Analisis Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Penjualan (Studi Kasus pada PT "X".

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The cost of quality refer to the costs incurred to prevent, or costs arising as a result of, producing a low-quality product, by allocating cost of quality with good quality and selective, companies can increase sales but without prejudice to profit disproportionately. However, in practice many companies in Indonesia, especially on small medium enterprises which have not yet implemented the cost of quality, and although they already implementing the cost of quality system, they have not yet allocate cost of quality ideally and measurable.

This study aims to analyze the effect of cost of quality on sales at PT X. The method used is descriptive method with quantitative approach. Data collected from field research and literature study.

The results showed that there are an effect of cost of quality on sales which is marked by the increase in sales. In 2012, the cost of quality is Rp 581.024.161 generated sales of Rp 2.449.734.194. In 2013, a decrease in the cost of quality is Rp 111.769.631 and generated sales of Rp 11.782.300.818. In 2014, an increase in the cost of quality is Rp 162.684.587 and generated sales of Rp 7.511.472.096.


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Biaya kualitas dirujuk sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mencegah timbulnya biaya yang lebih besar yang ditimbulkan oleh produk berkualitas rendah, dengan mengalokasikan biaya kualitas dengan baik dan selektif tentu saja perusahaan dapat meningkatkan penjualan namun dengan tidak mengurangi laba secara tidak proporsional. Namun, pada praktiknya banyak perusahaan di Indonesia khususnya pada usaha kecil menengah yang belum menerapkan biaya kualitas, dan walaupun sudah menerapkan sistem biaya kualitas, mereka belum mengalokasikan biaya kualitas secara ideal dan terukur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh biaya kualitas terhadap penjualan pada PT X. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan dari penelitian lapangan dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh biaya kualitas terhadap penjualan yang ditandai dengan kenaikan penjualan. Pada tahun 2012, biaya kualitas sebesar Rp 581.024.161 menghasilkan penjualan sebesar Rp 2.449.734.194. Tahun 2013, terjadi penurunan biaya kualitas sebesar Rp 111.769.631 dan menghasilkan penjualan sebesar Rp 11.782.300.818. Tahun 2014, terjadi peningkatan biaya kualitas sebesar Rp 162.684.587 dan menghasilkan penjualan sebesar Rp 7.511.472.096.


(3)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Biaya ... 9


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha

2.1.1.2 Penggolongan Biaya ... 10

2.1.2 Kualitas ... 14

2.1.2.1 Definisi Kualitas ... 14

2.1.2.2 Dimensi Kualitas ... 15

2.1.3 Biaya Kualitas ... 17

2.1.3.1 Definisi Biaya Kualitas ... 17

2.1.3.2 Pengelompokkan Biaya Kualitas ... 18

2.1.3.3 Hubungan antar Jenis Biaya Kualitas ... 22

2.1.3.4 Perilaku Biaya Kualitas ... 23

2.1.4 Penjualan ... 25

2.1.4.1 Definisi Penjualan ... 25

2.2 Kerangka Pemikiran ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 30

3.1 Objek Penelitian ... 30

3.1.1 Struktur Organisasi ... 30

3.1.2 Tugas dan Wewenang ... 31

3.1.2.1 Jajaran Direktur ... 31

3.1.2.2 Jajaran Manajer Utama ... 35

3.2 Metode Penelitian ... 36

3.2.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 37


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Hasil Penelitian ... 42

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 42

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan ... 42

4.1.1.2 Bidang Usaha ... 43

4.1.2 Proses Produksi ... 43

4.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam Penjualan dan Pengawasan Kualitas ... .47

4.1.3.1 Kebijakan Perusahaan terhadap Kualitas Produk ... 47

4.1.3.2 Kebijakan Perusahaan terhadap Produk Dikembalikan (Returned Product) ... 48

4.1.4 Identifikasi Biaya Kualitas pada PT X... 49

4.1.5 Penjualan pada PT X ... 52

4.2 Pembahasan ... 53

4.2.1 Analisis Variabel Biaya Kualitas ... 53

4.2.2 Analisis Variabel Penjualan ... 58

4.2.3 Pengaruh Nilai Retur Penjualan terhadap Penjualan ... 58

4.2.4 Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Penjualan ... 60

4.3 Analisis Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Penjualan ... 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Simpulan ... 67


(6)

xiii Universitas Kristen Maranatha

5.1.1 Saran Bagi Perusahaan ... 69

5.1.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 69

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 73


(7)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Model Kerangka Penelitian ... 28 Gambar 2 Proses Alur Kerja ... 45


(8)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Operasionalisasi Variabel ... 38

Tabel II Daftar Toko Resmi PT X ... 43

Tabel III Daftar Pemasok dan Makloon PT X ... 44

Tabel IV Biaya Kualitas PT X Tahun 2012-2014 ... 53

Tabel V Total Biaya Kualitas PT X Tahun 2012-2014 ... 57

Tabel VI Penjualan PT X Tahun 2012-2014... 58

Tabel VII Retur Penjualan dan Penjualan PT X Tahun 2012-2014 ... 59

Tabel VIII Persentase Total Retur dan Penjualan Tahun 2012-2014 ... 59

Tabel IX Laporan Biaya Mutu PT X Tahun 2012-2014 ... 60

Tabel X Persentase Biaya Kualitas PT X Tahun 2012-2014 ... 61

Tabel XI Persentase Biaya Kesesuaian dan Biaya Ketidaksesuaian PT X Tahun 2012-2014 ... 62

Tabel XII Perbandingan Biaya Kualitas terhadap Penjualan PT X Tahun 2012-2014 ... 64

Tabel XIII Persentase Biaya Kualitas terhadap Penjualan PT X Tahun 2012-2014 ... 65


(9)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Struktur Organisasi PT X ... 73

Lampiran B Products Family PT X ... 74

Lampiran C Quality Control Specification PT X ... 75


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia dan usaha Indonesia yang berkesinambungan dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, maka perusahaan dituntut untuk dapat terus mempertahankan dan meningkatkan keunggulan yang dimilikinya agar dapat bersaing dan turut serta memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi yang berkelanjutan bagi Indonesia.

Seperti yang dikutip dari Suara Pembaruan pada tahun 2015 (sp.beritasatu.com yang diakses pada 21 Maret 2015) sebagai berikut:

“Menteri Ketenagakerjaan Muhammad Hanif Dhakiri mengatakan, persaingan ketat yang bakal terjadi dalam penerapan era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 harus disikapi dengan penyediaan produk-produk buatan Indonesia berkualitas dan tenaga kerja berproduk-produktivitas dan berdaya saing tinggi.”

Hal ini memperkuat kebutuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memberi perhatian pada kualitas produk yang dihasilkan sebagai salah satu cara yang dapat ditempuh untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dan pasar yang semakin luas. Sebagai konsekuensi logis atas adaptasi perusahaan-perusahaan di Indonesia menjelang era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 tersebut, selera dan kebutuhan pasar akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya pilihan produk-produk yang berasal bukan hanya dari pesaing skala lokal dan nasional saja namun juga dari pesaing-pesaing dari luar negeri. Dengan demikian, perusahaan


(11)

BAB I Pendahuluan 2

Universitas Kristen Maranatha

dituntut untuk mendapatkan kepercayaan konsumen dan memperluas jaringan penjualan guna meningkatkan tujuan fundamental perusahaan yaitu untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya.

Kualitas produk yang ditawarkan menjadi faktor penting bagi keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan konsumen, apabila produk tersebut dapat memenuhi ekspektasi konsumen maka akan terjadi pembelian berulang. Program pengembangan kualitas produk juga menjadi lahan investasi yang baik bagi perusahaan dalam usahanya untuk mengidentifikasi keinginan konsumen sehingga perusahan semakin siap dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat.

Dalam Winny (2011:55) dinyatakan bahwa kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan (goodness). Definisi ini mengungkapkan tingkat keunggulan (excellence) dan ukuran relatif kebaikan (goodness). Kualitas produk atau jasa adalah sesuatu yang memenuhi atau melebihi ekspektasi konsumen. Usman (2011:86) menyatakan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasilkannya, banyak perusahaan yang telah menanamkan investasi yang besar pada usaha untuk melaksanakan berbagai program peningkatan dan pengendalian kualitas. Pelaksanaan program-program tersebut akan menimbulkan suatu biaya yang disebut biaya kualitas (cost of quality). Biaya kualitas akan semakin meningkat jumlahnya jika pihak manajemen tidak memberikan perhatian yang khusus dalam masalah kualitas.

Biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat membantu meningkatkan kemampuan perusahaan tersebut untuk menghasilkan laba yang lebih


(12)

BAB I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha

besar untuk kemajuan perusahaannya, laba perusahaan dapat diukur dengan menganalisis nilai penjualan yang mampu perusahaan dapatkan.

Gantino dan Erwin (2010:139) menyatakan bahwa penjualan merupakan salah satu indikator paling penting dalam sebuah perusahaan, karena penjualanlah yang dapat menghasilkan laba untuk sebuah perusahaan. Dengan asumsi laju peningkatan biaya tidak lebih besar dari laju peningkatan penjualan, maka laba yang dihasilkan perusahaan itu pun akan besar pula sehingga perusahaan bertahan dalam persaingan bisnis dan dapat mengembangkan usahanya.

Terlepas dari manfaat-manfaat dari biaya kualitas tersebut, pada praktiknya banyak perusahaan di Indonesia khususnya pada Usaha Kecil Menengah (UKM) yang belum menerapkan biaya kualitas, dan beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) walaupun sudah menerapkan sistem biaya kualitas belum melakukan alokasi biaya kualitas secara ideal dan terukur.

Purwanugraha (2013:636) pada penelitiannya terhadap Industri Manufaktur di Yogyakarta, Indonesia menyatakan bahwa perusahaan besar dan menengah menghabiskan biaya preventif yang paling besar, saat perusahaan kecil lebih memfokuskan pada biaya penilaian. Perusahaan besar dan menengah menghabiskan biaya yang lebih besar untuk kegagalan internal namun perusahaan kecil lebih banyak menghabiskan biaya kegagalan eksternal. Dilaporkan pula bahwa persentase biaya kualitas pada Usaha Kecil Menengah (UKM) di Yogyakarta masih berada di angka 4,81% dari penjualan.

Tjiptono dan Diana (2003:42) menyatakan bahwa:

“Suatu perusahaan dengan program pengelolaan kualitas yang berjalan dengan baik, biaya kualitasnya tidak lebih dari 2,5% dari penjualan.”


(13)

BAB I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha

Purwanugraha (2013:636) menyatakan bahwa melaporkan biaya kualitas secara terukur dapat membantu manajemen dari perusahaan membuat keputusan guna menetapkan langkah peningkatan yang dapat dilakukan untuk dapat memproduksi produk berkualitas baik tanpa menghabiskan terlalu banyak uang yang dialokasikan untuk biaya.

Gantino dan Erwin (2010:140) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah adanya anggapan bahwa tingginya biaya kualitas yang dihasilkan karena meningkatnya penjualan. Sebaliknya, dengan turunnya biaya kualitas akan menurunkan penjualan. Dalam jangka panjang produk yang tidak memenuhi kebutuhan konsumen akan segera ditinggalkan, akibatnya penjualan akan menurun sehingga laba yang diperoleh perusahaan semakin kecil.

Hal ini mengungkapkan bahwa manajemen harus dengan baik mengalokasikan biaya kualitas dengan baik dan selektif sehingga perusahaan dapat meningkatkan penjualan namun dengan tidak mengurangi laba secara tidak proporsional. Manajemen juga memerlukan indikator laba yang memadai untuk kemajuan secara terus-menerus untuk perusahaan, seperti yang telah dipaparkan bahwa terdapat kondisi ideal untuk mengalokasikan biaya kualitas, yaitu salah satunya adalah dari nilai penjualan.

Apabila nilai dari biaya kegagalan eksternal yang terjadi pada perusahaan semakin besar, maka akan berpengaruh pada kepercayaan konsumen atas produk tersebut, seperti adanya pengembalian barang dan pemakaian fasilitas garansi dikarenakan produk tersebut cacat atau mudah rusak. Hal ini perlu diperhatikan oleh para pengusaha khususnya pada Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam menjalankan bisnisnya, karena Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti para pengrajin produk lokal


(14)

BAB I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha

adalah target utama pemerintah Indonesia untuk berkembang lebih pesat, seperti yang dilansir oleh Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan DKI pada tahun 2015 (diskumdagdki.jakarta.go.id yang diakses pada 20 Maret 2015) sebagai berikut:

”Menteri Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah Anak Agung Gede Puspayoga yakin produksi sektor koperasi dan usaha kecil menengah Indonesia mampu bersaing secara kompetitif di pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai 2015, namun ia masih menemukan sejumlah kasus, di antaranya pada kemasan produk dan pasca produk serta lemahnya sisi manajemen.”

PT X adalah perusahaan manufaktur skala kecil menengah asal Bandung yang mengkhususkan produksi pada produk fashion pria. Produk yang dijual adalah sepatu kulit, pakaian, aksesoris, hingga alat perawatan material kulit sepatu. Perusahaan memberikan fasilitas lifetime guarantee, konsumen dapat mengembalikan produk kapanpun apabila sepatu yang dibeli ternyata rusak atau konsumen tidak menyukai modelnya serta disediakan pula fasilitas perbaikan sepatu khusus bagi konsumen yang mengembalikan produknya, hal ini dirasa dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan konsumennya.

Perusahaan belum memiliki laporan biaya kualitas namun telah memiliki data error report untuk memberikan informasi mengenai barang rusak pada manajemen, tapi belum terdapat laporan biaya kualitas yang dapat membantu manajemen untuk mengurangi tingkat pengembalian produk dari konsumen. Fenomena ini seperti yang dikemukakan dalam Schiffauerova dan Thomson (2006:8) bahwa perusahaan mengukur biaya terlihat dan terukur seperti sisa bahan dan garansi, tetapi mengabaikan biaya signifikan seperti penurunan penjualan karena kehilangan konsumen.


(15)

BAB I Pendahuluan 6

Universitas Kristen Maranatha

PT X memiliki beberapa pemasok dan makloon yang telah bekerjasama dengan mereka sejak pertama kali perusahaan berdiri, manajemen merasa perlu meningkatkan pengendalian kualitas guna meningkatkan penjualan dan mempertahankan konsumen.

Salah satu direktur dari perusahaan mengemukakan bahwa pada proses produksi selalu terdapat produk cacat yang berasal dari pemasok pada setiap masa produksi dan juga terjadi pengembalian barang oleh konsumen pada setiap periode. Produk cacat yang terjadi ini dikarenakan kulit sebagai bahan baku utama produk sepatu teksturnya tidak selalu sama dan sulit untuk diproses oleh mesin. Hal ini yang dirasa menjadi kendala bagi manajemen untuk membuat keputusan perihal peningkatan kapasitas produksi pada periode selanjutnya, karena proses produksi sangat ditentukan oleh kualitas bahan baku dan juga oleh pihak pemasok. Permasalahan pengendalian kualitas ini menjadi perhatian khusus bagi manajemen mengingat pada tahun 2015 perusahaan memiliki target untuk menambah toko cabang di kota lain di Indonesia serta perusahaan dapat mencapai bahkan melebihi target penjualan tahunan.

Berlandaskan uraian dan fenomena tersebut di atas, penulis tertarik untuk menganalisis pengaruh biaya kualitas terhadap penjualan pada PT X. Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen perusahaan yang diteliti, peneliti menuangkannya dalam bentuk penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Biaya


(16)

BAB I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apa saja rincian biaya kualitas yang dikelola PT X?

2. Apakah peningkatan nilai pengembalian produk (retur) berpengaruh terhadap penurunan penjualan pada PT X?

3. Bagaimana analisis pengaruh biaya kualitas yang dikelola PT X terhadap penjualan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui rincian biaya kualitas yang dikelola PT X.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai pengembalian produk (retur) terhadap penurunan penjualan pada PT X.

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh biaya kualitas yang dikelola PT X terhadap penjualan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis sendiri, selain untuk menambah wawasan keilmuan atas teori yang dimiliki terhadap aplikasinya di lapangan, penelitian ini juga secara khusus diperuntukkan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Sidang


(17)

BAB I Pendahuluan 8

Universitas Kristen Maranatha

Sarjana strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

2. Bagi PT X, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat biaya kualitas guna mempertahankan serta meningkatkan penjualan dan perusahaan juga dapat mengembangkan perencanaan kualitas di masa mendatang, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi PT X.

3. Bagi mahasiswa atau orang yang sedang melakukan penelitian, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mengkaji bidang yang sama sehingga menjadikan hasil penelitian ini sebagai pembanding.


(18)

67

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian langsung yang telah dilakukan di PT X, serta analisis lebih lanjut mengenai hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis dapat mengambil simpulan bahwa:

1. Perusahaan telah mengeluarkan biaya-biaya yang digolongkan ke dalam biaya kualitas. Dari hasil identifikasi biaya kualitas yang dilakukan, maka penggolongan biaya kualitas PT X adalah sebagai berikut: (1) biaya pencegahan yaitu; perencanaan kualitas, pengumpulan & analisis data kualitas, pelatihan, perlengkapan & peralatan kerja, dan penelaahan produk baru, (2) biaya penilaian yaitu; inspeksi pemasok & makloon, evaluasi dan penilaian pemasok & makloon, pemeliharaan ketetapan alat uji kualitas dan evaluasi stok, (3) biaya kegagalan internal yaitu; biaya pengerjaan ulang dan perbaikan, (4) biaya kegagalan eksternal yaitu; penanganan keluhan konsumen dan produk dikembalikan (retur). Selama 2012-2014 rata-rata perusahaan mengeluarkan: biaya kegagalan eksternal (37,79%), biaya penilaian (30,50%), biaya pencegahan (24,56%) dan biaya kegagalan internal (7,15%).

2. Produk dikembalikan (retur) memiliki dampak pada penurunan penjualan PT X. Retur penjualan berturut-turut pada tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah


(19)

BAB V Simpulan dan Saran 68

Universitas Kristen Maranatha

79%, 6% dan 15%. Dan penjualan secara berturut-turut pada tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah 11%, 54% dan 35%. Hal ini menggambarkan bahwa apabila retur penjualan meningkat penjualan akan menurun, begitu pula sebaiknya. Biaya kegagalan eksternal seperti retur penjualan harus dihindari dengan mengalokasikan biaya pencegahan yang lebih besar karena retur penjualan memberikan dampak keuangan yaitu penurunan penjualan (lost sales) bagi perusahaan.

3. Biaya kualitas memiliki dampak terhadap penjualan PT X, penurunan total biaya kualitas yang dikeluarkan menyebabkan peningkatan penjualan perusahaan, begitu pula sebaliknya. Pada tahun 2012 biaya kualitas sebesar Rp 581.024.161 menghasilkan penjualan sebesar Rp 2.449.734.194. Pada tahun 2013, terjadi penurunan biaya kualitas sebesar Rp 111.769.631 dan menghasilkan penjualan sebesar Rp 11.782.300.818. Pada tahun 2014, terjadi peningkatan biaya kualitas sebesar Rp 162.684.587 dan menghasilkan penjualan sebesar Rp 7.511.472.096. Secara keseluruhan, perusahaan mengeluarkan total biaya kualitas sebesar 12,04% dari penjualan.

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi perkembangan PT X di masa mendatang serta bagi peneliti selanjutnya. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:


(20)

BAB V Simpulan dan Saran 69

Universitas Kristen Maranatha

5.2.1 Saran Bagi Perusahaan

1. Perusahaan harus membuat laporan biaya kualitas dan melakukan evaluasi atas data tersebut secara berkala, hal ini dapat membantu manajemen untuk membuat keputusan atas langkah peningkatan kualitas serta perusahaan dapat menetapkan langkah preventif lebih dini guna menghindari kerugian lebih besar yang ditimbulkan oleh produk dengan kualitas rendah.

2. Perusahaan harus membuat anggaran biaya kualitas pada setiap periode, dengan mengetahui perilaku masing-masing biaya kualitas diharapkan perusahaan dapat secara efektif membuat anggaran yang tepat guna terus meningkatkan penjualan dan laba perusahaan di masa mendatang.

3. Selain mengukur kualitas secara financial, perusahaan juga harus mengukur kualitas dalam hal-hal non-financial, perusahaan dapat melakukan riset yang mendalam yang berhubungan dengan keinginan target pasar produk tersebut, karena produk cacat/rusak dapat menimbulkan kerugian jangka panjang yang non-financial seperti reputasi dan citra perusahaan.

5.2.2 Saran bagi Peneliti Selanjutnya

1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya, agar mencoba untuk meneliti variabel-variabel lain di samping biaya kualitas. Seperti biaya research & development dan juga biaya pemasaran, sehingga dapat memberikan informasi bagi pembaca atau peneliti lain.

2. Disarankan apabila peneliti selanjutnya melakukan metode analisa data dengan karakteristik tersendiri, peneliti dapat mencoba menggunakan alat penelitian lain seperti 7 basic quality tools.


(21)

BAB V Simpulan dan Saran 70

Universitas Kristen Maranatha

3. Karena keterbatasan penulis untuk mendapatkan data, penulis hanya menggunakan data perusahaan selama 3 tahun. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti data dengan rentang waktu yang lebih panjang agar hasil penelitian lebih baik.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya didasarkan pada perhitungan manual oleh penulis sendiri, data penelitian didapatkan dari perpaduan berbagai sumber yaitu laporan keuangan perusahaan dan dari wawancara tidak terstruktur dengan objek penelitian. Kemungkinan adanya perbedaan hasil penelitian dan penarikan simpulan dapat saja terjadi apabila penelitian dilakukan pada objek penelitian yang berbeda.


(22)

71 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Betalia. (2013). Analisis Pengaruh Biaya Kegagalan Internal, Biaya Kegagalan Eksternal, dan Beban Promosi terhadap Kinerja Penjualan pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011. Skripsi Sarjana Ekonomi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Diskumdagdki (2015). Menteri Optimis UKM Bisa Berkompetisi di MEA. 12 Januari 2015 diakses dari http://diskumdagdki.jakarta.go.id/arsip/berita-utama/227-menteri-optimistis-ukm-bisa-berkompetisi-di-mea pada tanggal 20 Maret 2015.

Gantino, R. dan Erwin. (2010). Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Penjualan pada PT Guardian Pharmatama. Journal of Applied Finance and Accounting, 2 (2), hal. 138-140.

Gasperz, Vincent. (2006). Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Garvin dan Davis. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Terjemahan M.N. Nasution. Erlangga, Jakarta.

Hansen, Don R., & Mowen, Marryane M. (2006). Akuntansi Manajemen. Edisi Ketujuh. Salemba Empat, Jakarta.

Hansen, Don R., & Mowen, Marryane M. (2010). Cornerstones of Cost Accounting. 1st Edition, South-Western College Publishing, Nashville, Tenessee.

Hariadi, B. (2002). Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Horgren, Charles T. dan George Foster. (2008). Akuntansi Biaya. Erlangga, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat,

Jakarta.

Jahawar Lal. (2009). Cost Accounting. Edisi Keempat. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.

Mulyadi, (2005). Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Aditya Media, Yogyakarta. Mulyadi. (2008). Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Salemba Empat, Jakarta.

Purwanugraha, H.A. (2013). Mapping of Cost of Quality (COQ) for Enhancing Competitiveness of Local Products to Global Market: Evidence from Manufacturing Industry in Yogyakarta Region, Indonesia. Jurnal Review of Integrative Bussiness & Economics Research, 2 (2), hal. 627-637.


(23)

72

Universitas Kristen Maranatha

Schiffauerova, A. dan Thomson, V.(2006). A Review of Research on Cost of Quality Models and Best Practices. International Journal of Quality and Reliability Management, 23 (4). hal. 8.

Suara Pembaruan. (2015). Hadapi MEA, Produk harus Ber-SNI. 18 Maret 2015 diakses dari http://sp.beritasatu.com/nasional/hadapi-mea-produk-harus-ber-sni/81613 pada tanggal 20 Maret 2015.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Edisi Ketigabelas. Alfabeta, Bandung.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana (2003). Total Quality Management, Edisi Revisi. Andi, Yogyakarta.

Ulfah, Rasna (2013). Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Laba Kotor dengan Penjualan sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Tiga BUMN Industri Strategis). Skripsi Sarjana Ekonomi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Usman, R. (2011). Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Kinerja Balanced Scorecard Perusahaan Manufaktur Berskala Besar. Jurnal Ekonomi Bisnis, 16 (2) Juli, hal. 85-93.

Winny, (2011). Simulasi Pelaporan Biaya Kualitas di PT. XYZ Terkait Dengan Penerapan ISO 9000:2000. Forum Bisnis dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP, 1 (1), hal. 60-63.


(1)

67

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian langsung yang telah dilakukan di PT X, serta analisis lebih lanjut mengenai hasil penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis dapat mengambil simpulan bahwa:

1. Perusahaan telah mengeluarkan biaya-biaya yang digolongkan ke dalam biaya kualitas. Dari hasil identifikasi biaya kualitas yang dilakukan, maka penggolongan biaya kualitas PT X adalah sebagai berikut: (1) biaya pencegahan yaitu; perencanaan kualitas, pengumpulan & analisis data kualitas, pelatihan, perlengkapan & peralatan kerja, dan penelaahan produk baru, (2) biaya penilaian yaitu; inspeksi pemasok & makloon, evaluasi dan penilaian pemasok & makloon, pemeliharaan ketetapan alat uji kualitas dan evaluasi stok, (3) biaya kegagalan internal yaitu; biaya pengerjaan ulang dan perbaikan, (4) biaya kegagalan eksternal yaitu; penanganan keluhan konsumen dan produk dikembalikan (retur). Selama 2012-2014 rata-rata perusahaan mengeluarkan: biaya kegagalan eksternal (37,79%), biaya penilaian (30,50%), biaya pencegahan (24,56%) dan biaya kegagalan internal (7,15%).

2. Produk dikembalikan (retur) memiliki dampak pada penurunan penjualan PT X. Retur penjualan berturut-turut pada tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah


(2)

BAB V Simpulan dan Saran 68

Universitas Kristen Maranatha

79%, 6% dan 15%. Dan penjualan secara berturut-turut pada tahun 2012, 2013 dan 2014 adalah 11%, 54% dan 35%. Hal ini menggambarkan bahwa apabila retur penjualan meningkat penjualan akan menurun, begitu pula sebaiknya. Biaya kegagalan eksternal seperti retur penjualan harus dihindari dengan mengalokasikan biaya pencegahan yang lebih besar karena retur penjualan memberikan dampak keuangan yaitu penurunan penjualan (lost

sales) bagi perusahaan.

3. Biaya kualitas memiliki dampak terhadap penjualan PT X, penurunan total biaya kualitas yang dikeluarkan menyebabkan peningkatan penjualan perusahaan, begitu pula sebaliknya. Pada tahun 2012 biaya kualitas sebesar Rp 581.024.161 menghasilkan penjualan sebesar Rp 2.449.734.194. Pada tahun 2013, terjadi penurunan biaya kualitas sebesar Rp 111.769.631 dan menghasilkan penjualan sebesar Rp 11.782.300.818. Pada tahun 2014, terjadi peningkatan biaya kualitas sebesar Rp 162.684.587 dan menghasilkan penjualan sebesar Rp 7.511.472.096. Secara keseluruhan, perusahaan mengeluarkan total biaya kualitas sebesar 12,04% dari penjualan.

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan bermanfaat bagi perkembangan PT X di masa mendatang serta bagi peneliti selanjutnya. Adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut:


(3)

Universitas Kristen Maranatha 5.2.1 Saran Bagi Perusahaan

1. Perusahaan harus membuat laporan biaya kualitas dan melakukan evaluasi atas data tersebut secara berkala, hal ini dapat membantu manajemen untuk membuat keputusan atas langkah peningkatan kualitas serta perusahaan dapat menetapkan langkah preventif lebih dini guna menghindari kerugian lebih besar yang ditimbulkan oleh produk dengan kualitas rendah.

2. Perusahaan harus membuat anggaran biaya kualitas pada setiap periode, dengan mengetahui perilaku masing-masing biaya kualitas diharapkan perusahaan dapat secara efektif membuat anggaran yang tepat guna terus meningkatkan penjualan dan laba perusahaan di masa mendatang.

3. Selain mengukur kualitas secara financial, perusahaan juga harus mengukur kualitas dalam hal-hal non-financial, perusahaan dapat melakukan riset yang mendalam yang berhubungan dengan keinginan target pasar produk tersebut, karena produk cacat/rusak dapat menimbulkan kerugian jangka panjang yang

non-financial seperti reputasi dan citra perusahaan.

5.2.2 Saran bagi Peneliti Selanjutnya

1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya, agar mencoba untuk meneliti variabel-variabel lain di samping biaya kualitas. Seperti biaya research &

development dan juga biaya pemasaran, sehingga dapat memberikan

informasi bagi pembaca atau peneliti lain.

2. Disarankan apabila peneliti selanjutnya melakukan metode analisa data dengan karakteristik tersendiri, peneliti dapat mencoba menggunakan alat penelitian lain seperti 7 basic quality tools.


(4)

BAB V Simpulan dan Saran 70

Universitas Kristen Maranatha

3. Karena keterbatasan penulis untuk mendapatkan data, penulis hanya menggunakan data perusahaan selama 3 tahun. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti data dengan rentang waktu yang lebih panjang agar hasil penelitian lebih baik.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya didasarkan pada perhitungan manual oleh penulis sendiri, data penelitian didapatkan dari perpaduan berbagai sumber yaitu laporan keuangan perusahaan dan dari wawancara tidak terstruktur dengan objek penelitian. Kemungkinan adanya perbedaan hasil penelitian dan penarikan simpulan dapat saja terjadi apabila penelitian dilakukan pada objek penelitian yang berbeda.


(5)

71 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Betalia. (2013). Analisis Pengaruh Biaya Kegagalan Internal, Biaya Kegagalan Eksternal, dan Beban Promosi terhadap Kinerja Penjualan pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011. Skripsi Sarjana Ekonomi, Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Diskumdagdki (2015). Menteri Optimis UKM Bisa Berkompetisi di MEA. 12 Januari 2015 diakses dari

http://diskumdagdki.jakarta.go.id/arsip/berita-utama/227-menteri-optimistis-ukm-bisa-berkompetisi-di-mea pada tanggal 20

Maret 2015.

Gantino, R. dan Erwin. (2010). Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Penjualan pada PT Guardian Pharmatama. Journal of Applied Finance and Accounting, 2 (2), hal. 138-140.

Gasperz, Vincent. (2006). Total Quality Management. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Garvin dan Davis. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Terjemahan M.N. Nasution. Erlangga, Jakarta.

Hansen, Don R., & Mowen, Marryane M. (2006). Akuntansi Manajemen. Edisi Ketujuh. Salemba Empat, Jakarta.

Hansen, Don R., & Mowen, Marryane M. (2010). Cornerstones of Cost Accounting. 1st Edition, South-Western College Publishing, Nashville, Tenessee.

Hariadi, B. (2002). Akuntansi Manajemen Suatu Sudut Pandang. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Horgren, Charles T. dan George Foster. (2008). Akuntansi Biaya. Erlangga, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat,

Jakarta.

Jahawar Lal. (2009). Cost Accounting. Edisi Keempat. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.

Mulyadi, (2005). Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Aditya Media, Yogyakarta. Mulyadi. (2008). Sistem Akuntansi. Edisi Ketiga. Salemba Empat, Jakarta.

Purwanugraha, H.A. (2013). Mapping of Cost of Quality (COQ) for Enhancing Competitiveness of Local Products to Global Market: Evidence from Manufacturing Industry in Yogyakarta Region, Indonesia. Jurnal Review of


(6)

72

Universitas Kristen Maranatha

Schiffauerova, A. dan Thomson, V.(2006). A Review of Research on Cost of Quality Models and Best Practices. International Journal of Quality and Reliability

Management, 23 (4). hal. 8.

Suara Pembaruan. (2015). Hadapi MEA, Produk harus Ber-SNI. 18 Maret 2015 diakses dari

http://sp.beritasatu.com/nasional/hadapi-mea-produk-harus-ber-sni/81613 pada tanggal 20 Maret 2015.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Edisi Ketigabelas. Alfabeta, Bandung.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana (2003). Total Quality Management, Edisi Revisi. Andi, Yogyakarta.

Ulfah, Rasna (2013). Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Laba Kotor dengan Penjualan sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus pada Tiga BUMN Industri Strategis). Skripsi Sarjana Ekonomi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Usman, R. (2011). Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Kinerja Balanced Scorecard Perusahaan Manufaktur Berskala Besar. Jurnal Ekonomi Bisnis, 16 (2) Juli, hal. 85-93.

Winny, (2011). Simulasi Pelaporan Biaya Kualitas di PT. XYZ Terkait Dengan Penerapan ISO 9000:2000. Forum Bisnis dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah