ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN.

(1)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Masalah Penelitian... 9

1.3 Definisi Operasional ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.6 Paradigma Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Folklor, Tradisi Lisan, dan Sastra Lisan... 14

2.1.1 Folklor ... 14

2.1.2 Tradisi Lisan ... 17

Tradisi Lisan Dayak Kanayatn ... 23

2.1.3 Sastra Lisan... 28

Sastra Lisan Dayak Kanayatn... 30

2.2 Teori Sosiologi Sastra dan Teori Lingkungan Penceritaan... 32

2.2.1 Teori Sosiologi Sastra... 32

2.2.2 Teori Lingkungan Penceritaan ... 36

2.3 Mite, Legenda, dan Dongeng ... 38

2.3.1. Mite... 38

2.3.2 Legenda ... 39

2.3.3 Dongeng ... 43


(2)

vii

2.5 Teori Fungsi... 53

2.6 Teori Terjemahan... 56

2.7 Teori Makna (Nilai ) Budaya... 57

2.8 Pendekatan Hermeneutik untuk Menggali Makna... 59

2.9 Masyarakat Dayak Kanayatn di Kabupaten Landak ... 63

2.9.1 Gambaran Umum Kabupaten Landak ... 63

2.9.2 Masyarakat Dayak Kanayatn... 78

2.10 Kearifan Lokal dan Identitas Dayak ... 82

2.10.1 Kearifan Lokal ... 82

2.10.2 Identitas Dayak ... 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 86

3.1 Ancangan Penelitian ………... 86

3.2 Metode ………... 87

3.3 Data dan Sumber Data ... 87

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 88

3.5 Instrumen Penelitian ... 89

3.6 Responden ... 89

3.7 Pengecekan Keabsahan Data... 90

3.8 Teknik Analisis Data... 92

BAB IV ANALISIS DATA ... 96

4.1 Lingkungan Penceritaan dan Klasifikasi 81 Cerita... 96

4.2 Lingkungan Penceritaan, Klasifikasi, Struktur, dan Makna 9 Cerita... 336

4.3 Kemungkinannya sebagai Bahan Pembelajaran ... 504

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...519

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 529

DAFTAR PUSTAKA ... 533

LAMPIRAN ... 552


(3)

viii


(4)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra lisan yang pernah hidup dan menjadi milik masyarakat, diwariskan secara lisan dan turun-temurun yaitu dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat merupakan buah pikiran warisan leluhur bangsa mengandung bermacam-macam pesan. Cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan mengandung berbagai gagasan dan penuh nilai (makna) yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa.

Cerita rakyat Suku Dayak Kanayatn sebagai bagian dari kebudayaan daerah Kalimantan Barat sangat beragam jenis dan isinya. Isinya menunjukkan kekayaan rohani dalam bentuk nilai-nilai moral, gagasan, cita-cita, dan pedoman hidup masyarakat Dayak Kanayatn pada masa lampau baik tentang manusia sebagai pribadi maupun manusia dalam hubungannya dengan alam dan lingkungan hidupnya. Jadi bagaimana para leluhur suku Dayak Kanayatn di Provinsi Kalimantan Barat zaman dahulu memperlakukan lingkungan hidupnya dapat terproyeksikan dalam cerita rakyat.

Penelitian ini layak dan penting untuk dilakukan karena beberapa hal. Dalam hubungannya dengan kehidupan sastra, sastra lisan tidak dapat diabaikan sebab sastra lisan merupakan bagian dari keseluruhan kehidupan sastra. Studi


(5)

tentang sastra lisan merupakan hal yang penting bagi para ahli sastra yang ingin memahami peristiwa perkembangan sastra, asal mula dan timbulnya genre sastra serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Ada hubungan antara studi tentang sastra lisan dengan sastra tertulis seperti juga ada kelangsungan antara sastra lisan dengan sastra tertulis yang tidak terputus (Rusyana, 1975:83;

1978: 1).

Sastra lisan yang tersebar di berbagai daerah karena perubahan yang terjadi di masyarakat mungkin ada bagian yang hilang. Oleh karena itu perlu dikumpulkan. Pengumpulan itu hendaknya menggunakan metode yang memadai serta diselenggarakan dengan berencana dan terarah. Dengan demikian sastra lisan dapat dipelihara (diawetkan), diklasifikasikan, dan dikatalogkan (Rusyana, 1975:86). Dengan kata lain bahwa penelitian sastra lisan sangat diperlukan untuk pengawetan (pemeliharaan) dan dalam penelitian semestinya menggunakan metode-metode yang dibenarkan dan diakui secara keilmuan.

Sastra daerah (sastra lisan) hidup pada setiap bagian wilayah Indonesia, dimiliki oleh setiap suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke yang dikenal juga dengan sebutan sastra nusantara (Seli, 1996:2). Sastra daerah berfungsi sebagai pengungkap alam pikiran, sikap, dan nilai-nilai budaya masyarakat pendukungnya, penunjang perkembangan bahasa daerah, penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia, dan penyampai gagasan-gagasan yang mendukung pembangunan secara utuh (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1977:23-37). Memperhatikan fungsi yang diemban oleh sastra lisan maka sastra lisan perlu dilestarikan, dipelihara (diawetkan). Salah satu


(6)

cara pemeliharaannya adalah dengan penelitian karena dalam salah satu bagian penelitian sastra lisan adalah perekaman cerita yang kemudian ditranskripsikan dalam bentuk tulisan.

Dalam sastra lisan umumnya dan cerita rakyat khususnya ditengarai di dalamnya terdapat kearifan lokal masyarakat pemiliknya. Sebagai warisan atau peninggalan leluhur atau nenek moyang, kearifan lokal adalah kekayaan budaya dan tradisi besar yang tidak saja harus dipertahankan atau dilestarikan tetapi sudah sepantasnya dihargai dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (Alqadrie, 2009:3). Penelitian ini penting dan mendesak untuk dilakukan dalam rangka menggali kearifan lokal yang terdapat dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn.

Dalam sastra lisan umumnya dan cerita rakyat khususnya juga ditengarai memuat identitas atau jati diri dari masyarakat pemiliknya. Pandangan masyarakat luar terhadap masyarakat Dayak hingga saat ini masih ada yang berpandangan negatif. Sebagai contoh adanya pandangan bahwa orang Dayak makan orang. Pandangan semacam ini tentu haruslah diubah karena sangat merugikan masyarakat Dayak. Penelitian cerita rakyat Dayak Kanayatn dirasa penting dan mendesak untuk dilakukan dalam rangka menelusuri identitas Dayak Kanayatn yang pada gilirannya dapat mengubah pandangan masyarakat luar terhadap masyarakat Dayak Kanayatn.

Menurut Sudikan (2001: 225-234) sejak tahun 70-an hingga tahun 1990-an telah dilakukan penelitian sastra lisan di berbagai daerah di Indonesia. Setidaknya, Sudikan mencatat 22 penelitian sastra lisan di Indonesia. Kebanyakan hasil penelitian tersebut diterbitkan oleh Pusat Bahasa Jakarta. Dari 22 penelitian


(7)

terlihat bahwa sastra lisan Dayak umumnya dan sastra lisan Dayak Kanayatn khususnya belum tersentuh sebagai objek penelitian. Dilihat dari aspek ini maka penelitiaan terhadap sastra lisan Dayak Kanayatn sangat penting dan mendesak untuk dilakukan.

Menurut catatan Effendy (2006a) penelitian terhadap sastra lisan Dayak umumnya dan sastra lisan Dayak Kanayatn khususnya pernah dilakukan oleh perorangan, lembaga penelitian, dan para calon sarjana dalam bentuk skripsi serta calon magister dalam bentuk tesis.

Sejauh data yang terjangkau, Pater Donatus P. Dunselman, OFM Cap adalah orang pertama yang pernah melakukan penelitian sastra lisan Dayak di Kalimantan Barat. Di sela-sela tugasnya sebagai misionaris di tengah masyarakat Dayak Mualang di Kabupaten Sintang, ia berhasil mengumpulkan sastra lisan Dayak yang saat ini masih hidup di Kabupaten Sintang yaitu Kana atau Ngkana. Hasil pekerjaannya diterbitkan dengan judul:”Kana Sera Zang der Zwangenchap” pada tahun 1955 (Teeuw, 1984, Effendy, 2006a:21).

Sesudah karya Dunselman dipublikasikan, hampir tiga dekade kemudian informasi mengenai sastra lisan di Kalimantan Barat mengalami kevakuman sampai munculnya karya besar tahun 1980-an. Karya besar dimaksud adalah Syair Lawe karya Pater Ding Ngo. Syair Lawe merupakan syair mitologis masyarakat Dayak Kayan. Buku yang terdiri dari 6 jilid tebal ini diterbitkan oleh UGM Press. Penelitian kedua misionaris tersebut belum menyentuh sastra lisan Dayak Kanayatn.


(8)

Selain perseorangan, terdapat juga lembaga yang mendokumentasikan sastra lisan di Kalimantan Barat tetapi tidak terfokus pada sastra lisan Dayak apalagi sastra lisan Dayak Kanayatn. Lembaga yang dimaksud adalah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Depdiknas, melalui proyek IDKD (Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah) berhasil membukukan cerita lisan yang ada di Kalimantan Barat. Ada tiga buku yang dihasilkan dari proyek IDKD yaitu (1) ”Cerita Rakyat Kalimantan Barat” (Yusba, 1981/1982). (2) ”Cerita Rakyat Kalimantan Barat” (Yusba, 1982/1983). (3) ”Cerita Rakyat Kalimantan Barat” (Wariso, 1984/1985).

Masing-masing buku berisi antara 20 – 30 cerita rakyat Dayak dan Melayu dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Jadi tidak berisikan khusus cerita Dayak apalagi Dayak Kanayatn. Sayangnya ketiga buku tersebut tidak disertai catatan yang memadai tentang ikhwal penutur, tempat perekaman, fungsi teks dan sebagainya sehingga sulit bagi pembaca untuk mengetahui lebih jauh hal-ikhwal teks tersebut.

Proyek IDKP tidak bisa bertahan lama. Selanjutnya ada proyek PBSID (Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah) juga di bawah Departemen Pendidikan Nasional Provinsi Kalimantan Barat. Selama proyek itu digulirkan (1989/1990 – 2000/2001) menghasilkan 15 (lima belas) hasil penelitian sastra lisan Dayak dan Melayu. Penelitian yang berkaitan dengan sastra Lisan Dayak umumnya dan sastra lisan Dayak Kanayatn khususnya yaitu (1) Sastra Lisan (Dayak) Kayan (Hanye, dkk., 1994/1995), (2) Analisis Tematis Cerita Jenaka Pak Ali-ali, Cerita Rakyat Dayak Kanayatn (Syam, dkk, 1995/1996). (3) Nilai Budaya


(9)

dalam Sastra Lisan Dayak Kanayatn (Priyadi, dkk., 1996/1997). (4) Nilai Budaya dalam Sastra Lisan Dayak Keninjal (Martono, dkk, 1999/2000).

Dalam rangka penyusunan skripsi dan tesis terdapat beberapa penelitian tentang sastra lisan Dayak Kanayatn. Penelitian tersebut yaitu: (1) “Cerita Bukit Batu:Sastra Lisan Dayak Kanayatn Kalbar, Kajian Latar dan Amanat”, skripsi oleh Dalawi (1996), (2) “Nilai Kepercayaan pada Cerita Perang Mlaju Pado Kuanti Malanggar Jawa”, skripsi oleh Yasinta (1997), (3) “Pandangan Hidup dan Sikap Hidup Masyarakat Dayak Kanayatn yang Tercermin dalam Cerita Nek Sayu” skripsi oleh Pornilina (1997), (4) “Nilai Kepercayaan dalam Cerita Nek Baruakng Kulub Sastra Lisan Dayak Kanayatn” skripsi oleh Hanawati (2000), dan (5) “Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Dayak Kanayatn” tesis oleh Sesilia Seli (1996).

Penelitian tentang sastra lisan Dayak Kanayatn dari tahun 1978 – 2000 hanya 7 buah. Seli (1996) dalam penelitiannya menggunakan teori struktur karya sastra modern yang biasa digunakan untuk meneliti karya sastra Indonesia modern dan teori fungsi Bascom (dalam Danandjaja, 1984:18). Sejauh data yang tersedia, teori struktur naratif Maranda belum pernah digunakan untuk menganalisis cerita rakyat Dayak Kanayatn.

Pada tahun 1993 tepatnya pada bulan September 1993 Institut Dayakologi (ID) bekerja sama dengan Ford Foundation berhasil mengumpulkan 103 cerita rakyat dan telah ditranskripsikan ke dalam bahasa Indonesia. Sayangnya bahwa ratusan kaset rekaman ludes terbakar pada tanggal 9 Agustus 2007 bersama ratusan buku laporan hasil penelitian, ratusan film dokumenter, dan lain


(10)

sebagainya (KR ONLINE, Rabu, 29 Agustus 2007 tersedia dalam http://www.dayakologi.com). Peneliti merasa beruntung karena bisa mendapatkan 103 cerita tersebut dari laptop Bapak Nico Andasputra, wakil direktur Institut Dayakologi. Menurut Nico Andasputra, cerita rakyat yang di laptop merupakan satu-satunya dokumen yang masih ada selain yang telah dilaporkan pada Ford Foundation. Ke 103 cerita inilah yang akan dijadikan data dalam penelitian ini. Setelah diteliti lebih lanjut, dari 103 cerita tersebut ternyata yang memenuhi sebagai sebuah cerita hanya 90 buah cerita. Dengan demikian jumlah data yang akan diklasifikasikan 90 cerita.

Memperhatikan penelitian yang dilakukan oleh Institut Dayakologi ternyata baru sampai pada tahap dokumentasi (pengumpulan cerita dan transkripsi) dan belum sampai pada tahap klasifikasi dan analisis teks apalagi menggali aspek lingkungan penceritaan dan nilai-nilai (makna) yang terdapat di dalamnya. Dari sebab itu dapatlah dikatakan bahwa penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Institut Dayakologi.

Penelitian terhadap sastra lisan mempunyai metode tersendiri (Sudikan, 2001). Dari 22 penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Sudikan (2001) ada 2 penelitian yang menggunakan teori Maranda yakni penelitian Rusyana (1978) dan penelitian Yoharni Harjono (1979). Perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah objek penelitiannya sastra lisan Dayak Kanayatn, memasukkan lingkungan penceritaan, klasifikasi cerita, mencari makna dan kemungkinannya dapat dijadikan bahan pembelajaran di perguruan tinggi.


(11)

Dalam kaitannya dengan pengajaran sastra di Perguruan Tinggi, utamanya dalam Mata Kuliah Sastra Daerah, antara lain terdapat pokok bahasan menganalisis cerita lisan. Sejauh pengamatan dan pengalaman peneliti, pembelajaran Sastra Daerah utamanya di Program Studi Pendidikan Bahasa , Sasra Indonesia dan Daerah, Jurusan PBS, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak, dosen seringkali kesulitan untuk mendapatkan bahan pembelajaran. Untuk itu penelitian ini mendesak dan penting untuk dilakukan untuk melihat kemungkinannya cerita rakyat Dayak Kanayatn dapat digunakan sebagai bahan pembelajaraan sastra lisan di perguruan tinggi utamanya pada Program Studi Pendidikan Bahasa , Sasra Indonesia dan Daerah, Jurusan PBS, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak

Dari uraian di atas, secara terperinci alasan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Ada keterkaitan antara sastra lisan dengan sastra tulis. Bila ingin mempelajari sastra tulis perlu mempelajari sastra lisan terlebih dahulu. Jadi penelitian tentang sastra lisan (cerita rakyat Dayak Kanayatn) diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari sastra tulis Dayak Kanayatn khususnya dan sastra Indonesia pada umumnya.

(2) Mengingat cerita Dayak Kanayatn ditengarai terdapat nilai-nilai luhur bangsa, isinya menunjukkan kekayaan rohani dalam bentuk nilai-nilai moral, gagasan, cita-cita, dan pedoman hidup masyarakat Dayak Kanayatn pada masa lampau maka cerita rakyat Dayak Kanayatn perlu dilestarikan atau diawetkan. Salah satu cara melestarikan cerita rakyat dengan penelitian mengingat dalam penelitian


(12)

cerita rakyat ada aspek perekaman dan transkripsi yang berarti pendokumentasian.

(3) Dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn ditengarai banyak terdapat kearifan lokal. Adanya kearifan lokal berarti menjaga kelestarian lingkungan hidup. Hubungan alam – manusia – Pencipta dapat terjalin dengan baik. Jadi penelitian ini diperlukan untuk menggali kearifan lokal yang ada dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn .

(4) Selama ini pandangan orang luar terhadap Dayak Kanayatn sangatlah negatif. Misalnya orang Dayak Kanayatn bodoh, terbelakang, dan makan orang. Pandangan negatif tersebut tentu merugikan masyarakat Dayak Kanayatn. Untuk itu perlu penelitian untuk merekonstruksi identitas Dayak Kanayatn. Dari cerita rakyat Dayak Kanayatn dapat digali identitas Dayak Kanayatn.

(5) Kurangnya bahan pembelajaran sastra lisan pada mata kuliah Sastra Daerah di Program Studi Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah FKIP Universitas Tanjungpura menjadi salah satu peendorong untuk dilaksanakannya penelitian ini. Dengan harapan cerita rakyat Dayak Kanayatn dapat dijadikan bahan pembelajaran.

1.2 Masalah Penelitian

Penelitian ini mengambil objek cerita rakyat Dayak Kanayatn di Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat. Pada dasarnya cerita rakyat sebagai bagian dari kebudayaan dapat diteliti dari berbagai segi. Namun karena berbagai keterbatasan, maka peneliti hanya mengklasifikasikan, menganalisis


(13)

teks berdasarkan teori Maranda, mengamati aspek lingkungan penceritaan, menganalisis makna, dan kemudian melihat kemungkinannya dapat atau tidaknya digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra pada Program Studi Pendidikan Bahasa , Sasra Indonesia dan Daerah. Karena itu masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah lingkungan penceritaan cerita rakyat Dayak Kanayatn? b. Bagaimanakah klasifikasi cerita rakyat Dayak Kanayatn? Dalam hal ini meliputi klasifikasi mite (mitos) , legenda, dan dongeng.

c. Bagaimanakah struktur naratif cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan teori Maranda?

d. Bagaimanakah makna cerita rakyat Dayak Kanayatn?

e. Bagaimanakah kemungkinannya cerita rakyat Dayak Kanayatn dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di perguruan tinggi?

1.3 Definisi Operasional

Agar lebih memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasionalnya.

a. Lingkungan penceritaan

Lingkungan penceritaan adalah daerah asal cerita didapatkan dan situasi penuturan cerita saat cerita didapatkan. Daerah asal cerita didapatkan meliputi daerah pakai dan daerah sebar cerita. Situasi penceritaan meliputi penutur cerita, kesempatan bercerita, dan cara penyampaian cerita.


(14)

b. Klasifikasi

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem di kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Kaidah dan standar yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penanda utama mite, legenda, dan dongeng. Jadi yang dimaksud dengan klasifikasi dalam penelitian ini adalah pengelompokan cerita rakyat Dayak Kanayatn berdasarkan penanda utama mite, legenda, dan dongeng. c. Analis teks

Analisis teks adalah penguraian teks karya sastra (cerita rakyat) atas unsur- unsurnya untuk memahami pertalian antara unsur-unsur tersebut. Dalam penelitian ini analisis teks dimaknai sebagai cara menguraikan dan mencari hubungan sebab – akibat antara unsur-unsur pembangun karya sastra seperti alur, fungsi, dan tokoh.

d. Makna cerita

Makna cerita dalam penelitian ini adalah nilai yang terdapat pada cerita dalam hubungannya dengan diri sendiri (kepribadian), sesamanya (kemasyarakatan), alam (kealaman), dan hubungannya dengan Sang Pencipta (keyakinan/kepercayaan).

1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

a. Menemukan lingkungan penceritaan cerita rakyat Dayak Kanayatn. b. Mengklasifikasikan cerita rakyat Dayak Kanayatn dalam kelompok mite, legenda, dan dongeng.


(15)

Maranda.

d. Menemukan makna cerita rakyat Dayak Kanayatn.

e. Menemukan identitas Dayak Kanayatn dan kearifan lokal Dayak Kanayatn. f. Menjelaskan kemungkinannya cerita rakyat Dayak Kanayatn sebagai bahan pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini dapat memperkuat terhadap beberapa teori sastra lisan seperti teori lingkungan penceritaan, klasifikasi, struktur dan makna cerita.

Penelitian ini bermanfaat dalam rangka pelestarian budaya warisan para leluhur. Khasanah cerita rakyat yang telah diinventarisasikan dalam bentuk pendokumentasian, diklasifikasikan, dan dianalisis akan memberikan gambaran tentang warna budaya masyarakat Dayak Kanayantn di Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat.

Lingkungan penceritaan dalam cerita rakyat dapat pula dipakai sebagai sumber pengenalan mengenai lingkungan hidup kepada anak-anak. Dengan kata lain bahwa lingkungan penceritaan digunakan sebagai bahan pembelajaran baik secara formal di sekolah maupun di keluarga.

Dosen pengajar mata kuliah sastra daerah, akan mendapatkan masukan dari hasil penelitian ini bahwa ada cara menganalisis cerita rakyat selain cara-cara yang telah dikenal selama ini. Selanjutnya dosen dapat menerapkannya dalam pembelajaran sastra daerah.


(16)

1.6 Paradigma Penelitian 1.6 Paradigm Teori Lingkungan Penceritaan Teori Klasifikasi Teori Struktur Naratif Teori Makna /Nilai Kebudayaan

Diskusi dengan Dosen Pembimbing, Wawancara dengan Pencerita/Keluarga Pencerita, Angket terhadap guru, dan

Pengamatan Lapangan Cerita Rakyat Dayak Kanayatn Daerah pakai, situasi pakai, pencerita, kesempatan bercerita, cara menyampaikan cerita, dan pengaruh lingkungan Jumlah mitos, legenda, dan dongeng Rumus struktur dan penjelasannya, rumus fungsi dan penjelasannya, serta tokoh cerita dan sifatnya Makna kepercayaan, kepribadian, kemasyarakatan, dan kealaman


(17)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ancangan Penelitian

Secara paradigmatik, penelitian terhadap struktur dan makna cerita rakyat Dayak Kanayatn termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif (Bungin, 2009:68). Ancangan ini dipilih karena beberapa alasan. Pertama, penggunaan teks cerita sebagai sumber data yang bersifat alamiah. Kedua, peneliti merupakan instrumen kunci maksudnya bahwa peneliti melakukan penafsiran terhadap cerita rakyat Dayak Kanayatn utamanya dalam melihat pengaruh lingkungan terhadap cerita, pengklasifikasian, analisis struktur, fungsi, dan makna cerita. Ketiga, pemaparaan dan pembahasan bersifat deskriptif-interpretatif-eksplanasi. Keempat, selain hasil juga mementingkan proses. Kelima, analisis data dilakukan secara interaktif maksudnya dengan mengkaitkan antara data satu dengan lainnya. Keenam, lingkungan penceritaan, klasifikasi, struktur dan fungsi, serta makna menjadi perhatian utama. Ketujuh, disain penelitian bersifat sementara.

Ditinjau dari paradigmanya, penelitiaan ini termasuk ke dalam studi dokumentasi dan memiliki karakteristik sebagaimana dicirikan oleh rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Karakteristik penelitian dengan rancangan deskriptif kualitatif dipergunakan sebagai langkah analisis penelitian. Beberapa asas metodologis berkenaan dengan sumber data, pengumpulan data, keabsahan data, dan analisis data sejalan dengan konsep-konsep rancangan deskriptif kualitatif.


(18)

Dengan rancangan deskriptif kualitatif peneliti berupaya untuk menginterpretasikan lingkungan penceritaan, klasifikasi, struktur, fungsi, dan makna cerita rakyat Dayak Kanayatn.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, dan atau penelaahan dokumen ( Moleong, 2007:9). Dalam penelitian ini ketiganya (pengamatan, wawancara, dan menelaah dokumen) digunakan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap lingkungan peenceritaan, peneliti melakukan wawancara dengan para pencerita atau keluarga pencerita dan peneliti mengkaji 90 cerita rakyat dan lebih intens terhadap 9 cerita.

3.3 Data dan Sumber Data

Data utama dalam penelitian ini adalah 90 buah cerita yang pernah direkam dan telah ditranskripsikan oleh Institut Dayakologi pada bulan September 1993. Cerita-cerita tersebut terkumpul dalam bentuk solf copy hasil penelitian Institut Dayakologi 1993. Data telah direkam dan ditranskripsikan tetapi belum diterjemahkaan ke dalam bahasa Indonesia. Jadi peneliti yang menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kemudian mencari lingkungan penceritaan, mengklasifikasikan, dan kemudian menganalisis struktur, fungsi, dan maknanya.

Selain berupa 90 cerita, data juga berupa hasil wawancara terhadap pencerita (tukang cerita) yang masih hidup dan dari keluarga pencerita (bagi pencerita telah meninggal dunia). Tercatat ada 30 orang pencerita /keluarga pencerita yang dapat diwawancarai.


(19)

Selain itu, juga ada hasil angket dari 20 orang guru dari 10 kecamatan yang berbeda. Masing-masing kecamatan diambil 2 orang guru untuk membaca ringkasan 90 cerita kemudian menentukan apakah cerita tersebut terdapat di kecamatan tempat mereka tinggal.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga teknik yang digunakan dalam pengumpulan data. Pertama adalah teknik dokumentasi, kedua wawancara, dan ketiga dengan menggunakan angket. Teknik dokumentasi maksudnya adalah dengan membaca berulang-ulang terhadap 90 cerita yang digunakan sebagai data penilitian utamanya dalam menentukan klasifikasi, lingkungan penceritaan, struktur, fungsi, dan makna.

Teknik wawancara terutama untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan bagaimanakah lingkungan penceritaan. Wawancara dilakukan terhadap pencerita yang masih hidup dan terhadap keluarga pencerita apabila pencerita telah meninggal dunia.

Teknik angket dimaksudkan untuk memperkuat pendapat pencerita (tukang cerita) ketika menjawab peranyaan tentang penyebaran cerita. Peneliti menyebarkan 20 angket kepada 20 orang guru Agama Katolik pada 10 kecamatan. Jadi setiap kecamatan diambil 2 orang guru agama Katolik. Pemilihan guru agama Katolik sebagai responden didasarkan pada beberapa alasan.

Pertama, pada saat mengajar, guru seringkali menggunakan cerita rakyat sebagai pengantar dalam mengajar. Dengan demikian, peneliti berasumsi bahwa guru agama Katolik yang ada di kabupaten Landak cukup banyak mengetahui cerita rakyat Dayak Kanayatn.


(20)

Kedua, memperhatikan buku pelajaran Agama Katolik (utamanya di Sekolah Dasar), pada setiap pokok bahasan, sebelum dibicarakan bacaaan tertentu dari Alkitab, selalu didahului dengan cerita rakyat. Misalnya sebelum membicarakan kisah Kain dan Abil didahului dengan cerita tentang Gunung Bromo (sama-sama ingin mengisahkan tentang pengorbanan). Guru agama Katolik yang kreatif ternyata menggunakan cerita-cerita rakyat Dayak Kanayatn sebagai bahan perbandingan. Misalnya ketika guru akan menjelaskan tentang kejujuran, konsekuensi dari berhutang, maka guru menggunakan pengantar cerita ”Kancil Berhutang kepada Kodok”.

Ketiga, karena alasan kepraktisan. Para guru agama Katolik tersebut setiap hari Jumat dan Sabtu mengikuti kuliah kelas jauh STP St. Agustinus Keuskupan Agung Pontianak yang pelaksanaannya dilakukan di Pahauman, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak. Jadi peneliti tidak perlu mendatangi setiap guru pada setiap kecamatan yang nota bene jaraknya sangat berjauhan antara kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lain.

3.5 Instrumen Penelitian

Sesuai dengan teknik pengumpulan data, ada 3 instrumen yang digunakan yaitu peneliti sebagai instrumen, pedoman wawancara, dan angket. Pedoman wawancara dan angket dapat dilihat pada lampiran.

3.6 Responden

Ada dua kelompok responden yakni pencerita (tukang cerita)/keluarga pencerita dan kelompok guru. Kelompok pencerita dipilih dalam rangka menggali


(21)

lingkungan penceritaan secara umum sedangkan kelompok guru dipilih untuk menggali pengebaran cerita. Kelompok responden dapat dilihat pada lampiran. 3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini digunakan 4 teknik pemeriksaan keabsahan data yaitu (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) trianggulasi, dan (4) kecukupan referensial. Perpanjangan keikutsertaan peneliti lakukan dengan berada di lokasi penelitian beberapa waktu. Peneliti berada dan tinggal di kecamatan Sengah Temila selama beberapa minggu tetapi tidak secara berkelanjutan. Tepatnya seminggu pada bulan Desember 2009, seminggu pada bulan Maret 2010 dan sepuluh hari pada bulan Juni 2010. Pada saat itu peneliti mewawancarai para pencerita dan melakukan pengamatan terhadap daerah, sosial dan budaya, tempat pencerita berada.

Ketekunan pengamatan peneliti lakukan dengan membaca dan mencermati terhadap 90 cerita yang digunakan sebagai data penelitian. Pengamatan lebih teliti lagi diarahkan pada 9 cerita yang digunakan sebagai contoh analisis yaitu:

Mitos

(1) Abakng Balungkur (Mitos Adat Pembuka Ladang) (2) Abakng Inal (Mitos Gunung Bawang)

(3) Kale Ngelampe (Mitos Ikan Lele) (4) Sari Ganteng (Mitos Kampunan) Legenda

(5) Katoro Nekok (Legenda terjadinya Hantu Air)


(22)

usul manusia tidak dapat melihat hantu).

(7) Talino Beristri Burung Pune (Legenda terjadinya Bunga Selasih) Dongeng

(8) Si Ungekng

(9) Kancil Berhutang kepada Kodok

Pemilihan terhadap 9 cerita didasarkaan pada wakil cerita karena memiliki karakteristik yang sama. Dari 11 mitos dapat dikategorikan menjadi 4 yakni mitos tentang adat, mitos tentang suatu tempat, mitos tentang binatang, dan mitos tentang peristiwa menyebut makanan (kampunan). Dari 10 legenda dapat dikategorikan menjadi tiga yakni legenda tentang terjadinya hantu, legenda tentang terjadinya benda, dan legenda terjadinya tumbuhan. Masing-masing diwakili oleh satu cerita. Dari 69 dongeng dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni dongeng tentang manusia dengan hantu dan dongeng binatang. Masing-masing diwakili oleh satu cerita.

Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan data dengan cara memanfaatkan hal lain. Salah satunya adalah dengan berdiskusi dengan peneliti atau pengamat lainnya. Trianggulasi yang berkaitan dengan metode dan cara mengumpulkan data peneliti lakukan dengan berdiskusi dengan para pembimbing (promotor dan ko-promotor) disertasi yakni Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd., Prof. Dr. H. Yus Rusyana, dan Prof. Dr. H. Imam Syafi’ie.

Pengujian keabsahan data dengan kecukupan referensial dilaksanakan dengan cara membaca dan menelaah sumber-sumber data serta berbagai pustaka


(23)

yang relevan dengan masalah penelitian. Pembacaan dilakukan secara berulang-ulang agar diperoleh pemahaman arti yang memadai dan mencukupi.

3.8 Teknik Analisis Data

Ada 5 masalah dalam penelitian ini. Data dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Berikut ini dikemukakan teknik analisis data berdasarkan tiap-tiap masalah.

Masalah 1:

Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang mendalam, peneliti menganalisis/menginterpretasikan dan mendeskripsikan:

(1)Daerah pakai maksudnya daerah tempat cerita tersebut bisa ditemukan.. Sebagai contoh cerita Abakng Inal memiliki daerah pakai di Kecamatan Sengah Temila, Menyuke, Menjalin, dan Mempawah Hulu.

(2) Situasi pakai maksudnya adalah situasi penuturan cerita dengan maksud tertentu dan dengan penutur cerita serta kesempatan bercerita tertentu pula.

a.Penutur cerita: jenis kelamin, umur, suku, pekerjaan, bahasa, mendapatkan

cerita dari siapa.

b.Kesempatan bercerita: penutur menuturkan cerita dalam kesempatan apa? (a) Karena ada yang bertanya asal-usul benda,

(b) Santai di sore hari ketika sedang berkumpul dengan anggota keluarga, (c) Suasana yang lebih resmi seperti pada saat ada kenduri, kelahiran, dll. (d) Bagian dari suatu upacara

(e) Obrolan dua orang atau lebih untuk mengisi waktu luang (f) Waktu penutur masih kanak-kanak


(24)

c. Cara penyampaian cerita

(a) Cara penyampaian cerita naratif, tanpa dialog (b) Cara penyampaian cerita naratif disertai dialog. d. Pengaruh lingkungan terhadap cerita

Contoh: daerah masih berupa hutan yang cukup lebat melahirkan cerita hantu, daerah yang bergunung-gunung melahirkan cerita tentang asal-usul gunung tersebut dan lain-lain.

Masalah 2:

Semua cerita dibaca secara teliti dan berdasarkan kriteria (indikator) mite, legenda, dan dongeng sebagaimana dikemukakan oleh William R. Bascom (1965 dalam Danandjaja, 1984) dan Rusyana (2000) maka cerita dikelompokkan. Dengan demikian diperoleh klasifikasi mite, legenda, dan dongeng.

Masalah 3

Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan masalah ke-3 maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

(1)Membaca data (cerita) secara teliti dan berulang-ulang (9 Cerita) (2)Menyusun episode

(3)Mengurutkan peristiwa dari setiap episode (4)Menentukan terem

(5)Menentukan fungsi (6)Merumuskan alur


(25)

(8)Merumuskan alur berdasarkan tokohnya (9)Mendeskripsikan alur berdasarkan rumus alur (10)Merumuskan alur berdasarkan fungsinya (11)Mendeskripsikan alur berdasarkan fungsinya

(12) Menyebutkan tokoh cerita dan mendeskripsikan wataknya (karakternya) Masalah 4

Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan masalah ke-4 maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1.Membaca kembali 9 cerita yang digunakan sebagai contoh secara teliti dan berulang-ulang.

2. Mencermati kembali episode dan susunan peristiwa dari setiap cerita, bila dianggap perlu ditampilkan kembali episode dan susunan peristiwa. 3. Melakukan analisis isi dan interpretasi untuk mendapatkan makna teks. Empat aspek akan diamati yakni

(a) Dalam hubungannya dengan Sang Pencipta (keyakinan/kepercayaan). (b) Dalam hubungannya dengan diri sendiri (kepribadian)

(c) Dalam hubungannya dengan sesama (kemasyarakatan); (d) Dalam hubungannya dengan alam (kealaman ); dan

4. Mendeskripsikan hasil analisis disertai dengan bukti-bukti pendukung berupa kutipan teks

Masalah 5

Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan masalah ke-5 maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:


(26)

1.Membaca kembali cerita secara teliti dan berulang-ulang

2. Membaca kembali secara teliti dan berulang-ulang hasil analisis struktur dan makna

3. Menganalisis berdasarkan kriteria tujuan dan pemilihan bahan 4. Membuat contoh rencana pembelaajaran.


(27)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasannya berdasarkan tiap masalah yang diteliti.

1. Lingkungan Penceritaan

Jumlah cerita yang diteliti ada 90 buah. Sembilan puluh cerita tersebut diceritakan oleh 30 orang. Dari 30 orang tersebut yang sudah meninggal berjumlah 14 orang. Cerita biasanya digunakan untuk hiburan, pendidikan, dan adat. Umumnya cerita diperoleh dari orang tua pencerita, guru, dan tetangga. Cerita biasanya didapatkan waktu akan tidur, di ladang, di sekolah dan saat mengikuti upacara adat. Cara menyampaikan cerita dengan narasi diselingi dialog. Lingkungan penceritaan berupa daerah yang bergunung-gunung, sungai, hutan, rumah panjang, berbagai jenis binatang dan tumbuhan.

Pembahasan

Dari analisis lingkungan penceritaan dapat diketahui bagaimanakah sebuah cerita lisan terjadi. Menurut Hutomo (1991) terjadinya cerita lisan adalah sebagai berikut. (a) Ada seseorang penyaksi melaporkan suatu peristiwa yang telah disaksikannya dan dapat diwujudkan sebagai keterangan awal. (b) Keterangan awal tersebut didengar oleh orang lain dan dia mengulanginya untuk disampaikan kepada pendengar kedua. (c) Pendengar kedua mengulanginya untuk disampaikan kepada pendengar ketiga, begitu seterusnya.

Terjadinya cerita rakyat Dayak Kanayatn kiranya sesuai dengan teori terjadinya cerita lisan. Sebagai contoh, cerita tentang terjadinya gunung batu atau


(28)

terjadinya bunga selasih, tentu gunungnya sendiri sebelumnya sudah ada, bunga selasihnya sendiri sebelumnya sudah ada, kemudian orang mereka-reka menjadi sebuah cerita dan dipercayai oleh pendengarnya. Begitu seterusnya.

Dilihat dari jumlah pencerita, diketahui bahwa dalam kurun waktu 17 tahun (1993-2010), jumlah pencerita meninggal dunia ada 14 orang. Hal tersebut merupakan keprihatinan terhadap keberadaan cerita rakyat Dayak Kanayatn. Bila cerita-cerita yang masih ada dan belum sempat direkam dan dibukukan dan tidak segera dilakukan pendokumentasian, tidak mustahil kekayaan budaya tersebut akan hilang begitu saja sejalan dengan meninggalnya pencerita.

2. Klasifikasi Cerita

Berdasarkan analisis klasifikasi ditemukan sebagai berikut.

a. Dari 90 cerita yang diteliti, ternyata 11 buah(12,22%) merupakan mitos. b. Dari 90 cerita yang diamati, ternyata. 10 buah (11,12%) merupakan legenda. c. Dari 90 cerita yang diamati, ternyata 69 buah (76,66%) merupakan dongeng. Pembahasan

Dilihat dari klasifikasi cerita terlihat bahwa mayoritas cerita Daayak Kanayatn berupa dongeng (76,66%). Hal ini dapat dimengerti bila diamati dari karakteristik mitos, legenda, dan dongeng. Menurut teori Bascom (dalam Danandjaja, 1984) dan Rusyana (1978) mitos, legenda, dan dongeng mempunyai karakteristik yang berbeda. Mitos mempunyai karakteristik sebagai berikut a.Dianggap benar-benar terjadi. b. Dianggap suci. c. Tokoh dewa atau setengah dewa. d. Terjadi pada dunia lain (kayangan misalnya) d. Cerita bukan ciptaan zaman sekarang (terjadi pada masa lampau). Karakteristik legenda sebagai berikut


(29)

a. Dianggap benar-benar Terjadi. b. Tidak dianggap suci. c. Ditokohi manusia walaupun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa dibantu oleh makhluk-makhluk ajaibd. Tempat terjadinya seperti yang kita kenal. e. Waktu terjadinya belum terlalu lama (dibanding mite)f. Cerita dihubungkan dengan peristiwa dan benda yang berasal dari masa lalu dan benda kuno peninggalan masa lalu (seperti kuburan, gunung, dll). Sedangkan dongeng mempunyai karakteristik sebagai berikut a.Tidak dianggap benar- benar terjadi b.Terutama untuk hiburan, berisikan pelajaran moral atau bahkan sindiran c.Isi cerita dan plotnya mengenai sesuatu yang wajar d. Peristiwa pada masa lampau, tidak menggambarkan cerita pada masa sekarang e. Pelakunya seperti dalam kehidupan sehari-hari. Selain tokoh manusia terdapat juga tokoh binatang. f. Perbuatan tokoh kebanyakan perbuatan biasag. Latar kehidupan sehari-hari tetapi masa lampau. Memperhatikan karakteristik 3 jenis cerita tersebut, terlihat bahwa dongeng merupakan khayalan pengarang belaka. Jadi tidak diperlukan adanya fakta yang ada di dalam masyarakat. Sementara mitos dan dongeng perlu adanya fakta dalam masyarakat. Dilihat dari segi ini sangatlah logis bila dongeng lebih banyak dibanding dengan jumlah mitos dan legenda.

3. Analisis Struktur

Berdasarkan analisis struktur dan fungsi dengan menggunakan teori Maranda, terhadap 9 cerita yang digunakan sebagai contoh analisis maka diperoleh hasil sebagai berikut.

(1) Abakng Balungkur Rumus Alur


(30)

N = (a1 + a2) (x1) :: a1(x2) a2(x3)//a1(x2 + y1 + y2) : (b + c)(y3 + y4) : b (y5 + y6)//a1(z1 + z2)

::a1(a1-1):: (a1 + a2)(z3) : (a1 + a2)(z4)//

Rumus fungsi

Y2 + y3 + y4 + y5 + y6 + z1 + z2 + z3 + z4 > x1 + x2 + x3 + y1 (2) Abakng Inal

Rumus Alur

N = a (x1+x2) : (b+g) (x3+x4): c (x5+y2) : a (y3+y5 + x5) :: a (y2)// d (z4) : a (x6+y6)//

a (y4) : e (z7+x5) : a (x7)// f (z1) :: e (y7+z3):: e (z7+x1)//

a (y3+y5) : h (z5+z2) :: h (h-1)(a+e) (z6)// Rumus Fungsi

x1+x5+x6+x7+y1+y2+y3+y4+y5+y6+z2+z3+z4+z5+z6+z7 > x2+x3+x4+x5+z1 (3) Asal Mula Berladang Memakai Beliung

Rumus Alur

N = (a+b)(y1) : a(x1): b(z1) :: a(x2 + x3): b(z2)//

(a+b) (y2): a(x4) : b (z3 + z4) : a(x5) : b(z5) :: a(a-1)

Rumus fungsi

x2 + x3 + x4 + x5 + y1 + y2 + z1 > x1 + z2 + z3 + z4 + z5 (4) Kale Ngelampe

Rumus Alur

N = (a1+a2+a3+a4+a5)x1 : (a6+a7)y1 :: (a1+a2+a3+a4)(x1+x2) : (a6+a7)(y1+y2)// bz1 :


(31)

Rumus Fungsi

(y1+y2+z1) > (x1 + y2)

(5) Kancil Berhutang kepada Kodok Rumus Alur

N = a (x5+y2):b2(x1+y1):b1(y3 + x2)// b3(x3+y4):b(x4)::a(a-1)//

Rumus fungsi

X3+x4+x5+y2+y3+y4 > x1+x2+y1 (6) Katoro Nekok

Rumus Alur

N = b (x1) : a (x2+y1 ) /b (x3) : d (x4) : c (y2) :: (a+c) (y3) // c (y4) : a (z1 + z2) :

a (z3 + z4) :: c (y5) : (a+c) ((a+c)-1) //

Rumus fungsi

x1 + x2 + x3 + y1 + y2 + y3 + y4 > x4 + y5 + z1 + z2 + z3 + z4 (7) Sari Ganteng

Rumus Alur

N = a(x1 + x2) : b(y1) : c(y3 + y4)// c(z1 + z2 ): b(y2 + y5) : c (z3) :: c (c-1)//

Rumus fungsi

x1 + x2 + y1 + y3 + y4 + z1 + z3 > y2 + y5 + z2 (8) Si Ungekng

N = a(x1):b(x2):c(x3)::b(x4)/ b(y1):(d1+d2+d3+d4+d5+d6)(y2):d7(y4)//

(b+d7)(y5):(d1+d2+d3+d4+d5+d6)(y3)::(d1+d2+d3+d4+d5+d6)(d1+d2+d3+d4

+d5+d6)-1)// Rumus fungsi


(32)

X1+x2+x3+x4+y1+y3+y4+y5 >y2 (9)Talino Beristri Burung Punai Rumus Alur

N = b (y1) : a1(x1+x2+x3) :: a1(x4)//

(a1+a2)(x5):a3(y2): b(y1)::a3(y3):a2(y4):(a2+a3)(y5)//

a1(x2+x3+y6):c(y8)::a1(y6+x7)::d(y9+x6)//

(a1+a2)(x5):a3(y3):b(y1):a2(y4):(a2+a3)(y5)::(a2+a3)((a2+a3)-1)//

Rumus fungsi

x1+x2+x3+x4+x5+x7+y5+y6+y7 > x6+y1+y2+y3+y4+y8 Pembahasan

Dilihat dari analisis struktur dapat dilihat bahwa perubahan fungsi umumnya terjadi belakangan ketika cerita sudah mencapai puncak maka tokoh cerita melakukan perbuatan dengan prinsip sebelumnya. Sebagai contoh tokoh Maniamas pada cerita ”Kale Ngelampe” yang berkhianat atau tidak menepati janji. Maniamas membocorkan asal-usul Putri Kale Ngelampe. Akibatnya Maniamas menjadi menderita dan mati. Demikian juga pada cerita ”Kancil Berhutang kepada Kodok”. Pada akhir cerita juga terjadi perubahan fungsi. Kodok yang semula tidak mau membayar hutang, setelah kalah berargumentasi dengan Sintetek akhirnya bersedia membayar hutang. Hal ini kiranya sesuai dengan teori Maranda bahwa terem sifatnya tidak linear, sangat tergantung dengan alur cerita. Dilihat dari segi fungsi, dari 9 cerita diketahui bahwa fungsi kebaikan selalu lebih besar dengan fungsi kejahatan. Hal ini dapat dimengerti mengingat setiap pencerita berharap bahwa kebaikan akan dapat mengalahkan kejahatan.


(33)

4. Analisis Makna

Dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn terdapat makna kepercayaan yang meliputi percaya akan adanya Jubata, percaya adanya hantu, berdoa, pasrah kepada Tuhan, percaya bahwa kematian adalah kehendak Tuhan, percaya pada hal-hal yang bersifat gaib. Dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn terdapat makna kepribadian yang meliputi emosi, berkeinginan kuat, penurut, tidak cepat putus asa, rajin, sabar, rendah hati, berani, hidup selibat, bersemangat, jujur, tanggung jawab, lambat dalam bekerja, cerdik, pantang menyerah, patuh terhadap orang tua, iba kepada orang lain, dan pintar. Dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn ditemukan makna kemasyarakatan yang meliputi rasa kekeluargaan, suka memberi hadiah, musyawarah, melaksanakan upacara adat, bergotong royong, bekerja sama, saling memberi dan tolong menolong. Dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn terdapat makna yang berkaitan dengan alam yang meliputi adat mempengaruhi hasil, manusia memerlukan alam, alam dan manusia saling membutuhkan, perkawinan manusia dengan makhluk kayangan, hewan dan tumbuhan saling membutuhkan, berladang, manusia merawat alam dan menikmatinya, hantu dan manusia bekerja sama, dan perkawinan manusia dengan burung.

Pembahasan

Dilihat dari segi analisis makna dapat diketahui bahwa makna-makna atau nilai-nilai dalam cerita rakyat Dayak Kanayatn merupakan kearifan lokal masyarakat Dayak Kanayatn dan identitas Dayak Kanayatn. Dari teori kearifan lokal diketahui bahwa kearifan lokal adalah kekayaan budaya dan tradisi besar


(34)

yang tidak saja harus dipertahankan atau dilestarikan tetapi sudah sepantasnya dihargai dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (Alaqadrie, 2009:3). Lebih lanjut Alaqadrie (2009:3) mengatakan bahwa kearifan lokal perlu dihargai dan dilaksanakan bukan saja oleh masyarakat setempat pemilik budaya tetapi juga oleh masyarakat pendatang dan pemerintah daerah di mana kearifan lokal berada. Jadi dengan adanya kearifan lokal yang ditemukan dapatlah digunakan untuk menyusun kebijakan pembangunan.

Dari teori identitas diketahui bahwa identitas Dayak umumnya menurut Maunati (2006) adalah sebagai berikut : Dari uraian di atas, maka secara ringkas, pada zaman dahulu masyarakat Dayak diidentifikasi sebagai berikut: a.Tinggal di rumah panjang. b. Sistem kekerabatan bersifat bilateral.c. Organisasi sosial-politik bersifat khas, desa sebagai identitas dan kepala suku mempunyai kekuasaan yang kuat. d. Dayak adalah non Muslim dan mempraktikkan animisme dan pada perkembangan selanjutnya Dayak identik dengan Kristen. e. Mata pencaharian mereka bertani dengan sistem ladang berpindah.. Temuan penelitian dapat melengkapi identitas Dayak sebagaimana dikemukakan oleh Maunati.

Orang luar beranggapan bahwa orang Dayak makan orang. Padahal ini merupakan cara Belanda dalam memecah belah. Kata ”orang” bagi orang Jawa mirip dengan kata ”urang atau udang”. Belanda memelesetkan kata ”urang” menjadi ”orang”. Hasilnya seakan-akan orang Dayak makan ”orang”. Cap identitas yang demikian haruslah direkonstruksi.


(35)

5. Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra

Sesudah dianalisis dari aspek tujuan dan aspek pemilihan bahan, utamanya terhadap 9 cerita yang dijadikan contoh analisis struktur dan makna maka dapat diketahui bahwa 9 cerita tersebut dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra baik di SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, Untuk tingkat SD dan SMP dapat digunakan metode mendongeng sedangkan untuk di SMA dan Perguruan Tinggi dapat digunakan metode analisis Maranda.

Pembahasan

Teori tujuan pembelajaran sastra dan pemilihan bahan adalah sebagai berikut: Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk penguasaan bahasa dan sastra secara utuh dan juga mengembangkan anak didik dengan penanaman nilai. (Baedhowi, 2008:8). Tujuan pembelajaran juga bertujuan selain melatih IQ anak juga dapat mengembangkan kecerdasan emosional (Baedhowi, 2008:9). Rahmanto (1988) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran sastra adalah untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak.

Rahmanto (1988) mengatakan bahwa dalam memilih bahan pengajaran hendaknya memperhatikan kemampuan dan perkembangan siswa. Moody (1971) menyarankan agar dalam memilih bahan pembelajaran sastra memperhatikan aspek (1) bahasa, (2) kematangan jiwa, dan (3) latar belakang kebudayaan siswa. Yus Rusyana (2008) berpendapat bahwa dalam pemilihan bahan hendaknya memperhatikan (1) landasan pendidikan sastra dan (2) konteks keindonesiaan.


(36)

Kesimpulan yang diambil bahwa cerita rakyat Dayak Kanayatn dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra, kiranya sudah berkesuaian dengan teori tujuan pembelajaran dan teori cara memilih bahan pembelajaran.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan dkk (ed.). (2008). Agama dan Kearifan Lokal dalam Tantangan Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abdullah, Irwan. (2009). Konstruksi dan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Abdullah, Irwan. (2009). Menulis Itu Gampang! Kiat-Kiat Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak: Universitas Tanjung Pura.

Abdulwahid, Idat dkk. (1998). Analisis Motif dan Leitmotif Cerita Pantun Sunda. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Abrams, M.H. (1976). The Mirror and The Lamp Romantic Theory and The Critical Tradition. New York: Oxford University Press.

Adimihardja, Kusnaka. (2008). Dinamika Budaya Lokal. Bandung: CV. Indra Prahasta bersama LBPB.

Ahok, Pasifikus dkk. (1981). Sejarah Pendidikan Daerah Kalimantan Barat. Pontianak: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Aim, H.L. Abu. (2009). Rendah Hati. Tersedia http://achmadfaisal.blogspot.com/ Ali, Lukman dan Adun Sjubarsa (ed) (1984). Seminar Pengembangan Sastra

Indonesia 1975. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Alimandan dkk. (1998). Pengkajian Sosial Budaya dan Lingkungan Masyarakat Terasing Talang Mamak dan Desa Sempatung Propinsi Riau dan

Kalimantan Barat. Jakarta: Departemen Sosial RI.

Alloy, Sujarni dkk. (1999). Keragaman Bahasa Dayak di Kalimantan Barat Berdasarkan Epistimologi Tradisional. Pontianak: Festival Budaya Nusantara Regio Kalimantan.

Alloy, Sujarni dkk.( 2008). Mozaik Dayak Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut dayakologi.

Alqadrie, Syarif I (2009). Makalah Kearifan Setempat (Local Wisdom) dan Multikulturalisme dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Alqadrie, Syarif I. (2008). Migrasi/Transmigrasi, Pluralisme, Multikulturalisme dan Potensi Konflik di Kalimantan Barat: Faktor dalam Peminaan


(38)

Kerukunan Umat Beragama. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Alqadrie, Syarif I. (2008). Potensi dan Dinamika Kebudayaan: Konstruksi dan

Fakta Sosial, Sistem Nilai, Identitas dan Perspektif Budaya. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Aminuddin (ed.) (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra. Malang: Yayasan Asih, Asah, Asuh.

Aminuddin. (1990). Sekitar Masalah Sastra. Beberapa Prinsip dan Model Pengembangannya. Malang: Yayasan Asih, Asah, Asuh.

Amrih, Pitoyo. (2008). Ilmu Kearifan Jawa. Yogyakarta: Pinus.

Andasputra, Nico. (1997). Mencermati Dayak Kanayatn. Pontianak: Institut of Dayakology Research and Development (IDRD)

Andasputra, Nico dan Stepanus Djuweng. (1999). Sisi Gelap Kalimantan Barat. Pontianak: IDRD.

Andasputra, Nico dkk (ed.) (2001). Pelajaran dari Masyarakat Dayak gerakan Sosial dan Resiliansi Ekologis di Kalimantan Barat. Pontianak: WWF- BSP dan Institut Dayakologi.

Anshoriy, Nasruddin dan GKR Pembayun. (2008). Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Kesadaran Ilmiah Berbasis Multikulturalisme. Yogyakarta: LKiS.

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arymurthy. (1985). Studi Perpustakaan Serba-Serbi Tentang Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Atok, Kristianus dan Edi Petebang (ed.) (2000). Hutan dan Terumbu Karang dalam Penguasaan Masyarakat Adat. Pontianak. Yayasan Pancur Kasih. Atok, Kristianus dkk. (2005). Membangun Relasi Etnik Pembelajaran dari

Beberapa Kampung di Kalimantan Barat. Pontianak: YPB.

Atok, Kristianus dkk. (2006). Merajut Damai Pembelajaran dari Promosi Pluralisme dan Perdamaian di Bumi Kalimantan Barat. Pontianak: YPPN.


(39)

Publications Holland.

Baedhowi. (2008). Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2008. (Makalah Kongres IX Bahasa Indonesia). Jakarta: Pusat Bahasa

Bamba, John. (1995). Impacts of Logging Concessions and Plantation Projects. Pontianak: IDRD.

Bamba, John. (2003). Dayak Jalai di Persimpangan Jalan. Pontianak: Institut Dayakologi

Barthes, Roland. (1980). Elements of Semiology. New York: Hill and Wang. Barthes, Roland. (2007). Petualangan Semiologi.. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Benik, Benediktus. (2010). Memahami Tuhan Melalui Alam: Religiusutas Dayak

Kalimantan. Jakarta: CV.Warna Widya Jati

Bersemangat. (2009). Tersedia http://www.republica.co.id. Bisma . (2009). Tersedia http://www.forum.detik.com/

Bisma. (2009). Tersedia http.//www.arsip pontianak post.com/

Black, James A & Dean J. Champion. (1992). Methods and Issues in Social Research (Terjemahan: E. Koswara). Bandung: Eresco.

Bleicher, Josef. (2007). Hermeneutika Kontemporer Hermeneutika Sebagai Metode, Filsafat dan Kritik. Yogyakarta: Fajar Pustaka.

Bogdan C. Robert dan Biklen Sarinkopp. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. (1992.) Introduction to Qualitative Research Methods (Terjemahan Arief Furchan). Surabaya: Usaha Nasional.

Brannen, Julia. (2005). Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. (Terjemahan: H. Nuktah Arfawie Kurde). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Buchori, Mochtar. (2006). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Kanisius. Budianta, Melani, dkk. (2002). Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra


(40)

Budimansyah, Dasim. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung: PT. Genesindo.

Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Pengiasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. (2009). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Coomans, Mikhail. (1987). Manusia Daya Dahulu, Sekarang, Masa Depan. Jakarta: Gramedia.

Crane (ed.). (1963). Critics and Critism. Chicago: The University of Chicago Pers.

Curtis, Tony. (1990). How To Study Modern Poetry. London: Macmillan. Dahlan, MD. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro. Dalawi. (1996). Cerita Bukit Batu Sastra Lisan Dayak Kanayatn. Kajian Latar

dan Amanat. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Damono, Sapardi Djoko. (1979a). Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Damono, Sapardi Djoko. (1979b). Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Damono, Sapardi Djoko. (1984). Sosiologi Sastra :Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Depdikbud.

Damono, Sapardi Djoko. (2000). Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa.

Danandjaja, James. (1984). Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain -lain. Jakarta: Grafiti Pers.

Danandjaja, James. (1985). Pantomim Suci Betara Berutuk dari Trunyan, Bali. Jakarta: Balai Pustaka.

Danandjaja, James. (1998). Antropologi Pasikologi, Teori, Metode, dan Sejarah Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Pers.


(41)

Dermawan, Taufik. (2002). “Pendidikan Lingkungan Hidup melalui Bacaan Fiksi Ilmiah”, dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 9 No. 1, April 2002. Malang: Universitas Negeri Malang.

Dillistone, F.W. (2002). The Power of Symbols. Yogyakarta: Kanisius. Djamaris, Edwar, dkk. (1994). Sastra Daerah di Kalimantan. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Djamaris, Edwar, dkk. (2003). Adab dan Adat Refleksi Sastra Nusantara. Jakarta: Pusat Bahasa.

Djiwandono, Soenardi. (2008). Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT. Indeks.

Djuweng, Stepanus (ed.) (1996). Manusia Dayak Orang Kecil yang Terperangkap Modernisasi. Pontianak: IDRD.

Dorson, Richard M. (1972). Introduction Concepts of Folklore and Folklife Studies.Chicago: The University of Chicago Press.

Dove. Michael R (penyu.) (1985). Peranan Kebudayaan Tradisional Indonesia dalam Modernisasi. Tanpa Kota Penerbitan: Yayasan Obor Indonesia. Dove, Michael R. (1988). Sistem Perladangan di Indonesia Suatu Studi Kasus

dari Kalimantan Barat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Eco, Umberto. (1979). The Theory of Semiotics. Bloomington:Indiana University Press.

Effendy, Chairil. (1997). Teknik Analisis Penelitian kualitatif. (Makalah Seminar). Pontianak: UNTAN.

Effendy, Chairil dkk. (2001). Teks Raje Ngalam: Telaah Struktur dan Resepsi. Jakarta: Pusat Bahasa.

Effendy, Chairil. (2006a). Becerite dan Bedande Tradisi Kesastraan Melayu Sambas. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Effendy, Chairil. (2006b). Sastra sebagai Wadah Integrasi Budaya. . Pontianak: Stain Pontianak Press.

Elmubarok, Zaim. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung: Alfa Beta.


(42)

Endraswara, Suwardi. (2005). Metode dan Teori Pngajaran Sastra Berwawasan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Endraswara, Suwardi. (2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress.

Escarpit, Robert. (2005). Sosiologi Sastra. Jakarta: Yayasan Obor.

Evans, Ivor H. N. (1990). Among Primitive Peoples In Borneo. Singapore: Oxford University Press.

Faruk, Ht. (1988). Strukturalisme Genetik dan Epistemologi Sastra. Yogyakarta: Lukman Offset.

Faruk. (1994). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Finnegan, Ruth. (1992). Oral Traditions and The Verbal Arts A Guide to

Research Practices. New York: Routledge.

Florus, paulus, dkk (ed.) (1994). Kebudayaan Dayak Aktualisasi dan Transformasi. Jakarta: Gramedia.

Florus, Paulus. (2010). Religiusitas dan Eksotisme Budaya Dayak Kalimantan Barat. Pontianak: Yayasan Santo Martinus de Porres.

Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E. (1990). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: Mc Graw Hill Publishing Company.

Furchan, Arief. (Tanpa Tahun). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Furchan, Arief. (1992). Pengatar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Furqon. (1997). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Giri, Wahyana. (2010). Sajen dan Ritual Orang Jawa. Jakarta: Narasi. Gotong Royong. (2009). Tersedia http://www.p2kp.org/

Goldmann, Lucien. (1975). Towards a Sociology of the Novel. London: Tavistock Publications.

Goldmann, Paul. (1954). The Structure of Literature. Chicago: The Univerity of Chicago Pers.


(43)

Griffith, Kelley. (1982). Writing Essay About Literature. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Hadish, Yetty Kusmiyati, dkk. (1979). Sastra Lisan Sunda, Mite, Fabel, dan Legende. Jakarta: Pusat Bahasa.

Harianto dan Evi Novianti. (2004). Mantra Muar Wanyek (Analisis Struktur dan Fungsi). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Harrash, Khalid A. dkk. (2005). Peta Kompetensi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Direktorat Jenderal PMPTK Depdiknas dan FPBS UPI.

Harmer, Jeremy. (2003). How to Teach English. Edinburgh: Longman.

Hartati, Sukzu. (2006). Peta Sejarah dan Budaya Kalimantan. Pontianak: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. (1986). Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Hanafi, Nurachman. (1986). Teori dan Seni Menerjemahkan. Flores: Nusa Indah.

Hanawati.(2000). Nilai Kepercayaan dalam Cerita Nek Baruakng Kulup. (Skripsi). Pontianak: FKIP UNTAN.

Hanye, Paternus. (1995). Sastra Lisan Dayak Kayan (Hasil Penelitian). Pontianak: Depdikbud.

Hendarta, Bambang. (2005). Tantangan Pemberdayaan Masyarakat Addat di Kabupaten Landak, Propinsi Kalimantan Barat. Yogyakarta: IRE.

Herusatoto, Budiono. (1987). Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.

Hidayat, Kosadi dkk. (1994). Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Alfa Beta.

Hoed, B.H. (1995). Komunikasi Lisan Sebagai Dasar Tradisi Lisan. Malang: Lokakarya/Pelatihan Penelitian Tradisi Lisan Asosiasi Tradisi Lisan-IKIP Malang.

Hose, Charles. (1990). Natural Man A Record from Borneo. Singapore: Oxford University Press.


(44)

Hudson, William Henry. (1965). An Introduction to the Study of Literature. London: Morrison & Gibb Ltd.

Hulten, Herman Josef Van. (1992). Catatan Seorang Misionaris Hidupku di Antara Suku Daya. Jakarta: PT. Gramedia.

Hutomo, Suripan Sadi. (1991). Mutiara yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: HISKI.

Hutomo, Suripan Sadi. (1993). Pantun Kentrung. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ibrahim, Abd. Syukur. (1985). The Discovery of Grounded Theory (Penemuan Teori Grounded). Surabaya: Usaha Nasional.

Idris, H. Zailani. (1992). Hudoq Indonesia East Kalimantan. Tenggarong: Tanpa Nama Penerbit.

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar.(2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI dan PT Remaja Rosdakarya. Istiyani, Chatarina Pancer. (2008). Memahami Peta Keberagaman Subsuku dan

Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi. Jakob E. Henry & Edgar v. Robert. (1987). Fiction An Introduction to Reading

and Writing. New Jersey: Princite-Hall, Inc.

Johansen, Poltak dkk. (2004). Jurnal Sejarah dan Budaya Kalimantan. Pontianak: Balai Kajian Sejarah dan Tradisional Pontianak.

Joyce, Bruce dan Marsha Weil. (2000). Models of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Junus, Umar. (1985). Resepsi Sastra. Jakarta: Gramedia.

Junus, Umar. (1986). Sosiologi Sastra Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Kamah, Wahyuni R. (1998). Konflik Etnis di Kalimantan Barat. Tanpa Kota Penerbitan: Institut Studi Arus Informasi.

Koentjaraningrat. (1980). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Djambatan.


(45)

PT. Gramedia.

Koentjaraningrat. (1994). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

KR Online. (Rabu, 29 Agustus 2007). Tersedia http://www.dayakologi.com/ Krippendorff, Klaus. (1981). Content Analysis An Introduction to Its

Methodology. London: sage Publications Ltd.

Kristianus. (2009). Kisah Penting Dari Kampung Orang Dayak dan Madura di Sebangki. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Kusni, JJ. (1984). Dayak Membangun. Jakarta: Tanpa Nama Penerbit.

Lakon, Frans dan Nistain Odop. (Tanpa Tahun). Dayak Menggugat Sejarah Masa Lalu, hak Atas Sumber-Sumber Penghidupan, dan Diskriminasi Identitas. Kalimantan Barat: Pintu Cerdas.

Lang, Hellmut R. dan David N. Evans. (2006). Models, Strategies, and Methods for Effective Teaching. Boston: Pearson Education.

Lilis, Elisabeth. (2008). Pengetahuan Adat dan Tradisi Dayak Jalai. Pontianak: Institut Dayakologi.

Liliweri, Alo. (2007). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.

Lontaan, J.U. (1975). Sejarah Hukum Adat dan Adat-istiadat Kalimantan Barat. Kalimantan Barat: Pemda Kalbar.

Lubis, Mochtar. (1981). Teknik Mengarang. Jakarta: Kurnia Esa.

Luxemburg, Jan Van. (1984). Pengantar Ilmu Sastra (Terj. Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia.

Luxemburg, Jan Van dkk. (1989). Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa.

Madrah T. Dalmasius dan Karaakng. (1997). Tempuutn: Mitos Dayak Benuaq dan Tunjung. Jakarta: Puspa Swara dan yayasan Rio Tinto.

Mangunwijaya, Y.B. (1999). Pasca-Indonesia Pasca-Einstein. Yogyakarta: Kanisius.


(46)

Martin, Bronwen dan Felizitas Ringham. (2000). Dictionary of Semiotics. NewYork: Cassel.

Martono. (2000). Nilai Budaya dalam Sastra Lisan Dayak Kenijal. Pontianak: Depdikbud.

Martono. (2006). Ekspresi Puitik H. Munawar Kalahan dalam Antologi Puisi Bingkisan Orang Pulang. (Disertasi). Malang: Universitas Negeri Malang. Maryadi, Sisva. (2008). Upacara Adat Masyarakat Dayak Pesaguan Kecamatan

Tumbang Titi Kabupaten Ketapang. Pontianak: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

Maunati, Yekti. (2006). Identitas Dayak Komodifikasi dan Politik Kebudayaan. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Meligun, P. Dionisius. (1992). Hukum Adat Perkawinan Dayak Mualang. Sanggau: Keuskupan Agung Sanggau.

Minderop, Albertine. (2005). Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, J. Lexy. (1988). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Depdikbud. Moody, H.L.B.(1971). The Teaching of Literature in Developing Countries.

London: Longman.

Morin, Edgar. (2005). Tujuh Materi Penting Bagi Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Muchith, Saekhan. (2007). Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group.

Mulder, Niels. (2005). Mysticism in Java. Yogyakarta: Kanisius.

Muhadjir, Noeng. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Musfeptial dan Hari Purwiati. (2004). Analisis Struktur dan Nilai Budaya Sastra Lisan Dayak Uud Danum. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Muslich, Masnur. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(47)

Nais, Temenggong Datuk William. (1993). The Study of Dayak bidayuh Occult Arts of Divination. Kuching: Sarawak Literary Society.

Nieuwenhuis, Anton W. (1994). Di Pedalaman Borneo Perjalanan dari Pontianak ke Samarinda 1894. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Nugraha. Setya Tri. (Tanpa Tahun). Penggalian Nilai-Nilai Budaya Melalui

Karya Sastra Dalam Pembelajaran BIPA. Yogyakarta: Sanata Dharma. Nurcahyani, Lisyawati dkk. (2003). Kearifan Tradisional Suku Dayak dalam

Pelestarian Alam Studi Kasus di Beberapa Daerah di Kalimantan Barat. Pontianak: LPSER-PPM

Nurgiyantoro, Burhan. (1988). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. (1995). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Olrik, Axel. (1992). Principles for Oral Narative Research. Bloomington: Indiana University Press.

Palmer, Richard E. (2005). Hermeneutika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2007). Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Pemberani. (2009). Tersedia http://www.inspirasibangiwan.blogspot.com. Petebang, Edi V. dkk. (2008). Uku Paket Muatan Lokal Pendidikan Multikultur

Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi dan ANPRI. Poespoprodjo. W. (1987). Interpretasi. Bandung: Remaja Karya.

Pornilina. (1997). Pandangan Hidup dan Sikap Hidup Masyarakat Dayak Kanayatn yang Tercermin dalam Cerita Nek Sayu. (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Priyadi, A. Totok, dkk. (1997a). Nilai Budaya dalam Sastra Lisan Dayak Kanayatn (Hasil Penelitian) Kalimantan Barat: Bagian Proyek

Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Kalimantan Barat. Priyadi, A. Totok. (1997b). Upacara Totokng Tahunt Anak Kayo Sub Suku

Dayak Menyuke di Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat (Hasil Penelitian). Pontianak: FKIP UNTAN.


(48)

Pudentia MPSS (ed.) (1998). Metodologi Kajian Sastra Lisan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.

Purwadi. (2004). Kamasutra Jawa. Yogyakarta: Diva Press.

Purwana, Bambang H. Suta dkk. (1999). Laporan Penelitian Balai Kajian Jarahnitra Pontianak. Pontianak: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Purwo, Bambang Kaswanti dkk. (1992). Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1977). Perumusan Seminar. Jakarta: Depdikbud.

Rahardjo, Mudjia. (2007). Hermeneutika Gadamerian. Malang: UIN-Malang Press.

Rahmanto, B. (1988). Metode Pengajaraan Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rahmanto, B dan B. Kaswanti Purwo. (1999). Sastra Lisan Pemahaman dan

Interpretasi (Pilihan Karangan dalam Basis 1987-1995). Jakarta: Mega Media Abadi.

Rahmanto, B. (2008). Pengoptimalan Peran Organisasi Profesi dalam

Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Kompetitif. (Makalah Kongres IX Bahasa Indonesia). Jakarta: Pusat Bahasa.

Rahmawati, Neni Puji Nur dan Salmon Batuallo. (2007). Suku Dayak di Kaupaten Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak: alai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.

Raji’n, Fransiskus. (Tanpa Tahun). Hukum adat Pesaguan dengan dasar Pokok Lain Kengkuang Jelayan. Ketapang: Komisi Iman dan Adat Keuskupan Ketapang.

Raji’n, Fransiskus. (2005). Hukum Adat Pesaguan tengah (Kengkuang Jelayan) Golar. Ketapang: Tanpa Nama Penerbit.

Raji’in, Fransiskus. (2007). Merondau Adat Agung Dayak Pesaguan. Ketapang: Yayasan Warisan.

Raji’in, Fransiskus. (2009). Hukum Adat Nikah Kawin Jadi Suntung Menurut Hukum Adat Pesaguan Tengah (Kengkuang Jelayan). Ketapang: Kantor Informasi Keudayaan dan Pariwisata.


(49)

Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2003). Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. (2007). Sastra dan Cultural Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rendah hati. (2009). Tersedia http://www.rumanet.com/

Ricoeur, Paul. (2008). Hermeneutika Ilmu Sosial. Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta.

Riwut, Tjilik. (1993). Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Riwut, Tjilik dan Sanaman Mantikel. (2003). Maneser Panatau Tatu Hiang. Palangkaraya: Pusakalima.

Rosidi, Ajip. (1995). Sastera dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Rousseau, Jerome. (1990). Central Borneo Ethnic Identity and Social Life in a Stratified Society. New York: Clarendon Press-Oxford.

Rusyana, Yus. (1975). Peranan dan Kedudukan Sastra Lisan dalam

Pengembangan Sastra Indonesia (Makalah Seminar). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Rusyana, Yus dan Ami Raksanagara. (1978). Sastra Lisan Sunda Ceritera Karuhun, Kajajaden, dan Dedemit. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Rusyana, Yus. (1979). Novel Sunda Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Rusyana, Yus. (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.

Rusyana, Yus. (1999). Hal-Hal yang Dipertimbangkan dalam Menyusun


(50)

Pendidikan Nasional.

Rusyana, Yus. (1999). Sastra Klasik Milik Bangsa Indonesia. Jakarta: Surat Kabar Media Indonesia (30 Desember 1999).

Rusyana, Yus. (2000). Meemperlakukan Sastra Berbahasa Indonesia dan Sastra Berbahasa Daerah Sebagai Sastra Milik Nasional. Solo: Pertemuan Ilmiah Nasional XI Himpunan Sarjana-Kesustraan Indonesia.

Rusyana, Yus. (2000). Prosa Tradisional Pengertian, Klasifikasi, dan Teks. Jakarta: Pusat Bahasa.

Rusyana, Yus. (2001). Apresiasi Seni Nusantara sebagai Bagian Dalam Kurikulum. Bogor: Semiloka “Tradisi Lisan: Pembuka Wawasan Pluralitas”

Rusyana, Yus. (2006). Peranan Tradisi Lisan dalam Ketahanan Budaya. Jakarta: Festival dan Workshop Tradisi Lisan Nusantara.

Rusyana, Yus. (2008). Pembelajaran Sastra di Sekolah dan Landasan- landasannya serta Tautannya dengan Keindonesiaan. Malang: Konferensi International Kesusastraan XIX HISKI.

Sabar. Tersedia http://muslim.or.id.

Salim, Agus. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Santoso, Slamet Iman. (1987). Pendidikan di Indonesia dari Masa ke Masa. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Sastrowardoyo, Pandil. (1983/1984). Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Barat.Pontianak: Depdikbud.

Schadee, M.C. (1979). Kepercayaan Suku Dayak di Tanah Landak dan Tayan. Jakarta: Yayasan Idayu.

Scholes, Robert. (1985). Textual Power Literary Theory and The Teaching of English. London: Yale University Press.

Sedyawati, Edi. (1995). Kedudukan Tradisi Lisan Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu-Ilmu Budaya. Malang: Ceramah Untuk Asosiasi Tradisi Lisan. Selden, Raman. (1989). A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory.


(51)

Seli, Sesilia. (1996). Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Dayak Kanayatn (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Selibat. Tersedia http://yesaya.indocell.com/

Setyawati, Edi dkk. (ed.) (2004). Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Silverman, David. (2005). Doing Qualitative Research. London: SAGE Publication Ltd.

Simu, Donata. (1995). Masyarakat Dayak dan Lingkungan Hidup. Pontianak. Tanpa Penerbit.

Simu, Donata. (2002). Lingkungan Hidup Hayati dan Sistem Perladangan Daerah Kalimantan Barat. Pontianak: CV Samodra Mas.

Singarimbun, Masri. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sobary, Mohamad. (1995). Mitos dan Para Petapa. Jakarta: Puspa Swara. Soedarsono (ed.) (1986). Kesenian, Bahasa dan Folklor Jawa. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soekanto, Soerjono. (1981). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI-Press. Stanton, Robert. (2007). Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stanton, Robert. (2007). An Introduction to Fiction (Terjemahan Sugihastuti). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Strauss, Claude Levi. (1997). Mitos, Dukun, dan Sihir. Yogyakarta: Kanisius. Sudiharto dkk. (1983). Studi Kepustakaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa Seagai Keyakina Pribadi. Jakarta: Departemen PEndidikan dan Kebudayaan.

Sudikan, Setya Yuwana. (2001). Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana.


(52)

Bandung: Sinar Baru.

Sudjiman, Panuti. (1984). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

Sudjiman, Panuti. (1992). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. (2007). Prinsip Dasar Kebijakan

Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suhardono, Edy. (2001). Panorama Survey. Jakarta: Gramedia.

Suharto, Ben. (1999). Tayub Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Yogyakarta: Masyarakat seni Pertunjukan Indonesia dan Arti.line.

Sujarwanto dan Jabrohim. (2002). Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Gama Media. Sukanda, Yan dan F. Raji’in. (2007). Kanjan Serayong Ritual Kematian dalam

Tradisi Dayak Pesaguan. Ketapang: Kantor Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ketapang dan Yayasan Warisan Ketapang.

Sukatman. (2009). Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo Yogyakarta. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Sumaryono. (2000). Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Sunendar, Dadang. (2001). Model Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik serta

Pembelajarannya dalam Kajian Prosa Fiksi (Disertasi). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriatna, Jatna. (2008). Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Susastra 5. Jurnal Ilmu Sastra dan Budaya. (2007). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Susilo, Rachmad K. Dwi. (2008). Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Press. Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto (ed.) (2008). Hermeneutika Pasca Kolonal.


(53)

Yogyakarta: Kanisius.

Syam, Christanto. (1996). Analisis Tematis Cerita Jenaka Pak Ali-ali. Pontianak: Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. (1993). Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Pelajaran Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Rita. (2009). Menjadi Orang Bersemangat dan Optimis. Tersedia http://.www.pelitahidup.com/

Tatang, L. (1999). Sekilas: Adat Perkawinan Dayak Mualang. Pontianak: Institut Dayakologi.

Teeuw. A.(1982). Khazanah Sastra Indonesia Beberapa Masalah Penelitian dan Penyebarluasannya. Jakarta: Balai Pustaka.

Teeuw. A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tidak Sabar. (2009). Tersedia http://www.muslim.or.id/

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tirtawidjaya, Yoharni Harjono Totong. (1979). Sastra Lisan Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Tola, Burhanuddin. (2008). Pengujian Hasil Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia (Makalah Kongres IX). Jakarta: Pusat Bahasa.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Ukur, Fridolin. (1971). Tantang Djawab Suku Dajak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Umberan, Musni dkk (1994). Sejarah Kebudayaan Kalimantan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Umberan, Musni dkk. (1996). Konsep Pemujaan Masyarakat Dayak Terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Pontianak: Departemen Pendidikan dan Keudayaan.

Uno, Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(1)

Pendidikan Nasional.

Rusyana, Yus. (1999). Sastra Klasik Milik Bangsa Indonesia. Jakarta: Surat Kabar Media Indonesia (30 Desember 1999).

Rusyana, Yus. (2000). Meemperlakukan Sastra Berbahasa Indonesia dan Sastra Berbahasa Daerah Sebagai Sastra Milik Nasional. Solo: Pertemuan Ilmiah Nasional XI Himpunan Sarjana-Kesustraan Indonesia.

Rusyana, Yus. (2000). Prosa Tradisional Pengertian, Klasifikasi, dan Teks. Jakarta: Pusat Bahasa.

Rusyana, Yus. (2001). Apresiasi Seni Nusantara sebagai Bagian Dalam Kurikulum. Bogor: Semiloka “Tradisi Lisan: Pembuka Wawasan Pluralitas”

Rusyana, Yus. (2006). Peranan Tradisi Lisan dalam Ketahanan Budaya. Jakarta: Festival dan Workshop Tradisi Lisan Nusantara.

Rusyana, Yus. (2008). Pembelajaran Sastra di Sekolah dan Landasan- landasannya serta Tautannya dengan Keindonesiaan. Malang: Konferensi International Kesusastraan XIX HISKI.

Sabar. Tersedia http://muslim.or.id.

Salim, Agus. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Santoso, Slamet Iman. (1987). Pendidikan di Indonesia dari Masa ke Masa. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Sastrowardoyo, Pandil. (1983/1984). Upacara Tradisional yang Berkaitan dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Barat.Pontianak: Depdikbud.

Schadee, M.C. (1979). Kepercayaan Suku Dayak di Tanah Landak dan Tayan. Jakarta: Yayasan Idayu.

Scholes, Robert. (1985). Textual Power Literary Theory and The Teaching of English. London: Yale University Press.

Sedyawati, Edi. (1995). Kedudukan Tradisi Lisan Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu-Ilmu Budaya. Malang: Ceramah Untuk Asosiasi Tradisi Lisan. Selden, Raman. (1989). A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory.


(2)

Seli, Sesilia. (1996). Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Dayak Kanayatn (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Selibat. Tersedia http://yesaya.indocell.com/

Setyawati, Edi dkk. (ed.) (2004). Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Silverman, David. (2005). Doing Qualitative Research. London: SAGE Publication Ltd.

Simu, Donata. (1995). Masyarakat Dayak dan Lingkungan Hidup. Pontianak. Tanpa Penerbit.

Simu, Donata. (2002). Lingkungan Hidup Hayati dan Sistem Perladangan Daerah Kalimantan Barat. Pontianak: CV Samodra Mas.

Singarimbun, Masri. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sobary, Mohamad. (1995). Mitos dan Para Petapa. Jakarta: Puspa Swara. Soedarsono (ed.) (1986). Kesenian, Bahasa dan Folklor Jawa. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soekanto, Soerjono. (1981). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI-Press. Stanton, Robert. (2007). Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Stanton, Robert. (2007). An Introduction to Fiction (Terjemahan Sugihastuti). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. (2003). Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Strauss, Claude Levi. (1997). Mitos, Dukun, dan Sihir. Yogyakarta: Kanisius. Sudiharto dkk. (1983). Studi Kepustakaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa Seagai Keyakina Pribadi. Jakarta: Departemen PEndidikan dan Kebudayaan.

Sudikan, Setya Yuwana. (2001). Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana.


(3)

Bandung: Sinar Baru.

Sudjiman, Panuti. (1984). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

Sudjiman, Panuti. (1992). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sugandhy, Aca dan Rustam Hakim. (2007). Prinsip Dasar Kebijakan

Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Suhardono, Edy. (2001). Panorama Survey. Jakarta: Gramedia.

Suharto, Ben. (1999). Tayub Pertunjukan dan Ritus Kesuburan. Yogyakarta: Masyarakat seni Pertunjukan Indonesia dan Arti.line.

Sujarwanto dan Jabrohim. (2002). Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI. Yogyakarta: Gama Media. Sukanda, Yan dan F. Raji’in. (2007). Kanjan Serayong Ritual Kematian dalam

Tradisi Dayak Pesaguan. Ketapang: Kantor Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ketapang dan Yayasan Warisan Ketapang.

Sukatman. (2009). Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo Yogyakarta. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Sumaryono. (2000). Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Sunendar, Dadang. (2001). Model Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik serta

Pembelajarannya dalam Kajian Prosa Fiksi (Disertasi). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Supriatna, Jatna. (2008). Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Susastra 5. Jurnal Ilmu Sastra dan Budaya. (2007). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Susilo, Rachmad K. Dwi. (2008). Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Press. Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto (ed.) (2008). Hermeneutika Pasca Kolonal.


(4)

Yogyakarta: Kanisius.

Syam, Christanto. (1996). Analisis Tematis Cerita Jenaka Pak Ali-ali. Pontianak: Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur. (1993). Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Pelajaran Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Rita. (2009). Menjadi Orang Bersemangat dan Optimis. Tersedia http://.www.pelitahidup.com/

Tatang, L. (1999). Sekilas: Adat Perkawinan Dayak Mualang. Pontianak: Institut Dayakologi.

Teeuw. A.(1982). Khazanah Sastra Indonesia Beberapa Masalah Penelitian dan Penyebarluasannya. Jakarta: Balai Pustaka.

Teeuw. A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tidak Sabar. (2009). Tersedia http://www.muslim.or.id/

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tirtawidjaya, Yoharni Harjono Totong. (1979). Sastra Lisan Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Tola, Burhanuddin. (2008). Pengujian Hasil Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia (Makalah Kongres IX). Jakarta: Pusat Bahasa.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Ukur, Fridolin. (1971). Tantang Djawab Suku Dajak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Umberan, Musni dkk (1994). Sejarah Kebudayaan Kalimantan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Umberan, Musni dkk. (1996). Konsep Pemujaan Masyarakat Dayak Terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Pontianak: Departemen Pendidikan dan Keudayaan.

Uno, Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(5)

Uno, Hamzah B. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. (2000). Metodologi Penelitian

Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Syafaruddin. (2002). Susur Galur Kerajaan Landak. Pontianak: Romeo Grafika.

Veeger, K.J. (1985). Realitas Sosial Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Indvidu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT Gramedia.

Vredenbregt, Jacob. (1981). Hampatong Kebudayaan Material Suku Dayak di Kalimantan. Jakarta: PT. Gramedia.

Wahab, Abdul Azis. (2008). Metode dan Model-Model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alfa Beta.

Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.

Wariso. (1985). Cerita Rakyat Kalimantan Barat. Pontianak: Depdikbud. Wellek, Rene. (1973). Concepts of Criticism. London: Yale University Press. Wellek, Rene dan Austin Warren. (1990). Theory of Literature (Terjemahan:

Melani Budianta). Jakarta: Gramedia.

Widjono, Roedy Haryo. (1998). Masyarakat Dayak Menatap Hari Esok. Jakarta: PT. Gramedia.

Yaqin, Ainul. (2005). Pendidikan Multikultural Cross Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

Yeremias. (1997). Sebuah Permenungan dan Refleksi Kerusuhan Etnis di Kabupaten Pontianak. Menjalin: Paroki Mempawah Hulu. Yasinta. (1997). Nilai Kepercayaan pada Cerita Perang Mlaju Pado Kuanti

Malanggar Jawa (Skripsi). Pontianak: FKIP Untan.

Yovinus. (1999). Adat Dalo’ Upacara Mengangkat Tuilang Suku Dayak Uud Danum. Pontianak: Institut Dayakologi.

Yunus, Ahmad. (1981). Permainan Rakyat Daerah Kalimantan Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.


(6)

Yunus, Ahmad. (1985). Upacara Tradisional dalam Kaitannya dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan. Lampung: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Yusba. (1982). Cerita Rakyat Kalimantan Barat. Pontianak: Depdikbud. Yusba. (1983). Cerita Rakyat Kalimantan Barat. Pontianak: Depdikbud.

Zaid, Nashr Hamid Abu. (2004). Hermeneutika Inklusif Mengatasi Prolematika Bacaan dan Cara-Cara Pentakwilan atas Diskursus Keagamaan. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara.