PEMIKIRAN JEAN JACQUES ROUSSEAU DALAM BIDANG POLITIK.

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. TINJAJUAN PUSTAKA ... 11

2.1Pemikiran Politik... 12

2.2 Sejarah Pemikiran Politik ... 13

2.3 Politik ... 26

2.3.1 Pengertian Politik dan Unsur-Unsur Politik ... 26

1. Negara ... 28

2. Kekuasaan ... 28

3. Pengambilan Keputusan ... 28

4. Kebijaksanaan ... 29

5. Pembagian dan Alokasi ... 29

2.3.2 Ruang Lingkup Ilmu Politik ... 32

1. Pemikiran politik ... 32

2. Teori Politik ... 32


(2)

4. Sejarah Politik ... 32

5. Perbandingan Politik ... 34

6. Ekonomi Politik ... 34

7. Administrasi Publik dan Kebijakaan Umum ... 34

8. Teori Kenegaraan ... 35

9. Hubungan Internasional ... 35

2.3.3 Sejarah Perkembangan Ilmu Politik ... 35

2.4. Negara ... 41

2.4.1. Pengertian Negara ... 41

2.4.2. Teori Legistimasi Kekuasaan Negara ... 43

1. Sumber Kekuasaan ... 46

a. Teori Teokrasi ... 46

b. Teori Hukum Alam... 48

2. Pemegang Kekuasaan Tertinggi (kedaulatan) ... 48

a. Teori Kedaulatan Tuhan ... 49

b. Teori Kedaulatan Negara ... 50

a. Teori Kedaulatan Hukum ... 51

a. Teori Kedaulatan Rakyat ... 52

3. Pengesahan Kekuasaan ... 54

2.4.3. Bentuk-bentuk Negara dan Pemerintahan ... 55

2.4.4. Negara Demokrasi Moderen ... 56

a. Plato (429-347 SM) ... 57

b. Ariestoteles (385-322 SM) ... 58

c. Rousseau (1712-1778) ... 59

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

3.1Metode dan Teknik Penelitian ... 63


(3)

3.1.2. Teknik Penelitian ... 66

3.2Tahap-tahap Penelitian ... 66

3.2.1 Persiapan Penelitian ... 66

a. Penentuan dan Pengajuan Tema ... 66

b. Penyusunan Rancangan Penelitian ... 67

c. Bimbingan ... 68

3.2.2 Pelaksanaan Penelitian... 68

a. Pengumpulan Sumber ... 69

b. Kritik ... 71

c. Interprestasi ... 73

d. Penulisan Sejarah... 74

e. Laporan Penelitian ... 75

BAB IV PEMIKIRAN POLITIK ROUSSEAU TENTANG KONTRAK SOSIAL... 77

4.1Jean Jacques Rousseau ... 77

4.2 Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik dan Kontrak sosial ... 85

4.2.1 Negara ... 86

4.2.2 Kekuasaan ... 88

4.2.3 Pengambilan Keputusan ... 88

4.2.4 Kebijakaan Umum ... 89

4.2.5 Pengambilan Keputusan ... 89

4.2.6 Kontrak Sosial ... 90

1. Esensi Masyarakat Politik ... 91

a. Keadaan Alamiah ... 92

b. Keadaan Politik ... 95


(4)

4.3 Pemikiran Politik Jean Jacques Rousseau

dalam Bidang Politik di Indonesia ... 100

4.3.1 Bentuk Keabsahan Kekuasaan ... 103

4.3.2 Pandangan Tentang Eksistensi Negara ... 104

4.3.3 Pendirian Lembaga Eksekutif dan Mekanisme Pemilihannya ... 105

4.3.4 Perumusan Undang-Undang ... 105

4.3.5 Musyawarah Mufakat ... 106

4.3.6 Isu Kontrak Sosial Menjelang Pemilihan Umum ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1 Kesimpulan ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 112 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa pencerahan (Aufklärung) merupakan istilah yang digunakaan untuk menggambarkan aliran utama pemikiran Abad ke-18 di Eropa dan Amerika. Pada masa pencerahan, pendekatan berdasarkan rasio dan ilmu pengetahuan terhadap agama, sosial, ekonomi, dan politik menjadi tren di masyarakat, sehingga hal ini menghasilkan sebuah pandangan yang bersifat duniawi atau sekular dan juga membangun opini umum tentang kemajuan dan kesempurnaan di berbagai bidang. Semua ini tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan intelektual pada Abad ke-17 yang sangat menjunjung tinggi prinsip universal dan kepercayaan terhadap hukum alam, dimana perkembangan itu pun menumbuhkan

rasa kepercayaan akan akal manusia (Cangkir, 2011.

http://aufklarung13.student.umm.ac.id).

Pengaruh perkembangan dari penggunaan Rasio sebagai pegangan hidup itu tidak hanya pada pegangan hidup masyarakat saja tetapi pada semua bidang dalam hidup masyarakat Eropa dan Amerika baik itu dari bidang Agama, Ekonomi, Sosial, dan Politik. Salah satu contoh bidang politik kehidupan masyarakat Eropa yang terpengaruh filsafat Rasio yakni dalam bidang Politik yang banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum, dimana bentuk pemerintahan yang Absolutisme sangat berlawanan dengan aliran Rasionalisme (Rasio). Rasio hanya bisa dikembangankan dengan adanya kebebasan pribadi, tetapi karena


(6)

Absolutisme mengekang kebebasan pribadi jadi mengekang juga pengembangan Rasio yang tidak sesuai dengan hukum alam. Menurut hukum alam manusia itu bebas, tetapi oleh penguasa-penguasa yang Absolut atau oleh dogma-dogma agama manusia itu diikat dengan peraturan-peraturan yang merugikan dalam bentuk pengekangan. Walaupun filsafat Rasionalisme mempunyai kelemahan-kelemahan namun masyarakat Abab ke-18 meyakininya sabagai pegangan hidup mereka. Mereka yakin bahwa Rasio itu agung dan mampu mencari kebenaran yang akan membawa keselamatan bagi umat manusia, segala malapetaka yang menimpa kemanusiaan dimasa-masa lampau karena kurangnya mengembangkan rasio.

Salah seorang filsuf yang menggagas dalam bidang Politik pada abad ke-18 adalah Jean Jacques Rousseou tentang Teori Kontrak Sosial. Namun Rousseou bukan orang pertama yang mencetuskan teori kontrak sosial. Ada yang lebih awal dibandingkan Rousseau yaitu Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Kontrak sosial menurut Hobbes dalam buku Etika Politik karya F.

M. Suseno (1999: 207) ”Kontrak Sosial bukan Kontrak antara individu-individu masing-masing dengan negara (negara belum ada waktu meraka melakukan perjanjian), melainkan antara individu-individu itu sendiri”. Isi perjanjian itu untuk menciptakan negara, artinya dalam perjanjian itu individu-individu menyerahkan semua hak mereka kepada negara, tetapi negara tidak mempunyai kewajiban apa-apa terhadap mereka yang dapat mereka tuntut, karena masing-masing individu tidak dapat memecahkan masalah mereka yang mereka hadapi, sebagai individu-individu yang bebas. Jadi negara diciptakan atas dasar ketakutan


(7)

dan dibuat bukan partner dalam perjanjian, melainkan hasil buahnya dalam perjanjian. Saat melakukan perjanjian sosial individu belum bermasyarakat atau sering disebut dengan keadaan alamiah. Konsep keadaan alamiah menurut Hobbes, keadaan alamiah adalah keadaan sosial dimana orang-orang berhubungan satu sama lain, mengingat manusianya adalah manusia yang memiliki hawa nafsu dan merasa selalu takut saat ada manusia memiliki lebih banyak kepemilikan dari pada dirinya, seperti berada pada kondisi perang (Soehino, 1999:). Keadaan alamiah sebagai titik tolak bahwa semua manusia bebas, karena belum ada lembaga atau orang yang memiliki yang wewenang untuk mengatur orang lain. Semuanya sama baik itu kedudukannya, hak-hak alamiah tertentu, ataupun hak untuk membela diri dengan segala cara yang tersedia. Dengan sangat yakinnya Hobbes, keadaan yang niscaya berkembang dalam individu-individu tersebut adalah ketidak percayaan, tidak sedikit pun meminati, egois, dan saling mencurigai. Hal itu, tidak terlepas dari kebutuhan yang harus mereka penuhi dalam wilayah dan dari persediaan alamiah yang sama, sehingga meraka berada dalam posisi persaingan, dimana setiap individu merupakan ancaman bagi individu lain. Mau tak mau manusia mesti bersikap bagaikan serigala terhadap manusia lain: homo homini lupus. Keadaan alamiah niscaya menjadi bellum omnium contra omnes, perang semua lawan semua (Suseno, 1999: 206-207). Sedangkan dalam negara menurut paham Hobbes, maka orang-orang setelah merdeka dalam keadaan alamiah tiba-tiba menjadi terikat secara Absolut, menjadi budak negara karena perjanjian (Schmid, 1980: 141).


(8)

Kekuasaan tertinggi dalam konsep negara Hobbes adalah negara mutlak/absolut, yang diibaratkan sebagai binatang purba yang mengarungi samudra raya dengan perkasa, tanpa menghiraukan siapa pun dan melegistimasi diri semata-mata karena kemampuanya hanya untuk mengancam (Leviathan). Walaupun hukum negara menurut Hobbes mutlak wenang-wenangnya, tetapi kekuasaanya tidak dapat dijalankan secara sewenang-wenang, karena sang penguasa memiliki batasan-batasannya, yaitu kesadaran sendiri yang harus bisa berlaku seadil-adilnya dan setiap orang memiliki hak alamiah untuk melindungi diri. Akan tetapi batasan-batasan itu tidak mempunyai arti nyata, Hobbes hanya memberikan pilihan antara dua aternatif: taat kepada penguasa apa pun harganya atau membubarkan negara dan anarki total. Ketiga tokoh tersebut sepakat bahwa, yang pertama, adalah berlakunya kebebasan dan kesederajataan manusia yakni dalam keadaan alamiah, dimana manusia dalam keadaan alamiah tidak memiliki otoritas politik terhadap yang lain dan mengakui hubungan kekuataan, bukan kekuasaan dengan tujuan yang mereka tetapkan sendiri, sama pada diri semua orang dan yang kedua, adalah menciptakan negara dengan kontrak sosial untuk mengikat masyarakat dari keadaan alamiahnya.

Buku Du Contract Social, Rousseau berpendapat bahwa “manusia dilahirkan sebagai manusia bebas, namun di mana-mana dia selalu dibelenggu” (2007:4), dalam mendirikan negara dan masyarakat kontrak sosial sangat dibutuhkan. Namun, Rousseau berpendapat bahwa negara dan masyarakat yang bersumber dari kontrak sosial hanya mungkin terjadi tanpa paksaan. Negara yang disokong oleh kehendak umum akan menjadikan manusia seperti manusia


(9)

sempurna dan membebaskan manusia dari ikatan keinginan, nafsu, dan naluri seperti yang mencekamnya dalam keadaan alami. Manusia akan sadar dan tunduk pada hukum yang bersumber dari kehendak umum.

Gagasan dari pemikiran Rousseau terbentuknya sebuah negara yakni menghentikan keadaan masyarakat yang prapolitik/keadaan alamiah adalah keadaan non sosial menurut Rousseau, dimana manusianya mirip seperti binatang, tanpa akal maupun bahasa, hidup terpisah dari sesamanya, dan mempunyai sifat yang baik, bukan masyarakat yang menyenangi peperangan atau kerusakan, penghianatan dan seterusnya. Oleh karena itu Peperangaan, pengrusakan, penghianataan dan seterusnya dipahami bukan sebagai gajala alamiah melainkan gejala sosial, dimana peperangan disebabkan oleh kontruksi sosial dengan mengadanya kesenjangan sosial, karena menurut Rousseau manusia tidak mungkin sama, baik itu fisik, moral maupun Politik. Maka dengan begitu perlu adanya sebuah lembaga yang mengatur tatanan kehidupan masyarakatnya dalam hal ini disebut negara dengan bentuk negara idealnya adalah Republik yang lebih menekankan pada prinsip kedaulatan rakyat dan kehendak umum dalam menentukan jalannya pemerintahan (Schmandt, 2005:396).

Filsafat politik Rousseau “cenderung mengagungkan soal perasaan moral

dibandingkan cuma soal akal atau rasio” (Sabine, 1981: 222). Rousseau beranggapan bahwa kebajikan-kebajikan moral, ada terdapat pada rakyat biasa, dalam bentuk yang murni yang ber-praxis diantara mereka, antara harapan dan kenyataan. Rakyat biasalah yang merupakan umat manusia, sumber kekuasaan dan legitimasi para wakil dan pemimpin. Apa yang tidak bersifat kerakyatan,


(10)

kepentingan elit tertentu, sebaiknya tidak perlu diperhitungkan dan bila perlu layak dipertanyakan kepatutannya. Semua manusia adalah sama dalam semua barisan dan lapisan. Barisan atau lapisan terbesarlah yang cukup patut untuk mendapat kehormatan tertinggi untuk diperhatikan, mendahului yang tersedikit.

Konsep pertama Rousseau tentang negara adalah hukum (law). Rousseau menyebut setiap negara yang diperintah oleh hukum dengan Republik, entah bagaimanapun bentuk administrasinya (Husein, 1989: 40). Selanjutnya, badan legislatif (the legislator) yang “maha tahu” membuat dasar aturan/ hukum namun sama sekali tidak memiliki kekuasaan memerintah orang. Menurutnya, kekuasaan legislatif harus di tangan rakyat sedang eksekutif harus berdasar pada kemauan bersama. Rakyat seluruhnya, dianggap sejajar dengan penguasa manapun, mengadakan sidang secara periodik dan ini meminggirkan fungsi eksekutif. Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat yang seperti ini sulit terjadi pada kota yang sangat besar. Rousseau tidak membenarkan adanya persekutuan, termasuk partai yang menurutnya hanya berujung pada penyelewengan. Selain itu, menurutnya, negara jangan terlalu besar dan terlalu kecil, karena jarak jauh menyebabkan banyak hal yang tak dapat dilakukan, telalu kecil tidak dapat membela diri (Schmid, 1980: 175).

Kontrak sosial Rousseau, menciptakan ikatan yang terjadi karena kontrak, namun ikatan yang terjadi dalam kontrak tidak mengikat semua hak-hak anggotanya, tetapi tetap merdeka seperti sediakala. Jika dilihat secara logis bahwa kontrak merupakan ikatan akan pembatasan dalam hal kemerdekaan dari setiap anggotanya (Schmid, 1980: 173). Konsep kenegaraan Rousseau digunakan untuk


(11)

melegistimasi kekuasaan yang mutlak dan totaliter, dimana terjadi melalui paham kehendak umum yang harus identik dengan kehendak semua individu.

Selain menulis tentang politik Rousseau juga menulis tentang pendidikan yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Emile, yang berprinsipkan pada falsafah hidupnya dan kebenciannya akan peradaban manusia. Gagasan dasar dari pendidikan Rousseau diselaraskan dengan alam, bahwa alam adalah guru yang terbaik, sehingga anak didik harus dijauhkan dari masyarakat dan hidup di pedesaan, agar lebih dekat dengan alam. Karena alam, menurut Rousseau mengajarkan manusia mengenai kejujuran, kebenaran dan kualitas perasaan (Husen, 2002: 74).

Tulisan-tulisan Rousseau merupakan faktor penting bagi pertumbuhan sosialisme, romantisme, totaliterisme, anti-rasionalisme, serta perintis jalan kearah pecahnya revolusi Perancis dan merupakaan penyumbang buat ide-ide modern menuju demokrasi dan persamaan. Dia juga dianggap punya sumbangan penting dalam hal pengaruh teori pendidikan modern dan merupakan salah satu dari penulis modern pertama yang punya arti penting melabrak habis lembaga hak milik pribadi, karena itu dia bisa dianggap selaku pemula dari faham Sosialisme dan Komunisme (Hart, 1978: 361-364).

Penjelasan di atas penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai pemikiran Jean Jacques Rousseau dan ada dua alasan yang menarik bagi penulis untuk mengkajinya. Alasan pertama adalah Teori Kontrak Sosial Rousseau membuka jalan bagi berkembangnya Demokrasi Modern dan Kedaulataan Rakyat, dan alasan yang kedua adalah Rousseau keluar dari pakem


(12)

Abad ke-18 yang para pemikiran menekankan pada penggunaan akal dan ilmu pengtahuan sebagai satu-satunya harapan untuk peradaban, sedangkan Rousseau lebih mekankan pada moral (romantisme) atau nilai kehendak susila lebih penting daripada penelitian ilmiah dan juga biasanya para pemikir romantisme akan merasa tersentuh saat mereka melihat keadaan yang tesakiti atau dizolimi dan disaat itupun mereka tidak bisa melakukan apa-apa kepada mereka yang tersakiti atau dizolimi. Maka dari itu penulis mengkaji dan menyusunnya dalam skripsi

yang penulis beri judul “Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik”.

1.2. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik? Sedangkan untuk memperjelas pembahasan, maka akan dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang kehidupan dan perkembangan pemikiran J.J Rousseau?

2. Bagaimana pemikiran J.J Rousseau dalam bidang politik dan Kontrak Sosial? 3. Bagaimana pengaruh pemikiran J.J Rousseau dalam bidang politik pada masa

sekarang khususnya di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak penulis capai dalam penelitian yang

berjudul “Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik” ini adalah


(13)

1. Untuk mengetahui latar belakang kehidupan dan perkembangan pemikiran J.J Rousseau,

2. Untuk mengetahui pemikiran J.J Rousseau dalam Bidang Politik tentang Kontrak Sosial,

3. Untuk mengetahui pengaruh pemikiran J.J Rousseau dalam bidang Politik pada masa sekarang khususnya di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat pemikiran Rousseau dalam bidang politik untuk penulis sendiri memberikan suatu pengetahuan tentang bidang politik, bahwa politik, khususnya membahas tentang negara atau jika ingin mengetahui pemikiran politik dari para ahli, lihatlah kontek mana, atau jaman apa negara dibahas itu atau pada masa mana pemikir itu hidup.

1.5. Sistematika Penelitian

Agar pembahasan dan penulisan ini tersusun secara kronologis, maka perlu adanya sistematika penulisan. Oleh karena itu, maka penulis merujuk pada

buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi” (UPI, 2011) untuk menguraikan sistematika penulisan ini.

Sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan dari penulis. Menjelaskan latar belakang masalah penelitian. Kemudian untuk lebih memfokuskan kajian maka dibuat perumusan dan pembatasan masalah. Selanjutnya membuat tujuan penelitian yang


(14)

berisi maksud dari pemilihan masalah tersebut. Terakhir dalam bab I ini adalah metode dan teknik penelitian yang dijadikan standar baku dalam menuliskan sejarah yang akan dikaji serta memuat sistematika penulisan yang merujuk pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI.

Bab II merupakan hasil tinjauan kepustakaan dan kajian teoritis serta telaah dari berbagai referensi yang berhubungan dengan pokok bahasan. Adapun referensi yang digunakan adalah buku-buku sumber yang relevan dengan pokok bahasan dan artikel-artikel ilmiah yang di dapatkan dari Interet.

Bab III merupakan Metodologi Penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi. Adapun metode penelitian tersebut terdiri dari heuristik, kritik internal, interpretasi, dan historiografi. Selain itu, juga dijelaskan tentang teknik penelitian, dalam hal ini penulis menggunakan teknik penelitian dengan studi literatur.

Bab IV Kontrak Sosial. Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang kehidupan dari Rousseau yang mempengaruhi perkembangan pemikiran Rousseau

dan pemikirannya dalam bidang politik, terutama mengenai konsep “Kontrak Sosial” sebagai solusi yang ia tawarkan. Kemudian mendeskripsikan bagaimana

pengaruh pemikiran Rousseau dalam bidang politik pada masa sekarang ini khususnya di Indonesia.

Bab V merupakan Kesimpulan. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan yang mencoba menguraikan hasil temuan dan pandangan penulis terhadap pemikiran Rousseau. Pada bab ini juga diuraikan pandangan penulis terhadap bidang politik sebagai ekses dari pengaruh pemikiran Rousseau.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan

skripsi yang berjudul “Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik”.

Peneliti mencoba untuk memaparkan berbagai langkah yang digunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis dan cara penulisannya. Pada bagian pertama akan dijelasakan metode dan teknik penelitian secara teoritis sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian. Pada bagian kedua akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan dalam pembuatan skripsi. Dimulai dengan penjelasan persiapan, pelaksanaan, dan laporan akhir penelitian.

3.1 Metode dan Teknik Penelitian 3.1.1. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa kajian yang akan dibahas adalah kajian sejarah dan data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini berasal dari masa lampau. Pada dasarnya, metode merupakan prosedur, teknik atau cara-cara yang sistematis dalam melakukan suatu penyidikan (Sjamsuddin, 2007:12-13). Secara sederhana, metode historis dapat diartikan sebagai cara untuk merekonstruksi peristiwa sejarah. Sedangkan menurut Louis Gottschalk (1986:32) metode historis adalah proses pengujian dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan pada masa lampau. Gilbert J. Garraghan dalam Dudung


(16)

Abdurrahman (1999:43-44) mengungkapkan metode sejarah sebagai “seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang

dicapai dalam bentuk tertulis”. Dari beberapa pengertian di atas, penulis

mengambil kesimpulan bahwa metode historis adalah suatu cara yang tersusun secara sistematis, yang digunakan dalam meneliti sumber-sumber sejarah secara kritis. Hal ini berarti bahwa, metode sejarah memiliki tahap-tahap atau langkah-langkah yang terstruktur.

Secara lebih terperinci, beberapa penulis sejarah menguraikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam metode historis. Ismaun (2001:125-126) mengungkapkan beberapa langkah yang harus dilakukan dalam metode historis,yaitu :

1. Heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber)

2. Kritik (meneliti atau menyelidiki keaslian sumber, baik bentuk maupun isi)

3. Interpretasi (penafsiran terhadap sumber) 4. Historiografi (penulisan sejarah)

Sementara itu, Kuntowijoyo (2003:89), mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam metode sejarah terdiri atas lima tahapan, yaitu :

1. Pemilihan topik 2. Pengumpulan sumber

3. Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber) 4. Interpretasi


(17)

5. Penulisan

Sedangkan menurut pendapat Gray et.all, sebagaimana dikutip oleh Sjamsuddin (2007:89), metode sejarah memiliki enam tahapan yang harus dilakukan, yaitu :

1. Memilih judul atau topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik. 3. Membuat catatan yang ditemukan ketika penelitian berlangsung. 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah berhasil

dikumpulkan (kritik terhadap sumber).

5. Menyusun hasil penelitian ke dalam suatu pola yang benar atau sistematika tertentu.

6. Menyajikan dan mengkomunikasikannya kepada pembaca dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian, sehingga dapat dimengerti.

Berdasarkan pada pemaparan di atas, ada satu keseragaman yang penulis temukan, yaitu adanya kritik terhadap sumber yang ditemukan. Secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa metode historis terdiri dari beberapa tahapan yaitu pemilihan topik, pencarian sumber, kritik terhadap sumber, interpretasi dan penulisan (historiografi). Dengan demikian, langkah yang penulis lakukan dalam menyusun skripsi ini adalah memilih topik yang akan dibahas yang kemudian dilanjutkan dengan mencari sumber-sumber yang relevan. Setelah mendapatkan sumber, penulis melakukan kritik terhadap sumber untuk memperoleh fakta tentang kajian yang akan dibahas. Data dan fakta yang telah terkumpul kemudian


(18)

dirangkaikan dan diinterpretasi untuk kemudian dituliskan menjadi sebuah kajian yang utuh dan terstruktur.

3.1.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah studi literatur atau kajian kepustakaan, baik berupa buku maupun literatur lain yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun penggunaan teknik penelitian ini (studi literatur), didasarkan pada alasan bahwa sumber-sumber yang digunakan untuk bahan kajian dalam skripsi ini berupa literatur, seperti buku, artikel dan jurnal.

3.2 Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini memaparkan tentang tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

3.2.1 Persiapan Penelitian

Tahapan ini merupakan tahapan awal yang dilakukan oleh penulis. Pada tahapan ini ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis, diantaranya yaitu

a. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahapan ini merupakan langkah awal penulis dalam melakukan penelitian. Pada tahap ini, penulis mengajukan rancangan tema penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. Hal ini


(19)

merupakan salah satu prosedur baku yang harus ditempuh sebelum memasuki proses penelitian. Tema yang diangkat oleh penulis adalah tentang sosok dan pemikiran tokoh dalam sejarah pemikiran Islam, yang kemudian penulis tuangkan

dalam judul “Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik”. Setelah

mendapat persetujuan resmi, penulis menyusun suatu rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

b. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitan yang berbentuk proposal berisi tentang kerangka dasar yang menjadi acuan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian dan melakukan penyusunan laporan penelitian. Proposal penelitian memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode dan teknik penulisan, tinjauan pustaka, sistematika penulisan dan daftar pustaka. Proposal yang sudah jadi kemudian diserahkan pada TPPS untuk kemudian dipresentasikan dalam sebuah seminar proposal skripsi. Adapun pelaksanaan seminar proposal skripsi ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 19 Juli 2012, bertempat di Lab Jurusan Pendidikan Sejarah Lantai IV FPIPS UPI. Dalam seminar tersebut penulis mendapat beberapa masukan dari para dosen yang hadir, terutama mengenai judul, sumber yang digunakan dan tata cara penulisan yang dikeluarkan oleh UPI. Khusus mengenai judul, atas masukan dari pembimbing, penulis merubah judul


(20)

c. Konsultasi (Bimbingan)

Untuk kesempurnaan penulisan skripsi, penulis dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing, yaitu Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd sebagai pembimbing I, dan Yeni Kurniawati Sumantri, S.Pd. M.Pd sebagai pembimbing II. Proses bimbingan dilaksanakan melalui kesepakatan bersama antara dosen pembimbing dengan penulis, yang biasanya diwujudkan dengan menghubungi dosen pembimbing terlebih dahulu untuk menentukan waktu bimbingan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi miss-comunication dan terjalin komunikasi yang baik. Setiap hasil penelitian dan penulisan yang telah penulis selesaikan, diajukan pada tahap bimbingan untuk mendapat masukan dan saran dari dosen pembimbing. Setiap saran dan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing dicatat dalam lembar bimbingan. Secara umum bimbingan terhadap skripsi ini dilakukan secara bertahap atau per-bab. Untuk kemudian dilakukan revisi jika memang masih terdapat kekurangan atau langsung dilanjutkan pada bab berikutnya, sesuai dengan saran dari dosen pembimbing.

3.2.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan tahapan dalam metode yang penulis gunakan yaitu metode historis. Untuk mempermudah proses penelitian, penulis menggunakan tahapan-tahapan sebagaimana yang diungkapkan oleh Sjamsuddin (2007:85-155), diantaranya yaitu pengumpulan sumber, kritik serta interpretasi dan penulisan sejarah.


(21)

a. Pengumpulan Sumber

Sebelum melakukan pencarian dan pengumpulan sumber sejarah, langkah yang dilakukan adalah menentukan tema atau topik penelitian. Dalam skripsi ini, penulis mengambil topik tentang Politik, yang kemudian lebih difokuskan pada pemikiran dan peranan salah seorang pemikir politik abad pencerahan, yaitu Jean Jacques Rousseau. Setelah mendapatkan topik penelitian, tahap berikutnya adalah heuristic atau mengumpulkan sumber. Tahap ini merupakan proses pengumpulan sumber-sumber sejarah yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Menurut Sjamsuddin (2007:95), sumber sejarah (historical sources) merupakan segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lampau (past actually). Sedangkan Kuntowijoyo (2005:95) mengatakan bahwa sumber sejarah disebut juga data sejarah. Dalam bahasa Inggris, datum (bentuk tunggal) dan data (bentuk jamak). Sedangkan dalam bahasa Latin, datum berarti pemberian. Secara sederhana penulis mengartikan sumber sejarah sebagai segala sesuatu yang dijadikan dasar dalam penelitian sejarah.

Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang dianggap relevan dengan pokok kajian yang akan ditulis. Terkait dengan teknik penelitian yang digunakan, yaitu studi literatur, maka sumber yang digunakan berbentuk tulisan, baik itu buku, ensiklopedia dan artikel yang penulis temukan pada jurnal atau di internet. Kegiatan yang penulis lakukan adalah mendatangi perpustakaan dan tempat lain yang menyediakan buku-buku sumber yang dibutuhkan. Dalam tahap ini penulis mengunjungi perpustakaan UPI,


(22)

perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, dan toko-toko buku (Gramedia, Togo Mas, Gunung Agung, Palasari, Ultimus, IM Books), dan toko buku bekas didaerah Gegerkalong. Selain itu, penulis juga menelaah dan mengambil data dari sumber internet.

Dalam pencarian sumber, penulis mencoba untuk mendapatkannya dari lokasi-lokasi yang dekat dengan penulis. Beberapa buku koleksi pribadi penulis

diantaranya. “Kuasa dan Moral”, karya F. M. Suseno, “Ilmu Negara”, karya

Soehino dan “Teori-Teori Politik: Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya”, karya G. H. Sabine. Selain itu, penulis juga menghubungi rekan-rekan yang mempunyai sumber tentang kajian yang akan dibahas. Dari rekan penulis tersebut didapatkan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji,

diantaranya yaitu “Perihal Kontrak Sosial atau Prinsip-Prinsip Hukum Politik”

karya Jean Jacques Rousseau yang judul aslinya adalah Du Contrat Social.

Perpustakaan UPI menjadi tempat pencarian sumber berikutnya. Di perpustakaan UPI penulis mendapatkan sumber-sumber yang berkaitan dengan fokus kajian yang akan diangkat, diantaranya yaitu buku, Von Schmid tentang

“Ahli-Ahli Pikir Besar Tentang Negara dan Hukum” (1980), dan G. H. Sabine

tentang “Teori-Teori Politik: Pertumbuhan dan Perkembanganya” (1981). Buku

yang berkaitan dengan kajian karya tulis ini, di antaranya adalah “Etika Politik” karya F. M. Suseno (1999), “Ilmu Negara” karya Soehino (1999), “Pemikiran

Politik Barat” karya Ahmad Suhelmi (2002), “Seratus Tokoh yang Berpengaruh

Dalam Sejarah” karya M. H. Hart (1978), “Dasar-dasar Ilmu Politik” karya


(23)

Kegiatan lain yang penulis lakukan pada tahap ini adalah melakukan pencatatan terhadap berbagai sumber yang ditemukan, baik mencatat daftar pustaka ataupun isi dari sumber yang ditemukan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam proses penulisannya.

Selain mengunjungi tempat-tempat yang disebutkan di atas, penulis juga mencari data dari internet. Seperti pada sebuah artikel yang ditulis oleh Charles Edwyn Vaughan yang terdapat pada laman Discourses and the first version of Social Contract, Considerations on The Government of Poland, dan Constitusions Projact For Corsica Part I dan II, yang berjudul The Political Writings of Jean

Jacques Rousseau dan “Confussions” (online at

http://libertyfund.org/pll/people/index.html?filter=JeanJacqcues+Rousseau#g/06/0 7/2012), dan “Du Contrack Social” dan “Emile” karya Rousseau (http://www.ibiblio.org/gutenberg/06/07/2012). Pencarian sumber di internet ini dilakukan pada bulan Juli 2012.

Kegiatan pencarian sumber ini penulis lakukan sebelum penulisan proposal skripsi dan seminar skripsi yaitu pada bulan Juli 2012. Untuk memperkaya dan menyempurnakan tulisan terutama pada bab IV, pencarian sumber masih akan terus dilakukan sampai penulisan ini berakhir.

b. Kritik

Data-data yang diperoleh dari sumber sejarah, tidak langsung dituangkan ke dalam sebuah tulisan menjadi karya baru, melainkan dilakukan kritik terhadap sumber terlebih dahulu. Dalam tahap ini, penulis melakukan kritik terhadap sumber yang digunakan, yaitu buku-buku yang berhubungan dengan


(24)

permasalahan yang dibahas. Pada dasarnya, kritik sumber bertujuan untuk menilai otentisitas dan kredibilitas sumber itu sendiri.

Tahapan kritik mencakup dua aspek, eksternal dan internal. Aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber, sedangkan aspek internal bertujuan untuk menguji realibilitas dan kredibilitas sumber.

Dalam pelaksanaannya, kritik eksternal tidak dilakukan dengan sangat ketat. Penulis melakukan kritik eksternal dengan melihat angka tahun diterbitkannya buku dan membandingkannya dengan tampilan fisik buku tersebut. Sebagai contoh adalah buku berjudul “Ahli-Ahli Pikir Besar tentang Negara dan Hukum”. Tahun terbitnya adalah 1980 dan dari tampilan fisiknya memang sudah terlihat begitu lama. Dengan demikian buku ini memang diterbitkan pada tahun yang tertera dalam buku tersebut. Selain itu, penulis juga melihat siapa pengarang dari sumber yang didapatkan. Dalam hal ini penulis berusaha melihat kompetensi yang dimiliki oleh pengarang sumber dalam bidang kajian yang dibahas. Jhr Dr. J. J. Von Schmid adalah penulis buku yang dimana buku-buku nya juga banyak ditemukan. Terutama mengenai para pemikir, itu membuktikan bahwa dia dapat dipercaya sebagai penulis buku, sehingga buku-buku karyanya layak dijadikan sumber dalam penyusunan skripsi ini.

Disamping kritik eksternal, penulis juga melakukan kritik internal. Langkah pertama dalam proses kritik internal yang dilakukan peneliti adalah dengan mengklasifikasikan sumber ke dalam dua bagian. Pertama buku-buku karya Rousseau. Kedua, sumber yang kajian-kajiannya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Rousseau, penulis pelajari, kemudian penulis menyimpulkannya


(25)

sebagai sarana dalam mempermudah analisa peneliti terhadap pemikiran politik Rousseau.

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan sebuah proses dari penafsiran sumber-sumber sejarah. Kuntowijoyo (dalam Abdurrahman, 1999: 64) mengartikan interpretasi atau penafsiran sebagai analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori maka disusunlah fakta-fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Berdasarkan hal tersebut, maka langkah awal yang dilakukan oleh penulis dalam tahapan ini adalah mengolah, menyusun dan menafsirkan yang telah teruji kebenarannya.

“Kemudian fakta-fakta tersebut dirangkaikan dan dihubungkan sehingga

menjadi satu-kesatuan yang selaras...” (Ismaun, 2001: 131).

Kita ambil contoh interpretasi misalnya pada konsep kekuasaan negara Rousseau dalam hal hak-hak individu. Bagi Rousseau, menyatakan bahwa setiap anggota setelah mengadakan perjanjian sosial harus menyerahkan semua hak-haknya kepada negara dan tidak mengenal hak-hak kemerdekaan pribadi seseorang, yang ada hanyalah dan tidak dapat dipindahkan adalah hak-hak dasar. Keseluruhan yang lahir dari perjanjian itu, dinamakan oleh Rousseau sebagai kesatuan susila yang kolektif, dimana ia mempunyai kemauan umum, suatu kedaulataan, kedaulataan rakyat yang tidak dapat dipindahkan. Tetapi setiap orang dapat memiliki kemauan khusus disamping kemauan umum, akan tetapi barang siapa yang tak mematuhi kemauaan umum akan dipaksa oleh keseluruhan untuk


(26)

menjadi merdeka (Schmid, 2005:174). Sedangkan menurut Locke, bahwa anggota setelah mengadakan perjanjian sosial tidak harus melepaskan semua haknya kepada kekuasaan negara tetapi ada beberapa banyak hak-hak yang harus tetap dimiliki oleh setiap individu, karena menurut Locke, negara didirikan untuk melindung hak milik pribadi (Suseno, 1999: 221). Hal ini menjelaskan bahwa pemahaman Rousseau terhadap kekuasaan negara terhadap hak-hak individu dimaksudkan untuk kedaulatan rakyat yang lebih mengutamakan kemauaan umum/masyarakat, sedangkan Locke, Liberal yang lebih mengutamakan individu. Sehingga konsep kekuasaan negaranya Rousseau sangat bertentangan dengan konsep kekuasan negaranya Locke.

d. Penulisan Sejarah.

Setelah melakukan proses analisis terhadap fakta-fakta yang ada, peneliti kemudian menyajikanya dalam bentuk tulisan yang disebut historiografi. Historiografi merupakan proses penyusunan dan penuangan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan. Peneliti berusaha menyajikan hasil penelitian ini dengan gaya bahasa yang menarik dan komunikatif disertai analisa dan sintesa. Penulisan ini menggunakan teknik dasar menulis deskripsi, narasi dan analisis. Deskripsi dan narasi dalam rangka menulis ulang dan analisis dalam rangka interpretasi.


(27)

e. Laporan Penelitian

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam suatu prosedur penelitian. Hasil penelitian disusun secara sistematis menjadi suatu karya ilmiah berbentuk skripsi. Adapun sistematika yang digunakan adalah sebagaimana tercantum dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2011.

Laporan tersusun ke dalam lima bab utama, yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, pembahasan dan kesimpulan. Selain itu, laporan ini juga dilengkapi dengan beberapa bagian yang sudah lazim ada dalam sebuah laporan penelitian, seperti kata pengantar, daftar pustaka dan lampiran.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode dan teknik penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka, berisi penjelasan secara ringkas isi dari berbagai referensi atau literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan, beserta komentar-komentar yang dianggap perlu. Adapun referensi yang digunakan adalah buku-buku sumber yang relevan dengan pokok bahasan dan artikel yang di dapatkan dari internet.

Bab III Metode Penelitian, berisi penjelasan secara rinci tentang cara kerja yang terdiri dari tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam menyusun skripsi ini. Bagian ini merupakan pemaparan terperinci dari garis besar yang telah diulas pada bagian metode penelitian yang terdapat di BAB I.


(28)

Bab IV merupakan isi atau bagian utama dari tulisan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan. Pada bab ini akan memaparkan latar belakang kehidupan dan perkembangan pemikiran Rousseau, lalu pemikiran Rousseau dalam bidang politik tentang kontrak sosial dan pengaruh pemikiran politik Rousseau di Indonesia.

Bab V Kesimpulan, berisi tentang kesimpulan atau hasil temuan akhir penulis dalam penelitian ini.

Bagian berikutnya adalah daftar pustaka yang berisi tentang daftar referensi atau sumber yang digunakan oleh penulis dalam menyusun penelitian ini. Adapun sumber yang digunakan, dapat dibedakan menjadi, sumber buku, dan sumber dari internet. Bagian lampiran berisi tentang beberapa hal yang dianggap perlu untuk melengkapi skripsi ini, seperti lembar bimbingan skripsi, lembar penunjukkan dosen pembimbing skripsi sampai riwayat hidup penulis.


(29)

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab ini, penulis mencoba untuk menguraikan hasil-hasil dari kajian penulis mengenai Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik. Pemikiran politik J.J Rousseau, sangat orisinalitas dan bobot, yang hanya akan dipahami apabila kita mendudukkannya kembali pada zamannya. Politik jaman Rousseau banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan oleh karena itu fokus perhatiannya hanya pada negara saja. Salah satu karya dari pemikiran Rousseau dalam bidang politik, yakni tentang teori Kontrak Sosial yang sebelumya telah dicetuskan oleh Hugo de Grotius, Thomas Hobbes, dan John Locke. Jika politik dilihat dalam konteks sekarang, pemikiran Rousseau, sudah kurang relevan, dimana perkembangan politik yang dulu berakar atau banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan negara atau banyak berbicara mengenai negara, baik itu istilah dan pengertian dari bentuk-bentuk negara atau pemerintahan yang masih sama antara istilah dan pengertian dari masa Yunani Kuno sampai pada masa Pencerahan, masa Rousseau hidup, sekarang banyak ilmu-ilmu lain yang mempengaruhi ilmu politik, maka perubahan dalam kontek negara dalam politik mengalami perubahan berdasarkan jaman dan para pemikirannya.

Rousseau adalah seorang yang mempunyai watak, pandangan hidup, ukuran-ukuran kesusialaannya dan raksi-reaksi naluri yang berlainnan pada jaman pencerahan dengan pembawaan sebagai seorang parasit yang dalam waktu lama bergantung hidup pada orang lain dan tidak pernah menerina pengikatan itu


(30)

dengan senang hati. Seseorang yang penuh kecurigaan terhadap mereka yang mencari persahabatan dengan dirinya dan ia pun selalu mempunyai rencana-rencana yang teratur untuk menghianati dan menghancurkan dirinya dengan khayalan-khayalan yang hanya ada pada dirinya saja, namun juga seseorang yang takut akan halnya dosa dan kutukan (Sabine, 1981: 221).

Pemikiran Rousseau dalam bidang politik sangat dipengaruhi oleh Ariestoteles dan Montesqui yang menginginkan pembentukan negara seperti pada jaman Yuani kuno yakni City states atau negara kota dan kecenderung menggunakan soal perasaan moral dibanding akal atau rasio, dimana pada abad pencerahan, Rousseau beraggapan bahwa manusia yang hidup pada abad pencerahaan tidak memiliki perasaan atau emosi yang bergerak berdasarkan rasionya saja. Adapun hasil pemikirannya tentang politik yakni Kontrak sosial. Kontrak sosial adalah akta hukum yang mendasari antara individu-individu untuk masuk dalam suatu masyarakat politik (negara) yang individu-individu tidak lagi menggunakan hak alamiahnya dan hanya patuh kepada keabsahaan kekuasaan, yaitu kehendak umum (rakyat). Sebelum adanya masyarakat politik atau sering disebut sebagai keadaan politik, individu atau manusia hidup dalam keadaan alamiah atau keadaan non sosial. Menurut Rousseau, keadaan alamiah adalah keadaan ketika manusia, yang dalam banyak hal masih mirip dengan binatang, tanpa akal maupun bahasa, hidup terpisah dari sesamanya dan merupakan keadaan damai yang dibuat untuk berlangsung selama-lamanya, namun karena kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, maka keadaan itu menjadi keadaan perang satu lawan satu yang keabsahaan kekuasaanya hanya berdasarkan kekuataan fisik


(31)

saja, dengan semboyan: “siapa yang kuat dia yang menang”. Oleh karena itu perlu suatu peralihan dari keadaan alamiah ke keadaan politik untuk menjamin keamanan, ketertibaan dan perdamaian. Rousseau pun, mengakui bahwa kebebasan dan kesederajataan manusia yakni dalam keadaan alamiah. Manusia bebas secara alamiah, karena tidak ada manusia yang memiliki otoritas politik terhadap manusia lain, memiliki kemerdekaan mutlak dan hanya menuruti kehendaknya sendiri, sedangkan manusia sederajat secara alamiah karena bertindak sesuai keinginan sendiri dengan tujuan yang ditetapkan sendiri, namun harus di ingat bahwa, konsep keadaan alamiah Rousseau tidak pada kenyataan konteks sejarah manusia. Untuk menjamin keamanan, ketertiban dan perdamaian dibentuklah negara sebagai hasil dari kontrak sosial, yang membedakaan Rousseau dengan Hobbes dimana, menurut Hobbes dalam kontrak sosial memperkuat konsep negara, sedangkan Rousseau memperkuat konsep rakyat sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Dalam legistimasi kekuasaan negara berpangkalan pada Teori Kedaulatan Rakyat, dimana kekuasaan tertinggi atau kedaulatan berada ditangan rakyat yang dibantu oleh kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif yang saling menjalankan punsinya masing-masing. Sistem pemerintahan yang ideal menurut Rousseau adalah negara kota jaman Yunani kuno yang penduduknya sedikit, wilayah atau daerahnya tidak terlalu luas, dan demokrasi langsung.

State of nature merupakan konsep dalam pendidikan Rousseau. Rousseau beranggapan bahwa alam adalah guru terbaik, dimana alam akan mengajarkan manusia tentang kejujuran, kebenaran, dan kualitas perasaan. Hal ini disebabkan


(32)

karena Rousseau tidak menyukai peradaban manusia (bermasyarakat), menurutnya, peradaban manusia menciptakan manusia menjadi sombong, pendusta, keinginan untuk menguasai, dll.

Pengaruh pemikiran Rousseau dalam bidang politik adalah berkembanganya paham Sosialisme, Komunisme dan Totalitarisme, karena melabrak habis lembaga hak milik pribadi. Dalam konteks Revolusis Prancis, pengaruh pemikiran Rousseau dalam bidang politik yakni berlakunya deklarasi hak-hak asasi manusia dan warga negara, lahirnya konsep negara Republik, dan berkembangnya paham demokrasi modern. Namun relefansinya pemikiran politik Rousseau patut dipertanyakan, hal itu disebakan berkembangnya ilmu pengetahuan dan jiwa jama yang berbeda.

Kebaikan Teori Rousseau antara lain sebagai landasan demokrasi modern dan menonjolkan fungsi warga negara dalam masyarakat dan negara. Selain itu, Rousseau mengubah sistem politik penuh kekerasan menjadi musyawarah. Teori Kontrak Sosial-nya, Ia menghendaki bentuk negara di mana keabsahaan kekuasannya di tangan rakyat, berbeda dengan Locke yang keabsahaan kekuasaannya di tangan Individu, dan Hobbes di tangan negara. Sehingga dengan demikian pemikiran Rousseau tentang kontrak sosial membuka jalan bagi berkembanganya demokrasi modern dan kedaulataan rakyat.


(33)

DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU:

Abdurrahman, D. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos.

Budiardjo, M. (1999). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cole, G. D. H. (2007). The Social Contract, Or Principles Of Political. Terjemahan.

Bero. Jakarta: Visimedia.

Gottschalk. L. (1986). Mengerti Sejarah. Alih Bahasa oleh Nugrorho Notosusanto. Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Hamid, Z. (2009). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hart, M. H. (1978). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Husen, I. S. (2002). “Masalah pendidikan di Prancis dalam karya Rabelais, Montaigne,

dan Rousseau”. Jurnal Sosial Humaniora.6, (2), 69-75

Ismaun. (2001). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Benteng Pustaka.

Marihandono, D. (2011). Penerpan Ide Revolusi Prancis di Jawa pada Awal Abad ke XIX. Makalah pada International Conference on Indonesia Studies FIPB UI, Depok.

Sabine, G. H. (1977) Teori-teori Politik (1): Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Binacipta.

Sabine, G. H. (1981) Teori-Teori Politik (2): Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Binacipta.

Sabon, M. B. (1994). Ilmu Negara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Schmandt, H. J. (2002). Filsafat Politik:kajian historis dari zaman yunani kuno sampai zaman modern. Terjemahan Ahmad Baidlowi dan Imam Bahehaki. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schmid, V. (1980). Para Pemikir Besar Bidang Negara dan Hukum. Terjemahan Wiratno. T. Jakarta: Pustaka Sarjana.


(34)

Siswanto, J. (1998). Sistem-sistem Metafisika Barat: dari Aristoteles sampai Derrida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Soehino, (1999). Ilmu Negara. Yogyakarta : Liberty.

Suhelmi, A. (2002). Pemikiran politik barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Suseno, F. M. (1999). Etika Politik. Jakarta : Gramedia.

Suwirta, A. (2001). Sejarah Intelektual: Sebuah Ontologi Tentang Percikan Pemikiran Di Dunia Barat Dan Islam. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Rousseau, J. J. (1989). Perihal Kontrak Sosial atau Prinsip-prinsip Hukum Politik.

Terjemahan Husein. I.S. dan Hidayat. R. Jakarta: Dian rakyat. Varma, S. P. (1999). Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Press.

INTERNET:

Affandi, I. (2012). Filsafat Politik Rousseau. [Online]. Tersedia: http://webcache.googleusercontent.com [21Februari2012].

Cangkir, M. (2011). Aufklarung. [Online]. Tersedia:

http://aufklarung13.student.umm.ac.id [09September2011].

Lia, R. (2011). Reflective essay: pemikirsn Thomas Hobbes, John Lcke, dan J.J Rousseau

dalam gagasan kontrak soaial. [online] tersedia:

http://liarkanpikir.wordpress.com [07 Februari 2011]

Rokhim, A. (2011). Relevansi Pandangan Rousseau Tentang Voting Terhadap Pengambilan Kebijakaan Dewasa Ini. [Online] Tersedia: http://17hari.wordpress.com [21Februari2012].

Sanjaya, A. (2011). Kontrak social dari J.J rousseau. [online] Tersedia: http//abstractive-sense.blogspot.com [01 Februari 2011]

Sandria, A. (2012). Ilmu Negara. [online] tersedia: http//staff.uny.ac.id [06/07/2012]. Tarigan, T. (2008). Pemikiran Filsafat Politik Rousseau. [Online]. Tersedia:


(35)

Vaughan, C. E. (2012). Discourses and the first version of Social Contract. [Online]. Tersedia: http://indowebster.com/guntenberg.net [06 Juli 2012].

Widger, D. (2012). Confessions. [Online]. Tersedia: http://files.libertyfund.org [06Juli2012].


(1)

dengan senang hati. Seseorang yang penuh kecurigaan terhadap mereka yang mencari persahabatan dengan dirinya dan ia pun selalu mempunyai rencana-rencana yang teratur untuk menghianati dan menghancurkan dirinya dengan khayalan-khayalan yang hanya ada pada dirinya saja, namun juga seseorang yang takut akan halnya dosa dan kutukan (Sabine, 1981: 221).

Pemikiran Rousseau dalam bidang politik sangat dipengaruhi oleh Ariestoteles dan Montesqui yang menginginkan pembentukan negara seperti pada jaman Yuani kuno yakni City states atau negara kota dan kecenderung menggunakan soal perasaan moral dibanding akal atau rasio, dimana pada abad pencerahan, Rousseau beraggapan bahwa manusia yang hidup pada abad pencerahaan tidak memiliki perasaan atau emosi yang bergerak berdasarkan rasionya saja. Adapun hasil pemikirannya tentang politik yakni Kontrak sosial. Kontrak sosial adalah akta hukum yang mendasari antara individu-individu untuk masuk dalam suatu masyarakat politik (negara) yang individu-individu tidak lagi menggunakan hak alamiahnya dan hanya patuh kepada keabsahaan kekuasaan, yaitu kehendak umum (rakyat). Sebelum adanya masyarakat politik atau sering disebut sebagai keadaan politik, individu atau manusia hidup dalam keadaan alamiah atau keadaan non sosial. Menurut Rousseau, keadaan alamiah adalah keadaan ketika manusia, yang dalam banyak hal masih mirip dengan binatang, tanpa akal maupun bahasa, hidup terpisah dari sesamanya dan merupakan keadaan damai yang dibuat untuk berlangsung selama-lamanya, namun karena kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya, maka keadaan itu menjadi keadaan perang satu lawan satu yang keabsahaan kekuasaanya hanya berdasarkan kekuataan fisik


(2)

saja, dengan semboyan: “siapa yang kuat dia yang menang”. Oleh karena itu perlu suatu peralihan dari keadaan alamiah ke keadaan politik untuk menjamin keamanan, ketertibaan dan perdamaian. Rousseau pun, mengakui bahwa kebebasan dan kesederajataan manusia yakni dalam keadaan alamiah. Manusia bebas secara alamiah, karena tidak ada manusia yang memiliki otoritas politik terhadap manusia lain, memiliki kemerdekaan mutlak dan hanya menuruti kehendaknya sendiri, sedangkan manusia sederajat secara alamiah karena bertindak sesuai keinginan sendiri dengan tujuan yang ditetapkan sendiri, namun harus di ingat bahwa, konsep keadaan alamiah Rousseau tidak pada kenyataan konteks sejarah manusia. Untuk menjamin keamanan, ketertiban dan perdamaian dibentuklah negara sebagai hasil dari kontrak sosial, yang membedakaan Rousseau dengan Hobbes dimana, menurut Hobbes dalam kontrak sosial memperkuat konsep negara, sedangkan Rousseau memperkuat konsep rakyat sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Dalam legistimasi kekuasaan negara berpangkalan pada Teori Kedaulatan Rakyat, dimana kekuasaan tertinggi atau kedaulatan berada ditangan rakyat yang dibantu oleh kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif yang saling menjalankan punsinya masing-masing. Sistem pemerintahan yang ideal menurut Rousseau adalah negara kota jaman Yunani kuno yang penduduknya sedikit, wilayah atau daerahnya tidak terlalu luas, dan demokrasi langsung.

State of nature merupakan konsep dalam pendidikan Rousseau. Rousseau beranggapan bahwa alam adalah guru terbaik, dimana alam akan mengajarkan manusia tentang kejujuran, kebenaran, dan kualitas perasaan. Hal ini disebabkan


(3)

karena Rousseau tidak menyukai peradaban manusia (bermasyarakat), menurutnya, peradaban manusia menciptakan manusia menjadi sombong, pendusta, keinginan untuk menguasai, dll.

Pengaruh pemikiran Rousseau dalam bidang politik adalah berkembanganya paham Sosialisme, Komunisme dan Totalitarisme, karena melabrak habis lembaga hak milik pribadi. Dalam konteks Revolusis Prancis, pengaruh pemikiran Rousseau dalam bidang politik yakni berlakunya deklarasi hak-hak asasi manusia dan warga negara, lahirnya konsep negara Republik, dan berkembangnya paham demokrasi modern. Namun relefansinya pemikiran politik Rousseau patut dipertanyakan, hal itu disebakan berkembangnya ilmu pengetahuan dan jiwa jama yang berbeda.

Kebaikan Teori Rousseau antara lain sebagai landasan demokrasi modern dan menonjolkan fungsi warga negara dalam masyarakat dan negara. Selain itu, Rousseau mengubah sistem politik penuh kekerasan menjadi musyawarah. Teori Kontrak Sosial-nya, Ia menghendaki bentuk negara di mana keabsahaan kekuasannya di tangan rakyat, berbeda dengan Locke yang keabsahaan kekuasaannya di tangan Individu, dan Hobbes di tangan negara. Sehingga dengan demikian pemikiran Rousseau tentang kontrak sosial membuka jalan bagi berkembanganya demokrasi modern dan kedaulataan rakyat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU:

Abdurrahman, D. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta : Logos.

Budiardjo, M. (1999). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Cole, G. D. H. (2007). The Social Contract, Or Principles Of Political. Terjemahan.

Bero. Jakarta: Visimedia.

Gottschalk. L. (1986). Mengerti Sejarah. Alih Bahasa oleh Nugrorho Notosusanto. Jakarta : Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Hamid, Z. (2009). Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hart, M. H. (1978). Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Husen, I. S. (2002). “Masalah pendidikan di Prancis dalam karya Rabelais, Montaigne, dan Rousseau”. Jurnal Sosial Humaniora.6, (2), 69-75

Ismaun. (2001). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah. Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Benteng Pustaka.

Marihandono, D. (2011). Penerpan Ide Revolusi Prancis di Jawa pada Awal Abad ke XIX. Makalah pada International Conference on Indonesia Studies FIPB UI, Depok.

Sabine, G. H. (1977) Teori-teori Politik (1): Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Binacipta.

Sabine, G. H. (1981) Teori-Teori Politik (2): Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Binacipta.

Sabon, M. B. (1994). Ilmu Negara. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Schmandt, H. J. (2002). Filsafat Politik:kajian historis dari zaman yunani kuno sampai zaman modern. Terjemahan Ahmad Baidlowi dan Imam Bahehaki. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schmid, V. (1980). Para Pemikir Besar Bidang Negara dan Hukum. Terjemahan Wiratno. T. Jakarta: Pustaka Sarjana.


(5)

Siswanto, J. (1998). Sistem-sistem Metafisika Barat: dari Aristoteles sampai Derrida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak. Soehino, (1999). Ilmu Negara. Yogyakarta : Liberty.

Suhelmi, A. (2002). Pemikiran politik barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Suseno, F. M. (1999). Etika Politik. Jakarta : Gramedia.

Suwirta, A. (2001). Sejarah Intelektual: Sebuah Ontologi Tentang Percikan Pemikiran Di Dunia Barat Dan Islam. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Rousseau, J. J. (1989). Perihal Kontrak Sosial atau Prinsip-prinsip Hukum Politik.

Terjemahan Husein. I.S. dan Hidayat. R. Jakarta: Dian rakyat. Varma, S. P. (1999). Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Press.

INTERNET:

Affandi, I. (2012). Filsafat Politik Rousseau. [Online]. Tersedia: http://webcache.googleusercontent.com [21Februari2012].

Cangkir, M. (2011). Aufklarung. [Online]. Tersedia: http://aufklarung13.student.umm.ac.id [09September2011].

Lia, R. (2011). Reflective essay: pemikirsn Thomas Hobbes, John Lcke, dan J.J Rousseau dalam gagasan kontrak soaial. [online] tersedia: http://liarkanpikir.wordpress.com [07 Februari 2011]

Rokhim, A. (2011). Relevansi Pandangan Rousseau Tentang Voting Terhadap Pengambilan Kebijakaan Dewasa Ini. [Online] Tersedia: http://17hari.wordpress.com [21Februari2012].

Sanjaya, A. (2011). Kontrak social dari J.J rousseau. [online] Tersedia: http//abstractive-sense.blogspot.com [01 Februari 2011]

Sandria, A. (2012). Ilmu Negara. [online] tersedia: http//staff.uny.ac.id [06/07/2012]. Tarigan, T. (2008). Pemikiran Filsafat Politik Rousseau. [Online]. Tersedia:


(6)

Vaughan, C. E. (2012). Discourses and the first version of Social Contract. [Online]. Tersedia: http://indowebster.com/guntenberg.net [06 Juli 2012].

Widger, D. (2012). Confessions. [Online]. Tersedia: http://files.libertyfund.org [06Juli2012].