PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN PROGRAM GEOMETER’S SKETCHPAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP.

(1)

vii

DAFTAR ISI

hal LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Defenisi Operasional ... 10

F. Hipotesis Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Kemampuan Berpikir Kritis Matematik ... 13

B. Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Program Geometer’s Sketchpad ... 18


(2)

viii

C. Program Geometer’s Sketchpad ... 22

D. Teori Belajar yang Mendukung ... 27

D.1. Teori Konstruktivisme ... 27

D.2. Teori Van Hiele ... 29

D.3. Teori Piaget... 32

D.4. Teori Vygotsky ... 34

E. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

BAB III METODA PENELITIAN ... 38

A. Desain Penelitian ... 38

B. Subjek Penelitian ... 38

C. Waktu Penelitian ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 41

E. Analisis Data ... 49

F. Prosedur Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

A.1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematika ... 58

A.2. Hasil Skala Sikap ... 73

A.3. Hasil Observasi ... 82

B. Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92


(3)

ix

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 100


(4)

x

DAFTAR TABEL

hal Tabel 3.1 Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 42 Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Validasi ... 43 Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi dan Signifikansi serta

Validitas Soal Hasil Uji Coba ... 44 Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 45 Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 47 Tabel 3.6 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal. 47 Tabel 3.7 Tabel Kriteria Indeks Kesukaran .……… 48 Tabel 3.8 Hasil Perhitungan dan Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir

Soal ... 48 Tabel 3.9 Distribusi Kategori Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 50 Tabel 3.10 Tabel Skor Gain Ternormalisasi ... 53 Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 59 Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 60 Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol……….. 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pretes Kelompok


(5)

xi

Tabel 4.5 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor Pretes berdasarkan Faktor Kemampuan Awal Siswa dan Kelas Model Pembelajaran...

62

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 64 Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol………... 64

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Postes Kelompok

Eksperimen dan Kontrol... 65 Tabel 4.9 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor Postes berdasarkan Faktor

Kemampuan Awal Siswa dan Kelas Model Pembelajaran... 66 Tabel 4.10 Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 67 Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol………... 68

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 68 Tabel 4.13 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Gain Kelompok

Eksperimen dan

Kontrol...

70

Tabel 4.14 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor Gain berdasarkan Faktor

Kemampuan Awal Siswa dan Kelas Model Pembelajaran... 71 Tabel 4.15 Distribusi Skor Sikap Siswa untuk Segala Aspek

Pembelajaran... 74 Tabel 4.16 Sikap Siswa terhadap Komputer... 76


(6)

xii

Tabel 4.17 Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika... 77 Tabel 4.18 Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Berbantuan

Program GSP ... 79 Tabel 4.19 Sikap Siswa terhadap soal-soal kemampuan berpikir kritis... 81 Tabel 4.20 Aktivitas Siswa selama Pembelajaran pada Kelas Eksperimen 82


(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 2.1 Representasi kasus pembuktian bahwa jumlah besar

sudut-sudut segitiga adalah 1800... 17 Gambar 2.2 Jendela program Geometer’s Sketchpad (GSP)... 23 Gambar 2.3 Representasi kasus pembuktian bahwa jumlah besar

sudut-sudut segitiga adalah 1800 dengan menggunakan

sketchpad ... 25 Gambar 4.1 Grafik Hasil Perhitungan Anova Gain KBKM menurut


(8)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

hal Diagram 3.1 Alur Kegiatan Penelitian... 57


(9)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran A Perangkat Pengajaran ... 100

Lampiran B Instrumen Penelitian... 274

Lampiran C Analisis Butir Soal... 301

Lampiran D Analisis Hasil Penelitian ... 312


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis di kalangan masyarakat Indonesia merupakan hal yang sangat penting dalam era persaingan global, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Hassoubah (2004:13) menyatakan bahwa dengan berpikir kritis dan kreatif masyarakat dapat mengembangkan diri mereka dalam membuat keputusan, penilaian, serta menyelesaikan masalah.

Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Depdiknas (2006) adalah: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,


(11)

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis sangatlah penting untuk dikembangkan pada pembelajaran matematika secara formal baik itu di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, ataupun perguruan tinggi. Menurut Anderson (2003) bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran, berpikir divergen (terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru), dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir, dan dapat berpikir kritis secara mandiri.

Berkembangnya aktivitas berpikir kritis siswa di dalam pembelajaran harus ditunjang iklim yang baik (right climate) dan dorongan yang penuh dari berbagai komponen terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (LTSIN, 2004). Komponen-komponen tersebut bisa berupa lingkungan, kualitas guru, kebijakan, fasilitas, peralatan, serta alat bantu belajar dan mengajar. Salah satu komponen yang diharapkan dapat mendorong terhadap kemampuan berpikir kritis siswa adalah berupa alat bantu belajar.

Dalam kaitannya antara kemampuan berpikir kritis dan alat bantu belajar, Garisson (2004) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis akan berkembang dengan baik apabila salah satunya diberikan alat bantu belajar berupa komputer. Sedangkan menurut Smith (2006) alat bantu belajar berupa komputer dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis juga berpikir kreatif. Ini sejalan dengan prinsip dan standar pembelajaran matematika di sekolah dari NCTM (2000) yaitu, teknologi, khususnya kalkulator dan komputer sangatlah


(12)

penting dalam proses pembelajaran matematika, karena matematika diajarkan dengan cara yang berbeda dan meningkatkan hasil belajar matematika.

Komputer dapat dimanfaatkan sebagai tools (alat bantu) untuk membuat visualisasi objek-objek geometri (baik dua dimensi maupun tiga dimensi), bila digambarkan dan dibuat secara manual tidak akan mudah membuatnya (NCTM, 2000). Menurut de Bono (Marzano, 1988) manfaat tools dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya menjadi lebih baik. Dari pendapat ini ternyata komputer dapat digunakan sebagai alat bantu belajar sekaligus dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Dari penjelasan di atas, teknologi komputer sebagai alat bantu pembelajaran sudah semestinya disertakan dalam pembelajaran matematika. Sangatlah benar bila kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga mencantumkan teknologi komputer sebagai salah satu prinsip yang dianjurkan untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dalam pembelajaran di kelas (BSNP, 2006). Berdasarkan hal tersebut, komputer merupakan alat bantu belajar yang sudah seharusnya dipergunakan dalam pembelajaran matematika.

Berkaitan dengan pembelajaran matematika, Surakhmad (2004) mengatakan bahwa pembelajaran matematika harus memberi peluang untuk belajar berpikir matematik. Sukmadinata (2004) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa mau belajar. Menurut Bisri (2008:1) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Proses pembelajaran matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa,


(13)

melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Helmaheri (2004:3) bahwa pembelajaran matematika hendaknya tidak menganut paradigma transfer of knowledge, yang mengandung makna bahwa siswa merupakan objek dari belajar.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang memenuhi kriteria pembelajaran yang diuraikan di atas adalah pembelajaran kooperatif. Nur (2001) menjelaskan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang sistematis mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Menurut Davitson dan Warsham (Asbullah, 2004:11) cooperative learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Menurut Filsaime (2008:89) melalui proses belajar kooperatif, para siswa bisa mendengar perspektif-perspektif yang lain, menganalisis klaim-klaim, mengevaluasi bukti-bukti, dan menjelaskan dan menjustifikasi penalaran mereka. Ketika mereka sudah mulai lancar di dalam berpikir secara kritis, maka mereka akan meneliti dan mengevaluasi kecakapan-kecakapan penalaran orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap strategi pembelajaran, salah satu strategi pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan berfikir siswa adalah strategi belajar kooperatif (Suryadi, 1999: 128). Hal ini juga sejalan dengan pendapat Kolawole (2007) bahwa strategi


(14)

pembelajaran kooperatif lebih efektif dalam pembelajaran matematika di sekolah menengah atas. Selanjutnya menurut Tarim - Akdeniz (2007) bahwa Cooperative learning ditemukan lebih efektif dari metode lain untuk meningkatkan prestasi akademik, hubungan yang positif dengan teman segrup dan saling menguntungkan dan penghargaan terhadap diri sendiri. Cooperative learning memberikan kesempatan pada siswa untuk berbicara, menantang dan mendukung sebuah pendapat, fokus pada penyelesaian masalah. Dengan pendapat tersebut, strategi pembelajaran kooperatif memungkinkan seluruh siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberi dampak yang positif terhadap kualitas interaksi, komunikasi dan penyelesaian masalah.

Mengingat kontribusi komputer sangat besar terhadap pembelajaran matematika, maka dalam penelitian ini komputer digunakan sebagai alat kognitif untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan, dalam hal ini penggunaan software Geometer’s Sketchpad. Sketchpad adalah software matematika dinamis yang mempelajari geometri, aljabar, kalkulus, dan lain sebagainya. Software ini diciptakan oleh Nicholas Jackiw.

Menurut Sabandar (2002) pengajaran geometri di sekolah diharapkan akan memberikan sikap dan kebiasaan sistematik bagi siswa untuk bisa memberikan gambaran tentang hubungan-hubungan di antara bangun-bangun geometri serta penggolongan-penggolongan diantara bangun-bangun tersebut. Karena itu perlu disediakan kesempatan serta peralatan yang memadai agar siswa bisa mengobservasi, mengeksplorasi, mencoba, serta menemukan prinsip-prinsip


(15)

geometri lewat aktivitas informal untuk kemudian meneruskannya dengan kegiatan formal dan menerapkannya apa yang mereka pelajari.

Pada umumnya kemampuan siswa kita di sekolah terbagi atas tiga kelompok; siswa kelompok atas (siswa kelompok ini, biasanya memiliki kemampuan di atas teman-teman sekelasnya); siswa kelompok sedang (siswa kelompok ini, biasanya memiliki kemampuan rata-rata pada umumnya); dan yang ketiga siswa kelompok rendah (siswa kelompok ini, biasanya memiliki kemampuan di bawah rata-rata kelasnya). Menurut Galton (Ruseffendi, 1991) dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, hal ini disebabkan kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal. Perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar khususnya pendekatan pembelajaran menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan pendekatan pembelajaran harus dapat mengakomodasi kemampuan siswa yang heterogen sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa.

Ada beberapa pertimbangan tentang penggunaan Dynamic Geometri Software seperti Geometer’s Sketchpad dalam pembelajaran matematika. Menurut Hoehn (Lam, 2007) siswa yang diajarkan geometri dengan Geometer’s Sketchpad dapat membuktikan teorema-teorema yang ada pada geometri. Villiers (2004) mengatakan bahwa pengajaran geometri dengan pengelolaan alat-alat yang baik (Sketchpad, teori Van Hiele, dan Pendekatan Rekonstruktif) memberikan suatu


(16)

aktivitas yang bermakna yang dapat mengembangkan pemahaman guru-guru matematika akan suatu bukti. Siswa yang terlibat dalam Dynamic Geometri Software seperti Sketchpad mempunyai kesempatan untuk melihat bentuk yang berbeda dalam konsep-konsep geometri. Secara singkat dapat saya simpulkan bahwa sketchpad merupakan software matematika dinamik yang cukup interaktif. Dalam sketchpad, kita dapat mengkonstruksi titik, vektor, garis, maupun suatu kurva tertentu yang kemudian dapat kita ketahui bentuk aljabarnya. Pembuktian rumus geometri pun dapat kita buktikan dengan menggunakan sedikit perhitungan dan manipulasi sederhana. Bahkan Sketchpad pun dapat merekam setiap pekerjaan yang kita lakukan, hal ini dapat dijadikan acuan untuk pembelajaran ulang.

Bagaimanakah kaitan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran berbantuan program Geometer’s Sketchpad? Dengan pembelajaran berbantuan program Geometer’s Sketchpad diharapkan siswa dapat (1) membangun kemampuan pemecahan masalah ; (2) membangun skema mental melalui konstruksi dengan menggunakan skema; (3) meningkatkan kemampuan reaksi visual melalui kegiatan representasi visual dan; (4) membangun proses pemikiran mengenai geometri berdasarkan teori Van Hiele (Patsiomitou, 2008). Dengan demikian siswa dapat mencapai kemampuan berfikir kritis, kreatif, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerja sama, sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan kepada uraian di atas, diduga pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dapat dijadikan sebagai salah satu cara


(17)

untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Untuk menguji kebenaran dugaan itu, maka diadakan penelitian. Oleh sebab itu dilakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Program Geometer’s Sketchpad terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau secara keseluruhan?

2. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau dari kemampuan awal siswa (atas, sedang, dan rendah)?

3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad ?

4. Bagaimana aktivitas selama proses belajar mengajar siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad?


(18)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menelaah dan mendeskripsikan perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau secara keseluruhan.

2. Menelaah dan mendeskripsikan perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau dari kemampuan awal siswa (atas, sedang, dan rendah).

3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad.

4. Mengetahui aktivitas selama proses belajar mengajar siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini memberikan motivasi kepada guru matematika untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dan sarana yang telah tersedia dalam


(19)

bentuk media pembelajaran berbasis komputer berupa program Geometer’s Sketchpad.

2. Penelitian ini memberikan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan di kelas, khususnya dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa melalui pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang dimaksudkan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis matematik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi (menghasilkan pola atas persoalan yang dihadapi untuk katagori yang lebih luas), dan menyusun bukti (membuktikan suatu pernyataan secara deduktif dengan menggunakan teori-teori yang telah dipelajari sebelumnya).

2. Pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tipe pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang, siswa heterogen dalam hal gender, ras, dan tingkat kecerdasan. Sesama anggota kelompok saling membantu, berbagi tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan


(20)

sebelumnya. Secara individu siswa mempunyai tanggung jawab mengenai materi pelajaran dalam kelompok.

3. Program Geometer’s Sketchpad (GSP) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu program komputer yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi obyek-obyek geometri, melakukan eksplorasi ide-ide dan mengembangkan konjektur, serta melakukan proses penemuan.

4. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang memiliki tahapan berikut: (1) Guru membahas pekerjaan rumah; (2) Guru menjelaskan materi baru beserta contoh soal; (3) Guru memberikan latihan soal sesuai contoh; (4) Guru memberi tugas pekerjaan rumah.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau secara keseluruhan.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh


(21)

pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau dari kemampuan awal siswa (atas, sedang, dan rendah).


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan kuasi eskperimen dengan desain ”Nonequivalent Control Group Design”. Pada kuasi eksperimen ini subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 1998:47). Desain ini digunaan karena penelitian ini menggunakan kontrol, adanya dua perlakuan yang berbeda dan pengambilan sampel tidak dipilih secara acak.

Dengan demikian desain penelitian ini berbentuk:

O X O

O O

Keterangan:

O : Pretes dan Postes (tes kemampuan berpikir kritis matematik) X : Perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran

Kooperatif Berbantuan Program Geometer’s Sketchpad (GSP).

B. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri di Kota Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan ”Purposive Sampling”, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009: 218). Sehingga yang menjadi


(23)

subjek sampelnya adalah dua kelas yang dipilih dari kelas yang telah ada (kelas VII) di SMP Negeri Kota Tasikmalaya, yaitu kelas eksperimen (kelas yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP) dan kelas kontrol (kelas yang memperoleh pembelajaran konvensional). Penentuan kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan pertimbangan kepala dinas pendidikan, kepala sekolah, wali kelas, dan guru bidang studi matematika yang mengajar, dengan pertimbangan bahwa penyebaran siswa tiap kelasnya merata ditinjau dari segi kemampuan akademiknya.

C. Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan dari bulan Januari 2010 sampaikan bulan Mei 2010 dengan rincian sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan, dengan kegiatan:

a. Tanggal 8 Januari 2010, seminar proposal.

b. Tanggal 9 Januari 2010 sampai 14 April 2010, dengan kegiatan: b.1. Melakukan perbaikan proposal yang telah diseminarkan.

b.2. Membuat instrumen penelitian, perangkat pembelajaran, dan modul GSP.

b.3. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian pada tanggal 24 Maret 2010

b.4. Melakukan analisis dari hasil uji coba instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan, dengan kegiatan:


(24)

a.1. Melakukan observasi di sekolah tempat penelitian. a.2. Menentukan kelas sampel dari populasi yang ada.

a.3. Melaksanakan pretes pada kelas sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol) pada tanggal 22 April 2010.

b. Tanggal 23 April 2010 sampai 28 April 2010, memberikan pelatihan mengenai penggunaan GSP untuk siswa pada kelas eksperimen. Tujuannya agar saat proses belajar mengajar yang sesungguhnya siswa sudah mengenal dengan baik bagaimana mengoperasikan GSP, mengetahui fungsi-fungsi icon yang ada pada GSP, dan dapat mengkonstruksi / menggambar bangun geometri dengan menggunakan GSP.

c. Tanggal 29 April 2010 sampai 20 Mei 2010, dengan kegiatan:

c.1. Melakukan proses pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP pada kelas eksperimen dan pembelajaran secara konvensional pada kelas kontrol. Pada pelaksanaan proses belajar mengajar saat penelitian, kedua kelas diajar oleh peneliti.

c.2. Melakukan observasi pada setiap pertemuan di kelas eksperimen. c.3. Melaksanakan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada

tanggal 20 Mei 2010.

c.4. Melakukan pengumpulan data melalui angket pada kelas eksperimen. 3. Tahap pengumpulan data.


(25)

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan tiga macam instrument yang terdiri dari soal tes matematika, format observasi selama pembelajaran, dan skala sikap mengenai pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP

D.1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

Tes matematika digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Soal ini disusun dalam satu paket soal, yaitu soal untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Dalam penyusunan soal ini, terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal, yang dilanjutkan dengan menyususn soal-soal, membuat kunci jawabannya dan pedoman penskoran tiap butir soal.

Untuk memperoleh soal tes yang baik maka soal tes tersebut harus dinilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Untuk mendapatkan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda maka soal tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan pada expert. Para penimbang (expert) memberikan pertimbangan yang berhubungan dengan validitas isi dan muka. Pengujian validitas isi dan muka yang bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar di SMP kelas VII dan kesesuaian soal dengan tujuan yang ingin diukur. Pertimbangan terhadap instrumen yang berkenaan dengan validitas isi dan muka diminta dari lima orang yang berlatar belakang pendidikan matematika, yaitu dua orang dosen pembimbing, dan tiga orang rekan sesama mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UPI. Selanjutnya soal tes itu diuji cobakan


(26)

pada siswa kelas VIII di SMP Negeri Kota Tasikmalaya. Hasil uji coba instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.1. berikut ini:

Tabel 3.1

Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Nomor Soal Interpretasi Validitas Interpretasi Tingkat Kesukaran Interpretasi Daya Pembeda Interpretasi Reliabilitas

1a Sangat Tinggi Mudah Cukup

Sangat Tinggi

1b Tinggi Sedang Cukup

1c Sangat Tinggi Sedang Baik

2a Sangat Tinggi Sedang Baik

2b Tinggi Sedang Sangat baik

2c Sangat Tinggi Sukar Baik

3a Tinggi Mudah Cukup

3b Sangat Tinggi Sedang Baik

3c Tinggi Sedang Sangat baik

3d Tinggi Sedang Baik

4a Tinggi Sedang Baik

4b Tinggi Sedang Baik

4c Sangat Tinggi Sedang Baik

5 Tinggi Sukar Cukup

Pengukuran validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal tes tersebut diuraikan berikut ini.

D.1.1. Analisis Validitas Tes

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus


(27)

korelasi. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ = ) 2 ) ( 2 )( 2 ) ( 2 ( ) )( ( y y N x x N y x xy N

rxy , (Arikunto, 2007: 72)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi,

x = jumlah nilai-nilai x,

x 2

= jumlah kuadrat nilai-nilai x, y = jumlah nilai-nilai y,

y 2

= jumlah kuadrat nilai-nilai y.

Interpretasi besarnya koefisien korelasi berdasarkan patokan dari (Arikunto, 2007: 75) adalah seperti Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Validasi Koefisien Korelasi (r) Interpretasi 0,80 < r ≤ 1,00

0,60 < r ≤ 0,80 0,40 < r ≤ 0,60 0,20 < r ≤ 0,40 r ≤ 0,20

Sangat tinggi

tinggi cukup

rendah

sangat rendah

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi diuji dengan uji-t dengan rumus berikut:

2 1 2 xy xy r N r t − −


(28)

Keterangan:

t = Daya pembeda dari uji-t N = Jumlah subjek

rxy = koefisien korelasi

Uji-t ini dilakukan untuk melihat apakah antara dua variabel terdapat hubungan atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah:

H0: kedua variabel independen, dan HA : kedua variabel dependen.

Untuk taraf signifikan α = 0,05, H0 diterima jika –ttabel < thitung < ttabel, dengan dk = (n-2), selain itu H0 ditolak.

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan signifikansi, serta validitas soal dapat dilihat pada Tabel 3.3. berikut ini:

Tabel 3.3

Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi dan Signifikansi serta Validitas Soal Hasil Uji Coba

Jenis Tes Nomor Soal (rxy)

r tabel 5% Interpretasi Koefisien Korelasi

Validitas t hitung t tabel 5% Signifikansi Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

1a 0,824 0,301 Sangat

Tinggi Valid 9,198 2,023 Signifikan 1b 0,623 0,301 Tinggi Valid 5,037 2,023 Signifikan 1c 0,878 0,301 Sangat

Tinggi Valid 11,601 2,023 Signifikan 2a 0,882 0,301 Sangat

Tinggi Valid 11,837 2,023 Signifikan 2b 0,790 0,301 Tinggi Valid 8,149 2,023 Signifikan 2c 0,809 0,301 Sangat

Tinggi Valid 8,704 2,023 Signifikan 3a 0,624 0,301 Tinggi Valid 5,050 2,023 Signifikan 3b 0,823 0,301 Sangat

Tinggi Valid 9,163 2,023 Signifikan 3c 0,786 0,301 Tinggi Valid 8,041 2,023 Signifikan 3d 0,780 0,301 Tinggi Valid 7,883 2,023 Signifikan 4a 0,783 0,301 Tinggi Valid 7,961 2,023 Signifikan 4b 0,630 0,301 Tinggi Valid 5,131 2,023 Signifikan 4c 0,815 0,301 Sangat

Tinggi Valid 8,895 2,023 Signifikan 5 0,730 0,301 Tinggi Valid 6,755 2,023 Signifikan


(29)

D.1.2. Analisis Reliabilitas Tes

Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), di manapun dan kapanpun berada.

Untuk mengukur reliabilitas soal menggunakan rumus yaitu:

Rumus alpha-Cronbach:

      −       −

=

2

2 1 1 t i n n r σ σ Dengan: n = banyak soal

σi2 = variansi item

σt2 = variansi total (Sugiono, 2002:282 – 283)

Hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut J.P. Guilford (Ruseffendi ,1998a: 144), seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Interval Reliabilitas 0,00 – 0,20 kecil

0,20 – 0,40 rendah 0,40 – 0,70 sedang 0,70 – 0,90 tinggi

0,90 – 1,00 sangat tinggi

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,943 yang berarti soal-soal dalam tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas sangat tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.


(30)

D.1.3 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan suatu soal tersebut untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang kemampuannya rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila memang siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan siswa yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik. Discriminatory power (daya pembeda) dihitung dengan membagi testee ke dalam dua kelompok, yaitu: kelompok atas (the higher group) – kelompok testee yang tergolong pandai dan kelompok bawah (the lower group) – kelompok testee yang tergolong rendah. Pembagiannya 27% untuk kelompok pandai dan 27% kelompok kurang mampu (Sudijono, 2003: 385-387).

Dalam menentukan daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus

A B A

I S S DP= −

Keterangan : DP = daya pembeda,

SA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah,

SB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah,

IA = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah.

Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi yang dikemukan oleh Suherman (2003:161)


(31)

Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00

0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00

Sangat rendah Rendah

Cukup/ sedang Baik

Sangat baik

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Jenis Tes No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

Kemampuan Berpikir Kritis

Matematik

1a 0,39 Cukup

1b 0,25 Cukup

1c 0,60 Baik

2a 0,67 Baik

2b 0,79 Sangat Baik

2c 0,48 Baik

3a 0,38 Cukup

3b 0,67 Baik

3c 0,79 Sangat Baik

3d 0,67 Baik

4a 0,61 Baik

4b 0,46 Baik

4c 0,5 Baik

5 0,38 Cukup

D.1.4 Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran (TK) pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:


(32)

N B

TK = , (Arikunto, 2007:208) Keterangan: TK =Tingkat kesukaran.

B = jumlah skor yang didapat siswa pada butir soal itu. N = jumlah skor ideal pada butir soal itu.

Sementara kriteria interpretasi tingkat kesukaran digunakan pendapat Arikunto( 2007:210), yaitu pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Tabel Kriteria Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran Kategori Soal

0,00 – 0,30 0,31 – 0,70 0,71 – 1,00

Sukar sedang mudah

Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat kesukaran tiap butir soal seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan dan Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Jenis Tes No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

Kemampuan Berpikir Kritis

Matematik

1a 0,736 Mudah

1b 0,512 Sedang

1c 0,360 Sedang

2a 0,519 Sedang

2b 0,360 Sedang

2c 0,285 Sukar

3a 0,814 Mudah

3b 0,488 Sedang

3c 0,500 Sedang

3d 0,453 Sedang

4a 0,527 Sedang

4b 0,407 Sedang

4c 0,343 Sedang


(33)

D.2. Format Observasi

Format observasi digunakan untuk mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan pada waktu tes individu diberikan. Aktivitas siswa diamamati oleh peneliti yang berperan sebagai guru. Aktivitas siswa yang diamati mencakup:

a. Pada waktu pembelajaran aktivitas siswa yang diamati mempelajari tugas pada LKS, diskusi, memperhatikan penjelasan teman, dan menulis yang sesuai b. Pada waktu tes individu aktivitas yang diamati ketekunan / keseriusan

kemandirian, dan keuletan siswa dalam mengerjakan soal tes.

D.3 Skala Sikap Siswa

Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan disusun dalam bentuk pertanyaan tertutup, tentang pendapat siswa. Model skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap Likert.

Tes skala sikap diberikan kepada siswa pada kelompok eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir yaitu setelah postes. Skala sikap pada penelitian ini terdiri atas 25 butir pertanyaan dengan empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

E. Analisis Data

Terdapat dua jenis data yang dianalisis, yaitu data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis matematik siswa dan data kualitatif berupa hasil observasi, skala sikap siswa.


(34)

Sebelum dilakukan analisis data, seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Pengelompokkan ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan siswa tersebut pada kelompok atas, sedang, dan rendah. Pengelompokkan ini dilakukan menurut kemampuan matematik (tes harian) siswa dari materi sebelumnya.

Untuk menentukan jumlah siswa anak yang berada pada masing-masing kelompok siswa, maka digunakan pedoman yang dikemukakan Arikunto (2007: 264) yang menggunakan rata-rata kelas dan simpangan baku:

1. Bila rata-rata nilai tes harian siswa berada pada interval lebih dari atau sama dengan x + s , maka siswa dikelompokkan dalam kelompok atas,

2. Bila rata-rata nilai tes harian siswa berada pada interval x - s sampai x +s, maka siswa dikelompokkan dalam kelompok sedang,

3. Bila rata-rata nilai tes harian siswa berada pada interval kurang dari atau sama dengan x - s , maka siswa dikelompokkan dalam kelompok rendah.

Tabel 3.9

Distribusi Kelompok Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

No. Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1. Atas 7 6

2. Sedang 32 32

3. Rendah 7 6

Jumlah 46 44

E.1. Data kuantitatif

Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa. Sehingga data primer


(35)

hasil tes siswa sebelum dan setelah perlakuan penerapan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP, dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes dan postes.

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau secara keseluruhan. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau dari kemampuan awal siswa (atas, sedang, dan rendah)

Untuk menguji hipotesis ke-1 dilakukan analisis dengan menggunakan rumus statistik perbedaan dua rata-rata terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan berdasarkan hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : µgain-eksperimen = µgain-kontrol H1 : µgain-eksperimen≠µgain-kontrol

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau secara keseluruhan.


(36)

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program Geometer’s Sketchpad dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau secara keseluruhan.

Untuk menguji hipotesis ke-2 dilakukan analisis dengan menggunakan uji Anova Dua Jalur untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara kelas pembelajaran (pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP dan konvensional) dengan kemampuan awal siswa (atas, sedang, dan rendah). Pengujian dilakukan berdasarkan hipotesis statistik sebagai berikut

Untuk Faktor Pertama (Kelas): H0 : µgain-eksperimen = µgain-kontrol H1 : µgain-eksperimen≠µgain-kontrol Untuk Faktor Kedua (Kelompok): H0 : µgain-atas = µgain-sedang = µgain-rendah

H1 : Minimal ada dua rata-rata populasi yang tidak sama Untuk Interaksi Kedua Faktor:

H0 : (µkelas-kelompok)1 = (µkelas-kelompok)2 = ... = (µkelas-kelompok)6 H1 : Minimal ada dua rata-rata populasi yang tidak sama

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan rata-rata dan anova dua jalur dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(37)

n x x k i i

= = 1

, Ruseffendi (1998b: 76) Keterangan: xi = data ke-i

i = 1, 2, 3, ..., k

n = banyak data

2. Menghitung simpangan baku pretes dan postes menggunakan rumus:

= − = k i i n x x s 1 2 ) (

, Ruseffendi (1998b: 123)

3. Menghitung indeks gain ternormalisasi. Interpretasi indeks gain

ternormalisasi dilakukan berdasarkan kriteria indeks gain dalam

Meltzer(2002). Dengan rumus:

Gain ternormalisasi (g) =

) ( ) ( ) ( ) ( pretes skor ideal skor pretes skor postes skor − −

dengan kriteria indeks gain seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.10

Tabel Skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang g ≤ 0,3 Rendah

4. Menguji normalitas data skor pretes, postes, dan gain.


(38)

H0 : data berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows versi standar 17.0 Langkah-langkahnya sebagai berikut:

(1). Tentukan α = 0,01

(2). Olah data dengan SPSS 17.0

(3). Perhatikan tabel sebagai hasil “output” sebagai berikut:

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

(4). Perhatikan kolom Sig.

Jika Sig. > α , maka H0 diterima

Bila tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan pengujian nonparametrik.

5. Menguji homogenitas varians . Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 : 22

2

1 σ

σ = H1 : σ12 ≠σ22

Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows versi standar 17.0 Langkah-langkahnya sebagai berikut:

(1). Tentukan α = 0,01


(39)

(3). Perhatikan tabel sebagai hasil “output” sebagai berikut:

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Based on Mean

(4). Perhatikan kolom Sig. dan baris Based on Mean. Jika Sig. > α , maka H0 diterima

6. Untuk menguji hipotesis ke-1 dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t), dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows versi standar 17.0. yaitu Independent-Sample T Test. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

(1). Tentukan α = 0,01

(2). Olah data dengan SPSS 17.0

(3). Perhatikan tabel sebagai hasil “output” sebagai berikut:

t-test for Equality of Means

t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

(4). Perhatikan kolom Sig. .

Jika Sig. > α , maka H0 diterima

7. Untuk menguji hipotesis ke-2 dilakukan analisis dengan menggunakan uji Anova Dua Jalur, dalam penelitian ini menggunakan SPSS for Windows versi standar 17.0, yaitu General Linear Model (GLM) – Univariate. Langkah-langkahnya sebagai berikut:


(40)

(2). Olah data dengan SPSS 17.0

(3). Perhatikan tabel sebagai hasil “output” sebagai berikut:

Source

Type III Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Partial Eta Squared Kelompok

Kelas

Kelompok * Kelas

(4). Perhatikan kolom Sig. .dan baris Kelompok, Kelas, Kelompok* Kelas

Jika Sig. > α , maka H0 diterima

8. Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan uji non parametrik pengganti uji-t yaitu uji Wilcoxon (Ruseffendi, 1998b).

E.2. Data kualitatif

Data kualitatif yang dianalisa adalah data hasil observasi, dan skala sikap. Data hasil observasi yang dianaliasa adalah aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan pada waktu tes individu diberikan. Sedangkan hasil skala sikap penganalisaannya difokuskan pada respons siswa terhadap model pembelajaran yang diberikan (pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP).

F. Prosedur Penelitian

Penelitian dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Untuk lebih memudahkan pelaksanaan penelitian, maka disajikan langkah-langkah atau alur penelitian dalam bentuk Diagram 3.1 berikut:


(41)

Diagram 3.1. Alur Kegiatan Penelitian

Penyusunan instrumen, perangkat pembelajaran, dan modul GSP

P o s t e s

An alisis Dat a

Penulisan Laporan Studi Kepustakaan Penyusunan Proposal

P r e t e s Uji coba instrumen

Analisis hasil uji coba, perbaikan instrumen

Observasi untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol

Kelas Eksperimen: • Pelatihan GSP

• Pelaksanaan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP

• Observasi pelaksanaan pembelajaran • Pengisian angket skala sikap

Kelas Kontrol: Pelaksanaan pembelajaran konvensional


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional.

Dalam hal ini peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik antara siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional, ditinjau dari kemampuan awal siswa (atas, sedang, dan rendah).

Dalam hal ini peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik pada siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional di setiap kelompok kemampuan awal siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik tertingggi terjadi pada siswa kelompok


(43)

atas di kelas yang memperoleh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP.

3. Setelah mendapatkan pembelajaran, para siswa menunjukkan sikap positif terhadap mata pelajaran matematika, terhadap model pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP, dan terhadap soal-soal tes kemanpuan berpikir kritis yang diberikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa siswa memperlihatkan sikap yang positif terhadap keseluruhan aspek pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP.

4. Pada aspek kegiatan yang relevan dengan kegiatan pembelajaran, kualitas aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP sangat baik dan cenderung mengalami peningkatan, sedangkan pada aspek kegiatan yang tidak ada relevansinya dengan kegiatan pembelajaran, kualitas aktivitas siswa sangat kurang dan cenderung mengalami penurunan hingga mencapai tingkat mimimum.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Dengan memperhatikan temuan bahwa pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik, diharapkan penerapan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP menjadi bahan masukan bagi para guru melakukan inovasi terhadap


(44)

pembelajaran matematika dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematik.

2. Dalam mengimplementasikan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP, perlu diperhatikan kesesuaian materi pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah serta pembagian waktu dalam pembelajaran secara seksama.

3. Perlu dilakukan sosialisasi kepada guru tentang kemampuan berpikir kritis matematik dan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP, serta pengembangannya dalam proses pembelajaran.

4. Perlu penelitian lanjut tentang upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik melalui pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP pada kelompok/ peringkat sekolah. Selain itu perlu diteliti bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi lainnya.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.A. (2003). Critical Thinking Across the Disciplines. Makalah pada Faculty Development Seminar in New York City College of Technology, New York.

Almeqdadi, F.(2000). The Effect of Using The Geometer’s Sketchpad (GSP) on Jordanian Student’ Understanding Some Geometrical Consept. [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/almeqdadi.pdf. [29 Juni 2010]

Appelbaum, P. (2004). Critical Thinking and Learning. [Online]. Tersedia:

http://www.w3.org/TR/REC-htm140. [30 Nopember 2009]

Arends, R.I (2008). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Asbullah. (2004). Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan di SMPN 29 Pekanbaru. Laporan Field Studi PPS UPI. Tidak diterbitka Bisri, A. M. (2008). Sekitar Pembelajaran Efektif.

http://pendis.depag.go.id/madrasah/Insidex.php?i_367=at02100015. [30 Nopember 2009]

Bitter, G.G. & Hatfield, M.M. (1993). Integration of the math explorer calculation into the mathematics curriculum: The calculators project report. Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching, 12(1), 59-81.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bandar Standar Nasional Pendidikan.

Chiu-Jung Chen & Pei-Lin Liu (2007). Personalized Computer-Assisted Mathematics Problem-Solving Program and Its Impact on Taiwanese Students. Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching, 26(2) 105-121.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berfikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.


(46)

Garrison, D.R., Anderson, T., dan Archer, W. (2004). Critical Thinking, Cognitive Presence, Computer Conferencing in Distance Learning [Online]. tersedia: http://www.childrends.org/Files/Garrison.pdf. [30 Nopember 2009]

Glazer, E. (2004). Using Web Sources to Promotong Critical Thinking. [Online].

Tersedia: http://www.arches.uga.edu/~eglazer/nime2001.pdf. [30

Nopember 2009]

Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative and Critical Thinking Skill (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis). Bandung : Yayasan Nuansa Cendikia

Helmaheri (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Siswa SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-UPI Bandung. Tidak Dipublikasikan Hendrayana (2008). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP dalam Matematika. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan

Hu, C. (2006). Use Web-Based Simulation to Learn Trigonometri Curves. [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/chunhu.pdf.

[30 Nopember 2009]

Ibrahim, M, dan Nur, M.(2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Innabi, H. (2003). Assessing Critical Thinking in Secondary School Instruction for Accountability: A Need for Rubrics. [Online]. Tersedia:

http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail?accno=EJ748199. [30 Nopember 2009]

Jacobs, H.R.(1982). Mathematics, A Human Endeavor (2ndEd) San Fransisco. W.H. Freeman and Company.

Kolawole, E.B. (2007). Effects of competitive and cooperative learning strategies on academic performance of Nigerian studens in mathematics. Journal Academic, 3(1), 033-037.

Kusumah, Y.S.(2004). Desain dan Pengembangan Courseware Interaktif Berbasis Web untuk Meningkatkan Pemahaman Matematis dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA (Pengembangan e-learning Matematika Berbasis Teknologi Komputer dalam Mendukung Kurikulum 2004). Makalah dalam Seminar Nasional Matematika 2004. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA-UPI.


(47)

Lam, T.T.(2007). Use of Geometer’s Sketchpad (GSP) to Teach Mechanics Concepts in A Level Mathematics. [Online]. Tersedia:

http://www.any2any.org/EPATCM/EP/2004/2004C141/fullpaper.pdf. [4

Desember 2009]

LTSIN. (2004). Learning Thinking. Scotland: Learning and Teaching Scotland. Malone, J.A dan Krismanto, A (1997). Indonesian Students’ Attitudes and

Perceptions towards Small-Group Work in Mathematics. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. XVI, No. 2 tahun 1997.

Marzano, R.J., et al. (1988). Dimension of Thinking. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. Dalam American Journal of Physics. Vol. 70 (12) 1259-1268

Mosa. A.M.(2008). Using GSP in Discovering a New Theory. [Online]. Tersedia:

http://tsg.icme11.org/document/get/82. [4 Desember 2009]

Muabuai, Y.(2009). Pembelajaran Geometri Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Berbasis Program Cabri Geometry Ii Plus Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Makalah dalam Seminar Nasional Matematika 2009. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA-UPI

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM.

Nur, Mohammad. (2001). Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya:UNESA.

Patsiomitou, S. (2207). The Development of Students Geometrical Thinking through Transformational Processes and Interaction Techniques in a Dynamic Geometry Environment. [Online]. Tersedia:

http://proceedings.informingscience.org/ISMSTE2008/. [30 Nopember 2009]

Poerwadarminta (2006). Kamus Lengkap: Inggeris-Indonesia, Indonesia- Inggeris. Bandung: HASTA.


(48)

Rahman, A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Generalisasi Siswa SMA melalui pembelajaran Berbalik. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T.(1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T.(1998a). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ruseffendi, E.T.(1998b). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sabandar, J.(2002). Pembelajaran Geometri Dengan Menggunakan Cabri Geometry II. Kumpulan Makalah, Pelatihan Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Saptono, S.(2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES

Setiawati, R.O.(2008). Pentingnya Pengaruh Sosial dalam Peran Pengajaran Bagi Anak. [Online]. Tersedia: http://www.kabarindonesia.com. [9 September 2008]

Siregar (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa MTs pada Kelas yang Belajar Geometri berbantuan Geometer’s Sketchpad dengan Siswa yang Belajar Geometri Tanpa Geometer’s Sketchpad. Tesis UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts : Allyn and Bacon Publishers

Smith, I.D. (2006). The Teaching of Creative and Critical Thinking through Information Technology and Project Work. [Online]. Tersedia:

http://www.creativethinking.com/tcctt.htm. [3 Desember 2009]

Soekadijo, G.R. (1999). Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia

Sudarman (2002). Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer Berprerspektif Konstruktivis. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, ISSN 0852-7792 Tahun VII, Edisi Khusus. Juli 2002

Sudijono, A (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta


(49)

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiono (2002). Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung

Suherman, E. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. FPMIPA-JICA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sukarmin. (2002). Pembelajaran Kooperatif. UNESA: Surabaya.

Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kusuma Karya

Sumarmo, U (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suparno, P.(1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surakhmad, W. (2004). Pendidikan untuk Masa Depan (Mau Guru Profesional yang Bagaimana ?). Jakarta: Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia.

Suriasumantri, J.S. (1988). Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan

Suzana, Y. (2003). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kognitif. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan

Tarim, K., Akdeniz, F. (2007). The effects of cooperative learning on Turkish elementary students’ mathematics achievement and attitude towards mathematics using TAI and STAD methods. Journal Educ Stud Math (2008) 67:77–91

Trisnadi, A. (2006). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Generalisasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing dalam Kelompok. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Uyanto (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogjakarta: Graha Ilmu Villiers, M. (2004). Using dynamic geometry to expand mathematics teachers’


(1)

94

pembelajaran matematika dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematik.

2. Dalam mengimplementasikan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP, perlu diperhatikan kesesuaian materi pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah serta pembagian waktu dalam pembelajaran secara seksama.

3. Perlu dilakukan sosialisasi kepada guru tentang kemampuan berpikir kritis matematik dan pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP, serta pengembangannya dalam proses pembelajaran.

4. Perlu penelitian lanjut tentang upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik melalui pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP pada kelompok/ peringkat sekolah. Selain itu perlu diteliti bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif berbantuan program GSP terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi lainnya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.A. (2003). Critical Thinking Across the Disciplines. Makalah pada Faculty Development Seminar in New York City College of Technology, New York.

Almeqdadi, F.(2000). The Effect of Using The Geometer’s Sketchpad (GSP) on Jordanian Student’ Understanding Some Geometrical Consept. [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/almeqdadi.pdf. [29 Juni 2010]

Appelbaum, P. (2004). Critical Thinking and Learning. [Online]. Tersedia: http://www.w3.org/TR/REC-htm140. [30 Nopember 2009]

Arends, R.I (2008). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Asbullah. (2004). Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan di SMPN 29 Pekanbaru. Laporan Field Studi PPS UPI. Tidak diterbitka Bisri, A. M. (2008). Sekitar Pembelajaran Efektif.

http://pendis.depag.go.id/madrasah/Insidex.php?i_367=at02100015. [30 Nopember 2009]

Bitter, G.G. & Hatfield, M.M. (1993). Integration of the math explorer calculation into the mathematics curriculum: The calculators project report. Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching, 12(1), 59-81.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bandar Standar Nasional Pendidikan.

Chiu-Jung Chen & Pei-Lin Liu (2007). Personalized Computer-Assisted Mathematics Problem-Solving Program and Its Impact on Taiwanese Students. Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching, 26(2) 105-121.

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berfikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.


(3)

96

Garrison, D.R., Anderson, T., dan Archer, W. (2004). Critical Thinking, Cognitive Presence, Computer Conferencing in Distance Learning [Online]. tersedia: http://www.childrends.org/Files/Garrison.pdf. [30 Nopember 2009]

Glazer, E. (2004). Using Web Sources to Promotong Critical Thinking. [Online].

Tersedia: http://www.arches.uga.edu/~eglazer/nime2001.pdf. [30 Nopember 2009]

Hassoubah, Z. I. (2004). Developing Creative and Critical Thinking Skill (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis). Bandung : Yayasan Nuansa Cendikia

Helmaheri (2004). Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Siswa SLTP Melalui Belajar dalam Kelompok Kecil dengan Strategi Think-Talk-Write. Tesis PPS-UPI Bandung. Tidak Dipublikasikan Hendrayana (2008). Pengembangan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP dalam Matematika. Tesis PPS-UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan

Hu, C. (2006). Use Web-Based Simulation to Learn Trigonometri Curves. [Online]. Tersedia: http://www.cimt.plymouth.ac.uk/journal/chunhu.pdf. [30 Nopember 2009]

Ibrahim, M, dan Nur, M.(2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Innabi, H. (2003). Assessing Critical Thinking in Secondary School Instruction for Accountability: A Need for Rubrics. [Online]. Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail?accno=EJ748199. [30 Nopember 2009]

Jacobs, H.R.(1982). Mathematics, A Human Endeavor (2ndEd) San Fransisco. W.H. Freeman and Company.

Kolawole, E.B. (2007). Effects of competitive and cooperative learning strategies on academic performance of Nigerian studens in mathematics. Journal Academic, 3(1), 033-037.

Kusumah, Y.S.(2004). Desain dan Pengembangan Courseware Interaktif Berbasis Web untuk Meningkatkan Pemahaman Matematis dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA (Pengembangan e-learning Matematika Berbasis Teknologi Komputer dalam Mendukung Kurikulum 2004). Makalah dalam Seminar Nasional Matematika 2004. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA-UPI.


(4)

Lam, T.T.(2007). Use of Geometer’s Sketchpad (GSP) to Teach Mechanics Concepts in A Level Mathematics. [Online]. Tersedia:

http://www.any2any.org/EPATCM/EP/2004/2004C141/fullpaper.pdf. [4 Desember 2009]

LTSIN. (2004). Learning Thinking. Scotland: Learning and Teaching Scotland. Malone, J.A dan Krismanto, A (1997). Indonesian Students’ Attitudes and

Perceptions towards Small-Group Work in Mathematics. Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, Vol. XVI, No. 2 tahun 1997.

Marzano, R.J., et al. (1988). Dimension of Thinking. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostics Pretest Scores. Dalam American Journal of Physics. Vol. 70 (12) 1259-1268

Mosa. A.M.(2008). Using GSP in Discovering a New Theory. [Online]. Tersedia: http://tsg.icme11.org/document/get/82. [4 Desember 2009]

Muabuai, Y.(2009). Pembelajaran Geometri Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Berbasis Program Cabri Geometry Ii Plus Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Makalah dalam Seminar Nasional Matematika 2009. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA-UPI

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Virginia: NCTM.

Nur, Mohammad. (2001). Pembelajaran Kooperatif dalam Kelas IPA. Surabaya:UNESA.

Patsiomitou, S. (2207). The Development of Students Geometrical Thinking through Transformational Processes and Interaction Techniques in a Dynamic Geometry Environment. [Online]. Tersedia: http://proceedings.informingscience.org/ISMSTE2008/. [30 Nopember 2009]

Poerwadarminta (2006). Kamus Lengkap: Inggeris-Indonesia, Indonesia- Inggeris. Bandung: HASTA.


(5)

98

Rahman, A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan Generalisasi Siswa SMA melalui pembelajaran Berbalik. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T.(1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T.(1998a). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ruseffendi, E.T.(1998b). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sabandar, J.(2002). Pembelajaran Geometri Dengan Menggunakan Cabri Geometry II. Kumpulan Makalah, Pelatihan Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Saptono, S.(2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: UNNES

Setiawati, R.O.(2008). Pentingnya Pengaruh Sosial dalam Peran Pengajaran Bagi Anak. [Online]. Tersedia: http://www.kabarindonesia.com. [9 September 2008]

Siregar (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa MTs pada Kelas yang Belajar Geometri berbantuan Geometer’s Sketchpad dengan Siswa yang Belajar Geometri Tanpa Geometer’s Sketchpad. Tesis UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Second Edition. Massachusetts : Allyn and Bacon Publishers

Smith, I.D. (2006). The Teaching of Creative and Critical Thinking through Information Technology and Project Work. [Online]. Tersedia: http://www.creativethinking.com/tcctt.htm. [3 Desember 2009]

Soekadijo, G.R. (1999). Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia

Sudarman (2002). Pembelajaran Matematika Berbantuan Komputer Berprerspektif Konstruktivis. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya, ISSN 0852-7792 Tahun VII, Edisi Khusus. Juli 2002

Sudijono, A (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta


(6)

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiono (2002). Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung

Suherman, E. Dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. FPMIPA-JICA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sukarmin. (2002). Pembelajaran Kooperatif. UNESA: Surabaya.

Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum & Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kusuma Karya

Sumarmo, U (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suparno, P.(1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Surakhmad, W. (2004). Pendidikan untuk Masa Depan (Mau Guru Profesional yang Bagaimana ?). Jakarta: Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia.

Suriasumantri, J.S. (1988). Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan

Suzana, Y. (2003). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kognitif. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan

Tarim, K., Akdeniz, F. (2007). The effects of cooperative learning on Turkish elementary students’ mathematics achievement and attitude towards mathematics using TAI and STAD methods. Journal Educ Stud Math (2008) 67:77–91

Trisnadi, A. (2006). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Generalisasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing dalam Kelompok. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Uyanto (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogjakarta: Graha Ilmu Villiers, M. (2004). Using dynamic geometry to expand mathematics teachers’