai filsafat yang idealistik, karena di
samping penilaian pada aspek kognitif (intelektual) juga
pada aspek afektif (moral).
xiv
DAFTAR
ISI
Halaman
RATA PENGANTAR
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
xii
DAFTAR ISI
BAB I
xv
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Fokus Penelitian
7
C.
Ruang Lingkup Penelitian
8
D . Definisi Operasional
BAB II
vi
9
E
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.
10
F.
Asumsi Penelitian
11
G.
Tujuan Penelitian
12
H.
Pentingnya Penelitian
12
PERLUNYA FILSAFAT PENDIDIKAN BAGI DOSEN DALAM
RANGKA PENDIDIKAN UMUM DI PERGURUAN TINGGI
14
A.
14
Karakteristik Pendidikan Umum
1. Pengertian dan tujuan pendidikan
2.
Mengapa Pendidikan Umum itu dibutuhkan?..
3. MKDU sebagai salah satu sarana program
Pendidikan Umum di perguruan tinggi
4.
24
27
Hubungan dan peranan filsafat dalam
Pendidikan Umum
B.
.14
31
Filsafat Pendidikan Dosen dan Perwujudannya
dalam Pelaksanaan Pendidikan
39
1. Setiap dosen mempunyai filsafat pendidikan
39
2. Filsafat pendidikan do&en berwujud dalam
pelaksanaan pendidikan
42
3.
Karakteristik nilai-nilai filosofis
pen
didikan menurut beberapa pandangan filsafat
yang dominan tentang pendidikan
48
BAB
III
METODE
A.
Subyek Penelitian
54
B.
Instrumen
54
- -C.
BAB
IV
Penelitian
Pengumpuian Data Penelitian
56
D.
Pengolahan Data Penelitian
57
E.
Tahap-tahap Penelitian
60
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
66
A.
66
B.
BAB V
PENELITIAN
Analisis
Data
1.
Reduksi
data
67
2.
Display dan pengelompokan data
123
3.
Interpretasi
132
Hasil-hasil Penelitian
PEMBAHASAN,
IMPLIKASI,
DAN REKOMENDASI
144
151
A.
Pembahasan
151
B.
Implikasi
156
C.
Rekomendasi
158
DAFTAR PUSTAKA
161
LAMPIRAN-LAMPIRAN
165
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan faktor penting
dalam
kehidupan
manusia. Dengan pendidikan kepribadian manusia dapat dibina,
dapat
ditingkatkan harkat, martabat dan
nilai
kemanusian;
dapat
dipelihara dan dikembangkan nilai
kebudayaan;
membawa masyarakat menjadi maju dan hidup sejahtera.
itu
pendidikan tidak dapat ditiadakan dalam
merupakan
manusia,
bagian
dapat
Karena
kehidupan.
la
yang integral terjalin
dengan
kehidupan
kebutuhan hidup yang
pokok,
merupakan
merupakan
suatu kemutlakan bagi kehidupan manusia (Soelaiman, 1979:1).
Semakin
mendapat
tempat
maju peradaban manusia, persoalan
pendidikan
perhatian yang semakin besar dan semakin
yang
penting
dalam
kehidupannya.
Seiring
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus
sasi
dewasa
ini,
pendidikan tidak
luput
dari
perhatian dan pemecahannya secara bijaksana dan
terutama
formal di
dari
dasawarsa
sebagai
globali-
mendapat
bertanggung
pelaksana
pendidikan
sekolah.
Perkembangan
kritikan
guru
dengan
tantangan
dengan berbagai persoalan yang mendasar yang perlu
jawab,
mendapat
dari
pendidikan
berbagai pihak.
yang
salahan-kesalahan
dewasa ini
banyak
mendapat
Kejadian-kejadian
beberapa
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
dalam
cara
menangani
urusan
ada
ke-
manusia.
Manusia telah memperoleh kekuatan yang besar dalam sains dan
teknologi,
kekuatan
tetapi
itu
peroleh
sangat
sering
mempergunakan _ kekuatan-
untuk maksud destruktif.
jangkauan
Manusia
dan kuantitas pengetahuan
telah
tetapi
mem
belum
dapat mendekati terciptanya individu yang ideal dan realisasi
diri
(self-realization).
Manusia telah
menemukan
bagai
cara untuk memperoleh keamanan, dan kenikmatan,
waktu
yang
mereka
sama
dan
mereka tidak yakin
tidak tahu arah mana yang
kehidupan itu (Titus, Smith, Nolan,
Kutipan
landasan
akan
arti
mereka
pada
kehidupan
pilih
dalam
1984:9).
di atas menunjukkan bahwa
betapa
pentingnya
berpikir yang kokoh dan jelas arah tujuannya
kehidupan
ber
manusia terutama dalam dunia
pendidikan,
bagi
karena
landasan berpikir itu akan mewarnai pelaksanaan pendidikan.
Sesunggunya
atas
banyak pendidikan dewasa
pandangan dunia yang mengatakan bahwa
ini
didasarkan
mencari
merupakan kebaikan tertinggi. Menciptakan seorang ahli
nafkah
yang
cakap terlampau sering menjadi tujuan pendidikan yang hendak
kita
capai. Kita mendidik ahli di bidang
menjadikan
diri
bidang-bidang
didik
ahli
(Kattsoff,
kita
lebih
sehat,
kedokteran
demikian
lainnya, tetapi sayang cenderung
yang
dapat
1987:473).
menjadikan
kita
lebih
pula
lalai
untuk
dimen
bijaksana
Salah
satu
problema besar
lainnya
dalam
pendidikan
pada masa sekarang ini adalah kurangnya kesatuan (irvtegrasi)
dalam
pengalaman
pendidikan.
Yang
diterima
oleh
mahasiswa
adalah
bidang
spe-
sialisasi
yang tak ada hubungannya antara satu dengan
yang
lainnya.
serangkaian penyajian dalam
seorang
Penyajian secara sepotong-sepotong ini
menggambar-
kan fragmentasi umum dari pengalaman yang menandai kehidupan
modern (Titus,
Smith,
Kutipan
di
Nolan,
atas
1984:
5-6).
mengisyaratkan
pula
bahwa
merupakan kewajiban bagi seorang pendidik menganut
adalah
landasan
berpikir yang komprehensif dan mendalam terutma bagi
dik Pendidikan Umum,
pendi
karena menyangkut pembinaan kepribadian
peserta didik secara menyeluruh dan terintegrasi.
Meskipun
muncul
di
kritikan-kritikan
yang
dikemukan
Barat dan dalam konteks peradaban
kritikan-kritikan serupa berlaku pula untuk
Kita
khawatir,
humaniora,
merupakan
dibenahi
karena
arah,
Barat,
namun
Indonesia.
pencinta
kelewat asyik mengunggulkan satu dari
lainnya,
dalam
dunia pendidikan kita.
kesibukannya
ilmunya,
mengajar
tidak
atas
maupun
masalah-masalah mendasar yang
ketinggian
konsep
baik pendukung iptek
di
dengan
menutup
berbagai
justru
Dosen
menjadi menjemukan
ada dialog. Tak ada
universitas,
proyek
dialog. Dari
atau
SD
karena
partisipasi
semestinya
karena
hingga
bersifat
yang
PT,
satu
hidup.
Kecenderungan lembaga-lembaga pendidikan kita untuk
kan
daya kritis mahasiswa membuat semuanya
lebih
memati-
menjemu-
kan lagi. Mata kuliah humaniora yang penting seperti Kewira-
an
dan
pada
perilaku mahasiswa sehingga harus
absensi
an
Pendidikan Moral Pancasila sulit
karena
mustahil
untuk
hasilnya
diwajibkan
didiskusikan
praktek moral di luar kampus yang
jauh
diamati
melalui
penyeleweng-
seringkali
dari teori yang diajarkan di ruang kuliah.
melenceng
Kepedulian
mahasiswa pada masalah-masalah di sekitarnya tidak dipandang
sebagai cermin dari kepekaan yang manusiawi bagi pendewasaan
politik,
melainkan sebagai aksi politik praktis yang
mesti
dikebiri (REPUBLIKA, 25 April 1993, hal. 3).
Permasalahari
kemukakan
didikan
dan kritikan-kritikan seperti
di atas merupakan bagian dari
terutama
yang
permasalahan
di perguruan tinggi yang
tidak
di-
pen
terlepas
dari peran dan tanggung jawab dosen sebagai tenaga edukatif.
Permasalahan
tersebut menuntut adanya
pemikiran yang
men-
dalam dan upaya-upaya yang lebih bijaksana dari dosen berupa
nilai-nilai filosofis pendidikan yang jelas, benar dan kokoh
serta
konsisten
dengan tujuan
pendidikan
nenjadi pilihan dosen tersebut sebagai
nasional,
yang
landasan dan pedoman
bertindak edukatif dalam pelaksanaan pendidikan.
Dosen
sebagai
tenaga edukatif merupakan
orang
yang
nempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting
bagi
pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi. Mereka
seharus-
5
dilandasi nilai-nilai filosofis yang jelas dan benar sebagai
landasan dalam pelaksaan tugasnya sehari-hari.
Dalam
hal
ini Fauzy Al-Najjar,
sebagaimana
dikutip
oleh Al-Syaibany (1979:33), mengemukakan bahwa :
Pendidikan
tidak akan tumbuh, berkembang, dan
selaras
dalam bidang kemajuan selagi hal itu tidak bersandar pada
pemikiran
falsafah
yang selalu disertai
pembaruan
dan
daya cipta dalam dunia yang selalu bertarung dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selagi kita masih bertanya:
Mengapa kita mengajar? Bagaimana kita mengajar? Selama
itu pendidikan akan tetap sangat memerlukan falsafah.
Permasalahan di atas menunjukkan bahwa bagi para dosen
di perguruan tinggi yang mempunyai peran dan tanggung
yang
besar
bagi terlaksananya pendidikan,
jawab
sepatutnya
dan
dituntut agar memiliki nilai-nilai filosofis pendidikan yang
jelas dan benar, sebagai landasan bertindak dalam pelaksana
an
pendidikan.
Penggunaan
pemikiran
kefilsafatan
dalam
pelaksanaan pendidikan harus jelas dan kokoh, karena hal ini
merupakan landasan bagi pelaksanaan pendidikan tersebut.
Dalam zaman teknologi sekarang ini, penggunaan pemiki
ran kefilsafatan menjadi kiam penting. Teknik tidak
berjalan
tanpa
teori,
dan bila
mungkin
tentu
mungkin
merupakan
teknik yang buruk. Perenungan kefilsafatan memperkuat
memberikan
disitu.
arah
kepada teknologi. Dan tidak
Perbuatan macam apapun yang tidak
didasarkan
teori yang sehat akan kehilangan arah dan dapat
kan kehancuran (Kattsoff,
1987:474).
hanya
serta
sampai
atas
mengakibat-
Sebagai
seorang
guru
filsafat.
la
pribadi
dan
(dosen)
sewajarnya
tak boleh buta
sebagai
pelaksana
menganut
terhadap
pendidikan,
dan
mendalami
filsafat.
Sebabnya
antara lain karena tujuan-tujuan pendidikan senantiasa lang
sung berhubungan denga tujuan-tujuan kehidupan dari
dan masyarakat yang melaksanakan pendidikan.
individu
Pendidikan
dapat dimengerti sepenuhnya tanpa memahami tujuannya.
tujuan
itulah yang perlu dipahami dalam rangka
tak
Justru
hubungannya
yang sejati dengan kehidupan itu sendiri. Hanya guru (dosen)
yang memiliki filsafat yang memadai sajalah yang berada pada
jalan
son,
kearah suatu filsafat pendidikan yang tepat
1978:8).
Adapun
MKDU
(Hender
ada
yang menjadi permasalahan adalah apakah
menganut nilai-nilai filosofis
dosen
pendidikan
dapat dijadikan sebagai landasan dan pedoman
bagi
yang
pelaksa^
naan Pendidikan Umum di perguruan tinggi?
Untuk
mengetahui
nilai-nilai
filosofis
yang dianut oleh dosen MKDU tersebut tidak cukup
pendidikan
diperoleh
berdasarkan apa yang tercantum dalam kurikulum yang ada
dalam undang-undang pendidikan yang telah ditetapkan
formal,
dasar
tetapi
memerlukan pengkajian yang
inilah peneliti merasa perlu
terutama
mendalam.
mengadakan
dan
secara
Atas
penelitian,
dalam rangka pengembangan program Pendidikan
Umum
di perguruan tinggi dalam menghadapi arus globalisasi dewasa
ini,
kepada para dosen dituntut memiliki
yang
menyeluruh dan mendaiam
wawasan
berpikir
dengan dilandasi oleh
nilai-
nilai filosofis pendidikan yang jelas dan benar dalam
mendidik calon-calon sarjana yang berkualitas sesuai
upaya
dengan
yang dicita-citakan oleh bangsa dan negara.
B.
Fokus Penelitian
Memperhatikan
masalah
uraian penjelasan pada
di atas, maka yang dijadikan fokus
latar
belakang
penelitian
adalah berkenaan dengan: pilihan nilai-nilai filosofis
didikan yang dianut oleh dosen
di Perguruan Tinggi,
ini
pen
MKDU sebagai tenaga edukatif
tentang:
1. Tujuan pendidikan
2. Peserta didik (mahasiswa)
3. Pendidik (diri dosen itu sendiri)
4.
Bahan perkuliahan
5. Hubungan
pendidik
dan peserta didik (cara
atau
metode
pendidikan)
6.
Penilaian Pendidikan
Dengan
ini
fokus permasalahan di atas, berarti
mencoba menyingkap pilihan nilai-nil^.i
penelitian
filosofis
pen
didikan oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif di perguruan
tinggi,
dalam
yang
dijadikan prinsip,
landasan,
serta
pedoman
kegiatan pendidikan yang dilakukannya sehari-hari
perguruan tinggi,
tentang:
di
tujuan pendidikan, peserta didik
(mahasiswa),
pendidik (dosen), bahan perkuliahan,
hubungan
pendidik dan peserta didik (cara atau metode pendidikan),
dan penilaian pendidikan.
C.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
perguruan
dalam
ini dilakukan di perguruan
tinggi,
tinggi merupakan lembaga pendidikan yang
kerangka sistem pendidikan nasional
yang
memerlukan
kelangsungan
integritas pribadi untuk
pendidikan)
dapat
hidup bangsa dan negara di masa
penting
menyiapkan
calon-calon pemimpin bangsa (terutama di bidang
yang
karena
mengemban
depan
sesuai
dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Adapun Perguruan Tinggi yang dimaksud dalam penelitian
ini
adalah
IKIP Bandung. Dijadikan
IKIP
Bandung
lokasi penilitian ini, dilandasi oleh beberapa
antara
1. IKIP
yang
lain
sebagai
pertimbangan
:
Bandung
merupakan satu-satunya
perguruan
tinggi
menyelenggarakan Program Pascasarjana Bidang
Studi
Pendidikan Umum (PU)
2. IKIP Bandung merupakan salah satu perguruan tinggi tertua
di Indonesia yang menyiapkan tenaga edukatif dalam rangka
mengupayakan
terintergasi
manusia
yang
mempunyai
yaitu manusia seutuhnya.
pribadi
Hal ini dapat
jadikan contoh bagi perguruan tinggi lain terutama
yang
di
dalam
menyiapkan
calon-calon tenaga edukatif yang
sesuai dengan
3.
Nilai-nilai
tuntutan zaman.
_
_ _
filosofis pendidikan yang dimaksudkan
penelitian
ini,
bukan
pendidikan
yang
berasal
pendidikan
menurut
secara
berkualitas
formal,
sekedar
nilai-nilai
dari
filosofis
aliran-aliran
para ahli filsafat
tetapi nilai-nilai
dalam
filsafat
yang
telah
filosofis
ada
pendidikan
yang disingkap dari pandangan atau yang dianut oleh dosen
MKDU sebagai tenaga edukatif,
peserta
didik (mahasiswa),
kuliahan,
D.
metode,
tentang:
tujuan pendidikan,
pendidik (dosen),
bahan
per
dan penilaian pendidikan.
Definisi Operasional
Untuk menghindari kerancuan dalam penelitian
istilah-istilah
yang
digunakan didefinisikan
ini,
maka
sebagai
be-
benar
dan
rikut:
1.
Pilihan,
bermakna
yaitu
apa yang dianggap
bagi kehidupan manusia,
terbaik,
sehingga
hal
tersebut
dimiliki sebagai pilihannya.
2.
Nilai-nilai
filosofis
prinsip
kebenaran
diyakini
dan
pemikiran
yang
atau
pendidikan,
nilai-nilai
berharga bagi
mendalam
yaitu
dan
manusia
matang,
seperangkat
kebenaran
yang
berdasarkan
hasil
yang
dijadikan
landasan atau dasar pertimbangan dalam bertindak edukatif
dan
dapat
didikan .
mewarnai tindakannya dalam
pelaksanaan
pen
10
3. Dosen
MKDU,
dalam
ialah tenaga pengajar di
Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU),
perguruan
yaitu:
Agama,
Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Budaya
Dasar
tinggi
Pendidikan
Kewiraan,
(IBD), Ilmu Sosial Dasar (ISD),
Ilmu
dan
Ilmu
Alamiah Dasar (IAD).
E. Perunusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Masalah
ini
utama yang ingin dijawab
melalui
penelitian
adalah berkenaan dengan apakah dosen MKDU ada
menganut
nilai-nilai filosofis pendidikan yang dapat dijadikan
seba
gai landasan dan pedoman bagi pelaksanaan Pendidikan Umum di
perguruan tinggi. Masalah utama tersebut dirumuskan
berikut
: nilai-nilai filosofis
pendidikan
sebagai
apakah
yang
dianut sebagai pilihan dosen MKDU di perguruan tinggi?
Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini, maka
masalahan penelitian ini dapat dijabarkan ke dalam
per
sejumlah
pertanyaan penelitian, yaitu :
1. Nilai-nilai
filosofis
oleh dosen MKDU
pendidikan
apakah
yang
dianut
untuk menentukan dan mengartikan
tujuan
pendidikan?
2. Nilai-nilai
cleh
dosen
filosofis
pendidikan
MKDU untuk merumuskan
apakah
yang
dianut
pandangannya
tentang
hakekat manusia (mahasiswa) sebagai peserta didik?
3. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah yang dianut
dosen
MKDU
untuk merumuskan pandangannya
didik (dosen)?
tentang
oleh
pen
11
4. Nilai-nilai
dosen
filosofis
pendidikan
apakah
MKDU untuk menentukan dan mengartikan
dianut
oleh
bahan
per
kuliahan?
5. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah dianut oleh dosen
MKDU
untuk menetukan dan mengartikan
hubungan
pendidik
dan peserta didik (cara atau metode pendidikan)?
6. Nilai-nilai
filosofis
pendidikan
apakah
dianut
oleh
dosen MKDU untuk menentukan penilaian pendidikan?
F.
Asunsi Penelitian
1. Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin
selalu menyadari akan hal tersebut (Titus, Smith,
orang mempunyai
filsafat
tidak
Nolan,
1984:10).
Setiap
dalam
pandangan
hidup. Berkenaan dengan pendidikan orang
arti
mem
punyai pandangan terhadapnya. Minimal apa itu pendidikan,
apa
tujuan pendidikan, dan bagaimana
cara
mencapainya.
Hal
ini mengandung makna bahwa filsafat merupakan
dasar
untuk memandang dan melandasi sesuatu perbuatan (Wiryokusumo dan Mulyadi,
2. Dalam
1988:26).
filsafat yang dianut pendidik terkandung
tentang
bagaimana
masyarakat
yang
gambaran
dicita-citakan
dan
bagaimana individu yang harus dibentuknya. Tujuan, corak,
metode,
filsafat
1982:30).
dan alat-alat pendidikan banyak ditentukan
yang
dianut
oleh
si
pendidik
oleh
(Nasution,
12
3. Bagi
dosen-dosen
MKDU sebagai tenaga edukatif
di
per-
- guruan tinggi wajib menganut nilai-nilai filosofis
jelas,
kokoh yang merupakan
melaksanakan
tif.
landasan dan
pedoman
tugasnya sehari-hari sebagai tenaga
Nilai-nilai filosofis yang dianutnya
yang
itu
dalam
eduka
mewarnai
tindakannya dalam pelaksanaan pendidikan.
G.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
gambaran
tentang
nilai-nilai
filosofis
pendidikan
dianut oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif di
tinggi.
memperoleh
yang
perguruan
Secara khusus penelitian bertujuan untuk:
Memperoleh
informasi tentang nilai-nilai
filosofis
pendidikan yang dianut oleh dosen MKDU untuk:
1. Menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan
2. Merumuskan pandangannya tentang hakekat manusia (maha
siswa) sebagai peserta didik
3.
Merumuskan
pandangannya
tentang
hakekat
pendidik
(dosen)
4. Menentukan dan mengartikan bahan perkuliahan
5. Menentukan
dan
mengartikan
hubungan
pendirik
dsn
peserta didik (cara atau metode pendidikan)
6. Menentukan penilaian pendidikan
H.
Pentingnya Penelitian
Dari
segi
teoritis,
hasil penelitian
ini
merupakan
pentingnya dosen memiliki atau menganut nilai-nilai
fis
pendidikan
yang
jelas dan. kokoh
dalam
filoso
melaksanakan
tugasnya sebagai tenaga edukatif di perguruan tinggi.
Dari segi praktis,
hasil penelitian ini dapat
menjadi
masukan/umpan balik bagi para dosen MKDU di perguruan tinggi
yang
dalam
bersangkutan
dan juga bagi perguruan
penyelenggaraan MKDU sebagai salah
didikan Umum di perguruan tinggi.
tinggi
lainnya
satu sarana
Pen
BAB
III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
adalah
dan
metode deskriptif, yaitu metode
yang
ini
menggambarkan
memecahkan masalah-masalah aktual yang sedang
berlang-
sung. Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pedata, tetapi meliputi analisis
ngumpulan
data.
dan
interpretasi
Sedangkan langkah kerja yang digunakan dalam
tian
ini
sebagian besar adalah
langkah
kerja
peneli
penelitian
kualitatif.
Disebut kualitatif karena sifat data yang
yang
bercorak
menggunakan
kualitatif
kualitif, bukan
kuantitatif,
dikumpulkan
karena
alat-alat pengukur (Nasution, 1988:18).
ini
digunakan
karena
beberapa
Metode
pertimbangan.
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
berhadapan
dengan
kenyataan
ganda;
kedua,
apabila
metode
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
dan
menyesuaikan
diri dengan banyak
penajaman
ini
peneliti
responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan
dapat
tidak
lebih
pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong,
1991:5).
Sesuai dengan sifatnya, maka
sistematika
metodo-
logis penelitian ini disusun sebagai berikut.
A.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah
Dijadikan
dosen MKDU IKIP Bandung.
dosen MKDU sebagai subyek penelitian
ini
karena
55
MKDU
merupakan
salah satu sarana bagi
Umum di perguruan
Untuk
dahulu
program
tinggi.
menentukan
subjek
penelitian
ini,
peneliti berkonsultasi dengan Ketua
Jurusan
MKDU
IKIP Bandung,
karena
penelitian
memiliki
terlebih
dan
mereka
Sekretaris
lebih
secara dekat tentang keadaan subjek penelitian
Adapun
Pendidikan
yang dijadikan kriteria sebagai
mengenai
ini.
subyek
dalam
ini adalah dosen senior, yaitu dosen yang
telah
kualifikasi
pangkatan Gol.
antara
lain minimal
dari
segi
IV dan/atau dosen yang telah menempuh jenjang
pendidikan Program Pascasarjana,. dengan asumsi bahwa
telah
ke-
memiliki
banyak pengalaman dengan
wawasan
yang luas dan mendasar (filosofis) mengenai
mereka
berpikir
problem-problem
pendidikan terutama di perguruan tinggi.
MKDU yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah MKDU
yang
berdasarkan
Kep/1983,
yaitu:
Pendidikan
Dasar (ISD),
MKDU
bagi
semua
keterangan
SK
Dirjen
Dikti
Pendidikan Agama,
Kewiraan,
Depdikbud
No.
Pendidikan
Ilmu Budaya Dasar (IBD),
32/DJ/
Pancasila,
Ilmu
Sosial
dan Ilmu Alamiah Dasar (ISD).
feperti tersebut di atas masih berlaku
perguruan tinggi di
dari
Ketua
Indonesia
dan Sekretaris
sekarang
(didukung
Jurusan
MKDU
Bandung berdasarkan hasil konsultasi dengan peneliti,
gal
11 Oktober 1993). Dengan demikian maka dosen MKDU
oleh
IKIP
tangyang
56
lijadikan
sebagai subyek penelitian ini adalah enam
orang,
jesuai dengan mata kuliah yang disebutkan di atas.
J.
Instrumen Penelitian
Instrumen
utama dalam penelitian ini adalah
sendiri. Dalam hal ini,
ialam
penelitian
itamanya.
peranan
peneliti
Faisal (1990:45) mengemukakan bahwa
kualitatif peneliti
Selaku instrumen penelitian,
merupakan
instrumen
peneliti
memainkan
sebagai instrumen kreatif. Selanjutnya
ia
melacak
Pakta/informasi deskriptif, juga sekaligus melakukan reflek-
si
dan
dan secara simultan pula menggunakan berpikir
divergen
dalam "merakit" sejumlah
konvergen
fakta/informasi
ke
tingkat konsep, hipotesis, atau teori.
Menurut
Moleong (1991:121), kedudukan
penelitian
kualitatif cukup rumit. Ia
perencana,
pelaksana pengumpulan data,
peneliti
sekaligus
dalam
merupakan
analisis,
penafsir
data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat
karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses
tian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan
peneli
seba
gai alat pengumpulan data.
Cara yang diambil yaitu data lapangan
diberi kode, kemudian dilakukan unitisasi dan
diinterpretasi,
kategorisasi,
sehingga mudah dalam mengklasifikasi data tersebut.
C.
Pengumpulan Data Penelitian
Dalam
dilakukan
pelaksanaan
oleh
peneliti
sebagai berikut
pengumpulan data
sendiri
penelitian
dengan
ini,
langkah-langkah
:
1. Tahap Persiapan.
a.
Setelah
disain penelitian disetujui oleh
selanjutnya
diajukan permohonan
izin
pembimbing,
penelitian
me
lalui Direktur Program Pascasarjana IKIP Bandung untuk
diteruskan
kepada Rektor IKIP Bandung dan
kepada
Ketua Jurusan MKDU IKIP Bandung,
paikan
kepada
responden.
sebagaimana
seterusnya
untuk
disam-
kriteria
yang
telah ditentukan.
b. Menyusun pedoman wawancara agar
pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan terarah sesuai dengan tujuan
penelitian
yang telah ditetapkan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengupulan data dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut
:
a. Melakukan
wawancara dengan responden
untuk
menggali
dan menyingkap pilihan nilai-nilai filosofis pendidik
an yang dianut oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif
di perguruan tinggi,
dengan menggunakan tape recorder.
Penggunaan
wawancara
sebagai
pengumpulan
data penelitian
teknik
utama
dalam
ini adalah karena
teknik
58
wawancara
cara sesuai dengan karakteristik data
ingin dikumpulkan, yakni nilai-nilai filofis
kan
pendidi
yang dianut, yang terkandung dalam dalam
responden.
Hal
ini sesuai dengan
tujuan
yang
pikiran
dilakukan
wawacanra, sebagaimana dikemukakan Nasution (1988:73),
yaitu
yang
tujuan
wawancara adalah untuk
terkandung
mengetahui
dalam pikiran dan hati
orang
bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu
yang
tidak
dapat
kita
ketahui
melalui
apa
lain,
hal - hal
observasi.
Sekaitan dengan hal ini, Faisal (1990:61) mengemukakan
bahwa
:
Dalam penelitian kualitatif biasanya teknik wa
wancara sebagai cara
utama untuk mengumpulkan
data/informasi. Ini bisa dimengerti, setidak-tidaknya dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti
dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan
dialami seseorang/subyek yang diteliti, tetapi juga
apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subyek
penelitian (explicit knowledge maupun tacit know
ledge). Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan
bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas-waktu
yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang,
dan juga masa mendatang.
• Wawancara
dilakukan
dalam
bentuk
terbuka,
artinya
responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluar-
kan
ketat
buah pikiran, pandangan, dan perasaannya
oleh peneliti. Kemudian
tanpa
setelah peneliti
diatur
memperoleh
sejumlah keterangan, peneliti melakukan wawancara yang lebih
terstruktur
yang disusun berdasarkan apa yang telah
paikan responden.
disam-
5y
b. Melakukan
observasi
kuliahan.
hasil
Hal
ini dilakukan
wawancara.
fokuskan
pada
komunikasi
berkenaan dengan
untuk
kegiatan
melengkapi
Observasi ~dalam penelitian
kegiatan
per
perkuliahan,
ini
yaitu
edukatif antara dosen dan
data
di-
tentang
mahasiswa
yang
tercermin dalam metode perkuliahan yang digunakan oleh
dosen yang bersangkutan.
D.
Pengolahan dan Analisis Data Penelitian
Data dapat dianalisis dengan beberapa pola (cara) yang
melibatkan
cara
pengujian
berpikir
sistematis
tertentu,
yang
tentang sesuatu hal
mengacu
guna
kepada
menentukan
bagian-bagiannya, hubungan antar bagian, dan hubungan dengan
keseluruhan. Semuanya itu dilakukan guna memperoleh
"makna-
nya"
Mengenai pola analisis data dalam penelitian edukatif,
Nasution
(1988:126) mengemukakan bahwa tidak ada cara
tentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis
tiap
peneliti harus mencari sendiri metode
ter
sehingga
yang
dirasanya
cocok dengan sifat penelitinya.
Berdasarkan
pola
analisis
sendiri.
ini,
pendapat di atas, maka
data yang cocok menurut
peneliti
pandangan
Dalam hal ini, untuk menganalisis data
peneliti mengikuti cara yang dianjurkan oleh
(1988:129),
dengan
langkah-langkah
sebagai
mencari
peneliti
penelitian
Nasution
berikut:
60
(1) reduksi data, (2) diplay data, (3) mengambil kesimpulan/
verifikasi.
Analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses
berarti
pulan
pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak
data
dan dikerjakan secara intensif,
pengum
yaitu
sesudah
meninggalkan lapangan (Moleong, 1991:104).
Untuk lebih jelas mengenai pola pengolahan dan analisis
data
penelitian
berikut
ini,
maka
langkah - langkahnya
sebagai
:
1. Selama data dikumpulkan
Selama
pengumpulan data, maka kegiatan-kegiatan
dilakukan oleh peneliti, yaitu
a.
Pembuatan cacatan
Pembuatan
neliti
yang
:
lapangan.
cacatan
lapangan dilakukan pada
melakukan wawancara dan obsevasi
saat
dilapangan.
pe
Hasil
cacatan lapangan direvisi, kemudian disusun kedalam rangkum-
an
cacatan lapangan (lampiran). Hasil wawancara yang
disusun
kedalam
perlihatkan
rangkuman cacatan lapangan,
kemudian
kepada responden untuk dipeiiksa
telah
di-
kebenarannya,
apakah telah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden
bersangkutan.
informasi
yang
Apabila
terdapat kekeliruan
diberikan
itu, maka
mengenai
responden
sangkutan dapat memperbaikinya secara langsung.
yang
data/
ber
bl
Perlu
ditegaskan
bahwa dalam
yaitu
untuk
penelitian
dilakukan
triangulasi
informasi
yang diberikan responden, sebab
ini
membuktikan
tidak
kebenaran
responden
dalam
penelitian ini mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk memiliki
pendapatnya secara pribadi.
b. Pemberian kode
Setelah responden mencek laporan berupa rangkuman hasil
wawancara,
maka segera diberi kode awal yang
secara
spesifik dan terpola, sesuai dengan permasalahan
lebih
penelitian
yang dijabarkan melalui sejumlah pertanyaan penelitian.
c. Penggunaan matriks
Dalam
meliputi
menggunakan
matriks,
maka
kegiatan
peneliti
: (a) mebentuk matriks berdasarkan sub-pokok
per-
masalahan/klasifikasi data/kode, (b) memasukkan data lapang
an
dan
(sudah dirangkum) ke dalam matriks sesuai
kode
mambaca
data, dan (c) menganalisis
data
dengan
matriks
lebih teliti, melakukan interpretasi,
dan
kolom
dengan
menarik
kesimpulan sementara.
2. Setelah data terkumpul
Kegiatan
yang dilakukan setelah data
liputi hal-hal sebagai berikut :
terkumpul,
me
a.
Membuat reduksi data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah
mem
buat rangkuman data menurut tema-tema pokok. Dengan demikian
akan diperoleh sejumlah inti permasalahan berdasarkan penda
pat/ informasi para responden.
b.
Membuat display data
Kegiatan
mendisplay (menyajikan) data penelitian
ini,
dilakukan dengan cara menyusun data tau mengelompokkan
data
pokok-pokok pendapat responden ke dalam maktris yang
dibuat
sedemikian rupa.
c.
Interpretasi dan kesimpulan
Setelah
giatan
dilakukan reduksi dan display data,
selanjutnya yang dilakukan dalam
maka
memberikan
ke
inter
pretasi terhadap data tersebut dan akhirnya diperoleh
suatu
kesimpulan dari data tersebut.
E. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian
Secara garis besar,
atas
pelaksanaan penelitian ini
tiga tahap, yaitu : tahap orientasi, tahap
terdiri
eksplorasi
dan tahap member-chek.
Kegiatan
sebut meliputi
yang dilakukan pada masing-masing tahap
:
ter
63
1.
Tahap orientasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
*an
mendapatkan
selanjutnya
informasi
dalam
pendahuluan
penelitian ini.
yang
diusaha-
dikembangkan
Kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan
studi
informasi
kepustakaan
untuk
menelaah
berbagai
yang berkenaan dengan permasalahan
yang
ber
kaitan dengan fokus awal penelitian.
b. Bertukar pikiran dengan beberapa dosen MKDU IKIP
(diantaranya
Sekretaris
Jurusan MKDU)
dan
Bandung
teman-teman
sejawat untuk memperoleh berbagai informasi lebih
lanjut
yang berkaitan dengan fokus penelitian.
c. Mengadakan konsultasi dengan pembimbing untuk
kejelasan
tentang
permasalahan
yang
memperoleh
berkaitan
dengan
fokus penelitian ini.
Berdasarkan
ditemukan
setiap
yang
beberapa
dosen
jelas
tenaga
hasil
kegiatan orientasi
tersebut,
hal yang menarik terutama
perlu sekali menganut
adalah
nilai-nilai
dan kokoh dalam melaksanakan
bagi
filosofis
tugasnya
edukatif di perguruan tinggi. Hal ini
maka
sebagai
perlu
karena
dalam filsafat yang dianut dosen sebagai pendidik terkandung
gambaran
dan
tentang bagaimana masyarakat
bagaiman
pendidikan
pendidik,
individu yang
harus
yang
dibentuknya.
yang menyangkut tentang tujuan,
bahan,
metode, dan
dicita-citakan
evaluasi
Aktivitas
peserta
didik,
pendidikan
banyak
64
ditentukan oleh filsafat (nilai-nilai filosofis) yang dianut
oleh
dosen sebagai pendidsik, karena nilai-nilai
yang
dianutnya itu merupakan landasan bagi
didikan
yang
dilaksanakannya
filosofis
aktivitas
sehari-hari.
Gambaran
diperoleh tersebut, memberi keyakinan kepada peneliti
pen
yang
untuk
menetapkan fokus penelitian ini.
2.
Tahap Eksplorasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penggali-
an
informasi/data
secara
lebih
dilakukan adalah sebagai berikut
mendalam.
Kegiatan
yang
:
a. Menyusun pedoman wawancara ag'ar pertanyaan-pertayaan yang
diajukan
terarah
sesuai dengan tujuan
penelitian
yang
telah ditetapkan.
b. Mengadakan wawancara dengan para responden sesuai
kesepakatan
mengenai waktu dan tempat
antaar
dengan
responden
dengan peneliti
c. Kegiatan penyusunan hasil laporan yang meliputi
mendeskripsikan,
penelitian,
menganalisis,
secara
terus
menafsirkan
menerus
hingga
kegiatan
data
hasil
diperkirakan
mencapai gejala ketuntasan.
3.
Tahap memberchek
Kegiatan
yang
adalah sebagai berikut
a. Menyusun
dilakukan pada
tahap
memberchek
ini
:
laporan penelitian yang diperoleh
pada
tahap
65
b. Hengajukan
responden
laporan tersebut kepada masing-masing
untuk
dicek
kesesuaiannya
dengan
kepada
pendapat
responden yang bersangkutan.
c. Setelah
menelaah laporan tersebut, para
responden
perbaiki hal-hal yang belum sesuai dengan maksud
den yang bersangkutan.
mem-
respon
BAB V
PEMBAHASAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Berdasarkan
uraikan
pada
hasil
bab
penelitian sebagaimana
terdahulu, maka pada
bab
telah
di-
terakhir
ini
dikemukakan pula pembahasan, implikasi dan rekomendasi.
A.
Penbahasan
Secara
umum
dapat ditegaskan
meskipun
proposisi
tertentu
filsafat
dan pandangan filsafat yang lain tentang
yang
satu
namun
terdapat pula kesamaannya. Oleh
pandangan
tidak
dalam
pandangan
hal-hal
dalam
hal-hal
karenanya
filsafat dan pandangan filsafat
antara
yang
dapat dipisahkan secara tegas. Untuk menentukan
dangan
MKDU
antara
menjadi sorotan penelitian ini,
tertentu
satu
ada perbedaan
bahwa
filsafat
yang dominan mewarnai pola berpikir
tentang pendidikan berupa nilai filosofis
pan
dosen
pendidikan,
disingkap dengan merujuk pada karakteristik nilai
pendidikan
lain
filosofis
menurut beberapa pandangan filsafat (lihat
hal.
48-53).
1. Tentang tujuan pendidikan.
Untuk
dosen
menentukan dan mengartikan
MKDU tampak lebih mengutamakan
tujuan
pendidikan,
landasan
berpikirnya
pada nilai-nilai agama, yaitu inan dan taqwa. Iman dan taqwa
dipandang
didikan
sebagai inti yang paling pokok dalam tujuan
yang
sekaligus
dijadikan
pula
sebagai
pen
landasan
dilakukannya.
Dalam hal ini pengaruh agama
(Islam)
tampak
sangat dominan dalam diri dosen.
Dosen
mengharapkan
terbinanya
Manusia
manusia
aktualisasi
yang memiliki
utuh dipandang
diri
mahasiswa
kepribadian
bukan hanya yang
yang
cerdas
agar
utuh.
(memiliki
ilmu pengetahuan yang banyak), akan tetapi juga memiliki mo
ral yang baik, yang tercermin pada perilakunya
dan
memiliki
integrasi
keahlian serta keterampinan, semua
pada
Apabila
sehari-hari,
diri
peserta
didik
itu
ter
(mahasiswa).
ditinjau dari sudut pandangan tentang
hakekat
kemakhlukan (manusia), maka ungkapan di atas tampaknya lebih
dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena
manusia
yang
dipandang
tidak
manusia,
sebagai
totalitas
aspek
mementingkan satu aspek saja
kepribadian,
dari
kepribadian
akan tetapi semuanya dipandang penting
kembangkan
dengan
tujuan
agar
terbinanya
untuk
manusia
di
yang
memiliki kepribadian yang utuh.
2. Tentang peserta didik (mahasiswa)
Untuk
merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat
maha
siswa, dosen MKDU memandang mahasiswa sebagni manusia adalah
makhluk
yang memiliki potensi untuk berkembang secara
(intelektual,
perasaan, kemauan, keterampilan dan
nya).
Ungkapan ini tampaknya
lebih dominan
nilai
filsafat yang hunanistik,karena
sebagai
diwarnai
memandang
utuh
oleh
mahasiswa
sebagai makhluk yang terdiri dari totalitas aspek kepribadi-
153
tetapi
seluruh
aspek kepribadian manusia
dipandang
perlu
untuk dikembangkan secara utuh.
Selanjutnya
yang
manusia juga dipandang
sebagai
memiliki kebebasan, yakni kebebasan yang
jawab,
makhluk
bertanggung
dalam batas-batas aturan norma yang berlaku.
kebebasan yang dimilikinya, mahasiswa akan dapat
Dengan
berkembang
dalam melakukan berbagai aktivitas dan kreativitas.
dipandang
sebagai
subyek, bukan sebagai obyek
Manusia
yang
daps.t
diperlakukan
menurut kemauan pendidik. Dalam ungkapan
tampak
dominan
lebih
eksistensialis,
karena
diwarnai oleh
lebih
individu untuk memilih dan
nilai
menekankan
filsafat
pada
ini
yang
kebebasan
bertanggungjawab atas pilihannya
itu.
3. Tentang pendidik (dosen)
Untuk
merumuskan
didik, dosen
MKDU
dan mengartikan
sifat-hakekat
memandang pendidik sebagai orang
pen
dewasa
dalam arti pisik dan mental yang berperan sebagai pendorong,
pembimbing, dan sebagai fasilitator bagi peserta didik,
'pendidik
saling
dipandang
sebagai orang
yang
menumbuhkan
percaya. Ungkapan ini tampak lebih dominan
oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena dosen
bahwa
dengan
peserta
maka
menghargai harkat dan
martabat
berkembang
seoptimal mungkin.
sikap
diwarnai
memandang
kemanusiaan
didik dan dengan menumbuhkan sikap saling
semua potensi yang dimiliki peserta didik
dan
percaya,
akan
dapat
Kemudian diakui pula
bahwa
didiknya,
moral.
dengan
Ungkapan
menekankan
ini
pada
tampak lebih
aspek
intelektual
dominan
nilai
filsafat yang idealistik, karena
lebih
mengetahui
diwarnai
memandang
dari pada peserta didik, dan
dan
oleh
pendidik
karena
ini
pula pendidik dijadikan teladan bagi peserta didik.
4.
Tentang bahan perkuliahan
Untuk
terungkap
menentukan dan mengartikan
bahwa
bahan
bahan perkuliahan disajikan
perkuliahan,
dosen
kepada
peserta didik terintegrasi dan saling melengkapi antara satu
disiplin
kepada
ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, yang
pembinaan seluruh aspek kepribadian
Ungkapan
karena
peserta
ini diwarnai oleh nilai filsafat yang
pada pembinaan seluruh aspek
didik.
hunanistik,
secara keseluruhan bahan perkuliahan yang
mengacu
mengacu
disajikan
kepribadian
manusia,
yang disajikan secara terintegrasi.
Selanjutnya
bahan
perkuliahan yang
disajikan
tidak
terbatas pada kurikulum yang telah ditentukan secara formal,
akan
tetapi bahan perkuliahan
blema
aktual yang berkembang di masyarakat, dan
bersama
warnai
diangkat dari berbagai
dalam perkuliahan. Ungkapan ini lebih
oleh
perkuliahan
nilai filsafat yang
pragnatik,
yang disajikan diangkat dari
pro-
dipecahkan
dominan
di
kerena
bahan
pengalaman
nyata
yang aktual dan sesuai dengan perkembangan zaman.
5. Tentang
hubungan pendidik dan peserta didik
(cara
atau
metode pendidikan)
Untuk
menentukan
dan mengartikan
hakekat
hubungan
155
terungkap bahwa hubungan pendidik dan peserta didik bersifat
dialogis
yang
menghargai
berbagai
metode
yang
nilai
kemanusiaan.
relevan,
lebih
Menggunakan
banyak
memberikan
kebebasan kepada peserta didik, dan pendidik sebagai fasilitator. Ungkapan ini diwarnai oleh nilai filsafat yang
nistik, karena pendidik lebih menghargai nilai
huma
kemanusiaan,
yaitu dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
melakukan
berbagai aktivitas dan
kreativitas.
Selanjutnya
untuk menumbuhkan sikap kritis pada peserta didik, kepadanya
dihadapkan berbagai persoalan yang menantang dan aktual yang
diangkat dari berbagai probleraa
kat.
Ungkapan
yang berkembang di masyara
ini tampaknya lebih dominan
diwarnai
oleh
nilai filsafat yang pragnatik.
6. Tentang penilaian pendidikan
Untuk menentukan dan mengartikan
tentang
penilaian
pendidikan, dosen MKDU memandang bahwa penilaian
mecakup
seluruh
terintegrasi,
dan
aspek
pada
kepribadian
peserta
aktualisasi
didik
secara
peserta
didik.
Adapun
yang
adalah
terbinanya aspek-aspek kepribadian mahasiswa
keseluruhan
dijadikan tolok ukur
diri
pendidikan
dan
keberhasilan
terintegrasi. Ungkapan lebih
pendidikan
secara
dominan
di
warnai oleh nilai filsafat yang hunanistik. Namun dalam mata
kuliah tertentu (Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila),
di
samping
penilaian aspek kognitif juga
penilaian
aspek
afektif. Ungkapan ini diwarnai pula oleh nilai filsafat yang
156
B.
Implikasi
Dengan menelaah hasil-hasil pene-litian'dan
sebagaimana telah disarikan pada bagian
pembahasan
kesimpulan,
maka
dari studi ini ada beberapa implikasi yang dapat ditarik.
Sebagai pendidik, seorang dosen dalam mengemban tugas
nya tidak hampa nilai. Artinya setiap dosen sebagai pendi
dik, dalam kegiatan pendidikan yang dilakukannya, sadar atau
tidak,
ada menyiratkan nilai filosofis pendidikan
tertentu
yang berakar pada pandangan (aliran) filsafat tertentu dalam
tindakan
pendidikan yang dilakukannya.
Nilai
filosofis
pendidikan tersebut menjadi landasan berpikir dan mewarnai
pula tindakannya dalam mendidik.
Nilai
filosofis pendidikan yang dianut
oleh
seorang
pendidik mengandung kebenaran yang dijunjung tinggi yang
senantiasa diupayakannya untuk mewujudkannya dalam
kegiatan
mendidik
mendidik
sehari
dipandang
kegiatan
sebagai
hari.
Itu
sebabnya pekerjaan
kegiatan yang bersifat
normatif,
penanaman dan pembinaan nilai dan norma
yaitu
kehidupan
yang sesuai dengan dan bersumber pada dasar-dasar
filsafat
hidup dosen yang berupa nilai-nilai filosofis pendidikannya.
Bagi seorang dosen yang bergelut dengan pendidikan
perguruan
haruskan
tinggi,
dengan tugas yang diembannya
ia menganut
dasar berpikir
itu
yang kokoh dan
arah dan tujuannya yang melahirkan pula nilai-nilai
_1 1
J
Z. l._.
c^k^k
boLroHm-nn
rian
tidak
di
meng
jelas
filoso-
konsistennya
157
negara dan
nilai-nilai agama, maka akan berakibat fatal
bagi upaya pendidikan yang dilakukannya. Itu sebabnya,
kejelasan, kebenaran dan konsistennya nilai filosofis pen
didikan yang dianut dosen dengan tujuan pendidikan berdasar
kan pada falsafah negara merupakan satu keharusan. Hal ini
akan berpengaruh fositif bagi upaya-upaya pendidikan yang
dilakukannya.
Apa yang telah terungkap melalui penelitian ini me
nunjukkan bahwa nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut
dosen adalah bervariasi dalam proposisinya. Namun perlu
dicatat bahwa bervariasinya nilai filosofis pendidikan yang
dianut dosen,
tidak berarti menghambat dan merusak upaya
pendidikan yang dilakukannya. Sebab, secara keseluruhan
nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut dosen tersebut
selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang bertumpu pada
nilai-nilai agama (Islam)
yakni iman dan taqwa.
Menyatunya nilai-nilai filosofis pendidikan dengan
falsafah hidup bangsa dan nilai-nilai agama secara harmonis
pada diri dosen sebagai pendidik, maka akan berimplikasi
dalam
rumusan
merumuskan dan mengartikan tujuan pendidikan,
sifat-hakekat
manusia (peserta didik),
pe
perumusan
sifat-hakekat pendidik, penentuan bahan, penentuan metode,
serta penentuan penilaian pendidikan. Semua itu bertumpu
pada iman dan taqwa. Ini berarti setiap kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh dosen akan bernuansa Islami, meskipun
158
Dalam
mengacu
menentukan dan mengartikan
pada
secara
pembinaan seluruh aspek
utuh dan terintegrasi. Hal ini
"Pendidikan Umum" yang mengandung
upaya
tujuan
kepribadian
manusia
mencerminkan
tujuan
konsekuensi
Pendidikan Pmum di perguruan tingggi,
perkuliahan (MKDU),
pendidikan,
hubungan
bagi
upaya-
mencakup
pe
pendidik
dan
nentuan
bahan
peserta
didik (cara atau metode pendidikan), dan
penentuan
penilaian pendidikan.
C.
Rftknnendasi
Permasalahan
yang
diangkat
melalui
merupakan
permasalahan yang tidak dapat
kehidupan
dosen dan
nyangkut
tugas
dan
penelitian
dipisahkan
dengan
tidak bisa pula diabaikan, karena
tanggung jawab
dosen
ini
sebagai
me
tenaga
edukatif di perguruan tinggi. Tugas dan tanggung jawab dosen
di
perguruan
tinggi bukan hanya sebatas
juga
mendidik. Sebagai pendidik, dosen
yang
mantap
mahasiswa,
dan terintregasi yang
karena
yang
dibina
mengajar,
memerlukan
patut
melalui
tetapi
pribadi
diteladani
upaya
adalah sikap mental dan seluruh aspek kepribadian
oleh
pendidikan
mahasiswa
secara menyeluruh dan utuh.
Bertolak
dari uraian di atas, maka ada
beberapa
hal
yang patut dipertimbangkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Apabila seorang dosen mendapat kepercayaan dan kehormatan
mengajar,
kepadanya
juga dipercayakan
mengambil
keputusan yang bersifat
kemampuan
normatif.
untuk
Keputusan-
J.DV
hidup dosen. Setiap tindakan dosen harus dapat dikembalikan pada dasar pemikiran yang melandasinya berupa
fat pendidikannya. Oleh karena
itu diperlukan
falsa-
pandangan
filosifis dosen yang konsisten dengan tujuan hidupnya dan
tujuan hidup bangsanya.
2. Upaya
pembinaan
pekerjaan
kepribadian manusia
SEBAGAI TENAGA EDUKATIF DI PERGURUAN TINGGI
(Suatu Studi Terhadap Dosen MKDU UOP Bandung)
TESIS
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Program Pascasarjana
Bidang Studi Pendidikaan Umum
Oleh
AMSALAMRI
9132393
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDD3IKAN
R
A
\r n
tt m
a.
DISETUJUI DAN DISAHKAN UNTUK
UJIAN TAHAP
DR.
H.
M.
I.
II
SOELAEMAN
Pembimbing I
PROF. DR. H. ACHMAD SANUSI, SH,. M.PA
Pembimbing II
Artinya:
Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan
dengan mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka
secara lebih baik
(Q.S. An Nahl 125)
ABSTRAK
Judul Penelitian
: PILIHAN NILAI FILOSOFIS
DOSEN
MKDU
PENDIDIKAN
SEBAGAI TENAGA
OLEH
EDUKATIF
DI
PERGURUAN TINGGI
(Studi Terhadap Dosen MKDU IKIP Bandung)
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahunan dan teknolo-
gi dalam arus globalisasi dewasa ini, persoalan pendidikan
senantiasa mencuat ke permukaan,
yang ditandai
dengan
munculnyanya
kritikan
dari berbagai
pihak.
Dalam
bentuk
apapun
kritikan
itu pada umumnya dialamatkan pada guru
sebagai pendidik di sekolah, tak terkecuali terhadap dosen
di perguruan tinggi. Kritikan yang muncul berkisar pada
"kualitas lulusan" yang dihasilkan oleh suatu
lembaga
pendidikan, yang dianggap masih jauh dari harapan masyarakat pada umumnya, terutama mengenai pembinaan sikap dan
kepribadian peserta didik, yang mengharuskan dosen memiliki
landasan berfikir berupa nilai filosofis pendidikan
sebagai
landasan dan pedoman pendidikan yang dilakukannya.
Adapun yang menjadi permasalahan adalah nilai filosofis
pendidikan apakah yang dianut dosen MKDU yang dijadikan
sebagai landasan dan pedoman dalam kegiatan pendidikan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional?
Bertolak
dari permasalah di atas, studi ini
bertujuan
menyingkap nilai filosofis pendidikan yang dianut dosen yang
dijadikan
landasan
dan pedoman
dalam
tentang
: tujuan pendidikan,
peserta
pendidik (dosen), bahan perkuliahan,
bertindak
edukatif
didik (mahasiswa),
metode pendidikan,
penilaian pendidikan.
Adapun
yang
dijadikan subyek
penelitian
ini
adalah
dosen MKDU yang mengasuh mata kuliah: Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewiraan, IBD, ISD, dan IAD.
Untuk
mengumpulkan
data
penelitian ini
cara
yang
utama
digunakan adalah wawancara, karena yang ingin disingkap
adalah apa yang terkandung dalam alam pikiran responden, di
samping itu dilakukan observasi tentang kegiatan perkuliahan
untuk melengkapi data wawancara tersebut. Cara pengolahan
dan analisis data mengikuti prosudur penelitian kualitatif.
Dari hasil singkapan nilai-nilai filosofis pendidikan
yang dianut dosen MKDU melalui penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Untuk menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan, dosen
MKDU tampak lebih mengutamakan landasan berpikirnya pada
taqwa dipandang sebagai inti yang paling pokok dalam tujuan
pendidikan
yang sekaligus dijadikan pula
sebagai
landasan
dan pedoman bertindak dalam seluruh kegiatan pendidikan yang
xii
dilakukannya.
Dalam hal
ini pengaruh again a
(Islam)
tampak
sangat dominan dalam diri dosen.
Apabila
ditinjau dari sudut pandangan tentang
hakekat
kemakhlukan (manusia), maka ungkapan di atas tampaknya lebih
dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang humanistik, karena
manusia
dipandang
sebagai
totalitas
aspek
kepribadian,
yang
tidak
mementingkan satu aspek saja
dari
kepribadianmanusia,
akan tetapi semuanya dipandang penting
untuk
di
kembangkan
dengan tujuan agar terbinanya manusia
yang
memiliki
kepribadian yang utuh.
2. Untuk
merumuskan dan mengartikan
sifat-hakekat
manusia
(mahasiswa),
pandangan
dosen
MKDU
tampak
lebih
dominan
diwarnai
oleh nilai filsafat yang humanistik,karena
meman
dang
manusia (mahasiswa) sebagai makhluk yang terdiri
dari
totalitas
aspek kepribadian,
yang tidak mengutamakan
satu
aspek
saja,
akan tetapi seluruh aspek
dipandang perlu untuk dikembangkan
kepribadian
manusia
secara utuh.
Selanjutnya pandangan dosen MKDU tampak diwarnai
pula
oleh
nilai filsafat yang eksistensialis, karena
lebih
menekankan
pada
kebebasan individu untuk memilih
dan
bertanggungjawab atas pilihannya itu.
3. Untuk merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat
pendidik,
pandangan
dosen
MKDU tampak lebih
dominan
diwarnai
oleh
nilai filsafat yang hunanistik, karena dosen memandang bahwa
dengan
menghargai harkat dan martabat kemanusiaan
peserta
didik
dan
dengan menumbuhkan sikap
saling
percaya,
maka
semua
potensi yang dimiliki peserta didik akan
dapat
berkembang
seoptimal
mungkin. Kemudian pandangan
dosen
MKDU
diwarnai
pula oleh
nilai filsafat yang idealistik,
karena
memandang
pendidik
lebih
mengetahui
dari
pada
peserta
didik,
dan karena ini pula pendidik dijadikan teladan
bagi
peserta didik.
4. Untuk menentukan dan mengartikan bahan perkuliahan,
terrungkap
bahwa
pandangan
dosen MKDU
diwarnai
oleh
nilai
filsafat
yang humanistik, karena secara
keseluruhan
bahan
perkuliahan
yang disajikan mengacu pada
pembinaan
seluruh
aspek kepribadian manusia, yang disajikan secara terintegrasi.
Selanjutnya
pandangan dosen MKDU diwarnai pula
nilai
filsafat
yang
pragmatik,
karena
bahan
perkuliahan
yang
disajikan
diangkat
dari pengalaman nyata yang
aktual
dan
sesuai dengan perkembangan zaman.
5.
Untuk menentukan dan mengartikan
hakekat hubungan
pen
didik
dan
peserta didik (cara atau
metode
pendidikan),
tampak
lebih diwarnai oleh nilai filsafat yang
humanistik,
karena
pendidik lebih menghargai nilai
kemanusiaan,
yaitu
dengan
memberikan
kebebasan
kepada
peserta
didik
untuk
melakukan
berbagai aktivitas dan
kreativitas.
Selanjutnya
diwarnai
pula
oleh nilai filsafat yang
pragmatik,
karena
xiii
kepada
peserta
didik dihadapkan berbagai
problema
aktual
yang menantang yang diangkat dari perkembangan masyarakat.
6. Untuk menentukan dan mengartikan
tentang
penilaian pen
didikan, tampak lebih dominan diwarnai oleh nilai
filsafat
yang humanistik.
Namun dalam mata kuliah tertentu (Pen
didikan Agama dan Pendidikan Pancasila), di samping penilai
an aspek kognitif juga penilaian aspek afektif. Ungkapan ini
diwarnai pula oleh nilai filsafat yang idealistik, karena di
samping penilaian pada aspek kognitif (intelektual) juga
pada aspek afektif (moral).
xiv
DAFTAR
ISI
Halaman
RATA PENGANTAR
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
xii
DAFTAR ISI
BAB I
xv
PENDAHULUAN
1
A.
Latar Belakang Masalah
1
B.
Fokus Penelitian
7
C.
Ruang Lingkup Penelitian
8
D . Definisi Operasional
BAB II
vi
9
E
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian.
10
F.
Asumsi Penelitian
11
G.
Tujuan Penelitian
12
H.
Pentingnya Penelitian
12
PERLUNYA FILSAFAT PENDIDIKAN BAGI DOSEN DALAM
RANGKA PENDIDIKAN UMUM DI PERGURUAN TINGGI
14
A.
14
Karakteristik Pendidikan Umum
1. Pengertian dan tujuan pendidikan
2.
Mengapa Pendidikan Umum itu dibutuhkan?..
3. MKDU sebagai salah satu sarana program
Pendidikan Umum di perguruan tinggi
4.
24
27
Hubungan dan peranan filsafat dalam
Pendidikan Umum
B.
.14
31
Filsafat Pendidikan Dosen dan Perwujudannya
dalam Pelaksanaan Pendidikan
39
1. Setiap dosen mempunyai filsafat pendidikan
39
2. Filsafat pendidikan do&en berwujud dalam
pelaksanaan pendidikan
42
3.
Karakteristik nilai-nilai filosofis
pen
didikan menurut beberapa pandangan filsafat
yang dominan tentang pendidikan
48
BAB
III
METODE
A.
Subyek Penelitian
54
B.
Instrumen
54
- -C.
BAB
IV
Penelitian
Pengumpuian Data Penelitian
56
D.
Pengolahan Data Penelitian
57
E.
Tahap-tahap Penelitian
60
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
66
A.
66
B.
BAB V
PENELITIAN
Analisis
Data
1.
Reduksi
data
67
2.
Display dan pengelompokan data
123
3.
Interpretasi
132
Hasil-hasil Penelitian
PEMBAHASAN,
IMPLIKASI,
DAN REKOMENDASI
144
151
A.
Pembahasan
151
B.
Implikasi
156
C.
Rekomendasi
158
DAFTAR PUSTAKA
161
LAMPIRAN-LAMPIRAN
165
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan faktor penting
dalam
kehidupan
manusia. Dengan pendidikan kepribadian manusia dapat dibina,
dapat
ditingkatkan harkat, martabat dan
nilai
kemanusian;
dapat
dipelihara dan dikembangkan nilai
kebudayaan;
membawa masyarakat menjadi maju dan hidup sejahtera.
itu
pendidikan tidak dapat ditiadakan dalam
merupakan
manusia,
bagian
dapat
Karena
kehidupan.
la
yang integral terjalin
dengan
kehidupan
kebutuhan hidup yang
pokok,
merupakan
merupakan
suatu kemutlakan bagi kehidupan manusia (Soelaiman, 1979:1).
Semakin
mendapat
tempat
maju peradaban manusia, persoalan
pendidikan
perhatian yang semakin besar dan semakin
yang
penting
dalam
kehidupannya.
Seiring
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam arus
sasi
dewasa
ini,
pendidikan tidak
luput
dari
perhatian dan pemecahannya secara bijaksana dan
terutama
formal di
dari
dasawarsa
sebagai
globali-
mendapat
bertanggung
pelaksana
pendidikan
sekolah.
Perkembangan
kritikan
guru
dengan
tantangan
dengan berbagai persoalan yang mendasar yang perlu
jawab,
mendapat
dari
pendidikan
berbagai pihak.
yang
salahan-kesalahan
dewasa ini
banyak
mendapat
Kejadian-kejadian
beberapa
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
dalam
cara
menangani
urusan
ada
ke-
manusia.
Manusia telah memperoleh kekuatan yang besar dalam sains dan
teknologi,
kekuatan
tetapi
itu
peroleh
sangat
sering
mempergunakan _ kekuatan-
untuk maksud destruktif.
jangkauan
Manusia
dan kuantitas pengetahuan
telah
tetapi
mem
belum
dapat mendekati terciptanya individu yang ideal dan realisasi
diri
(self-realization).
Manusia telah
menemukan
bagai
cara untuk memperoleh keamanan, dan kenikmatan,
waktu
yang
mereka
sama
dan
mereka tidak yakin
tidak tahu arah mana yang
kehidupan itu (Titus, Smith, Nolan,
Kutipan
landasan
akan
arti
mereka
pada
kehidupan
pilih
dalam
1984:9).
di atas menunjukkan bahwa
betapa
pentingnya
berpikir yang kokoh dan jelas arah tujuannya
kehidupan
ber
manusia terutama dalam dunia
pendidikan,
bagi
karena
landasan berpikir itu akan mewarnai pelaksanaan pendidikan.
Sesunggunya
atas
banyak pendidikan dewasa
pandangan dunia yang mengatakan bahwa
ini
didasarkan
mencari
merupakan kebaikan tertinggi. Menciptakan seorang ahli
nafkah
yang
cakap terlampau sering menjadi tujuan pendidikan yang hendak
kita
capai. Kita mendidik ahli di bidang
menjadikan
diri
bidang-bidang
didik
ahli
(Kattsoff,
kita
lebih
sehat,
kedokteran
demikian
lainnya, tetapi sayang cenderung
yang
dapat
1987:473).
menjadikan
kita
lebih
pula
lalai
untuk
dimen
bijaksana
Salah
satu
problema besar
lainnya
dalam
pendidikan
pada masa sekarang ini adalah kurangnya kesatuan (irvtegrasi)
dalam
pengalaman
pendidikan.
Yang
diterima
oleh
mahasiswa
adalah
bidang
spe-
sialisasi
yang tak ada hubungannya antara satu dengan
yang
lainnya.
serangkaian penyajian dalam
seorang
Penyajian secara sepotong-sepotong ini
menggambar-
kan fragmentasi umum dari pengalaman yang menandai kehidupan
modern (Titus,
Smith,
Kutipan
di
Nolan,
atas
1984:
5-6).
mengisyaratkan
pula
bahwa
merupakan kewajiban bagi seorang pendidik menganut
adalah
landasan
berpikir yang komprehensif dan mendalam terutma bagi
dik Pendidikan Umum,
pendi
karena menyangkut pembinaan kepribadian
peserta didik secara menyeluruh dan terintegrasi.
Meskipun
muncul
di
kritikan-kritikan
yang
dikemukan
Barat dan dalam konteks peradaban
kritikan-kritikan serupa berlaku pula untuk
Kita
khawatir,
humaniora,
merupakan
dibenahi
karena
arah,
Barat,
namun
Indonesia.
pencinta
kelewat asyik mengunggulkan satu dari
lainnya,
dalam
dunia pendidikan kita.
kesibukannya
ilmunya,
mengajar
tidak
atas
maupun
masalah-masalah mendasar yang
ketinggian
konsep
baik pendukung iptek
di
dengan
menutup
berbagai
justru
Dosen
menjadi menjemukan
ada dialog. Tak ada
universitas,
proyek
dialog. Dari
atau
SD
karena
partisipasi
semestinya
karena
hingga
bersifat
yang
PT,
satu
hidup.
Kecenderungan lembaga-lembaga pendidikan kita untuk
kan
daya kritis mahasiswa membuat semuanya
lebih
memati-
menjemu-
kan lagi. Mata kuliah humaniora yang penting seperti Kewira-
an
dan
pada
perilaku mahasiswa sehingga harus
absensi
an
Pendidikan Moral Pancasila sulit
karena
mustahil
untuk
hasilnya
diwajibkan
didiskusikan
praktek moral di luar kampus yang
jauh
diamati
melalui
penyeleweng-
seringkali
dari teori yang diajarkan di ruang kuliah.
melenceng
Kepedulian
mahasiswa pada masalah-masalah di sekitarnya tidak dipandang
sebagai cermin dari kepekaan yang manusiawi bagi pendewasaan
politik,
melainkan sebagai aksi politik praktis yang
mesti
dikebiri (REPUBLIKA, 25 April 1993, hal. 3).
Permasalahari
kemukakan
didikan
dan kritikan-kritikan seperti
di atas merupakan bagian dari
terutama
yang
permasalahan
di perguruan tinggi yang
tidak
di-
pen
terlepas
dari peran dan tanggung jawab dosen sebagai tenaga edukatif.
Permasalahan
tersebut menuntut adanya
pemikiran yang
men-
dalam dan upaya-upaya yang lebih bijaksana dari dosen berupa
nilai-nilai filosofis pendidikan yang jelas, benar dan kokoh
serta
konsisten
dengan tujuan
pendidikan
nenjadi pilihan dosen tersebut sebagai
nasional,
yang
landasan dan pedoman
bertindak edukatif dalam pelaksanaan pendidikan.
Dosen
sebagai
tenaga edukatif merupakan
orang
yang
nempunyai peran dan tanggung jawab yang sangat penting
bagi
pelaksanaan pendidikan di perguruan tinggi. Mereka
seharus-
5
dilandasi nilai-nilai filosofis yang jelas dan benar sebagai
landasan dalam pelaksaan tugasnya sehari-hari.
Dalam
hal
ini Fauzy Al-Najjar,
sebagaimana
dikutip
oleh Al-Syaibany (1979:33), mengemukakan bahwa :
Pendidikan
tidak akan tumbuh, berkembang, dan
selaras
dalam bidang kemajuan selagi hal itu tidak bersandar pada
pemikiran
falsafah
yang selalu disertai
pembaruan
dan
daya cipta dalam dunia yang selalu bertarung dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Selagi kita masih bertanya:
Mengapa kita mengajar? Bagaimana kita mengajar? Selama
itu pendidikan akan tetap sangat memerlukan falsafah.
Permasalahan di atas menunjukkan bahwa bagi para dosen
di perguruan tinggi yang mempunyai peran dan tanggung
yang
besar
bagi terlaksananya pendidikan,
jawab
sepatutnya
dan
dituntut agar memiliki nilai-nilai filosofis pendidikan yang
jelas dan benar, sebagai landasan bertindak dalam pelaksana
an
pendidikan.
Penggunaan
pemikiran
kefilsafatan
dalam
pelaksanaan pendidikan harus jelas dan kokoh, karena hal ini
merupakan landasan bagi pelaksanaan pendidikan tersebut.
Dalam zaman teknologi sekarang ini, penggunaan pemiki
ran kefilsafatan menjadi kiam penting. Teknik tidak
berjalan
tanpa
teori,
dan bila
mungkin
tentu
mungkin
merupakan
teknik yang buruk. Perenungan kefilsafatan memperkuat
memberikan
disitu.
arah
kepada teknologi. Dan tidak
Perbuatan macam apapun yang tidak
didasarkan
teori yang sehat akan kehilangan arah dan dapat
kan kehancuran (Kattsoff,
1987:474).
hanya
serta
sampai
atas
mengakibat-
Sebagai
seorang
guru
filsafat.
la
pribadi
dan
(dosen)
sewajarnya
tak boleh buta
sebagai
pelaksana
menganut
terhadap
pendidikan,
dan
mendalami
filsafat.
Sebabnya
antara lain karena tujuan-tujuan pendidikan senantiasa lang
sung berhubungan denga tujuan-tujuan kehidupan dari
dan masyarakat yang melaksanakan pendidikan.
individu
Pendidikan
dapat dimengerti sepenuhnya tanpa memahami tujuannya.
tujuan
itulah yang perlu dipahami dalam rangka
tak
Justru
hubungannya
yang sejati dengan kehidupan itu sendiri. Hanya guru (dosen)
yang memiliki filsafat yang memadai sajalah yang berada pada
jalan
son,
kearah suatu filsafat pendidikan yang tepat
1978:8).
Adapun
MKDU
(Hender
ada
yang menjadi permasalahan adalah apakah
menganut nilai-nilai filosofis
dosen
pendidikan
dapat dijadikan sebagai landasan dan pedoman
bagi
yang
pelaksa^
naan Pendidikan Umum di perguruan tinggi?
Untuk
mengetahui
nilai-nilai
filosofis
yang dianut oleh dosen MKDU tersebut tidak cukup
pendidikan
diperoleh
berdasarkan apa yang tercantum dalam kurikulum yang ada
dalam undang-undang pendidikan yang telah ditetapkan
formal,
dasar
tetapi
memerlukan pengkajian yang
inilah peneliti merasa perlu
terutama
mendalam.
mengadakan
dan
secara
Atas
penelitian,
dalam rangka pengembangan program Pendidikan
Umum
di perguruan tinggi dalam menghadapi arus globalisasi dewasa
ini,
kepada para dosen dituntut memiliki
yang
menyeluruh dan mendaiam
wawasan
berpikir
dengan dilandasi oleh
nilai-
nilai filosofis pendidikan yang jelas dan benar dalam
mendidik calon-calon sarjana yang berkualitas sesuai
upaya
dengan
yang dicita-citakan oleh bangsa dan negara.
B.
Fokus Penelitian
Memperhatikan
masalah
uraian penjelasan pada
di atas, maka yang dijadikan fokus
latar
belakang
penelitian
adalah berkenaan dengan: pilihan nilai-nilai filosofis
didikan yang dianut oleh dosen
di Perguruan Tinggi,
ini
pen
MKDU sebagai tenaga edukatif
tentang:
1. Tujuan pendidikan
2. Peserta didik (mahasiswa)
3. Pendidik (diri dosen itu sendiri)
4.
Bahan perkuliahan
5. Hubungan
pendidik
dan peserta didik (cara
atau
metode
pendidikan)
6.
Penilaian Pendidikan
Dengan
ini
fokus permasalahan di atas, berarti
mencoba menyingkap pilihan nilai-nil^.i
penelitian
filosofis
pen
didikan oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif di perguruan
tinggi,
dalam
yang
dijadikan prinsip,
landasan,
serta
pedoman
kegiatan pendidikan yang dilakukannya sehari-hari
perguruan tinggi,
tentang:
di
tujuan pendidikan, peserta didik
(mahasiswa),
pendidik (dosen), bahan perkuliahan,
hubungan
pendidik dan peserta didik (cara atau metode pendidikan),
dan penilaian pendidikan.
C.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
perguruan
dalam
ini dilakukan di perguruan
tinggi,
tinggi merupakan lembaga pendidikan yang
kerangka sistem pendidikan nasional
yang
memerlukan
kelangsungan
integritas pribadi untuk
pendidikan)
dapat
hidup bangsa dan negara di masa
penting
menyiapkan
calon-calon pemimpin bangsa (terutama di bidang
yang
karena
mengemban
depan
sesuai
dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Adapun Perguruan Tinggi yang dimaksud dalam penelitian
ini
adalah
IKIP Bandung. Dijadikan
IKIP
Bandung
lokasi penilitian ini, dilandasi oleh beberapa
antara
1. IKIP
yang
lain
sebagai
pertimbangan
:
Bandung
merupakan satu-satunya
perguruan
tinggi
menyelenggarakan Program Pascasarjana Bidang
Studi
Pendidikan Umum (PU)
2. IKIP Bandung merupakan salah satu perguruan tinggi tertua
di Indonesia yang menyiapkan tenaga edukatif dalam rangka
mengupayakan
terintergasi
manusia
yang
mempunyai
yaitu manusia seutuhnya.
pribadi
Hal ini dapat
jadikan contoh bagi perguruan tinggi lain terutama
yang
di
dalam
menyiapkan
calon-calon tenaga edukatif yang
sesuai dengan
3.
Nilai-nilai
tuntutan zaman.
_
_ _
filosofis pendidikan yang dimaksudkan
penelitian
ini,
bukan
pendidikan
yang
berasal
pendidikan
menurut
secara
berkualitas
formal,
sekedar
nilai-nilai
dari
filosofis
aliran-aliran
para ahli filsafat
tetapi nilai-nilai
dalam
filsafat
yang
telah
filosofis
ada
pendidikan
yang disingkap dari pandangan atau yang dianut oleh dosen
MKDU sebagai tenaga edukatif,
peserta
didik (mahasiswa),
kuliahan,
D.
metode,
tentang:
tujuan pendidikan,
pendidik (dosen),
bahan
per
dan penilaian pendidikan.
Definisi Operasional
Untuk menghindari kerancuan dalam penelitian
istilah-istilah
yang
digunakan didefinisikan
ini,
maka
sebagai
be-
benar
dan
rikut:
1.
Pilihan,
bermakna
yaitu
apa yang dianggap
bagi kehidupan manusia,
terbaik,
sehingga
hal
tersebut
dimiliki sebagai pilihannya.
2.
Nilai-nilai
filosofis
prinsip
kebenaran
diyakini
dan
pemikiran
yang
atau
pendidikan,
nilai-nilai
berharga bagi
mendalam
yaitu
dan
manusia
matang,
seperangkat
kebenaran
yang
berdasarkan
hasil
yang
dijadikan
landasan atau dasar pertimbangan dalam bertindak edukatif
dan
dapat
didikan .
mewarnai tindakannya dalam
pelaksanaan
pen
10
3. Dosen
MKDU,
dalam
ialah tenaga pengajar di
Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU),
perguruan
yaitu:
Agama,
Pendidikan Pancasila, Pendidikan
Budaya
Dasar
tinggi
Pendidikan
Kewiraan,
(IBD), Ilmu Sosial Dasar (ISD),
Ilmu
dan
Ilmu
Alamiah Dasar (IAD).
E. Perunusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Masalah
ini
utama yang ingin dijawab
melalui
penelitian
adalah berkenaan dengan apakah dosen MKDU ada
menganut
nilai-nilai filosofis pendidikan yang dapat dijadikan
seba
gai landasan dan pedoman bagi pelaksanaan Pendidikan Umum di
perguruan tinggi. Masalah utama tersebut dirumuskan
berikut
: nilai-nilai filosofis
pendidikan
sebagai
apakah
yang
dianut sebagai pilihan dosen MKDU di perguruan tinggi?
Sesuai dengan ruang lingkup penelitian ini, maka
masalahan penelitian ini dapat dijabarkan ke dalam
per
sejumlah
pertanyaan penelitian, yaitu :
1. Nilai-nilai
filosofis
oleh dosen MKDU
pendidikan
apakah
yang
dianut
untuk menentukan dan mengartikan
tujuan
pendidikan?
2. Nilai-nilai
cleh
dosen
filosofis
pendidikan
MKDU untuk merumuskan
apakah
yang
dianut
pandangannya
tentang
hakekat manusia (mahasiswa) sebagai peserta didik?
3. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah yang dianut
dosen
MKDU
untuk merumuskan pandangannya
didik (dosen)?
tentang
oleh
pen
11
4. Nilai-nilai
dosen
filosofis
pendidikan
apakah
MKDU untuk menentukan dan mengartikan
dianut
oleh
bahan
per
kuliahan?
5. Nilai-nilai filosofis pendidikan apakah dianut oleh dosen
MKDU
untuk menetukan dan mengartikan
hubungan
pendidik
dan peserta didik (cara atau metode pendidikan)?
6. Nilai-nilai
filosofis
pendidikan
apakah
dianut
oleh
dosen MKDU untuk menentukan penilaian pendidikan?
F.
Asunsi Penelitian
1. Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin
selalu menyadari akan hal tersebut (Titus, Smith,
orang mempunyai
filsafat
tidak
Nolan,
1984:10).
Setiap
dalam
pandangan
hidup. Berkenaan dengan pendidikan orang
arti
mem
punyai pandangan terhadapnya. Minimal apa itu pendidikan,
apa
tujuan pendidikan, dan bagaimana
cara
mencapainya.
Hal
ini mengandung makna bahwa filsafat merupakan
dasar
untuk memandang dan melandasi sesuatu perbuatan (Wiryokusumo dan Mulyadi,
2. Dalam
1988:26).
filsafat yang dianut pendidik terkandung
tentang
bagaimana
masyarakat
yang
gambaran
dicita-citakan
dan
bagaimana individu yang harus dibentuknya. Tujuan, corak,
metode,
filsafat
1982:30).
dan alat-alat pendidikan banyak ditentukan
yang
dianut
oleh
si
pendidik
oleh
(Nasution,
12
3. Bagi
dosen-dosen
MKDU sebagai tenaga edukatif
di
per-
- guruan tinggi wajib menganut nilai-nilai filosofis
jelas,
kokoh yang merupakan
melaksanakan
tif.
landasan dan
pedoman
tugasnya sehari-hari sebagai tenaga
Nilai-nilai filosofis yang dianutnya
yang
itu
dalam
eduka
mewarnai
tindakannya dalam pelaksanaan pendidikan.
G.
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
gambaran
tentang
nilai-nilai
filosofis
pendidikan
dianut oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif di
tinggi.
memperoleh
yang
perguruan
Secara khusus penelitian bertujuan untuk:
Memperoleh
informasi tentang nilai-nilai
filosofis
pendidikan yang dianut oleh dosen MKDU untuk:
1. Menentukan dan mengartikan tujuan pendidikan
2. Merumuskan pandangannya tentang hakekat manusia (maha
siswa) sebagai peserta didik
3.
Merumuskan
pandangannya
tentang
hakekat
pendidik
(dosen)
4. Menentukan dan mengartikan bahan perkuliahan
5. Menentukan
dan
mengartikan
hubungan
pendirik
dsn
peserta didik (cara atau metode pendidikan)
6. Menentukan penilaian pendidikan
H.
Pentingnya Penelitian
Dari
segi
teoritis,
hasil penelitian
ini
merupakan
pentingnya dosen memiliki atau menganut nilai-nilai
fis
pendidikan
yang
jelas dan. kokoh
dalam
filoso
melaksanakan
tugasnya sebagai tenaga edukatif di perguruan tinggi.
Dari segi praktis,
hasil penelitian ini dapat
menjadi
masukan/umpan balik bagi para dosen MKDU di perguruan tinggi
yang
dalam
bersangkutan
dan juga bagi perguruan
penyelenggaraan MKDU sebagai salah
didikan Umum di perguruan tinggi.
tinggi
lainnya
satu sarana
Pen
BAB
III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
adalah
dan
metode deskriptif, yaitu metode
yang
ini
menggambarkan
memecahkan masalah-masalah aktual yang sedang
berlang-
sung. Metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pedata, tetapi meliputi analisis
ngumpulan
data.
dan
interpretasi
Sedangkan langkah kerja yang digunakan dalam
tian
ini
sebagian besar adalah
langkah
kerja
peneli
penelitian
kualitatif.
Disebut kualitatif karena sifat data yang
yang
bercorak
menggunakan
kualitatif
kualitif, bukan
kuantitatif,
dikumpulkan
karena
alat-alat pengukur (Nasution, 1988:18).
ini
digunakan
karena
beberapa
Metode
pertimbangan.
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
berhadapan
dengan
kenyataan
ganda;
kedua,
apabila
metode
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
dan
menyesuaikan
diri dengan banyak
penajaman
ini
peneliti
responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan
dapat
tidak
lebih
pengaruh
bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong,
1991:5).
Sesuai dengan sifatnya, maka
sistematika
metodo-
logis penelitian ini disusun sebagai berikut.
A.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah
Dijadikan
dosen MKDU IKIP Bandung.
dosen MKDU sebagai subyek penelitian
ini
karena
55
MKDU
merupakan
salah satu sarana bagi
Umum di perguruan
Untuk
dahulu
program
tinggi.
menentukan
subjek
penelitian
ini,
peneliti berkonsultasi dengan Ketua
Jurusan
MKDU
IKIP Bandung,
karena
penelitian
memiliki
terlebih
dan
mereka
Sekretaris
lebih
secara dekat tentang keadaan subjek penelitian
Adapun
Pendidikan
yang dijadikan kriteria sebagai
mengenai
ini.
subyek
dalam
ini adalah dosen senior, yaitu dosen yang
telah
kualifikasi
pangkatan Gol.
antara
lain minimal
dari
segi
IV dan/atau dosen yang telah menempuh jenjang
pendidikan Program Pascasarjana,. dengan asumsi bahwa
telah
ke-
memiliki
banyak pengalaman dengan
wawasan
yang luas dan mendasar (filosofis) mengenai
mereka
berpikir
problem-problem
pendidikan terutama di perguruan tinggi.
MKDU yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah MKDU
yang
berdasarkan
Kep/1983,
yaitu:
Pendidikan
Dasar (ISD),
MKDU
bagi
semua
keterangan
SK
Dirjen
Dikti
Pendidikan Agama,
Kewiraan,
Depdikbud
No.
Pendidikan
Ilmu Budaya Dasar (IBD),
32/DJ/
Pancasila,
Ilmu
Sosial
dan Ilmu Alamiah Dasar (ISD).
feperti tersebut di atas masih berlaku
perguruan tinggi di
dari
Ketua
Indonesia
dan Sekretaris
sekarang
(didukung
Jurusan
MKDU
Bandung berdasarkan hasil konsultasi dengan peneliti,
gal
11 Oktober 1993). Dengan demikian maka dosen MKDU
oleh
IKIP
tangyang
56
lijadikan
sebagai subyek penelitian ini adalah enam
orang,
jesuai dengan mata kuliah yang disebutkan di atas.
J.
Instrumen Penelitian
Instrumen
utama dalam penelitian ini adalah
sendiri. Dalam hal ini,
ialam
penelitian
itamanya.
peranan
peneliti
Faisal (1990:45) mengemukakan bahwa
kualitatif peneliti
Selaku instrumen penelitian,
merupakan
instrumen
peneliti
memainkan
sebagai instrumen kreatif. Selanjutnya
ia
melacak
Pakta/informasi deskriptif, juga sekaligus melakukan reflek-
si
dan
dan secara simultan pula menggunakan berpikir
divergen
dalam "merakit" sejumlah
konvergen
fakta/informasi
ke
tingkat konsep, hipotesis, atau teori.
Menurut
Moleong (1991:121), kedudukan
penelitian
kualitatif cukup rumit. Ia
perencana,
pelaksana pengumpulan data,
peneliti
sekaligus
dalam
merupakan
analisis,
penafsir
data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat
karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses
tian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan
peneli
seba
gai alat pengumpulan data.
Cara yang diambil yaitu data lapangan
diberi kode, kemudian dilakukan unitisasi dan
diinterpretasi,
kategorisasi,
sehingga mudah dalam mengklasifikasi data tersebut.
C.
Pengumpulan Data Penelitian
Dalam
dilakukan
pelaksanaan
oleh
peneliti
sebagai berikut
pengumpulan data
sendiri
penelitian
dengan
ini,
langkah-langkah
:
1. Tahap Persiapan.
a.
Setelah
disain penelitian disetujui oleh
selanjutnya
diajukan permohonan
izin
pembimbing,
penelitian
me
lalui Direktur Program Pascasarjana IKIP Bandung untuk
diteruskan
kepada Rektor IKIP Bandung dan
kepada
Ketua Jurusan MKDU IKIP Bandung,
paikan
kepada
responden.
sebagaimana
seterusnya
untuk
disam-
kriteria
yang
telah ditentukan.
b. Menyusun pedoman wawancara agar
pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan terarah sesuai dengan tujuan
penelitian
yang telah ditetapkan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengupulan data dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut
:
a. Melakukan
wawancara dengan responden
untuk
menggali
dan menyingkap pilihan nilai-nilai filosofis pendidik
an yang dianut oleh dosen MKDU sebagai tenaga edukatif
di perguruan tinggi,
dengan menggunakan tape recorder.
Penggunaan
wawancara
sebagai
pengumpulan
data penelitian
teknik
utama
dalam
ini adalah karena
teknik
58
wawancara
cara sesuai dengan karakteristik data
ingin dikumpulkan, yakni nilai-nilai filofis
kan
pendidi
yang dianut, yang terkandung dalam dalam
responden.
Hal
ini sesuai dengan
tujuan
yang
pikiran
dilakukan
wawacanra, sebagaimana dikemukakan Nasution (1988:73),
yaitu
yang
tujuan
wawancara adalah untuk
terkandung
mengetahui
dalam pikiran dan hati
orang
bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu
yang
tidak
dapat
kita
ketahui
melalui
apa
lain,
hal - hal
observasi.
Sekaitan dengan hal ini, Faisal (1990:61) mengemukakan
bahwa
:
Dalam penelitian kualitatif biasanya teknik wa
wancara sebagai cara
utama untuk mengumpulkan
data/informasi. Ini bisa dimengerti, setidak-tidaknya dua alasan. Pertama, dengan wawancara peneliti
dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan
dialami seseorang/subyek yang diteliti, tetapi juga
apa yang tersembunyi jauh di dalam diri subyek
penelitian (explicit knowledge maupun tacit know
ledge). Kedua, apa yang ditanyakan kepada informan
bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas-waktu
yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang,
dan juga masa mendatang.
• Wawancara
dilakukan
dalam
bentuk
terbuka,
artinya
responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluar-
kan
ketat
buah pikiran, pandangan, dan perasaannya
oleh peneliti. Kemudian
tanpa
setelah peneliti
diatur
memperoleh
sejumlah keterangan, peneliti melakukan wawancara yang lebih
terstruktur
yang disusun berdasarkan apa yang telah
paikan responden.
disam-
5y
b. Melakukan
observasi
kuliahan.
hasil
Hal
ini dilakukan
wawancara.
fokuskan
pada
komunikasi
berkenaan dengan
untuk
kegiatan
melengkapi
Observasi ~dalam penelitian
kegiatan
per
perkuliahan,
ini
yaitu
edukatif antara dosen dan
data
di-
tentang
mahasiswa
yang
tercermin dalam metode perkuliahan yang digunakan oleh
dosen yang bersangkutan.
D.
Pengolahan dan Analisis Data Penelitian
Data dapat dianalisis dengan beberapa pola (cara) yang
melibatkan
cara
pengujian
berpikir
sistematis
tertentu,
yang
tentang sesuatu hal
mengacu
guna
kepada
menentukan
bagian-bagiannya, hubungan antar bagian, dan hubungan dengan
keseluruhan. Semuanya itu dilakukan guna memperoleh
"makna-
nya"
Mengenai pola analisis data dalam penelitian edukatif,
Nasution
(1988:126) mengemukakan bahwa tidak ada cara
tentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis
tiap
peneliti harus mencari sendiri metode
ter
sehingga
yang
dirasanya
cocok dengan sifat penelitinya.
Berdasarkan
pola
analisis
sendiri.
ini,
pendapat di atas, maka
data yang cocok menurut
peneliti
pandangan
Dalam hal ini, untuk menganalisis data
peneliti mengikuti cara yang dianjurkan oleh
(1988:129),
dengan
langkah-langkah
sebagai
mencari
peneliti
penelitian
Nasution
berikut:
60
(1) reduksi data, (2) diplay data, (3) mengambil kesimpulan/
verifikasi.
Analisis data itu dilakukan dalam suatu proses. Proses
berarti
pulan
pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak
data
dan dikerjakan secara intensif,
pengum
yaitu
sesudah
meninggalkan lapangan (Moleong, 1991:104).
Untuk lebih jelas mengenai pola pengolahan dan analisis
data
penelitian
berikut
ini,
maka
langkah - langkahnya
sebagai
:
1. Selama data dikumpulkan
Selama
pengumpulan data, maka kegiatan-kegiatan
dilakukan oleh peneliti, yaitu
a.
Pembuatan cacatan
Pembuatan
neliti
yang
:
lapangan.
cacatan
lapangan dilakukan pada
melakukan wawancara dan obsevasi
saat
dilapangan.
pe
Hasil
cacatan lapangan direvisi, kemudian disusun kedalam rangkum-
an
cacatan lapangan (lampiran). Hasil wawancara yang
disusun
kedalam
perlihatkan
rangkuman cacatan lapangan,
kemudian
kepada responden untuk dipeiiksa
telah
di-
kebenarannya,
apakah telah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh responden
bersangkutan.
informasi
yang
Apabila
terdapat kekeliruan
diberikan
itu, maka
mengenai
responden
sangkutan dapat memperbaikinya secara langsung.
yang
data/
ber
bl
Perlu
ditegaskan
bahwa dalam
yaitu
untuk
penelitian
dilakukan
triangulasi
informasi
yang diberikan responden, sebab
ini
membuktikan
tidak
kebenaran
responden
dalam
penelitian ini mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk memiliki
pendapatnya secara pribadi.
b. Pemberian kode
Setelah responden mencek laporan berupa rangkuman hasil
wawancara,
maka segera diberi kode awal yang
secara
spesifik dan terpola, sesuai dengan permasalahan
lebih
penelitian
yang dijabarkan melalui sejumlah pertanyaan penelitian.
c. Penggunaan matriks
Dalam
meliputi
menggunakan
matriks,
maka
kegiatan
peneliti
: (a) mebentuk matriks berdasarkan sub-pokok
per-
masalahan/klasifikasi data/kode, (b) memasukkan data lapang
an
dan
(sudah dirangkum) ke dalam matriks sesuai
kode
mambaca
data, dan (c) menganalisis
data
dengan
matriks
lebih teliti, melakukan interpretasi,
dan
kolom
dengan
menarik
kesimpulan sementara.
2. Setelah data terkumpul
Kegiatan
yang dilakukan setelah data
liputi hal-hal sebagai berikut :
terkumpul,
me
a.
Membuat reduksi data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah
mem
buat rangkuman data menurut tema-tema pokok. Dengan demikian
akan diperoleh sejumlah inti permasalahan berdasarkan penda
pat/ informasi para responden.
b.
Membuat display data
Kegiatan
mendisplay (menyajikan) data penelitian
ini,
dilakukan dengan cara menyusun data tau mengelompokkan
data
pokok-pokok pendapat responden ke dalam maktris yang
dibuat
sedemikian rupa.
c.
Interpretasi dan kesimpulan
Setelah
giatan
dilakukan reduksi dan display data,
selanjutnya yang dilakukan dalam
maka
memberikan
ke
inter
pretasi terhadap data tersebut dan akhirnya diperoleh
suatu
kesimpulan dari data tersebut.
E. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian
Secara garis besar,
atas
pelaksanaan penelitian ini
tiga tahap, yaitu : tahap orientasi, tahap
terdiri
eksplorasi
dan tahap member-chek.
Kegiatan
sebut meliputi
yang dilakukan pada masing-masing tahap
:
ter
63
1.
Tahap orientasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
*an
mendapatkan
selanjutnya
informasi
dalam
pendahuluan
penelitian ini.
yang
diusaha-
dikembangkan
Kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Melakukan
studi
informasi
kepustakaan
untuk
menelaah
berbagai
yang berkenaan dengan permasalahan
yang
ber
kaitan dengan fokus awal penelitian.
b. Bertukar pikiran dengan beberapa dosen MKDU IKIP
(diantaranya
Sekretaris
Jurusan MKDU)
dan
Bandung
teman-teman
sejawat untuk memperoleh berbagai informasi lebih
lanjut
yang berkaitan dengan fokus penelitian.
c. Mengadakan konsultasi dengan pembimbing untuk
kejelasan
tentang
permasalahan
yang
memperoleh
berkaitan
dengan
fokus penelitian ini.
Berdasarkan
ditemukan
setiap
yang
beberapa
dosen
jelas
tenaga
hasil
kegiatan orientasi
tersebut,
hal yang menarik terutama
perlu sekali menganut
adalah
nilai-nilai
dan kokoh dalam melaksanakan
bagi
filosofis
tugasnya
edukatif di perguruan tinggi. Hal ini
maka
sebagai
perlu
karena
dalam filsafat yang dianut dosen sebagai pendidik terkandung
gambaran
dan
tentang bagaimana masyarakat
bagaiman
pendidikan
pendidik,
individu yang
harus
yang
dibentuknya.
yang menyangkut tentang tujuan,
bahan,
metode, dan
dicita-citakan
evaluasi
Aktivitas
peserta
didik,
pendidikan
banyak
64
ditentukan oleh filsafat (nilai-nilai filosofis) yang dianut
oleh
dosen sebagai pendidsik, karena nilai-nilai
yang
dianutnya itu merupakan landasan bagi
didikan
yang
dilaksanakannya
filosofis
aktivitas
sehari-hari.
Gambaran
diperoleh tersebut, memberi keyakinan kepada peneliti
pen
yang
untuk
menetapkan fokus penelitian ini.
2.
Tahap Eksplorasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penggali-
an
informasi/data
secara
lebih
dilakukan adalah sebagai berikut
mendalam.
Kegiatan
yang
:
a. Menyusun pedoman wawancara ag'ar pertanyaan-pertayaan yang
diajukan
terarah
sesuai dengan tujuan
penelitian
yang
telah ditetapkan.
b. Mengadakan wawancara dengan para responden sesuai
kesepakatan
mengenai waktu dan tempat
antaar
dengan
responden
dengan peneliti
c. Kegiatan penyusunan hasil laporan yang meliputi
mendeskripsikan,
penelitian,
menganalisis,
secara
terus
menafsirkan
menerus
hingga
kegiatan
data
hasil
diperkirakan
mencapai gejala ketuntasan.
3.
Tahap memberchek
Kegiatan
yang
adalah sebagai berikut
a. Menyusun
dilakukan pada
tahap
memberchek
ini
:
laporan penelitian yang diperoleh
pada
tahap
65
b. Hengajukan
responden
laporan tersebut kepada masing-masing
untuk
dicek
kesesuaiannya
dengan
kepada
pendapat
responden yang bersangkutan.
c. Setelah
menelaah laporan tersebut, para
responden
perbaiki hal-hal yang belum sesuai dengan maksud
den yang bersangkutan.
mem-
respon
BAB V
PEMBAHASAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Berdasarkan
uraikan
pada
hasil
bab
penelitian sebagaimana
terdahulu, maka pada
bab
telah
di-
terakhir
ini
dikemukakan pula pembahasan, implikasi dan rekomendasi.
A.
Penbahasan
Secara
umum
dapat ditegaskan
meskipun
proposisi
tertentu
filsafat
dan pandangan filsafat yang lain tentang
yang
satu
namun
terdapat pula kesamaannya. Oleh
pandangan
tidak
dalam
pandangan
hal-hal
dalam
hal-hal
karenanya
filsafat dan pandangan filsafat
antara
yang
dapat dipisahkan secara tegas. Untuk menentukan
dangan
MKDU
antara
menjadi sorotan penelitian ini,
tertentu
satu
ada perbedaan
bahwa
filsafat
yang dominan mewarnai pola berpikir
tentang pendidikan berupa nilai filosofis
pan
dosen
pendidikan,
disingkap dengan merujuk pada karakteristik nilai
pendidikan
lain
filosofis
menurut beberapa pandangan filsafat (lihat
hal.
48-53).
1. Tentang tujuan pendidikan.
Untuk
dosen
menentukan dan mengartikan
MKDU tampak lebih mengutamakan
tujuan
pendidikan,
landasan
berpikirnya
pada nilai-nilai agama, yaitu inan dan taqwa. Iman dan taqwa
dipandang
didikan
sebagai inti yang paling pokok dalam tujuan
yang
sekaligus
dijadikan
pula
sebagai
pen
landasan
dilakukannya.
Dalam hal ini pengaruh agama
(Islam)
tampak
sangat dominan dalam diri dosen.
Dosen
mengharapkan
terbinanya
Manusia
manusia
aktualisasi
yang memiliki
utuh dipandang
diri
mahasiswa
kepribadian
bukan hanya yang
yang
cerdas
agar
utuh.
(memiliki
ilmu pengetahuan yang banyak), akan tetapi juga memiliki mo
ral yang baik, yang tercermin pada perilakunya
dan
memiliki
integrasi
keahlian serta keterampinan, semua
pada
Apabila
sehari-hari,
diri
peserta
didik
itu
ter
(mahasiswa).
ditinjau dari sudut pandangan tentang
hakekat
kemakhlukan (manusia), maka ungkapan di atas tampaknya lebih
dominan diwarnai oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena
manusia
yang
dipandang
tidak
manusia,
sebagai
totalitas
aspek
mementingkan satu aspek saja
kepribadian,
dari
kepribadian
akan tetapi semuanya dipandang penting
kembangkan
dengan
tujuan
agar
terbinanya
untuk
manusia
di
yang
memiliki kepribadian yang utuh.
2. Tentang peserta didik (mahasiswa)
Untuk
merumuskan dan mengartikan sifat-hakekat
maha
siswa, dosen MKDU memandang mahasiswa sebagni manusia adalah
makhluk
yang memiliki potensi untuk berkembang secara
(intelektual,
perasaan, kemauan, keterampilan dan
nya).
Ungkapan ini tampaknya
lebih dominan
nilai
filsafat yang hunanistik,karena
sebagai
diwarnai
memandang
utuh
oleh
mahasiswa
sebagai makhluk yang terdiri dari totalitas aspek kepribadi-
153
tetapi
seluruh
aspek kepribadian manusia
dipandang
perlu
untuk dikembangkan secara utuh.
Selanjutnya
yang
manusia juga dipandang
sebagai
memiliki kebebasan, yakni kebebasan yang
jawab,
makhluk
bertanggung
dalam batas-batas aturan norma yang berlaku.
kebebasan yang dimilikinya, mahasiswa akan dapat
Dengan
berkembang
dalam melakukan berbagai aktivitas dan kreativitas.
dipandang
sebagai
subyek, bukan sebagai obyek
Manusia
yang
daps.t
diperlakukan
menurut kemauan pendidik. Dalam ungkapan
tampak
dominan
lebih
eksistensialis,
karena
diwarnai oleh
lebih
individu untuk memilih dan
nilai
menekankan
filsafat
pada
ini
yang
kebebasan
bertanggungjawab atas pilihannya
itu.
3. Tentang pendidik (dosen)
Untuk
merumuskan
didik, dosen
MKDU
dan mengartikan
sifat-hakekat
memandang pendidik sebagai orang
pen
dewasa
dalam arti pisik dan mental yang berperan sebagai pendorong,
pembimbing, dan sebagai fasilitator bagi peserta didik,
'pendidik
saling
dipandang
sebagai orang
yang
menumbuhkan
percaya. Ungkapan ini tampak lebih dominan
oleh nilai filsafat yang hunanistik, karena dosen
bahwa
dengan
peserta
maka
menghargai harkat dan
martabat
berkembang
seoptimal mungkin.
sikap
diwarnai
memandang
kemanusiaan
didik dan dengan menumbuhkan sikap saling
semua potensi yang dimiliki peserta didik
dan
percaya,
akan
dapat
Kemudian diakui pula
bahwa
didiknya,
moral.
dengan
Ungkapan
menekankan
ini
pada
tampak lebih
aspek
intelektual
dominan
nilai
filsafat yang idealistik, karena
lebih
mengetahui
diwarnai
memandang
dari pada peserta didik, dan
dan
oleh
pendidik
karena
ini
pula pendidik dijadikan teladan bagi peserta didik.
4.
Tentang bahan perkuliahan
Untuk
terungkap
menentukan dan mengartikan
bahwa
bahan
bahan perkuliahan disajikan
perkuliahan,
dosen
kepada
peserta didik terintegrasi dan saling melengkapi antara satu
disiplin
kepada
ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, yang
pembinaan seluruh aspek kepribadian
Ungkapan
karena
peserta
ini diwarnai oleh nilai filsafat yang
pada pembinaan seluruh aspek
didik.
hunanistik,
secara keseluruhan bahan perkuliahan yang
mengacu
mengacu
disajikan
kepribadian
manusia,
yang disajikan secara terintegrasi.
Selanjutnya
bahan
perkuliahan yang
disajikan
tidak
terbatas pada kurikulum yang telah ditentukan secara formal,
akan
tetapi bahan perkuliahan
blema
aktual yang berkembang di masyarakat, dan
bersama
warnai
diangkat dari berbagai
dalam perkuliahan. Ungkapan ini lebih
oleh
perkuliahan
nilai filsafat yang
pragnatik,
yang disajikan diangkat dari
pro-
dipecahkan
dominan
di
kerena
bahan
pengalaman
nyata
yang aktual dan sesuai dengan perkembangan zaman.
5. Tentang
hubungan pendidik dan peserta didik
(cara
atau
metode pendidikan)
Untuk
menentukan
dan mengartikan
hakekat
hubungan
155
terungkap bahwa hubungan pendidik dan peserta didik bersifat
dialogis
yang
menghargai
berbagai
metode
yang
nilai
kemanusiaan.
relevan,
lebih
Menggunakan
banyak
memberikan
kebebasan kepada peserta didik, dan pendidik sebagai fasilitator. Ungkapan ini diwarnai oleh nilai filsafat yang
nistik, karena pendidik lebih menghargai nilai
huma
kemanusiaan,
yaitu dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
melakukan
berbagai aktivitas dan
kreativitas.
Selanjutnya
untuk menumbuhkan sikap kritis pada peserta didik, kepadanya
dihadapkan berbagai persoalan yang menantang dan aktual yang
diangkat dari berbagai probleraa
kat.
Ungkapan
yang berkembang di masyara
ini tampaknya lebih dominan
diwarnai
oleh
nilai filsafat yang pragnatik.
6. Tentang penilaian pendidikan
Untuk menentukan dan mengartikan
tentang
penilaian
pendidikan, dosen MKDU memandang bahwa penilaian
mecakup
seluruh
terintegrasi,
dan
aspek
pada
kepribadian
peserta
aktualisasi
didik
secara
peserta
didik.
Adapun
yang
adalah
terbinanya aspek-aspek kepribadian mahasiswa
keseluruhan
dijadikan tolok ukur
diri
pendidikan
dan
keberhasilan
terintegrasi. Ungkapan lebih
pendidikan
secara
dominan
di
warnai oleh nilai filsafat yang hunanistik. Namun dalam mata
kuliah tertentu (Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila),
di
samping
penilaian aspek kognitif juga
penilaian
aspek
afektif. Ungkapan ini diwarnai pula oleh nilai filsafat yang
156
B.
Implikasi
Dengan menelaah hasil-hasil pene-litian'dan
sebagaimana telah disarikan pada bagian
pembahasan
kesimpulan,
maka
dari studi ini ada beberapa implikasi yang dapat ditarik.
Sebagai pendidik, seorang dosen dalam mengemban tugas
nya tidak hampa nilai. Artinya setiap dosen sebagai pendi
dik, dalam kegiatan pendidikan yang dilakukannya, sadar atau
tidak,
ada menyiratkan nilai filosofis pendidikan
tertentu
yang berakar pada pandangan (aliran) filsafat tertentu dalam
tindakan
pendidikan yang dilakukannya.
Nilai
filosofis
pendidikan tersebut menjadi landasan berpikir dan mewarnai
pula tindakannya dalam mendidik.
Nilai
filosofis pendidikan yang dianut
oleh
seorang
pendidik mengandung kebenaran yang dijunjung tinggi yang
senantiasa diupayakannya untuk mewujudkannya dalam
kegiatan
mendidik
mendidik
sehari
dipandang
kegiatan
sebagai
hari.
Itu
sebabnya pekerjaan
kegiatan yang bersifat
normatif,
penanaman dan pembinaan nilai dan norma
yaitu
kehidupan
yang sesuai dengan dan bersumber pada dasar-dasar
filsafat
hidup dosen yang berupa nilai-nilai filosofis pendidikannya.
Bagi seorang dosen yang bergelut dengan pendidikan
perguruan
haruskan
tinggi,
dengan tugas yang diembannya
ia menganut
dasar berpikir
itu
yang kokoh dan
arah dan tujuannya yang melahirkan pula nilai-nilai
_1 1
J
Z. l._.
c^k^k
boLroHm-nn
rian
tidak
di
meng
jelas
filoso-
konsistennya
157
negara dan
nilai-nilai agama, maka akan berakibat fatal
bagi upaya pendidikan yang dilakukannya. Itu sebabnya,
kejelasan, kebenaran dan konsistennya nilai filosofis pen
didikan yang dianut dosen dengan tujuan pendidikan berdasar
kan pada falsafah negara merupakan satu keharusan. Hal ini
akan berpengaruh fositif bagi upaya-upaya pendidikan yang
dilakukannya.
Apa yang telah terungkap melalui penelitian ini me
nunjukkan bahwa nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut
dosen adalah bervariasi dalam proposisinya. Namun perlu
dicatat bahwa bervariasinya nilai filosofis pendidikan yang
dianut dosen,
tidak berarti menghambat dan merusak upaya
pendidikan yang dilakukannya. Sebab, secara keseluruhan
nilai-nilai filosofis pendidikan yang dianut dosen tersebut
selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang bertumpu pada
nilai-nilai agama (Islam)
yakni iman dan taqwa.
Menyatunya nilai-nilai filosofis pendidikan dengan
falsafah hidup bangsa dan nilai-nilai agama secara harmonis
pada diri dosen sebagai pendidik, maka akan berimplikasi
dalam
rumusan
merumuskan dan mengartikan tujuan pendidikan,
sifat-hakekat
manusia (peserta didik),
pe
perumusan
sifat-hakekat pendidik, penentuan bahan, penentuan metode,
serta penentuan penilaian pendidikan. Semua itu bertumpu
pada iman dan taqwa. Ini berarti setiap kegiatan pendidikan
yang dilakukan oleh dosen akan bernuansa Islami, meskipun
158
Dalam
mengacu
menentukan dan mengartikan
pada
secara
pembinaan seluruh aspek
utuh dan terintegrasi. Hal ini
"Pendidikan Umum" yang mengandung
upaya
tujuan
kepribadian
manusia
mencerminkan
tujuan
konsekuensi
Pendidikan Pmum di perguruan tingggi,
perkuliahan (MKDU),
pendidikan,
hubungan
bagi
upaya-
mencakup
pe
pendidik
dan
nentuan
bahan
peserta
didik (cara atau metode pendidikan), dan
penentuan
penilaian pendidikan.
C.
Rftknnendasi
Permasalahan
yang
diangkat
melalui
merupakan
permasalahan yang tidak dapat
kehidupan
dosen dan
nyangkut
tugas
dan
penelitian
dipisahkan
dengan
tidak bisa pula diabaikan, karena
tanggung jawab
dosen
ini
sebagai
me
tenaga
edukatif di perguruan tinggi. Tugas dan tanggung jawab dosen
di
perguruan
tinggi bukan hanya sebatas
juga
mendidik. Sebagai pendidik, dosen
yang
mantap
mahasiswa,
dan terintregasi yang
karena
yang
dibina
mengajar,
memerlukan
patut
melalui
tetapi
pribadi
diteladani
upaya
adalah sikap mental dan seluruh aspek kepribadian
oleh
pendidikan
mahasiswa
secara menyeluruh dan utuh.
Bertolak
dari uraian di atas, maka ada
beberapa
hal
yang patut dipertimbangkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Apabila seorang dosen mendapat kepercayaan dan kehormatan
mengajar,
kepadanya
juga dipercayakan
mengambil
keputusan yang bersifat
kemampuan
normatif.
untuk
Keputusan-
J.DV
hidup dosen. Setiap tindakan dosen harus dapat dikembalikan pada dasar pemikiran yang melandasinya berupa
fat pendidikannya. Oleh karena
itu diperlukan
falsa-
pandangan
filosifis dosen yang konsisten dengan tujuan hidupnya dan
tujuan hidup bangsanya.
2. Upaya
pembinaan
pekerjaan
kepribadian manusia