Efek Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Pare ( Momordica charantia L.) Terhadap Cacing Ascaris suum Betina Secara In Vitro.

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP CACING Ascaris suum BETINA

SECARA IN VITRO

Maria Y. N, 2011; Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr, M.Sc Pembimbing II: Rosnaeni, dra, Apth

Pengobatan askariasis selain dengan menjaga kebersihan lingkungan, dapat pula dilakukan dengan farmakoterapi menggunakkan obat sintetis maupun obat tradisional sebagai alternatif, salah satunya adalah daun pare (Momordica charantia L.). Tujuan penelitian untuk menilai efek antelmintik ekstrak etanol daun pare (EEDP) terhadap cacing Ascaris suum in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan, memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah dengan menghitung jumlah cacing yang paralisis / mati setelah diberi EEDP 10%, 20%, 40%, NaCl 0.9% (kontrol) dan Pirantel pamoat (pembanding) setelah diinkubasi dalam suhu 37oC selama 3 jam. Analisis data persentase jumlah cacing paralisis / mati dengan ANAVA, dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α = 0.05

menggunakan piranti lunak komputer. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai

p < 0.05. Hasil penelitian persentase jumlah cacing yang paralisis / mati dengan

pemberian EEDP 10%, 20%, dan 40% yang diinkubasi 3 jam berturut-turut 75.33, 82.67 dan 88.00 berbeda sangat bermakna dengan kelompok yang diberi NaCl 0.9% (p < 0.01). Simpulan dari penelitian ini Esktrak etanol daun pare berefek antelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro.


(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

ANTHELMINTIC EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF PARE LEAF (Momordica charatia L.) AGAINST FEMALE Ascaris suum WORM IN VITRO

Maria Y. N, 2011; Tutor I : Rita Tjokropranoto, dr, M.Sc Tutor II: Rosnaeni, dra, Apth

Ascariasis could be treated by maintaining environment sanitary, as well as pharmacotherapy using synthetic drugs or traditional medicine as alternative, one of them is pare leaf (Momordica charantia L.). The aim of this research is to know the anthelmintic effect of ethanol extract of pare leaf (EEPL) on Ascaris suum in vitro. This research is a real experimental, using the complete randomized design (CRD), comparative test. Measured data is the numbers of paralyzed / dead worms after treated with EEPL 10%,20%,40%, NaCl0,9% (control), and Pyrantel pamoate (comparator) and incubated in 37o C for 3 hours. Numbers of paralyzed / dead worms was analyzed with ANOVA method, continued by Tukey HSD with α = 0.05

using computer program. Significant result is based on p < 0.05. Result from observed paralyzed / dead worms after treated with EEPL 10%, 20%, and 40% which have been incubated for 3 hours in a row 75.33, 82.67 dan 88.00. This result have a very significant difference compared to group treated with NaCl 0.9% (p < 0.01). In conclusion, ethanol extract of pare leaf has an anthelmintic effect againts Ascaris suum in vitro.


(3)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 4

1.7 Metodologi Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ascaris sp. ... 6

2.2 Ascaris lumbricoides ... 6

2.2.1 Taksonomi ... 6

2.2.2 Morfologi Luar Cacing Ascaris lumbricoides Dewasa .. 7

2.2.3 Morfologi Dalam Cacing Ascaris lumbricoides Dewasa .8 2.2.3.1 Dinding Tubuh ... 8


(4)

viii

Universitas Kristen Maranatha

2.2.3.2 Kavitas Tubuh atau Pseudocoel ... 9

2.2.3.3 Sistim Pencernaan ... 9

2.2.3.4 Sistim Syaraf ... 9

2.2.3.5 Sistim Reproduksi ... 9

2.2.3.6 Sistim Ekskresi ... 11

2.2.4 Larva Ascaris lumbricoides ... 11

2.2.5 Telur Ascaris lumbricoides ... 11

2.2.6 Siklus Hidup Ascaris lumbricoides ... 13

2.3 Askariasis ... 15

2.3.1 Epidemiologi ... 15

2.3.2 Aspek Klinis Ascaris lumbricoides ... 16

2.3.3 Diagnosis Askariasis ... 17

2.3.4 Pencegahan Askariasis ... 18

2.3.5 Pengobatan Askariasis ... 18

2.3.5.1 Mebendazol ... 19

2.3.5.2 Pirantel Pamoat ... 19

2.3.5.3 Levamisol Hidroklorida ... 20

2.3.5.4 Piperazin ... 21

2.3.6 Diagnosis Banding ... 22

2.3.7 Komplikasi ... 22

2.3.8 Prognosis ... 22

2.4 Pare ... 23

2.4.1 Taksonomi ... 24

2.4.2 Nama Daerah ... 25

2.3.3 Kandungan Gizi dan Kimia Daun Pare ... 25

2.3.3.1 Kandungan Gizi ... 25

2.3.3.2 Kandungan Kimia ... 26


(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha BAB III. BAHAN, SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan / Alat dan Metode Penelitian ... 27

3.1.1 Bahan Penelitian ... 27

3.1.2 Subjek Penelitian ... 27

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.2.1 Desain Penelitian ... 28

3.2.2 Variabel Penelitian ... 28

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 28

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 29

3.3.3 Penentuan Besar Sampel Penelitian ... 29

3.3.4 Prosedur Kerja ... 30

3.3.5 Metode Analisis ... 31

3.3.6 Hipotesis Statistik ... 31

3.3.7 Kriteria Uji ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.2 Pembahasan ... 35

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 36

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN 1 ... 42

LAMPIRAN 2 ... 43


(6)

x

Universitas Kristen Maranatha


(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha Daftar Gambar

Gambar 2.1 Ascaris lumbricoides Jantan dan Betina ... 7

Gambar 2.2 Telur Ascaris lumbricoides yang dibuahi (fertil) ... 12

Gambar 2.3 Telur Ascaris lumbricoides yang mengalami dekortikasi ... 12

Gambar 2.4 Ascaris lumbricoides yang tidak dibuahi (infertil) ... 13

Gambar 2.5 Siklus Hidup Ascaris lumbricoides ... 14


(8)

xii

Universitas Kristen Maranatha Daftar Tabel

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Cacing Hidup, Patalisis / Mati Pada 3 Jam ... 32 Tabel 4.2 Hasil ANAVA Rerata Persentase Jumlah Cacing

Ascaris suum yang Paralisis / Mati Setelah Diinkubasi 3 Jam . 33

Tabel 4.3 Hasil Uji Beda Rerata Tukey HSD Jumlah Cacing yang Paralisis / Mati Setelah Diikubasi Selama 3 Jam ... 34


(9)

xiii

Universitas Kristen Maranatha Daftar Lampiran

Lampiran 1 Perhitungan Konsentrasi Bahan Uji ... 42 Lampiran 2 Analisis Statistik Efek Antelmintik Ekstrak Etanol

Daun Pare ... 43 Lampiran 3 Foto Alat dan Bahan ... 47


(10)

42

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 1

Perhitungan Konsentrasi Bahan Uji

Ekstrak didapatkan dari Pabrik Jamu X di Semarang

Ekstrak Etanol Daun Pare 10% = 40 gram ekstrak etanol daun pare + 400 ml aquadest

Ekstrak Etanol Daun Pare 20% = 80 gram ekstrak etanol daun pare + 400 ml aquadest

Ekstrak Etanol Daun Pare 40% = 160 gram ekstrak etanol daun pare + 400 ml aquadest


(11)

(12)

43

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 2

Hasil Jumlah Cacing yang Hidup dan Paralisis / Mati Setelah Diinkubasi Selama 3 Jam dan 24 Jam

Dosis Masa Inkubasi

Hidup Paralisis / Mati

Ekstrak Etanol Daun Pare 10% 2 28

6 24

8 22

12 18

9 21

Ekstrak Etanol Daun Pare 20% 2 28

3 27

9 21

6 24

6 24

Ekstrak Etanol Daun Pare 40% 2 28

3 27

5 25

2 28

6 24

NaCl 0.9% sebagai Kontrol 30 0

30 0

30 0

30 0

30 0

Pirantel Pamoat 20% sebagai Pembanding 0 30

0 30

0 30

0 30


(13)

48

Universitas Kristen Maranatha Analisis Statistik Efek Antelmintik Ekstrak Etanol Daun Pare

Persentase Jumlah Cacing Ascaris suum Paralisis / Mati

Descriptives persentase cacing mati

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

EEDP 10% 5 75.33 12.38 5.54 59.96 90.71 60.00 93.33 EEDP 20% 5 82.00 9.60 4.29 70.08 93.92 70.00 93.33 EEDP 40% 5 88.00 6.06 2.71 80.48 95.52 80.00 93.33

kontrol 5 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

pembanding 5 98.67 1.82 .82 96.40 100.93 96.67 100.00 Total 25 68.80 36.63 7.32 53.68 83.92 .00 100.00 Hasil Uji Statistik ANAVA

ANAVA persentase cacing paralisis / mati

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 31055.11 4 7763.78 135.94 .00

Within Groups 1142.22 20 57.11


(14)

49

Universitas Kristen Maranatha Hasil Uji Tukey HSD

Multiple Comparisons persentase cacing paralisis / mati

Tukey HSD (I) kelompok perlakuan (J) kelompok perlakuan Mean Difference (I-J) Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

EEDP 10% EEDP 20% -6.67 4.78 .638 -20.97 7.64

EEDP 40% -12.67 4.78 .098 -26.97 1.64

kontrol 75.33* 4.78 .000 61.03 89.64

pembanding -23.33* 4.78 .001 -37.64 -9.03

EEDP 20% EEDP 10% 6.67 4.78 .638 -7.64 20.97

EEDP 40% -6.00 4.78 .720 -20.30 8.30

kontrol 82.00* 4.78 .000 67.70 96.30

pembanding -16.67* 4.78 .018 -30.97 -2.36

EEDP 40% EEDP 10% 12.67 4.78 .098 -1.64 26.97

EEDP 20% 6.00 4.78 .720 -8.30 20.30

kontrol 88.00* 4.78 .000 73.70 102.30

pembanding -10.67 4.78 .209 -24.97 3.63 kontrol EEDP 10% -75.33* 4.78 .000 -89.64 -61.03

EEDP 20% -82.00* 4.78 .000 -96.30 -67.70 EEDP 40% -88.00* 4.78 .000 -102.30 -73.70 pembanding -98.67* 4.78 .000 -112.97 -84.36

pembanding EEDP 10% 23.33* 4.78 .001 9.03 37.64

EEDP 20% 16.67* 4.78 .018 2.36 30.97

EEDP 40% 10.67 4.78 .209 -3.64 24.97

kontrol 98.67* 4.78 .000 84.36 112.97


(15)

48

Universitas Kristen Maranatha Homogenous Subsets

persentase cacing mati Tukey HSDa

kelompok

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

kontrol 5 .00

EEDP 10% 5 75.33

EEDP 20% 5 82.00

EEDP 40% 5 88.00 88.00

pembanding 5 98.67

Sig. 1.00 .10 .21

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


(16)

49

Universitas Kristen Maranatha Lampiran 3

Foto Ekstrak Etanol Daun Pare


(17)

48

Universitas Kristen Maranatha Foto Bahan Percobaan


(18)

49

Universitas Kristen Maranatha

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maria Yessica Nathania

Nomor Pokok Mahasiswa : 0810036

Tempat dan tanggal lahir : Semarang, 9 September 1990 Alamat : Jln. Kuala Mas XII/560, Semarang Riwayat Pendidikan :

1996-2002 : SD Regina Pacis, Semarang 2002-2005 : SMP Maria Mediatrix, Semarang 2005-2008 : SMU Sedes Sapientiae, Semarang

2008- sekarang : Mahasiswi Fakultas Kedokteran Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung


(19)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Askaris lumbricoides menyebabkan Askariasis yang merupakan salah satu

infestasi cacing yang paling sering ditemukan di dunia. Kasus askariasis diperkirakan lebih dari 600.000.000 di dunia. Hasil survei pada tahun 2002 - 2003 pada 40 SD di

10 provinsi menunjukkan prevalensi berkisar antara 2.2 - 96.3% (Siti Fadilah Supari, 2006).

Askariasis lebih sering terjadi anak-anak, hal ini disebabkan oleh sanitasi yang buruk dan anak-anak lebih sering berhubungan dengan tanah yang merupakan tempat berkembangnya telur Ascaris lumbricoides. Sanitasi yang jelek mempermudah penyebaran infeksi cacing Ascaris lumbricoides (Kus Irianto, 2009). Infestasi cacing yang cukup banyak dalam usus manusia dapat menimbulkan keadaan kurang gizi. Sebagai contoh, 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa di dalam usus manusia mampu mengkonsumsi karbohidrat sebanyak 2.8 gram dan protein 0.7 gram setiap hari (Rasmaliah, 2007).

Askariasis mempengaruhi pemasukan, pencernaan, penyerapan dan metabolisme makanan. Secara kumulatif hal ini dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan, produktivitas kerja dan dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit (Siti Fadilah Supari, 2006).

Pencegahan askariasis selain harus menjaga kebersihan lingkungan dan pengobatannya dapat dilakukan dengan menggunakkan obat sintetis maupun obat tradisional. Obat tradisional yang secara empiris digunakan untuk mengobati

cacingan (askariasis) salah satunya adalah daun pare yang dalam bahasa latin disebut

Momordica charantia L. (Gunawan D dkk, 2001). Obat tradisional adalah bahan atau


(20)

2

Universitas Kristen Maranatha sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat (UU Kesehatan no. 36, 2009)

Daun pare sebagai obat cacing di masyarakat diramu dengan cara yang sangat sederhana, yaitu dengan cara ditumbuk dan diseduh dengan air panas, kemudian air seduhannya diminum (Gunawan D dkk, 2001). Penelitian efek antelmintik ekstrak etanol daun pare terhadap askariasis dengan menggunakan cacing Ascaridia galli pada ayam secara in vitro sudah dilakukan oleh Ignatia K. Anita Setu (2001). Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan ekstrak etanol daun pare berefek antelmintik terhadap Ascaridia galli in vitro. Berdasarkan hal tersebut, akan dilakukan penelitian efek antelmintik ekstrak etanol daun pare terhadap nematoda jenis lain, yaitu Ascaris

suum. Salah satu kandungan zat aktif dalam daun pare adalah triterpenoid glycoside

Rashmi et al, 2001) yang larut dalam alkohol (N. M. Puspawati, 2008), oleh karena itu dalam penelitian ini akan digunakan ekstrak etanol daun pare.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

Apakah esktrak etanol daun pare (Momordica carantia L.) berefek antelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud Penelitian


(21)

3

Universitas Kristen Maranatha Tujuan Penelitian

Untuk menilai efek ekstrak etanol daun pare sebagai antelmintik terhadap Ascaris

suum secara in vitro.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Untuk menambah pengetahuan farmakologi tanaman obat khususnya daun pare sebagai antelmintik.

Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang khasiat ekstrak etanol daun pare sebagai pengobatan alternatif / tambahan terhadap penyakit cacingan yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides.

1.5Kerangka Pemikiran

Obat cacing sintesis yang umum digunakan antara lain: Mebendazol, Pirantel Pamoat, Levamisol Hidroklorida, dan Piperazin Sitrat. Mekanisme kerja obat cacing sintetis tersebut umumnya dengan cara mengganggu sistim syaraf cacing sehingga cacing mengalami paralisis / mati. Pirantel Pamoat dalam penelitian ini digunakan sebagai kontrol pembanding. Mekanisme kerja dari Piratel Pamoat adalah menyebabkan depolarisasi dan menambah frekuensi impuls sehingga cacing akan mati dalam keadaan spastis (Sukarno Sukarban dan Sardjono O. Santoso, 2005). Daun pare mengandung zat-zat aktif antara lain zat pahit (tipe kukurbitasin suatu


(22)

4

Universitas Kristen Maranatha (Gunawan D dkk, 2001). Saponin, tanin, flavonoid dan triterpene glycoside memiliki efek antelmintik (Ignatia K. Anita Setu, 2001; Rashmi et al, 2011). Saponin dapat mengiritasi membran mukosa saluran pencernaan cacing sehingga penyerapan zat-zat makanan terganggu (Mills and Bone, 2000). Tanin dapat mengganggu interferensi energi dalam tubuh cacing dengan memecah fosforilasi oksidasi dan mampu mengikat protein bebas pada traktus intestinal cacing sehingga menyebabkan kematian cacing (Dilworth et al, 2008). Flavonoid dapat menyebabkan terjadinya degenerasi neuron pada tubuh cacing yang berakhir dengan kematian (Meng et al, 2010). Triterpene glycosides dilaporkan memiiki efek entelmintik yang kuat (Rashmi et al, 2011) dengan mekanisme kerja yang mirip dengan pirantel pamoat, yaitu dengan menyebabkan terjadinya peningkatan depolarisasi dan impuls saraf yang berlebihan (Peter, 2008). Dengan adanya senyawa-senyawa tersebut, maka diduga daun pare dapat mengakibatkan cacing paralisis / mati.

1.6Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) berefek antelmintik terhadap

Ascaris suum secara in vitro.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan, memakai Rancang Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Metode uji yang digunakan adalah aktivitas anti askariasis secara in vitro. Data yang diukur adalah dengan menghitung jumlah cacing yang paralisis / mati setelah diberi ekstrak etanol daun pare dan diinkubasi selama 3 jam.


(23)

5

Universitas Kristen Maranatha Analisis data untuk persentase jumlah cacing yang paralisis / mati dilakukan dengan ANAVA. Apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α = 0.05 menggunakan piranti lunak komputer. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0.05.


(24)

38

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) berefek antelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro.

5.2 Saran

Penelitian tentang efek antelmintik ekstrak etanol daun pare terhadap cacing

Ascaris suum secara in vitro perlu dilanjutkan dengan:

 Mencari dosis efektif minimal

Menguji efeknya terhadap Ascaris suum jantan

Menguji efeknya terhadap nematoda lain seperti Ascaris lumbricoides Melakukan penelitian lanjutan secara in vivo


(25)

39

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor: 36 tahun 2009 tentang

kesehatan.

Bhamrah H.S., Kavita Juneja. 2001. An Introduction to Helminthes. New Delhi: Kumar for Anmol Publication. p. 152-169

Bhattacharyya Tanusree, Santra Amal, Majumder Debendra N. Guha, Chatterjee Bishnu P. 2001. Possible approach for serodiagnosis of ascariasis by evaluation of immunoglobulin G4 response using Ascaris lumbricoides somatic antigen.

Journal of Clinical Microbiology. Vol 39 (8). Washington DC, USA: American

Society of Microbiology. p. 2991-2994

Brown Harold W. 1983. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: Gramedia. hal. 211 Dilworth M. J, James Euan K, Sprent Janet I, Newton William E. 2008. Nitrogen –

Fixing Leguminous Symbioses. Dordrecht, Netherland: Springer. p. 371

Djaenudin Natadisastra, Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari

Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. hal. 73-78

Dugdale David C. 2010. Ascariasis.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000628.htm. 22 Juni 2010 Ghaffar Abdul. 2010. Parasitology Chapter Four Nematodes (Round Worms).

http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/nematodes.htm. 15 April 2010

Gunawan D, Sudarsono, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo. 2001. Tumbuhan Obat

2: Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan Penggunaan. Yogyakarta: PPOT UGM.

hal. 119-121

Ignatia K. Anita Setu. 2001. Daya antelmintik ekstrak etanol daun pare (Momordica

charantia L.) terhadap cacing Ascaridia galli Schrank in vitro. Yogyakarta:

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. hal. 46-54

Johnny Rita Hutapea. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal 229-230

Kus Irianto. 2009. Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan


(26)

40

Universitas Kristen Maranatha

Kotpal R.L. 2010. Modern Text Book of Zoology Invertebrales.

New Delhi, India: Rastogi Publication. p. 386-401

Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. 2009.

http://dpd.cdc.gov/dpdx/html/Ascariasis.htm

Mehlhorm Heinz. 2011. Nature Helps : How Plants and Other Organism Contribute

to Solve Health. Berlin, German : Spinger-Verlag. p. 32

Meng Xiaoyun, Munishkina Larissa A, Fink Anthony L, Uversky Vladimir N. 2010.

Effects of various flavonoids on the α-synuclein fibrillation process. Parkinson’s

Disease. Cairo, Egypt: Hindawi Publishing Corporation. Vol: 2010. p. 13

Mills S., Bone K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal

Medicine. Edinburgh, England: Churchill Livingstone. p. 45

N. M. Puspawati. 2008. Isolation and Identification os Momordicin I from Leaves Extract of Momordica charantia L. Jurnal Kimia. Bali, Jimbaran: Department of Chemistry Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of Udayana. Vol 2 (1). p. 53-56

Palmer P. E. S, Reeder M. M. 2001. The Imaging of Tropical Diseases with

Epidemiological, Pathological and Clinical Correlation. Berlin, German:

Springer-Verlag. p. 18-20

Peter Karlovsky. 2008. Secondary Metabolites in Soil Ecology. Heidelberg, Germany: Springer. p. 215

Rashmi V. Trivedi, Kamlesh J. Wadher, Jayashri B. Taksande, Milind J. Umekar. 2011. Bitter melon: a bitter body with sweet soul. International Journal of

Research in Ayuverda and Pharmacy. New Delhi, India: IJRAP. Vol 2 (2).

p. 443-447

Rasmaliah. 2007. Askariasis sebagai penyakit cacing yang perlu diingat kembali. Info

Kesehatan Masyarakat. ISSN: 1410-6434. Vol 11 (1). Medan: Universitas

Sumatra Utara. hal. 82-85

Siti Fadilah Supari. 2006. Pedoman pengendalian cacingan. Lampiran Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor:z 424/MENKES/SK/VI/2006

Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius. hal. 134-135


(27)

41

Universitas Kristen Maranatha Sri Suryawati, Budianto Santoso. 1993. Antelmintik. Penapisan Farmakologi

Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Kelompok Kerja Ilmiah

PHYTO MEDICA. hal. 8

Sukarno Sukarban, Sardjono O. Santoso. 2005. Antelmintik. Dalam: Farmakologi

dan Terapi: Jilid 2. Jakarta: Gaya Baru. hal. 523-536

T. H Rampengan, I. R Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Jakarta: EGC. hal. 216-222

Tati S. S. Subahar, Tim Lentera. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare si Pahit Pembasmi

Penyakit. Depok: PT Agro Media Pustaka. hal. 9-10

Taylor L. 2002. Technical Data Report from Bitter Melon (Momordica charantia). Austin: Sage press. p. 1-18


(1)

4

Universitas Kristen Maranatha (Gunawan D dkk, 2001). Saponin, tanin, flavonoid dan triterpene glycoside memiliki efek antelmintik (Ignatia K. Anita Setu, 2001; Rashmi et al, 2011). Saponin dapat mengiritasi membran mukosa saluran pencernaan cacing sehingga penyerapan zat-zat makanan terganggu (Mills and Bone, 2000). Tanin dapat mengganggu interferensi energi dalam tubuh cacing dengan memecah fosforilasi oksidasi dan mampu mengikat protein bebas pada traktus intestinal cacing sehingga menyebabkan kematian cacing (Dilworth et al, 2008). Flavonoid dapat menyebabkan terjadinya degenerasi neuron pada tubuh cacing yang berakhir dengan kematian (Meng et al, 2010). Triterpene glycosides dilaporkan memiiki efek entelmintik yang kuat (Rashmi et al, 2011) dengan mekanisme kerja yang mirip dengan pirantel pamoat, yaitu dengan menyebabkan terjadinya peningkatan depolarisasi dan impuls saraf yang berlebihan (Peter, 2008). Dengan adanya senyawa-senyawa tersebut, maka diduga daun pare dapat mengakibatkan cacing paralisis / mati.

1.6Hipotesis Penelitian

Ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) berefek antelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro.

1.7Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental sungguhan, memakai Rancang Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Metode uji yang digunakan adalah aktivitas anti askariasis secara in vitro. Data yang diukur adalah dengan menghitung jumlah cacing yang paralisis / mati setelah diberi ekstrak etanol daun pare dan diinkubasi selama 3 jam.


(2)

5

Universitas Kristen Maranatha Analisis data untuk persentase jumlah cacing yang paralisis / mati dilakukan dengan ANAVA. Apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α = 0.05 menggunakan piranti lunak komputer. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0.05.


(3)

38

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) berefek antelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro.

5.2 Saran

Penelitian tentang efek antelmintik ekstrak etanol daun pare terhadap cacing Ascaris suum secara in vitro perlu dilanjutkan dengan:

 Mencari dosis efektif minimal

Menguji efeknya terhadap Ascaris suum jantan

Menguji efeknya terhadap nematoda lain seperti Ascaris lumbricoides Melakukan penelitian lanjutan secara in vivo


(4)

39

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor: 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Bhamrah H.S., Kavita Juneja. 2001. An Introduction to Helminthes. New Delhi: Kumar for Anmol Publication. p. 152-169

Bhattacharyya Tanusree, Santra Amal, Majumder Debendra N. Guha, Chatterjee Bishnu P. 2001. Possible approach for serodiagnosis of ascariasis by evaluation of immunoglobulin G4 response using Ascaris lumbricoides somatic antigen. Journal of Clinical Microbiology. Vol 39 (8). Washington DC, USA: American Society of Microbiology. p. 2991-2994

Brown Harold W. 1983. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: Gramedia. hal. 211

Dilworth M. J, James Euan K, Sprent Janet I, Newton William E. 2008. Nitrogen – Fixing Leguminous Symbioses. Dordrecht, Netherland: Springer. p. 371

Djaenudin Natadisastra, Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC. hal. 73-78

Dugdale David C. 2010. Ascariasis.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000628.htm. 22 Juni 2010 Ghaffar Abdul. 2010. Parasitology Chapter Four Nematodes (Round Worms).

http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/nematodes.htm. 15 April 2010

Gunawan D, Sudarsono, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo. 2001. Tumbuhan Obat 2: Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan Penggunaan. Yogyakarta: PPOT UGM. hal. 119-121

Ignatia K. Anita Setu. 2001. Daya antelmintik ekstrak etanol daun pare (Momordica charantia L.) terhadap cacing Ascaridia galli Schrank in vitro. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. hal. 46-54

Johnny Rita Hutapea. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal 229-230

Kus Irianto. 2009. Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung: Yrama Widya. p. 67-71


(5)

40

Universitas Kristen Maranatha

Kotpal R.L. 2010. Modern Text Book of Zoology Invertebrales. New Delhi, India: Rastogi Publication. p. 386-401

Laboratory Identification of Parasites of Public Health Concern. 2009. http://dpd.cdc.gov/dpdx/html/Ascariasis.htm

Mehlhorm Heinz. 2011. Nature Helps : How Plants and Other Organism Contribute to Solve Health. Berlin, German : Spinger-Verlag. p. 32

Meng Xiaoyun, Munishkina Larissa A, Fink Anthony L, Uversky Vladimir N. 2010. Effects of various flavonoids on the α-synuclein fibrillation process. Parkinson’s Disease. Cairo, Egypt: Hindawi Publishing Corporation. Vol: 2010. p. 13

Mills S., Bone K. 2000. Principles and Practice of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. Edinburgh, England: Churchill Livingstone. p. 45

N. M. Puspawati. 2008. Isolation and Identification os Momordicin I from Leaves Extract of Momordica charantia L. Jurnal Kimia. Bali, Jimbaran: Department of Chemistry Faculty of Mathematics and Natural Sciences University of Udayana. Vol 2 (1). p. 53-56

Palmer P. E. S, Reeder M. M. 2001. The Imaging of Tropical Diseases with Epidemiological, Pathological and Clinical Correlation. Berlin, German: Springer-Verlag. p. 18-20

Peter Karlovsky. 2008. Secondary Metabolites in Soil Ecology. Heidelberg, Germany: Springer. p. 215

Rashmi V. Trivedi, Kamlesh J. Wadher, Jayashri B. Taksande, Milind J. Umekar. 2011. Bitter melon: a bitter body with sweet soul. International Journal of Research in Ayuverda and Pharmacy. New Delhi, India: IJRAP. Vol 2 (2). p. 443-447

Rasmaliah. 2007. Askariasis sebagai penyakit cacing yang perlu diingat kembali. Info Kesehatan Masyarakat. ISSN: 1410-6434. Vol 11 (1). Medan: Universitas Sumatra Utara. hal. 82-85

Siti Fadilah Supari. 2006. Pedoman pengendalian cacingan. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:z 424/MENKES/SK/VI/2006

Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius. hal. 134-135


(6)

41

Universitas Kristen Maranatha Sri Suryawati, Budianto Santoso. 1993. Antelmintik. Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Kelompok Kerja Ilmiah PHYTO MEDICA. hal. 8

Sukarno Sukarban, Sardjono O. Santoso. 2005. Antelmintik. Dalam: Farmakologi dan Terapi: Jilid 2. Jakarta: Gaya Baru. hal. 523-536

T. H Rampengan, I. R Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Jakarta: EGC. hal. 216-222

Tati S. S. Subahar, Tim Lentera. 2004. Khasiat dan Manfaat Pare si Pahit Pembasmi Penyakit. Depok: PT Agro Media Pustaka. hal. 9-10

Taylor L. 2002. Technical Data Report from Bitter Melon (Momordica charantia). Austin: Sage press. p. 1-18