PENGARUH PENCAMPURAN FILLET DAN TULANG TUNA (Thunnus sp.) TERHADAP KARAKTERISTIK NUGET YANG DIHASILKAN.
YANG DIHASILKAN
OLEH :
YOGI HADI PUTRA
07 117 060
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
(2)
YANG DIHASILKAN
OLEH :
YOGI HADI PUTRA
07 117 060
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
(3)
YANG DIHASILKAN
OLEH :
YOGI HADI PUTRA
07 117 060
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Rina Yenrina, MS Dr. Ir. Kesuma Sayuti, MS
NIP. 196201251987112001 NIP. 196104281986032001
Dekan Fakultas Teknologi Petanian Ketua Program Studi
Universitas Andalas Teknologi Hasil Pertanian
Prof. Dr. Ir. Fauzan Azima, MS Dr. Ir. Novelina, MS
(4)
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan sidang Panitia
Ujian Sarjana Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Padang, pada tanggal 21 Juni 2012
No
Nama
Tanda Tangan
Jabatan
1
Dr. Ir. Novelina, MS
Ketua
2
Deivy Andhika
Permata, S.Si, M.Si
Sekretaris
3
Prof. Dr. Ir. Fauzan Azima, MS
Anggota
(5)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 26 Desember 1987, bungsu dari empat bersaudara pasangan Dasrul dan Ratna Sari. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Pembina Padang tahun 1993 – 1994. Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Dasar Negeri 36 Cengkeh tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 11 Padang dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Padang dan lulus pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru pada Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Padang tahun 2007.
Selama mengikuti perkuliahan penulis juga pernah melaksanakan praktek lapangan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian di Balai Penelitian Buah Tropika Solok. Penulis dinyatakan lulus dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas dengan penelitian (skripsi) berjudul “Pengaruh Pencampuran Fillet dan Tulang Tuna (Thunnus sp.) Terhadap Karakteristik Nuget yang Dihasilkan” pada tanggal 21 Juni 2012.
(6)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pencampuran Fillet dan Tulang Tuna (Thunnus sp.) Terhadap Karakteristik Nuget
yang Dihasilkan” yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar “Sarjana Teknologi Pertanian” pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Padang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ibuk Dr. Ir. Rina Yenrina, MS selaku Pembimbing I dan Ibuk Dr. Ir. Kesuma Sayuti, MS selaku Pembimbing II, yang telah memberikan arahan, bantuan dan dorongan serta membimbing penulis mulai dari pengarahan dalam pemilihan judul sampai penyelesaian penulisan skripsi ini. Penghormatan dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada orang tua dan kakak-kakak serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat, dorongan dan do’a kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Pembantu Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Ketua dan Sekretaris Program Studi, Bapak dan Ibu Dosen serta Seluruh Karyawan dan Karyawati Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, dan tak terlupakan sahabat-sahabat TP 07 khususnya Teknologi Hasil Pertanian 07.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca, dan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya bidang teknologi hasil pertanian.
Padang, Juni 2012
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
ABSTRAK ... vii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Manfaat Penelitian ... 4
1.4 Hipotesa Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tuna ... 5
2.2Limbah Hasil Perikanan ... 7
2.3Nugget ... 8
2.3.1 Nugget Ikan ... 9
2.3.2 Bahan Pembuatan Nugget Ikan ... 10
2.4Bahan Pengikat ... 12
2.4.1 Penggunaan Tapioka ... 12
2.4.2 Kandungan Gizi Tapioka ... 13
III.METODA PENELITIAN 3.1Waktu dan Tempat... 15
3.2Bahan dan Alat ... 15
3.3Metoda Penelitian ... 16
3.3.1 Rancangan Penelitian ... 16
3.3.2 Formulasi ... 17
3.4Pelaksanaan Penelitian ... 18
(8)
3.4.2 Prosedur Pembuatan Nuget ... 18
3.5Pengamatan ... 20
3.6Metoda Analisa ... 21
3.6.1 Analisa Kimia... 21
3.6.2 Analisa Fisik ... 25
3.6.3 Uji Organoleptik... 25
3.6.4 Analisa Mikrobiologi ... 26
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Bahan Baku ... 28
4.1.1 Fillet ... 28
4.1.2 Tulang ... 30
4.2Analisa Nuget ... 31
4.2.1 Uji Organoleptik... 31
4.2.2 Analisa Kimia... 36
4.2.3 Analisa Fisik ... 42
4.2.4 Analisa Mikrobiologi ... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi Nilai Gizi beberapa Jenis Ikan Tuna (Thunnus sp.)
per 100 g daging ... 6
2. Komposisi zat gizi per 100 g tapioka ... 14
3. Komposisi bahan yang digunakan untuk nuget tulang tuna ... 17
4. Analisa proksimat dan kalsium bubur fillet tuna ... 28
5. Analisa proksimat dan kalsium bubur tulang tuna ... 30
6. Nilai rata-rata rasa nuget tulang tuna ... 32
7. Nilai rata-rata aroma nuget tulang tuna ... 33
8. Nilai rata-rata warna nuget tulang tuna ... 34
9. Nilai rata-rata tekstur nuget tulang tuna ... 35
10. Nilai rata-rata kadar protein nuget tulang tuna ... 37
11. Nilai rata-rata kadar lemak nuget tulang tuna sebelum digoreng, setelah digoreng dan daya serap minyak ... 38
12. Nilai rata-rata kadar kalsium nuget tulang tuna ... 40
13. Nilai rata-rata kadar abu nuget tulang tuna ... 41
14. Nilai rata-rata kadar air nuget tulang tuna ... 42
15. Nilai rata-rata uji kekerasan nuget tulang tuna sebelum digoreng .. 43
16. Nilai rata-rata uji kekerasan nuget tulang tuna setelah digoreng .... 43
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Diagram Alir Pembuatan Bubur Tulang Ikan Tuna ... 51
2. Diagram Alir Pembuatan Bubur Fillet Tuna ... 52
3. Diagram Alir Proses Pembuatan Nuget Tulang Ikan Tuna ... 53
4. Formulir Uji Organoleptik ... 54
5. Peraturan yang harus diikuti untuk melaporkan data sebagai SPC . 55 6. SNI 01-6683-2002 (Syarat Mutu Nugget Ayam) ... 56
7. Tabel Sidik Ragam Nuget Tulang Tuna ... 57
(11)
PENGARUH PENCAMPURAN FILLET DAN TULANG TUNA
(Thunnus sp.) TERHADAP KARAKTERISTIK NUGET
YANG DIHASILKAN Oleh : Yogi Hadi Putra
Pembimbing : Dr. Ir. Rina Yenrina, M.S dan Dr. Ir. Kesuma Sayuti, M.S
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian dan Laboratorium Instrumen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian serta Laboratorium Non Ruminansia Fakultas Peternakan Universitas Andalas pada bulan Januari sampai Februari 2012. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi limbah tulang ikan sebagai salah satu sumber kalsium yang ditambahkan ke dalam adonan nugget ikan yang dapat diterima konsumen sekaligus memiliki nilai gizi yang lebih baik.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari lima perlakuan dan tiga ulangan. Data pengamatan dianalisis dengan uji F kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey Honestly Significant Difference (Tukey -HSD) All-Pairwaise Comparisons Test pada taraf nyata 5 %. Perlakuan pada penelitian ini adalah perbandingan fillet dengan tulang tuna dengan perlakuan adalah A = 70 : 30, B = 65 : 35, C = 60 : 40, D = 55 : 45, E = 50 : 50.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran fillet dengan tulang berpengaruh nyata terhadap kadar lemak sebelum dan setelah digoreng, kadar abu, kadar kalsium dan warna. Produk terbaik yang dihasilkan berdasarkan uji organoleptik adalah produk C (pencampuran fillet dan tulang 60 : 40) dengan hasil analisa protein 15,76%; lemak sebelum digoreng 3,99%; lemak setelah digoreng 22,40%; daya serap minyak 18,41%; abu 4,13%; kalsium 1,26%; air 54,30%; kekerasan sebelum digoreng 3,70 N/m2; kekerasan setelah digoreng 2,77 N/m2 dan cemaran mikroba 4,8 x 103 koloni/g.
(12)
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada diantara dua samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang memiliki potensi sumberdaya perikanan sebesar 5,04 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 170 ribu ton per tahun (BPS, 2007). Pada tahun 2011, produksi ikan laut mencapai 5,4 juta ton atau senilai 3,85 milyar USD (Bijogneo, 2010). Indonesia yang kaya dengan sumberdaya hayati laut ini mendorong suburnya pertumbuhan sektor industri perikanan.
Ikan merupakan sumber protein hewani dimana protein ikan mempunyai nilai biologis tinggi dan meskipun tiap jenis ikan angka biologisnya berbeda. Tingkat penerimaan seseorang terhadap ikan sangat tinggi, karena ikan memberikan rasa yang khas yaitu gurih, warna dagingnya kebanyakan putih, jaringan pengikatnya halus sehingga enak dimakan (Hadiwiyoto, 1993). Salah satu ikan yang cukup terkenal dan populer dimasyarakat adalah ikan tuna.
Tuna merupakan salah satu jenis ikan laut yang cukup potensial di- Sumatera. Tuna merupakan ikan laut yang memiliki daging tebal dengan rasa yang enak dan memiliki kandungan omega-3 lebih banyak dibanding ikan air tawar, yaitu mencapai 28 kali. Konsumsi ikan tuna 30 g sehari dapat mereduksi resiko penyakit jantung hingga 50 % (Kordi, 2010). Tingginya nilai ekonomis ikan tuna memacu sektor perindustrian pengolahan tuna untuk tujuan ekspor di Sumatera Barat.
PT. Dempo Andalas Samudera adalah salah satu perusahaan di Sumatera Barat yang mengekspor ikan tuna ke Miami dan Jepang dalam bentuk fillet. Menurut data dari PPS (Pelabuhan Perikanan Samudra) Bungus, penangkapan ikan tuna di Sumatera Barat pada bulan
(13)
begitu saja. Produksi fillet ikan tuna di PT. Dempo dalam sebulan menghasilkan 21 – 30 ton dengan produksi limbah yang dihasilkan sebanyak 420 – 1050 kg yang terdiri dari kepala, sirip, tulang, insang, jeroan dan kulit.
Kepala, sirip, tulang, insang, jeroan dan kulit selama ini merupakan limbah bagi industri pengalengan atau pemfilletan tuna. Pemanfatan limbah telah dilakukan dalam beberapa hal, yaitu berupa daging lumat (minced fish) untuk bahan pembuatan produk-produk gel ikan seperti bakso, sosis, nuget dan lain-lain. Sebagai pakan ternak, ikan dapat diolah menjadi tepung, bubur dan larutan-larutan komponen ikan (Moeljanto, 1979 cit Rospiati, 2006).
Tulang ikan tuna yang merupakan salah satu limbah hasil industri perikanan yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dilihat dari sudut pandang pangan dan gizi, tulang ikan sangat kaya akan kalsium yang dibutuhkan bagi manusia bahkan unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan fosfat. Limbah tulang ikan mengandung kalsium sebesar 12,9 – 39,24 persen (Arsini dan Retno, 2011 cit Puspitarini, 2011). Salah satu bentuk pemanfaatannya adalah dengan mengolahnya menjadi bubur tulang ikan yang selanjutnya dapat ditambahkan ke berbagai makanan olahan seperti dalam produk nuget ikan.
Nuget ikan merupakan salah satu makanan yang dibuat dari daging ikan giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian dilumuri dengan pelapis (coating dan
breading) yang dilanjutkan dengan penggorengan. Pada dasarnya nuget ikan mirip dengan nuget ayam, perbedaannya terletak pada bahan baku yang digunakan (Aswar, 1995).
Potensi diversifikasi pangan dengan pemanfaatan tulang ikan menjadi nuget perlu dikembangkan dikarenakan nuget sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia pada semua
(14)
berupa nuget saat ini sudah cukup tinggi sehingga lebih mudah untuk memperkenalkan produk yang sama dengan kandungan gizi yang tentunya lebih baik. Oleh karena latar belakang tersebutlah maka penelitian tentang Pengaruh Pencampuran Fillet dan Tulang Tuna (Thunnus sp.) Terhadap Karakteristik Nuget yang Dihasilkan ini penulis lakukan.
1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memanfaatkan potensi limbah tulang ikan sebagai salah satu sumber kalsium yang ditambahkan ke dalam adonan nuget ikan yang dapat diterima konsumen sekaligus memiliki nilai gizi yang lebih baik.
1.2.2. Tujuan Khusus :
1. Mengetahui tingkat perbandingan penambahan tulang tuna yang terbaik yang paling disukai terhadap produk yang dihasilkan.
2. Mengetahui sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur serta penampakan dari produk yang dihasilkan.
3. Mengetahui komposisi kimia yang meliputi protein, kalsium dan lemak dari produk yang dihasilkan.
4. Mengetahui sifat fisik terbaik yang meliputi kekerasan dan daya serap minyak dari produk yang dihasilkan.
5. Mengetahui tingkat cemaran mikroba dari produk yang dihasilkan.
(15)
kepada masyarakat tentang cara pembuatan produk pangan olahan dengan cara pemanfaatan limbah industri perikanan dalam bentuk tulang ikan menjadi nuget.
1.4 Hipotesa Penelitian
Hipotesa penelitian adalah tingkat perbandingan fillet dan tulang tuna pada pembuatan nuget akan berpengaruh terhadap karakteristik nuget yang dihasilkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tuna (Thunnus sp.)
Tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti cerutu, mempunyai dua sirip punggung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Pada umumnya tuna mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil,
(16)
1983).
Daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar seperti Tuna Sirip Biru (Bluefin Tuna) dapat menaikkan suhu tubuhnya diatas suhu air dengan aktifitas ototnya. Hal inilah yang menyebabkan tuna dapat bertahan di air yang bersuhu lebih rendah daripada suhu tubuhnya. Panjang ikan tuna bisa mencapai empat meter lebih dengan berat sekitar 800 kg. Akan tetapi yang berada di Samudera Pasifik rata-rata hanya sekitar 36 kg saja.
Komposisi kimia daging ikan dapat berbeda-beda tergantung dari spesies ikan, tingkat umur, habitat, dan makanan ikan tersebut (Rita, 2005). Bagian daging ikan yang dapat dimakan (Edible Portion) sebanyak 45 - 50%. Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan lemak yang rendah.
Tuna mengandung protein antara 22,6 – 26,2 g/100 g daging. Lemak antara 0,1 – 2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin). Ada beberapa jenis tuna dengan kandungan zat gizi yang sedikit berbeda. Komposisi nilai gizi beberapa jenis ikan tuna dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi beberapa Jenis Ikan Tuna (Thunnussp.) per 100 g daging.
Komposisi
Jenis Ikan Tuna
(17)
Lemak (g) Abu (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Sodium (mg) Retinol (mg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) 2,7 1,2 8,0 190,0 2,7 90,0 10,0 0,1 0,06 10,0 2,1 1,3 8,0 220,0 4,0 52,0 10,0 0,03 0,15 18,0 0,1 1,2 9,0 220,0 1,1 78,0 5,0 0,1 0,1 12,0
Sumber : Departement of Health Education and Walfare, 1972 cit Maghfiroh, 2000.
Tuna dan cakalang merupakan komoditi ekspor utama hasil perikanan laut di Indonesia. Dari hasil penangkapan ikan tuna, selain langsung dijual segar ada juga yang diawetkan dalam kaleng atau dikeringkan sebagai ikan asin, dan ada juga dilakukan pengolahan lainnya seperti fillet tuna (PT. Dempo Andalas Samudera, 2007).
2.2.Limbah Hasil Perikanan
Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktifitas manusia, maupun proses alam dan belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup besar disamping dapat mencemari lingkungan.
Penanganan limbah yang kurang baik merupakan masalah dalam suatu industri termasuk industri perikanan yang menghasilkan limbah pada proses penangkapan, penanganan, pengangkutan, distribusi, dan pemasaran ikan. Limbah perikanan dapat berupa ikan yang
(18)
Menurut Winarno (2004), limbah perikanan diartikan sebagai bahan-bahan yang merupakan buangan suatu proses pengolahan untuk memperoleh hasil utama dan hasil samping, sedangkan hasil samping perikanan yaitu hasil utama perikanan baik melalui proses tertentu maupun tidak. Jenis limbah hasil samping dapat dikelompokkan secara umum menjadi 4 kelompok (Winarno, 2004) :
1. Hasil samping pada penangkapan suatu spesies atau sumber daya misalnya ikan rucah pada penangkapan udang dan ikan cucut pada penangkapan tuna.
2. Sisa pengolahan seperti bagian kepala, tulang, sisik, sirip, isi perut, dan daging merah. 3. Surplus dari tangkapan.
4. Sisa distribusi.
Pengolahan sumberdaya perikanan terutama ikan belum optimal sampai pada pemanfaatan limbah hasil perikanan seperti kepala, tulang, sisik, dan kulit sehingga seiring dengan berkembangnya industri perikanan, limbah yang dihasilkan dari produksi juga meningkat. Limbah ikan ini masih mengandung zat gizi yang dibutuhkan. Oleh karena itu pengembangan teknologi pemanfaatan limbah industri hasil perikanan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk olahan dengan gizi yang baik. Pada industri pengolahan ikan maupun pemanfaatan ikan dalam skala rumah tangga, ikan hanya dimanfaatkan 65% bagian dari ikan. Sementara yang dibuang dan menjadi limbah adalah kepala, ekor, sirip, tulang dan jeroan dengan menghasilkan ikan yang telah disiangi rata-rata sebesar 35 % (Irawan, 1995).
(19)
produksi tepung ikan (fish meal) (Subangsihe, 1996 cit Lestari, 2001). Perkembangan industri pengolahan ikan menjadi tepung ikan akan memberi beberapa keuntungan, yaitu untuk memanfaatkan kelebihan produksi pada saat produksi melimpah dan memanfaatkan bagian ikan yang tidak dikonsumsi seperti kepala, sirip, tulang, dan bagian lainnya yang biasanya merupakan sisa (limbah) industri pengolahan ikan.
2.3. Nuget
Nuget merupakan salah satu produk olahan daging beku. Produk ini mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa mencapai 2 minggu. Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah daging yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein miofibril.
Bahan pendukung lain, yaitu garam, air, bahan pengisi (filler), emulsifier, dan bumbu-bumbu. Garam berfungsi meningkatkan kelarutan, karena protein miofibril yang ada pada daging hanya larut pada larutan garam. Air berguna untuk memberikan sifat berair dan juga meningkatkan rendemen.
Bahan pengisi dan emulsifier yang digunakan pada produk ini adalah tepung tapioka dan kuning telur yang berfungsi untuk mengikat air maupun lemak. Bumbu-bumbu berupa merica dan bawang putih selain memberikan bau dan rasa yang khas, juga mampu memperpanjang umur simpan.
(20)
nuget sangat bervariasi, tergantung dari komposisi bahan dan jenis bumbu yang digunakan.
2.3.1. Nuget Ikan
Nuget ikan adalah bentuk produk olahan daging ikan yang digiling halus dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu, selanjutnya dicelupkan ke dalam batter dan dilapisi dengan tepung roti kemudian digoreng atau disimpan terlebih dahulu dalam ruang pembeku (freezer) sebelum digoreng (Widrial, 2005). Nuget yang dibekukan bertujuan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan. Menurut Rospiati (2006), pada dasarnya nuget merupakan suatu produk olahan daging berbentuk emulsi, yaitu emulsi minyak didalam air.
Produk olahan hasil perikanan begitu marak di pasaran untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kehidupan modern yang serba sibuk dan banyak menyita waktu. Contoh produk olahan hasil perikanan yang siap saji adalah otak-otak ikan, bakso ikan, fish nuget, fish finger, fish burger dan sebagainya. Nuget ikan merupakan salah satu produk olahan yang dibuat dari daging giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian dilumuri dengan pelapis (coating dan breading) yang dilanjutkan dengan penggorengan.
Pada dasarnya nuget ikan mirip dengan nuget ayam, perbedaannya terletak pada bahan baku yang digunakan (Aswar,1995). Nuget ikan diharapkan memiliki cita rasa yang enak, aman, memenuhi kebutuhan zat gizi (Labuza, 1982 cit Rospiati, 2006), sehingga penting mengetahui perubahan mutu yang terjadi selama penyimpanan.
(21)
seperti nuget pada umumnya melainkan daging dan tulang ikan tuna. Daging tuna giling berasal dari fillet tuna segar yang telah dibuang kepala, sisik, atau kulit, sirip, isi perut, dan insang serta telah dipisahkan dari tulangnya kemudian dicampur dengan tulang ikan bagian rusuk yang telah digiling beserta bumbu dan bahan pendukung lainnya.
2.3.2. Bahan Pembuatan Nuget Ikan 1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nuget adalah fillet dan tulang rusuk tuna yang diperoleh dari proses pemfilletan tuna.
2. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan dalam industri makanan sebagai pengikat air dalam adonan. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam adonan adalah tepung (Rita, 2005).
3. Bumbu
Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, serta untuk memantapkan bentuk dan rupa (Rita 2005).
4. Pengemulsi
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi dari suatu cairan di dalam cairan lain, dimana molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistic (Winarno, 2004). Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi adalah kuning
(22)
5. Batter
Menurut Fellow cit Rita (2005) batter adalah campuran yang terdiri dari air, tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk sebelum dimasak atau disebut juga dengan istilah adonan encer. Ada juga yang menggunakan telur kocok sebagai batter
(Anonim, 2003).
6. Breading
Breading adalah proses pelapisan produk makanan dengan tepung untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpanan (Rita, 2005). Tepung yang digunakan untuk breading biasanya adalah tepung roti.
2.4. Bahan Pengikat
Tepung tapioka (dipasaran sering dikenal dengan nama tepung kanji atau tepung sagu singkong) adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu/singkong. Pembuatan dilakukan dengan cara diparut, diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya, lalu dikeringkan. Sifat tepung kanji, apabila dicampur dengan air panas akan menjadi liat atau seperti lem. Tepung tapioka akan memiliki perlakuan berbeda untuk setiap jenis kue karena sifat yang dimiliki tepung tersebut.
Tapioka kaya karbohidrat dan energi serta tidak mengandung gluten, sehingga aman bagi yang alergi. Secara awam, tapioka sering disebut sebagai tepung. Walaupun sama-sama berasal dari singkong, sesungguhnya tapioka sangat berbeda dengan tepung singkong. Tapioka bersifat larut dalam air, sedangkan tepung singkong tidak larut.
Bahan pangan ini merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong (ketela pohon). Setelah disaring, bagian cairan dipisahkan dengan ampasnya. Cairan hasil saringan
(23)
singkong diperoleh dengan cara menggiling umbi singkong yang telah dikeringkan (gaplek) dan kemudian diayak hingga diperoleh butiran-butiran kasar dalam ukuran tertentu.
2.4.1. Penggunaan Tapioka
Ditilik dari sejarahnya, penggunaan tapioka pertama kali diduga berasal dari Amerika Selatan. Kata tapioka berasal dari bahasa Brasil, tipi’oka, yang berarti makanan dari singkong. Di Inggris, tapioka diidentikkan dengan rice pudding karena paling umum digunakan sebagai bahan baku untuk membuat puding. Tapioka baru populer dikalangan ibu rumah tangga Indonesia pada tahun 1980-an, ketika pemerintah mulai menggalakkan program penganekaragaman pangan. Di beberapa belahan dunia, tapioka dikenal dengan sebutan
mandioca, aipim, macaxeira, manioca, boba, dan yuca.
Selain digunakan sebagai bahan memasak di rumah tangga, tapioka sering diolah menjadi sirop glukosa dan dekstrin yang sangat diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang gula, pengalengan buah, pengolahan es krim, minuman, dan industri peragian. Tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pengikat dalam industri pangan, seperti dalam pembuatan puding, sup, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain sebagainya.
Salah satu keunggulan tapioka bila dibandingkan dengan terigu adalah tidak mengandung gluten. Pada sebagian kecil masyarakat, gluten dapat menyebabkan alergi. Mereka yang alergi protein gluten sebaiknya menghindari konsumsi terigu dan berbagai produk olahannya. Alergi gluten (dikenal sebagai penyakit celiac) disebabkan tubuh tidak dapat menoleransi protein
(24)
2.4.2. Kandungan Gizi Tapioka
Nilai energi dan karbohidrat tapioka tidak kalah dari nasi atau olahan tepung terigu. Konsumsi 100 g makanan olahan tapioka setara dengan 100 g nasi atau roti. Karena itu, kurang tepat mengkonsumsi makanan olahan tapioka sebagai camilan.
Minuman bubble drink yang seringkali dikonsumsi anak-anak sebagai camilan, ternyata memiliki nilai energi yang cukup tinggi karena terbuat dari tapioka. Hal tersebut boleh saja dilakukan, mengingat anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memerlukan energi yang cukup tinggi. Namun, bila bubble drink dikonsumsi secara berlebihan, dapat menyebabkan anak menjadi kehilangan selera terhadap makanan lain yang lebih bergizi. Padahal, anak juga membutuhkan zat gizi lain berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Dilihat dari nilai gizinya, tapioka merupakan sumber karbohidrat dan energi yang sangat baik. Di sisi lain, tapioka mengandung sangat sedikit protein dan lemak. Kandungan gizi tapioka per 100 g dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi zat gizi per 100 g Tapioka
Zat gizi Kadar
Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Magnesium (mg) 358,00 0,19 0,02 88,69 0,90 20,00 1,58 1,00
(25)
Natrium (mg) Seng (mg) Tembaga (mg) Mangan (mg) Selenium (mg) Asam folat (mg)
1,00 0,12 0,02 0,11 0,80 4,00
(1)
Rasa nuget jauh lebih gurih dibandingkan daging ayam atau ikan goreng biasa. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bumbu yang dicampurkan ke dalam adonan sebelum digoreng. Rasa nuget sangat bervariasi, tergantung dari komposisi bahan dan jenis bumbu yang digunakan. 2.3.1. Nuget Ikan
Nuget ikan adalah bentuk produk olahan daging ikan yang digiling halus dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu, selanjutnya dicelupkan ke dalam batter dan dilapisi dengan tepung roti kemudian digoreng atau disimpan terlebih dahulu dalam ruang pembeku (freezer) sebelum digoreng (Widrial, 2005). Nuget yang dibekukan bertujuan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan. Menurut Rospiati (2006), pada dasarnya nuget merupakan suatu produk olahan daging berbentuk emulsi, yaitu emulsi minyak didalam air.
Produk olahan hasil perikanan begitu marak di pasaran untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kehidupan modern yang serba sibuk dan banyak menyita waktu. Contoh produk olahan hasil perikanan yang siap saji adalah otak-otak ikan, bakso ikan, fish nuget, fish finger, fish burger dan sebagainya. Nuget ikan merupakan salah satu produk olahan yang dibuat dari daging giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian dilumuri dengan pelapis (coating dan breading) yang dilanjutkan dengan penggorengan.
Pada dasarnya nuget ikan mirip dengan nuget ayam, perbedaannya terletak pada bahan baku yang digunakan (Aswar,1995). Nuget ikan diharapkan memiliki cita rasa yang enak, aman, memenuhi kebutuhan zat gizi (Labuza, 1982 cit Rospiati, 2006), sehingga penting mengetahui perubahan mutu yang terjadi selama penyimpanan.
(2)
Sedangkan nuget campuran tulang ikan dan daging ini memiliki tahapan yang sama dengan nuget pada umumnya. Bahan dasar yang digunakan bukan berupa daging atau ayam seperti nuget pada umumnya melainkan daging dan tulang ikan tuna. Daging tuna giling berasal dari fillet tuna segar yang telah dibuang kepala, sisik, atau kulit, sirip, isi perut, dan insang serta telah dipisahkan dari tulangnya kemudian dicampur dengan tulang ikan bagian rusuk yang telah digiling beserta bumbu dan bahan pendukung lainnya.
2.3.2. Bahan Pembuatan Nuget Ikan
1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nuget adalah fillet dan tulang rusuk tuna yang diperoleh dari proses pemfilletan tuna.
2. Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan dalam industri makanan sebagai pengikat air dalam adonan. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam adonan adalah tepung (Rita, 2005).
3. Bumbu
Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, serta untuk memantapkan bentuk dan rupa (Rita 2005).
4. Pengemulsi
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi dari suatu cairan di dalam cairan lain, dimana molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistic (Winarno, 2004). Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi adalah kuning
(3)
telur, telur utuh, pektin, gelatin, pasta kanji, kasein albumin, dan beberapa macam tepung yang sangat halus seperti tepung maizena.
5. Batter
Menurut Fellow cit Rita (2005) batter adalah campuran yang terdiri dari air, tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk sebelum dimasak atau disebut juga dengan istilah adonan encer. Ada juga yang menggunakan telur kocok sebagai batter (Anonim, 2003).
6. Breading
Breading adalah proses pelapisan produk makanan dengan tepung untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpanan (Rita, 2005). Tepung yang digunakan untuk breading biasanya adalah tepung roti.
2.4. Bahan Pengikat
Tepung tapioka (dipasaran sering dikenal dengan nama tepung kanji atau tepung sagu singkong) adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu/singkong. Pembuatan dilakukan dengan cara diparut, diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya, lalu dikeringkan. Sifat tepung kanji, apabila dicampur dengan air panas akan menjadi liat atau seperti lem. Tepung tapioka akan memiliki perlakuan berbeda untuk setiap jenis kue karena sifat yang dimiliki tepung tersebut.
Tapioka kaya karbohidrat dan energi serta tidak mengandung gluten, sehingga aman bagi yang alergi. Secara awam, tapioka sering disebut sebagai tepung. Walaupun sama-sama berasal dari singkong, sesungguhnya tapioka sangat berbeda dengan tepung singkong. Tapioka bersifat larut dalam air, sedangkan tepung singkong tidak larut.
Bahan pangan ini merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong (ketela pohon). Setelah disaring, bagian cairan dipisahkan dengan ampasnya. Cairan hasil saringan
(4)
kemudian diendapkan. Bagian yang mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh butiran-butiran pati halus berwarna putih yang disebut tapioka. Tepung singkong diperoleh dengan cara menggiling umbi singkong yang telah dikeringkan (gaplek) dan kemudian diayak hingga diperoleh butiran-butiran kasar dalam ukuran tertentu.
2.4.1. Penggunaan Tapioka
Ditilik dari sejarahnya, penggunaan tapioka pertama kali diduga berasal dari Amerika Selatan. Kata tapioka berasal dari bahasa Brasil, tipi’oka, yang berarti makanan dari singkong. Di Inggris, tapioka diidentikkan dengan rice pudding karena paling umum digunakan sebagai bahan baku untuk membuat puding. Tapioka baru populer dikalangan ibu rumah tangga Indonesia pada tahun 1980-an, ketika pemerintah mulai menggalakkan program penganekaragaman pangan. Di beberapa belahan dunia, tapioka dikenal dengan sebutan mandioca, aipim, macaxeira, manioca, boba, dan yuca.
Selain digunakan sebagai bahan memasak di rumah tangga, tapioka sering diolah menjadi sirop glukosa dan dekstrin yang sangat diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang gula, pengalengan buah, pengolahan es krim, minuman, dan industri peragian. Tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pengikat dalam industri pangan, seperti dalam pembuatan puding, sup, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain sebagainya.
Salah satu keunggulan tapioka bila dibandingkan dengan terigu adalah tidak mengandung gluten. Pada sebagian kecil masyarakat, gluten dapat menyebabkan alergi. Mereka yang alergi protein gluten sebaiknya menghindari konsumsi terigu dan berbagai produk olahannya. Alergi gluten (dikenal sebagai penyakit celiac) disebabkan tubuh tidak dapat menoleransi protein
(5)
gluten, yang banyak terdapat di dalam gandum. Sebagian besar penyakit ini disebabkan pengaruh genetik.
2.4.2. Kandungan Gizi Tapioka
Nilai energi dan karbohidrat tapioka tidak kalah dari nasi atau olahan tepung terigu. Konsumsi 100 g makanan olahan tapioka setara dengan 100 g nasi atau roti. Karena itu, kurang tepat mengkonsumsi makanan olahan tapioka sebagai camilan.
Minuman bubble drink yang seringkali dikonsumsi anak-anak sebagai camilan, ternyata memiliki nilai energi yang cukup tinggi karena terbuat dari tapioka. Hal tersebut boleh saja dilakukan, mengingat anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memerlukan energi yang cukup tinggi. Namun, bila bubble drink dikonsumsi secara berlebihan, dapat menyebabkan anak menjadi kehilangan selera terhadap makanan lain yang lebih bergizi. Padahal, anak juga membutuhkan zat gizi lain berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Dilihat dari nilai gizinya, tapioka merupakan sumber karbohidrat dan energi yang sangat baik. Di sisi lain, tapioka mengandung sangat sedikit protein dan lemak. Kandungan gizi tapioka per 100 g dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi zat gizi per 100 g Tapioka
Zat gizi Kadar
Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Kalsium (mg) Besi (mg)
Magnesium (mg)
358,00 0,19 0,02 88,69 0,90 20,00 1,58 1,00
(6)
Fosfor (mg) Kalium (mg) Natrium (mg) Seng (mg) Tembaga (mg) Mangan (mg) Selenium (mg) Asam folat (mg)
7,00 11,00 1,00 0,12 0,02 0,11 0,80 4,00 Sumber: http://www.nutritionanalyser.com