HUBUNGAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA PADA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 9 BANDUNG.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Oleh :

Resmi Rahmawati NIM : 0908502

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN METEMATIKA DAN ILMU PENETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

PEMAHAMAN SISWA PADA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 9 BANDUNG

Oleh Resmi Rahmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Metematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Resmi Rahmawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002

Pembimbing I

Dr. Hj. Diana Rochinataniawati, M.Ed NIP. 196709191991032001

Pembimbing II

Dr.Phil H. Ari Widodo, M.Ed NIP. 196705271992031001


(4)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Asumsi ... 5

G. Hipotesis ... 6

BAB II KEMAMPUAN ARGUMENTASI DALAM PEMBELAJARAN SAINS PADA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI A. Kemampuan Argumentasi ... 7

B. Hasil Belajar ... 9

C. Tingkat Pemahaman ... 11

D. Hubungan Kemampuan Argumentasi dengan Tingkat Pemahaman ... 11

E. Keanekaragaman Hayati di Indonesia ... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 24


(5)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

E. Populasi dan Sampel ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 26

G. Prosedur Penelitian ... 28

H. Alur Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Kemampuan Argumentasi dengan Tingkat Pemahaman ... 43

B. Kualtas dan Kuantitas Argumentasi ... 50

C. Perbedaan Argumentasi Siswa Perempuan dan Laki-laki ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN


(6)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Kerangka Analisis yang Digunakan untuk Menilai Kualitas Argumentasi

Latar Belakang ... 9

3.1 Kriteria Skor Argumen ... 27

3.2 Kriteria Validitas ... 30

3.3 Rangkuman Hasil Analisis Validitas Instrumen Penelitian ... 30

3.4 Kriteria Reliabilitas ... 32

3.5 Kriteria Indeks Kesukaran... 33

3.6 Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian . 33 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 35

3.8 Rangkuman Hasil Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian... 35

3.9 Kerangka Analisis Kualitas Argumentasi ... 38

3.10 Analisis Kuantitas Komponen Argumentasi ... 40

4.1 Nilai Tes Instrumen Penelitian ... 43

4.2 Hubungan Tingkat Pemahaman dengan Kemampuan Argumentasi ... 46

4.3 Hasil Uji Normalitas ... 47

4.4 Hasil Analisis Kualitas Argumentasi ... 50


(7)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Pola Argumentasi Toulmin ... 8

2.2 Pola Argumentasi dengan Backing, Warrant, Rebuttal dan Qualifier . 8 2.3 Keanekaragaman Tumbuhan pada Suatu Wilayah Kepulauan ... 15

2.4 Hubungan antara Klasifikasi dengan Filogeni ... 17

2.5 Hutan Lindung sebagai Bahan Pembelajaran ... 23

3.1 Bagan Alur Kegiatan Penelitian ... 42

4.1 Analisis Kualitas Argumentasi ... 53


(8)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 9 Bandung

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan argumentasi

yang dijaring melalui lembar argumentasi diadaptasi dari Toulmin’s Argument Pattern dengan tingkat pemahaman siswa yang dijaring melalui soal pilihan ganda beralasan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 dalam satu tahapan setelah tiga kali pertemuan. Subjek diberikan lembar argumentasi dan soal pilihan ganda beralasan dengan materi keanekaragaman hayati. Hasil yang didapatkan melalui analisis korelasi dan persamaan regresi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa. Hal ini bertentangan dengan penelitian Hakyolu (2011), yang mengatakan tidak ada hubungan antara tingkat pemahaman siswa dengan kemampuan argumentasi siswa. Walaupun hubungan yang terdapat dalam kriteria korelasi sangat lemah, kualitas dan kuantitas argumentasi siswa untuk siswa kelas X dikatakan sudah cukup baik untuk dapat menyokong terlaksananya proses belajar mengajar, dan dari perbedaan jenis kelamin siswa dalam kemampuan berargumentasinya didapatkan bahwa siswa perempuan lebih aktif mengemukakan pendapat dibandingkan siswa laki-laki.

Kata Kunci : Argumentasi, Tingkat pemahaman, Keanekaragaman hayati dan


(9)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The purpose of this research was to investigate a possible relationship between

student’s science knowledge levels and their involvement with argumentation. Student’s argumentation were collected from argumentation essays that modified

from Toulmin’s Argument Pattern and student’s science knowledge levels were

assessed with multiple choice reasoned questions. The subject on this research were science students of tenth grade in SMAN 9 Bandung class of 2013/2014. This research held at March 2014 in one cycle after three meeetings. The participants were given argumentation essays and multiple choice reasoned questions with biodiversity subject. Based on the result and discussion can be

concluded that was a weak relationship between student’s involvement with

argumentation and student’s knowledge levels. A different thought came from

Hakyolu (2011) research which explain there’s no relationship between student’s

involvement with argumentation and student’s knowledge levels. Although the

relationship was so weak, the quality and the quantity of student’s argumentation

were enough to use in a class, and sex differences in the ability of argumentation found that female students are more active than the expression of male students. Key words: Argumentation, Knowledge Level, Biodiversity, and Toulmin’s Argument Pattern.


(10)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Saat ini kemajuan inovasi kurikulum berpengaruh kepada hasil belajar siswa, dalam setiap proses belajar mengajar ditekankan pada pendekatan student center dimana siswa diminta memiliki kemampuan lebih untuk menalar, menyampaikan gagasan atau ide yang inovatif dan memberikan argumentasi yang relevan. Dalam studi lebih lanjut menurut Sudjana (1989), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. Soedijarto (1993), menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Maka hasil belajar sangat bergantung kepada proses belajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar.

Proses belajar mengajar sendiri tidak lepas dari peran siswa dalam memahami materi dan mengimplementasikan materi yang didapatkannya ke lingkungan bermasyarakat siswa. Tidak semua materi dapat digunakan di dalam kehidupan bermasyarakat, siswa juga perlu untuk memilah hal-hal yang berguna untuk dirinya, oleh karena itu siswa dituntut memiliki keterampilan argumentasi yang baik. Siswa yang memiliki keterampilan argumentasi yang baik diharapkan akan melakukan pertimbangan-pertimbangan dalam mengambil setiap keputusan. Kemampuan berargumentasi dapat digunakan untuk membantu orang lain, memahami perbedaan pandangan, mencari ide-ide untuk solusi pemecahan suatu masalah, dan meyakinkan orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan (Inch et al., 2006: 2)


(11)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diketahui bahwa argumentasi memiliki peranan pada proses berpikir kritis serta kualitas penting dari wacana yang akan diperoleh di pendidikan akademik (Hakyolu, 2011). Kemampuan berargumen juga melatih rasa tanggung jawab dari pilihan siswa dan membuat hasil belajar siswa lebih bermakna maka memang ada baiknya siswa dari awal melatih kemampuan berargumentasi dalam pengetahuan sains. Dalam penelitian Chin dan Osborne (2010: 10) juga diinterpretasikan bahwa argumentasi adalah pengejawantahan dari proses berpikir dan proses menalar ilmiah, serta berperan penting dalam pengembangan pemahaman, sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu argumentasi bisa jadi memiliki kaitan erat dengan tingkat penalaran atau tingkat pemahaman hasil belajar siswa. Jika dilihat dari pandangan kognitif, keterampilan argumentasi disokong oleh hasil latihan penalaran di masyarakat dalam Kuhn dan Billig (Erduran et al., 2006:3).

Biologi dikenal dengan mata pelajaran eksakta yang banyak terdapat konsep-konsep maupun teori. Dalam mata pelajaran biologi yang bersifat deskriptif, banyak sekali konsep dan teori yang harus dihafalkan dan dipahami siswa, dalam hal ini siswa diharapkan tidak hanya menghafal dan menyerap setiap konsep secara mentah tetapi memahami lebih dengan mengetahui alasannya dan dapat menerapkanya dalam kehidupan lingkungan bermasyarakat. Dalam penelitian Karmin (2010), yang menjelaskan bahwa membaca adalah suatu proses menalar (reading is reasoning), dengan membaca kita mencoba mendapatkan dan memproses informasi, hingga menjadi suatu dasar pengetahuan, dan menghubungkan pengetahuan tersebut dalam bentuk implementasi sains dan teknologi untuk dikembangkan sebagai kebutuhan hidup manusia dengan lingkungannya. Pada pembelajaran biologi yang konseptual siswa diminta lebih jeli untuk membaca, salah satu materi pada mata pelajaran biologi juga yang mengimplementasikan konsep dari lingkungan masyarakat sekitar adalah keanekaragaman hayati, dalam keanekaragaman


(12)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hayati terdapat sebagaimana hal nya tentang konsep pengklasifikasian tingkat-tingkat keanekaragaman hayati yang terdapat di lingkungan sekitar serta permasalahan dalam keanekaragaman hayati dan cara penanggulangannya.

Kemampuan berargumentasi dan hasil belajar yang bermakna harus menghubungkan pengetahuan yang baru dengan konsep yang relevan dari pengetahuan sebelumnya (Novak, 2008). Dalam pembelajaran biologi terdapat banyak konsep yang dapat menjadi acuan dalam pencarian solusi dalam permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Keterampilan argumentasi siswa secara langsung maupun tidak langsung akan terintegrasi pada setiap kegiatan belajar siswa dalam mencari pengetahuan baru. Semakin banyak pengetahuan baru yang didapatkan siswa semakin bertambah tingkat pemahaman siswa dalam suatu materi. Tingkat pemahaman siswa dapat dilihat dari seberapa besar pengaruh proses belajar mengajar pada hasil belajar siswa. Penalaran dalam pembelajaran pada konsep keanekaragaman hayati diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa, sehingga siswa mampu mempertanggungjawabkan penerapan pengetahuan yang didapatkannya kepada lingkungan sekitar siswa.

Meskipun penelitian mengenai argumentasi dalam pendidikan sudah semakin berkembang dalam beberapa tahun kebelakang ini, namun masih ada kebutuhan bagi peneliti untuk menganalisis mengenai hubungan kemampuan berargumen dengan tingkat pemahaman siswa pada materi keanekaragaman hayati. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kemampuan berargumen dengan tingkat pemahaman siswa pada materi keanekaragaman hayati, oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “Hubungan Kemampuan Berargumen dengan Tingkat Pemahaman Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung pada Materi Keanekaragaman Hayati.


(13)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah: “Bagaimana

hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa kelas X MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung pada materi keanekaragaman hayati?”. Untuk memperjelas rumusan masalah di atas, maka dijabarkan lagi menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa ?

2. Bagaimana kualitas dan kuantitas argumentasi siswa ?

3. Adakah perbedaan kemampuan argumentasi antara siswa perempuan dengan siswa laki-laki?

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Tingkat pemahaman siswa yang diukur hanya meliputi ranah kognitif saja yang diukur dengan menggunakan tes pilihan berganda menggunakan alasan.

2. Kemampuan argumentasi yang dijaring menggunakan lembar argumentasi akan terbatas mencapai kualitas argumentasi pada level 3 saja, karena konten yang digunakan berupa essay yang tidak memunculkan feedback argumentasi sanggahan (rebuttal). 3. Materi pelajaran yang dibahas adalah melingkupi materi keanekaragaman hayati. Dalam materi ini sebagian besar yang diambil adalah konsep pelestarian keanekaragaman hayati, konsep dasar istilah-istilah dan klasifikasi pada keanekaragaman hayati.


(14)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menemukan ada atau tidaknya hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa.

2. Untuk mengungkap kualitas dan kuantitas argumentasi siswa.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan kemampuan argumentasi antara siswa perempuan dengan laki-laki.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam bidang pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian antara lain :

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan tingkat pemahaman siswa dengan kemampuan berargumennya, sehingga diharapkan dapat membangkitkan semangat dan kepercayaan diri untuk belajar lebih baik.

2. Bagi guru, penelitian dapat membantu dalam kegiatan belajar mengajar, dan memberikan informasi mengenai hubungan tingkat pemahaman dengan kemampuan berargumen siswa, sehingga siswa dituntut untuk bertanggung jawab dengan memberikan alasan pada setiap jawaban yang dipilih.

3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menjawab rasa ingin tahu mengenai ada tidaknya hubungan tingkat pemahaman dengan kemampuan berargumen pada materi keanekaragaman hayati, dan dapat pula dijadikan acuan untuk melakukan penelitian selalanjutnya.


(15)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Asumsi

Penulis memerlukan anggapan dasar sebagai acuan dalam proses pengembangan dan sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan. Sesuai dengan penjelasan Arikunto (1993:19), bahwa anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.

Studi yang dilakukan Chin dan Osborne (2010: 10) menghasilkan bahwa argumentasi adalah pengejawantahan dari proses berpikir dan proses menalar ilmiah, serta berperan penting dalam pengembangan pemahaman, serta menurut Kuhn dan Billig dalam (Erduran et al., 2006:3) jika dilihat dari pandangan kognitif, keterampilan argumentasi disokong oleh hasil latihan penalaran di masyarakat. Diketahui pula bahwa salah satu materi pada mata pelajaran biologi yakni materi keanekaragman hayati tidak lepas pula erat kaitannya dengan konsep-konsep yang didasari dari proses penalaran yang terjadi pada interaksi lingkungan dengan masyarakatnya, sesuai dengan uraian tersebut peneliti menduga sebagai berikut:

1. Kemampuan argumentasi merupakan proses berpikir siswa yang memiliki peran penting dalam pengemabangan tingkat pemahaman siswa.

2. Bahwa suatu argumentasi pula dapat terbentuk dari interaksi lingkungan bermasyarakat yang pula berkaitan dengan konsep-konsep materi keanekaragaman hayati.


(16)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan asumsi di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut,

H1: Terdapat hubungan antara kemampuan berargumen dengan

tingkat pemahaman siswa kelas X MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung pada materi keanekaragaman hayati.


(17)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Kemampuan argumentasi dapat diartikan sebagai bisa atau tidaknya siswa dalam mengemukakan pendapat, yang dijaring dari lembar argumentasi uraian bebas yang penilaian konten-kontennya diadaptasi dari Toulmin’s Argumentation Pattern (TAP). Pola argumentasi dari Toulmin sendiri yang digunakan terdiri dari data, claim, warrant, dan backing. Soal lembar argumentasi tersebut merupakan soal tes tertulis uraian bebas sebanyak 5 butir soal. Di dalam lembar argumentasi tersebut, kemampuan argumen siswa akan diberi skor dengan angka 0-4 poin. Instrumen penelitian lembar argumentasi yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya tersebut akan diberikan kepada siswa-siswi dari kelas penelitian yang dianggap sudah menyelesaikan proses belajar mengajar pada materi keanekaragman hayati.

2. Tingkat pemahaman didapatkan dari hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati yang dijaring melalui soal formatif pilihan ganda beralasan. Tingkat pemahaman siswa yang diukur dalam penelitian ini disusun hanya berdasarkan domain kognitif saja. Soal tes sebanyak 17 butir soal berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sudah dijelaskan dalam proses belajar mengajar. Soal-soal tersebut disusun oleh guru dan peneliti dan diuji validitas item dan reliabilitasnya. Di dalam soal pilihan ganda beralasan tersebut, tingkat pemahaman siswa akan diberi skor dengan angka 0-3 poin per butir soal. Soal pilihan ganda beralasan yang sudah diuji


(18)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

validitas dan reliabilitasnya tersebut akan diberikan kepada siswa-siswi dari kelas penelitian yang dianggap sudah menyelesaikan proses belajar mengajar pada materi keanekaragman hayati.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, berusaha mendeskripsikan atau menginterpretasikan proses yang sedang berlangsung atau kecenderungan yang sedang berkembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif atau korelasional. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu hubungan antara variabel bebas (independent) tingkat pemahaman dengan variabel terikat (dependent) kemampuan argumentasi.

C. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian korelasional dipilih desain yang tepat dan sesuai dengan tuntutan variabel-variabel yang terkandung dalam penelitian dan hipotesis yang peneliti ajukan. Menurut Iskandar (2013), penelitian korelasi dapat dibangun memulai teori yang berfungsi untuk mengetahui, meramalkan dan menontrol suatu fenomena. Bentuk hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) ada tiga yaitu simetris, kausal dan interaktif.

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian korelasional ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X : Variabel bebas tingkat pemahaman Y : Variabel terikat kemampuan argumentasi

r


(19)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu r : koefisien korelasi

D. Lokasi, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Kota Bandung yang berlokasi di Jalan LMU 1 Suparmin Kota Bandung.. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada November 2013 sampai Januari 2014 sebagai masa persiapan, Februari sampai dengan April 2014 masa pelaksanaan dan Mei 2014 Pasca pelaksanaan

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2003: 141). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Negeri 9 Kota Bandung yang akan dijaring karakteristik keterampilan argumentasi dan tingkat pemahamannya pada materi keanekaragman hayati.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2005; 91). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara purposif karena kelas sudah dipilih sebelumnya mengikuti saran dari guru dan situasi serta kondisi kelas yang mendukung, akan diambil 1 kelas dari keseluruhan 6 kelas, dimana dalam satu kelas berjumlah 37 orang siswa dan siswi.


(20)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk mendapatkan data yang diinginkan dalam penelitian ini, digunakan instrumen penelitian yang berupa lembar argumentasi dan soal pilihan ganda beralasan. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:

a. Lembar argumentasi

Untuk mengungkap kemampuan argumentasi siswa mengenai konsep keanekaragaman hayati digunakan instrumen perintah berargumen, dimana instrumen ini diadaptasi dari Toulmin’s

Argument Pattern. Komponen pola argumentasi dari Toulmin sendiri yang digunakan terdiri dari data, claim, warrant, backing dan rebuttal. Untuk memudahkan siswa dalam mengerjakan soal tes argumentasi maka komponen-komponen TAP diubah menjadi kata-kata yang lebih mudah dipahami siswa yaitu Data diubah menjadi pernyataan, claim diubah menjadi pendapat, warrant diubah menjadi penjaminan pendapat, dan backing diubah menjadi bukti pendukung pendapat. Soal lembar argumentasi tersebut merupakan soal tes tertulis uraian bebas sebanyak 5 butir soal yang disusun oleh peneliti yang sudah diuji validitas item dan reliabilitasnya

Penilaian Argumentasi dilakukan menggunakan rubrik yang berfungsi sebagai panduan pemberian skor berdasarkan pemenuhan sejumlah kriteria hasil argumentasi yang dikerjakan oleh siswa. Di dalam lembar argumentasi tersebut, kemampuan argumen siswa akan diberi skor dengan angka 0-4 poin dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Skor Argumen

Kriteria Penilaian Kategori Skor

Lembar argumen tidak diisi Siswa dinyatakan tidak beragumen

0 Argumen yang dikeluarkan memiliki

kaitan dengan pernyataan dan materi pembelajaran

Argumen siswa yang tidak disusun dengan baik

1

Argumen dapat diidentifikasi dengan jelas sebagai claim

Argumen siswa yang disusun dengan kurang baik

2 Argumen dapat diidentifikasi dengan Argumen siswa yang disusun 3


(21)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu jelas sebagai warrant dengan cukup baik Argumen mengandung data atau

bukti pendukung, yang diidentifikasi sebagai backing

Argumen siswa yang disusun dengan baik

4

b. Soal pilihan ganda beralasan

Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dari tingkat pemahaman siswa adalah tes formatif pilihan ganda beralasan dengan materi keanekaragaman hayati. Soal tes sebanyak 17 butir soal berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya sudah dijelaskan dalam proses belajar mengajar. Soal-soal tersebut disusun oleh guru dan peneliti dan diuji validitas item dan reliabilitasnya. Di dalam soal pilihan ganda beralasan tersebut, tingkat pemahaman siswa akan diberi skor dengan angka 0-3 poin per butir soal dengan kriteria sebagai berikut, skor 0 untuk jawaban salah dan jawaban tidak diisi, skor 1 untuk jawaban benar dan alasan salah atau alasan tidak diisi, skor 2 untuk jawaban benar tetapi alasan tidak berhubungan, dan skor 3 untuk jawaban benar, alasan benar dan saling berhubungan

G. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi dalam tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dari pencarian ide dan masalah penelitian. Lalu dilakukan studi lanjut dengan menelaah beberapa sumber sebagai referensi, setelah itu di tahap persiapan ialah dimulainya penyusunan proposal penelitian. Setelah proposal penelitian diterima maka penelitian pun dapat dilanjutkan dengan mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan untuk mengumpulkan data diantaranya menganalisis materi pada silabus dan telaah pustaka untuk


(22)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyusun rencana pembelajaran pada materi keanekaragaman hayati, menyusun kisi-kisi instrument penelitian berupa soal format pilihan ganda beralasan untuk mengetahui pemahaman siswa dan lembar argumentasi, merevisi proposal penelitian, meminta pertimbangan (judgement) instrument kepada dosen ahli dan mengurus perijinan ke instansi terkait untuk berlangsungnya penelitian.

2. Tahap Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data, diperlukan suatu alat sebagai media pengumpulan data tersebut. Maka pada tahap ini merevisi instrumen berdasarkan hasil uji coba pada kelas lain yang sederajat dan bukan merupakan kelas penelitian, lalu hasilnya dianalisis meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Adapun analisis pasca uji coba dapat diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2005), valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, seperti meteran memang digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang digunakan untuk mengukur panjang, meteran jika digunakan untuk mengukur berat maka akan menjadi tidak valid. Dalam pembuatan soal-soal tes tersebut melalui perhitungan validitas digunakan rumus Korelasi Product Moment dua angka kasar atau lebih yang dikemukakan oleh Pearson yaitu:

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi=validitas item

∑X : Jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut.

rxy = n∑XY –∑X∑Y


(23)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

∑Y : Jumlah skor total seluruh siswa pada tes tersebut.

n : Jumlah total seluruh siswa.

X : Skor tiap siswa pada item tersebut.

Y : Skor total tiap siswa pada tes tersebut.

Setelah didapatkan harga koefisien korelasi (rxy) kemudian perlu ditafsirkan agar dapat diketahui validitasnya apakah valid atau tidak valid dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel. Cara ini dilakukan dengan cara mengonsultasikan harga r hitung pada tabel Harga Kritis Product Moment dengan tingkat kepercayaan tertentu, sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r hitung lebih besar dari r tabel, maka korelasi tersebut dengan kata lain jika rhitung>rtabel maka instrumen dinyatakan valid dan jika rhitung<rtabel maka isntrumen dinyatakan tidak valid. Setelah itu harga koefisien korelasi (rxy) kemudian perlu diinterpretasikan ke dalam suatu kriteria validitas dengan kriteria seperti berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,81-1,00 Sangat Tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

0,21-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat Rendah

(Sumber: Arikunto, 1999:75)

Hasil analisis validitas dari uji coba instrumen pilihan ganda beralasan dan lembar argumentasi TAP yang telah dilakukan dirangkum pada tabel 3.3 di bawah ini:

Tabel 3.3

Rangkuman Hasil Analisis Validitas Instrumen Penelitian Kriteria Validitas Pilihan

Ganda Beralasan Nomor Soal Lembar Argumentasi TAP Nomor Soal Sangat Tinggi (0,80-1,00)

0 - 1 3


(24)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kriteria Validitas Pilihan

Ganda Beralasan Nomor Soal Lembar Argumentasi TAP Nomor Soal (0,61-0,80) Cukup (0,41-0,60)

8 9, 15, 18, 21, 23, 25,

28 dan 30

3 1, 2,

dan 5 Rendah

(0,21-0,40)

15 1, 2, 3, 4, 5, 11, 12, 13,14, 16, 19, 20, 22, 24, dan 26

0 -

Sangat Rendah (0,00-0,20)

6 6, 7, 8, 10, 17 dan 27

0 -

Valid 17 5, 9, 11,

12,13, 14, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 28, 29 dan 30

1 3

Tidak Valid 13 1, 2, 3, 4, 6,7, 8, 10, 16, 17, 19, 26, dan 27

4 1, 2, 4, dan 5

Dari hasil analisi validitas yang dilakukan pada instrumen pilihan ganda beralasan dan lembar argumentasi TAP diperoleh bahwa dari 30 soal tes pilihan ganda beralasan jumlah soal yang memenuhi kriteria validitas berjumlah 17 dan yang tidak berjumlah 13 dan pada lembar argumentasi TAP dari 5 soal diperoleh 1 soal yang memenuhi kriteria validitas dan 4 soal yang tidak (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Dengan data yang diperoleh tersebut maka instrumen pilihan ganda beralasan yang akan digunakan untuk penelitian sebanyak 17 butir soal, dan 1 soal lembar argumentasi TAP. Tetapi menimbang jika hanya 1 soal lembar argumentasi yang dipakai untuk menjaring kemampuan argumentasi siswa, peneliti beranggapan jumlah tersebut masih kurang, oleh karena itu peneliti tetap memakai ke 5 butir soal lembar argumentasi TAP karena masih dalam kriteria validitas cukup dan tinggi, dengan catatatn ke 5 soal tersebut melalui perbaikan terlebih dahulu dan disesuaikan dengan alokasi waktu yang telah diperhitungkan.


(25)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang reliabilitas adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama, seperti alat ukur panjang menggunakan karet adalah contoh instrumen yang tidak reliable. (Sugiyono, 2005). Dalam menguji reliabilitas tes digunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 1999: 193)

Keterangan :

r11 : Reliabilitas instrumen..

k : Banyaknya item soal.

: Jumlah varian / item. : Varian total.

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) >

0,6 atau dengan dibandingkan denga r tabel (Product Moment). Jika nilai Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach lebih besar dari r tabel, maka dikatakan Reliabel dan sebaliknya. Adapun kategori dari nilai Koefisien Reliabilitas yaitu:

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Kriteria Reabilitas

0,81-1,00 Sangat Tinggi

0,61-0,80 Tinggi

0,41-0,60 Cukup

0,21-0,40 Rendah

-1,00-0,20 Sangat Rendah


(26)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitian yang dilakukan, didapatkan nilai reliabilitas untuk instrumen pilihan ganda beralasan adalah 0,69 dengan kriteria reliabilitas tinggi dan instrumen lembar argumentasi TAP adalah 0,49 dengan kriteria reliabilitas cukup.

c. Tingkat Kesukaran Instrumen

Tingkat kesukaran suatu tes dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan :

P : Indeks kesukaran.

B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar.

JS : Jumlah siswa yang mengikuti tes uji coba.

Indeks kesukaean dikategorikan pada Tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran

Indek Kesukaran Kriteria Kesukaran

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Arikunto (1999)

Hasil analisis tingkat kesukaran dari uji coba instrumen penelitian pilihan ganda beralasan dan lembar argumentasi TAP yang telah dilakukan diuraikan pada Tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Penelitian Kriteria Tingkat Kesukaran Pilihan Ganda Beralasan

Nomor Soal Lembar Argumentasi TAP Nomor Soal Sukar (0,00-0,30)

4 6, 8, 10, dan 17

3 1, 4,

dan 5

Sedang 6 1, 9, 11, 12, 2 2 dan 3

P = B


(27)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(0,31-0,70) 14, dan 23

Mudah (0,71-1,00)

20 2, 3, 4, 5, 7, 13, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan

30

0 -

Berdasarkan hasil analisis analisis tingkat kesukaran diperoleh bahwa untuk instrumen pilihan ganda beralasan 4 soal termasuk sukar, 6 soal termasuk sedang dan 20 soal termasuk mudah, sedangkan untuk instrumen lembar argumentasi TAP diperoleh 3 soal termasuk sukar dan 2 soal termasuk sedang (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran). Untuk isntrumen penelitian pilihan ganda beralasan yang digunakan adalah 4 soal sukar, 6 soal sedangdan 7 soal mudah, sedangkan instrumen lembar argumentasi TAP yang digunakan adalah 3 soal sukar dan 2 soal sedang.

d. Daya Pembeda Instrumen

Analisis daya pembeda (DP) pada setiap item soal memiliki rentang daya pembeda berkisar dari -1 sampai +1. Semakin daya pembedanya mendekati -1, maka soal tersebut kurang baik karena siswa yang pintar dianggap tidak pintar dan sebaliknya. Untuk mencari besarnya daya pembeda tiap butir soal maka digunakan rumus:

Keterangan :

D : Daya pembeda.

BA : Banyak jumlah peserta kelompok atas yang menjawab


(28)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JA : Banyak jumlah peserta kelompok atas.

BB : Banyak jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab

benar.

JB : Banyak jumlah peserta kelompok bawah.

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Adapun kriteria koefisien daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda

Koefisien Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

0,00-0,20 Jelek

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Baik Sekali

Arikunto (1999)

Hasil analisis daya pembeda dari uji coba instrumen penelitian pilihan ganda beralasan dan lembar argumentasi TAP yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Rangkuman Analisis Daya Pembeda Instrumen Penelitian Kriteria Daya Pembeda Pilihan Ganda Beralasan Nomor Soal Lembar Argumentasi TAP Nomor soal Jelek (0,00-0,20)

23 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 24, 25,26, 27, 28, dan

30

5 1, 2, 3, 4, dan 5

Cukup (0,21-0,40)

5 12, 14, 20, 23, dan 29

0 -

Baik (0,41-0,70)


(29)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda diperoleh bahwa instrumen penelitian pilihan ganda beralasan 23 soal termasuk jelek, 5 soal termasuk cukup dan 2 soal termasuk baik, sedangkan pada instrumen lembar argumentasi TAP 5 soal termasuk jelek. Maka 10 soal instrumen pilihan ganda beralasan yang termasuk jelek dan 5 soal instrumen lembar argumentasi TAP yang termasuk jelek melalui perbaikan kembali untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah didapat instrumen penelitian yang valid dan reliabel maka penelitian dapat dilanjutkan dengan mengambil data penelitian yang sesungguhnya, setelah didapat data penelitian selanjutnya dapat dianalisis menggunakan analisis korelasi. Menurut Iskandar (2013), hubungan antara variabel-variabel dinamakan korelasi digunakan untuk menguji dan menjawab hipotesis berbentuk asosiatif. Setelah mendapat kedua nilai yaitu nilai kemampuan argumentasi dan skor tingkat pemahaman kemudian peneliti melakukan perhitungan statistik yaitu uji normalitas, uji regresi,dan korelasi untuk mencari hubungan fungsional dan keeratan hubungan antara dua variabel yang diukur. a. Uji Normalitas.

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh tersebar secara normal atau tidak. Uji normalitas yang dapat digunakan diantaranya Chi-square, Kolmogorov-Smirnov, Liliefors, dan Sahpiro-Wilk. Adapun dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan SPSS 20.

b. Uji Regresi

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan fungsional dua kejadian atau bagaimana persamaan matematis yang menghubungkan di antara dua kejadian.


(30)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Persamaan umum regresi adalah sebagai berikut:

Ŷ = a + bX

(Boediono dan Koster, 2004:172) Keterangan:

Ŷ : Nilai-nilai taksiran untuk variabel tak bebas Y. X : Nilai-nilai variabel bebas.

a : Intersep (pintasan) bilamana X=0.

b: Koefisien arah atau slope dari garis regresi.

Untuk memperoleh total kuadrat error yang paling minimum tersebut dipakai metode kuadrat minimum (least squares method). Dengan metode ini persamaan regresi linear akan mempunyai total kuadrat error minimum bilamana koefisien regresi a dan b dihitung dengan rumus berikut:

(Boediono dan Koster, 2004:172)

Pada rumus tersebut, koefisien regresi a dan b dihitung secara terpisah atau sendiri-sendiri. Akan tetapi, dapat juga koefisien b dihitung terlebih dahulu dan hasil yang diperoleh dipakai untuk menghitung koefisien a dengan menggunakan rumus berikut:

(Boediono dan Koster, 2004:172)

a =

∑Y∑X2 - ∑X∑Y

n∑X2– (∑X) 2

b =

n∑XY - ∑X∑Y

n∑X2– (∑X) 2

b =

a =

n∑XY - ∑X∑Y

n∑X2– (∑X) 2

∑Y

n b

∑X


(31)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Uji Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui bagaimana kekuatan atau keeratan hubungan dua kejadian. Koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(Boediono dan Koster, 2004:184)

Arti dari koefisien korelai (r) adalah sebagai berikut:

1) Bila 0,90 < r < 1,00 atau -1,00 < r < -0,90 ; artinya hubungan yang sangat kuat.

2) Bila 0,70 < r < 0,90 atau -0,90 < r < -0,70 ; artinya hubungan yang kuat.

3) Bila 0,50 < r < 0,70 atau -0,70 < r < -0,50 ; artinya hubungan yang cukup.

4) Bila 0,30 < r < 0,50 atau -0,50 < r < -0,30 ; artinya hubungan yang lemah.

5) Bila 0,0 < r < 0,30 atau -0,30 < r < -0,0 ; artinya hubungan yang sangat lemah.

Selain menghitung koefisien korelasi, dihitung pula koefisien determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Boediono dan Koster, 2004:181)

Jika koefisien korelasi (r) telah diketahui maka perhitungan koefisien determinasi (r2) akan lebih mudah.

d. Kualitas dan Kuantitas Argumentasi

rxy = n∑XY –∑X∑Y

√{n∑X2– (∑X) 2} {n∑Y2– (∑Y)2}

r 2 =

∑(Ŷ - Ῡ )2


(32)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Erduran et al. (2004) penentuan kualitas argumentasi dibagi menjadi beberapa tingkatan dengan kriteria karakteristik sebagai berikut:

Tabel 3.9 Kerangka Analisis Kualitas Argumentasi

Tingkatan (Level)

Karakteristik

Level 1 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen berupa claim sederhana dengan claim berlawanan (counter claim).

Level 2 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen berupa claim dengan counter claim yang disertai data, jaminan (warrant) atau dukungan (backing) tapi tidak mengandung sanggahan (rebuttal).

Level 3 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan rangkaian claim atau counter claim yang disertai data, jaminan (warrant) atau dukungan (backing) dengan sesekali sanggahan yang lemah (weak rebuttal).

Level 4 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen dengan claim dengan satu sanggahan yang dapat diidentifikasi jelas dan tepat, satu argumen dapat mengandung beberapa claim atau counter claim.

Level 5 Argumentasi terdiri dari argumen-argumen yang luas (extended, namun tetap terkait dengan materi pembelajaran) dengan lebih dari satu sanggahan yang jelas dan tepat.

Untuk menganalisis kuantitas argumentasi siswa yang dijaring melalui lembar argumentasi, berdasarkan kategori tertentu jawaban-jawaban dari siswa dikodekan berdasarkan skala yang dikembangkan oleh Clark dan Sampson dengan beberapa tambahan untuk menganalisis detail dari kuantitas dan kualitas argumentasi. Komponen kode Clark dan Sampson (2008), diantaranya meliputi Claim (C) merupakan dasar dari argumentasi yang diikuti dengan persetujuan atau Agreement (A), Disagreement (DA) dan alasan siswa lainnya selain Claim yaitu Counterclaim (C-C), dan jika ada siswa yang mengubah sudut pandang awal argumentasi yang mereka sampaikan dikodekan dengan Change of Claim (CC), bila


(33)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditemukan kalimat yang membantah atau pertentangan akan dikodekan dengan Rebuttal (R), pertentangan melawan data atau Rebuttal Against Ground (RAG), pertentangan melawan suatu pernyataan dalam penelitian atau Rebuttal Against Thesis (RAT), jika respon mendukung kepada Claim atau Support Claim (SC), pengulangan dari Claim dikodekan Repeat of Claim (RC) dan pengulangan dari dukungan sikodekan Repeat of Support (RS), dukungan dari data yang diberikan dikodekan sebagai Warrant (W), jika jawaban diluar dari topik off-task (OT), tidak ada jawaban atau No Answer (NA), tidak berhubungan dengan biologi atau Not Related to Biology (NRB), pernyataan Claim yang tidak meyakinkan atau Uncertain Claim (UC), pernyataan tidak meyakinkan atau Not Convinced (NC). Dalam penelitian ini argumentasi siswa diartikan ke dalam komponen-komponen yang diubah menjadi kode-kode tersebut. dan setiap komponen dihitung banyaknya dan jumlahnya akan mewakili kuantitas dari argumentasi siswa.

Kode-kode dan kriteria karakteristik tersebut digunakan untuk menganalisis kuantitas argumentasi dan kualitas argumentasi. Kuantitas argumentasi atau disebut juga Quantity of Argumentation (QNA), kode tersebut akan diakumulasikan sebagai sebuah nilai atau disebut juga Average Quantity of Argumentation (AQNA), dan kualitas dari argumentasi disebut juga QLA (Quality of Argumentation).

Perhitungan kuantitas argumentasi siswa disebut juga dengan AQNA (Average Quantity of Argument) didapatkan dari berapa banyak jumlah komponen QNA (Quantity of Argument) pada lembar argumentasi siswa, komponen-komponen QNA sendiri sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, adapun analisis jumlah QNA terhadap AQNA dijelaskan pada tabel 3.10 berikut ini.


(34)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.10

Analisis Kuantitas Komponen Argumentasi

QNA AQNA

49-60 5

37-48 4

25-36 3

13-24 2

1-12 1

4. Tahap Akhir

Setelah semua data yang sudah terkumpul sudah diolah tahap akhir ialah membuat hasil penelitian yang didtinjau dari berbagai sumber yang terdapat pada tinjauan pustaka sehingga didapatkan jawaban dari permasalah penelitian tersebut, setelah itu dilanjutkan dengan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data, dan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.


(35)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. Alur Penelitian


(36)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Bagan Alur Kegiatan Penelitian.

Studi Literatur

Penyusunan Proposal

Revisi Proposal dan Seminar

Persiapan Penelitian

Penyusunan Instrumen Perumusan Masalah

Uji coba Instrumen

Pengambilan data

Tes Hasil Formatif Penyusunan

Instrumen

Lembar argumentasi

Analisis dan Pengolahan data


(37)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa. Namun, hubungan yang terdapat dalam kriteria yang sangat lemah. Kualitas dan kuantitas argumentasi siswa untuk siswa kelas X dikatakan sudah cukup baik untuk dapat menyokong terlaksananya proses belajar mengajar, siswa dapat menggunakan kemampuan argumentasi tersebut untuk mencari ide-ide dan memecahkan suatu masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Seiring berjalannya waktu dengan seringnya latihan berargumen dalam proses pembelajaran, kemampuan argumentasi siswa dapat meningkat dan sejalan dengan peningkatan pemahaman siswa. Perbedaan jenis kelamin siswa dalam kemampuan berargumentasinya didapatkan bahwa siswa perempuan lebih aktif mengemukakan pendapat dibandingkan siswa laki-laki.

Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain: tidak semua siswa antusias dengan penelitian ini, terdapat beberapa siswa yang masih belum mengerti untuk berargumentasi dengan baik, dan penilaian argumentasi yang diambil sebagai acuan penelitian ini cukup rumit dan untuk siswa setingkat SMA/MA kemampuan argumentasi siswa dirasa cukup.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, maka dibuatlah saran-saran sebagai berikut:


(38)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pembelajaran yang dilakukan sudah cukup baik selain bertujuan meraih ketercapaian hasil belajar pada suatu konsep, siswa juga diberikan kesempatan untuk mengutarakan argumentasinya sehingga seharusnya siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik, namun yang perlu diperhatikan pula adalah cara siswa berargumen masih butuh pengarahan dari guru agar tidak terlalu keluar dari konsep.

b.Tingkat pemahaman yang cukup pada suatu konsep merupakan hal yang paling penting dimiliki oleh para siswa, tetapi agar siswa dapat memberikan argumentasi-argumentasi yang lebih baik dan sesuai dengan fakta ketika mereka berhadapan dengan lingkungan bermasyarakat siswa seharusnya lebih sering disuguhi permasalahan-permasalahan yang menyangkut dengan lingkungan sekitar dan berhubungan dengan konsep.

2. Bagi Peneliti:

a. Penelitian ini dilakukan dalam bidang pendidikan biologi, namun kemampuan berargumen seseorang merupakan salah satu kemampuan bersosialisasi yang diperlukan di lingkungan bermasyarakat, oleh karena itu alangkah baiknya jika penelitian sejenis dilakukan pada disiplin ilmu yang lainnya seperti di bidang sains fisika, kimia maupun sosial dan berbahasa.

b.Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa sebanyak 3,33% data tingkat pemahaman yang menjadikan data kemampuan argumentasi muncul, dan sebanyak 96,67% yang tidak, untuk penelitian selanjutnya dapat dicari variabel apa selain kemampuan argumentasi yang dapat dimunculkan dari suatu tingkat pemahaman.


(39)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Boediono dan Koster, W. (2004). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Budiati, Herni. (2009). Keanekaragaman hayati. Biologi Jilid 2. Pusat Perbukuan Depdiknas. 177-198.

Campbell, N.A., Reecce, J. B., dan Mitchell, L. G. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga

Campbell, N.A., Reecce, J. B., dan Mitchell, L. G. (2009). Biologi Edisi Kedelapan. Pearson Benjamin Cummings [Online]. Tersedia: http://www.pearsonhughered.com. [28 Agustus 2014]

Chin, C. Dan Osborne, J. (2010). “Student’s Question and Discursive Interaction: How They Impact Argumentation during Collaborative Group Discussions

in Science”. Contemporary Science Education Research: Learning and Assesment. 1, 3-12.

Cunningham. D. J. (1981). Self Disclosure Intimacy; Sex, Sex of Target, Cross-National and Generational Difference. Society for Personality and Social Psychology. Vol 7.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi. [Online]. Tersedia: http://www.google.com. [15 Maret 2013]

Ekanara, Bambang. (2011). Hubungan Penalaran Dengan Keterampilan Argumentasi Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan Dengan Metode Problem Based Learning. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan

Erduran, S., et al. (2002). Enhancing The Quality Of Argumentation in Science Education. Research in Science. New Orleans, USA

Erduran,S., Shirley, S., dan Osborne, J. (2004). TAPping into Argumentation: Developments in The Application of Toulmin’s Argument Pattern for


(40)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studying Science Discourse. Science Education,88, 915-933 [Online]. Tersedia : http://onlinelibrary.wiley.com/doi.10.1002?sce.20012?pdf [15 Maret 2013]

Erduran, S., Ardac, D., dan Yakmaci-Guzel, B. (2006). “Learning to Teach Argumentation: Case Studies of Pre-Service Secondary Science Teachers”. Eurasia Journal of Mathematic, Science and Technology Educaton. 2, (2), 1-14.

Fardhani, Indra. (2011). Analisis Kualitas Kemampuan Argumentasi Siswa Kelas VII SMP Pada Materi Keanekaragaman hayati Dengan Metode Debat. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Fitriansyah, Hari. (2010). Hubungan Kemampuan Membuat Peta Konsep Dengan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Siklus Menstruasi. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan. Gagne, Robert. dan Brings, Leslie. (1979). Principles of Instructional Design,

Second Edition. New York: Holt, Pinehart and Winstone.

Hakyolu, H, et al. (2011). Assessment of Students’ Science Knowledge Levels and Their Involvement with Argumentation. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (UCDSE). Marmara University: Vol 2 264-270

Inch, Edward S., Barbara Warnick dan Danielle Endress. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. USA: Pearson Education, Inc.

Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi Karmin, Erna. (2010). Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Argumentasi dengan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Universitas Muhammadiyah Surakarta : Tidak diterbitkan.

Knight, A. M. & McNeill, K. L. (2012). Comparing students’ written and verbal

scientific arguments. Paper presented at the annual meeting of the National Association for Research in Science Teaching, Indianapolis, IN.


(41)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuhn, D. (1991). The Skills of Argument. Cambridge, England: Cambridge University Press.

McGregor, Debra. (2007). Developing Thinking Developing Learning: A Guide to Thinking Skills in Education. Berkshire: Open University Press

McNeill, K. L. (2010). Explanation, argument and evidence in science, science class and the everyday lives of fifth grade students. Research in Science Teaching, Philadelphia, PA.

Means, L. M., and Voss, J. F. (1996). “Who reason well? Two studies of informal reasoning among children of different grade, ability, and knowledge levels”.

Cognition and Instruction. [Online]. Tersedia : http://ioc.ac.uk [17 Maret 2013]

Nawawi, Hadari. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Sairan, Endah. (2008). Hubungan Kemampuan Siswa Membuat Peta Konsep Dengan Hasil Belajar Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Simon, Shirley. (2008). Using Toulmin’s Argument Pattern in The Evaluation of Argumentation in School Science. [Online]. Tersedia : http://ioc.ac.uk [15 Maret 2013]

Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan Nasional yag Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: FEUI Sugiyono. (2005). Metodologi Pendidikan Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Syamsuri, I., et al. (2007). Biologi 1B untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Toulmin, Stephen. (1958). The Uses of Argument. Cambridge: Cambridge


(42)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widyati, Sri. et al. (2009). Keanekaragaman hayati. BIOLOGI : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Depdiknas. 206-228.


(1)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada penelitian ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan argumentasi dengan tingkat pemahaman siswa. Namun, hubungan yang terdapat dalam kriteria yang sangat lemah. Kualitas dan kuantitas argumentasi siswa untuk siswa kelas X dikatakan sudah cukup baik untuk dapat menyokong terlaksananya proses belajar mengajar, siswa dapat menggunakan kemampuan argumentasi tersebut untuk mencari ide-ide dan memecahkan suatu masalah dalam proses pembelajaran di kelas. Seiring berjalannya waktu dengan seringnya latihan berargumen dalam proses pembelajaran, kemampuan argumentasi siswa dapat meningkat dan sejalan dengan peningkatan pemahaman siswa. Perbedaan jenis kelamin siswa dalam kemampuan berargumentasinya didapatkan bahwa siswa perempuan lebih aktif mengemukakan pendapat dibandingkan siswa laki-laki.

Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain: tidak semua siswa antusias dengan penelitian ini, terdapat beberapa siswa yang masih belum mengerti untuk berargumentasi dengan baik, dan penilaian argumentasi yang diambil sebagai acuan penelitian ini cukup rumit dan untuk siswa setingkat SMA/MA kemampuan argumentasi siswa dirasa cukup.

B. Saran

Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, maka dibuatlah saran-saran sebagai berikut:


(2)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Pembelajaran yang dilakukan sudah cukup baik selain bertujuan meraih ketercapaian hasil belajar pada suatu konsep, siswa juga diberikan kesempatan untuk mengutarakan argumentasinya sehingga seharusnya siswa dapat memahami konsep dengan lebih baik, namun yang perlu diperhatikan pula adalah cara siswa berargumen masih butuh pengarahan dari guru agar tidak terlalu keluar dari konsep.

b.Tingkat pemahaman yang cukup pada suatu konsep merupakan hal yang paling penting dimiliki oleh para siswa, tetapi agar siswa dapat memberikan argumentasi-argumentasi yang lebih baik dan sesuai dengan fakta ketika mereka berhadapan dengan lingkungan bermasyarakat siswa seharusnya lebih sering disuguhi permasalahan-permasalahan yang menyangkut dengan lingkungan sekitar dan berhubungan dengan konsep.

2. Bagi Peneliti:

a. Penelitian ini dilakukan dalam bidang pendidikan biologi, namun kemampuan berargumen seseorang merupakan salah satu kemampuan bersosialisasi yang diperlukan di lingkungan bermasyarakat, oleh karena itu alangkah baiknya jika penelitian sejenis dilakukan pada disiplin ilmu yang lainnya seperti di bidang sains fisika, kimia maupun sosial dan berbahasa.

b.Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa sebanyak 3,33% data tingkat pemahaman yang menjadikan data kemampuan argumentasi muncul, dan sebanyak 96,67% yang tidak, untuk penelitian selanjutnya dapat dicari variabel apa selain kemampuan argumentasi yang dapat dimunculkan dari suatu tingkat pemahaman.


(3)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Boediono dan Koster, W. (2004). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Budiati, Herni. (2009). Keanekaragaman hayati. Biologi Jilid 2. Pusat Perbukuan Depdiknas. 177-198.

Campbell, N.A., Reecce, J. B., dan Mitchell, L. G. (2004). Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga

Campbell, N.A., Reecce, J. B., dan Mitchell, L. G. (2009). Biologi Edisi Kedelapan. Pearson Benjamin Cummings [Online]. Tersedia: http://www.pearsonhughered.com. [28 Agustus 2014]

Chin, C. Dan Osborne, J. (2010). “Student’s Question and Discursive Interaction: How They Impact Argumentation during Collaborative Group Discussions

in Science”. Contemporary Science Education Research: Learning and Assesment. 1, 3-12.

Cunningham. D. J. (1981). Self Disclosure Intimacy; Sex, Sex of Target, Cross-National and Generational Difference. Society for Personality and Social Psychology. Vol 7.

Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biologi. [Online]. Tersedia: http://www.google.com. [15 Maret 2013]

Ekanara, Bambang. (2011). Hubungan Penalaran Dengan Keterampilan Argumentasi Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan Dengan Metode Problem Based Learning. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan

Erduran, S., et al. (2002). Enhancing The Quality Of Argumentation in Science Education. Research in Science. New Orleans, USA

Erduran,S., Shirley, S., dan Osborne, J. (2004). TAPping into Argumentation: Developments in The Application of Toulmin’s Argument Pattern for


(4)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studying Science Discourse. Science Education,88, 915-933 [Online]. Tersedia : http://onlinelibrary.wiley.com/doi.10.1002?sce.20012?pdf [15 Maret 2013]

Erduran, S., Ardac, D., dan Yakmaci-Guzel, B. (2006). “Learning to Teach Argumentation: Case Studies of Pre-Service Secondary Science Teachers”. Eurasia Journal of Mathematic, Science and Technology Educaton. 2, (2), 1-14.

Fardhani, Indra. (2011). Analisis Kualitas Kemampuan Argumentasi Siswa Kelas VII SMP Pada Materi Keanekaragaman hayati Dengan Metode Debat. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Fitriansyah, Hari. (2010). Hubungan Kemampuan Membuat Peta Konsep Dengan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Konsep Siklus Menstruasi. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Gagne, Robert. dan Brings, Leslie. (1979). Principles of Instructional Design, Second Edition. New York: Holt, Pinehart and Winstone.

Hakyolu, H, et al. (2011). Assessment of Students’ Science Knowledge Levels and Their Involvement with Argumentation. International Journal for Cross-Disciplinary Subjects in Education (UCDSE). Marmara University: Vol 2 264-270

Inch, Edward S., Barbara Warnick dan Danielle Endress. (2006). Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument. USA: Pearson Education, Inc.

Iskandar. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi Karmin, Erna. (2010). Peningkatan Kemampuan Membaca Teks Argumentasi dengan Teknik SQ3R pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gatak Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Universitas Muhammadiyah Surakarta : Tidak diterbitkan.

Knight, A. M. & McNeill, K. L. (2012). Comparing students’ written and verbal

scientific arguments. Paper presented at the annual meeting of the National Association for Research in Science Teaching, Indianapolis, IN.


(5)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuhn, D. (1991). The Skills of Argument. Cambridge, England: Cambridge University Press.

McGregor, Debra. (2007). Developing Thinking Developing Learning: A Guide to Thinking Skills in Education. Berkshire: Open University Press

McNeill, K. L. (2010). Explanation, argument and evidence in science, science class and the everyday lives of fifth grade students. Research in Science Teaching, Philadelphia, PA.

Means, L. M., and Voss, J. F. (1996). “Who reason well? Two studies of informal reasoning among children of different grade, ability, and knowledge levels”.

Cognition and Instruction. [Online]. Tersedia : http://ioc.ac.uk [17 Maret 2013]

Nawawi, Hadari. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.

Sairan, Endah. (2008). Hubungan Kemampuan Siswa Membuat Peta Konsep Dengan Hasil Belajar Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.

Simon, Shirley. (2008). Using Toulmin’s Argument Pattern in The Evaluation of Argumentation in School Science. [Online]. Tersedia : http://ioc.ac.uk [15 Maret 2013]

Soedijarto. (1993). Menuju Pendidikan Nasional yag Relevan dan Bermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. (1991). Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: FEUI

Sugiyono. (2005). Metodologi Pendidikan Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.

Syamsuri, I., et al. (2007). Biologi 1B untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. Toulmin, Stephen. (1958). The Uses of Argument. Cambridge: Cambridge


(6)

Resmi Rahmawati, 2014

Hubungan Kemampuan Argumentasi Dengan Tingkat Pemahaman Siswa Pada Siswa Kelas X Mia Sma Negeri 9 Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widyati, Sri. et al. (2009). Keanekaragaman hayati. BIOLOGI : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan Depdiknas. 206-228.