STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

(1)

ABSTRAK

Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share(TPS) dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan

Memperhatikan Minat Belajar Siswa Oleh

AGNESTIA REFRIYONA

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu serta interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar. Metode yang digunakan adalah komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian sebanyak 328 siswa dengan jumlah sampel 68 siswa yang ditentukan dengan Cluster Random Sampling. Pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, tes dan angket. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel Independen. Hasil penelitian menunjukkan (1) ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajaranya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, (2) Hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi, (3) Hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Think Pair and Share lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, (4) ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu, (5) ada perbedaan minat belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair and sahre dan Tipe Numbered Heads Together.

Kata Kunci : Hasil belajar IPS Terpadu siswa, Minat Belajar, Think Pair and Share dan Numbered Heads Together.


(2)

ABSTRACT

Comparative Study of Learning Outcomes IPS Integrated Using Model of Cooperative Learning Type Think Pair and Share and model of cooperative

learning type Numbered Heads Together with regard to the interest of student learning

By

AGNESTIA REFRIYONA

This research target is to know the comparison and make-up of result learn the st use the model of study of TPS and NHT by paying attention to enthusiasm learn the. Method used by comparability with the experiment approach. Research population as much 328 student with the amount sampel 68 student determined by Cluster is Random Sampling. Data collecting of through observation, documentation, tes and enquette. Hypothesis examination use the formula analyse the variant two road;street and t-test two Independent sampel. Result of research show (1) there is difference of result of learning Inwrought IPS between student which pembelajaranya use the model of study of cooperative of type of Think Pair and Share compared to which its study use the model of study of cooperative type of Numbered Heads Together, ( 2) There is difference of result of learning Inwrought IPS of student which its study use the model of cooperative of type of compared to higher Think Pair and Share which its study use the model of cooperative of type of Numbered Heads Together of at student owning enthusiasm learn high, (3) There is difference of result of learning Inwrought IPS of student which its study use the model of co-operative of type of compared to lower Think Pair and Share which its study use the model of co-operative of type of Numbered Heads Together of at student owning enthusiasm learn to lower, (4) there is interaction of between model of co-operative study with the enthusiasm learn the student of at Inwrought subject IPS, (5) there is enthusiasm difference learn to result learn the Inwrought IPS by using model of study of co-operative of type of Think pair and sahre and Type of Numbered Heads Together.

Keyword : Result learn the Inwrought IPS of student, Enthusiasm Learn the, Think Pair and Share and Numbered Heads Together.


(3)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER

GENAP SMP NEGERI I KALIANDA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Agnestia Refriyona Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis dilahirkan di Kalianda Kec. Kalianda Lampung Selatan pada tanggal 06 Agustus 1993 dengan nama lengkap Agnestia Refriyona. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Safri. S.H. dan Ibu Rosdebiana, S.Pd.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu sebagai berikut. 1. SD Negeri 2 Kalianda diselesaikan pada tahun 2005

2. SMP Negeri 1 Kalianda diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Negeri 1 Kalianda diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur UML(Ujian Mandiri Lokal) Jalur Mandiri. Pada Januari 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Solo - Bali - Yogyakarta - Bandung – Jakarta. Pada bulan Juli s.d September, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata-Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Ratu Ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.


(8)

Alhamdulillah Hirobbil Alamin

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT, sehingga atas izin dan ridho-Nya selesai sudah karya kecil dari peluh dan letihku. Tulisan ini kupersembahkan

dengan tulus teruntuk:

Ibuku Rosdebiana dan Ayahku Safri tercinta yang penuh dengan kesabaran selalu memberikan dukungan, doa, serta semangat untukku meraih cita-cita. Semoga Allah SWT menggantikan segala

letih dan lelah beliau dengan kemulyaan di dunia dan di akhirat

Adikku Ferzi Aryatama dan Meylinda Defriyola. Bicikku Buk uwo, Buk Ngah, Bu Geris. Pamanku cik firman, Cik Johan serta keponakanku dan sepupu-sepupuku Ipan, Iyus, Gadis, iwan, Ari, Reza, Fitri,

Dwi, Manda, Zaid, Agung, Nurdin, Dahlan, Yudi, Bara, Fatih dan Gea yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang, senyum dan tangis yang menjadi semangat untuk meraih cita-citaku Seluruh keluarga besar ku yang memberikan kehangatan di setiap kebersamaan, menjadi tempat

ku menghilangkan kesedihan dan kepenatan dalam mencapai cita-cita ku Para pendidik yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat

Pria terbaik yang kelak menjadi imam di keluargaku Sahabat-sahabat dan rekan-rekan seperjuangan yang ku sayangi


(9)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.” (Aristoteles)

“Kebahagian itu sederhana apabila kita bersama dengan orang-orang tercinta ” (Agnestia Refriyona)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Melangkahlah kedepan dan jangan lihat kebelakang, karena hidup itu harus semakin didepan bukan semakin terbelakang”

(Agnestia Refriyona )

“Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”


(10)

Segala puji hanya milik Allah SWT Rabb semesta alam yang tiada henti memberikan kenikmatan, rahmat, kasih sayang, dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul: “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Minat Belajar Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri I Kalianda Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakulatas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Abdurrahman, M. Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Universitas Lampung;


(11)

5. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila;

7. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, dan selaku Pembimbing II yang telah mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

8. Ibu Pujiati, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

9. Bapak Drs. Tedi Rusman, M. Si., selaku Dosen Penguji atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini;

10.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis;

11.Bapak Mujiraharjo, S.Pd. selaku kepala SMP Negeri 1 Kalianda atas izin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian;

12.Ibu Nuraidah, S.Pd. selaku guru pelajaran IPS SMP Negeri 1 Kalianda atas bantuannya yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian. 13. Seluruh staf, guru, dan siswa SMP Negeri 1 Kalianda khusus kelas X1 dan X2


(12)

untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah SWT menyediakan jannah-Nya untuk beliau. Aamiin ya Rabbal A’lamiin; 14.Keluarga besarku, Kakek, Nenek(alm), Adikku Ferzi dan Yola. Bi’ cikku,

Ma’cik, keponakan, Om, Tante, Ua’ dan Sepupu-sepupuku terimakasih atas segala doa, perhatian, semangat, kasih sayang, yang selalu diberikan;

15.Pacarku tersayang Jemi Panji Mawi, Terimakasih atas doa, bantuan, motivasi semangat, waktu, materi dan kasih sayangnya untukku yang selama 6 tahun selalu setia menemaniku.

16.Sahabat-sahabatku, Teman SD hingga sekarang ”The Anggurs” Fani, Putri, Ayu. Sobat SMP dan SMA “The Bawell” Citra nenek, toke Yoke, Husna, Mak geng Fitri, Wak geng Nurul, Febi, Febri, Heni, ciprut, Defa, Suci, Yesi, Sonia, Mira, Herna, Ipit,Zaniar,Fahmi (Alm), Randi, Irwan, Hendri, Fitri dan keuarga besar Easy Going kelas IPS III yang tidak bisa disebutkan satu pers satu.Terimakasih untuk segalanya, semangat, doa, dan kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini.

17.Sahabat-sahabatku tersayang, Awit, Ajeng, Eka, Esti, Lisna, Nidut, Wulan, Rini, dan Yusmai. Terimakasih untuk segala kebersamaan, kekonyolan, dan keseruan yang kalian ukir dalam perjalananku selama ini;

18.Saudara-saudara seperjuanganku di kelas genap Pendidikan Ekonomi angkatan 2011, Fredi, Tomi, Andreas, Bunda Tuyul, Cici, Cui, Defa, Edy, Heni, Ica, Irfan, Isra, Komar, Arum, mba’ Dita, mba’ Rika, Meilani, Ocni,


(13)

19.Kak Dani dan Om Herdi terimakasih atas bantuan dan candaannya selama ini; 20.Keluarga KKN Haki, Emili, Mba’Wulan, Tara, Arif, Pandu, desta, Devi, Rima, Mbak, Berta, dan Iyam.Terimakasih untuk kebersamaan, kegilaan dan semangat selama di Pekon,Ratu Kec.Ngambur.Kab.Pesisir Barat.

21.Keluarga besar SMA 1 Negeri Ratu Ngambur dan Keluarga besar Pekon Ratu Ngambur Kec. Ngambur.Kab. Pesisir Barat yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman selama PPL dan KKN;

22.Teman-teman kosan putri Mercy Awid, Mba sarah, Mba Yeksi, Nala, Mba Eka, Mba Rini, Febi, Nia, Marlia, Wulan, Mba Inggit, Mba Tika, Yepi, Lingga, Yuli, Indah, Ubay, Mba Bertha, Sara, Lutfia, Rina, Ririn, Siska, mba Dian, Mba S2, Terimakasih untuk semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu;

Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,

Agnestia refriyona NIP. 1113031002


(14)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka... 13

1. Belajar dan Hasil Belajar IPS Terpadu ... 13

2. Pembelajaran Kooperatif ... 18

3. Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)...23

4. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)...27

5. Minat ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... 36

C. Kerangka Pikir ... 40

D. Hipotesis ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 50

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

C. Variabel Penelitian ... 51

D. Desain Penelitian ... 52


(15)

F. Definisi Operasional Variabel ... 55

G. Instrumen Penelitian ... 56

H. Teknik Pengumpulan Data ... 57

I. Uji Persyaratan Instrumen ... 58

J. Teknik Persyaratan Analisis Data... 63

K. Teknik Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 70

B. Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 77

C. Deskripsi Data ... 91

D. Pengujian Persyaratan Analisis Data...112

E. Pengujian Hipotesis ...115

F. Pembahasan ...126

G. Keterbatasan Penelitian ...134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ...136

B.Saran ...137

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil UTS Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS siswa SMP Negeri

Kalianda kelas VIII 1 dan VIII 2 ... 3

2 Penelitian Relevan ... 36

3. Definisi Operasional Variabel ... 55

4. Hasil Validitas Instrumen Angket dan Hasil Belajar ... 60

5. Tingkat Besarnya Koefisien Korelasi ... 61

6. Penggolongan Item Soal dan Angket Berdasarkan Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran ... 62

7. Penggolongan Item Soal dan Angket Berdasarkan Hasil Perhitungan Daya Beda Soal ... 63

8. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan ... 66

9. Cara untuk Menarik Kesimpulan ... 67

10. Data Sarana dan Fasilitas ... 73

11. Sumber Belajar ... 73

12. Jenjang Pendidikan dan Status Guru ... 75

13. Jenjang Pendidikan dan Stastus Pegawai ... 75

14. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kalianda ... 76

15. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen...92

16. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen... 95

17. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ... 96

18. Distribusi Frekuensi Hasil Minat Belajar pada Kelas Kontrol...98

19. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol...100

20. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol...102

21. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa pada Kelas Eksperimen ...103

22. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Eksperimen ...105

23. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Terpadu untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Eksperimen ...107

24. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar pada Kelas Kontrol ...108

25. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar untuk Minat Belajar Tinggi pada Kelas Kontrol ...110

26. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar untuk Minat Belajar Rendah pada Kelas Kontrol ...112

27. Hasil Uji Normalitas IPS Terpadu Sampel Kelas Esperimen dan Kontrol ...113


(17)

28. Hasil Uji Homogenitas ...114

29. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ...116

30. Group Stastistic Hipotesis 2 ...117

31. Hasil Pengujian Hipotesis 2...118

32. Group Stastistik Hipotesis 3 ...119

33. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ...120

34. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ...121

35. Descriptive Statistics ...122


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Struktur Organisasi Sekolah SMP Negeri 1 Kalianda TP. 2014/2015 ...139

2. . Daftar Nama Siswa Kelas VIII 1 (Kelas Eksperimen) ...140

3. Daftar Nama Siswa Kelas VIII 2 (Kelas Kontrol) ...141

4. Daftar Kelompok Kelas VIII 1 (Kelas Eksperimen) ...142

5. Daftar Kelompok Kelas VIII 2 (Kelas Eksperimen) ...143

6. Silabus Pembelajaran ...144

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Eksperimen) ...146

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Kontrol) ...164

9. Lembar Kerja Peserta Didik (Kelas Eksperimen) ...182

10. Lembar Kerja Peserta Didik (Kelas Kontrol) ...207

11. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar ...236

12. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar ...239

13. Angket (Uji Coba) ...249

14. Soal Post Tes ...252

15. Kunci Jawaban Uji Coba Soal ...258

16. Uji Validitas Minat Belajar Siswa ...258

17. Hasil Uji Reabilitas ...262

18. Hasil Uji Validitas Post Tes dan Taraf Kesukaran ...264

19. Reabilitas Hasil Belajar Soal Post Tes dengan KR-21 ...266

20. Tingkat Daya Beda Soal Post Tes ...267

21. Daftar Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas VIII 1 (Kelas Eksperimen) ...269

22. Daftar Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas VIII 2 (Kelas Kontrol) ...270

23. Daftar Nilai IPS Terpadu untuk Minat Tinggi dan minat rendah Kelas VIII 1 (kelas Eksperimen) ...271

24. Daftar Nilai IPS Terpadu untuk Minat Tinggi dan Rendah Kelas VIII 2 (Kelas Kontrol) ...273

25. Uji Normalitas Data ...275

26. Uji Homogen ...276

27. Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) dan Nunbered Heads Together (NHT) ...277

28. Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Lebih Tinggi Dibandingan Model NHT pada Siswa yang Memiliki minat tinggi ...279

29. Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Lebih Rendah Dibandingkan Model NHT pada Siswa yang Memiliki Minar Renadah ...280


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ... 48

2. Desain Penelitian ... 52

3. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 93

4. Tingkat Minat Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 99

5. Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Eksperimen ...104

6. Hasil Belajar IPS Terpadu pada Kelas Kontrol ...109


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dan meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Pendidikan mempunyai tujuan yang terencana, terarah dan sistematis untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dalam ilmu pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Manusia memasuki dunia pendidikan formal melalui proses belajar tersebut muncul pengaruh yang dapat membawa perubahan sikap atas diri seseorang kearah yang lebih maju. Melaksanakan proses pembelajaran maka dibutuhkan partisipasi dari berbagai pihak karena keberhasilan dari suatu proses pendidikan tidak hanya bergantung pada pendidikan maupun peserta didik itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor luar, yaitu lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar, kegiatan belajar mengajar merupakan hal utama dari pendidikan, yaitu mendidik siswa untuk mengembangkan ilmu yang didapat di sekolah dan dapat diterapkan dalam masyarakat, karena sangat penting untuk peserta didik dalam memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja.


(21)

Mempersiapkan peserta didik yang berkualitas, aktif, kreatif dan inovatif untuk memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, guru berusaha mengupayakan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menyusun berbagai sekenario kegiatan pembelajaran di kelas. Guru harus memilih model dan metode belajar yang tepat dan baik digunakan untuk pembelajaran di kelas yang membuat siswa menjadi aktif dan berminat serta semangat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru. Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Penerapan pembelajaran yang kurang tepat, mengakibatkan kurangnya minat siswa terhadap IPS Terpadu serta rendahnya pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya upaya perbaikan pembelajaran IPS Terpadu yang dapat meningkatkan pemahaman IPS Terpadu siswa.

Berdasarkan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 1 Kalianda, diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran IPS Terpadu yang masih menitik beratkan guru sebagai peran utama dalam pembelajaran. Pembelajaran masih didominasi dan berpusat pada guru. Guru menjelaskan pembelajaran, kemudian siswa mencatat yang dijelaskan oleh guru, setelah itu guru memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran yang monoton menjadikan proses belajar menjadi pasif, siswa merasa bosan dan kurang berminat dengan pembelajaran IPS Terpadu. Kurangnya minat belajar siswa, situasi dan kondisi pembelajaran tersebut berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar siswa masih rendah. Seperti ditunjukkan dalam daftar nilai berikut ini.


(22)

Tabel 1. Hasil UTS Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS siswa SMP Negeri Kalianda kelas VIII 1 dan VIII 2 :

No Kelas

Interval Nilai

Jumlah Siswa

≤75 ≥75-100

1 VIII 1 26 11 37

2 VIII 2 27 11 38

Jumlah Siswa 53 22 75

Presentase 70,67% 29,33% 100% Sumber : Guru mata pelajaran IPS Terpadu SMP Negeri 1 Kalianda

Berdasarkan tabel di atas SMP Negeri 1 Kalianda menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75. Data yang ada pada tabel tersebut, terlihat bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh siswa dalam hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yaitu < 75. Hal ini dapat terlihat dari persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 29,33% sedangkan yang belum mencapai KKM sebesar 70,67%, menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai hasil belajar yang diinginkan. Djamarah (2010: 97) menyatakan bahwa “Apabila sebagian besar 76%s.d. 99% bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai dengan baik oleh siswa, maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong baik sekali.

Masih banyaknya siswa yang belum mencapai KKM menunjukkan bahwa proses pembelajaran di SMP Negeri I Kalianda belum berjalan secara efektif. Kondisi belajar mengajar yang masih monoton mempengaruhi kurangnya minat belajar siswa terhadap IPS Terpadu. Sehingga, hasil belajar siswa menjadi rendah. Proses pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru,


(23)

menjadikan siswa kurang aktif dan kreatif untuk menyelesaian suatu permasalahan dalam materi pembelajaran. Tidak adanya variasi mengajar guru dengan model- model pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dalam kelompok maupun individu yang menjadikan siswa bosan dan kurang memperhatikan pelajaran di dalam kelas serta siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran IPS Terpadu.

Model pembelajaran kooperatif bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut serta menigkatkan minat belajar siswa. Minat belajar salah satu faktor penting dalam pencapaian hasil belajar. Menurut pendapat dari Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Jadi diharapkan dengan adanya model pembelajaran kooperatif siswa akan tertarik dan berminat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa diajak untuk bekerja sama menuangkan ide yang dimilikinya dan berdiskusi dengan temannya untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi serta bertukar pendapat dengan demikian siswa menjadi lebih aktif dan mengurangi kebosanan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa mampu untuk mengoptimalkan hasil belajar dan meningkatkan minat belajar. Kegiatan pembelajaran lebih menarik dan mengedepankan partisipasi serta keaktifan siswa dalam pembelajaran. Diperkuat oleh pendapat Rusman (2012: 202) menyatakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning)


(24)

merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Sebagai salah satu upaya dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) karena dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa dalam berinteraksi dan menciptakan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan serta dapat meningkatkan minat belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dengan cara berfikir secara individu dan berpasangan untuk menyatukan ide atau gagasan dan berbagi ide atau gagasan tersebut kepada pasangan kelompok lain. Didukung oleh pendapat Komalasari (2013: 64) model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) yaitu berfikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Berdasarkan pendapat Riyanto (2012: 273) dalam implementasinya, NHT yaitu guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomor, yang berhak menjawab (mencegah dominasi siswa tertentu).


(25)

Berdasarkan langkah-langkah dari kedua model tersebut yaitu TPS dan NHT cocok dipakai untuk mata pelajaran sosiologi sebab kedua model pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas dengan menggunakan model pembelajaran TPS pada mata pelajaran sosiologi memungkinkan siswa bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan partisipasi.

Sesuai dengan pendapat Huda (2014: 136) yang dikembangkan oleh frank Lyman bahwa TPS yaitu :1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. 2) Mengoptimalkan partisipasi siswa. 3) Memberi kesempatan-ksempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. 4) Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas

Kemudia model NHT juga cocok digunakan pada mata pelajaran sosiologi karena model pembelajaran NHT dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tin gkatan kelas, dapat member kesempatan untuk bertukar fikiran, menambah semanagat kerja sama siswa. Senada dengan pendapat Huda (2014: 138) dikembangkan oleh Russ Frank model pembelajaran NHT mempunyai beberapa kebaikan yaitu. 1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. 2) Meningkatkan semangat kerja sama siswa. 3) Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.


(26)

Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan meningkatkan minat belajar siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka akan dikaji lebih lanjut tentang “ Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT) dengan Memperhatikan Minat Belajar pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri I Kalianda Tahun Pelajaran 2014/2015”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang ada pada pembelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri I Kalianda adalah sebagai berikut.

1. Hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri I Kalianda yang masih tergolong rendah.

2. Pembelajaran masih didominasi dan berpusat pada guru (teacher centered).

3. Kondisi belajar mengajar yang masih monoton sehingga siswa merasa bosan di kelas.

4. Siswa kurang memperhatikan pelajaran di dalam kelas

5. Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar mata pelajaran IPS Terpadu.


(27)

6. Minat siswa masih rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu

7. Masih banyak siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

8. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran IPS Terpadu

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kajian membandingkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT dengan memperhatikan pengaruh variabel moderator yaitu minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri I Kalianda tahun pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa IPS Terpadu dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?

2. Apakah hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi?


(28)

3. Apakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih rendah dibandingkan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe NHT pada siswa yang memiliki minat belajar rendah?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar pada mata pelajaran IPS Terpadu ?

5. Apakah ada perbedaan minat belajar tinggi dan rendah terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe NHT. 2. Untuk mengetahui hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajaran

menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi.

3. Untuk mengetahui hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih rendah dibandingkan dengan model kooperatif tipe NHT pada siswa yang memiliki minat belajar rendah.


(29)

4. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

5. Untuk mengetahui perbedaan minat belajar tinggi dan rendah terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dibandingkan dengan NHT.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya bagi guru dalam pembelajran IPS Terpadu. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis bagi peserta didik, bagi guru dan bagi sekolah. a. Manfaat praktis bagi peserta didik antara lain sebagai berikut.

1) Meningkatnya minat belajar peserta didik dalam pelajaran IPS Terpadu.

2) Meningkatnya keaktifan peserta didik dalam belajar IPS Terpadu.

3) Meningkatnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS Terpadu


(30)

b. Manfaat praktis bagi guru antara lain sebagai berikut.

1) Menambah wawasan dan informasi tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2) Memberikan masukan dalam pemilihan alternatif model pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS Terpadu .

c. Manfaat praktis bagi sekolah antara lain sebagai berikut.

1) Tumbuhnya motivasi guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu.

2) Meningkatnya kualitas pembelajaran dengan adanya inovasi dalam pembelajaran.

3) Tumbuhnya iklim pembelajaran peserta didik aktif di sekolah.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Model pembelajaran tipe TPS dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang memperhatikan minat belajar siswa dalam pencapaian hasil belajar IPS Terpadu.

2. Subjek Penelitian


(31)

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Kalianda. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

5. Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kependidikan, khususnya bidang studi IPS.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Hasil Belajar IPS Terpadu

Slameto (2010: 2) mengungkapkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbinsyah (2010: 87) juga berpendapat bahwa belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan (Muhibbinsyah, 2010: 93).

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dikatakan belajar ialah suatu proses penting bagi individu atau kelompok dari yang tidak tahu menjadi tahu dan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan-


(33)

keterampilan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, sehingga dengan adanya proses belajar siswa merasakan pendidikan yang didapat

melalui lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan disekitar siswa.

Baharuddin dan Wahyuni (2010: 12) belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan–pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Hal ini diperkuat oleh pendapat Wittaker dalam Djamarah (2011: 12) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut pendapat kedua para ahli tersebut melalui pengalaman dan pelatihan dapat dikatakan salah satu proses aktivitas belajar yang dapat mengubah individu atau kelompok untuk mencapai tujuan.

Djamarah (2011: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan Syaiful (2010: 11) mendefinisikan belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yag berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat ekplisit maupun implisit (tersembunyi). Seperti yang dikemukakan tersebut, bahwa belajar adalah suatu proses dari interaksi melalui lingkungan dan menghasilkan perubahan tingkah laku maupun pola pikir, keterampilan seseorang baik


(34)

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik dari lingkungan formal maupun non formal, belajar merupakan tindakan dari perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Riyanto (2012: 5) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Walker dalam Riyanto (2012: 5) belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohani, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor- faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar. Kemudian Sunaryo dalam Komalasari (2010: 2) mendefinisikan belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tingkah laku yang positif, artinya untuk mencari kesempurnaan hidup.

Berdasarkan pendapat tersebut belajar merupakan suatu proses perubahan dari penyerapan pengetahuan dengan cara mengamati, meniru, mendengar, mencoba sesuatu yang dapat merubah pola pikir seseorang dan memerlukan proses bukan perubahan secara instan dan tidak berhubungan dengan kegiatan belajar.


(35)

Suryosubroto (2009: 44) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari tujuan yang telah ditetapkan. Melalui penilaian dari suatu hasil belajar dari peserta didik untuk mengetahui sampai dimana kemampuan dalam penguasaan materi pengajaran yang telah diajarkan.

Hasil adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman dalam Jihad dan Haris, 2012: 14 ). Hasil belajar dapat dinyatakan suatu tindakan interaksi dari kegiatan belajar antara guru dan siswa. Setelah selesai guru memberi evaluasi kepada siswa berupa pos-test untuk mengetahui seberapa paham siswa terhadap materi pelajaran dari kegiatan belajar tersebut. Senada dengan pendapat Jihad dan Haris (2012: 14) bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa (Hamalik dalam Jihad dan Haris, 2012: 15).

Berdasarkan pendapat tersebut, hasil belajar diperoleh dari suatu proses belajar dan suatu bentuk pencapaian tujuan belajar, serta tujuan hasil belajar merupakan suatu keterampilan, keahlian dan pengetahuan yang diperoleh dari suatu proses belajar dan dapat mengubah hasil belajar yang


(36)

lebih baik, sebab belajar itu tahan lama yang tersimpan otentik dalam pikiran seseorang.

Hamalik dalam Norita (2013: 25) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. Senada dengan yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2013: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak langsung (pengiring). Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring (Hamzah, 2009: 5).

Berdasarkan definisi mengenai hasil belajar dapat dikatakan suatu nilai akhir atau hasil dari proses belajar siswa yang diakhiri mendapatkan nilai akhir yang menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran tersebut serta guru harus mengevaluasi dari hasil pembelajaran tersebut.


(37)

Pada tingkat yang amat umum, hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi 3 (tiga), yaitu : 1) keefektifan (effectiveness), 2) efesiensi (efficiency), 3) daya tarik (appeal). (Hamzah, 2009: 21)

Dimyati dan Mudjiono (2013: 200) evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. Hal tersebut dapat dikatakan evaluasi belajar yaitu melakukan suatu perbaikan dari penilaian-penilaian dalam proses kegiatan belajar dan mengukur sampaimana berhasil tidaknya suatu pembelajaran.

Zubaedi (2012: 288) mendefinisikan ilmu pengetahuan sosial sebagai mata pelajaran di sekolah yang didesain atas dasar fenomena, masalah dan realitas sosial dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu dan humanioran seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, pendidikan.

Berdasarkan pendapat tersebut hasil belajar merupakan suatu tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa, setelah dilakukan proses belajar dengan melihat perubahan dalam tingkat pengetahuan, minat serta perilaku siswa yang lebih baik dan dilakukan evaluasi oleh guru.

2. Pembelajaran Kooperatif

Ngalimun (2014: 162) sintaks pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,


(38)

presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. Model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Ngalimun, 2014: 161-162 ). Pembelajaran inkuiri merupakan suatu strategi yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan keterampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri (Ngalimun, 2014: 33).

Hal ini berarti melalui pembelajaran kooperatif yang pembelajarannya menggunakan strategi berkelompok, mengerjakan atau menyelesaikan masalah bersama-sama, untuk cepat menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan tertentu dalam mengembangkan sikap dan keterampilan siswa.

Komalasari (2013: 62) pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok- kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Kemudian Solihatin dalam Melati (2012: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja


(39)

secara bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktivitas, dan perolehan belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran beregu yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil heterogen yang pembelajarannya dilakukan secara bersama-sama dalam mengembangkan dan meningkatkan kreatifitas, minat produktivitas untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik, sehingga pembelajaran kooperatif yaitu belajar bersama-sama untuk saling membantu, bekerjasama dan bertukar fikiran untuk memecahkan masalah serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam mencapai tujuan dan mencapai hasil belajar yang optimal.

Zubaedi (2012: 218) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pendapat tersebut diperkuat oleh Rusman (2012: 202) menyatakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Hal ini bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran berkelompok dari kelompok kecil yang beranggotankan 4 atau 6 orang dan kelompok besar yaitu seluruh atau 1 kelas yang


(40)

berbeda-beda baik kemampuan, jender dan suku untuk bersama-sama memecahkan suatu permasalahan atau tugas yang diberikan oleh guru.

Riyanto (2012: 267) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill). Sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill. Jadi pembelajaran kooperatif suatu model pembelajaran berkelompok dalam meningkatkan kemampuan sosial.

Riyanto (2012: 265–266) mengungkapkan bahwa “falsafah yang menjadi dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah manusia sebagai mahluk sosial, gotong royong dan kerja sama merupakan kebutuhan penting bagi kehidupan manusia”. Ketiga falsafah tersebut dalam pembelajaran kooperatif merupakan hal yang mendasar dari manusia sebagai mahluk sosial, menunjukkan bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, manusia saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia harus saling bergotong royong karena manusia diciptakan untuk saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertertu. Oleh sebab itu sangat penting adanya kerja sama dalam kehidupan manusia.

Riyanto (2012: 265–266) mengungkapkan unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif yaitu mengembangkan interaksi yang silih asa, silih asih, dan silih asuh antar sesama sebagai latihan hidup bermasyarakat; saling ketergantungan positif antar individu (tiap individu punya kontribusi dalam mencapai tujuan); tanggung jawab secara individu; temu muka dalam proses pembelajaran; komunikasi antar anggota kelompok dan evaluasi proses pembelajaran kelompok. Unsur merupakan bagian-bagian dari pembelajaran kooperatif yang berhubungan dengan interaksi atau hubungan yang saling ketergantungan


(41)

terhadap manusia lain, serta dengan tanggung jawab yang diemban manusia diharapkan dapat bekerja seoptimal mungkin dengan saling berkomunikasi terhadap anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan. Setelah itu harus diadakannya evaluasi dalam pembelajaran untuk mengetahui sampai dimana kekurangan atau kelebihan yang ada dalam pembelajaran tersebut. Sehingga pembelajaran kooperatif nantinya dapat menjadi pembelajaran yang baik untuk mengembangkan keterampilan siswa.

Riyanto (2012: 265–266) menyatakan ada lima prinsip yang mendasari pembelajaran kooperatif, yaitu :

1. Positive independence artinya adanya saling ketergantungan positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama dalam pencapaian tujuan

2. Face to face interaction artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan

3. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok

4. Use of collaborative/ social skill artinya harus menggunakan keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.

5. Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

Berdasarkan kelima prinsip yang mendasar dalam pembelajaran kooperatif bahwa siswa harus mengedepankan kerja sama dalam mennyelesaikan masalah untuk mencapai tujuan bersama dan saling berinteraksi satu sama lain secara aktif dalam mengembangkan keterampilan masing-masing siswa dan kemudian menyatukan pendapat


(42)

atau ide fikiran tersebut serta siswa mampu menilai pekerjaan mereka apakah sudah mencapai tujuan yang diharapkan.

Riyanto (2012: 265-266) mengungkapkan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah; siswa dalam kelompok sehidup semati; siswa melihat semua anggota mempuyai tujuan yang sama; membagi tugas dan tanggung jawab yang sama; akan dievaluasi untuk semua; berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama dan diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.

Menurut ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif ada tujuh hal yang terpenting, yaitu kelompok dibentuk dengan siswa yang kemampuannya tinggi,sedang dan rendah; siswa dalam kelompok sehidup semati; siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama; membagi tugas dan tanggung jawab yang sama; dievaluasi untuk semua; berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama, diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani. (Riyanto, 265-266).

Berdasarkan ketujuh ciri pembelajaran kooperatif tersebut menunjukkan bahwa kelompok dibentuk dari siswa yang heterogen yaitu berbeda dari tingkat kemampuan siswa, dalam kelompok harus sehidup semati diartikan dapat kompak dan aktif untuk menyampaikan kontribusinya dalam kelompok dalam kelompok harus mempunyai tujuan yang sama, dalam kelompok harus membagi tugas untuk meringankan beban dan saling bertangung jawab atas tugasnya masing-masing, setelah itu siswa mampu mengevaluasi dari tugas yang mereka kerjakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

3. Model Pembelajaran Think Pair Share ( TPS )

Ngalimun (2014: 169) model pembelajaran Think Pair Share ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal,


(43)

diberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Jadi model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk berfikir sendiri dan kemudian bekerjasama dalam kelompok kecil atau sebangku-sebangku atau berpasangan untuk berdiskusi dan setelah selesai berdiskusi siswa bergabung dengan kelompok besar untuk mendiskusikan hasil diskusi berpasangannya kepada kelompok besar untuk mencari jawaban yang paling tepat.

Huda (2014: 136) yang dikembangkan oleh Frank Lyman bahwa Think Pair Share (TPS) yaitu.

1. Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain.

2. Mengoptimalkan partisipasi siswa.

3. Memberi kesempatan kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain.

4. Bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yaitu.

1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota atau siswa.

2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk share hasil diskusinya. ( Huda, 2014: 136-137)


(44)

Komalasari ( 2013: 64) model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran TPS adalah suatu berfikir mandiri dan berpasangan kemudian berbagi untuk bertujuan mempengaruhi pola interaksi siswa supaya siswa dapat berbagai sumber bukan hanya satu sumber.

Menurut Arends dalam Komalasari (2013: 64-65) guru menggunakan langkah-langkah (fase) berikut.

1. Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yag dikaitkan dengan pembelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah.

2. Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3. Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Zubaedi (2012: 219) mengungkapan bahwa tipe pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share) terdiri dari tiga tahapan :

1. Thinking (berpikir) Guru memberikan pertayaan dan siswa memikirkan jawaban secara mandiri untuk beberapa saat.


(45)

2. Pairing (berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang dipikirkan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan digunakan oleh siswa untuk berdiskusi dan berbagi ide. Guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

3. Sharing (berbagi) Pada tahap akhir ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Secara bergiliran pasangan demi pasangan.

Berdasarkan uraian di atas menyatakan melalui model pembelajaran TPS siswa dapat berfikir, berpasangan dan berbagi bersama kelompok dan setelah itu guru mengevaluasi dan menyimpulkan serta memberi penjelasan manfaat dari model pembelajaran tersebut.

Hanafiah dan Suhana (2010: 42) langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini sebagai berikut.

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang di panggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f. Kesimpulan.

Hal tersebut, menunjukkan bahwa model pembelajaran TPS adalah model pebelajaran yang mengajak siswa untuk berfikir secara individu kemudian


(46)

dari pemikiran masing-masing individu siswa disuruh berpasagan dan menyatukan pemikiran atau ide tersebut dan setelah itu siswa disuruh untuk berbagi kepada pasangan lain serta melaporkan hasil gagasan siswa tersebut.

4. Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Ngalimun (2014: 169) Numbered Head Together (NHT) adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks : pengarahan buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan personal materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.

Pembelajaran kooperatif tipe Numberered Heads Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang secara berkelompok dengan anggota yang berbeda-beda baik kemampuan, suku, minat dan sebagainya untuk bekerja sama sesuai nomor yang dibagikan oleh guru dimana mereka saling bekerjasama untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan dapat memecahkan masalah, guru memberi evaluasi dan penilaian serta memberikan reward bagi siswa yang mendapatkan kuis postest yang baik.

Huda (2014: 138) dikembangkan oleh Russ Frank model pembelajaran NHT mempunyai beberapa kebaikan yaitu.

1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.


(47)

2. Meningkatkan semangat kerja sama siswa.

3. Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Menurut Huda (2014: 138) dari kebaikan-kebaikan model pembelajaran NHT juga mempunyai prosedur sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempersentassikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Menurut Kagan dalam Komalasari (2013: 62-63) model pembelajaran Numbered Heads Together (Kepala Bernomor) adalah model pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Langkah-langkah pembelajaran.

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.


(48)

Hanafiah dan Suhana (2010: 42) langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran ini sebagai berikut.

a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya.

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang di panggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f. Kesimpulan.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa model pembelajaran NHT merupakan sintak yang mengharuskan kerjasama dengan cara pemberian nomor secara acak kepada siswa, dan siswa bekerjasama untuk menjawab pertanyaan secara berkelompok, kemudian guru memanggil salah satu nomor secara acak, dan siswa yang terpanggil harus menjawab pertanyaan tersebut.

Riyanto (2012: 273) dalam implementasinya, NHT (Numbered Head Together) guru memberi tugas, kemudian hanya siswa bernomor, yang berhak menjawab (mencegah dominasi siswa tertentu). Kemudian Zubaedi (2012: 227) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Jadi model pembelajaran NHT dapat dikemukakan pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola


(49)

pikir interaksi siswa dimana ada kompetisi hanya siswa yang dipanggil nomornya untuk menjawab dan siswa yang lain harus siap semua karena apabila nomornya dipanggil.

Ibrahim dalam Zubaedi (2012: 227) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT, antara lain.

1. Hasil belajar akademik struktural

Pembelajaran kooperatif tipe NHT bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman

Pembelajaran kooperatif tipe NHT bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3. Pengembangan keterampilan sosial siswa

Pembelajaran kooperatif tipe NHT bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan idea atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

Berdasarkan uraian berikut, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran model NHT bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam bertanya dan aktif dalam kelompok yang heterogen dan saling berkompetisi untuk menjadi yang terbaik dengan adanya pemberian nomor secara acak.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Zubaedi (2012: 228), dengan tiga langkah, antara lain. a. Pembentukan kelompok.

b. Diskusi masalah.


(50)

Melalui penerapan metode NHT ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Metode ini juga dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Menurut Huda dalam Norita (2013: 35) pembelajaran kooperatif tipe NHT berfungsi untuk mereview, mengecek tingkat pemahaman dan pengetahuan siswa.

Langkah-langkah pembelajaran tipe NHT.

1. Guru mempersiapkan bahan diskusi untuk tiap-tiap kelompok berupa lembar kerja siswa

2. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok berempat atau lebih.

Kelompok yang dibentuk merupakan pencampuran dari latar belakang sosial, ras,suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. 3. Setelah itu masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor. 4. Guru memberikan tugas atau pertanyaan dan masing-masing

kelompok mengerjakannya.

5. Kelompok berdiskusi untuk menemuka jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

6. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.Siswa dengan nomor yang dipanggil dan paling cepat mengangkat tangan mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka atau semua siswa yang nomornya dipanggil menuliskan jawabannya di papan tulis secara bersama atau bergantian.

7. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi.

8. Kemudian guru memberikan kuis evaluasi, dengan memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan kuis tersebut. Siswa tidak diizinkan untuk bekerja sama. Pemberiaan kuis/ evaluasi ini dapat dilakukan pada akhir pokok bahasan atau tahapan. (Huda dalam Norita, 2013: 35-36).

Uraian di atas menyatakan bahwa sistematis model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut.


(51)

1. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil 4-6 orang.

2. Guru memberi siswa nomor secara acak kepada siswa masing-masing anggota kelompok.

3. Guru meberi permasalahan atau soal kepada siswa.

4. Siswa bekerja sama dalam kelompok dengan baik, dan guru mengawasi siswa agar tidak ada siswa yang tidak aktif mengerjakan. 5. Setelah siswa selesai mengerjakan, Guru memanggil nomor siswa

secara acak dan siswa yag dipanggil nomornya harus menjawab. 6. Siswa yang menjawab dengan tepat dan benar akan mendapatkan

reward dari guru, namun sebaliknya bila siswa yang jawaban nya kurang tepat guru memanggil lagi nomor secara acak atau memberi kesempatan untuk yang lain menjawab dan siswa harus semua siap.

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim dalam Zubaedi (2012: 228) menjadi enam langkah sebagai berikut. 1) Persiapan. 2) Pembentukan kelompok. 3)Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan. 4) Diskusi masalah. 5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. 6) Memberi kesimpulan.

Berdasarkan uraian tersebut bahwa ada 6 langkah dalam model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yaitu.

1. Persiapan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model NHT.

2. Siswa dibagi oleh guru dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen.


(52)

3. Siswa harus mempunyai kelengkapan pembelajaran baik,buku,media dan alat yang mendukung dalam proses pembelajaran.

4. Siswa berdiskusi untuk menyelesaikan masalah bersama-sama. 5. Guru memanggil nomor siswa secara acak untuk menjawab

pertanyaan yang telah diberikan.

6. Setelah siswa menjawab, guru harus menyimpulkan jawaban siswa dan guru menyimpulkan dan menjelaskan manfaat model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Zubaedi (2012: 229), antara lain. 1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 2) Memperbaiki kehadiran. 3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar. 4) Perilaku mengganggu jadi lebih kecil. 5) Konflik antara pribadi berkurang. 6) Pemahaman yang lebih mendalam. 7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. 8) Hasil belajar lebih tinggi.

Hal ini menyatakan NHT adalah model pembelajaran yang mengajak siswa bekerja sama dengan cara berdiskusi kelompok secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, Setelah itu guru memanggil nomor yang ada pada siswa untuk melaporkan hasil diskusi kelompoknya dan bersama-sama menyimpulkan.


(53)

5. Minat

Slameto (2010: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Oleh sebab itu, minat belajar merupakan rasa lebih suka dengan sesuatu, sehingga lebih tertarik dan menyukai hal tersebut atas keinginan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. (Muhhibbinsyah, 2010: 133).

Syaiful (2010: 152) sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak tentu akan menarik perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar. Senada dengan yang dikemukakan oleh Suryosubroto (2009: 272) minat yaitu memahami keinginan dan kecenderungan yang betul-betul dapat terjangkau, misalnya minat terhadap studi, ke mana harus melanjutnya, kalau ada minat dan diusahakan pasti tercapai, juga minat terhadap pekerjaan tertentu, misalnya berminat menjadi guru, menjadi dokter, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut minat merupakan rasa kecendrungan dari hati yang tinggi dan minat tersebut harus diwujudkan dalam sebuah tindakan.

Djamarah (2011: 191) mengungkapkan suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.


(54)

Hal ini dapat dinyatakan bahwa minat merupakan suatu ekspresi jiwa dalam diri seseorang untuk cendrung lebih menyukai suatu hal misalnya aktivitas, benda atau hal lain yang mebuat seseorang tersebut merasa bahagia melakukan apa yang Ia sukai.

Tanner dan Tanner dalam Djamarah (2011: 192) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri anak didik. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi anak didik di masa yang akan datang.

Bila seseorang mempunyai minat belajar yang tinggi, maka seseorang itu akan mendapatkann hasil belajar yang baik. Namun, sebaliknya bila seseorang mempunyai minat belajar yang rendah makan hasil belajarnya akan menurun.

Menurut Nasution (2012: 82) pelajaran berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat. Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut.

(a) Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan sebagainya).

(b) Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.

(c) Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, “ Nothing succeeds like success”. Tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.

(d) Gunakan berbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan minat belajar siswa merupakan suatu dorongan dalam diri siswa untuk lebih menyukai suatu kegiatan atau suatu hal.


(55)

B. Penelitian yang Relevan Tabel 2. Penelitian Relevan

No Nama Judul Hasil Penelitian

1 Susi Darwati (2012)

Study Comparative Hasil Belajar

Ekonomi Dengan Model NHT dan Model Delikasi pada Siswa Kelas X di Sekolah Menengah Atas Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2011/2012” (Tesis)

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan (1) Ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara model pembelajaran NHT dan model pembelajaran Delikan pada siswa kelas X di SMAN 15 Bandar Lampung, (2) Hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan model pembelajaran NHT lebih baik/lebih tinggi dari pada yang pembelajarannya menggunakan model delikan bagi siswa yang kemampuan awalnya tinggi, dan (3) Hasil belajar ekonomi siswa yang menggunakan model NHT lebih baik/lebih tinggi dari pada yang dari pada yang

pembelajarannya menggunakan model Delikan bagi siswa yang kemampuan awalnya rendah.

2 Atut Dwi Sartika (2012)

“ Pembelajaran

Kooperatif Nubered Heads Together untuk Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, sebesar 9,67 dari 48,39 % pada siklus pertama menjadi 58.06%.


(56)

Tabel. 2 Penelitian Relevan (lanjutan)

No Nama Judul Hasil Penelitian

Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 8

Metro”(Tesis)

Sedangkan dari siklus kedua ke siklus ketiga mengalami peningkatan sebesar 25,81 % dari 58,06% pada siklus ke dua menjadi 83,87% pada siklus yang ketiga, hal tersebut menunjukkan lebih dari 80 jumlah siswa telah mencapai hasil di atas indikator ketuntasan. 3 Dewi

Fatimah (2013) “Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair and Share dan Diskusi Kelompok dengan

Memperhatikan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Abung Selatan Tahun

Pelajaran 2012/2013”

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) pada pengujian pertama menggunakan rumuas Analisis Varian Dua Jalan diperoleh Fhitung 11,532 dan

Ftabel 4,080 menunjukkan

bahwa Fhitung > Ftabel maka

hipotesis diterima, (2) pada pengujian hipotesis kedua menggunakan rumus T-test Dua Sampel Independen diperoleh Thitung 1,339 > Ttabel 2,080

menunjukkan bahwa Thitung

< Ttabel maka hipotesis

ditolak, (3) Pada pengujian hipotesis ketiga

menggunakan rumus T-test Dua Sampel Independen diperoleh Fhitung < Ftabel 2,080

menunjukkan bahwa Thitung

> T tabel maka hipotesis

diterima,(4) pada pengujian hipotesis keempat karena hipotesis satu dan ketiga diterima sedangkan yang hipotesis kedua ditolak, maka hipotesis ke empat ditolak. Hal ini dibuktikan melalui pengujian ke empat menggunakan Analisis


(57)

Tabel. 2 Penelitian Relevan (lanjutan)

No Nama Judul Hasil Penelitian

Varian Dua Jalan

diperoleh Fhitung 1,646 <

Ftabel < Ftabel 4,080 berarti

hipotesis ditolak dengan demikian tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa. 4. Dwi Artini

(2012)

“ Analisis Komparatif

Hasil Belajar Ekonomi Siswa Melalui Model Pembelajaran.

Kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS) dan Talking Stick (TS) pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Sumberjaya Lampung Barat Tahun

2011-2012”

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa : (1) tidak ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa, yang dinyatakan dengan Signifikansi sebesar 0.731> 0,05, sehingga H0

diterima; (2) ada

perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi siswa melalui model pembelajaran TPS dan TS, yang dinyatakan dengan Signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, sehingga H0

ditolak; (3) ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah terhadap hasil belajar ekonomi siswa yang dinyatakan dengan

Signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, sehingga H0 ditolak

;(4) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi antara siswa yang melalui model

pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal tinggi,sedang dan rendah, yang dinyatakan


(58)

Tabel 2. Penelitian yang relevan (Lanjutan)

No Nama Judul Hasil Penelitian

dengan signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Sehingga H0 ditolak; (5)

tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal tinggi siswa, yang dinyatakan dengan thitung < ttabel atau

0.894 < 1.990, sehingga H0 diterima; (6) tidak ada

perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal sedang siswa yang dinyatakan dengan thitung <

ttabel atau 0.559 < 1.990,

sehingga H0 diterima; (7)

tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara siswa yang melalui model pembelajaran TPS dan TS pada tingkat kemampuan awal rendah siswa, yang dinyatakan dengan signifikansi 1.000 > 0.05, sehingga H0

diterima; dan (8) ada perbedaan efektivitas antara model pembelajaran TPS dan TS dalam

pembelajaran ekonomi, yang dinyatakan dengan thitung > ttabel atau 4.278 > 1.990, sehingga H0

ditolak dan model pembelajaran TPS lebih efektif.


(1)

69

model kooperatif tipe NHT pada siswa yang memiliki minat belajar rendah.

Rumusan hipotesis 4

H0 : µ1=µ2 = Tidak ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

H1 : µ1 ≠ µ2 = Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Rumus Hipotesis 5

H0 : µ1 = µ2 = Tidak ada perbedaan minat belajar tinggi dan rendah terhadap hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe NHT.

H1 : µ1 ≠ µ2 = Ada perbedaan minat belajar tinggi dan rendah terhadap hasil belajar IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan Tipe NHT.

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah: Tolak H0 apabila Fhitung > Ftabel ; thitung > ttabel Terima H0 apabila Fhitung < Ftabel ; thitung < ttabel

Hipotesis 1 ,4 dan 5 diuji menggunakan rumus analisis varian dua jalan Hipotesis 2 dan 3 diuji menggunakan rumus t-test dua sampel independen (separatet varian).


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT. Hal ini menunjukkan bahwa ada pebedaan hasil belajar siswa karena adanya perbedaan perlakuan antara kelas eksperimen dengan menggunakan model kooperatif tipe TPS dan kelas kontrol yang menggunakan model kooperatif tipe NHT.

2. Hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan lebih baik hasil belajarnya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3. Hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih rendah dibandingkan yang


(3)

137

pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe NHT pada siswa yang memiliki minat belajar rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa yang memilki minat belajar rendah, hasil belajar siswa akan lebih baik bila menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

4. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini menunjjukan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu digunakan model pembelajaran kooperatif dengan memperhatikan minat belajar.

5. Ada perbedaan minat belajar tinggi dan rendah terhadap hasil belajar IPS terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan Tipe NHT. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan minat belajar yang tinggi dan minat belajar rendah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam pencapaian hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran berikut.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model TPS lebih baik digunakan, karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat dijadikan alternatif bagi guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu dan menumbuhkan antusias siswa dalam belajar sehingga siswa lebih efektif pada pokok bahasan “Pranata dan Penyimpangan Sosial”.


(4)

138

2. Sebaiknya, jika siswa dalam kelas memiliki minat belajar tinggi dalam pembelajaran dapat diterapkan model pembelajaran TPS untuk pokok pembahasan “Pranata dan Penyimpangan Sosial” karena dapat meningkatkan kemapuan berfikir siswa, hasil belajar siswa dan minat belajar siswa.

3. Sebaiknya, siswa yang memiliki minat belajarnya rendah dalam pembelajaran dapat menerapkan NHT untuk pokok pembahasan “Pranata dan Penyimpangan Sosial” karena dapat memberikan ketertarikan kepada siswa untuk berminat dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan NHT Hendaknya untuk mecapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran TPS untuk minat belajar tinggi, sedangkan untuk siswa yang memiliki minat belajar rendah, guru sebaiknya memakai model pembelajar NHT untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok pembahasan “Pranata dan Penyimpangan Sosial”, sehingga siswa lebih efektif dalam menumbuhkan antusias dan minat belajar siswa dalam pembelajaran serta siswa lebih efektif untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar.

5. Hendaknya untuk mecapai tujuan pembelajaran, guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran TPS pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar, sedangkan pada siswa yang memiliki minat belajar rendah, guru sebaiknya memakai model pembelajar NHT untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok pembahasan “Pranata dan Penyimpangan Sosial”


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Baharuddin dan Wahyuni, Nur. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djaali, H. 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta

Djamarah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri.2010. Guru dan Anak Dididk dalam Interaksi Edukatif (Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi). Jakarta: Rineka Cipta.

Hanafiah dan suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT.Refika Aditama

Huda, Miftahul. 2014. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Jihad, Asep dan Haris Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yoyakarta : Multi Pressindo

Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung : Refika Aditama

Melati, 2012. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII. 2 SMP Negeri 2 Kalianda Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Universitas Lampung.

Muhibbinsyah, 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nasution. 2012. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo


(6)

Norita, Esa. 2013. Studi Perbandingan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Numbere Head Together (NHT) dan Model Pembelajaran Tipe Mind Mapping dengan Memperhatikan Sikap Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Terpadu Studi pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 18 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi.

Universitas Lampung.

Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana Pranada Media Grup

Rusman.2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Syaiful, Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung : Alfabeta,

CV.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metode Stastistika. Bandung: Tarsito.

Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka cipta Uno.B, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya Dalam


Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Peningkatan minat dan hasil belajar IPS siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode numbered heads together di SMP Nusantara plus Ciputat

1 6 201

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 5 50

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 28

0 13 186

Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

0 8 129

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN NUMBERED HEADS TOGETHER(NHT) DAN THINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN GAYA BELAJAR SISWA

0 3 90

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.

0 0 15

Perbandingan Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Prestasi dan Sikap Belajar Matematika Siswa MA kelas XI IPS Materi Turunan.

0 0 2