Efek Antelmintik Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus L.) terhadap Ascaris suum Betina secara In Vitro.

(1)

ABSTRAK

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus L.) TERHADAP Ascaris suum BETINA

SECARA IN VITRO

Patricia S.U. H., 2014 Pembimbing I : Rosnaeni, Dra., Apt.

Pembimbing II : Prof. Dr. Susy Tjahjani., dr. M.Kes Askariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada daerah sangat padat dan kumuh. Askariasis dapat diatasi dengan pemberian obat cacing sintesis tetapi dapat menimbulkan intoksikasi, maka dicari alternatif menggunakan herbal antara lain buah nanas (Ananas comosus L.).

Tujuan penelitian untuk menilai efek antelmintik ekstrak buah nanas (EBN) terhadap Ascaris suum secara in vitro dan membandingkan potensinya dengan pirantel pamoat.

Desain penelitian eksperimental laboratorik sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan 750 cacing Ascaris suum yang dibagi menjadi 5 kelompok (n=30, r=5) yaitu kelompok I, II, dan III berturut-turut diberi EBN 5%, 10%, dan 20%. Kelompok IV: kontrol negatif dan V: kontrol positif. Data yang diukur jumlah cacing yang paralisis/ mati setelah diinkubasi pada suhu 370C selama 3 jam. Analisis data menggunakan Kruskal-Wallis, dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (α =0,05).

Hasil penelitian rerata persentase jumlah cacing paralisis / mati pada kelompok I, II, III berturut-turut: 11,19; 12,68; 12,85 berbeda sangat bermakna dengan kelompok IV 18,41 dan kelompok V : 2,36 (p=0,000).

Simpulan penelitian ekstrak buah nanas berefek antelmintik terhadap cacing Ascaris suum secara in vitro dan potensi lebih rendah dari Pirantel pamoat.


(2)

ABSTRACT

ANTHELMINTIC EFFECTS

OF PINEAPPLE (Ananas comosus L.) EXTRACT AGAINST FEMALE Ascaris Suum IN VITRO

Patricia S.U. H., 2014; 1st Tutor : Rosnaeni, Dra., Apt.

2nd Tutor : Prof. Dr. Susy Tjahjani., dr. M.Kes Ascariasis is public health problem in Indonesia, especially in slum urban areas. Ascariasis can be overcome by administering synthetic anthelmintic drug which can cause intoxication, an alternative natural anthelmintic is by using pineapple extract (Ananas comosus L.)

Objective : to assess the anthelmintic effect of pineapple extract (PE) against Ascaris Suum in vitro and compare its potency with pyrantel pamoate.

Research Design :real laboratoric with a comparative Complete Random

Design (CRD), 750 Ascaris Suum is divided into 5 groups (n = 30, r = 5): I, II, and III each group are given different treatment with PE 5%, 10%, and 20% respectively. Group IV: negative control and V: positive control. Measured data are the number of worms paralyzed and dead after being incubated at 370C for 3 hours. Data analysis using Kruskal-Wallis with α = 0.05, followed by Mann -Whitney test (p <0.05).

Result : average percentage of total paralysis and death of worms in group I, II, III: 11.19; 12.68; 12.85 have a significant differences (p=0,000) with group IV and group V 18.41: 2.36 .

Conclusion : pineapple extract has anthelmintic effect against Ascaris Suum in

vitro and a lower potency compared to pyrantel pamoate.


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan tentang Askariasis ... 5

2.1.1 Epidemiologi Askariasis ... 5

2.1.2 Gejala Klinis Askariasis ... 5

2.1.3 Diagnosis Askariasis ... 6

2.1.4 Pencegahan Askariasis ... 6


(4)

2.2 Ascaris lumbricoides ... 7

2.2.1 Taksonomi dan Morfologi Ascaris lumbricoides ... 7

2.2.2 Siklus hidup Ascaris lumbricoides ... 8

2.2.3 Anatomi Ascaris lumbricoides ... 9

2.2.4. Pengobatan Askariasis ... 10

2.2.4.1 Pirantel pamoat ... 11

2.2.4.2 Piperazin ... 11

2.2.4.3 Mebendazole ... 11

2.2.4.4 Albendazole ... 12

2.3 Tinjauan tentang Nanas ... 12

2.3.1 Taksonomi Nanas ... 12

2.3.2 Morfologi Nanas ... 12

2.3.3 Buah Nanas ... 13

2.3.4 Kandungan Gizi dan Kimia Nanas ... 14

2.3.4.1 Kandungan Gizi Nanas ... 14

2.3.4.2 Kandungan Kimia Nanas ... 15

2.3.5 Manfaat Buah Nanas ... 15

2.3.6 Efek Buah Nanas sebagai Antelmintik ... 15

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Bahan , Alat dan Subjek Penelitian ... 17

3.1.1 Bahan-bahan Penelitian ... 17

3.1.2 Alat-alat Penelitan ... 17

3.1.3 Subjek Penelitian ... 17

3.1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Metode Penelitian... 18

3.2.1 Desain Penelitian ... 18

3.2.2 Variabel Penelitian ... 18

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 18

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 19


(5)

3.2.4 Prosedur Kerja ... 20

3.2.4.1 Pembuatan Ekstrak Buah Nanas ... 20

3.2.4.2 Cara kerja ... 21

3.2.5 Metode Analisis ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil Penelitian ... 23

4.2 Pembahasan Penelitian ... 27

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Simpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 34


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.4 Kandungan Gizi Nanas ... 14 Tabel 4.1 Jumlah dan persentase Ascaris suum yang paralisis/mati setelah diberi

Ekstrak Buah Nanas ... 23 Tabel 4.2 Persentase dan Rerata Cacing Ascaris suum yang Paralisis/Mati

Setelah Transformasi ke Fungsi (SQRT+0.5) ... 24 Tabel 4.3 Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ... 24 Tabel 4.4 Hasil Kruskal-Wallis Cacing Ascaris suum yang Paralisis/Mati

setelah Perlakuan ... 25 Tabel 4.5 Hasil Uji Mann-Whitney Rerata % Jumlah Cacing Ascaris suum


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Telur fertil dan Ascaris Betina ... 8

Gambar 2.2 Siklus Hidup Ascaris lumbricoides ... 9

Gambar 2.3 Morfologi Nanas ... 13

Gambar 2.4 Mikroskopis Buah Nanas ... 13

Grafik 4.5 Diagram Hasil Uji Mann-Whitney Rerata % Jumlah Cacing Ascaris suum Paralisis/Mati ... 26


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Determinasi Tumbuhan ... 34

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian ... 35

Lampiran 3. Penghitungan Dosis Ekstrak Buah Nanas ... 37

Lampiran 4. Kruskal-Wallis Test ... 39

Lampiran 5. Mann-Whitney Test untuk Efek Antelmintik ... 40


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jenis cacing yang sering ditemukan menimbulkan infeksi adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus) yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminthiasis (Srisasi, 2006). Askariasis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, terutama pada daerah pedesaan atau perkotaan yang sangat padat dan kumuh adalah sasaran yang mudah terkena infeksi cacing. Askariasis disebabkan oleh masuknya parasit berupa telur fertil ke dalam tubuh manusia (Rasmaliah, 2001).

Manusia terinfeksi askariasis dengan tertelannya air, makanan, atau tanah yang terkontaminasi oleh telur fertil. Bila bentuk telur infektif tertelan manusia akan menetas di duodenum, larva akan bermigrasi melintasi hati, paru, faring, sampai tertelan ke dalam esofagus kemudian menuju usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan hingga cacing dewasa bertelur memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan. Gejala yang timbul dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva yang biasanya terjadi pada saat berada di paru (Mahmudah, 2010).

Askariasis terjadi di negara-negara tropis yang hangat, beriklim basah yang

memberikan kondisi lingkungan yang mendukung transmisi infeksi sepanjang tahun. Hasil penelitian epidemiologi tahun 2010 yang telah dilakukan hampir di seluruh Indonesia, terutama pada anak-anak sekolah diperoleh hasil askariasis di provinsi DKI Jakarta adalah 40- 91%, Jawa Barat 20-90%, Yogyakarta 12-85%, Jawa Timur 16-74%, Bali 40-95%, Nusa Tenggara Timur 10-75%, Sumatera Utara 46-75%, Sumatera Barat 25-71%, Sumatera Selatan 51-78% dan Sulawesi Utara 30-72% (Mahmudah, 2010). Hasil penelitian menunjukkan askariasis pada anak prevalensinya cukup tinggi. Salah satu penyebab karena anak-anak sering


(10)

2

berhubungan dengan tanah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005). Anak-anak yang terkena infeksi cacing dapat menjadi sumber daya manusia yang kurang potensial dimasa akan datang sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan agar tumbuh sempurna baik fisik dan intelektualnya (Mardiana, 2008).

Pemberian obat cacing sering mendapat kendala seperti peningkatan kekebalan cacing terhadap obat sintetis dan peningkatan kasus intoksikasi akibat pemakaian dosis yang berlebihan (Ellyfas, 2012). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pengobatan yang efektif, cukup murah, mudah didapat misalnya pengobatan herbal dengan pemanfatan tanaman obat-obatan antelmintik, yaitu temu hitam, biji pinang dan salah satunya dapat mengunakan buah nanas (Kasahara, 1995).

Nanas (Ananas comosus L.) merupakan obat tradisional yang berasal dari tanaman. Bagian tanaman yang dapat digunakan adalah buah dan secara empiris digunakan untuk demam, sambelit dan sebagai antelmintik. Nanas mempunyai efek antiparasit karena mengandung banyak enzim bromelin (Dalimarta, 2009). Karena khasiat nanas sebagai antelmintik masih merupakan pengalaman empiris, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol buah nanas (EBN) sebagai antelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro. Alasan menggunakan ekstrak karena zat berkhasiat lebih banyak tersaring dan dengan persiapan herbal terstandar yaitu bentuk sediaan obat dalam ekstrak.

Ascaris suum merupakan parasit pada babi, secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan A.lumbricoides, meskipun terdapat perbedaan pada gambaran biologinya. Meskipun demikian, pada keadaan tertentu parasit dapat berkembang menjadi dewasa pada manusia (Bariah, 2001).


(11)

3

1.2 Identifikasi Masalah

• Apakah ekstrak etanol buah nanas berefek antelmintik terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.

• Apakah potensi ekstrak etanol buah nanas setara dengan pirantel

pamoat sebagai antelmintik terhadap cacing Ascaris suum betina.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud Penelitian : untuk mengetahui bahan nabati yang berefek

antiparasit.

Tujuan Penelitian : untuk menilai efek antelmintik EBN terhadap Ascaris suum secara in vitro dan membandingkan potensinya dengan pirantel pamoat.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan tentang parasitologi dan farmakologi tanaman

obat khususnya yang berefek antelmintik.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat diinformasikan ke masyarakat bahwa buah


(12)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pirantel pamoat merupakan salah satu obat cacing sintetik yang mekanisme kerjanya menyebabkan depolarisasi pada otot cacing dengan meningkatkan frekuensi impuls sehingga cacing mati dalam keadaan paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Mekanisme kerja lainnya dapat menghambat enzim kolinesterase sehingga kontraksi otot meningkat (Rianto, 2009).

Buah nanas mengandung enzim bromelin yang bersifat proteolitik dan dapat memecah molekul protein kompleks pada otot cacing menjadi senyawa lebih

sederhana yaitu ikatan peptida dan asam amino. Selain itu juga enzim bromelin

dapat sebagai antiinflamasi, membantu melunakkan makanan di lambung sehingga cacing mudah keluar (Sunarjono, 2008).

1.5.2 Hipotesis

Ekstrak etanol buah nanas berefek antelmintik terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.

• Potensi ekstrak etanol buah nanas setara dengan pirantel pamoat


(13)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol buah nanas berefek antelmintik terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.

• Potensi ekstrak etanol buah nanas tidak setara dengan pirantel pamoat

sebagai antelmintik terhadap cacing Ascaris suum betina.

5.2 Saran

Penelitian tentang efek antelmintik terhadap cacing Ascaris suum betina secara in vitro perlu dilanjutkan dengan

Uji aktivitas secara in vivo.

• Menggunakan konsentrasi ekstrak buah nanas dengan dosis yang lebih tinggi.

• Menggunakan nanas varietas lain.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Ananas Fruit Health Benefits Of Pineapple Urdu Pakistan Picture. (2005).

Kandungan Kimia Nanas. Retrieved from

http://www.picstopin.com/625/ananas-fruit-health-benefits-of-pineapple-

urdu-pakistan/http:%7C%7Cwww*urdumania*com%7Cwp-content%7Cuploads%7C2011%7C06%7Cpineapple-health-benefits*jpg/ Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.

Arfaneisya. (2006). Siklus hidup ascaris. Retrieved 2013, from Siklus hidup ascaris : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-arfaneisya-5326-2-bab2.pdf

Balqis, U. (2008). Purifikasi dan Karakterisasi Protease dari Ekskretori/Sekretori Stadium L3 Ascaridia galli dan Pengaruhnya terhadap Pertahanan dan Gambaran Histopatologi Usus Halus Ayam Petelur.

Bariah. (2001). Efek Anthelmintik Biji Pepaya (Carica Papaya) terhadap Ultrastruktur Telur Ascaris Lumbricoides.

Behrmen, R. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dalimarta, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. (2009). Farmakologi dan Terapi

(5th ed.). Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Retrieved April 25, 2013, from http://www.pppl.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia. Jakarta.

Ellyfas, K., Suprobowati, O. D., & SSBU, D. (2012). Pengaruh Pembuatan Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Analis Kesehatan Sains , 62-67.

G. Pierkarski. (1989). Medical Parasitology. London: Chapman & Hall.

Garcia, L. S., & Bruckner, D. A. (1993). Diagnostik Parasitologi Kedokteran. (D. L. Padamasutra, Ed.) Washington: EGC.


(15)

32

Hanafiah, Kemas Ali. (2005). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali pers.

Irianto, K. (2013). Parasitologi Medis. Jakarta: Alfabeta.

Kasahara. (1995). Indeks Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia. Jakarta: PT.Eisai Indonesia.

Lee, D. (2002). The Biology of Nematodes. USA: Taylor and Francis.

Mahmudah, T. R. (2010). Efek Antihelmintik Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Ascaris suum Goeze in vitro.

Mardiana, Djarismawati. (2008). Prevalensi Cacing Usus pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan , 7, 769-774.

Parasites - Ascariasis. (2013, 1 10). Retrieved from Centers of Disease Control and prevention: http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/

Rasmaliah. (2001). Ascaris dan Cara Penanggulangan. Retrieved juni 6, 2013, from http://library.usu.ac.id/download/FKM/FKM-rasmaliah.pdf.

Rudrappa, U. (n.d.). nutrition facts . Retrieved 2013, from https://www.google.com/#q=nutrition+fact+pineaplle

Rukmana, R. (2000). Nanas Budidaya dan Pascapanen. Jakarta: Kanisius.

Srisasi, G. (2006). Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soedarto. (1993). Atlas Helminthologi dan Protozoologi Kedokteran . Jakarta: EGC.

Sudaryanto, A. (2008). Teknologi Tepat Guna Wilayah Kepulauan. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia & United Nations Environment Programme/South China Sea Project.

Sunarjono, H. (2008). Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

The Monthly Microscopical Journal. (1871). The Anatomy of the Round-worm. Retrieved 2013, from http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2818.1871.tb02059.x/abstract


(16)

33


(1)

3

1.2 Identifikasi Masalah

• Apakah ekstrak etanol buah nanas berefek antelmintik terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.

• Apakah potensi ekstrak etanol buah nanas setara dengan pirantel pamoat sebagai antelmintik terhadap cacing Ascaris suum betina.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud Penelitian : untuk mengetahui bahan nabati yang berefek

antiparasit.

Tujuan Penelitian : untuk menilai efek antelmintik EBN terhadap Ascaris

suum secara in vitro dan membandingkan potensinya dengan pirantel pamoat.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan tentang parasitologi dan farmakologi tanaman

obat khususnya yang berefek antelmintik.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat diinformasikan ke masyarakat bahwa buah


(2)

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran

Pirantel pamoat merupakan salah satu obat cacing sintetik yang mekanisme kerjanya menyebabkan depolarisasi pada otot cacing dengan meningkatkan frekuensi impuls sehingga cacing mati dalam keadaan paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus. Mekanisme kerja lainnya dapat menghambat enzim kolinesterase sehingga kontraksi otot meningkat (Rianto, 2009).

Buah nanas mengandung enzim bromelin yang bersifat proteolitik dan dapat memecah molekul protein kompleks pada otot cacing menjadi senyawa lebih sederhana yaitu ikatan peptida dan asam amino. Selain itu juga enzim bromelin dapat sebagai antiinflamasi, membantu melunakkan makanan di lambung sehingga cacing mudah keluar (Sunarjono, 2008).

1.5.2 Hipotesis

Ekstrak etanol buah nanas berefek antelmintik terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.

• Potensi ekstrak etanol buah nanas setara dengan pirantel pamoat


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol buah nanas berefek antelmintik terhadap Ascaris suum betina secara in vitro.

• Potensi ekstrak etanol buah nanas tidak setara dengan pirantel pamoat sebagai antelmintik terhadap cacing Ascaris suum betina.

5.2 Saran

Penelitian tentang efek antelmintik terhadap cacing Ascaris suum betina secara in vitro perlu dilanjutkan dengan

Uji aktivitas secara in vivo.

• Menggunakan konsentrasi ekstrak buah nanas dengan dosis yang lebih tinggi.

• Menggunakan nanas varietas lain.


(4)

Ananas Fruit Health Benefits Of Pineapple Urdu Pakistan Picture. (2005).

Kandungan Kimia Nanas. Retrieved from

http://www.picstopin.com/625/ananas-fruit-health-benefits-of-pineapple-

urdu-pakistan/http:%7C%7Cwww*urdumania*com%7Cwp-content%7Cuploads%7C2011%7C06%7Cpineapple-health-benefits*jpg/ Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika.

Arfaneisya. (2006). Siklus hidup ascaris. Retrieved 2013, from Siklus hidup ascaris : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-arfaneisya-5326-2-bab2.pdf

Balqis, U. (2008). Purifikasi dan Karakterisasi Protease dari Ekskretori/Sekretori Stadium L3 Ascaridia galli dan Pengaruhnya terhadap Pertahanan dan Gambaran Histopatologi Usus Halus Ayam Petelur.

Bariah. (2001). Efek Anthelmintik Biji Pepaya (Carica Papaya) terhadap Ultrastruktur Telur Ascaris Lumbricoides.

Behrmen, R. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dalimarta, S. (2009). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. (2009). Farmakologi dan Terapi

(5th ed.). Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Retrieved April 25, 2013, from http://www.pppl.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1989). Materia Medika Indonesia. Jakarta.

Ellyfas, K., Suprobowati, O. D., & SSBU, D. (2012). Pengaruh Pembuatan Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr.) terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Analis Kesehatan Sains , 62-67.

G. Pierkarski. (1989). Medical Parasitology. London: Chapman & Hall.

Garcia, L. S., & Bruckner, D. A. (1993). Diagnostik Parasitologi Kedokteran. (D. L. Padamasutra, Ed.) Washington: EGC.


(5)

32

Hanafiah, Kemas Ali. (2005). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rajawali pers.

Irianto, K. (2013). Parasitologi Medis. Jakarta: Alfabeta.

Kasahara. (1995). Indeks Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia. Jakarta: PT.Eisai Indonesia.

Lee, D. (2002). The Biology of Nematodes. USA: Taylor and Francis.

Mahmudah, T. R. (2010). Efek Antihelmintik Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) terhadap Ascaris suum Goeze in vitro.

Mardiana, Djarismawati. (2008). Prevalensi Cacing Usus pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan , 7, 769-774.

Parasites - Ascariasis. (2013, 1 10). Retrieved from Centers of Disease Control and prevention: http://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/

Rasmaliah. (2001). Ascaris dan Cara Penanggulangan. Retrieved juni 6, 2013, from http://library.usu.ac.id/download/FKM/FKM-rasmaliah.pdf.

Rudrappa, U. (n.d.). nutrition facts . Retrieved 2013, from https://www.google.com/#q=nutrition+fact+pineaplle

Rukmana, R. (2000). Nanas Budidaya dan Pascapanen. Jakarta: Kanisius.

Srisasi, G. (2006). Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soedarto. (1993). Atlas Helminthologi dan Protozoologi Kedokteran . Jakarta: EGC.

Sudaryanto, A. (2008). Teknologi Tepat Guna Wilayah Kepulauan. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia & United Nations Environment Programme/South China Sea Project.

Sunarjono, H. (2008). Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.

The Monthly Microscopical Journal. (1871). The Anatomy of the Round-worm. Retrieved 2013, from http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2818.1871.tb02059.x/abstract


(6)