Rancangan penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) pada Usaha Kecil Dan Menengah (UKM): studi kasus pada konveksi As- Shaqi Pamulang

(1)

i

RANCANGAN PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA

KECIL DAN MENENGAH (UKM)

(Studi Kasus Pada Konveksi As- Shaqi Pamulang)

Disusun oleh:

ANDRI PRATAMA

108082000161

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ii

(Studi Kasus Pada Konveksi As- Shaqi Pamulang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Andri Pratama

108082000161

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rini, M.Si., Ak., CA Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak NIP. 19760315 200501 2 002 NIP. 19800416 200901 2 006

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 30 Januari telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Andri Pratama

2. NIM : 108082000161

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Rancangan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus Pada Konveksi As- Shaqi Pamulang

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Januari 2013

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. ( ) NIP. 19570617 198503 1 002 Ketua

2. Rahmawati, SE., MM. ( ) NIP. 19770814 200604 2 003 Sekretaris

3. Hepi Prayudiawan, SE.,MM., Ak., CA. ( ) NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji Ahli


(4)

iv

2. NIM : 108082000161

3. Jurusan : Akuntansi

5. Judul Skripsi : Rancangan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus Pada Konveksi As- Shaqi Pamulang

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 25 April 2014

1. Dr. Herni Ali MT., MM. ( ) NIDN. 0422 1259 02 Ketua

2. Hepi Prayudiawan, SE.,MM., Ak., CA. ( ) NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris

3. Dr. Rini, M.Si., Ak., CA. ( ) NIP. 19760315 200501 2 002 Pembimbing I

4. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak. ( ) NIP. 19800416 200901 2 006 Pembimbing II

5. Fitri Damayanti, SE., M.Si. ( ) NIP. 19810731 200604 2 003 Penguji Ahli


(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Andri Pratama

No. Induk Mahasiswa : 108082000161

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ak untansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya.

4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat,... Yang Menyatakan,

Materai

Rp.6000,-


(6)

vi

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 27 Oktober 1989

3. Alamat : Jl. Pahlawan RT. 001 RW. 004 Desa Cibinong Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor 4. Telepon : 0856 9445 5856

5. Email : andripratama80@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri Gunung Sindur II Tahun 1995- 2001 2. SMP Nengeri 4 Serpong Tahun 2001- 2004 3. SMA Negeri 1 Cisauk Tahun 2004- 2007

4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2008- 2014

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Ketua Pramuka SD Negeri Gunung Sindur II, Periode 2000- 2001 2. Anggota PMR SMP Negeri 4 Serpong

3. Bendahara Karang Taruna Desa Cibinong, Periode 2009- 20011

IV. SEMINAR DAN PELATIHAN

1. ESQ Basic Training, 3 dan 4 September 2008

2. Seminar Multiculturalism in Region, Democracy and Modernization, 4 Desember 2008

3. Seminar Peran Asuransi dalam Era Globalisasi, 20 Mei 2010

V. KEPANITIAAN

1. Divisi Keamanan, Kepanitiaan Pentas Seni (Pensi) SMA Negeri 1 Cisauk tahun 2005


(7)

vii

2. Divisi Konsumsi, Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Jurusan Akuntasi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2009

VI. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sukendo

2. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 3 April 1964 3. Pendidikan Terakhir : SLTA

4. Ibu : Rosanti, S.Pd

5. Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 29 September 1967 6. Pendidikan Terakhir : S1 PGSD

7. Alamat : Jl. Pahlawan RT. 001 RW. 004 Desa Cibinong Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor 8. Telepon/ HP : 0812 8286 5787/ 0812 8313 9206


(8)

viii

(Case Study On Convection As- Shaqi Pamulang)

Andri Pratama

ABSTRACT

The financial report is a tool for analyzing the financial performance of companies that can provide information about the financial position, performance and cash flow, so it can serve as a basis for decision making by management. This study aims to understand the design of the application of SAK ETAP as a basic standard in financial reporting for SMEs. Where SMEs can design a simple accounting system that can assist and facilitate the creation of financial statements in accordance with SAK ETAP.

This study used a descriptive method and data collection was done by means of interviews and direct observation to the managers of SMEs. This study was conducted to identify the constraints faced by SMEs in the preparation of the financial statements, and prepare reports in accordance with SAK ETAP. The results of this study indicate that SMEs experiencing problems in preparing the financial statements due to the lack of capable human resources in the field of accounting. The results of the preparation of financial statements in accordance with SAK ETAP balance sheet, income statement, statement of changes in capital and cash flow statement.


(9)

ix

Rancangan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas

Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Kecil dan

Menengah (UKM)

(Studi Kasus Pada Konveksi As- Shaqi Pamulang )

Andri Pratama

ABSTRAK

Laporan keuangan merupakan alat untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, sehingga dapat dijadikan sebagi dasar pengambilan keputusan oleh manajemen. Penelitian ini bertujuan untuk memahami rancangan penerapan SAK ETAP sebagai standar yang baku dalam pembuatan laporan keuangan bagi UKM. Dimana UKM dapat merancang sistem akuntansi keuangan sederhana yang dapat membantu dan memudahkan dalam pembuatan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara serta observasi langsung kepada pengelola UKM. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kendala- kendala yang dihadapi UKM dalam penyusunan laporan keuangan, serta menyusun laporan sesuai dengan SAK ETAP. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa UKM mengalami kendala dalam menyusun laporan keuangan karena kurangnya SDM yang memiliki kemampuan dalam bidang akuntansi. Hasil penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas.


(10)

x

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang memiliki segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit yang telah melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rancangan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi kasus pada Konveksi As- Shaqi Pamulang”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman suram ke zaman terang-benderang seperti sekarang ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih kepada:

1. Rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayahanda Sukendo dan Ibunda Rosanti S.Pd atas dukungan moril dan materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak habis bahkan doa-doa munajatnya yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT.

2. Keluarga Besar Alm. H. Hasan dan Keluarga Besar Alm. Nursahid yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan untuk kesuksesan penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM,. Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(11)

xi

6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak selaku Dosen Pembimbing II skripsi terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi saya.

7. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, perhatian serta nasihat kehidupan yang berguna kepada semua mahasiswanya tak terkecuali penulis.

8. Seluruh staf Bagian Keuangan, Jurusan, Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelayanannya selama ini.

9. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (P-FEB), Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan-perpustakaan Universitas lain yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang diperlukan.

10.Bapak H. Salman Abdullah Sungkar dan Bapak Zulfikar Aminudin, SE., serta seluruh karyawan dari Konveksi As- Shaqi.

11.Khairul Badriah, S.Pd.I sebagai seorang yang sangat spesial untuk penulis dan Heri Supriyadi, SE serta teman- teman yang yang telah membantu dan memberikan support selama ini.

12.Serta untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga amal dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Dengan segala kelemahan dan kekurangan, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah kita. Amiiin.

Ciputat, Pebruari 2014


(12)

xii

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi... ii

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... iii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iv

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Daftar Riwayat Hidup ... vi

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8


(13)

xiii

a. Pengertian dan definisi akuntansi ... 8

b. Siklus akuntansi ... 11

2. Laporan Keuangan ... 12

a. Pengertian laporan keuangan ... 12

b. Tujuan laporan keuangan ... 13

c. Penyajian laporan keuangan ... 14

3. SAK ETAP ... 16

a. Sejarah singkat SAK ETAP ... 16

b. Persiapan penerapan SAK ETAP ... 19

c. Ruang lingkup SAK ETAP ... 20

d. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP 21 4. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 26

a. Usaha kecil ... 26

b. Usaha menengah ... 27

c. Peran dan fungsi UKM... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 28

C. Kerangka Pemikiran ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34

B. Jenis dan Sumber Data ... 34

C. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37


(14)

xiv

B. Deskripsi Data ... 42

C. Hasil Penelitian ... 44

1. Menentukan Periode Fiskal ... 47

2. Membuat Neraca Awal ... 48

3. Membuat Jurnal ... 53

4. Memposting ke Buku Besar ... 55

5. Menyusun Laporan Keuangan ... 56

a. Membuat neraca ... 50

b. Menyusun laporan laba rugi dan saldo laba ... 58

c. Menyusun laporan arus kas ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Implikasi ... 64

C. Saran ... 64

Daftar Pustaka ... 66


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Keterangan Halaman

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………. 29 4.1 Daftar Transaksi Konveksi As- Shaqi dan Akun- Akun

Yang Terlibat……….. 48


(16)

xvi

2.1 Siklus Akuntansi……… 11

2.2 Skema Kerangka Pemikiran………... 33

4.1 Struktur Organisasi………. 40

4.2 Neraca Awal………... 52

4.3 Jurnal Umum………... 54

4.4 Buku Besar……….. 55

4.5 Neraca……….. 56

4.6 Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba……… 59


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Keterangan Halaman

1 Data dari Perusahaan……… 69 2 Struktur dan Teknis Wawancara………….. 81


(18)

1

A.Latar Belakang

Usaha kecil dan menengah yang dalam penelitian ini disingkat menjadi UKM merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Keberadaan usaha kecil dan menengah tersebut harus didukung dan didorong kemampuannya agar tetap berkembang dan hidup, sehingga dapat memperluas kesempatan usaha dan memperluas lapangan pekerjaan. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara maju.

Peran aktif usaha kecil dan menengah (UKM) pada era pasca krisis mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat berfungsi sebagai katup pengaman permasalahan tenaga kerja. Dimasa krisis, usaha kecil menengah terbukti tangguh bertahan karena pelakunya bersandar kepada sumber daya lokal sehingga memiliki ketahanan yang kuat (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan: 2009).

Dalam menjalankan aktivitas usahanya seringkali pengelola usaha kecil dan menengah (UKM) merasa kesulitan dalam melakukan pencatatan terhadap apa yang terjadi pada operasional usahanya. Kesulitan ini menyangkut aktivitas dan penilaian atas hasil yang dicapai oleh setiap


(19)

2 usahanya. Apalagi jika harus dilakukan pengukuran dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha. Pencatatan dilakukan hanya dengan menghitung selisih antara uang masuk dan uang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi dari kegiatan usaha atau non usaha. Kebanyakan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) hanya menghitung harta yang dimiliki sebatas uang kas yang dipegang saja. Mereka tidak memahami bahwa pengertian harta lebih luas dari sekedar uang yang kas (Anak Suryo: 2006).

Sering kali dalam skala usaha kecil dan menengah (UKM) hasil usaha dikatakan bagus jika pendapatan sekarang lebih tinggi daripada pendapatan sebelumnya. Padahal indikator dari keberhasilan tidak hanya diukur dari pendapatan saja, diperlukan pengukuran dan pengelompokan atas transaksi atau kegiatan usaha yang terjadi serta pengikhtisaran transaksi- transaksi tersebut.

Setiap usaha diharapkan memiliki laporan keuangan untuk menganalisis kinerja keuangan sehingga dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusan- keputusan ekonomi serta menunjuk pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Praktek akuntansi keuangan pada usaha kecil menengah (UKM) masih rendah dan memiliki banyak kelemahan. Kelemahan itu, antara lain disebabkan rendahnya pendidikan, kurangnya pemamahan terhadap Standar Akuntansi


(20)

3 Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dan hasil usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan. Salah satu bentuk informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi dan perkembangan suatu perusahaan adalah laporan keuangan yang dilaporkan setiap akhir periode sebagai laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan suatu perusahaan (Ma’rifatul Auliyah: 2012).

Laporan keuangan juga dapat menjadi tolak ukur bagi pemilik dalam memperhitungkan keuntungan yang diperoleh, mengetahui berapa tambahan modal yang dicapai, dan juga dapat mengetahui bagaimana keseimbangan hak dan kewajiban yang dimiliki. Setiap keputusan yang diambil oleh pemilik dalam mengembangkan usahanya akan didasarkan pada kondisi keuangan yang dilaporkan secara lengkap bukan hanya didasarkan pada laba semata.

Semakin berkembangnya usaha, menuntut usaha kecil dan menengah (UKM) untuk berhubungan dengan pihak eksternal perusahaan. Misalnya untuk meningkatkan pendanaan usaha kecil dan menengah (UKM) akan berhubungan dengan pihak bank/ lembaga keuangan lainnya. Pihak bank/ lembaga keuangan tersebut biasanya akan mensyaratkan laporan keuangan untuk menilai kelayakan kredit dari usaha kecil dan menengah (UKM).


(21)

4 Demikian juaga ketika usaha kecil dan menegah (UKM) mengikuti lelang pengadaan barang maupun jasa yang diadakan oleh pihak rekanan, pihak rekanan biasanya akan meminta laporan keuangan sebagai syarat lengkap administratif. Dengan demikian dengan semakin berkembangnya usaha, menuntut usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menyediakan laporan keuangannya dengan baik dan sesuai dengan standar yang berlaku. Laporan keuangan yang akurat dan baku akan banyak membantu mereka dalam upaya pengembangan bisnisnya secara kuantitatif dan kualitatif (I Made Narsa, Agus Widodo dan Sigit Kurnianto: 2012).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada tanggal 12 Juli 2009 dan berlaku efektif pada 1 Januari 2011. Kehadiran Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau lebih dikenal dengan (SAK ETAP) diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk UKM dalam menyajikan laporan keuangan. SAK ETAP juga diharapkan mernjadi solusi permasalahan internal perusahaan, terutama bagi manajemen yang hanya melihat hasil laba yang diperoleh tanpa melihat kondisi keuangan yang sebenarnya.

Diterbitkannya SAK ETAP bertujuan untuk dimplementasikan pada entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik merupakan entitas yang tidak signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal (IAI: 2009).


(22)

5 Usaha kecil dan menegah (UKM) termasuk dalam ETAP karena tidak memiliki akuntabilitas yang signifikan dan menerbitkan laporan keuangan tidak untuk tujuan umum (general purpose financial statement). Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan jika, bukan entitas yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan pernerbitan efek di pasar modal atau bukan entitas yang menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat (IAI: 2009).

Konveksi As- Shaqi yang beralamat di Jalan Aria Putra No. 66 Kedaung- Pamulang, merupakan salah satu usaha kecil menengah (UKM) yang dimiliki oleh H. Salman Abdullah Sungkar sejak tahun 2000. Konveksi As- Shaqi merupakan salah satu produsen pakaian muslim dan perlengkapan haji, disamping itu Konveksi As- Shaqi juga menerima pembuatan pakaian seragam sekolah dan wearpack sebagai salah satu produksi tambahan disamping produksi pokok. Berdasarkan wawancara dan observasi Konveksi As- Shaqi memiliki permasalahan dalam hal pengelolaan keuangan dalam usahanya. Maka dari itu, penerapan akuntansi menjadi salah satu komponen mutlak yang harus dimiliki oleh usaha kecil menengah (UKM) seperti Konveksi As- Shaqi, jika ingin


(23)

6 mengembangkan usahanya. Begitu pula dengan SAK ETAP sebagai suatu standar yang mengatur pembuatan laporan keuangan untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Keberadaan SAK ETAP seharusnya menjadi suatu hal yang sedikit banyak diketahui dan diterapkan dalam laporan keuangan usaha kecil dan menengah (UKM).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kendala apa yang dihadapi Konveksi As- Shaqi untuk menyusun

laporan keuangannya?

2. Bagaimana rancangan penerapan SAK ETAP pada usaha kecil dan menengah (UKM) khususnya Konveksi As- Shaqi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang dihadapi oleh Konveksi As- Shaqi dalam menyusun laporan keuangannya.

b. Untuk membantu pelaku bisnis usaha kecil dan menengah (UKM) dalam memahami penyajian laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) khususnya pengelola Konveksi As- Shaqi.


(24)

7 a. Manfaat teoritis:

1) Memberikan pemahaman tentang rancangan penerapan SAK ETAP untuk usaha kecil dan menengah (UKM).

2) Memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP yang diharapan berdampak pada pengembangan usaha.

3) Memberikan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama ini sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang penelitian dan menambah wawasan serta pemahaman yang lebih baik.

b. Manfaat praktis:

1) Sebagai bahan masukan atau sumbangan informasi terhadap pihak perusahaan mengenai penerapan SAK ETAP pada UKM. 2) Sebagai bahan informasi kepada akademisi dan masyarakat


(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Akuntansi

a. Pengertian dan definisi akuntansi

Dalam pengetahuan akuntansi dikenal dua istilah asing, yaitu accountancy dan accounting. Secara terminologi istilah tersebut lazim diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi akuntansi. Untuk mendekatkan pengertian terhadap kedua istilah tersebut, perlu diketahui pengertian dan kedudukan masing- masing dalam pengetahuan akuntansi.

Akuntansi (accountancy) merupakan suatu metodologi dan himpunan pengetahuan yang berkenaan dengan sistem informasi dari satuan- satuan ekonomi apapun bentuknya, yang terbagi atas dua bagian. Pertama, accounting ialah pengetahuan yang menyangkut proses pelaksanaan pembukuan dalam arti yang luas. Kedua, auditing ialah pengetahuan yang menyangkut pemeriksaan dan penilaian (evaluasi) atas hasil proses pelaksanaan pembukuan tersebut. Oleh karena itu, istilah akuntansi (accountancy) lebih luas meliputi baik bidang teori, proses pembukuan, penerapan atau praktek, maupun pemeriksaan dan penilaian. Sementara itu istilah accounting hanya menunjukan bidang teori (Sadeli: 2008).


(26)

9 Sedangkan, menurut Warren, Reeve, dan Fees (2006) akuntansi adalah sistem informasi yang memberikan laporan kepada pihak- pihak berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi adalah suatu sistem informasi yang menyangkut pemeriksaan dan penilaian (evaluasi) atas hasil proses pelaksanaan pembukuan yang memberikan laporan kepada pihak- pihak yang berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan.

Akuntansi sering dijuluki sebagai bahasa bisnis (the language of bussines). Perubahan yang sangat cepat dalam masyarakat telah menyebabkan semakin kompleksnya bahasa tersebut, yang digunakan untuk mencatat, meringkas, melaporkan, menginterprestasikan data dasar ekonomi untuk kepentingan perorangan, perusahaan, pemerintah dan anggota masyarakat lainnya (Sadeli: 2008).

Menurut AAA (American Accounting Association) dalam Sadeli (2008), akuntasi didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut.

Secara umum, akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak- pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Warren, Reeve, dan Fees: 2006).


(27)

10 Sedangkan, menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountans) dalam Ahmed Riahi dan Belkaoui(2006) akuntasi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi- transaksi dan kejadian- kejadian yang paling tidak sebagian diantaranya, memiliki sifat keuangan dan selanjutnya menginterprestasikan hasilnya.

Pihak- pihak yang berkepentingan menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan keputusan mereka. Pihak- pihak yang berkepentingan juga menggunakan informasi lain untuk pengambilan keputusan mengenai perusahaan. Pihak- pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Bussines Stakeholder) adalah perorangan atau entitas yang mempunyai kepentingan dalam menentukan kinerja perusahaan (Warren, Reeve dan Fees: 2006).

Dari beberapa definisi akuntansi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, definisi dari akuntasi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi atas transaksi- transaksi dan kejadian- kejadian dalam perusahaan yang kegiatannya dapat diukur dengan satuan mata uang untuk membuat pertimbangan dan pengambilan keputusan oleh pihak- pihak yang berkepentingan dalam perusahaan (Bussines Stakeholder).


(28)

11

b. Siklus akuntansi

Siklus akuntansi menurut Warren (2006), adalah proses akuntansi yang diawali dengan menganalisis serta menjurnal transaksi dan diakhiri dengan mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi tersebut.

Pengertian siklus akuntansi juga diungkapkan Manahan (2004) siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan untuk suatu periode tertentu. Siklus ini dimulai dari terjadinya transaksi, sampai penyiapan laporan keuangan pada akhir suatu periode.

Adapun menurut Kieso (2008) yang dimaksud dengan siklus akuntansi adalah prosedur akuntansi yang biasanya digunakan oleh perusahaan untuk mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan. Digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Siklus Akuntansi

Jurnal Pembalik

Transaksi

Bukti

Jurnal

Jurnal Penutup

Neraca Lajur

Jurnal Penyesuaian Neraca Saldo Laporan Keuangan

Buku Besar/ Ledger Sumber: Kieso (2008)


(29)

12

2. Laporan Keuangan

a. Pengertian laporan keuangan

Setelah transaksi dicatat dan dikhtisarkan, maka disiapkan laporan bagi pemakai. Laporan akuntansi yang menghasilkan informasi demikian disebut laporan keuangan (Warren: 2006).

Merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan untuk membuat dan melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang akan diambil oleh perusahaan sekarang dan kedepan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Dalam pengertian yang sederhana menurut Kasmir (2009), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Kemudian, Sadeli (2008) mengemukakan laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuatitatif tentang posisi keuangan dan perubahan- perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu.

Adapun menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Putra (2012), laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada periode akuntansi yang menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan berguna bagi banker, kreditor, pemilik dan pihak- pihak


(30)

13 yang berkepentingan dalam menganalisis serta menginterprestasikan kinerja keuangan dan kondisi perusahaan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang menyajikan dan memberi informasi tentang kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

b. Tujuan laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut IAI dalam PSAK (2009) adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi yang meliputi:

 Aset

 Liabilitas (kewajiban)

 Ekuitas

 Pendapatan dan beban termasuk keuantungan dan kerugian

 Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik


(31)

14

c. Penyajian laporan keuangan

Penyajian yang wajar dari laporan keuangan SAK ETAP antara lain dijelaskan dalam SAK ETAP (2009) sebagai berikut:

1) Penyajian Wajar

Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan beban.

2) Kepatuhan Terhadap SAK ETAP

Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.

3) Kelangsungan Usaha

Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha.

4) Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi komparatif) minimum satu tahun sekali.


(32)

15 5) Penyajian yang Konsisten

Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali jika terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi. 6) Informasi Komparatif

Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan).

7) Materialitas dan Agregasi

Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan sedangkan yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis.


(33)

16

3. SAK ETAP

a. Sejarah singkat SAK ETAP

Ikatan Akuntan Indonesia sejak Juli 2009 telah meluncurkan standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP). Nama standar ini sedikit unik karena exposure draftnya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standar ini diberi nama SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Wahyuni: 2011).

Sesuai dengan namanya maka sasaran pengguna dari standar ini adalah entitas yang tidak memiliki tanggung jawab akuntabilitas kepada publik (ETAP). SAK ETAP beranalogi dengan IFRS SMEs (Small and Medium Enterprises), bahkan semangat pengembangan SAK ETAP berasal dari IFRS SMEs namun dengan beberapa penyesuaian (Eka: 2010)

Dengan adanya SAK ETAP, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan SAK Umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan SAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks..

Selama ini perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik (misalnya UKM, private entities, dan lainnya) mengalami dilema dalam penyusunan laporan keuangan. Mereka menginginkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar, untuk tujuan-tujuan antara lain memperoleh kredit dari bank, tujuan pelaporan pajak maupun tujuan internal


(34)

17 perusahaan namun, hambatan dalam pengaplikasian SAK Umum terkait dengan kompleksitas SAK Umum sehingga menimbulkan biaya yang besar apabila tetap diterapkan.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) memahami hal ini dan memberikan solusi berupa penerbitan SAK ETAP yang merupakan simplifikasi dari SAK Umum. Secara substansi tidak terdapat perbedaan signifikan antara keduanya, namun persyaratan disclosure dari SAK ETAP berkurang signifikan dari SAK Umum (Eka: 2010)

. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.

Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek lebih ringan daripada SAK Umum, maka ketentuan transisi dalam SAK-ETAP ini cukup ketat. Pada BAB 29 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK ETAP, yakni 1 Januari 2011, Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak


(35)

18 diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya. Oleh sebab itu per 1 Januari 2011, perusahaan yang memenuhi definisi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik harus memilih apakah akan tetap menyusun laporan keuangan menggunakan PSAK atau beralih menggunakan SAK-ETAP (Wahyuni: 2011).

Selanjutnya ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.

Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan SAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi perusahaan publik pada tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali. Sebaliknya entitas yang sebelumnya menggunakan SAK non-ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan SAK ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan (Wahyuni: 2011).


(36)

19

b. Persiapan penerapan SAK ETAP

Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) akan dinyatakan efektif berlaku untuk entitas yang tidak memiliki akuntabiltas publik, yaitu entitas yang memiliki 2 kriteria yaitu: tidak memiliki akuntabilitas publik secara signifikan, dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal dalam kriteria kedua ini adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit (Basir: 2010).

Kriteria ETAP di atas bisa dibedakan dengan entitas yang memiliki akuntabilitas publik, yaitu jika (SAK ETAP: 2009):

1) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (BAPEPAM-LK) atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.

2) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebaga fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.

Pada umumnya, entitas tanpa akuntabilitas publik adalah UKM, oleh karena itu pengguna ETAP akan banyak terdiri dari entitas dengan kategori UKM. Penerbitana SAK ETAP oleh DSAK IAI ini adalah sebagai alternatif SAK yang boleh diterapkan oleh entitas di Indonesia,


(37)

20 sebagai bentuk SAK yang lebih sederhana dibandingkan dengan SAK Umum yang lebih rumit (Basir: 2010).

c. Ruang lingkup SAK ETAP

Berdasarkan ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Ruang lingkup standar ini juga menjelaskan bahwa entitas dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika : proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek dipasar modal; atau entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksadana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan standar tersebut.


(38)

21

d. Penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP

SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2010 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SAK ETAP (2009). 1) Jenis laporan keuangan lengkap

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam SAK ETAP (2009), laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan, dan laporan keuangan yang lengkap meliputi:

(a) Neraca

Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan suatu perusahan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode tersebut. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:

 Kas dan setara kas

 Piutang usaha dan piutang lainnya

 Persediaan

 Properti dan investasi

 Aset tetap

 Aset tidak berwujud

 Utang usaha dan utang lainnya


(39)

22

 Kewajiban diestimasi

 Ekuitas (b) Laporan laba rugi

Laporan laba rugi menyajikan hubungan antara penghasilan dan beban dari entitas. Laba sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar untuk pengukuran lain, seperti tingkat pengembalian investasi atau laba per saham. Unsur-unsur laporan keuangan yang secara langsung terkait dengan pengukuran laba adalah penghasilan dan beban.

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:

 Pendapatan

 Beban keuangan

 Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas

 Beban pajak

 Laba atau rugi neto (c) Laporan perubahan ekuitas

Dalam laporan ini menunjukan:

 Seluruh perubahan dalam ekuitas untuk suatu periode, termasuk di dalamnya pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut,


(40)

23 pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, atau

 Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik termasuk jumlah investasi, penghitungan dividen dan distribusi lain ke pemilik ekuitas selama suatu periode.

(d) Laporan arus kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

(e) Catatan atas laporan keuangan yang berisiringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan penjelasan lainnya.

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.


(41)

24 2) Pengakuan dalam laporan keuangan

(a) Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya dimasa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan. Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan beban dalam laporan laba rugi.

(1) Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:

 Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal entitas

 Dimiliki untuk diperdagangkan

 Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau

 Berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk menyelesaikan kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

(b) Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai tidak lancar. Jika siklus operasi normal entitas tidak dapat diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan 12 bulan.


(42)

25 (1) Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. (i) Entitas mengklasifikasikan kewajiban sebagai kewajiban

jangka pendek jika:

 Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi entitas

 Dimiliki untuk diperdagangkan

 Kewajiban akan diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan; atau

 Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban setidaknya 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.

(ii) Entitas mengklasifikasikan semua kewajiban lainnya sebagai kewajiban jangka panjang.

(2) Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.


(43)

26 (3) Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Laba atau rugi merupakan selisih antara penghasilan dan beban. Hal tersebut bukan merupakan suatu unsur terpisah dari laporan keuangan, dan prinsip pengakuan yang terpisah tidak diperlukan.

4. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) a. Usaha kecil

Sebagaimana yang dimaksud Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dilampirkan oleh Tambunan (2012) dalam bukunya yang berjudul “Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Indonesia” usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang.

Dalam Undang- Undang tersebut pada BAB IV Pasal 6 menyebutkan bahwa kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:


(44)

27 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2) Memiliki hasi penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Usaha kecil dan menengah adalah jenis usaha yang jumlahnya paling banyak di Indonesia, tetapi saat ini batasan mengenai kriteria usaha kecil masih beragam. Pengertian mengenai UKM juga masih relatif. Sehingga adanya batasan diperlukan untuk menimbulkan definisi- definisi dari berbagai segi (Hutagaol: 2012).

b. Usaha menengah

Kemudian pengertian usaha menengah dalam Undang- Undang tersebut yang terlampir dalam Tambunan (2012) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang.

Adapun dalam Undang- Undang disebutkan bahwa kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:


(45)

28 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

c. Peran dan fungsi UKM

Menurut Suryana dalam Ma’rifatul Auliyah (2012) fungsi dan peran

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat besar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Fungsi dan peran itu meliputi:

1) Penyediaan barang dan jasa 2) Penyerapan tenaga kerja 3) Pemerataan pendapatan

4) Sebagai nilai tambah bagi produk daerah 5) Peningkatan taraf hidup masyarakat

B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.


(46)

29

Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Iim Ma’rifatul Aliyah (2012) Penerapan Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP pada UKM

Menggunakan metode kualitatif, yang mengulas dan menggambarkan bagaimana penerapan akuntansi berdasarkan SAK ETAP dilakukan pada UKM

Penulis melakukan penelitian pada beberapa UKM.

Kesulitan yang muncul untuk membuat laporan keuangan yang sesuai dengan

akuntansi, karena hampir semua pengusaha tidak menerapkan konsep entitas dalam usahanya, sehingga sulit untuk memisahkan antara harta pribadi dengan perusahaan dan keberadaan SAK ETAP belum banyak diketahui oleh para pelaku UKM.

2. Marry Setiady (2011)

Telaah Kesiapan dab Prospek Implementasi SAK ETAP : Studi Kasus Pada Pengusaha UMKM Garmen di Pusat Grosir Surabaya

Menggunakan UKM sebagai objek penelitian

Penulis melakukan penelitian pada beberapa UKM

Sebagian UMKM garmen telah siap

mengimplementasikan SAK ETAP dalam pembuatan laporan keuangannya, kemudian untuk UMKM yang belum siap, bersedia mengimplementasikan SAK ETAP dalam pembuatan laporan keuangannya pada Bersambung pada halaman selanjutnya


(47)

30

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

masa yang akan datang. 3. I Made

Narsa, Agus Widodo dan Sigit Kurnianto. (2012) Mengungkap Kesiapan UMKM dalam Implementasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP) untuk Meningkatkan Askes Modal Perbankan. Menggunakan metode kualitatif yang

menjelaskan sejauh mana UMKM memahami kegunaan laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang baku.

Penulis melakukan penelitian pada beberapa pelaku UKM.

Laporan keuangan berperan sangat penting disamping sebagai acuan bagi pemilik usaha dalam pengambilan keputusan, juga terutama untuk memperoleh gambaran kondisi kinerja keuangan perusahaan.

4. Pratiwi Sariningtyas dan Tituk Diah W. (2012) Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada Usaha Kecil dan Menengah. Menggunakan SAK ETAP sebagai standar pelaporan keuangan yang baku bagi UKM.

Menggunakan metode purvosive sampling dalam penelitian.

laporan keuangan

berpengaruh positif terhadap kebutuhan SAK ETAP bagi UKM.

Bersambung pada halaman selanjutnya


(48)

31

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Hermon Adhi Putra dan Elisabeth Penti Kurniawati. (2012) Penyusunan Laporan Keuangan untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK EAP). Menggunakan metode deskriptif kualitatif, untuk menggambarkan dan menginterprestasikan kebutuhan UKM atas sistem akuntansi serta rancangan laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP.

Peneliti melakukan penelitian pada beberapa pelaku UKM.

Kendala dalam pembuatan laporan keuangan antara lain karena kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menyusun laporan keuangan serta kurannya waktu yang difokuskan untuk membuat laporan keuangan.


(49)

32

C. Kerangka Pemikiran

Menurut Hamid (2007) mendefinisikan kerangka pemikiran sebagai berikut:

“Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.”

Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual, tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah rancangan penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang merupakan sebuah studi kasus pada konveksi As- Shaqi.

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat penelitian mengenai rancangan penerapan SAK ETAP pada UKM. Berikut merupakan gambaran kerangka pemikiran dari penelitian ini:


(50)

33

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikian

Konveksi As- Shaqi tidak menerapkan akuntansi didalam kegiatan usahanya.

Rancangan penerapan SAK ETAP dilakukan dalam setiap kegiatan usaha konveksi As- Shaqi

Basis Teori

Metode Penelitian: Kualitatif Deskriptif

Deskripsi dan pembahasan

Kesimpulan dan implikasi

Penerapan akuntansi mulai dilakukan dalam setiap kegiatan usaha konvesi As- Shaqi


(51)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif yang berupa studi kasus. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan mengenai bagaimana keadaan perusahaan tersebut sampai pada data-data yang dibutuhkan untuk dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP. Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis. Adapun objek penelitian adalah Rancangan Penerapan SAK ETAP pada UKM.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif, yaitu data yang berisikan informasi mengenai pencatatan- pencatatan atas transaksi keuangan perusahaan pada tahun berjalan yang diperoleh dari informan yang mempunyai peran penting dalam Konveksi As- Shaqi, terutama mengenai data- data keuangan dan transaksi yang terjadi di perusahaan.


(52)

35 terdiri atas data primer dan data sekunder.

a) Data primer

Data ini didapat dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan dalam perusahaan, seperti pemilik usaha, penanggung jawab keuangan, dan bagian-bagian yang bersangkutan dengan pengolahan data keuangan, sehingga dapat diperoleh keterangan yang dibutuhkan sehubungan dengan masalah yang diteliti yakni penerapan akuntansi.

b) Data sekunder

Data ini diperoleh dari data yang sudah ada diperusahaan dalam bentuk dokumen dan informasi lain terutama pada informasi keuangan yang terjadi dalam setiap kegiatan perusahaan yang dapat membantu dalam pembuatan laporan keuangan, antara lain adalah rekening koran perusahaan, bukti transaksi penjualan, bukti transaksi pembelian, laporan kas keluar masuk, biaya overhead pabrik, catatan hutang dan piutang perusahaan serta laporan lainnya yang mendukung pembuatan laporan keuangan.


(53)

36

C. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek dengan apa adanya. Hasil laporan menggambarkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan kata lain penelitian deskriptif mengambarkan dengan sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pertanyaan yang tidak terstruktur dan dilakukan sesantai mungkin, dengan tujuan untuk menggali lebih banyak informasi dari informan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan memudahkan dalam proses analisis data.

Adapun langkah- langkah dalam memperoleh data penelitian adalah sebagai berikut (Auliyah: 2012):

1. Melakukan pengamatan/ observasi dan wawancara,

2. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang terjadi pada perusahaan,

3. Mengevaluasi hasil dari pengamatan dan wawancara serta data yang didapat,

4. Menyimpulkan kelemahan dan menyarankan perbaikan dalam penyajian laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP.


(54)

37

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil UKM

Konveksi As- Shaqi yang beralamat di Jalan Aria Putra No. 66 Kedaung- Pamulang Kota Tangerang Selatan provinsi Banten, merupakan sebuah salah satu usaha keluarga yang memproduksi pakaian muslim pria, wanita dan anak- anak serta perlengkapan haji pria dan wanita , seperti: baju koko, jubah, baju ihrom, kerudung, dan lainnya.

Usaha produksi pakaian muslim ini mulai digeluti oleh H. Salman Abdullah Sungkar sekitar tahun 2000. Karena keinginan dan kemampuan dibidang menjahit beliau memulai usahanya dengan bemodalkan sebuah mesin jahit dengan memulai membuat pakaian muslim serta membuka jasa menjahit pakaian. Sedikit demi sedikit hasil dari kerja keras beliau mulai membuahkan hasil, dengan banyaknya pesanan dari warga sekitar.

Melihat peluang yang berada didepan mata beliau mencoba mengembangkan usahanya dengan mendirikan sebuah konveksi rumahan yang diberi nama As- Shaqi dengan menggunakan sebagian tempat tinggalnya dan memiliki beberapa orang karyawan. Berawal dari berdirinya konveksi As- Shaqi mulailah beliau memasarkan produknya tersebut ke pusat grosir pakaian di Tanah Abang.


(55)

38 Perlahan tapi pasti produk baju muslim yang diberi label As- Shaqi mulai dikenal dan diminati oleh para pelanggan, seiring dengan perubahan waktu konveksi As- Shaqi pun kebajiran pesanan jika bulan Ramadhan tiba sampai menjelang hari raya Idul Fitri omzet yang didapat mencapai ratusan juta rupiah. Melihat hal tersebut mulailah tersirat dibenak beliau untuk membeli toko di pasar Tanah Abang, impian itu pun diwujudkan beliau dengan membeli toko yang diberi nama As- Shaqi Collection yang berada di Blok F lantai 5 pasar Tanah Abang.

Seiring dengan perkembangan positif yang dialami konveksi As- Shaqi pada tahun 2008, H. Salman Abdullah Sungkar kemudian membeli toko di sebuah mall di daerah Pamulang yang diberi nama As- Sakinah. Kedua toko tersebut menjadi pilar utama dalam penjualan hasil produksi dari konveksi As- Shaqi. Karena semakin banyaknya pesanan dan produksi yang dilakukan oleh konveksi dan sempitnya tempat produksi kemudian beliau memutuskan untuk membangun sebuah tempat produksi yang lebih besar untuk tempat produksi utama dan gudang dekat dengan tempat tinggalnya.

Namun, semakin besar konveksi pasti akan semakin besar pula biaya yang dibutuhkan melanjutkan usaha tersebut, inilah yang tidak diperhitungkan oleh beliau, apalagi tidak ada pencatatan mengenai transaksi yang terjadi dengan kata lain tidak ada pencatatan akuntansi yang dilakukan di konveksi As- Shaqi, sehingga berdampak pada keuangan konveksi yang tidak tertata. Tidak patah arang beliau pun


(56)

39 untuk melanjutkan usahanya. Mulailah pencatatan akuntansi sederhana dilakukan, dari pencatatan kas masuk, kas keluar, piutang, hutang, persedian bahan baku dan barang jadi. Konveksi As- Shaqi pun mulai memperbaiki manajemen yang terjadi di konveksi.

Pada kasus ini peneliti mulai merancang penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dalam laporan keuangan konveksi. Hai ini diyakini dapat membantu konveksi dalam membuat laporan keuangan, juga untuk memenuhi kebutuhan investor yang ingin melihat perkembangan keuangan pada konveksi As- Shaqi yang terjadi saat ini.

Penggunaan SAK ETAP sebagai standar pencatatan akuntasi karena konveksi As- Shaqi merupakan entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik dan menerbitkan laporan keuangannya untuk tujuan umum. Konveksi As- Shaqi tidak mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk penerbitan efek dipasar modal, atau bukan entitas yang menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat.


(57)

40

2. Struktur Organisasi UKM

Konveksi As- Shaqi belum membuat struktur organisasinya secara formal. Karena sebagian besar karyawan yang mengelola manajemen atau pengelola konveksi adalah anggota keluarga dan anak dari H. Salman Abdullah Sungkar. Struktur dibawah ini merupakan gambaran struktur organisasi yang dibuat berdasarkan deskripsi dan keterangan dari pemilik dan karyawan konveksi As- Shaqi:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

(Sumber : deskripsi wawancara)

H. Salman AS Direktur Utama

Sakinah Administrasi

Budiman Produksi

Elsa HS Kasir

Muhammad Penjualan

Rahayu Gudang

Dedi Cutting

Entin CMT

Zainun Finishing


(58)

41 menyusun laporan keuangan, yaitu:

a. Konveksi As- Shaqi memiliki sekitar 28 orang karyawan dimana hanya satu orang karyawan yang menangani bagian administrasi dimana bagian tersebut mengelola hampir seluruh kegiatan keuangan konveksi, mulai dari pembelian, penjualan, hutang piutang perusahaan, gudang, penggajian karyawan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan administrasi keuangan konveksi. Dimana latar belakang pendidikan karyawan tersebut hanya tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak memiliki pendidikan akuntansi. Menyebabkan kurangnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menyusun laporan keuangan. Karena karyawan konveksi As- Shaqi yang mengelola keuangan perusahaan tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi dan tidak pernah mengikuti pelatihan tentang akuntansi. b. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas untuk karyawan pada

bagian manajemen konveksi dengan kata lain karyawan belum sepenuhnya memaksimalkan kompetensi yang dimiliki dalam mengelola konveksi, dan juga pemilik sekaligus sebagai pengelola usaha belum sepenuhnya mempercayakan konveksi kepada manajemen.


(59)

42 c. Masih bercampurnya keuangan pribadi dan keuangan perusahaan

sehingga, sulit untuk menelusuri transaksi pribadi dan transaksi untuk keperluan usaha.

d. Belum tertatanya pencatatan yang mendukung data- data untuk pembuatan laporan keuangan, seperti: buku piutang, buku utang, catatan aset, pencatatan beban- beban konveksi, dan lainnya.

B. Deskripsi Data

Berikut adalah data- data konveksi As- Shaqi yang diperlukan untuk penerapan SAK ETAP pada penelitian ini antara lain yaitu:

1. Buku kas, yaitu buku atau catatan yang berisikan tentang pengeluaran dan pemasukan kas yang terjadi setiap hari. Pemilik mencatat seluruh transaksi keuangannya dalam buku tersebut, mulai dari biaya parkir, pembelian bahan baku dan bahan pendukung, pembayaran piutang usaha sampai dengan pembayaran hutang usaha dan kemudian diinput menggunakan komputer (dapat dilihat pada lampiran I).

2. Rekening koran pemilik, yaitu rekapitulasi transaksi keuangan yang dikeluarkan oleh Bank kepada nasabah untuk periode tertentu. Pemilik menggunakan rekening koran sebagai alat untuk mengetahui giro- giro pembayaran hutang usaha yang dikeluarkan telah dicairkan atau ditolak oleh pihak Bank, serta mengetahui transfer pembayaran piutang dari para pelanggan (dapat dilihat pada lampiran I).


(60)

43 untuk setiap aset yang dimiliki (dapat dilihat pada lampiran I).

4. Catatan hutang usaha, yaitu catatan yang mengenai hutang konveksi yang kepada para produsen atau distributor bahan baku dan bahan penunjang produksi lainnya (dapat dilihat pada lampiran I).

5. Catatan persediaan, yaitu catatan mengenai persediaan barang jadi yang dibuat oleh pemilik berdasarkan data pemotongan (cutting) bahan baku untuk produksi. Pemilik belum melakukan stok opname untuk melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan barang jadi dan tidak melakukan pencatatan terhadap bahan baku yang tersedia (dapat dilihat pada lampiran I).

6. Catatan penjualan, yaitu catatan yang dibuat oleh pemilik berdasarkan nota penjualan yang telah dikeluarkan tanpa adanya pemisahaan antara penjualan tunai dan kredit (dapat dilihat pada lampiran I).

7. Catatan giro, yaitu catatan yang berisikan giro- giro pembayaran dari pelanggan dan giro- giro yang diterbitkan untuk pembayaran hutang usaha. Sebagian besar transaksi dalam konveksi menggunakan giro (dapat dilihat pada lampiran I).

8. Catatan pembayaran gaji karyawan, yaitu pencatatan seluruh transaksi yang meliputi pembayaran gaji. Karena pembayaran gaji dilakukan mingguan maka pencatatan pembayaran gaji dilakukan setiap minggu


(61)

44 berdasarkan data pekerjaan yang telah dilakukan oleh setiap karyawan pada bagian produksi (dapat dilihat pada lampiran I).

C. Hasil Penelitian

Penelitian ini memberikan format rancangan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk membuat laporan keuangan perusahaannya sendiri. Adapun untuk merancang laporan keuangan yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi UKM tersebut langkah-langkah yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Mengenali karakteristik UKM yang memiliki karakteristik bisnis tersendiri yaitu:

a. Memiliki stuktur permodalan baik dari modal sendiri maupun investor, dimana komposisi modal sendiri memiliki persentase jumlah yang lebih besar dibanding investor.

b. Strategi bersaing pada biaya yang rendah karena memiliki banyak pesaing yang menjual barang yang sejenis.

c. Berorientasi pada penjualan grosir karena produk yang dihasilkan dijual di pasar Tanah Abang yang terkenal sebagai salah satu pusat grosir terbesar.

d. Memiliki stok persediaan barang dagang yang sejenis dalam jumlah yang banyak karena berorientasi pada penjualan grosir. e. Pengusaha belum memiliki NPWP dan belum melakukan


(62)

45 penjualan eceran (retail), sedangkan penjualan kredit timbul dari transaksi penjualan dalam jumlah besar (grosir) kepada pelanggan-pelanggan setia untuk dijual kembali di daerahnya masing-masing. Transaksi penjualan kredit akan memunculkan akun piutang usaha dalam neraca perusahaan. Umumnya dalam transaksi penjualan ini terdapat potongan/diskon penjualan tersendiri yang proporsional dengan jumlah barang yang dibeli oleh pelanggan (semakin banyak barang yang dibeli oleh pelanggan, semakin besar pula potongan harga jualnya.) sehingga pada laporan laba-rugi, potongan/diskon penjualan tersebut akan mengurangi hasil penjualan bruto perusahaan. Selain kebijakan potongan harga tersebut, untuk transaksi penjualan grosir pengusaha memberikan kebijakan retur atau pengembalian barang sehingga dalam laporan laba-rugi retur penjualan ini juga akan mengurangi penjualan bruto perusahaan.

b. Transaksi pembelian bahan baku juga meliputi pembelian secara tunai maupun pembelian secara kredit. Transaksi pembelian bahan baku secara kredit akan memunculkan akun hutang usaha pada neraca perusahaan. Selain itu, untuk transaksi ini perusahaan juga akan mendapatkan kebijakan retur dan potongan pembelian yang


(63)

46 akan diperhitungkan dengan menjadi pengurang saldo pembelian sehingga didapat saldo pembelian bersih.

3. Menentukan nama akun dan pos dalam laporan keuangan.

4. Perancangan laporan keuangan untuk UKM Konveksi As- Shaqi. Format laporan keuangan yang dibuat disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi UKM dan mengacu pada SAK ETAP adalah sebagai berikut:

a. Neraca

Neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu atau akhir periode pelaporan. SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan. Pada format laporan yang direkomendasikan pos-pos disajikan berdasarkan pada penilaian sifat dan likuiditas aset maupun kewajiban.

b. Laporan laba rugi dan saldo laba

Laporan laba rugi dan saldo laba ini dibuat untuk menunjukkan kinerja keuangan perusahaan selama suatu periode yaitu dengan menyajikan penghasilan dan beban entitas. Beban-beban pada laporan laba rugi ini dikelompokkan berdasarkan fungsinya sehingga memudahkan perusahaan untuk melakukan analisis beban tersebut. Serta digabungkan dengan saldo laba tahun berjalan untuk melihan perubahan modal pemilik pada periode tersebut.


(64)

47 perubahan dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi disyaratkan oleh SAK ETAP menggunakan metode tidak langsung.

Berdasarkan data- data yang telah diperoleh dari konveksi As- Shaqi untuk penelitian tahapan berikutnya adalah pembuatan laporan keuangan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Periode Fiskal

Periode fiskal yang digunakan adalah periode satu tahunan dimulai pada 1 Januari. Periode yang dipilih disesuaikan dengan periode fiskal perpajakan untuk mempermudah pengusaha memenuhi kewajiban pajak, walaupun dalam kenyataannya dilapangan konveksi As- Shaqi belum memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Dan diharapkan dengan adanya laporan keuangan ini pengusaha dapat memenuhi kewajiban pajaknya.


(65)

48 2. Membuat Neraca Awal

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara kepada pemilik dan pihak administrasi konveksi As- Shaqi mengenai keadaan keuangan pada akhir Juni 2012 serta melihat bukti- bukti transakasi keuangan yang telah terjadi untuk memperkirakan saldo masing- masing akun yang akan dibuat. Pemilik mulai melakukan pencatatan intensif mengenai kegiatan keuangan perusahaan disertai dengan pengarsipan bukti transaksi yang terjadi dari awal Juli 2012, dan juga didorong oleh tutunan dari investor untuk melihat kondisi keuangan perusahaan untuk melindungi modal yang telah ditanamkan. Dari data yang diperoleh peneliti membuat daftar nama akun sesuai dengan kegiatan transaksi keuangan yang sering dilakukan oleh UKM tersebut. Berikut adalah perkiraan akun- akun dalam neraca awal yang digunakan untuk setiap transaksi keuangan yang terjadi pada konveksi As- Shaqi:

Tabel 4.1.

Daftar Transaski Konveksi As- Shaqi Dan Akun- Akun Yang Terlibat

Jenis Transaksi Debet Kredit

Pembelian Bahan Baku

Tunai Pembelian Kas

Pembelian Bahan Baku

Kredit Pembelian Utang Usaha

Retur Pembelian Tunai Kas Retur Pembelian Retur Pembelian Kredit Utang Usaha Retur Pembelian

Penjualan Tunai Kas Penjualan

Penjualan Kredit Piutang Usaha Penjualan Pembayaran Gaji Karyawan Beban Gaji Karyawan Kas Pembayaran Listrik Beban Listrik Kas Tol, Bensin dan Parkir Beban Transport Kas Penyetoran Tunai ke Bank Kas di Bank Kas

Disetor Modal Tunai Kas Modal Pemilik Bersambung ke halaman selanjutnya


(66)

49 Pembelian Peralatan Kantor Peralatan Kantor Kas

Pembayaran Utang Tunai Utang Usaha Kas

Diterima Piutang Tunai Kas Piutang Usaha Pembayaran Utang dengan

Giro Utang Usaha Utang Giro

Diterima Piutang dengan

Giro Piutang Giro Piutang Usaha

Pembayaran Angsuran Toko Angsuran Toko Kas Pembayaran Angsuran

Kendaraan Angsuran Kendaraan Kas Pembayaran Sewa Kontrakan Beban Sewa Kontrakan Kas Pembayaran Utang Giro

Jatuh Tempo Utang Giro Kas di Bank Diterima Piutang Giro Jatuh

Tempo Kas di Bank Piutang Giro

Penyusutan Peralatan Kantor

Beban Penyusutan Peralatan Kantor Akumulasi Penyusutan Peralatan Kantor Penyusutan Kendaraan Beban Penyusutan Kendaraan Akumulasi Penyusutan Kendaraan

Penyusutan Mesin Produksi

Beban Penyusutan Mesin Produksi

Akumulasi Penyusutan Mesin Produksi Penyusutan Bangunan Kerja

Atas

Beban Penyusutan Bangunan Kerja Atas

Akumulasi Penyusutan Bangunan Kerja Atas Penyusutan Pabrik Beban Penyusutan Pabrik

Akumulasi Penyusutan Pabrik

Penyusutan Bangunan Toko

Beban Penyusutan Bangunan Toko Akumulasi Penyusutan Bangunan Toko Pembayaran Servis Kendaraan Beban Perawatan

Kendaraan Kas

Pembayaran Perawatan Mesin Produksi

Beben Perawatan Mesin

Produksi Kas


(67)

50 Kemudian berdasarkan transaksi- transaksi yang terjadi maka disusunlah daftar nama akun untuk konveksi As- Shaqi sebagai berikut:

Tabel. 4.2. Daftar Nama Akun

Asset Ekuitas Pemilik Aset Lancar Saham/ Investasi

Kas Modal Pemilik

Kas (Bank)

Piutang Usaha Pendapatan

Piutang Giro Penjualan

Piutang Karyawan Retur Penjualan

Aksesoris Diskon Penjualan

Perlengkapan Kantor Pendapatan Lain- lain (Bazaar) Persediaan Bahan Baku Pendapatan Proyek Seragam (PKU) Persediaan Barang Dalam Proses Harga Pokok Produksi

Persediaan Barang Jadi Tenaga Kerja Langsung

Harga Pokok Penjualan

Aset Tetap

Tanah Beban- Beban:

Bangunan Kerja Atas Beban Gaji Karyawan Tetap Bangunan Pabrik Beban Transport

Toko As- Sakinah Pamulang Beban Akomodasi Mesin Produksi Beban Aksesoris Peralatan Kantor Beban Listrik

Kendaraan Beban Perawatan Kendaraan Beban Perawatan Mesin Produksi Liabilitas/ Kewajiban Beban Lain- lain

Kewajiban Lancar Beban Perlengkapan Kantor Hutang Usaha Beban Angsuran Kendaraan Hutang Gaji Karyawan Beban Angsuran Toko As- Sakinah Hutang Giro Beban Sewa Gudang (Kontrakan) Beban Penyusutan Peralatan Kantor Kewajiban Jangka Panjang Beban Penyusutan Kendaraan Hutang Proyek Beban Penyusutan Mesin Produksi Angsuran Toko As- Sakinah Beban Penyusutan Bangunan Pabrik Pinjaman Kepada Satar

Beban Penyusutan Bangunan Kerja Atas

Beban Penyusutan Toko As- Sakinah


(68)

51 seperti kas, kas bank, piutang usaha, piutang giro, piutang karyawan, dan lainnya serta aset tetap seperti tanah, bangunan, mesin, toko, kendaraan dimana saldo akhir dari masing- masing akun pada periode tersebut yang digunakan untuk neraca awal.

b. Data penyusutan aset yang dimiliki konveksi As- Shaqi, dimana perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus.

c. Data kewajiban konveksi As- Shaqi yang terdiri dari kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang.

d. Data ekuitas konveksi As- Shaqi yang terdiri dari saham/ investasi dan modal pemilik. Yang dimaksud saham/ investasi ini adalah modal yang diberikan oleh koleganya untuk digunakan sebagai tambahan usaha konveksi As- Shaqi. Berdasarkan data- data transaksi yang diperoleh maka kemudian disusunlah neraca awal dengan format sebagai berikut:


(69)

52

Gambar. 4.2. Neraca Awal

KONVEKSI AS- SHAQI Neraca

Per 30 Juni 2012

Asset

Aset Lancar

Kas Rp 491.420

Kas (Bank) Rp 53.355.840 Piutang Usaha Rp502.750.000 Piutang Giro Rp400.373.000 Piutang Karyawan Rp 7.500.000 Aksesoris Rp 38.756.700 Perlengkapan Kantor Rp 467.000 Persediaan Bahan Baku Rp330.550.780 Persediaan Barang Dalam Proses Rp - Persediaan Barang Jadi Rp 90.890.000

Total Aset Lancar Rp 1.425.134.740

Aset Tetap

Tanah (100 m²) Rp100.000.000 Tanah (200 m²) Rp260.000.000 Bangunan Kerja Atas Rp 203.150.000 Rp202.158.323 Akum. Peny. Bangunan

Kerja Atas Rp (991.677)

Bangunan Pabrik Rp 93.337.500 Rp 93.060.417 Akum. Peny. Bangunan

Pabrik Rp (277.083)

Toko As- Sakinah

Pamulang Rp 371.533.843 Rp370.361.285 Akum. Peny. Bangunan

Toko Rp (1.172.558)

Mesin Produksi Rp 243.604.688 Rp241.738.021 Akum. Peny. Mesin

Produksi Rp (1.866.667)

Peralatan Kantor Rp 2.858.971 Rp 2.809.563 Akum. Peny. Peralatan

Kantor Rp (49.408)

Kendaraan Rp 214.854.877 Rp213.167.911 Akum. Peny.

Kendaraan. Rp (1.686.966)

Total Aset Tetap Rp 1.483.295.520

Total Asset Rp 2.908.430.260


(70)

53 Hutang Gaji Karyawan Rp 5.363.400

Hutang Giro Rp711.266.600 Total Kewajiban

Lancar Rp 1.167.500.000

Kewajiban Jangka Panjang

Hutang Proyek Rp 75.318.500 Angsuran Toko As-

Sakinah Rp196.020.000

Pinjaman Kepada Satar Rp300.000.000

Total Kewajiban Jangka Panjang Rp 571.338.500

Total Kewajiban Rp 1.738.838.500

Ekuitas Pemilik

Saham/ Investasi

Zulfikar/ Satar Rp 200.000.000 Jefry Rp 407.000.000 Total Investasi/ Saham Rp607.000.000 Modal Pemilik Rp562.591.760

Total Ekuitas Rp 1.169.591.760 Total Liabilitas dan Ekuitas

Pemilik Rp 2.908.430.260

3. Membuat Jurnal

Kemudian setelah neraca awal dibuat, tahapan selanjutnya adalah membuat jurnal. Proses penjurnalan dilakukan untuk menuliskan seluruh transaksi keuangan yang terjadi di konveksi As- Shaqi berdasarkan bukti transaksi yang ada. Transaksi ini akan mempengaruhi dua atau lebih akun yang ada dibagian debit dan kredit. Dalam pembuatan jurnal membutuhkan saldo awal dari setiap akun pada neraca saldo, data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak administrasi konveksi As- Shaqi serta melihat bukti- bukti transaksi


(1)

87 1) Proses pemotongan (cutting) bahan menjadi bagian- bagian

dari baju koko. 2) Proses penjahitan.

3) Proses pemasangan kancing. 4) Proses pencucian.

5) Proses pembuangan benang sisa jahitan.

6) Proses pemeriksaan produk/ quality control (QC). 7) Proses penyetrikaan baju.

8) Proses pengepakan (packing).

7. Metode apa yang digunakan konveksi dalam kegiatan produksi?

Jawaban: Kami tidak mengetahui metode apa yang kami gunakan untuk memproduksi suatu produk, biasanya jika ada pesanan dari suatu produk kami langsung membuat pesanan tersebut. Jika tidak ada kami memproduksi baju untuk disimpan atau distok yang nantinya dikeluarkan pada saat bulan Ramadhan tiba, mengingat produk yang kami hasilkan adalah produk musiman.

8. Bagaimana struktur manajemen dalam konveksi?

Jawaban: Tidak ada struktur manajemen tertulis yang dibuat dikonveksi, tapi saya memerintahkan anak- anak dan menantu saya untuk ikut membantu saya dalam mengelola konveksi ini.


(2)

88 9. Bagaimana pencatatan transaksi keuangan yang dilakukan selama

ini?

Jawaban: Tidak ada pencatatan akuntansi atau pencatatan baku dalam setiap kegiatan transaksi keuangan yang dilakukan di konveksi, hanya pencatatan sederhana seperti buku kas, catatan hutang dan piutang, catatan giro, dan untuk rekening bank pun masing menggunakan rekening pribadi saya.

10.Dari mana sumber dana yang menjadi modal dari konveksi?

Jawaban: Sumber dana yang dimiliki oleh konveksi berasal dari modal pribadi saya, juga teman- teman saya yang saya ajak untuk berinvestasi di usaha yang saya kelola.

11.Berapa jumlah karyawan yang dimiliki oleh konveksi?

Jawaban: Sekitar 28 orang, yaitu:

a. Bagian pemotongan (cutting) bahan 3 orang. b. Bagian jahit 12 orang.

c. Bagian pemasangan kancing 2 orang. d. Bagian pencucian dan QC 1 orang. e. Bagian penyetrikaan 2 orang. f. Bagian pengepakan 3 orang. g. Bagian administrasi 1 orang.


(3)

89 h. Kepala produksi 1 orang

i. Kasir 1 orang

j. Bagian penjualan 1 orang k. Bagian gudang 1 orang

12.Bagaimana sistem penggajian karyawan konveksi?

Jawaban: Untuk bagian administrasi kami menggunakan gaji tetap dan untuk bagian produksi kami menggaji berdasarkan jumlah pekerjaan yang dilakukan.

13.Dari manakah bahan baku tersebut didapat?

Jawaban: Untuk bahan baku kami peroleh dari distributor bahan atau produsen bahan yang ada di pasar tanh abang.

14.Bagaimana sistem pembayaran bahan baku yang dilakukan oleh konveksi?

Jawaban: Untuk pembayaran bahan kami melakukan pembayaran dengan giro dengan periode pembayaran giro bertahap untuk masing- masing produsen dan distributor bahan.

15.Bagaimanakah pemasaran dan penjualan produk dari konveksi?

Jawaban: Untuk pemasaran dan penjualan produk dari konveksi kami menjualnya di pasar tanah abang.


(4)

90 16.Bagaimanakan sistem pembayaran dari penjulan produk oleh

pelanggan?

Jawaban: Pembayaran dari pelanggan ada yang tunai dan ada juga yang menggunakan giro.

17.Adakah produk lain yang diproduksi oleh konveksi selain produk pokok?

Jawaban: Adapun produk lain yang diproduksi di konveksi berdasarkan pesanan dari pelanggan, seperti seragam SD, seragam PKL, kaos partai, dan lainnya.

18.Bagaimanakah penjualan produk jika ada produk yang cacat?

Jawaban: Jika ada produk yang cacat kami menjualnnya dengan harga miring di bazar masjid Pondok Indah Mall.

19.Adakah kerjasama dengan pihak lain dalam proses produksi konveksi?

Jawaban: Karena terbatasnya karyawan yang kami miliki biasanya kami bekerja sama dengan para penjahit lainnya untuk menjahit produk pesanan yang akan diproduksi.


(5)

91 20.Berapa omset yang didapat konveksi dalam satu bulan?

Jawaban: Omset yang dihasilkan setipa bulannya bervariasi mengingat produk yang ditawarkan adalah produk musiman, misal pada saat bulan Ramadhan datang omset yang kami dapat kira- kira mencapai angka Rp. 500.000.000.


(6)

92 PERNYATAAN TELAH DIWAWANCARAI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan telah bersedia menjadi informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang bernama Andri Pratama, dengan judul “Rancangan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus Pada Konveksi As- Shaqi Pamulang”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif dan data mengenai diri saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data- data penelitian.

Demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Pamulang, Maret 2013