PENGUASAAN ISI MODUL MAHASISWA UT MELALUI MODEL MEMBACA LACAK ISI: Studi eksperimen kuasi mahasiswa Program S1 PGSD UT UPBJJ Bandung mengenai pemahaman bacaan.
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR SINGKATAN ... xii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1
B. Identifikasi masalah ... 5
C. Rumusan masalah ... 6
D. Variabel penelitian dan definisi operasional ... 7
E. Tujuan penelitian ... 7
F. Asumsi ... 8
G. Hipotesis ... 8
H. Manfaat penelitian ... 9
BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Membaca ... 11
1. Perihal membaca ... 11
2. Membaca pemahaman ... 12
a. Pengertian membaca pemahaman ... 12
b. Proses membaca pemahaman ... 13
c. Aspek membaca pemahaman ... 14
3. Motivasi membaca ... 15
4. Hambatan dalam membaca ... 17
5. Meningkatkan motivasi membaca ... 19
6. Kemampuan membaca ... 21
7. Membaca modul ... 25
B. Model membaca lacak isi ... 26
1. Pengertian model membaca lacak isi ... 26
2. Karakteristik model membaca lacak isi ... 32
3. Langkah-langkah model membaca lacak isi ... 35
4. Penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan ... 36
5. Kerangka berpikir ... 38
BAB III: METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Metode penelitian ... 41
B. Lokasi dan subjek penelitian ... 43
(2)
1. Instrumen penelitian kesatu ... 44
2. Instrumen penelitian kedua ... 47
3. Instrumen penelitian ketiga ... 48
D. Teknik analisis data ... 49
1. Teori validitas dan reabilitas data nominal ... 51
2. Teori validitas dan reabilitas data ordinal ... 55
3. Uji normalitas ... 58
4. Uji homogenitas ... 58
BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASANNYA A. Karakteristik modul UT dan faktor-faktor yang terlibat dalam tutorial 59 1. Karakteristik modul UT ... 59
2. Faktor-faktor yang terlibat dalam tutorial ... B. Model membaca yang dikembangkan ... 67
1. Minat/motivasi membaca mahasiswa ... 67
2. Pentingnya model membaca ... 70
C. Penerapan model membaca lacak isi ... 72
1. Tahap pertama ... 72
2. Tahap kedua ... 80
3. Tahap ketiga ... 84
D. Analisis deskriptif ... 87
1. Analisis deskriptif uji coba model membaca lacak isi ... 87
2. Analisis deskriptif pengembangan membaca lacak isi ... 104
3. Analisis deskriptif keunggulan membaca lacak isi ... 125
E. Analisis komparatif ... 139
1. Analisis komparatif uji coba model membaca lacak isi ... 139
2. Analisis komparatif pengembangan model membaca lacak isi .. 148
3. Analisis komparatif keunggulan model membaca lacak isi ... 158
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 169
B. Saran ... 169
DAFTAR PUSTAKA ... 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 174 RIWAYAT HIDUP ...
(3)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca adalah salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Betapa tidak, berbagai perkembangan pengetahuan dan teknologi masa kini, bisa kita peroleh dari hasil membaca. Membaca dapat meningkatkan daya nalar seseorang, apakah itu seorang mahasiswa atau siapapun. Membaca adalah suatu keterampilan, yang dapat meningkatkan daya nalar seseorang. Artinya, daya berpikir seseorang banyak ditentukan oleh kebiasaan membacanya. Secara umum, membaca juga berdampak sekali terhadap peningkatan sumber daya manusia suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah melalui departemen pendidikan nasional sedang menggalakkan wajib baca bagi semua warganya, agar pengelolaan sumber daya alam dan masyarakatnya akan semakin baik di masa depan.
Kehadiran dan penyebaran media cetak yang beraneka ragam dewasa ini, menambah tantangan semua pihak termasuk para mahasiswa, untuk berupaya terus memperoleh dan memanfaatkan informasi-informasi yang sedang berkembang saat ini. Dalam hal ini, kemampuan membaca seseorang harus terus-menerus dikembangkan dan ditingkatkan, agar mampu memahami dan menerapkan pengalaman membacanya dalam rangka menyongsong dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih bermakna.
Widyamartaya (dalam Nuraeni, 2006:1) menegaskan bahwa keterampilan membaca tidak hanya diperlukan di sekolah, melainkan setelah selesai dalam
(4)
pendidikan tinggi dan bertugas di manapun masih tetap diperlukan. Bahkan sebagian orang berpendapat, dengan keterampilan membaca seseorang akan dapat memasuki gerbang keilmuan yang penuh pesona, dan dapat memahami khasanah kearifan yang banyak mendatangkan hikmah.
Harjasujana (2005:1) menegaskan, bahwa kemampuan membaca mempunyai makna yang sangat penting baik dalam kehidupan akademis maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan membaca menjadi kebutuhan yang amat penting jika kita tidak mau tertinggal kemajuan zaman. Apalagi dalam dunia pendidikan, kegiatan membaca dapat disebut sebagai modal utama bagi para pelakunya. Sudah pasti, peranan guru dan sekolah dalam hal ini akan sangat berpengaruh dalam memberikan motivasi membaca kepada para siswanya.
Nurgiyantoro (dalam Nuraeni, 2006:2) juga menegaskan, keberhasilan studi seseorang akan sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan membacanya. Bahkan setelah seseorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kemauan membacanya tersebut akan sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah. Hal ini akan dapat dilihat dari cara seseorang memahami permasalahan di sekitarnya, dan juga tindakan penyelesaiannya. Selanjutnya, Nurgiyantoro menyarankan agar pengajaran bahasa yang mempunyai tugas membina dan meningkatkan kemampuan membaca siswa, hendaknya menaruh perhatian yang cukup terhadap usaha peningkatan kemampuan dan kemauan membaca para siswa.
(5)
Peranan pendidik (dosen/tutor) pada kegiatan pembelajaran harus dapat memotivasi mahasiswa agar menyenangi acara perkuliahan (tutorial). Karena itu, seorang dosen/tutor harus pandai memilih dan menyusun skenario perkuliahan, sehingga mahasiswa merasa tertarik. Suherman (dalam Sukarjo, 2007:3) mengemukakan, bahwa pembelajaran akan lebih bermakna (meaningful), jika siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to know about) tetapi juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be), dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta belajar bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together).
Iskandarwassid (2004:3) menengarai, bahwa kondisi semacam itu kurang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran. Ada beberapa faktor penentu kualitas pembelajaran, yaitu; faktor siswa (raw input); faktor lingkungan (environmental input; alam, sosial budaya); faktor instrument (instrumental input; kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan tenaga pengajar); dan proses belajar mengajar (learning-teaching process; bermacam-macam pengembangan kegiatan belajar mengajar).
Seorang dosen/tutor selayaknya dapat meningkatkan mutu perkuliahan di kelas. Untuk itu diperlukan dosen/tutor bahasa yang kreatif, sehingga dapat menghayati prinsip-prinsip kurikulum, dan menggunakan pendekatan yang tepat sebagai strategi pembelajaran bahasa, agar penguasaan keterampilan berbahasa mahasiswa dapat ditingkatkan. Demikian pula dengan proses penguasaan keterampilan membaca, diperlukan suatu metode perkuliahan yang dapat mengembangkan dan menumbuhkan minat baca mahasiswa, baik pada
(6)
perguruan tinggi konvensional maupun pada perguruan tinggi non-konvensional (seperti Universitas Terbuka). Begitu juga dalam hal memotivasi mahasiswa agar lebih senang membaca, apakah itu untuk kepentingan perkuliahan/tutorial atau yang lainnya.
Program S1 PGSD (Strata 1 Program Guru Sekolah Dasar) pada UT UPBJJ (Universitas Terbuka Unit Program Belajar Jarak Jauh) Bandung, adalah program perkuliahan yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang berstatus sebagai guru SD (Sekolah Dasar). Mereka ditingkatkan jenjang pendidikannya, yang semula cukup beijazah SPG (Sekolah Pendidikan Guru) atau yang sederajat dan D2 PGSD (Diploma 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar) menjadi S1 PGSD (Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Banyak guru SD yang berminat menempuh program ini, karena untuk memenuhi tuntutan profesi di lembaganya, menyusul peraturan baru mengenai syarat minimal latar belakang pendidikan tenaga guru SD adalah S1. Besar kemungkinan faktor inilah yang banyak dijadikan mahasiswa sebagai motivasi untuk mengikuti program ini, selain faktor tuntutan belajar bagi pengembangan wawasan akademik sebagai seorang guru.
Kedua motivasi tersebut sangat berpotensi untuk dijadikan semangat dalam mewujudkan cita-citanya. Mc. Donald yang dikutip Oemar Hamalik dalam Syaiful Bahri Djamarah (2002: 114) mengemukakan, karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.
(7)
Hasil penelitian Nurhatin (1997) menyebutkan, adanya hubungan yang tinggi antara variabel minat baca buku ajar dan kebiasaan membaca buku ajar dengan tingkat pemahaman dalam membaca. Hasil ini memberikan gambaran bahwa betapa besarnya faktor minat baca sebagai suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan membaca.
Membaca sebagai bentuk motivasi belajar bagi mahasiswa UT adalah suatu keharusan, karena dengan membaca mahasiswa dimungkinkan dapat mengikuti tutorial dan ujian dengan baik. Tutorial adalah kegiatan pertemuan mahasiswa (tutee) dengan dosennya (tutor) untuk membahas permasalahan yang terdapat pada modul yang telah dibaca mahasiswa. Permasalahan yang sering muncul pada saat tutorial dan dianggap dominan, adalah kesiapan mahasiswa mengikuti tutorial. Seringkali mahasiswa hadir pada kegiatan tutorial tanpa pemahaman dan penguasaan modul sebagaimana mestinya, karena sebagian besar mahasiswa belum membaca modul.
Lebih khusus lagi masalah kesiapan tutorial yang menjadi latar belakang dalam penelitian ini adalah:
1. Penguasaan buku materi pokok (modul) sebagai bekal tutorial bagi mahasiswa UT program S1 PGSD dipandang masih rendah.
2. Tidak semua mahasiswa dapat memahami cara membaca modul, sehingga baginya membaca modul merupakan “beban” yang berat.
3. Kurangnya motivasi membaca pada sebagian besar mahasiswa, antara lain disebabkan oleh faktor usia dan kesibukan kerja.
(8)
B. Identifikasi Masalah
Untuk dapat melihat secara mendalam bagaimana sebenarnya kondisi membaca para mahasiswa UT, berikut ini adalah beberapa kenyataan yang penulis jumpai:
1. Peningkatan penguasaan isi modul:
Sebagian besar mahasiswa belum UT siap mengikuti tutorial, karena modul yang akan dibahas belum dibaca atau sudah dibaca tetapi belum sempat menganalisisnya, sehingga pada saat tutorial berlangsung mahasiswa tidak dapat mengemukakan permasalahan yang terdapat dalam modul.
2. Peningkatan penguasaan isi modul dengan menggunakan model membaca lacak isi:
Sebagian besar mahasiswa UT belum mengetahui cara/teknik membaca modul yang tepat, sehingga persoalan membaca (penguasaan terhadap bahan bacaan) dan minat membaca menjadi masalah yang serius.
3. Peningkatan motivasi membaca modul:
Keberadaan modul bagi mahasiswa UT seharusnya dapat meningkatkan keinginan belajar. Tetapi karena motivasi membaca yang rendah, seringkali mahasiswa hadir pada acara tutorial dengan kondisi belum siap belajar.
C. Rumusan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model membaca yang dapat meningkatkan penguasaan mahasiswa terhadap modul. Sampel yang dijadikan sebagai objek penelitian penulis adalah modul mata kuliah KDM
(9)
(Keterampilan Dasar Menulis). Mata kuliah tersebut kebetulan diampuh oleh penulis, yang bertindak sebagai tutor sekaligus sebagai peneliti.
Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut, maka perlu membuat rumusan masalah berupa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimanakah karakteristik modul UT, dan faktor-faktor apakah yang terlibat dalam proses tutorial mata kuliah KDM pada program PGSD UT?
2. Model membaca seperti apakah yang perlu dikembangkan, untuk meningkatkan penguasaan isi modul mahasiswa UT pada mata kuliah KDM? 3. Sejauh manakah keunggulan model membaca yang dikembangkan,
dibandingkan dengan model membaca yang lain?
D. Variabel penelitian dan definisi operasional
Penelitian ini akan menyelidiki apakah benar penggunaan model membaca tertentu dapat meningkatkan penguasaan isi modul. Maka yang menjadi variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah model membaca lacak isi, sedang variabel terikatnya (dependent variable) adalah penguasaan modul. Selanjutnya penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen, yang menetapkan variabel bebas sebagai kelompok eksperimen dan variabel terikat sebagai kelompok kontrol.
Definisi operasional yang dijabarkan berdasarkan judul tesis “Penguasaan Isi Modul Mahasiswa UT melalui Model Membaca Lacak Isi” (Eksperimen Kuasi
(10)
terhadap Mahasiswa Program S1 PGSD Universitas Terbuka mengenai Pemahaman Bacaan) adalah:
1) Penguasaan modul adalah keberhasilan memahami dan menguasai isi modul berupa teks bacaan, yang berisi uraian materi dari suatu pembahasan/wacana tertentu dari jenis buku “beperaturan” sebagai variabel bebas.
2) Model membaca lacak isi adalah suatu cara/teknik membaca yang menekankan pada aspek pemahaman yang mendalam terhadap isi bacaan, setelah melalui proses pengkajian dan pendalaman materi, yang selanjutnya disebut variabel terikat.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik modul UT dan faktor-faktor apa saja yang berperan dalam tutorial, menemukan model membaca yang cocok untuk memahami/menguasai isi modul, dan mengetahui keunggulan model membaca modul yang dikembangkan. Lebih khusus lagi penelitian ini bertujuan:
1. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model membaca, dalam meningkatkan penguasaan isi bacaan mahasiswa terhadap modul? 2. Ingin mengetahui bagaimana model membaca berperan, dalam usaha
meningkatkan penguasaan isi modul?
3. Ingin mengetahui apakah modul yang digunakan UT dapat mendorong motivasi membaca mahasiswa?
(11)
F. Asumsi
Beberapa hal yang dapat dijadikan asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. UT menerapkan sistem belajar jarak jauh. Oleh karena itu membaca bagi mahasiswa UT adalah suatu keharusan agar dapat menguasai modul, dan agar dalam proses tutorial mereka dapat berpartisipasi aktif memecahkan permasalahan sebagai hasil kajian membacanya.
2. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam mengembangkan wawasan keilmuannya, maka seorang mahasiswa butuh membaca. Membaca adalah kunci untuk membuka ilmu.
G. Hipotesis
Adanya hipotesis dimaksudkan untuk menjawab permasalahan secara tentatif, dan dalam rangka memberikan arahan pada penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Nol (Ho): Tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil tutorial yang menggunakan model membaca yang dikembangkan, dengan yang menggunakan model membaca lain.
2. Hipotesis Kerja (Ha): Ada perbedaan yang signifikan antara hasil tutorial yang menggunakan model membaca yang dikembangkan, dibandingkan dengan yang menggunakan model lain.
(12)
H. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran dan masukan tentang penggunaan model membaca, baik secara teoretis maupun praktis, yaitu:
1. Manfaat teoretis: Diharapkan dapat memperkaya model-model membaca yang menekankan pada aspek bacaan, sebagaimana pendapat Rogger Farr (1969) bahwa untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan sudut pandang penulis dan kesimpulan bacaan.
2. Manfaat praktis:
a. Bagi mahasiswa: Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan isi bacaan modul, dan meningkatkan motivasi membaca mahasiswa dengan prinsip-prinsip membaca yang benar.
b. Bagi tutor: Dengan dikuasainya materi isi modul oleh mahasiswa, tutor dapat memastikan bahwa materi yang akan ditutorialkannya sudah dibaca dan dipahami, sehingga mahasiswa yang hadir di tempat tutorial sudah siap dengan sejumlah pertanyaan dan permasalahan yang muncul dari hasil pengkajian modul.
c. Bagi UT: Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan dan penulisan modul, serta bagaimana memperlakukan modul sebagaimana yang digariskan oleh UT.
(13)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Membaca
1. Perihal membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting, bahkan boleh dikatakan suatu keharusan bagi seseorang yang tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Karena dengan kemampuan membacanya, seseorang akan mampu menjawab perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang menjadi perhatian bangsanya. Harjasujana (2006) menegaskan bahwa kemampuan membaca merupakan wahana utama yang dapat menjunjung martabat suatu bangsa ke kedudukannya yang paling tinggi, sudah menjadi keyakinan yang tidak diragukan lagi dalam era reformasi yang tengah kita jalani ini.
Membaca juga dapat memperluas cakrawala pengetahuan dan memperdalam ilmu seseorang. Namun, sering ada orang yang mengeluh karena kegiatan membaca yang dilakukannya tidak memberikan hasil yang memuaskan (Akil, 1993: 21). Kasus membaca pada sebagian besar mahasiswa UT program S1 PGSD adalah umumnya mereka mengeluh dengan persoalan membacanya. Keluhan itu meliputi kelambatan dalam hal menangkap isi bacaan, dan kurangnya pemahaman atau penguasaan terhadap bahan bacaan yang dibacanya. Padahal motivasi awal ketika mereka masuk program tersebut sangat tinggi, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah mahasiswa setiap semester. Sayangnya motivasi
(14)
tersebut tidak dibarengi dengan kesungguhan mereka dalam belajar, khususnya dalam hal membaca sebagai syarat untuk mengikuti tutorial di UT.
Untuk dapat menjadi bangsa yang senang membaca diperlukan usaha yang kuat, agar semua informasi yang sedang menjadi masalah aktual dapat dipahami dan menjadi wacana bagi pengembangan kehidupan masa kini. Salah satu usaha kuat yang dimaksud adalah meningkatkan penguasaan isi bacaan dan motivasi membaca. Bagaimanapun beragamnya informasi yang penting, baik menyangkut perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, maupun informasi yang berkenaan dengan profesi dan individual layak untuk dibaca sebagai penambah wawasan.
2. Membaca pemahaman
a. Pengertian membaca pemahaman
Menurut Weiner dalam Akil (1993: 57) menyatakan bahwa membaca pemahaman itu merupakan suatu proses yang rumit yang berlangsung dalam diri seorang yang melakukan kegiatan membaca dengan mendayagunakan segala kapasitas mental yang dimilikinya untuk memperoleh makna (pemahaman) dari bahan yang dibacanya.
Sehubungan dengan membaca pemahaman ini, beberapa ahli menyatakan bahwa untuk memahami suatu bacaan, pembaca pertama-tama harus menangkap makna kata tunggal, memahami keterkaitan kata-kata dalam bacaan, dan yang terakhir pembaca harus mampu menarik makna dari rangkaian kata, bukan hanya makna kata secara sendiri-sendiri.
(15)
Geoffry Leech dalam Akil (1993: 59) menengarai bahwa untuk memahami atau memilih makna yang tepat dalam satu bacaan, seorang pembaca perlu memahami bermacam-macam makna dan cara pemaknaan menurut konteks bahan yang dibacanya. Ada 7 macam makna yaitu (1) makna logis atau denotatif, (2) makna konotatif, (3) makna berdasarkan lingkungan sosial pemakai bahasa, (4) makna menurut perasaan/sikap pembicara/penulis, (5) makna yang berkaitan dengan pernyataan lain atau yang terpantul dari pernyataan tertentu, (6) makna yang berkaitan dengan makna kata lain yang sering muncul dalam lingkungan/konteks yang sama, dan (7) makna menurut cara penyampaian atau urutan penekanan pesan). Selain itu pembaca juga harus mampu membedakan antara makna proposisional, makna kontekstual, dan makna fragmatis.
b. Proses membaca pemahaman
Membaca pemahaman atau memahami bacaan merupakan suatu proses yang sangat rumit. Proses itu berlangsung dalam bentuk interaksi dari berbagai unsur, mulai dari proses penginderaan yang melahirkan proses perseptual sampai pada pengambilan dan pengendapan informasi dari bacaan. Untuk mengetahui lebih rinci bagaimana proses membaca pemahaman itu berlangsung, dapat dilihat dari uraian berikut ini:
o Membaca dengan tujuan untuk memahami bacaan merupakan suatu proses kerja psikis dan fisik antara indra penglihatan, indra perabaan, dan indra pembaca.
o Membaca adalah suatu proses fisik atau sensoris.
(16)
o Kegiatan membaca merupakan gabungan berbagai proses yang menyatu dan terjadi secara serempak.
o Proses membaca mengenal model bottom-up, top-down, dan interactive.
o Bottom-up adalah proses membaca yang lebih banyak dikendalikan oleh bahan bacaan itu sendiri (bacaan merangsang dan mengarahkan pembaca akan isi bahan yang dibacanya).
o Top-down menekankan bahwa dalam proses membaca, maka pembacalah yang lebih menentukan (pembaca sudah mempunyai pengetahuan atau konsep tentang hal yang dibacanya).
o Interactive adalah proses membaca yang memadukan antara bahan bacaan dengan pembaca yang saling melengkapi dalam pemahaman suatu bacaan.
c. Aspek membaca pemahaman
Sebenarnya aspek yang dinilai dalam pemahaman bacaan terdiri atas tiga bagian besar, yaitu:
(1) pemahaman tentang bahasa dan lambang tulisannya, (2) tentang gagasan yang terdapat dalam bacaan, serta (3) nada dan teknik yang digunakan pengarang.
Harris dalam Akil (1993: 70) mengatakan bahwa pemahaman bacaan dapat diukur melalui pertanyaan tentang pokok pikiran atau gagasan yang dikemukakan pengarang. Keempat aspek utama (inti) pemahaman bacaan yaitu mencakup pemahaman mahasiswa tentang gagasan utama, gagasan tambahan, kesimpulan bacaan, dan pandangan pengarang. Rinciannya adalah:
(17)
1) Gagasan utama itu adalah bagian-bagian yang terpenting dalam sebuah bacaan. Gagasan utama harus menjadi pusat perhatian pembaca, karena dengan mengetahui keseluruhan gagasan utama yang ada dalam sebuah bacaan, berarti memahami secara umum isi yang terdapat dalam bacaan itu. 2) Gagasan tambahan yaitu ide-ide penjelas yang terdapat dalam sebuah bacaan,
dan merupakan pendukung gagasan utama, yang terdapat dalam kalimat-kalimat penjelas.
3) Kesimpulan bacaan adalah pemahaman tentang jalan pikiran pengarang dengan mengikuti penjelasan-penjelasan yang disampaikan dalam bacaan, serta semua gagasan utama yang dikemukakan mulai dari awal sampai akhir bacaan.
4) Pandangan pengarang yaitu sikap yang ditunjukkan pengarang terhadap objek yang dikemukakan pengarang dalam karangannya (Keraf, 1982: 143). Dalam pemahaman bacaan, seorang pembaca diharapkan mampu menganalisis apa sebenarnya pertimbangan-pertimbangan pengarang mengemukakan pokok masalah yang dikemukakan.
2. Motivasi membaca
Motivasi membaca itu dapat berarti suatu dorongan untuk mencapai tujuan membaca. Motivasi itu timbul pada diri seseorang karena adanya dorongan untuk memperoleh kepuasan hidup. Salah satu cara untuk mencapai kepuasan itu ialah menyerap informasi yang diperlukan dari berbagai bahan wacana (Pintrich dan Schrauben dalam Damaianti, 2001:26).
(18)
Karena keingintahuan untuk memperoleh pengetahuan, seseorang akan berusaha terus agar mendapatkan informasi. Segala macam cara akan dilakukan dan berusaha untuk terus mendapatkan informasi terbaru, dengan harapan wawasan keilmuannya akan selalu bertambah dan up to date. Tingkah laku dan usaha yang begitu kuat untuk memperoleh informasi inilah yang menjadi ciri seseorang memiliki motivasi.
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Djamarah, 2002:118). Usaha yang giat untuk terus berburu informasi dan menjadikannya kebiasaan atau tingkah laku membaca, dapat dikatakan sebagai motivasi membaca. Dengan adanya motivasi membaca, seseorang mempunyai kecenderungan untuk melakukan kegiatan membaca dengan tujuan memperoleh kepuasan menemukan informasi. Proses motivasi membaca itu dijelaskan oleh Martin (dalam Damaianti, 2001:27) melaui bagan di bawah ini:
Gambar 1
Proses motivasi membaca
DORONGAN mendapatkan kepuasan
hidup
KEBUTUHAN memperoleh
informasi
MOTIF memperoleh
informasi
MOTIVASI MEMBACA
KEGIATAN MEMBACA
TUJUAN memperoleh
(19)
Seseorang yang memiliki motivasi membaca yang tinggi, pastinya mempunyai hasrat yang kuat untuk mencari informasi yang terdapat dalam wacana dan menghayati pentingnya arti wacana bagi dirinya. Digambarkan oleh Damaianti bahwa seorang mahasiswa yang sedang membaca modul tentang kalimat efektif bila di tanya, “Mengapa Anda membaca wacana ini?” maka mahasiswa akan menjawab, “karena saya ingin memahami dan menerapkan kalimat efektif pada saat saya menulis laporan perbaikan pembelajaran nanti”. Tetapi bagi seseorang yang motivasi membacanya rendah, dia hanya mau membaca manakala ada dorongan atau tugas dari luar dirinya. Biasanya mahasiswa yang memiliki motivasi membaca yang rendah banyak mengharapkan bantuan dosennya, atau mau membaca jikalau ada tugas yang diberikan pada dirinya.
Menurut Gottfried (dalam Damaianti, 2001:27) motivasi membaca dalam kegiatan membaca mempunyai arti aktivitas yang disertai kesenangan yang melekat pada aktivitas membaca itu sendiri. Dengan kata lain kalau aktivitas membaca sudah menjadi kesenangan, maka membaca adalah suatu kebutuhan yang harus dilakukan setiap saat. Membaca dapat menjadi kebiasaan, bukan merupakan beban yang harus dipaksakan.
3. Hambatan dalam membaca
Hambatan belajar yang sering ditemui pada orang dewasa yang sedang belajar adalah hambatan psikologis, walaupun dikatakan bahwa belajar merupakan kebutuhan setiap orang, tidak terkecuali orang dewasa (Abdulhak, 2002:28). Kebutuhan belajar dalam kasus mahasiswa program S1 PGSD diartikan
(20)
dengan kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang dituntut, atau dipersyaratkan dalam kehidupan, yang dalam hal ini adalah tuntutan akademik berupa belajar. Peraturan yang baru mensyaratkan bahwasanya seorang guru SD harus berijazah minimal S1. Sudah pasti bahwa dalam memperoleh jenjang tersebut haruslah ditempuh dengan belajar. Kegiatan belajar yang dimaksud lebih khusus adalah kegiatan membaca, yang pada sebagian orang menjadi permasalahan. Betapa tidak, inti dari kegiatan belajar adalah membaca. Pada kasus kegiatan membaca mahasiswa UT, yang juga para guru SD adalah masalah dilematis. Dorongan atau tuntutan akademik untuk meraih jenjang pendidikan S1, kadangkala kurang dibarengi dengan motivasi belajar atau membaca. Hal ini merupakan permasalahan belajar orang dewasa, biasanya kegiatan membaca orang dewasa sering terhambat oleh kesibukan pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Menurut Tampubolon (1987:10) selain hambatan psikologis, kebiasaan-kebiasaan tertentu dapat menyebabkan tidak efisiennya kegiatan membaca. Cepat lambatnya Anda mencapai kemampuan membaca yang diharapkan sebahagian tergantung pada cepat lambatnya Anda menanggalkan kebiasaan atau kebiasaan-kebiasaan yang tak efisien itu. Beberapa kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik itu antara lain susah berkonsentrasi pada saat membaca, dan jarang sekali membaca.
Selanjutnya Nurhadi (2005:17) mengungkapkan bahwa permasalahan umum yang sering dihadapi para pembaca adalah orang yang tak sadar dengan masalah membacanya. Kebanyakan orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan maupun dalam tingkat pemahaman. Ada
(21)
beberapa masalah dan hambatan yang umum terjadi pada setiap orang antara lain kurangnya minat baca, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca yang cepat dan efektif.
Faktor lain yang juga dapat menghambat seseorang membaca adalah karena ketidaktahuannya tentang teknik-teknik membaca. Untuk mengatasinya pembaca harus melengkapi diri dengan pengetahuan tentang teknik-teknik membaca cepat. Disamping harus menguasai teknik-teknik membaca, pembaca harus pula mampu memilih teknik membaca yang tepat. Penentuan teknik membaca yang tepat ini dipengaruhi oleh tujuan membaca dan sifat bacaan (Akil, 1993: 37).
Jika seseorang membaca dengan tujuan hanya ingin memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan, maka teknik yang digunakan adalah teknik membaca layap (skimming), sedang kalau dia ingin mencari informasi tertentu dengan cepat, maka teknik yang digunakan adalah membaca tatap (scanning). 4. Meningkatkan motivasi membaca
Menurut Turner, JC (dalam Damaianti, 2001: 38), terdapat empat karakteristik yang harus dipersiapkan dalam upaya peningkatan motivasi membaca, yaitu (1) tantangan dan perbaikan diri, (2) kemandirian siswa, (3) usaha mewujudkan kepentingan pribadi, dan (4) kolaborasi sosial.
Berdasarkan pendapat Turner tersebut keempat upaya peningkatan motivasi membaca itu dapat dijelaskan melalui rangkuman sebagai berikut. Pada dasarnya agar siswa memiliki kemauan dalam menyelesaikan tugas-tugas membacanya, maka guru harus membuat tingkat kesulitan tugas berada pada
(22)
tingkat yang moderat, bukan dengan cara menyederhanakan tugas, bukan pula dengan memberikan tugas-tugas yang menyebabkan siswa menjadi frustasi. Tingkat kesulitan tugas yang moderat, dapat membantu siswa mengukur kemajuannya dalam mencapai tujuan. Konsekuensinya, tugas semacam itu dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemauan.
Motivasi akan tumbuh pada diri siswa, apabila mereka diberi peluang untuk menentukan sendiri tujuan membacanya. Bila siswa diberi peluang untuk menentukan sendiri dalam membuat keputusan pada kegiatan membacanya, tampaknya mereka akan tertarik untuk melakukan kegiatan tersebut dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah dibuatnya. Akan tetapi, bila hanya guru yang melakukan pemantauan terhadap penyelesaian tugas-tugas yang dilakukan siswa, maka hal itu akan merendahkan motivasi.
Ada dua cara yang dapat dilakukan agar minat dapat mempengaruhi motivasi. Pertama, mengusahakan agar siswa dapat memilih dan tekun dalam memproses informasi-informasi yang dibutuhkan. Bila siswa sudah tertarik atau memiliki minat terhadap sebuah wacana, mereka akan mencoba untuk menekuninya. Kedua, minat mempengaruhi tujuan yang diterapkan siswa. Bila siswa didorong untuk mengekspresikan ide-idenya, tampaknya mereka lebih ingin menetapkan tujuan belajarnya.
Konsep-konsep mutakhir seperti yang diungkapkan Bloome dan Egan menunjukkan adanya pengaruh faktor sosial terhadap kualitas pemahaman dan pengertian siswa terhadap wacana. Pihak-pihak orang tua, guru, dan teman sebaya berperan sebagai model yang memberikan dukungan dan tantangan
(23)
kepada anak untuk mencapai sendiri pengertian terhadap wacana. Social guidance dan kerja sama kelompok dalam kelas dipandang sebagai aspek yang fundamental dalam peningkatan motivasi.
Menurut Rusyana (1984: 192) usaha agar anak menjadi pembaca yang baik diantaranya adalah usaha untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan baca tulis mereka. Dengan minat dimaksudkan kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, orang, hal, atau keadaan, mempunyai hubungan atau kepentingan baginya.
Menumbuhkan minat sangat penting kedudukannya dalam hubungan kegiatan baca tulis. Dengan membiasakan membaca, sekaligus menjadikannya keharusan bagi kehidupan keseharian adalah contoh bagaimana meningkatkan minat membaca. Selanjutnya Rusyana mengemukakan kegiatan baca tulis terutama berusaha menimbulkan minat budaya, yaitu minat yang luas dan mendalam akan nilai bacaan dan tulisan, serta kesadaran akan kemanfaatannya bagi kehidupan.
Kebutuhan belajar pada setiap orang dewasa dapat berkembang, bertambah, dan berkurang. Bahkan dapat secara berkelanjutan, dan berganti-ganti. Terpenuhinya sesuatu kebutuhan, dapat menjadi potensi untuk melahirkan kebutuhan baru yang kedudukannya lebih tinggi. Apabila seseorang telah memperoleh kemampuan membaca (sebagai kebutuhan dasar), ada kecenderungan ia ingin mengetahui isi buku yang ditemuinya (Abdulhak, 2000: 29).
Jadi, dengan terus membiasakan membaca niscaya akan berdampak pada pemahaman dan kecenderungan untuk menjadikan membaca sebagai kebutuhan.
(24)
Kalau membaca sudah dikategorikan sebagai kebutuhan, maka kegiatan membaca tidak lagi menjadi penghambat dan beban psikologis bagi kelangsungan belajar.
5. Kemampuan membaca
Setiap orang berbeda kemampuan membacanya. Ada pembaca yang baik dan ada pembaca yang buruk. Dilihat dari tingkat kemampuan membacanya, ada tiga golongan pembaca, yaitu: pembaca literal, pembaca kritis, dan pembaca kreatif (Nurhadi, 1989:57). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pembaca literal mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplisit). Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara literal (tampak jelas) dalam bacaan. Pembaca kritis mengolah bahan bacaan secara kritis untuk menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat, maupun makna tersiratnya, melalui tahap mengenal, memahami, menganalisis, mensintesis, dan menilai. Pembaca kreatif tidak hanya menangkap makna yang tersurat, makna antarbaris, dan makna dibalik baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari.
Tampubolon (1987:11) mengemukakan bahwa kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi bacaan. Cara mengukur kemampuan membaca ialah: Jumlah kata yang dapat dibaca per menit dikalikan dengan persentase pemahaman isi bacaan. Akil (1993:27) menambahkan bahwa batasan kemampuan membaca di atas sejalan pula dengan konsep kemampuan efektif membaca (KEM) yang diungkapkan oleh Harjasujana dalam pidato
(25)
pengukuhannya sebagai guru besar pada FPBS IKIP Bandung pada tanggal 26 Desember 1988. Dalam batasan kemampuan membaca ada dua unsur pokok yang dilibatkan, yaitu kecepatan dan pemahaman. Kedua unsur ini berkaitan dengan konsep membaca cepat (speed reading) dan membaca pemahaman (reading comprehension).
Kemampuan membaca pemahaman berhubungan dengan proses berpikir. Dalam hal ini, seorang tokoh psikologi yang terkenal, yaitu Piaget menyatakan bahwa perkembangan berpikir manusia itu bertahap-tahap dan akan semakin kompleks pada tahap yang lebih lanjut. Pada setiap tahap ditandai oleh terbentuknya struktur konsep atau intelektual tertentu yang disebut skema. Skema menjadi mediator antara seseorang dengan lingkungannya. Berdasarkan berbagai pengertian di atas terhadap perkembangan kegiatan membaca, muncul definisi baru terhadap proses membaca. Proses membaca dihubungkan dengan strategi memahami teks dan pemahaman teks (Arshad dalam Nuraeni, 2006:24).
Ki Supriyoko (2006) menyatakan rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca rendah. Pada satu sisi rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca masyarakat kita disebabkan rendahnya minat baca, di sisi lain rendahnya kebiasaan dan kemampuan membaca tidak mengondisikan kedalaman pengetahuan dan keluasaan wawasan.
Berdasarkan pendapat Tampubolon, kemampuan membaca itu ditentukan oleh faktor-faktor pokok yaitu kompetensi kebahasaan, kemampuan mata,
(26)
penentuan informasi fokus, teknik-teknik dan metode-metode membaca, fleksibilitas membaca, dan kebiasaan membaca. Lebih rincinya adalah:
a. Kompetensi kebahasaan adalah penguasaan bahasa Indonesia secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata.
b. Kemampuan mata adalah ketrampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien.
c. Penentuan informasi fokus adalah menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efiensi membaca.
d. Teknik-teknik dan metode-metode membaca adalah cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan. e. Fleksibilitas membaca adalah kemampuan menyesuaikan strategi membaca
dengan kondisi-baca (tujuan membaca dan materi bacaan/keterbacaan).
f. Kebiasaan membaca adalah minat dan ketrampilan membaca yang baik dan efisien.
Nurhadi (2005: 128) menjelaskan bahwa pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan berkomunikasi lisan merupakan modal utama membaca, tampaknya pengetahuan tentang teknik lebih cenderung dianggap sebagai alat. Alat yang dapat digunakan dalam mencerna bahan tulis. Secara garis besar, pengetahuan tentang teknik membaca itu meliputi (1) pengetahuan tentang aspek-aspek ketrampilan membaca, (2) pengetahuan tentang teknik membaca cepat, dan (3) pengetahuan tentang membaca telaah ilmiah.
(27)
Pengetahuan, pengalaman, dan konsep-konsep tentang segala sesuatu merupakan modal utama untuk membaca. Semakin kaya seseorang akan informasi, pengetahuan, pengalaman, dan konsep-konsep, semakin besar pula kesiapannya untuk mengolah ide-ide dan gagasan-gagasan yang tertuang dalam bacaan. Dengan demikian, semakin kritis pula ia untuk menyeleksi setiap gagasan yang dikemukakan penulis sehingga diperoleh informasi baru yang lebih selektif.
Kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang setelah ia dapat berkomunikasi lisan. Atau dengan kata lain, dalam urutan perolehan kemampuan berbahasa (urutan normal), komunikasi lisan mendahului komunikasi tulis. Akibatnya, sebelum seseorang dapat membaca dan menulis, tentu harus dapat berbicara dan mendengar dahulu.
Pengetahuan tentang teknik membaca lebih cenderung dianggap sebagai alat. Alat yang dapat digunakan dalam menerima bahan tulis. Realisasinya berupa seperangkat keterampilan untuk mengolah setiap aspek bacaan menjadi sesuatu yang bermakna bagi pembaca. Keterampilan ini berkaitan dengan keseluruhan aktivitas membaca sehingga dapat mencakup makna proses membaca sebagai kegiatan mempersepsi simbol-simbol tulis, membaca sebagai aktivitas mengolah makna yang terkandung dalam bahan bacaan, kreativitas membaca, sampai pada aktivitas membaca cepat.
6. Membaca modul
Membaca modul bagi mahasiswa UT adalah syarat untuk dapat mengikuti tutorial dengan baik. Karena itu keberadaan modul bukan hanya sekedar dibaca
(28)
tetapi dikaji dan dianalisis, sehingga pada waktu mahasiswa datang ke tempat tutorial sudah berbekal pengetahuan dan permasalahan sebagai hasil membacanya. Wardani (2007: 1.2) menulis, bahwa setiap modul UT pada bagian pendahuluan biasanya terdapat informasi yang berisi antara lain: Baca dengan cermat setiap uraian, catat kata-kata kunci dari setiap bagian, kerjakan latihan secara disiplin, dan cocokkan kata-kata kunci yang telah Anda catat dengan rangkuman, sebelum mengerjakan tes formatif.
Memang untuk dapat memahami isi modul dengan baik diperlukan cara membaca tersendiri, yaitu dengan mengenali terlebih dahulu jenis buku yang akan dibacanya. Tampubolon (1987: 166) menganjurkan agar sebelum membaca, jenis buku perlu diketahui, karena pengetahuan tentang jenis itu akan membantu dalam membuat dugaan tentang isi buku dan dalam menentukan sikap dan cara membacanya. Struktur buku juga perlu diketahui, karena pengetahuan ini juga akan membantu dalam pemahaman pikiran-pikiran yang dikemukakan oleh pengarang, dan bermanfaat dalam menemukan informasi-informasi tertentu tentang buku itu.
Keharusan membaca bagi mahasiswa UT adalah bentuk konkrit dari belajar mandiri. Mahasiswa UT dituntut harus bisa belajar mandiri, belajar atas kemauan dan kesadaran sendiri. Oleh karena itu diperlukan strategi membaca yang tepat agar modul yang menjadi acuan belajar di UT dapat dipahami. Kemampuan belajar tergantung pada kemampuan membaca dan kemampuan memahami isi bacaan. Untuk dapat belajar mandiri secara efisien, mahasiswa UT dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang kuat (Katalog UT, 2008: 2).
(29)
Secara umum tampilan modul UT terdiri dari (1) pendahuluan yang memuat lingkup materi dan tujuan instruksional khusus, (2) pembahasan materi berupa konsep-konsep disertai contoh, (3) latihan berikut petunjuk jawaban latihan, (4) rangkuman, dan (5) tes formatif beserta rumus hasilnya berupa angka untuk mengetahui tingkat penguasaan terhadap materi (penguasaan di bawah 80% disarankan mengulang lagi).
B. Model Membaca Lacak Isi
1. Pengertian model membaca lacak isi
Model membaca lacak isi pertama kali dikenalkan oleh Syamsuddin AR, dosen ahli kebahasaan (linguistik) pada program pasca sarjana UPI Bandung menanggapi permasalahan membaca di kalangan mahasiswa S1 PGSD UT Bandung yang disampaikan oleh penulis. Intinya, model ini diharapkan dapat menuntun dan mengarahkan mahasiswa agar mau membaca.
Sebelum menjelaskan apa itu pengertian membaca lacak isi, ada baiknya dirunut ke belakang mengenai beberapa pendekatan yang menghasilkan model-model membaca. Subyantoro (2003:1.5) mengemukakan, pendekatan yang selama ini diterapkan dalam studi membaca untuk menghasilkan teori membaca pada dasarnya berkisar pada tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan konseptual, pendekatan empirikal, dan pendekatan eksperimental.
(1) Pendekatan konseptual berangkat dari suatu konsepsi tentang membaca dan berkesudahan dengan suatu model tertentu tentang proses membaca.
(30)
(2) Pendekatan empirikal bertolak dari pengalaman serta penghayatan proses membaca, baik dari penyusunan teori itu sendiri maupun dari orang-orang lain yang dijadikan subjek penelitian.
(3) Pendekatan eksperimental berangkat dari suatu eksperimen tertentu yang ditujukan terhadap seperangkat perilaku membaca yang dapat diamati, dikaji, diuji, dan kemudian dianalisis untuk disimpulkan menjadi suatu teori membaca tertentu.
Model membaca lacak isi adalah suatu model yang dihasilkan dari suatu kajian eksperimen tentang faktor apa-apa saja yang berpengaruh dalam proses membaca, baik terhadap perilaku membaca maupun terhadap kelancaran dan keberhasilan membaca. Teori yang menjadi acuan adalah teori yang memandang bahwa pembaca tidak sekedar menangkap makna dari bacaan, tetapi pembaca mengkritisi apa yang dibacanya. Dengan kata lain model membaca lacak isi menekankan top-down yaitu dalam proses membaca, maka pembacalah yang lebih menentukan (pembaca sudah mempunyai pengetahuan atau konsep tentang hal yang dibacanya).
Beard dalam Salem (1999: 43) menjelaskan bahwa pemahaman terhadap bacaan hanya dapat terjadi bila pembaca secara kreatif membentuk makna. Dan hal ini dapat terwujud dengan cara menalar melalui konteks yang terdapat dalam bacaan. Jadi memahami bacaan bukan hanya berarti mengambil makna dari bahan yang ada, melainkan juga menyusun konteks yang tersedia untuk menyentuh makna.
(31)
Selanjutnya Subyantoro (2003:1.8) menjelaskan pula, bahwa proses membaca berlangsung sebagai bentuk respon pembaca terhadap tuturan tertulis (bacaan) yang menstimulasinya. Respon pembaca ini bukanlah respon pasif, melainkan respon aktif yang mengandung tingkat kesadaran tertentu. Respon aktif pembaca yang berupa proses membaca mencakup berbagai kegiatan mental yang secara keseluruhan merupakan kegiatan mengolah bacaan itu.
Dari beberapa pendapat ahli perihal membaca yang menekankan unsur bacaan sebagai stimulus, dapat disimpulkan bahwa membaca lacak isi adalah kegiatan membaca pemahaman yang mengarahkan pembaca lebih kritis terhadap isi bacaan. Menjadikan isi bacaan sebagai hal yang merangsang untuk dikaji dan dipelajari, baik yang tersurat maupun yang tersirat dengan jalan membuat pertanyaan tentang hal-hal yang kurang dipahaminya, sekaligus mencari jawabannya dari pemahaman isi/teks yang dibacanya .
Dilihat dari tujuannya, model membaca lacak isi adalah membaca untuk kepentingan studi, yang dirancang untuk menghadapi kenyataan bahwa sebagian besar pembaca (mahasiswa UT) merasa kesulitan untuk melakukan kegiatan membaca karena berbagai alasan. Sebagian besar alasannya adalah kurangnya motivasi, ketidaktahuan tentang teknik-teknik membaca, dan juga sebab jarangnya kegiatan membaca karena berbagai hal, diantaranya adalah karena kesibukan. Tampubolon (1987:170) menyatakan membaca untuk kepentingan studi adalah proses membaca untuk memahami isi buku secara keseluruhan, baik pokok-pokok pikiran maupun pikiran-pikiran penjelas sehingga pembaca memiliki pemahaman yang komprehensif.
(32)
Model membaca lacak isi adalah kegiatan membaca yang menekankan pada isi bacaan (literal), artinya mahasiswa membaca dengan meneliti dan mengkaji isi bacaan, dengan disertai pertanyaan sebagai pemandu/pelacak pembaca terhadap suatu masalah atau isi yang dibacanya. Kemampuan mengungkap pertanyaan-pertanyaan sekaligus mencari jawabannya dari hasil penelusuran terhadap isi bacaan, dapat dimungkinkan jikalau pembaca itu kritis. Dengan kata lain pembaca berusaha memahami, mengkaji permasalahan dari isi modul yang sedang dibacanya dengan sungguh-sungguh.
Nuraeni (2006: 33) mengutip dari berbagai sumber menjelaskan bahwa aspek-aspek pemahaman bacaan yang dijadikan tolok ukur untuk menilai pemahaman bacaan meliputi:
(a) pemahaman atas gagasan utama, (b) pemahaman atas gagasan penjelas,
(c) pemahaman atas pandangan pengarang, dan (d) kemampuan menyimpulkan bacaan.
Aspek-aspek pengukuran pemahaman bacaan di atas, termasuk pada pengecekan pemahaman dari sudut isi wacana, yang berkenaan dengan pemahaman terhadap fakta-fakta tersurat, fakta tersirat, perkiraan/anggapan, dan penilaian terhadap isi teks.
Menurut David P. Harris (1977: 59) dalam Erizal Gani (1992: 28) kemampuan membaca pemahaman seseorang dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gagasan utama dan gagasan pendukung yang dikemukakan oleh penulis, sedangkan menurut Rogger Farr
(33)
(1969: 53) untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan sudut pandang penulis dan kesimpulan bacaan.
Mahasiswa S1 PGSD adalah para guru SD yang sehari-harinya bertugas mengajarkan bahasa Indonesia, maupun mata pelajaran yang lainnya, kemungkinan berpendapat bahwa materi modul yang dibacanya itu dapat selaras dengan tugas dan pengalamannya sebagai guru di kelasnya, apabila memang yang bersangkutan lebih serius mengkaji modul. Dan inilah maksud sebenarnya dari program S1 PGSD yang sekarang ditempuh mahasiswa, yaitu menjembatani antara teori atau konsep yang diterima pada tutorial dengan kenyataan seharihari di kelasnya mereka mengajar.
Sebenarnya model membaca ini sebagian mengadopsi model membaca yang sudah ada, misalnya model SQ3R dan PQRST. Penekanan model membaca ini adalah bahwa mahasiswa “dipaksa” membaca pada waktu tertentu, yaitu sebelum acara proses tutorial atau KBM berjalan. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadikan kegiatan membaca lebih bermakna dalam waktu tertentu. Caranya yaitu dengan memberi tugas kepada mahasiswa untuk meneliti dan mengkaji setiap bahan bacaan dalam modul, dengan membuat pertanyaan tiap halaman atau beberapa halaman dengan satu pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus dicari jawabannya berdasarkan bahan bacaan, atau dengan pendapatnya sendiri berlandaskan kemampuan nalarnya. Pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban itu ditulis dan dikelompokkan dalam keterangan pada format
(34)
yang telah disediakan, dengan berpedoman pada acuan mengapa pertanyaan-pertanyaan itu diajukan?
Menurut Syamsuddin AR ada lima kemungkinan pertanyaan itu diajukan, yaitu (1) jikalau materi bacaan itu adalah sesuatu yang baru, (2) materi tersebut sebagian telah diketahui dan sebagiannya belum, (3) materi tersebut tidak dapat dimengerti, (4) materi bacaan tersebut tidak benar, dan (5) pendapat materi dalam buku itu meragukan. Pada praktiknya mahasiswa memilih salah satu alasan dengan memberi tanda ceklis (v) pada kolom keterangan yang tersedia seperti di bawah ini:
LACAK ISI MODUL
Nama Mata Kuliah : ………...
Nomer Modul : ………..
Materi Modul : ………..
No. Pertanyaan Jawaban Hal Keterangan
1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Sesuatu yang dianggap baru 2. Sebagian tahu, sebagian tidak 3. Ada yang tidak mengerti 4. Ada yang tidak benar 5. Pendapat yang meragukan
Gambar 2
Format membaca lacak isi
Hasil kegiatan membaca lacak isi ini terutama adalah untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi kegiatan tutorial. Dengan membaca secara teliti/lacak isi modul, mahasiswa diharapkan mendapat pemahaman baru dan
(35)
menemukan sesuatu permasalahan dengan bertanya, memberi tanggapan, serta memberikan gagasan pemikiran tentang hal-hal yang baru untuk dijadikan bahasan pada saat tutorial berlangsung.
Pengalaman sebelumnya membuktikan bahwa sebagian besar mahasiswa belum membaca, apalagi mengkaji modul sebagai persiapan mengikuti tutorial. Tutorial sering berjalan kurang efektif, karena tidak ada permasalahan dan temuan sebagai hasil pengkajian terhadap modul tertentu. Padahal idealnya acara tutorial akan lebih bermakna, manakala topik permasalahan muncul dari hasil pengkajian mahasiswa terhadap materi modul yang telah dibacanya. Kalau dijumpai mahasiswa belum siap dengan modul yang akan dibahasnya, biasanya tutorial berjalan seperti layaknya mengajar biasa. Mahasiswa datang dengan tangan terbuka, menanti materi yang diajarkan oleh tutornya, dan kondisi ini adalah sesuatu yang tidak diharapkan terjadi pada proses tutorial di UT.
2. Karakteristik model membaca lacak isi
Ada kecenderungan diantara mahasiswa, bahwa kegiatan membaca buku atau modul yang baik adalah dengan membacanya secara keseluruhan, walaupun hal ini merupakan hal yang jarang dilakukan, mengingat kurangnya kesempatan membaca. Dengan membaca secara lengkap, maka informasi yang didapat dari buku atau modul akan sepenuhnya tertangkap. Hal inilah yang menyebabkan proses membaca membutuhkan waktu yang lama, dan juga butuh waktu khusus.
Soedarso (1993:58) mengemukakan banyak orang menghadapi buku atau bacaan lain dengan jalan membacanya dari awal sampai akhir dan mereka beranggapan bahwa dengan cara itu mereka mestinya telah menguasai isi
(36)
bacaan. Ternyata hal itu tidak benar. Untuk memahami suatu bacaan kita tidak cukup hanya membaca sekali saja, tetapi kita harus mengambil langkah-langkah yang strategis untuk menguasai bahan itu dan mengingatnya lebih lama.
Membaca lacak isi mensyaratkan pembaca agar lebih kritis. Seseorang dikatakan sebagai pembaca kritis menurut Nurhadi (1989:59) apabila yang bersangkutan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dalam kegiatan membaca sepenuhnya melibatkan kemampuan berpikir kritis; 2) Tidak begitu saja menerima, apa yang dikatakan pengarang;
3) Membaca kritis adalah usaha mencari kebenaran yang hakiki;
4) Membaca kritis selalu terlibat dengan permasalahan mengenai gagasan dalam bacaan;
5) Membaca kritis adalah mengolah bahan bacaan, bukan mengingat (menghafal);
6) Hasil membaca untuk diingat dan diterapkan, bukan untuk dilupakan.
Tentunya ada banyak keterampilan yang harus dimiliki seorang pembaca kritis. Tapi secara umum dapat dikatakan bahwa membaca kritis berusaha untuk memahami makna tersirat dibalik bacaan. Keterampilan-keterampilan seperti menemukan informasi faktual, menemukan ide pokok, dan membuat kesimpulan adalah diantara keterampilan yang harus dikuasai oleh pembaca kritis.
Sehubungan dengan kenyataan, bahwa penerapan model membaca lacak isi dilakukan beberapa saat sebelum tutorial dimulai, dan diperkirakan memakan waktu kurang lebih 30 menit, maka pembaca diharapkan menguasai juga teknik
(37)
membaca cepat. Gambaran lebih jelasnya dapat diperhatikan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 3 Proses tutorial
Membaca cepat bertujuan untuk mencari informasi tertentu (spesifik) secara cepat dan tepat, yang disebut dengan teknik membaca skiming (skimming). Nurhadi (2005:114) mengemukakan bahwa teknik membaca skimming ialah:
(1) mencari makna kata tertentu dalam kamus,
(2) mencari pendapat-pendapat atau definisi-definisi sebuah istilah menurut ahli-ahli tertentu,
(3) mencari nomor telepon seorang sahabat dalam buku telepon, dan (4) mencari keterangan tentang sebuah istilah dan penjelasannya dalam
ensiklopedi, dsb.
Selain menguasai teknik membaca cepat, keterampilan yang tidak kalah penting lainnnya adalah terampil mengemukakan pertanyaan pada saat kegiatan membaca berlangsung. Menurut Adler dan Van Doren (dalam Laksono dkk, 2007:7.8) cara menjadi pembaca yang baik adalah ajukan pertanyaan sewaktu
Pra tutorial
Membaca lacak isi Inventarisasi masalah
Tutorial
Gambaran isi modul Mendiskusikan temuan
masalah-masalah
Pasca tutorial
Penyamaan persepsi Tes formatif
(38)
Anda membaca, pertanyaan-pertanyaan tersebut harus Anda jawab selama Anda membaca. Ada 4 pertanyaan utama yang Anda ajukan selaku pembaca, yakni
(1) tentang apa keseluruhan buku itu,
(2) apa yang dikatakan penulis dan bagaimana dia mengatakannya, (3) apakah buku itu benar seluruhnya atau hanya sebagian, dan (4) apakah buku itu penting.
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan memandu pembaca melacak isi bacaan modul. Kegiatan semacam ini sebenarnya sangat cocok diterapkan pada proses membaca modul.
Dari konsep maupun mekanisme kegiatannya, model membaca lacak isi ini dalam beberapa hal mengacu pada model-model yang sudah sangat terkenal, seperti SQ3R maupun PQRST. Dalam sistem SQ3R (Survey, Question, Read, Recite/Recall, dan Review) misalnya, atau dalam istilah Iain SURTABAKU (Survei, Tanya, Baca, Katakan, dan Ulang) menurut Tampubolon, dikemukakan bahwa prosedur yang dilakukan adalah sebelum membaca terlebih dahulu kita survei bacaan untuk mendapat gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri sendiri, yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami bacaan. Dan, selanjutnya Soedarso (1993: 59) dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, kita akan menguasai dan mengingatnya lebih lama.
(39)
3. Langkah-langkah model membaca lacak isi
Membaca lacak isi dilakukan pada kegiatan awal tutorial, yaitu sekitar 30-40 menit (dari 120 menit setiap tutorial) sebelum membahas materi pokok modul. Ada delapan langkah yang harus dilakukan dalam memahami bacaan (yang dalam hal ini modul) menurut model ini, yaitu:
1) Membaca pendahuluan dengan cara membaca sekilas tentang tujuan dan kompetensi yang diharapkan pada setiap modul, agar pembaca dapat memposisikan diri bagaimana harus bertindak.
2) Membaca bagian-bagian dan sub bagian dalam modul yang biasanya ditandai adanya kegiatan belajar (KB), yang berisi uraian dari bagian modul disertai ilustrasi dan contoh-contoh.
3) Lakukan membaca skiming (layap) pada isi/pokok modul sambil mencari sesuatu yang belum dipahami, menandai kata/kalimat yang menimbulkan kontroversi terhadap sesuatu yang sudah ada atau sesuatu ide/gagasan baru dan orisinil.
4) Buat pertanyaan singkat pada bagian-bagian yang dirasa meragukan atau yang tidak dipahami, dengan menuliskannya pada lembar yang tersedia, dan tuliskan juga halaman ditemukannya permasalan tersebut.
5) Carilah jawaban atas pertanyaan tersebut dari hasil pemahaman terhadap apa yang dibaca, atau sesuatu opini sebagai hasil dari pengkajian dan penalaran terhadap isi bacaan.
6) Menggolongkan pertanyaan dan jawabannya kepada kolom keterangan yang terdiri dari lima jenis/sifatnya (1, 2, 3, 4, dan 5).
(40)
7) Merumuskan pertanyaan maupun jawabannya dalam bentuk pernyataan, untuk kemudian diajukan sebagai bahan pengkajian atau topik permasalahan tutorial yang sedang berlangsung.
8) Buatlah catatan-catatan setelah topik tersebut dibahas dan dirumuskan bersama tutor dan mahasiswa, sebagai hasil akhir dari pengkajian terhadap modul tertentu, dan kalau tidak ditemukan titik temu pembahasan topik tersebut dapat dijadikan tugas di luar acara tutorial.
4. Penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan
Sepengetahuan penulis belum ada suatu penelitian yang secara khusus mempermasalahkan model membaca lacak isi atau yang semacamnya, setidaknya pada sejumlah hasil penelitian yang ada pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Beberapa hasil penelitian yang berkenaan dengan model-model membaca diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pudawari (1997):
Terdapat kaitan positif penguasaan teori membaca dengan kemampuan membaca buku teks mahasiswa FKIP Unmul Samarinda jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan koefisien regresi 0,5322. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan teori membaca sangat berkaitan terhadap kemampuan membaca buku teks. Dengan kata lain bahwa penguasaan teori membaca sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca buku teks. Semakin luas pengetahuan mahasiswa tentang teknik membaca, maka semakin banyak dan semakin dalam pula pemahamannya tentang isi bacaan tersebut.
(41)
b. Titin Nurhatin (1997):
Adanya hubungan yang tinggi antara variabel minat baca buku ajar dan kebiasaan membaca buku ajar dengan tingkat pemahaman dalam membaca. Hasil ini memberikan gambaran bahwa betapa besarnya faktor minat baca sebagai suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan membaca.
c. Denni Iskandar (1999):
Tingkat keterpahaman (keterbacaan) wacana Buku Paket Bahasa Indonesia tidak disusun secara seragam (dalam level instruksional). Kemampuan memahami wacana Buku Teks Bahasa Indonesia siswa kota pada jenjang pemahaman literal tergolong baik dengan persentase rata-rata skor tes 85,00%, sedangkan pada siswa desa tergolong cukup dengan persentase rata-rata skor tes 75,00%.
d. Djago Tarigan (1999):
Banyak kesalahan berbahasa yang terjadi dalam wacana sampel. Dari 67 kalimat yang terdapat dalam wacana sampel hanya 5 kalimat yang bebas dari kesalahan. Selebihnya yakni 62 kalimat mengandung berbagai kesalahan berbahasa.
e. Agus Mulyanto (2002):
Setelah dilakukan proses pembelajaran didapat hasil yang menunjukkan bahwa TMPP (Teknik Mencatat Peta Pikiran) atau mind map mampu meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa, dari kemampuan yang
(42)
berkategori rendah (skor tes kemampuan rata-rata 2,66) ke arah kemampuan yang berkategori tinggi (4,01).
f. Asep Saepurokhman (2002):
Minat membaca mahasiswa program studi Dikbasasinda STKIP Sebelas April Sumedang tergolong rendah. Dikatakan demikian, karena hampir sebagian besar (75%) responden memiliki skor minat baca yang kurang dari 65%. Kenyataan seperti itu, dibuktikan pula dengan skor rata-rata minat membaca yang hanya mencapai 58,4% dan tergolong pada kategori rendah. Beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya minat membaca tersebut diantaranya adalah kurangnya kesadaran akan pentingnya penyediaan waktu untuk membaca. Selain itu motivasi membaca yang dimiliki responden secara individual juga cukup rendah. Faktor lain yang turut mendukung terhadap rendahnya minat membaca mahasiswa adalah kurangnya motivasi dari orang tua atau keluarga untuk membaca.
g. Bambang Winarto Raharjo (2006):
Penerapan SPSIB (Strategi Pemetaan Struktur Isi Bacaan) dalam pembelajaran membaca pemahaman, ternyata mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menceritakan kembali isi bacaan. Dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan kreatif, demikian pula penggunaan waktu untuk kegiatan pembelajaran pun menjadi lebih efektif dan efisien.
(43)
5. Kerangka berpikir
Dalam rangka memperjelas masalah penelitian ini, penulis perlu membuat kerangka acuan atau paradigma penelitian seperti yang dicantumkan dalam gambar berikut:
Gambar 4 Paradigma penelitian
Rangkaian gambar tersebut menceritakan bagaimana seharusnya seorang mahasiswa mempersiapkan diri untuk mengikuti tutorial. Tindakan pertama dan utama adalah dengan terlebih dahulu membaca modul yang telah dibagikan kepadanya. Modul-modul tersebut seharusnya dibaca, ditelaah, dikaji, dan dikritisi dengan pengalaman dan kenyataan di sekolah. Bagaimanapun modul-modul tersebut sebagian besar membahas materi pelajaran yang ada di sekolah. Sebut saja modul Materi dan Pembelajaran IPA di SD, Materi dan Pembelajaran IPS di SD, Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, dan lain sebagainya.
Kenyataan bahwa sebagian besar mahasiswa belum menguasai modul karena belum membacanya. Hal ini disebabkan berbagai hal, antara lain rendahnya motivasi membaca dan minimnya pengetahuan model membaca yang dimiliki oleh mahasiswa. Kehadiran model membaca lacak isi adalah alternatif bagi mahasiswa dalam usaha memahami suatu bacaan. Model ini intinya
Kesiapan tutorial:
-penguasaan isi bacaan rendah
-pengetahuan teknik membaca terbatas -motivasi membaca
kurang
Penguasaan modul
Tutorial:
-aktif -partisipasif
Model lacak isi
(44)
mengharuskan mahasiswa untuk membaca, dengan meneliti lebih dalam mengenai teks yang dibacanya. Mencari jawaban tentang hal-hal yang tidak dipahaminya pada saat pembaca menemukan permasalahan isi bacaan. Dengan demikian pembaca akan dituntun mengkaji bagian demi bagian lebih dalam lagi, sehingga diharapkan pemahaman mahasiswa terhadap isi bacaan/modul lebih mantap.
Penguasaan isi bacaan/modul oleh mahasiswa diharapkan berdampak positif pada acara tutorial, keikutsertaan mahasiswa menjadi aktif dan pembahasan tutorial lebih bermakna. Mahasiswa dan tutor saling berusaha memaknai modul lebih dalam dengan kemampuan memahami dan menerapkannya dalam konteks pembelajaran di sekolahnya masing-masing.
(45)
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN PENELITIAN
A. Metode penelitian
Penelitian ini secara umum akan menampilkan suatu model membaca yang diharapkan dapat menjawab permasalahan membaca pada mahasiswa S1 PGSD di UT UPBJJ Bandung. Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu ingin meneliti dan mengembangkan suatu model membaca yang dapat “memaksa” mahasiswa untuk membaca, maka penulis ingin menerapkan metode eksperimen semu/kuasi (quasi experiment).
Penetapan eksperimen kuasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan, bahwa praktik pendidikan dengan para mahasiswa di kelas dalam situasi interaksi antara manusia dengan manuasia, dan manusia dengan lingkungan, maka pengontrolan yang ketat sulit dilakukan. Demikian pula perlakuan yang diberikan dalam eksperimen secara teratur, melakukan acak, pengukuran, variabel, dan lain-lain tidak selalu dapat dilaksanakan. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001: 43), situasi kelas sebagai tempat mengondisikan perlakuan tidak memungkinkan pengontrolan yang demikian ketat seperti dikehendaki dalam eksperimen. Oleh sebab itu perlu dicari atau dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Desain yang cocok adalah eksperimen semu, sedangkan desain yang digunakan adalah The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design, yang digambarkan sebagai berikut:
(46)
Treatment Group R O X1 O Control Group R O X2 O
Keterangan: R = Randon Assigment untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol O = Pengukuran pretes dan postes
X1 = Perlakukan pembelajaran KDM dengan menggunakan model membaca lacak isi X2 = Perlakuan pembelajaran KDM tanpa
menggunakan model membaca lacak isi (Fraenkel dan Wallen dalam Fahlawi 2005: 57)
Menurut Sukardi dalam Syamsuddin (2006: 154) langkah-langkah kegiatan penelitian eksperimen yang telah disederhanakan, pada umumnya adalah sebagai berikut:
1) Melakukan kajian induktif terhadap permasalahan yang hendak dipecahkan. 2) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.
3) Melakukan studi literatur, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan istilah.
4) Membuat rencana penelitian yang mencakup identifikasi variabel luar, menentukan cara mengontrol, memilih rancangan penelitian yang tepat, menentukan populasi, sampel, membagi subjek dalam kelompok kontrol maupun eksperimen, membuat dan memvalidasi instrumen serta melakukan studi pendahuluan, serta mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis.
5) Melaksanakan eksperimen.
(47)
7) Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan.
8) Analisis data dan tes signifikasi dengan statistika yang relevan.
9) Menginterpretasikan hasil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan pembuatan laporan.
B. Lokasi dan subjek penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah pokjar (kelompok belajar) Sindangkasih Kabupaten Ciamis, yang selanjutnya akan dijadikan subjek penelitian. Mengapa pokjar tersebut dijadikan lokasi dan subjek penelitian? Hal ini dikarenakan peneliti adalah juga seorang tutor untuk mata kuliah KDM. Oleh karena itu yang dijadikan subjek penelitian adalah para mahasiswa S1 PGSD yang sedang mengikuti tutorial di tempat tersebut. Subjek populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester VI program S1 PGSD (tahun 2007) dari pokjar Sindangkasih kabupaten Ciamis yang berjumlah empat kelas.
Pada pokjar Sindangkasih para mahasiswanya berasal dari SD yang berada di sekitar Kecamatan Sindangkasih dan sekitarnya, dengan status sebagian besar PNS dan sebagian Non PNS yang sudah berpengalaman mengajar lima tahun lebih. Umumnya mereka telah menempuh program D2 PGSD (selama 5 semester) pada Universitas Terbuka di wilayah Bandung, dan telah berkeluarga. Dari jumlah 125 orang mahasiswa semester VI, sebagian besarnya (105) adalah perempuan.
(48)
Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, penulis telah menempuh langkah dan pertimbangan bahwa pengelompokan kelas pada kelompok belajar Sindangkasih, Kabupaten Ciamis menggunakan kriteria yang menunjukkan perlakuan yang seimbang, baik asal domisili mahasiswa, prestasi mahasiswa, jumlah mahasiswa, latar belakang ijazah, dan juga status pekerjaan yaitu semuanya guru SD dan sebagian besar PNS. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak (random). Jawaban tes yang dijadikan sampel penelitian adalah kelas B untuk kelas eksperimen yang berjumlah 30 orang, dan kelas A untuk kelas kontrol yang berjumlah 31 orang.
C. Instrumen penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dikembangkan dua jenis instrumen yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes digunakan untuk mengukur hasil membaca. Sedangkan instrumen dalam bentuk non tes terdiri dari angket pendapat mahasiswa dan tutor tentang proses tutorial, kebiasaan membaca, serta lembar isian model membaca sebagai acuan penulis dalam mengkaji bagaimana proses membaca berlangsung.
Tujuan penyusunan instrumen adalah untuk mendapatkan data yang relevan, dalam rangka menyamakan persepsi antara penulis dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini. Ada tiga instrumen yang dapat dikemukakan di bawah ini, yaitu:
(49)
1. Instrumen penelitian kesatu
Instrumen ini akan menjawab rumusan masalah kesatu, yaitu bagaimanakah karakteristik modul UT dan faktor-faktor apakah yang terlibat dalam proses tutorial mata kuliah KDM pada program Pendas UT? Dan tujuan penelitian kesatu, yaitu ingin mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan model membaca lacak isi dalam meningkatkan penguasaan isi bacaan mahasiswa terhadap modul?
Data yang akan dihimpun adalah dari hasil penelusuran tentang karakteristik modul UT, dan tentang bagaimana proses tutorial KDM berlangsung. Selain dari itu penulis juga akan menggunakan data hasil tes yang diberikan kepada mahasiswa untuk mengetahui seberapa besar persentase perbedaan penguasaan modul mahasiswa sebelum dan sesudah menerapkan model membaca lacak isi. Penulis menyertakan pula hasil kuesioner yang berisi tanggapan para tutor tentang tutorial, yang diambil secara acak. Acuan pertanyaannya sebagai berikut:
1) Pada waktu memulai memberikan tutorial, apakah Bapak/Ibu selalu menanyakan kepada mahasiswa tentang apakah modul yang akan ditutorialkan telah dibaca?
2) Biasanya perbandingan antara mahasiswa yang telah membaca modul dengan yang belum membaca modul adalah …
3) Untuk mengetahui keluasan modul yang telah dibaca mahasiswa, apa yang sering Bapak/Ibu lakukan?
(50)
4) Kalau dirasa materi bacaan mahasiswa tentang modul tertentu kurang/belum memadai, apa yang biasa Bapak/Ibu suruh kepada mahasiswa?
5) Pada setiap akhir tutorial, sebagai tindak lanjut untuk pertemuan berikutnya, apakah Bapak/Ibu selalu menyuruh mahasiswa membaca modul yang akan ditutorialkannya nanti?
6) Dari pengalaman Bapak/Ibu, adakah pengaruh antara kegiatan membaca modul mahasiswa dengan kelancaran acara tutorial yang sedang berjalan?
7) Sebagai indikator keluasan dan kedalaman isi modul yang telah dibaca mahasiswa, apakah bisa dilihat dari seringnya mahasiswa bertanya dan bobot pertanyaan mahasiswa?
8) Sebagai indikator keluasan dan kedalaman isi modul yang telah dibaca mahasiswa, apakah bisa dilihat dari seringnya mahasiswa mengemukakan ide/gagasan pada waktu mengkaji modul tertentu?
9) Sebagai indikator keluasansi dan kedalaman materi isi modul yang telah dibaca mahasiswa, apakah bisa dilihat dari tanggapan yang diberikan mahasiswa pada waktu tutorial?
10) Dari pengamatan Bapak/Ibu, apakah tampilan dan bahasa dalam modul berpengaruh terhadap kemudahan membaca bagi mahasiswa?
Kepada mahasiswa juga diberikan pertanyaan (kuesioner) di bawah ini, yang disusun untuk mengetahui kebiasaan mahasiswa dalam menghadapi tutorial yang akan diikutinya:
(51)
1) Apa tindakan yang Anda lakukan sebelum mengikuti tutorial?
2) Kapan saat yang tepat Anda gunakan untuk belajar mengkaji modul? 3) Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk membaca sebuah modul
per minggu?
4) Bagaimana cara mengkaji modul yang selalu Anda terapkan selama ini? 5) Teknik/model membaca apakah yang selama ini biasa Anda gunakan? 6) Selain teknik/model membaca yang selama ini Anda gunakan, adakah
teknik/model lain yang Anda tahu?
7) Bagaimanakah penilaian Anda terhadap teknik/model membaca yang selama ini Anda gunakan?
8) Pada teknik/model membaca yang selama ini Anda gunakan, apa kekurangannya?
9) Apakah Anda ingin mencoba teknik/model membaca yang lebih baik? 10) Apa yang menjadi patokan Anda dalam memilih teknik/model membaca
yang ideal?
2. Instrumen penelitian kedua
Pada instrumen penelitian yang kedua ini, akan mencoba menjawab rumusan penelitian kedua, yaitu model membaca seperti apakah yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan penguasaan isi modul mahasiswa UT pada mata kuliah KDM? Dan tujuan penelitian kedua, yaitu Ingin mengetahui bagaimana model membaca berperan dalam usaha meningkatkan penguasaan isi modul?
(52)
Instrumen yang digunakan adalah format model membaca lacak isi seperti yang terdapat pada tabel 1, yaitu berupa isian pertanyaan pada saat mahasiswa membaca modul dan menemukan permasalahan. Disamping itu mahasiswa juga berusaha untuk mencari jawabannya dalam waktu tertentu, sekaligus menentukan pilihan alasan mengapa pertanyaan itu diajukan? Bersamaan dengan penerapan instrumen tersebut akan dilakukan kegiatan-kegiatan lain yang mendukungnya, yaitu sebagai berikut:
1) Memberikan alternatif model membaca yang disiapkan untuk mengkaji modul dengan karakteristik dan unjuk kerjanya.
2) Mengadakan uji coba pelaksanaan model membaca lacak isi, mengevaluasinya, dan membuat revisi atas kelebihan dan kekurangannya. 3) Mempraktekkan pelaksanaan model membaca lacak isi dengan lebih dulu
mempersiapkan format isian, modul yang hendak diujicoba, dan cara pengerjaannya.
4) Mahasiswa diminta mengikuti langkah-langkah model membaca lacak isi dengan sungguh-sungguh, mengerjakan tes awal, dan pada akhir kegiatan mereka mengerjakan tes formatif sebagai rangkaian akhir dari kegiatan model ini.
5) Memeriksa hasil dan identifikasi perolehan uji coba, dan bila mana perlu diulang dua, atau tiga kali untuk menghasilkan kerja yang optimal.
3. Instrumen penelitian ketiga
Sebagai instrumen yang terakhir, penulis akan coba menjawab mengenai rumusan penelitian yang ketiga, yaitu sejauh manakah keunggulan model
(53)
membaca yang dikembangkan, dibandingkan dengan model membaca yang lain?
Dan tujuan penelitian yang ketiga, yaitu ingin mengetahui apakah modul yang digunakan UT dapat mendorong motivasi membaca mahasiswa? Untuk menjawab hal ini, penulis akan lakukan dengan jalan mengadakan tes awal dan tes akhir dengan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Seperti telah diungkapkan pada awal tulisan ini, bahwa permasalahan membaca yang dialami mahasiswa UT progman PGSD adalah motivasi membaca yang rendah. Salah satu upaya untuk meningkatkan penguasaan isi bacaan modul mahasiswa adalah dengan menampilkan bacaan modul yang menarik. Sebuah sumber potensial yang menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam memahami sebuah teks, menurut Weaver (dalam Sofiyanti, 2002: 20) adalah pengetahuan dasar pembaca yang tidak memuaskan, kurangnya motivasi membaca, organisasi teks yang sulit, dan kerumitan sintaksis.
Mc Neil dkk (dalam Sofiyanti, 2002: 72), menyebutkan pada dasarnya formula2 keterbacaan terdiri dari komponen2 linguistik yang terpilih yang dimasukkan ke dalam satu persamaan matematis untuk memperkirakan tingkat kesulitan pembaca, atau juga untuk mengukur tingkat penempatan pembaca. Diantara atribut2 pemikiran yang menjadi indikasi keterbacaan itu, meliputi:
1) Jumlah suku kata dalam satu kata
2) Keterkenalan kata2 seperti yang ditentukan oleh daftar kata2 3) Panjangnya kalimat
(54)
4) Kerumitan gramatikal
5) Konsep dasar dan kesulitan, dan
6) Keabstrakan dan arti ganda dari kata2.
D. Teknik analisis data
Sebelum data dianalisis, tentu data itu harus diperoleh terlebih dahulu. Agar mendapatkan data yang relevan berkenaan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian akan digunakan beberapa teknik berikut ini.
1. Telaah pustaka:
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan penulisan dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Hasil membaca dari berbagai sumber tersebut selanjutnya dijadikan pedoman dan pertimbangan dalam menentukan landasar teori.
2. Observasi:
Kegiatan mengobservasi dilakukan pada tempat tutorial, penyelenggaraan tutorial, bahan ajar, karakteristik mahasiswa maupun tutor, dan lain sebagainya.
3. Penyebaran angket/kuesioner:
Untuk mengetahui kebiasaan membaca mahasiswa, penulis menyebarkan angket untuk diisi oleh mahasiswa. Selain itu para tutorpun diberi kuesioner, untuk mengetahui tindakan apa yang biasa dilakukan apabila mahasiswa belum siap belajar karena belum membaca.
(55)
Beberapa pihak dimintai keterangan mengenai kemampuan dan kebiasaan membaca mahasiswa. Wawancara dilakukan secara informal dan bersifat insidental, baik dengan mahasiswa maupun dengan tutor.
5. Studi dokumentasi:
Berbagai dokumen kegiatan tutorial dan hasil membaca mahasiswa yang tertuang dalam format lacak isi modul, dan hasil penelitian dari berbagai sumber telah penulis kumpulkan, untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pegangan/pedoman.
6. Tes hasil belajar:
Hasil belajar berupa pretes dan postes diperiksa dan dianalisis, kemudian dijadikan data primer dalam proses pengolahan data.
Peneliti mengidentifikasi dan mengelompokkan data agar dalam pengolahannya tidak mengalami kesulitan. Data kuantitatif peneliti ditentukan dengan penilaian. Setelah data penelitian terkumpul, langkah berikutnya adalah mengelompokkan data-data tersebut berdasarkan data kuantitatif. Data kualitatif adalah berupa penguasaan isi modul dengan menggunakan model membaca lacak isi.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan menyebarkan angket dan melaksanakan pretes/postes. Bentuk pretes yang digunakan adalah pilihan ganda berjumlah 10 soal dengan waktu penyelesaian 20 menit, sedang postes dilakukan dengan praktik berupa tugas membuat kerangka karangan dan membuat karangan utuh (tes tutorial) yang dikerjakan selama 60 menit.
(1)
melibatkan model membaca lacak isi dengan kelompok kontrol. Dengan demikian model membaca lacak isi lebih efektif dibanding dengan model membaca biasa. Sedangkan hasil analisis komparatif keunggulan postes (perlakuan 3) kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disimpulkan: Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Uji t, diketahui bahwa nilai T test sebesar 5.88964 dengan T tabel 1.67. Karena T hitung < T tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak, atau ada perbedaan antara postes pada kelompok eksperimen yang melibatkan model membaca lacak isi dengan kelompok kontrol. Dengan demikian model membaca lacak isi lebih efektif dibandingkan dengan model membaca biasa.
B. SARAN
Proses tutorial bagi bagi mahasiswa UT program S1 PGSD merupakan saat yang tepat untuk mengkaji modul. Oleh karena itu, kesiapan mahasiswa menghadapi tutorial adalah dengan membaca secara sungguh-sungguh modul yang akan ditutorialkannya. Dengan demikian seorang mahasiswa harus sudah memilki model membaca yang cocok baginya, agar memungkinkan dia lebih aktif berpartisipasi dalam tutorial.
Keberadaan model membaca yang dapat meningkatkan motivasi dan minat mahasiswa perlu terus diupayakan di masa datang, agar tujuan belajar mandiri yang mengandalkan membaca sebagai titikpangkalnya dapat tercapai. Para tutor diminta agar terus menggelorakan semangat membaca di kalangan
(2)
mahasiswa, tentunya dengan mengenalkan model-model membaca yang bisa diterima oleh mahasiswa.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
A.R., Syamsuddin dan Damaianti, Vismaia S. 2006 . Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
A.R., Syamsuddin. 1994 . Studi Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Akil, Mansur. 1993 . Beberapa Faktor yang Mewarnai Kemampuan Membaca.
Tesis Magister pada PPs. IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Andayani, dkk. 2004 . “Upaya Peningkatan Kinerja Guru Sepanjang Hayat”, dalam Bunga Rampai 2. Jakarta: FKIP Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 1993 . Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto. 1995 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Abdulhak, Ishak. 2002 . Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira.
Damaianti, Vismaia S. 2001 . Strategi Volisional melalui Dramatisasi dalam
Bidang Pendidikan Membaca. Disertasi Doktor pada PPs. UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
DePorter, Bobbi. 2005 . Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Furqon. 2002 . Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Gani, Erizal. 1992 . Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan
Kemampuan Berpikir Logis dengan Kemampuan Menulis Eksposisi. Tesis
Magister pada PPs. IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Harjasujana, Ahmad Slamet, dkk. 2005 . Keterampilan Membaca. Jakarta: Depdiknas.
Harjasujana, Ahmad Slamet. 2006 . Pentingnya Kedudukan Membaca. Bandung: Pikiran Rakyat 19 Agustus 2006.
Hastuti, Sri P.H. 1997/1998 . Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Hernowo Editor . 2005 . Quantum Reading, Cara Cepat nan Bermanfaat untuk
(4)
Iskandarwassid. 2004 . Tiga Pilar Pengajaran Sastra. Makalah pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar, UPI Bandung.
Keraf, G. 1994 . Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Laksono, Kisyani, dkk. 2007 . Membaca 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mc Millan, James H dan Schumacher, Sally. 2007 . Reseach in Education, A
Conceptual Introduction. Terjemahan. Bandung: Program Pascasarjana
UPI.
Moeliono, A. 1989 . Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyati, Yeti, dkk. 2007 . Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nuraeni, Ani. 2006 . Pengembangan Metode Study dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa di SMP. Tesis Magister pada
PPs. UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurhadi. 1989 . Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca? Bandung: Sinar Baru.
Nurhadi. 2005 . Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Oka, IGN. 1983 . Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha
Nasional.
Pratiwi, Yuni dan Subyantoro. 2003 . Membaca II. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2002 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rusyana, Yus. 1984 . Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.
Saepurokhman, Asep. 2002 . Kontribusi Minat dan Kebiasaan Membaca
Mahasiswa terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman. Tesis Magister
pada PPs. UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Salem, Laurensius. 1999 . Tingkat Keterbacaan Bahan Muatan Lokal bagi Murid
SD Berdasarkan Pertimbangan Pakar dan Hasil Tes. Tesis Magister pada
(5)
Saptiah, Nunung. 2005 . Pengembangan Pembelajaran Membaca melalui
Pendekatan Kompetensi di SMPN 4 Cimahi. Tesis Magister pada PPs.
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Slameto. 2004 . Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedarso. 1993 . Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sofiyanti, Ai. 2002 . Tingkat Keterbacaan Modul Bahasa Indonesia Tipe A Guru
SLTP Tahun Ajaran 2001. Tesis Magister pada PPs. UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Solehudin, O. 2007 . Model Pembelajaran Membaca Reading Workshop. Tesis Magister pada PPs. UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Suciati dan Huda, Nurul. 1999 . “Bahan Belajar Universitas Terbuka”, dalam
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudjana. 2002 . Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2005 . Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2008 . Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007 . Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suparno dan Yunus, Mohamad. 2006 . Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suprijanto. 2007 . Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Bumi Aksara. Suyatno. 2004 . Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
Tampubolon, DP. 1987 . Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan
Efisien. Bandung: Angkasa.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2005 . Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Universitas Terbuka. 2005 . Pedoman Penyelenggaraan Program S1 PGSD
Tahun 2005. Jakarta: Universitas Terbuka.
Universitas Terbuka. 2005 . Pedoman Tutorial Program S1 PGSD, Edisi
(6)
Wardani, dkk. 2007 . Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani, IGAK. 2000 . “Guru sebagai Pekerja Profesional: Suatu Renungan
tentang Sosok Guru Abad 21 serta Implikasinya bagi Universitas Terbuka”, dalam Jurnal Pendidikan. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Terbuka.