PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS KELAS VIII MTS AMALIYAH TANJUNG TIGA TAHUN AJARAN 2012/2013.
PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN
KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS
KELAS VIII MTs AMALIYAH TANJUNG TIGA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
Neni Maryuni
NIM. 409411031
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil
Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
dan konvensional pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah
Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini
sejak rencana penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan pada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Drs. Syafari,
M.Pd, dan Bapak Drs. J. Ambarita, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan, beserta jajarannya. Bapak Prof. Dr. Dian Armanto, M.Sc, Ph.D selaku
dosen pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan
saran selama perkuliahan berlangsung. Bapak Drs. Syafari, M.Pd sebagai Ketua
Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, MS sebagai Ketua Prodi Pendidikan
Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmunya
kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc.,
Ph.D selaku Dekan FMIPA berserta jajarannya dan seluruh staf pegawai
UNIMED. Bapak Syaherudin S.Ag, M.Pd dan Ibu Sri Kusmini, S.Pd selaku
Kepala Sekolah dan Guru Matematika MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
v
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Marsan dan Ibunda Parinem yang terus memberikan motivasi dan doa demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku
Sutarman, Marianto, Sri Cahyati dan Didi Gunawan yang juga selalu memberikan
dukungan dan motivasi.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat
terbaik penulis (Siti Khadijah, Nurhasanah, Laila Sitta, Nafitri Handayani, Oki
Oktaviani, Sri Ayuni dan Ona Putri Oktavera), kawan-kawan seperjuangan (Tiwi,
Imam, Bibi, Icong, Vira, Suri, Rika, Winda, Novi, Chadijah, Amri) serta temanteman di Keluarga Besar Matematika DIK B 2009 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada Nia, Fitri, Eva
dan teman – teman PPLT di SMA Negeri 1 Gebang dan seluruh pihak yang tidak
bisa penulis tuliskan namanya satu per satu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
iii
PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN
KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS
KELAS VIII MTs AMALIYAH TANJUNG TIGA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Neni Maryuni (NIM. 409411031)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil pembelajaran
matematika dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi
dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional pada materi prisma dan
limas kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012//2013.
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan
menggunakan pre-test and post-test group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran
2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas,
yaitu kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-A sebagai kelas
kontrol dengan masing-masing jumlah sampel 37 siswa.
Instrumen yang digunakan adalah tes (pretest dan postest). Hasil uji
reliabilitas diperoleh rhitung pretest = 0,873 dan rhitung postest = 0,903; dengan rtabel =
0,316 diperoleh pretest dan postest secara keseluruhan reliabel. Uji validitas pada
25 item soal dengan rtabel=0,316 diperoleh pada pretest terdapat 20 item valid dan
pada postest terdapat 21 item valid. Dari hasil uji coba, diambil 20 soal pretest dan
20 soal postest untuk digunakan pada penelitian.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika
siswa pada kelas eksperimen 1 adalah 82,6 dan pada kelas eksperimen 2 adalah
74,7. Dari perhitungan uji normalitas data pretest kelas eksperimen 1 diperoleh
Lhitung< Ltabel (0.0825 < 0.1457) dan data pretest kelas eksperimen 2 Lhitung< Ltabel
(0.0769 < 0.1457) sedangkan pada postest kelas eksperimen 1 diperoleh Lhitung<
Ltabel (0.1271 < 0.1457) dan kelas eksperimen 2 Lhitung< Ltabel (0.1376 < 0.1457)
sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Dari perhitungan uji homogenitas data pretest diperoleh Fhitung = 1,21 dan
Ftabel = 1,74 sedangkan pada postest diperoleh Fhitung = 1,40 dan Ftabel = 1,74
maka Fhitung< Ftabel sehingga dapat disimpulkan kedua sampel berasal dari
populasi yang homogen.
Hasil uji-t pada taraf α = 0,05 dan dk= 72 diperoleh thitung > ttabel yaitu
(3,97 > 1,668) artinya bahwa hasil pembelajaran matematika dengan model
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Diagram
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Definisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kerangka Teoritis
10
2.1.1 Pengertian Belajar
10
2.1.2 Hasil Belajar
11
2.1.3 Tes Hasil Belajar
13
2.1.4
16
Pembelajaran Matematika
2.1.5 Model Pembelajaran
18
2.1.6
21
Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.7 Pembelajaran Koopratif tipe Think Pair Share (TPS)
27
2.1.8 Pembelajaran Konvensional
29
2.1.9
31
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional
vii
2.2
Materi Prisma dan Limas
33
2.3
Teori Belajar yang Mendukung
37
2.4
Penelitian yang Relevan
39
2.5
Kerangka Konseptual
40
2.6
Hipotesis
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
43
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
43
3.2.1
Populasi Penelitian
43
3.2.2
Sampel Penelitian
43
3.3
Variabel Penelitian
43
3.4
Jenis dan Desain Penelitian
44
3.5
Prosedur Penelitian
44
3.6
Instrumen Pengumpul Data
47
3.6.1
Tes
47
3.6.1.1 Validitas Tes
47
3.6.1.2 Reabilitas Tes
48
3.6.1.3 Tingkat Kesukaran Tes
50
3.6.1.4 Daya Pembeda Tes
51
3.7
Teknik Analisis Data
53
3.7.1
Menghitung Rata-rata Skor
53
3.7.2
Menghitung Standard Deviasi
53
3.7.3
Uji Normalitas
54
3.7.4
Uji Homogenitas
54
3.7.5
Uji Hipotesis
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
57
4.1.1
Nilai Pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
57
4.1.2
Nilai Postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
58
4.2
Analisis Data Hasil Penelitian
61
4.2.1
Uji Normalitas
61
viii
4.2.2
Uji Homogenitas
62
4.2.3
Pengujian Hipotesis
62
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
63
4.4
Diskusi Penelitian
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
68
5.2
Saran
68
DAFTAR PUSTAKA
69
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Analisis Kesulitan Siswa
3
Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan konvensional
22
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
25
Tabel 2.3 Perbedaan Pedagogik kelas TPS dan kelas Konvensional
32
Tabel 3.1 Desain Penelitian
44
Tabel 3.2 Kriteria Pengukuran Validitas Tes
48
Tabel 3.3 Kriteria Pengukuran Reabilitas Tes
49
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
50
Tabel 3.5 Daya Pembeda (Ross dan Stenley)
51
Tabel 4.1 Data Pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
57
Tabel 4.2 Data Postest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
59
Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest
60
Tabel 4.4 Perhitungan data-data hasil penelitian pretest dan postest
62
Tabel 4.5 Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas
62
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kedudukan Model Pembelajaran
21
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian
46
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Data pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
58
Diagram 4.2 Data postest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
60
Diagram 4.3 Peningkatan Data dari pretest ke postest
61
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ( Kelas Eksperimen 1)
71
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ( Kelas Eksperimen 2)
76
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ( Kelas Eksperimen 2)
81
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ( Kelas Eksperimen 2)
86
Lampiran 5
Lembar Kerja Siswa I
92
Lampiran 6
Lembar Kerja Siswa II
95
Lampiran 7
Jawaban Lembar Kerja Siswa I
97
Lampiran 8
Jawaban Lembar Kerja Siswa II
100
Lampiran 9
Soal Pretest
103
Lampiran 10 Soal Postest
108
Lampiran 11 Jawaban Pretest
113
Lampiran 12 Jawaban Postest
114
Lampiran 13 Tabel Persiapan Menghitung Validitas Pretest dan Postest
115
Lampiran 14 Perhitungan Validitas Soal
119
Lampiran 15 Tabel Persiapan Menghitung Reabilitas Pretest dan Postest
123
Lampiran 16 Perhitungan Reabilitas Soal
127
Lampiran 17 Tabel Persiapan Menghitung TK Pretest dan Postest
129
Lampiran 18 Perhitungan TK Soal
133
Lampiran 19 Tabel Persiapan Menghitung DB Pretest dan Postest
135
Lampiran 20 Perhitungan DB Soal
137
Lampiran 21 Tabulasi Data Pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
139
Lampiran 22 Tabulasi Data Postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
143
Lampiran 23 Hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 daneksperimen 2
147
Lampiran 24 Perhitungan rata-rata, varians dan standard deviasi
149
Lampiran 25 Prosedur Perhitungan Uji Normalitas
153
Lampiran 26 Prosedur Perhitungan Uji Homogenitas
157
Lampiran 27 Pengujian Hipotesis
159
Lampiran 28 Lembar Observasi Guru
Lampiran 29 Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM
melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2002 (UU Sisdiknas, 2005), menyebutkan tujuan pendidikan
nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dibutuhkan proses pembelajaran
yang salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan
secara nasional, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Atas (SMA). Karena pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, sehingga
matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai ke Perguruan Tinggi. Begitu
banyak alasan yang menjadikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang
harus ada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cockrof (dalam Abdurrahman,
2009:253):
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi
dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.
Namun pada kenyataanya fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran matematika masih sangat memprihatinkan. Seperti yang dikatakan
oleh Mayasari dalam (http:/www.depdiknas. go.id) :
“Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada
tahun 2007 melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa usia 13-15
1
2
(SMP kelas VIII) di Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika
siswa internasional dan berada pada ranking ke 36 dari 48 negara. Pada
TIMSS 2007 kompetensi siswa yang diamati yaitu pengetahuan, penerapan,
dan penalaran, sedangkan materinya mencakup pokok bahasan bilangan,
aljabar, geometri, data dan peluang. Menurut analisis TIMSS 2007 rata-rata
skor matematika siswa di Indonesia untuk setiap kemampuan yang diteliti
masih berada di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional, untuk
kemampuan pengetahuan berada pada ranking ke 38, penerapan pada
ranking ke 35, dan penalaran pada ranking ke 36 dari 48 negara.
Berdasarkan analisis TIMSS di atas terlihat bahwa pembelajaran
matematika di Indonesia belum memuaskan dan masih cukup rendah. Pembelajaran
matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Banyak kendala yang
dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam
menghitung Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk
mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat
anggapan bahwa ‘Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan’.
Anggapan tersebut juga sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di
MTs Amaliyah Tanjung Tiga pada tanggal 31 Januari 2013. Observasi di mulai
dengan sesi wawancara terhadap siswa kelas IX MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
Dari 35 siswa yang ada, hanya 5 orang yang menyatakan suka terhadap mata
pelajaran matematika. Selebihnya, siswa tidak menyukai matematika dengan
alasan yang beragam, mulai dari materi yang susah dipahami, membosankan,
ribet, menyebalkan, susah konsentrasi ketika belajar matematika, sampai tidak
mengerti cara dan proses mengerjakannya.
Selanjutnya observasi dilakukan lebih dalam melalui tes. Tes yang
diberikan kepada siswa yaitu siswa diminta untuk mengerjakan lima soal yang
berhubungan dengan materi prisma dan limas. Dari tes tersebut diperoleh hasil
yang kurang memuaskan. Banyak siswa yang belum mengetahui unsur-unsur
prisma dan limas, banyak siswa yang salah perhitungan dalam mencari luas
permukaan dan volume prisma dan limas, terlebih lagi siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pada penerapan prisma dan limas dalam kehidupan
3
sehari-hari. Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang mempunyai
kesalahan yang sama dengan banyak teman lainnya.
HASIL
ANALISIS KESALAHAN
Siswa
telah
menyebutkan
ruang
nama
namun
mampu
mampu
untuk
bangun
siswa
tidak
menentukan
bidang alas, bidang atas dan sisisisi tegaknya.
Sama seperti di atas, siswa telah
mampu
menyebutkan
nama
bangun ruang namun siswa tidak
mampu untuk menentukan sisi
alas, sisi tegak, rusuk alas, rusuk
tegak dan sudut.
Tidak
paham
yang
diketahui
bagian-bagian
dalam
soal
sehingga siswa salah dalam
pengaplikasiannya
kedalam
rumus padahal rumus dari luas
permukaan prisma sudah mereka
ketahui.
Tidak paham tentang operasi
perkalian dan pembagian.
4
Tidak ada satupun siswa yang
menjawab pertanyaan nomor 5
mengenai soal penerapan prisma
dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 1.1. Analisis Kesulitan Siswa
Dari hasil observasi tersebut jelas tergambar bagaimana lemahnya
pemahaman siswa terhadap matematika, khususnya pada materi prisma dan limas.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Oleh
karena itu, diperlukan upaya-upaya perbaikan proses pembelajaran matematika.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa tentu dipengaruhi banyak faktor.
Namun secara garis besar faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah bahan ajar, strategi
dan model pembelajaran, media pendidikan serta situasi lingkungan. Berdasarkan
faktor eksternal tersebut penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Seperti yang dikatakan oleh Nurhayati
(http:/www.depdiknas.go.id) :
“Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika
peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model
pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Kenyataannya menunjukkan
selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang
bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru”.
Selanjutnya, Ruseffendi (dalam Ansari, 2009:2) mengemukakan bahwa:
“Merosotnya pemahaman matematika siswa di kelas antara lain karena: (1)
Dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana
menyelesaikan soal; (2) Siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton
guru melakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkannya
sendiri; dan (3) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan
topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal
untuk latihan”.
Kutipan-kutipan di atas juga hampir sama dengan hasil wawancara
peneliti dengan salah seorang guru matematika MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
5
Ketika ditanya bagaimana guru mengajar, ibu Sri Kusmini S.Pd mengatakan :
“Saya terangkan dulu materinya dan saya kasih contoh soal kemudian siswa saya
suruh mengerjakan latihan”.
Dari kutipan-kutipan di atas, diperoleh gambaran bahwa kegiatan
pembelajaran matematika selama ini masih bersifat teacher oriented, artinya
kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan,
dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas.
Agar pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga lebih aktif
dalam proses pembelajaran maka guru perlu memilih suatu model pembelajaran
yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat menumbuhkan
respon positif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai
dengan optimal. Oleh karena itu kreatifitas seorang guru dalam mengajar
matematika menjadi faktor yang sangat berpengaruh agar matematika menjadi
mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Kreatifitas
bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus
dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan model yang sesuai
dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi matematika itu sendiri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dicarikan formula
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman
konsep siswa serta prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Para
guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model pembelajaran
yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar matematika.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengaktifkan
siswa,
salah
satunya
adalah
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Slavin (dalam
Wina Sanjaya, 2006:242) mengatakan:
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
6
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berfikir dan kegiatan belajar”.
Selanjutnya Arends (dalam Ansari, 2009:62) juga mengungkapkan
bahwa: “pembelajaran kooperatif merupakan struktur pembelajaran yang dapat
meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan daya pikir siswa dan relatif mudah
diterapkan di kelas”.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share). Model kooperatif tipe TPS
merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpasangan dan memberi siswa
waktu lebih banyak berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lainnya.
Trianto (2009:81) mengemukakan bahwa: “TPS (Think-Pair-Share) atau
(Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS juga merupakan suatu
cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, mengembangkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah,berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui diskusi
kelompok dan presentasi. Model ini mempunyai keistimewaan yaitu peserta didik
selain bisa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri juga bisa mengembangkan
kemampuan berkelompoknya. Karena dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS)
ini siswa tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri tetapi juga terhadap
kelompoknya. Sehingga siswa aktif membantu dan mendorong semangat belajar
untuk sama-sama berhasil, dan juga aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok.
Salah satu materi pelajaran dalam matematika adalah prisma dan limas.
Prisma dan limas merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika yang
dianggap sulit oleh siswa karena kurangnya pemahaman siswa tentang konsep
perhitungan bilangan, Para siswa juga kurang paham mengenai unsur-unsur
prisma dan limas. Dalam wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 31
7
Januari 2013 kepada salah satu guru bidang studi matematika di MTs Amaliyah
Tanjung Tiga, Sri Kusmini S.Pd mengatakan bahwa:
“Prisma dan Limas merupakan materi yang di anggap sulit dipahami oleh
siswa di MTs Amaliyah Tanjung Tiga karena kurang pahamnya siswa
tentang materi bangun datar segitiga dan segiempat, hal tersebut terjadi
karena siswa kurang memahami materi prasarat. Rata-rata nilai yang
diperoleh siswa dalam mengerjakan soal prisma dan limas adalah 45.”
Hal tersebut tergambar dari hasil tes siswa ketika dilakukan observasi
hanya dapat mengerjakan rata-rata 2 soal dengan benar dari 5 soal yang diberikan
peneliti. Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu murid MTs Amaliyah
Tanjung Tiga, Sugianto mengatakan:
“Pelajaran Prisma dan Limas sangat membosankan dan membingungkan
karena banyaknya hafalan mengenai unsur-unsur dari prisma dan limas
kemudian banyak kesalahan dalam menghitung luas permukaan dan
volume dari prisma dan limas, sehingga ujian terasa sangat berat dan
nilai matematika pun menjadi rendah.”
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti materi prisma dan limas.
Dengan demikian peneliti ingin mencari tahu bagaimana hasil belajar matematika
siswa dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dan Konvensional pada
materi prisma dan limas.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil
belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dan
Konvensional sehingga peneliti mengambil judul “Perbedaan Hasil Pembelajaran
Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan
Konvensional Pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah
Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal Prisma dan Limas.
8
3. Model pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional dan
didominasi oleh guru.
4. Belum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share untuk mengaktifan siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peneliti, maka
masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada hasil
pembelajaran matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Konvensional pada Materi Prisma
dan Limas di kelas VIII MTs Swasta Amaliyah Tanjung Tiga T.A 2012/2013.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa pada materi Prisma dan
Limas dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS?
2. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa pada materi Prisma dan
Limas dengan menggunakan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah hasil pembelajaran matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional pada materi Prisma dan Limas?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa pada materi
Prisma dan Limas dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS.
2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa pada materi
Prisma dan Limas dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
9
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa yang diajar
dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional pada materi Prisma dan Limas.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi
siswa,
diharapkan
dapat
meningkatkan
hasil
pembelajaran
matematika khususnya pada materi prisma dan limas.
2. Bagi
guru, sebagai bahan pertimbangan
dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika
siswa.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar disekolah dimasa yang
akan datang.
4. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.
1.7 Defenisi Operasional
Penelitian ini berjudul Perbedaan Hasil Pembelajaran Matematika dengan
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Konvensional Pada Materi
Prisma Dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran
2012/2013
1. Hasil pembelajaran adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
yang ditempuh melalui usaha belajar secara permanen.
2. Pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) adalah suatu
pembelajaran saling bertukar pikiran secara berpasangan atau diskusi
secara berpasangan sehingga memberikan siswa waktu lebih banyak
berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh
guru sebagai pemberi pelajaran lebih banyak sehingga menciptakan situasi
dan kondisi komunikasi searah.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2002), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Adinawan, M. C. dan Sugijono, (2010), Matematika untuk SMP Kelas VIII,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Anchoto, (2009), Defenisi Karakteristik Matematika, http://aanchoto.sman.1
ampekangkek.com. Diakses tanggal 07 Januari 2013.
Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematika : Konsep dan Aplikasi, Pena,
Banda Aceh.
Arikunto,S., (2006), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Armanto, Dian, (2009), Matematika Menjadi Pelajaran Menyenangkan,
http://p4mriunimed.wordpress.com. Diakses tanggal 07 Januari 2013.
Erlangga, (2006), Artikel Pendidikan, http://www.erlangga.co.id. Diakses tanggal
07 Januari 2013.
Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Mayasari S., (2009), Efektivitas Model Pembelajaran
http://www.depdiknas.go.id. Diakses tanggal 07 Januari 2013.
Kooperatif,
Nickson, (2011), Pengertian Pembelajaran Matematika http://veynisaicha.
blogspot.com. Diakses Tanggal 07 Januari 2013.
Purwanto, (2008), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Surakarta.
Riyanto, Y., (2009), Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group,
Jakarta.
Sanjaya, Wina (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, kencana, Jakarta.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Soeriatmaja, (2006), Kegunaan Matematika, http://www.agmi.or.id. Diakses
tanggal 07 Januari 2013.
Sudjana., (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung
Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, P.T. Remaja
75
Rosdakarya, Bandung.
70
Sudrajat, Akhmad., (2007), Peranan Matematika dalam Bidang Industri,
http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses Tanggal 07 Januari 2013
Sugiyono., (2007), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Suprijono, Agus., (2009), Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Suyatno., (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka,
Sidoarjo.
TIM
MKPBM,
(2011),
Pengertian
Pembelajaran
Matematika,
http://veynisaicha.blogspot.com. Diakses Tanggal 07 Januari 2013
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Neni Maryuni dilahirkan di Telaga Jernih, pada tanggal 11 Maret 1991.
Ayah bernama Marsan dan Ibu bernama Parinem dan merupakan anak pertama
dari lima bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk SD Negeri 054919
Kacangan dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 1 Secanggang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2006, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Secanggang dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA) Universitas Negeri Medan (UNIMED) sampai sekarang.
MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN
KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS
KELAS VIII MTs AMALIYAH TANJUNG TIGA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh:
Neni Maryuni
NIM. 409411031
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil
Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
dan konvensional pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah
Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini
sejak rencana penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan pada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, Bapak Drs. Syafari,
M.Pd, dan Bapak Drs. J. Ambarita, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
Medan, beserta jajarannya. Bapak Prof. Dr. Dian Armanto, M.Sc, Ph.D selaku
dosen pembimbing akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan
saran selama perkuliahan berlangsung. Bapak Drs. Syafari, M.Pd sebagai Ketua
Jurusan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan
Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, MS sebagai Ketua Prodi Pendidikan
Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmunya
kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc.,
Ph.D selaku Dekan FMIPA berserta jajarannya dan seluruh staf pegawai
UNIMED. Bapak Syaherudin S.Ag, M.Pd dan Ibu Sri Kusmini, S.Pd selaku
Kepala Sekolah dan Guru Matematika MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
v
Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Marsan dan Ibunda Parinem yang terus memberikan motivasi dan doa demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku
Sutarman, Marianto, Sri Cahyati dan Didi Gunawan yang juga selalu memberikan
dukungan dan motivasi.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat
terbaik penulis (Siti Khadijah, Nurhasanah, Laila Sitta, Nafitri Handayani, Oki
Oktaviani, Sri Ayuni dan Ona Putri Oktavera), kawan-kawan seperjuangan (Tiwi,
Imam, Bibi, Icong, Vira, Suri, Rika, Winda, Novi, Chadijah, Amri) serta temanteman di Keluarga Besar Matematika DIK B 2009 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada Nia, Fitri, Eva
dan teman – teman PPLT di SMA Negeri 1 Gebang dan seluruh pihak yang tidak
bisa penulis tuliskan namanya satu per satu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
iii
PERBEDAAN HASIL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN
KONVENSIONAL PADA MATERI PRISMA DAN LIMAS
KELAS VIII MTs AMALIYAH TANJUNG TIGA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Neni Maryuni (NIM. 409411031)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil pembelajaran
matematika dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi
dibandingkan dengan model pembelajaran Konvensional pada materi prisma dan
limas kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012//2013.
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan
menggunakan pre-test and post-test group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran
2012/2013. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas,
yaitu kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-A sebagai kelas
kontrol dengan masing-masing jumlah sampel 37 siswa.
Instrumen yang digunakan adalah tes (pretest dan postest). Hasil uji
reliabilitas diperoleh rhitung pretest = 0,873 dan rhitung postest = 0,903; dengan rtabel =
0,316 diperoleh pretest dan postest secara keseluruhan reliabel. Uji validitas pada
25 item soal dengan rtabel=0,316 diperoleh pada pretest terdapat 20 item valid dan
pada postest terdapat 21 item valid. Dari hasil uji coba, diambil 20 soal pretest dan
20 soal postest untuk digunakan pada penelitian.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika
siswa pada kelas eksperimen 1 adalah 82,6 dan pada kelas eksperimen 2 adalah
74,7. Dari perhitungan uji normalitas data pretest kelas eksperimen 1 diperoleh
Lhitung< Ltabel (0.0825 < 0.1457) dan data pretest kelas eksperimen 2 Lhitung< Ltabel
(0.0769 < 0.1457) sedangkan pada postest kelas eksperimen 1 diperoleh Lhitung<
Ltabel (0.1271 < 0.1457) dan kelas eksperimen 2 Lhitung< Ltabel (0.1376 < 0.1457)
sehingga disimpulkan bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Dari perhitungan uji homogenitas data pretest diperoleh Fhitung = 1,21 dan
Ftabel = 1,74 sedangkan pada postest diperoleh Fhitung = 1,40 dan Ftabel = 1,74
maka Fhitung< Ftabel sehingga dapat disimpulkan kedua sampel berasal dari
populasi yang homogen.
Hasil uji-t pada taraf α = 0,05 dan dk= 72 diperoleh thitung > ttabel yaitu
(3,97 > 1,668) artinya bahwa hasil pembelajaran matematika dengan model
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih tinggi dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pengantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Diagram
xi
Daftar Lampiran
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah
7
1.3
Batasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
8
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Definisi Operasional
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kerangka Teoritis
10
2.1.1 Pengertian Belajar
10
2.1.2 Hasil Belajar
11
2.1.3 Tes Hasil Belajar
13
2.1.4
16
Pembelajaran Matematika
2.1.5 Model Pembelajaran
18
2.1.6
21
Model Pembelajaran Kooperatif
2.1.7 Pembelajaran Koopratif tipe Think Pair Share (TPS)
27
2.1.8 Pembelajaran Konvensional
29
2.1.9
31
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Konvensional
vii
2.2
Materi Prisma dan Limas
33
2.3
Teori Belajar yang Mendukung
37
2.4
Penelitian yang Relevan
39
2.5
Kerangka Konseptual
40
2.6
Hipotesis
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
43
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
43
3.2.1
Populasi Penelitian
43
3.2.2
Sampel Penelitian
43
3.3
Variabel Penelitian
43
3.4
Jenis dan Desain Penelitian
44
3.5
Prosedur Penelitian
44
3.6
Instrumen Pengumpul Data
47
3.6.1
Tes
47
3.6.1.1 Validitas Tes
47
3.6.1.2 Reabilitas Tes
48
3.6.1.3 Tingkat Kesukaran Tes
50
3.6.1.4 Daya Pembeda Tes
51
3.7
Teknik Analisis Data
53
3.7.1
Menghitung Rata-rata Skor
53
3.7.2
Menghitung Standard Deviasi
53
3.7.3
Uji Normalitas
54
3.7.4
Uji Homogenitas
54
3.7.5
Uji Hipotesis
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
57
4.1.1
Nilai Pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
57
4.1.2
Nilai Postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
58
4.2
Analisis Data Hasil Penelitian
61
4.2.1
Uji Normalitas
61
viii
4.2.2
Uji Homogenitas
62
4.2.3
Pengujian Hipotesis
62
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
63
4.4
Diskusi Penelitian
65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
68
5.2
Saran
68
DAFTAR PUSTAKA
69
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Analisis Kesulitan Siswa
3
Tabel 2.1 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan konvensional
22
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
25
Tabel 2.3 Perbedaan Pedagogik kelas TPS dan kelas Konvensional
32
Tabel 3.1 Desain Penelitian
44
Tabel 3.2 Kriteria Pengukuran Validitas Tes
48
Tabel 3.3 Kriteria Pengukuran Reabilitas Tes
49
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
50
Tabel 3.5 Daya Pembeda (Ross dan Stenley)
51
Tabel 4.1 Data Pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
57
Tabel 4.2 Data Postest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
59
Tabel 4.3 Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest
60
Tabel 4.4 Perhitungan data-data hasil penelitian pretest dan postest
62
Tabel 4.5 Ringkasan hasil perhitungan uji homogenitas
62
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kedudukan Model Pembelajaran
21
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian
46
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Data pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
58
Diagram 4.2 Data postest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2
60
Diagram 4.3 Peningkatan Data dari pretest ke postest
61
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ( Kelas Eksperimen 1)
71
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ( Kelas Eksperimen 2)
76
Lampiran 3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ( Kelas Eksperimen 2)
81
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ( Kelas Eksperimen 2)
86
Lampiran 5
Lembar Kerja Siswa I
92
Lampiran 6
Lembar Kerja Siswa II
95
Lampiran 7
Jawaban Lembar Kerja Siswa I
97
Lampiran 8
Jawaban Lembar Kerja Siswa II
100
Lampiran 9
Soal Pretest
103
Lampiran 10 Soal Postest
108
Lampiran 11 Jawaban Pretest
113
Lampiran 12 Jawaban Postest
114
Lampiran 13 Tabel Persiapan Menghitung Validitas Pretest dan Postest
115
Lampiran 14 Perhitungan Validitas Soal
119
Lampiran 15 Tabel Persiapan Menghitung Reabilitas Pretest dan Postest
123
Lampiran 16 Perhitungan Reabilitas Soal
127
Lampiran 17 Tabel Persiapan Menghitung TK Pretest dan Postest
129
Lampiran 18 Perhitungan TK Soal
133
Lampiran 19 Tabel Persiapan Menghitung DB Pretest dan Postest
135
Lampiran 20 Perhitungan DB Soal
137
Lampiran 21 Tabulasi Data Pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
139
Lampiran 22 Tabulasi Data Postest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
143
Lampiran 23 Hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 daneksperimen 2
147
Lampiran 24 Perhitungan rata-rata, varians dan standard deviasi
149
Lampiran 25 Prosedur Perhitungan Uji Normalitas
153
Lampiran 26 Prosedur Perhitungan Uji Homogenitas
157
Lampiran 27 Pengujian Hipotesis
159
Lampiran 28 Lembar Observasi Guru
Lampiran 29 Dokumentasi Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM
melalui kegiatan pembelajaran. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2002 (UU Sisdiknas, 2005), menyebutkan tujuan pendidikan
nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, dibutuhkan proses pembelajaran
yang salah satunya adalah pembelajaran matematika. Matematika merupakan salah
satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan
secara nasional, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah
Atas (SMA). Karena pentingnya matematika dalam kehidupan manusia, sehingga
matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai ke Perguruan Tinggi. Begitu
banyak alasan yang menjadikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang
harus ada. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Cockrof (dalam Abdurrahman,
2009:253):
“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) Selalu digunakan
dalam segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat,
singkat dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi
dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis,
ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.
Namun pada kenyataanya fakta di lapangan menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran matematika masih sangat memprihatinkan. Seperti yang dikatakan
oleh Mayasari dalam (http:/www.depdiknas. go.id) :
“Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) pada
tahun 2007 melaporkan bahwa rata-rata skor matematika siswa usia 13-15
1
2
(SMP kelas VIII) di Indonesia jauh di bawah rata-rata skor matematika
siswa internasional dan berada pada ranking ke 36 dari 48 negara. Pada
TIMSS 2007 kompetensi siswa yang diamati yaitu pengetahuan, penerapan,
dan penalaran, sedangkan materinya mencakup pokok bahasan bilangan,
aljabar, geometri, data dan peluang. Menurut analisis TIMSS 2007 rata-rata
skor matematika siswa di Indonesia untuk setiap kemampuan yang diteliti
masih berada di bawah rata-rata skor matematika siswa internasional, untuk
kemampuan pengetahuan berada pada ranking ke 38, penerapan pada
ranking ke 35, dan penalaran pada ranking ke 36 dari 48 negara.
Berdasarkan analisis TIMSS di atas terlihat bahwa pembelajaran
matematika di Indonesia belum memuaskan dan masih cukup rendah. Pembelajaran
matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Banyak kendala yang
dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam
menghitung Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk
mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat
anggapan bahwa ‘Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan’.
Anggapan tersebut juga sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan di
MTs Amaliyah Tanjung Tiga pada tanggal 31 Januari 2013. Observasi di mulai
dengan sesi wawancara terhadap siswa kelas IX MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
Dari 35 siswa yang ada, hanya 5 orang yang menyatakan suka terhadap mata
pelajaran matematika. Selebihnya, siswa tidak menyukai matematika dengan
alasan yang beragam, mulai dari materi yang susah dipahami, membosankan,
ribet, menyebalkan, susah konsentrasi ketika belajar matematika, sampai tidak
mengerti cara dan proses mengerjakannya.
Selanjutnya observasi dilakukan lebih dalam melalui tes. Tes yang
diberikan kepada siswa yaitu siswa diminta untuk mengerjakan lima soal yang
berhubungan dengan materi prisma dan limas. Dari tes tersebut diperoleh hasil
yang kurang memuaskan. Banyak siswa yang belum mengetahui unsur-unsur
prisma dan limas, banyak siswa yang salah perhitungan dalam mencari luas
permukaan dan volume prisma dan limas, terlebih lagi siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita pada penerapan prisma dan limas dalam kehidupan
3
sehari-hari. Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang mempunyai
kesalahan yang sama dengan banyak teman lainnya.
HASIL
ANALISIS KESALAHAN
Siswa
telah
menyebutkan
ruang
nama
namun
mampu
mampu
untuk
bangun
siswa
tidak
menentukan
bidang alas, bidang atas dan sisisisi tegaknya.
Sama seperti di atas, siswa telah
mampu
menyebutkan
nama
bangun ruang namun siswa tidak
mampu untuk menentukan sisi
alas, sisi tegak, rusuk alas, rusuk
tegak dan sudut.
Tidak
paham
yang
diketahui
bagian-bagian
dalam
soal
sehingga siswa salah dalam
pengaplikasiannya
kedalam
rumus padahal rumus dari luas
permukaan prisma sudah mereka
ketahui.
Tidak paham tentang operasi
perkalian dan pembagian.
4
Tidak ada satupun siswa yang
menjawab pertanyaan nomor 5
mengenai soal penerapan prisma
dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 1.1. Analisis Kesulitan Siswa
Dari hasil observasi tersebut jelas tergambar bagaimana lemahnya
pemahaman siswa terhadap matematika, khususnya pada materi prisma dan limas.
Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang rendah. Oleh
karena itu, diperlukan upaya-upaya perbaikan proses pembelajaran matematika.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa tentu dipengaruhi banyak faktor.
Namun secara garis besar faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah bahan ajar, strategi
dan model pembelajaran, media pendidikan serta situasi lingkungan. Berdasarkan
faktor eksternal tersebut penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Seperti yang dikatakan oleh Nurhayati
(http:/www.depdiknas.go.id) :
“Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika
peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model
pembelajaran yang digunakan guru dikelas. Kenyataannya menunjukkan
selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang
bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru”.
Selanjutnya, Ruseffendi (dalam Ansari, 2009:2) mengemukakan bahwa:
“Merosotnya pemahaman matematika siswa di kelas antara lain karena: (1)
Dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana
menyelesaikan soal; (2) Siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton
guru melakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkannya
sendiri; dan (3) Pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan
topik yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal
untuk latihan”.
Kutipan-kutipan di atas juga hampir sama dengan hasil wawancara
peneliti dengan salah seorang guru matematika MTs Amaliyah Tanjung Tiga.
5
Ketika ditanya bagaimana guru mengajar, ibu Sri Kusmini S.Pd mengatakan :
“Saya terangkan dulu materinya dan saya kasih contoh soal kemudian siswa saya
suruh mengerjakan latihan”.
Dari kutipan-kutipan di atas, diperoleh gambaran bahwa kegiatan
pembelajaran matematika selama ini masih bersifat teacher oriented, artinya
kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru. Guru lebih banyak menjelaskan,
dan memberikan informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas.
Agar pembelajaran tidak berpusat pada guru dan siswa juga lebih aktif
dalam proses pembelajaran maka guru perlu memilih suatu model pembelajaran
yang memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dan juga dapat menumbuhkan
respon positif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai
dengan optimal. Oleh karena itu kreatifitas seorang guru dalam mengajar
matematika menjadi faktor yang sangat berpengaruh agar matematika menjadi
mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas. Kreatifitas
bukanlah suatu bakat tetapi bisa dipelajari dan harus dilatih. Hal yang harus
dilakukan oleh seorang guru antara lain dengan menerapkan model yang sesuai
dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi matematika itu sendiri.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu dicarikan formula
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman
konsep siswa serta prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Para
guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model pembelajaran
yang bervariasi agar siswa tertarik dan lebih aktif dalam belajar matematika.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengaktifkan
siswa,
salah
satunya
adalah
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Slavin (dalam
Wina Sanjaya, 2006:242) mengatakan:
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil yaitu antara empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
6
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan
kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berfikir dan kegiatan belajar”.
Selanjutnya Arends (dalam Ansari, 2009:62) juga mengungkapkan
bahwa: “pembelajaran kooperatif merupakan struktur pembelajaran yang dapat
meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan daya pikir siswa dan relatif mudah
diterapkan di kelas”.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share). Model kooperatif tipe TPS
merupakan model pembelajaran kooperatif yang berpasangan dan memberi siswa
waktu lebih banyak berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lainnya.
Trianto (2009:81) mengemukakan bahwa: “TPS (Think-Pair-Share) atau
(Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS juga merupakan suatu
cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas”.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, mengembangkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah,berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui diskusi
kelompok dan presentasi. Model ini mempunyai keistimewaan yaitu peserta didik
selain bisa mengembangkan kemampuan dirinya sendiri juga bisa mengembangkan
kemampuan berkelompoknya. Karena dalam pembelajaran Think Pair Share (TPS)
ini siswa tidak hanya bertanggung jawab atas dirinya sendiri tetapi juga terhadap
kelompoknya. Sehingga siswa aktif membantu dan mendorong semangat belajar
untuk sama-sama berhasil, dan juga aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih
meningkatkan keberhasilan kelompok.
Salah satu materi pelajaran dalam matematika adalah prisma dan limas.
Prisma dan limas merupakan salah satu materi dalam pelajaran matematika yang
dianggap sulit oleh siswa karena kurangnya pemahaman siswa tentang konsep
perhitungan bilangan, Para siswa juga kurang paham mengenai unsur-unsur
prisma dan limas. Dalam wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 31
7
Januari 2013 kepada salah satu guru bidang studi matematika di MTs Amaliyah
Tanjung Tiga, Sri Kusmini S.Pd mengatakan bahwa:
“Prisma dan Limas merupakan materi yang di anggap sulit dipahami oleh
siswa di MTs Amaliyah Tanjung Tiga karena kurang pahamnya siswa
tentang materi bangun datar segitiga dan segiempat, hal tersebut terjadi
karena siswa kurang memahami materi prasarat. Rata-rata nilai yang
diperoleh siswa dalam mengerjakan soal prisma dan limas adalah 45.”
Hal tersebut tergambar dari hasil tes siswa ketika dilakukan observasi
hanya dapat mengerjakan rata-rata 2 soal dengan benar dari 5 soal yang diberikan
peneliti. Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu murid MTs Amaliyah
Tanjung Tiga, Sugianto mengatakan:
“Pelajaran Prisma dan Limas sangat membosankan dan membingungkan
karena banyaknya hafalan mengenai unsur-unsur dari prisma dan limas
kemudian banyak kesalahan dalam menghitung luas permukaan dan
volume dari prisma dan limas, sehingga ujian terasa sangat berat dan
nilai matematika pun menjadi rendah.”
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti materi prisma dan limas.
Dengan demikian peneliti ingin mencari tahu bagaimana hasil belajar matematika
siswa dengan model kooperatif tipe Think Pair Share dan Konvensional pada
materi prisma dan limas.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil
belajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dan
Konvensional sehingga peneliti mengambil judul “Perbedaan Hasil Pembelajaran
Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan
Konvensional Pada Materi Prisma dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah
Tanjung Tiga Tahun Ajaran 2012/2013”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal Prisma dan Limas.
8
3. Model pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional dan
didominasi oleh guru.
4. Belum adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share untuk mengaktifan siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah dan keterbatasan peneliti, maka
masalah yang disebutkan dalam identifikasi masalah diatas dibatasi pada hasil
pembelajaran matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Konvensional pada Materi Prisma
dan Limas di kelas VIII MTs Swasta Amaliyah Tanjung Tiga T.A 2012/2013.
1.4 Rumusan Masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa pada materi Prisma dan
Limas dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS?
2. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa pada materi Prisma dan
Limas dengan menggunakan model pembelajaran konvensional?
3. Apakah hasil pembelajaran matematika siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan
pembelajaran konvensional pada materi Prisma dan Limas?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa pada materi
Prisma dan Limas dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS.
2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa pada materi
Prisma dan Limas dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
9
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran matematika siswa yang diajar
dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional pada materi Prisma dan Limas.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi
siswa,
diharapkan
dapat
meningkatkan
hasil
pembelajaran
matematika khususnya pada materi prisma dan limas.
2. Bagi
guru, sebagai bahan pertimbangan
dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika
siswa.
3. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar disekolah dimasa yang
akan datang.
4. Dapat dijadikan bahan masukan bagi penelitian sejenis.
1.7 Defenisi Operasional
Penelitian ini berjudul Perbedaan Hasil Pembelajaran Matematika dengan
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Konvensional Pada Materi
Prisma Dan Limas Kelas VIII MTs Amaliyah Tanjung Tiga Tahun Ajaran
2012/2013
1. Hasil pembelajaran adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
yang ditempuh melalui usaha belajar secara permanen.
2. Pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) adalah suatu
pembelajaran saling bertukar pikiran secara berpasangan atau diskusi
secara berpasangan sehingga memberikan siswa waktu lebih banyak
berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang didominasi oleh
guru sebagai pemberi pelajaran lebih banyak sehingga menciptakan situasi
dan kondisi komunikasi searah.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2002), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Adinawan, M. C. dan Sugijono, (2010), Matematika untuk SMP Kelas VIII,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Anchoto, (2009), Defenisi Karakteristik Matematika, http://aanchoto.sman.1
ampekangkek.com. Diakses tanggal 07 Januari 2013.
Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematika : Konsep dan Aplikasi, Pena,
Banda Aceh.
Arikunto,S., (2006), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Armanto, Dian, (2009), Matematika Menjadi Pelajaran Menyenangkan,
http://p4mriunimed.wordpress.com. Diakses tanggal 07 Januari 2013.
Erlangga, (2006), Artikel Pendidikan, http://www.erlangga.co.id. Diakses tanggal
07 Januari 2013.
Hamalik, O., (2010), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Mayasari S., (2009), Efektivitas Model Pembelajaran
http://www.depdiknas.go.id. Diakses tanggal 07 Januari 2013.
Kooperatif,
Nickson, (2011), Pengertian Pembelajaran Matematika http://veynisaicha.
blogspot.com. Diakses Tanggal 07 Januari 2013.
Purwanto, (2008), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Surakarta.
Riyanto, Y., (2009), Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group,
Jakarta.
Sanjaya, Wina (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, kencana, Jakarta.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Soeriatmaja, (2006), Kegunaan Matematika, http://www.agmi.or.id. Diakses
tanggal 07 Januari 2013.
Sudjana., (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung
Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, P.T. Remaja
75
Rosdakarya, Bandung.
70
Sudrajat, Akhmad., (2007), Peranan Matematika dalam Bidang Industri,
http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses Tanggal 07 Januari 2013
Sugiyono., (2007), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Suprijono, Agus., (2009), Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem.Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Suyatno., (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka,
Sidoarjo.
TIM
MKPBM,
(2011),
Pengertian
Pembelajaran
Matematika,
http://veynisaicha.blogspot.com. Diakses Tanggal 07 Januari 2013
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
ii
RIWAYAT HIDUP
Neni Maryuni dilahirkan di Telaga Jernih, pada tanggal 11 Maret 1991.
Ayah bernama Marsan dan Ibu bernama Parinem dan merupakan anak pertama
dari lima bersaudara. Pada tahun 1997, penulis masuk SD Negeri 054919
Kacangan dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan
sekolah di SMP Negeri 1 Secanggang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2006, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Secanggang dan lulus pada
tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (MIPA) Universitas Negeri Medan (UNIMED) sampai sekarang.