PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya).

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA KECIL
MENENGAH
(Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan oleh :
MEKAR SARI RAHAYU WILUJ ENG
0813010022/FE/EA

Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL
MENENGAH
(Studi Kasus Pada Distro Lollypop Surabaya)
Disusun Oleh :
MEKAR SARI RAHAYU WILUJENG
0813010022 / FE / EA
Telah dipertahankan dihadapan
dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada tanggal 22 Februari 2013

Pembimbing :
Pembimbing Utama

Tim Penguji :
Ketua

Drs. Ec. Munari, MM


Prof. Dr. Soeparlan P, Ak, MM
Sekretaris

Drs. Ec. Munari, MM
Anggota

Dra. Ec. Tituk DW, MAks

Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi

DR. H. DHANI ICHSANUDDIN NUR, MM
NIP. 196309241989031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan
judul “PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS
TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK SAK ETAP PADA USAHA KECIL
MENENGAH (Studi Kasus Distro Lollypop, Surabaya)”.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada
Jurusan Akuntansi, di Fakultas Ekonomi Universitas pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini sangat diharapkan dan
diterima dengan senang hati. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan baik bersifat bimbingan petunjuk maupun kesempatan
berdiskusi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, AK, selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i

4. Bapak Drs. Ec. Munari, MM., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam
menyusun skripsi.
5. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, Msi., selaku dosen wali di Program Studi
Akuntansi

Fakultas

Ekonomi

Universitas

Pembangunan


Nasional

“Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Bapak Syaiful dan Ibu Diana selaku pemilik perusahaan yang telah
membantu dan memberikan informasi untuk memperoleh data yang saya
butuhkan.
8. Bapak dan Ibu kedua orang tua tercinta, penulis menyampaikan sembah
sujud yang tulus atas doa dan segala jerih payah serta pengorbanannya
dalam mendidik penulis hingga saat ini.
9. Saudara, sahabat, dan teman-teman semuanya yang sudah memberikan
motivasi, semangat dan dukungannya selama ini dalam suka maupun
duka.
Penulis menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan,
sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan
ini. Akhir kata penulis dengan kerendahan hati mengharapkan semoga skripsi ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

dapat bermanfaat bagi semua pihak. Khususnya bagi mahasiswa Program Studi
Akuntansi.

Surabaya,

Januari 2013

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR……………………………….......................

i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….

iv

DAFTAR TABEL………………………………................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………......................

ix

ABSTRAKSI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………


1

1.2. Fokus Penelitian …………………………………………

6

1.3. Perumusan Masalah……………………………………….

7

1.4. Tujuan Penelitian ………………………………………..

7

1.5. Manfaat Penelitian ............................................................

8

BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitihan Terdahulu ………………………………


9

2.2. Landasan Teori ……………………………………………

16

2.2.1. Konsep Usaha Kecil Menengah (UKM ).……………..

16

2.2.1.1. Definisi UKM …………………………….

16

2.2.1.2. Kriteria UKM……………………………….

17

2.2.2. Pentingnya Pencatatan Akuntansi Bagi UKM ……….


17

2.2.3. Laporan Keuangan ………………………………...

18

2.2.3.1.Definisi Laporan Keuangan …………………..

18

2.2.3.2. Tujuan Laporan Keuangan……..………..........
iv

19

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3.3. Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK ETAP


19

2.2.3.4. Kualitatif Informasi Laporan Keuangan ………

20

2.2.3.5. Jenis Laporan Keuangan………………………

21

2.2.4. SAK ETAP................ ..………………………………

26

2.2.4.1. Penyajian Laporan Keungan …………………

28

2.2.4.2. Aset Tetap…………………….........................

28

2.2.4.3. Properti Investasi ……………………………

29

2.2.4.4.Aset Tidak Berwujud…………………...........

29

2.2.4.5. Persediaan ……………………......................

30

2.2.4.6. Penurunan Nilai Aset ...................................

30

2.2.4.7. Sewa ...............................................................

31

2.2.4.8. Biaya Pinjaman ...............................................

32

2.2.4.9. Imbalan Kerja ..................................................

32

2.2.4.10 Pajak Penghasilan ............................................

33

2.2.4.11 Laporan Laba Rugi..........................................

33

2.2.4.12 Perubahan Kebijakan Akuntansi .....................

35

2.2.4.13 Ketentuan Transisi .........................................

36

2.2.4.14 Kebutuhan Standar Akuntansi Bagi UKM ....

37

2.2.4.15 Kebutuhan SAK Bagi Laporan Keuangan UKM 37
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian .……………...............................................

39

3.1.1. Alasan Ketertarikan Peneliti …………………………

43

3.2. Informan …………………………………..........................
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

44

3.3. Lokasi Penelitian... ..........…………………………………

45

3.4. Sumber Data dan Teknis Pengumpulan Data……………..

45

3.5. Teknik Analisis…………………………………………….

49

3.6. Pengujian Kredibilitas Data ………………………………

50

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………………………………

55

4.1.1. Pendahuluan………………………………............

55

4.1.2. Usaha Kecil Menengah Distro Lollypop……………

56

4.1.3. Produk Usaha………………………………............

59

4.1.4. Bahan Baku Usaha………………………………....

60

4.1.5. Proses Produksi……………………………….........

60

4.1.6. Pemasaran………………………………..................

61

4.1.7. Karyawan……………………………….................

61

4.1.8. Industri UKM di Indonesia………………………..

63

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………….........

66

4.2.1. Proses Pencatatan Transaksi………………………..

66

4.2.2. Pelaporan Keuangan………………………………..

69

4.2.3. Keterbatasan Penelitian………………………………

71

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan………………………………...........................

71

5.2. Saran……………………………….....................................

72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Main Research Question…………..................................

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

53

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Surat Pernyataan
Lampiran 3 : Desain Reseach Penelitian
Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL
MENENGAH
( Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya)
Oleh
Mekar Sari Rahayu Wilujeng

ABSTRAK
Selama ini Usaha Kecil Menengah diharuskan menyusun laporan
keuangan yang sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan umum. Hal ini
cukup memberatkan bagi Usaha Kecil Menengah karena merasa kesulitan jika
harus membuat laporan keuangan dengan standar seperti yang digunakan oleh
perusahaan besar. Namun dengan diterbitkannya Standar Akuntansi Keuangan
baru yang lebih praktis bagi Usaha Kecil Menengah yaitu Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, diharapkan agar Usaha Kecil
Menengah bisa lebih mudah menyusun laporan keuangan yang berpedoman pada
Standar Akuntansi Keuangan ini
Adapun penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui proses pencatatan transaksi yang dilakukan
Distro Lollypop , untuk mengetahui kesesuaian antara pembukuan Distro
Lollypop dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik, dan untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang ditemui pada saat
melakukan pembukuan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik.
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik belum
sepenuhnya diterapkan di laporan keuangan Distro Lollypop. Laporan yang dibuat
juga sederhana, hal tersebut agar mudah dipahami oleh pengguna laporan
keuangan. Pemilik belum mengetahui tentang adanya Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik , hal ini dikarenakan kurangnya
sosialisasi oleh pihak terkait yang berdampak belum sepenuhnya Usaha Kecil
Menengah memahami dan mengerti Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik pada laporan keuangannya.

Keyword : Usaha Kecil Menengah, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA
AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL
MENENGAH
( Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya)
Oleh
Mekar Sari Rahayu Wilujeng

ABSTRAK
So far, Small and Medium Enterprises are required to prepare financial
statements that conform Statement of Financial Accounting Standards general. It
is quite burdensome for SMEs find it difficult because if you have to make a
financial report with the standard as used by large companies. But with the
publication of a new Financial Accounting Standards are more practical for Small
and Medium Entities Accounting Standards Without Public Accountability, it is
expected that SMEs can more easily prepare financial statements are based on the
Financial Accounting Standards
The research conducted has a purpose. The purpose of research is to
investigate the process of recording transactions conducted Lollypop distributions,
to determine the suitability of the accounting distributions Lollypop with Financial
Accounting Standards Entities Without Public Accountability, and to know what
the constraints are met at the time of accounting in accordance with Financial
Accounting Standards Entities without Public Accountability.
Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability
has not been fully applied in the financial statements Distro Lollypop. The report
also made simple, it is to be easily understood by users of financial statements.
The owner did not know about the Financial Accounting Standards Entities
Without Public Accountability, this is due to lack of socialization by stakeholders
that impact SMEs have not fully comprehend and understand the Financial
Accounting Standards Entities Without Public Accountability on its financial
statements.

Small and Medium Enterprises, Financial Accounting Standards Entities
Without Public Accountability.

Keyword:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya iklim bisnis yang semakin bebas,
perusahaan dituntut untuk mempertajam strategi bisnisnya agar dapat
bertahan dalam dunia persaingan yang semakin ketat. Strategi yang tepat
adalah dengan menghasilkan produk yang dapat memberikan nilai tambah
bagi konsumen baik dari segi manfaat maupun dari segi kualitas.
Penyediaan produk yang berkualitas memang telah menjadi tuntutan bagi
suatu perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan,
maupun jasa agar dapat hidup dalam persaingan. Bagi perusahaan yang
akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar, maka dia harus
mencapai titik kualitas dalam segala aspek. Tentunya tidak hanya
memperhatikan produk yang berkualitas saja, namun harga yang lebih
murah dan memiliki pelayanan yang lebih baik akan menjadi incaran para
konsumen. (Supraptowo, 2007)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu kekuatan
pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM
amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM
cukup fleksibel serta dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

dan arah permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan
lebih cepat dibandingkan dengan sektor usaha lainnya, dan mereka cukup
terdiversifikasi serta memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan
perdagangan. Secara keseluruhan, sektor UKM diperkirakan menyumbang
sekitar lebih dari 50% PDB (kebanyakan berada di sektor perdagangan dan
pertanian) dan sekitar 10% dari ekspor. UKM penting dalam pembangunan
ekonomi.

Beberapa tahun terakhir ini banyak bermunculan Usaha Kecil
Menengah (UKM) di masyarakat perkotaan, beberapa jenis usaha tersebut
bergerak di bidang usaha reatil dan garmen yang lebih dikenal dengan
Chloting Industri atau Distro. Distro adalah Distribution Outlet yang
pertama kali muncul di tahun 1990-an di Bandung. Konsep awal distro
adalah untuk menjual merchandise band independen seperti kaos, kaset,
dan beberapa merchandise lain yang berhubungan dengan band. Seiring
berjalannya waktu konsep distro itu bergeser menjadi sebuah toko atau
butik yang menjual barang-barang pakaian jadi tetapi yang memiliki
pangsa pasar anak muda. Dengan adanya pangsa pasar anak muda itu
distro kini semakin berkembang di Indonesia. Surabaya adalah salah satu
tempat dimana distro dapat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari
banyak bermunculan distro yang memiliki kualitas yang baik. Distro
dengan kualitas baik tentunya diminati oleh masyarakat. Hal ini
menjadikan distro tersebut menjadi distro yang besar dan memiliki pangsa
pasar yang besar dan berkualitas pula. Namun, standarisasi akan kualitas
yang baik tidak hanya dilihat dari pangsa pasarnya saja, tetapi ada aspek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

lain pula yang menjadikan sebuah UKM distro berkualitas baik.

Salah satu pendukung UKM dengan kualitas baik adalah
bagaimana cara UKM itu menerapkan sebuah laporan keuangan. Karena
laporan keuangan sangat penting dan tujuan dari adanya laporan keuangan
tersebut adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan kinerja yang
telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber- sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
(PSAK 2004)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memang cocok untuk
diterapkan pada badan usaha dengan skala besar namun tidak sesuai
dengan keadaaan di badan usaha dengan skala UKM. Sehingga, sulit bagi
UKM untuk mematuhi dan menerapkan SAK ETAP. Beberapa faktor
penyebabnya antara lain, pengguna informasi UKM lebih berminat untuk
mengetahui arus kas jangka pendek, likuiditas, kekuatan neraca,
kemampuan badan usaha membayar bunga, serta tren masa lalu badan
usaha dalam menghasilkan laba daripada informasi yang membantu
mereka merencanakan arus kas, pendapatan, dan nilai perusahaan di masa
depan.

Di sisi lain, pengguna laporan keuangan UKM juga memerlukan
informasi yang pada umumnya tidak tersedia dalam laporan keuangan
berdasarkan PSAK umum. Sebagai contoh, UKM biasanya memerlukan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

modal dari pemegang saham, direktur, atau pemasok. Untuk itu, pemegang
saham dan direktur selalu memberikan jaminan dengan aktiva pribadinya
sehingga UKM dapat memperoleh pendanaan dari perbankan. Sebagai
konsekuensinya, pada laporan keuangan UKM, pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa perlu diungkapkan lebih banyak.
Perbedaan inilah, salah satu alasan yang mendorong diperlukannya standar
akuntansi khusus untuk UKM.

Perbedaan lainnya adalah penerapan dasar pertimbangan biayamanfaat (cost benefit analysis). Dalam praktiknya, manfaat pemakaian
standar akuntansi berbeda antara satu entitas dengan entitas lainnya
tergantung dari sifat, jumlah, dan kebutuhan informasi dari pengguna
informasi laporan keuangan. Akan tetapi, biaya yang dikeluarkan untuk
menyajikan informasi tersebut tidak berbeda secara signifikan. Biaya yang
dikeluarkan untuk membuat laporan keuangan berdasarkan PSAK umum
dirasa terlalu berat bagi UKM. Untuk itu, International Accounting
Standard Board (IASB) berpandangan bahwa biaya manfaat harus dinilai
sehubungan dengan jumlah dan kebutuhan informasi pengguna laporan
keuangan.

Karena banyaknya desakan dari berbagai pihak, selain Indonesia,
untuk menyediakan standar akuntansi khusus untuk UKM maka IASB
mengesahkan IFRS for Small and Medium-sized Entities (IFRS For SMEs)
pada bulan Juni 2009 (IASB, 2009). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
kemudian mengadopsi IFRS For SMEs dan menyederhanakannya supaya
lebih sesuai dengan kondisi UKM yang ada di Indonesia. Pada tanggal 19
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Mei 2009, IAI secara resmi mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar ini sendiri jauh
lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK umum, salah satunya adalah
mengenai metode pengukuran aset. SAK ETAP hanya mewajibkan
penggunaan metode biaya perolehan dan tidak menganjurkan penggunaan
metode nilai wajar (PricewaterhouseCoopers, 2009).

Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), M. Jusuf
Wibisana, mengungkapkan bahwa SAK ETAP akan membantu UKM
dalam menyediakan pelaporan keuangan yang tetap relevan dan andal
dengan tanpa terjebak dalam kerumitan standar berbasis IFRS yang akan
diadopsi dalam Standar Akuntansi PSAK. SAK ETAP mulai diberlakukan
pada 1 Januari 2011 namun penerapan lebih dini diperbolehkan pada 1
Januari 2010 (IAI, 2009).

SAK ETAP dibuat untuk mengatasi segala keluhan penerapan
PSAK umum di dalam UKM. SAK ETAP telah mengakomodir segala
kebutuhan UKM untuk pelaporan keuangan. Sehingga, sudah seharusnya
UKM mematuhi dan menerapkan SAK ETAP sebagai standar pelaporan
keuangan baku. Sayangnya, sampai saat ini minat pelaku UKM untuk
mematuhi dan menerapkan SAK ETAP masih minim. UKM cenderung
puas akan usahanya sekarang dan tidak mau mengembangkan usahanya
menjadi lebih besar lagi. Padahal, untuk mampu mengembangkan
usahanya, diperlukan peningkatan kapasitas baik itu dilihat dari segi
manajemennya, keuangannya dan profesionalitasnya. UKM harus mampu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

bersaing dengan pasar yang lain agar perekonomian kita mampu lebih baik
kedepannya. (Unhas, 14 Maret 2010)

Minimnya minat para pelaku UKM seperti distro ini dalam
menerapkan SAK ETAP sebagai pedoman dalam membuat suatu laporan
keuangan terbukti dari penelitian ke beberapa distro di Surabaya. Sebagai
contoh Distro Glamrock yang membuat laporan keuangan tidak sesuai
dengan standar akuntansi, dan mereka menganggapnya sebagai laporan
keuangan. Meskipun laporan keuangan yang disusun Distro Glamrock
tidak

sesuai

dengan

standar

akuntansi,

namun

mereka

selalu

memperhatikan ketelitian dan ketertiban dalam bertransaksi. Sama halnya
dengan Distro Glamrock, Distro Garlick juga belum menerapkan standar
akuntansi pada laporan keuangannya. Namun, Distro Garlick melakukan
pembukuan dengan software dan terkomputerisasi, sedangkan sebagian
UKM distro masih menggunakan nota untuk transaksinya.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis akan
melakukan

penelitian

dengan

judul

“PENERAPAN

STANDAR

AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS
PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi
Kasus Distro Lollypop Surabaya).”

1.2

FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, hal-hal yang menjadi
fokus penelitian adalah sebagai berikut :
1.

Penerapan Laporan Keuangan UKM.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

1.3

2.

Penerapan SAK ETAP pada UKM.

3.

Menganalisa laporan keuangan Distro Lollypop Surabaya.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan diatas, maka permasalahan
penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Bagaimana proses pencatatan transaksi yang dilakukan Distro
Lollypop ?
2. Bagaimana pelaporan keuangan Distro Lollypop?

1.4

TUJ UAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Untuk mengetahui proses pencatatan yang dilakukan Distro
Lollypop.

2.

Untuk mengetahui kesesuaian antara pembukuan Distro Lollypop
dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP.

3.

Untuk mengetahui kendala- kendala dalam melakukan pembukuan
yang sesuai dengan SAK ETAP di Distro Lollypop.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

1.5

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi penulis : Untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih
mendalam mengenai laporan keuangan UKM yaitu SAK ETAP.

2. Bagi obyek yang diteliti : Dapat dijadikan sebagai masukan dalam
merumuskan kebijakan serta tindakan-tindakan selanjutnya sehubungan
dengan adanya Laporan Keuangan UKM yaitu SAK ETAP.

3. Bagi masyarakat : Dapat dijadikan sebagai informasi untuk bahan
penelitian bagi yang berminat dalam bidang serupa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

HASIL- HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian
terdahulu yang relevan dengan penelitisn ini. Penulis :

1. Sartika Wulandari (2011- Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret- Solo).
“ Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik SAK ETAP pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi
Kasus di Kampung Batik Laweyan Surakarta).”
a. Permasalahan : Apakah Usaha Mikro Kecil Menengah di Kampung
batik Laweyan Surakarta sudah menerapkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) ?
b. Tujuan : Mengetahui penerapan Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Usaha
Mikro Kecil Menengah di Kampung Batik Laweyan Surakarta.
c. Kesimpulan :
1. Usaha mikro kecil menengah yang berada di Kampung Batik
Laweyan mayoritas telah melakukan pencatatan atas transaksi yang
terjadi sehari-hari, walaupun masih dalam bentuk sederhana.
Pencatatan transaksi tersebut dimasukkan dalam beberapa buku,
antara lain: buku buku pengeluaran kas, buku penerimaan kas,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
9
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

buku penjualan, buku pembelian, buku piutang, buku utang, dan
buku persediaan baik persediaan barang dagang maupun bahan
pembuat batik.
2. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, baru tujuh UMKM yang
menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan yang
dilakukan UMKM tersebut hanya untuk pihak intern dan
didasarkan pada kebutuhan akan laporan keuangan, bukan
kewajiban

yang

mengikat

dengan

pihak

ekstern

yang

mengharuskan UMKM melaporkan kondisi keuangannya. Jenis
laporan keuangan yang disusun UMKM belum lengkap. Laporan
keuangan yang disusun UMKM sudah memuat informasi mengenai
posisi keuangan dan kinerja keuangan. Laporan keuangan yang
disusun sudah sesuai dengan kebutuhan UMKM walaupun laporan
keuangan yang dibuat belum sesuai dengan format yang
disyaratkan SAK ETAP.
3. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan yang
disyaratkan SAK ETAP belum semua dapat dipenuhi, hanya
beberapa yang dapat dipenuhi, karakteristik tersebut antara lain:
dapat dipahami, tepat waktu, dapat dibandingkan, relevan,
kelengkapan dan keandalan.
4. Mayoritas UMKM di Kampung Batik Laweyan belum memenuhi
kriteria entitas yang dapat

menerapkan SAK ETAP, bahkan

UMKM di Kampung Batik Laweyan belum mengetahui mengenai
SAK ETAP.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

5. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis format laporan dapat
disimpulkan bahwa SAK ETAP belum diterapkan sebagai
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan UMKM di kawasan
Kampung Batik Laweyan.
2. Eri Kristanto
” Penerapan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) pada UMKM Pengrajin Rotan di
Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.”
a. Permasalahan : Apakah UMKM pengrajin rotan di Desa Trangsan
Kecamatan Gresik sudah menerapkan SAK ETAP ?
b. Tujuan :
1. Persepsi UMKM pengrajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan
Gatak

Kabupaten

Sukoharjo

mengenai

Standar

Akuntansi

Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP).
2. Mengetahui penerapan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) pada UMKM pengrajin
rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
3. Mengetahui kendala- kendala yang dihadapi dalam Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik ( SAK ETAP) pada UMKM pengrajin rotan di Desa
Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.
c. Kesimpulan :
1. Persepsi UMKM mengenai Standar Akuntansi Keuangan untuk
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) ternyata masih
kurang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

2. Dalam menyusun laporan keuangan UMKM pengrajin rotan belum
sepenuhnya mematuhi dan belum sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP),
dalam membuat laporan keuangan ada 2 UMKM yang membuat
laporan keuangan lengkap, 1 UMKM hanya membuat laporan
neraca dan laporan laba/ rugi, 6 UMKM membuat laporan
keuangan bisnis, dan 7 UMKM tidak melakukan pencatatan sama
sekali.
3. Kendala- kendala yang dihadapi oleh UMKM dalam menyusun
laporan keuangan yaitu karena kurangnya pengetahuan secara
teknis dalam menyusun laporan keuangan dan menganggap
kegiatan pembukuan adalah tugas bagian keuangan sehingga
UMKM tidak membuat laporan keuangan.

3.Donnie Praditya Sugiarto (2010- Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Universitas Surabaya).

“ Perlakuan Akuntansi Yang Sesuai Dengan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik ( ETAP) Dalam Rangka Untuk Mendukung Kewajaran Laporan
Keuangan UD. MX Surabaya.”

a. Permasalahan :

Bagaimana perlakuan akuntansi yang sesuai

dengan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) terhadap
laporan keuangan UD. MX di Surabaya ?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

b. Tujuan : untuk meningkatkan pemahaman mengenai perlakuan
akuntansi yang sesuai dengan SAK ETAP supaya dapat
mendukung kewajaran laporan keuangan UD. MX di Surabaya.
c. Kesimpulan :
1. Siklus akuntansi UD. MX bermula dari kesepakatan perjanjian
transaksi yang kemudian dicatat pada dokumen – dokumen.
Seluruh dokumen transaksi ini diotorisasi oleh bagian yang
berwenang (biasanya pemilik sendiri). Pada akhir jam kerja,
pemilik memindahkan pencatatan seluruh dokumen transaksi
pada rekapitulasi penjualan dan rekapitulasi pengeluaran kas.
Kemudian di akhir bulan, berdasarkan pada rekapitulasi
penjualan dan pengeluaran kas yang ada, pemilik membuat
laporan laba rugi bulanan untuk mengetahui kinerja keuangan
bulanan. Selanjutnya, pada akhir tahun, pemilik merekap
seluruh laporan laba rugi bulanan menjadi laporan laba rugi
tahun berjalan.
2. Sebagian besar perlakuan akuntansi UD. MX sudah sesuai
dengan SAK ETAP namun ada empat perlakuan akuntansi UD.
MX yang masih tidak sesuai dengan SAK ETAP. Pertama,
perlakuan akuntansi sediaan UD. MX yang tidak mengakui
sediaan sebagai beban saat sediaan dijual. Kedua, perlakuan
akuntansi aset tetap dan properti investasi UD. MX yang tidak
melakukan penyusutan terhadap kedua kelompok aset tersebut.
Ketiga, perlakuan akuntansi sewa UD. MX yang mengakui
pendapatan sewa secara cash basis dan perlakuan akuntansi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

pendapatan UD. MX yang tidak mengakui piutang usaha
sebagai pendapatan usaha. Keempat, UD. MX hanya menyusun
laporan rugi saja dan tidak membuat neraca, laporan arus kas,
serta catatan atas laporan keuangan.
3. SAK ETAP justru mewajibkan pengakuan sediaan sebagai beban
pada saat dijual untuk menampilkan akun beban pokok
penjualan. SAK ETAP juga mewajibkan adanya penyusutan
supaya nilai buku aset UD. MX selalu mencerminkan kondisi
yang sesungguhnya. Pendapatan sewa juga diwajibkan untuk
diakui sepanjang masa sewa dan piutang usaha harus diakui
sebagai pendapatan supaya perlakuan akuntansi keduanya tidak
melanggar prinsip matching. Dan terakhir, SAK ETAP
mewajibkan penyusunan neraca supaya pengguna laporan
keuangan dapat mengetahui posisi keuangan UD. MX, dan
penyusunan catatan atas laporan keuangan supaya pengguna
laporan

keuangan

dapat

mengetahui dasar

pengambilan

kebijakan akuntansi UD. MX.
4.

Hermawan ( 2012- Fakultas Ekonomi UPN Vetaran Jatim).


Pemahaman

Standar

Akuntansi

Keuangan

Entitas

Tanpa

Akuntabilitas Publik pada laporan keuangan Usaha Kecil Menengah
Pulp dan Kertas di Surabaya.”
a. Permasalahan :

Bagaimana pemahaman Usaha Kecil dan

Menengah Pulp dan Kertas di Surabaya tentang Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada laporan
keuangan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

b. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pemahaman Usaha Kecil dan
Menengah Pulp dan Kertas di Surabaya tentang Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada laporan
keuangan.
c. Kesimpulan :
1. Usaha Kecil Menengah Pulp dan Kertas yang memiliki izin
usaha resmi dan terdaftar di Dinas Perindustrian dan
Perdagangan yang berada di Surabaya selatan telah memahami
dan melakukan pencatatan akuntansi dan menyusunnya menjadi
laporan keuangan yang dapat dibuat secara rutin dan memenuhi
syarat kualitatif laporan keuangan.
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik yang merupakan Standar Akuntansi Keuangan yang
diperuntukkan pada Usaha Kecil Menengah ternyata belum
mampu untuk dipahami dan diterapkan dengan baik oleh Usaha
Kecil Menengah. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik mampu diterapkan pada usaha yang sudah
dalam bentuk badan usaha yang relative besar seperti
Persekutuan

Komanditer

(CV)

sementara

Usaha

Kecil

Menengah dalam bentuk Perorangan belum mampu memahami
dan menerapkan pada laporan keuangannya.

2.2

LANDASAN TEORI

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.2.1

KONSEP USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

2.2.1.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Berdasarkan pada Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 1
ayat 2 (2008:2), usaha kecil didefinisikan sebagai berikut: “Usaha kecil
merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam UU ini.”

Sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008
pasal 1 ayat 3 (2008:2), usaha menengah didefinisikan sebagai berikut:
“Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU ini”

2.2.1.2 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Kriteria suatu badan usaha dapat disebut sebagai usaha kecil
berdasar Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6 ayat 2 (2008:5),
adalah sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

“a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).”

Kriteria suatu badan usaha dapat disebut sebagai usaha menengah
berdasar Undang – Undang No. 20 Tahun 2008 pasal 6 ayat 3 (2008:6),
berdasar adalah sebagai berikut:
“a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).”

2.2.2 PENTINGNYA PENCATATAN AKUNTANSI BAGI UKM

Menurut

Dar madji

(2007:200),

dengan

tidak

melakukan

pembukuan, pemilik dan manajer UKM tidak akan mampu untuk
mengelola badan usaha secara baik akibat minimnya informasi yang ada
serta diragukannya reliabilitas dari informasi yang dimilikinya. Sistem
informasi akuntansi pada dasarnya dapat disusun secara sederhana sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan dari badan usaha, namun tidak
mengurangi esensi serta manfaat dari penerapan sistem tersebut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Pemanfaatan dari sistem akuntansi yang baik, juga memungkinkan
disusunnya laporan keuangan dan analisis rasio sebagai dasar bagi
manajemen dan pemilik UKM untuk menilai kemampulabaan, likuiditas,
solvabilitas, serta berbagai ukuran lain bagi kepentingan pengambilan
keputusan manajerial dan strategis lainnya. Dar madji (2007:200)
menambahkan bahwa, penyusunan sistem akuntansi pada UKM harus
tetap berupaya untuk mencapai pengendalian internal yang baik, dimana
tujuan dari pengendalian internal adalah untuk mengamankan seluruh
aktiva atau harta kekayaan dari badan usaha, meningkatkan keakuratan
pencatatan dan informasi akuntansi, mendorong kegiatan operasional
badan usaha yang berdasar pada efektivitas dan efisiensi, serta dipatuhinya
segala kebijakan dari pemilik dan manajer UKM oleh seluruh
karyawannya.

2.2.3

LAPORAN KEUANGAN

2.2.3.1 Definisi Laporan Keuangan

Menurut Sulistiawan dan Feliana (2006: 34), laporan keuangan
merupakan produk akhir akuntansi, dimana melalui laporan ini pengguna
bisa melihat rekapitulasi transaksi atau kejadian ekonomis selama satu
periode yang memberikan informasi tentang badan usaha untuk
pengambilan keputusan.
Sedangkan laporan keuangan, menurut Kieso, et al. (2007: 2),
adalah “the principal means through which a company communicates it
financial information to those outside it”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2008:10) yaitu
“Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan
suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu.
Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi
keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki
kepentingan terhadap perusahaan”.

2.2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan Menurut SAK ETAP (2009: 2):

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu badan usaha yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan
keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.”

2.2.3.4 Kualitatif Informasi Dalam Laporan Keuangan

1.

Dapat dipahami.
Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2. Relevan.
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi pengguna di masa lalu.
3. Keandalan.
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan. Untuk dapat diandalkan, informasi
akuntansi juga memiliki karakteristik sebagai berikut : penyajian jujur,
substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat dan
kelengkapan.
4. Dapat dibandingkan.
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi
dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.2.3.5 J enis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utamanya dari pihak – pihak diluar korporasi. Laporan keuangan
menampilkan sejarah perusahaan yang kuantifikasi dari nilai moneter
(Kieso, et.al2002:3). Pada umumnya laporan keuangan menyajikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

laporan tentang neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, dan
laporan arus kas.
1. Laporan Neraca
Neraca (Balance sheet) merupakan laporan yang menjelaskan
tentang posisi keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban, ekuitas pemegang
saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu. Neraca dapat
membantu meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas di
masa depan.
Neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian
dan mengevaluasi struktur modal perusahaan.Neraca dapat dimanfaatkan
untuk menganalisis likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas perusahaan.
Likuiditas merupakan jumlah waktu yang diperkirakan akan dibutuhkan
sampai waktu aktiva terealisasi atau sebaliknya dikonversi menjadi kas
atau kewajibannya dibayar. Solvensi merupakan kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang – hutang pada saat jatuh tempo.Fleksibilitas
keuangan merupakan kemampuan perusahaan dalam mengambil tindakan
efektif guna mengubah jumlah dan waktu arus kas sehingga bereaksi
terhadap kebutuhan dan peluang yang tidak terduga (Kieso, et.al,
2002:217). Namun demikian neraca juga mempunyai keterbatasan
diantaranya :
1. Sebagian besar aktiva dan kewajiban dicatat pada biaya historis.
2. Pertimbangan dan estimasi harus digunakan untuk menentukan berbagai
pos yang dilaporkan dalam neraca.
3. Neraca perlu mengabaikan banyak pos yang merupakan nilai keuangan
bagi perusahaan tapi tidak bisa dicatat secara obyektif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Menurut PSAK No.1 (2007:1.9), neraca perusahaan disajikan
sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang
diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal haruslah
mencakup pos pos sebagai berikut :
1. Aktiva berwujud
2. Aktiva tidak berwujud
3. Aktiva keuangan
4. Investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas
5. Persediaan
6. Piutang usaha dan piutang lain – lain
7. Kas dan setara kas
8. Utang usaha dan utang lain – lain
9. Kewajiban yang diestimasi
10. Kewajiban berbunga jangka panjang
11. Hak minoritas
12. Modal saham dan pos – pos ekuitas lain
2.Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi
membantu pemakai informasi laporan keuangan memprediksikan arus
kas masa depan dengan berbagai cara (Kieso,et.al, 2002:150).
Informasi dalam laporan keuangan digunakan untuk :
1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan.
2. Memberi dasar untuk memprediksi kinerja masa depan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

3. Membantu menilai resiko atau ketidak pastian pencapaian arus
kas pada masa depan.
Menurut Kieso (2002:151), laporan laba rugi mempunyai beberapa
keterbatasan diantaranya adalah :
1. Pos – pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan
dalam laporan keuangan laba rugi.
2. Angka – angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
digunakan.
3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan.
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang
menonjolkan berbagai unsur kinerja yang diperlukan bagi penyajian
secara wajar. Menurut PSAK No.1 (2007:1.10), laporan laba rugi
haruslah mencakup pos – pos sebagai berikut :
1. Pendapatan
2. Laba rugi
3. Beban pinjaman
4. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlukan menggunakan metode ekuitas
5. Beban pajak
6. Laba atau rugi dari aktifitas normal perusahaan
7. Hak minoritas
8. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan
3.Laporan Ekuitas Pemilik
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban. Laporan ekuitas pemilik memperlihatkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

jumlah kas yang digunakan untuk membayar dividen atau membeli
saham.
Menurut PSAK No.1 (2004:1.17), perusahaan harus menyajikan
laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan
yang diantaranya menunjukkan:
1. Laba atau rugi bersih dalam periode yang bersangkutan.
2. Setiap pos pendapatan dan beban keuntungan atau rugi beserta
jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung
dalam ekuitas.
3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan
perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam
PSAK terkait.
4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
4.Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar
terinci mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar dan penggunaan
kas kas selama satu periode.
Tujuan utama dari arus kas adalah menyediakan informasi yang
relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan
selama satu periode. Menurut Kieso (2002:237), laporan arus kas
mencakup:
1. Kas yang mempengaruhi operasi selama satu periode.
2. Transaksi investasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

3. Transaksi pembiayaan, dan
4. Kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode
Menurut PSAK No. 2 (2007:21), kegunaan informasi arus kas
adalah memberikan informasi untuk mengevaluasi perubahan dalam
aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan
solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu
arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai
mengembangkan model untuk menilai dengan membandingkan nilai
sekarang dengan arus kas pada masa depan ( future cash flow) dari
berbagai perusahaan. Informasi arus kas meningkatkan daya banding
pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan
pengaruh penggunaan perlakuan akutansi yang berbeda terhadap
transaksi dan peristiwa yang sama.
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktifitas operasi, investasi dan pendanaan.
Aktivitas operasi adalah aktifitas penghasilutama perusahaan dan
aktifitas lain yang bukan merupakan aktifitas investasi dan aktifitas
pendanaan. Aktifitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva
jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk kas. Aktifitas
pendanaan adalah aktifitas yang mengakibatkan perusahaan dalam
jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

2.2.4 SAK ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK
(ETAP)
Menurut SAK ETAP (2009:1), Standar Akuntansi Keuangan
untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan
untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Namun, entitas
yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK
ETAP

jika

otoritas

berwenang

membuat

regulasi

mengizinkan

penggunaan SAK ETAP.

Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang memiliki
karakteristik berikut ini; a. Tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan, dan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum
bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.

Sedangkan

entitas

dianggap

memiliki

akuntabilitas

publik

signifikan apabila memenuhi karakteristik berikut ini :
A.

Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam
proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar
modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar
modal.

B.

Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk
sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,
pialang, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik
secara kasat mata dapat dil

Dokumen yang terkait

EVALUASI PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA ALMAHA GARMENT & EMBROIDERY GRESIK

1 29 14

Rancangan penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM): studi kasus pada konveksi As- Shaqi Pamulang

1 71 107

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM): STUDI KASUS PADA PANGLONG DI KOTA MEDAN.

2 11 26

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH.

0 0 12

ANALISIS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) (STUDI KASUS PADA KOPERASI BATARI SOLO).

0 0 15

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP) PADA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) PERAJIN MEBEL DESA GONDANGSARI KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN

0 3 13

PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PEGAWAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

0 0 15

KOLABORASI RISET ANALISIS PEMAHAMAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK-ETAP) PADA PELAKU USAHA KECIL MENENGAH - Perbanas Institutional Repository

0 0 15

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya)

0 0 21

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) (Studi Kasus Pada CV. Bangkit Media Promosindo, Surabaya)

0 0 16