Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur Di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel Periode Juli 2005 - Juni 2006.

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Prevalensi Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Lahir Prematur di Kamar Bayi Rumah Sakit Immanuel

Periode Juli 2005-Juni 2006

Andri Rusdiansyah,2007. Pembimbing I : H. Bambang Hernowo,dr., SpA.M.kes. Pembimbing II : Slamet Santosa, dr., M.Kes.

Asfiksia neonatorum merupakan kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi baru lahir terutama pada bayi prematur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi asfiksia neonatorum pada bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel, serta untuk mengetahui bagaimana hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya asfiksia tersebut.

Penelitian ini bersifat deskriftif, suatu survei retrospektif dengan menggunakan data rekam medis bayi baru lahir di kamar bayi Rumah Sakit Immanuel periode Juli 2005-Juni 2006.

Dari penelitian didapatkan prevalensi bayi lahir prematur adalah 121 (8,56%) bayi dari 1413 bayi baru lahir, prevalensi asfiksia pada bayi lahir prematur 35 (28,92%) bayi yang terdiri dari 30 (24,79%) bayi asfiksia ringan-sedang dan 5 (4,13%) bayi asfiksia berat. Berat badan bayi lahir prematur yang asfiksia berada diantara rentang 1500-2500 g yaitu sebanyak 30 (85,57%) bayi, diantara rentang 1000-1499 g sebanyak 3 (8,57%) bayi, dan < 1000 g sebanyak 2 (5,71%) bayi. Asfiksia lebih banyak terjadi pada bayi yang dilahirkan dengan seksio sesaria yaitu sebesar 19 (54,28%) bayi daripada cara persalinan spontan sebesar 13 (37,14%) bayi dan cara persalinan dengan vakum ekstrasi sebesar 3 (8,57%) bayi. Faktor resiko ibu terbanyak pada preeklamsia berat 9 (25,71%) bayi, sedangkan faktor resiko bayi terbanyak adalah plasenta previa 5 (19,28%) bayi. Diagnosa akhir bayi lahir prematur yang asfiksia adalah membaik dan diijinkan pulang 23 (65,71%) bayi, pulang paksa 7 (20%) bayi, dan yang meninggal dunia 5 (14,29%) bayi

Prevalensi bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel adalah 121 (8,56%) bayi. Prevalensi asfiksia neonatorum pada bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel yaitu 35 (28,92%) bayi. Maturitas bayi, cara persalinan dan faktor-faktor resiko dari ibu dan bayi mempengaruhi prevalensi dari asfiksia.

Dengan mengetahui prevalensi asfiksia neonatorum pada bayi lahir prematur dan faktor resiko yang menyebabkan asfiksia, diharapkan prevalensi bayi lahir prematur bisa diturunkan sehingga prevalensi asfiksia di Rumah Sakit Immanuel menurun.


(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Prevalence of Neonatal Asphyxia in Prematurely Born Baby in Nursery Room Immanuel Hospital

From July 2005 to Juni 2006

Andri Rusdiansyah, 2007. Tutor I : H. Bambang Hernowo, dr., Spa.M.Kes. Tutor II : Slamet Santosa, dr., M.Kes

Neonatal asphyxia represent a condition where a baby cannot breathe spontaneously and regularly immediately after birth. Asphyxia is one of the major causes of death in prematurely born baby.

The objective of this research is to know the prevalence of neonatal asphyxia in prematurely born baby at Immanuel Hospital, and to know the relationship between the prematurity and the neonatal asphyxia.

This research is a descriptive research, and a retrospective survey using the medical record data of newly born baby in Immanuel Hospital nursery room from July 2005-Juni 2006.

From this research, it is found that the prevalence of prematurely born baby is 121 (8,56%) babies from 1413 born baby. The prevalence of neonatal asphyxia in Prematurely born baby 35 (28,92%) babies, that consist of 30 (24,79%) babies with mild-moderate asphyxia and 5 (4,13%) babies with severe asphyxia. The birth weight of prematurely born baby with asphyxia is between 1500-2500 g which is 30 (85,57%) babies, between 1000-1499 g which is 3 (8,57%) babies, and < 1000 g which is 2 (5,71%) babies. Asphyxia is more often found in babies delivered by caesarean section (SC) which is 19 (54,28%) babies than in babies delivered spontaneously which is 13 (37,14%) babies and babies delivered with VE 3 (8,57%) babies. While the greatest mother risk factor is from mother with PEB 9 (25,71%) babies, and the greatest infant risk factor in babies with placenta previa 5 (19,28%) babies. The final diagnosis of prematurely born baby with asphyxia are recovered and permitted to go home 23 (65,71%) babies, taken home by their parents’ will 7 (20%) babies, and dead 5 (14,29%) babies.

The Prevalence of prematurely born baby in Immanuel Hospital is 121 (8,56%) babies. The prevalence of neonatal asphyxia in prematurely born baby in Immanuel Hospital is 35 (28,92%) babies. The maturity of the baby, the way of delivery, and risk factor mother & infant affect the prevalence of asphyxia.

Given the prevalence of neonatal asphyxia in prematurely born baby and the risk factor causing neonatal asphyxia, it is expected that prevalence of prematurely born baby can be decreased, so that the prevalence of neonatal asphyxia decrease as well.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

Daftar Isi

Lembar Persetujuan……… ii

Surat Pernyataan………. iii

Abstrak……….... iv

Abstract……… v

Kata Pengantar………. vi

Daftar Isi……….. viii

Daftar Gambar………. x

Daftar Tabel………. xi

Daftar Diagram... xii

Daftar Lampiran………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………..……… 1

1.2Identifikasi Masalah………..……… 2

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………..……….... 2

1.4Kegunaan Penelitian………..……….... 2

1.5Metode Penelitian………..……… 2

1.6Lokasi dan Waktu………..……… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernapasan Pertama Pada Janin dan Neonatus 2.1.1 Pernafasan Pertama………... 4

2.1.2 Kegagalan Pada Pernafasan Pertama………..….. 8

2.2 Prematuritas 2.2.1 Definisi……….……… 8

2.2.2 Etiologi………. 10

2.2.3 Komplikasi………... 11

2.2.4 Penatalaksanaan Bayi Lahir Prematur………...….. 15

2.3 Asfiksia 2.3.1 Definisi……….………. 19

2.3.2 Etiologi………..… 19

2.3.3 Komplikasi………... 23

2.3.4 Penatalaksanaan Asfiksia Neonatus……….. 25

2.4 Hubungan Asfiksia Neonatus dengan Kelahiran Prematur………... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……….. 31


(4)

Universitas Kristen Maranatha BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi Bayi Prematur………... 32

4.2 Prevalensi Asfiksia Pada Bayi Prematur………... 32

4.3 Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Prematur Dengan Terjadinya Asfiksia ………... 33

4.4 Hubungan Antara Proses Persalinan Bayi Lahir Prematur Dengan Terjadinya Asfiksia ………... 34

4.5 Hubungan Antara Asfiksia dengan Faktor Resiko yang Mempengaruhinya... ... 35

4.6 Angka Kematian Asfiksia Pada Bayi Lahir Prematur... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..………... 38

5.2 Saran………... 38

Daftar Pustaka……….... .. 39

Lampiran………... 41


(5)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cairan Dalam Alveoli dan Pembuluh Darah yang Kontriksi

Sebelum Lahir... 4

Gambar 2.2 Aliran Darah yang Melalui Duktus Arteriosus dan Keluar dari Paru-Paru... 5

Gambar 2.3 Cairan Dalam Alveoli Digantikan Oleh Udara... 5

Gambar 2.4 Dilatasi Pembuluh Darah Paru Pada Saat Lahir... 6

Gambar 2.5 Penghentian Aliran Melalui Duktus Arteriosus Setelah Lahir... 7

Gambar 2.6 Mengeringkan dan Menyingkirkan Kain Basah dan Meletakan Kepala Pada Posisi yang Benar... 26

Gambar 2.7 Sungkup Ukuran Tepat dan Salah... 26

Gambar 2.8a Dua Teknik Pada Kompresi Dada... 27


(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian Skor APGAR... 21 Tabel 4.1 Karakteristik Dasar Subjek Penelitian... 33 Tabel 4.2 Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Prematur Dengan Terjadinya

Asfiksia... 34 Tabel 4.3 Hubungan Antara Proses Persalinan Bayi Lahir Prematur Dengan

Terjadinya Asfiksia... 35 Tabel 4.4 Hubungan Antara Asfiksia dengan Faktor Resiko yang

Mempengaruhinya... 36 Tabel 4.5 Angka Kematian Asfiksia Pada Bayi Lahir Prematur... 37


(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 Kurva Hubungan Antara Berat Badan dan Umur Kehamilan... 9 Diagram 2.2 Skema Perubahan-Perubahan yang Terjadi Selama Proses

Asfiksia... 22 Diagram 2.3 Algoritma Resusitasi Bayi Baru Lahir... 28 Diagram 2.4 Hubungan Antara Asfiksia dengan Kelahiran Prematur... 30


(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN


(9)

(10)

41

Lampiran 1

No Nama ibu

Umur Ibu

(Tahun) Jenis Persalinan

Jenis Kelamin Bayi Berat Badan Lahir (gram) Massa Gestasi

(Minggu) APGAR skor 5' Faktor Resiko

Diagnosis Akhir

0-3 4-7

1 Ny X 22 Vakum Ektraksi L 1900 32 * Preeklamsia berat Sembuh

2 Ny X 25 Spontan L 1500 28 * - Sembuh

3 Ny X 23 Seksio Saesaria P 1800 32 * Preeklamsia berat Sembuh

4 Ny X 24 Seksio Saesaria P 1900 30 * KPSW Sembuh

5 Ny X 33 Seksio Saesaria L 1700 34 * Preeklamsia berat Sembuh

6 Ny X 22 Spontan L 1000 28 * - Meninggal

7 Ny X 23 Seksio Saesaria L 1600 28 * Preeklamsia berat Sembuh

8 Ny X 29 Seksio Saesaria L 1500 28 *

Gamelli, PTM,

KPSW Sembuh

9 Ny X 29 Seksio Saesaria L 1500 28 *

Gamelli, PTM,

KPSW Sembuh

10 Ny X 36 Spontan L 1800 28 * -

Pulang Paksa


(11)

42

Lampiran 2

No Nama ibu

Umur Ibu

(Tahun) Jenis Persalinan

Jenis Kelamin Bayi Berat Badan Lahir (gram) Massa Gestasi

(Minggu) APGAR skor 5' Faktor Resiko

Diagnosis Akhir

0-3 4-7

11 Ny X 32 Spontan P 1650 28 *

DM, Plasenta Previa

Pulang Paksa

12 Ny X 26 Spontan L 1900 32 * - Sembuh

13 Ny X 37 Spontan L 1700 33 * - Sembuh

14 Ny X 23 Seksio Saesaria P 1500 28 * - Sembuh

15 Ny X 28 Seksio Saesaria L 1800 32 * Plasenta Previa Sembuh 16 Ny X 30 Seksio Saesaria P 1700 30 * Plasenta Previa Sembuh 17 Ny X 39 Seksio Saesaria P 1500 28 * Plasenta Previa Sembuh 18 Ny X 30 Seksio Saesaria L 1000 28 * Preeklamsia berat Meninggal 19 Ny X 40 Seksio Saesaria P 1600 32 * Plasenta Previa Sembuh

20 Ny X 22 Spontan P 900 26 * Preeklamsia berat Meninggal

21 Ny X 23 Seksio Saesaria P 1200 24 * Preeklamsia berat Meninggal


(12)

43

Lampiran 3

No Nama ibu

Umur Ibu

(Tahun) Jenis Persalinan

Jenis Kelamin Bayi Berat Badan Lahir (gram) Massa Gestasi

(Minggu) APGAR skor 5' Faktor Resiko

Diagnosis Akhir

0-3 4-7

23 Ny X 27 Spontan L 2300 35 * - Sembuh

24 Ny X 26 Seksio Saesaria L 1500 32 * - Sembuh

25 Ny X 38 Seksio Saesaria P 800 24 * Preeklamsia berat

Pulang Paksa

26 Ny X 29 Seksio Saesaria L 1600 28 * -

Pulang Paksa

27 Ny X 31 Spontan P 1700 28 * - Sembuh

28 Ny X 22 Vakum Ektraksi L 2000 32 * -

Pulang Paksa

29 Ny X 24 Seksio Saesaria L 2000 28 * - Sembuh

30 Ny X 28 Spontan L 2300 35 * -

Pulang Paksa


(13)

44

Lampiran 4

No Nama ibu

Umur Ibu

(Tahun) Jenis Persalinan

Jenis Kelamin

Bayi

Berat Badan

Lahir (gram)

Massa Gestasi

(Minggu) APGAR skor 5' Faktor Resiko

Diagnosis Akhir

0-3 4-7

31 Ny X 21 Spontan P 1500 32 * -

Pulang Paksa

32 Ny X 26 Seksio Saesaria L 1500 28 * - Sembuh

33 Ny X 36 Spontan L 2400 34 * - Sembuh

34 Ny X 27 Vakum Ektraksi L 2400 30 * Preeklamsia berat Sembuh


(14)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kelahiran prematur sampai saat ini masih merupakan masalah penting pada bidang reproduksi manusia. Kelahiran prematur ini secara langsung bertanggung jawab atas 75-90% kematian neonatal yang tidak disebabkan oleh kelainan kongenital letal (Noroyono, 1997). Salah satu penyebab utama kematian prematur adalah asfiksia (A.H Markum,1999). Asfiksia adalah kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir karena gangguan peredaran darah plasental baik akut maupun kronis. (Levene, 2001).

Dalam klinis, derajat asfiksia dinilai dengan menggunakan skor Apgar. Maturitas organ memiliki pengaruh yang besar terhadap skor Apgar. Tonus otot yang lemah, tidak ada atau lemahnya refleks, serta usaha napas yang masih lemah akibat defisiensi surfaktan pada paru merupakan kondisi yang sering dijumpai pada bayi prematur yang akan menghasilkan skor Apgar rendah saat dilakukan penilaian. Immaturitas organ atau sistem pada bayi tersebut karena lahir sebelum waktunya, sehingga fungsi homeostasis belum sempurna. Imaturitas tersebut adalah imaturitas struktural dan fungsional. (Hans E Monintja,1997)

Asfiksia sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurologi. Insidensi asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5% tergantung dari masa gestasi dan berat lahir.Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5%, sedangkan pada bayi prematur 0,6%.(Abdurachman Sukadi, 2000)

Lebih tingginya angka kejadian asfiksia pada bayi prematur dibandingkan dengan dengan bayi matur membuat penulis merasa tertarik untuk mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi prematur di Rumah Sakit Immanuel, etiologi, faktor resiko dan hubungan asfiksia dengan kelahiran prematur.


(15)

2 Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

1. Berapakah prevalensi bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel 2. Berapakah prevalensi asfiksia pada bayi yang lahir prematur di Rumah

Sakit Immanuel

3. Bagaimana hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya asfiksia 4. Faktor apa saja yang bisa menyebabkan meningkatnya prevalensi asfiksia

pada bayi lahir prematur

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud :

Mengetahui lebih mendalam tentang gambaran asfiksia pada bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel.

Tujuan :

1. Ingin mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel.

2. Ingin mengetahui hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya asfiksia.

3. Ingin mengetahui faktor apa saja menyebabkan meningkatnya prevalensi asfiksia pada bayi lahir prematur.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Memberikan informasi kepada pembaca tentang gambaran asfiksia pada bayi yang lahir prematur dan cara penanganannya di Rumah Sakit Immanuel.

1.5Metodologi

Penelitian ini bersifat deskriftif, suatu survei retrospektif dengan menggunakan data rekam medis bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel periode Juli 2005-Juni 2006


(16)

3 Universitas Kristen Maranatha 1.6Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2006-Januari 2007. Lokasi penelitian di Rumah Sakit Immanuel Bandung.


(17)

Universitas Kristen Maranatha 38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Prevalensi bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel adalah 121 (8,56%) bayi.

2. Prevalensi asfiksia pada bayi lahir Prematur di Rumah Sakit Immanuel sangat tinggi yaitu 35 (28,92%) bayi.

3. Surfaktan mempunyai hubungan dengan terjadinya asfiksia.

4. Maturitas bayi, cara persalinan, dan faktor-faktor resiko dari ibu dan bayi mempengaruhi prevalensi asfiksia.

5.2. Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai dengan penelitian yang telah ada sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sempel yang lebih banyak dan diharapkan penulisan data rekam medis yang lengkap serta penyimpanan data rekam medis tersebut harap lebih diperhatikan jangan sampai hilang.

2. Dengan mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi lahir prematur diharapkan prevalensi bayi lahir prematur bisa diturunkan sehingga prevalensi asfiksia menurun.

3. Dengan mengetahui faktor resiko asfiksia neonatorum, diharapkan keputusan perujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat sehingga pelaksanaan resusitasi bayi yang memiliki faktor resiko tersebut dapat dilakukan secara optimal.


(18)

Universitas Kristen Maranatha 39

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latief dkk. 1985. Asfiksia Neonatorum Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Abdurachman Sukadi. 2005. Perinatologi. Dalam: Herry Garna., Heda Melinda:

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Bandung:

Balai Penerbit FKUP/RSHS.

Americans Academy of Pediatrics. 1996. Use and Abuse of the Apgar Score. J Pediart. 141-142

Asril Aminullah. 1997. Konsekuensi Kelainan Sistemik Berbagai Organ Tubuh Akibat Hipoksia dan Iskemia Neonatus. Dalam: Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

A.H. Markum. 1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 224-228

Hans E Monintja. 1997. Beberapa Aspek Kebutuhan Bayi Kurang Bulan. Dalam:

Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Imral Chair. 1997. Resusitasi Bayi Baru Lahir dan Beberapa Masalah Pada Kelahiran Kurang Bulan. Dalam: Penanganan Mutahir Bayi Prematur.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Levene MI. 2001. The Asphyxiated Newborn Infant, Fetal and Neonatal Neurology and Neurosurgery. 3rd edition. Churchill Livingstone.

Noroyono Wibowo. 1997. Resiko dan Pencegahan Kelahiran Prematur. Dalam:

Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Novita Dewi., Dwikisworo Setyowireni., Achmad Surjono. 2005. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum pada Bayi Cukup Bulan. Berkala Ilmu Kedokteran,

3(37): 143-9

Perinasia. 2001. Buku Panduan Resusitasi Neonatus. In: Textbook of Neonatal Resuscitation. Edisi IV. American Academy of Pediatrics and American Heart Association.

Rachma Fazwa Budjang. 2002. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Hanifa Wiknjosastro., Abdul Bari Saifuddin., Trijatmo Rachimhadhi: Ilmu

Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


(19)

Universitas Kristen Maranatha 40

Robert M. Kliegman. 1999. Janin dan Bayi Neonatus. Dalam: A. Samik Wahab:

Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XV. Jakarta: EGC

Wiku Andonoto M.D., Muhamad Thohar Arifin M.D., 2006 Kurang Gizi Pada Ibu Hamil.,

Http://io.ppi-jepang.org/article.php., September 27th, 2006

William W.H., Anthony R.H., Myron J. Levin., Judith M. 2003. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 6th edition. Mc Graw Hill.


(1)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kelahiran prematur sampai saat ini masih merupakan masalah penting pada bidang reproduksi manusia. Kelahiran prematur ini secara langsung bertanggung jawab atas 75-90% kematian neonatal yang tidak disebabkan oleh kelainan kongenital letal (Noroyono, 1997). Salah satu penyebab utama kematian prematur adalah asfiksia (A.H Markum,1999). Asfiksia adalah kondisi dimana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir karena gangguan peredaran darah plasental baik akut maupun kronis. (Levene, 2001).

Dalam klinis, derajat asfiksia dinilai dengan menggunakan skor Apgar. Maturitas organ memiliki pengaruh yang besar terhadap skor Apgar. Tonus otot yang lemah, tidak ada atau lemahnya refleks, serta usaha napas yang masih lemah akibat defisiensi surfaktan pada paru merupakan kondisi yang sering dijumpai pada bayi prematur yang akan menghasilkan skor Apgar rendah saat dilakukan penilaian. Immaturitas organ atau sistem pada bayi tersebut karena lahir sebelum waktunya, sehingga fungsi homeostasis belum sempurna. Imaturitas tersebut adalah imaturitas struktural dan fungsional. (Hans E Monintja,1997)

Asfiksia sering menimbulkan gejala sisa berupa kelainan neurologi. Insidensi asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0-1,5% tergantung dari masa gestasi dan berat lahir.Insidensi asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5%, sedangkan pada bayi prematur 0,6%.(Abdurachman Sukadi, 2000)

Lebih tingginya angka kejadian asfiksia pada bayi prematur dibandingkan dengan dengan bayi matur membuat penulis merasa tertarik untuk mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi prematur di Rumah Sakit Immanuel, etiologi, faktor resiko dan hubungan asfiksia dengan kelahiran prematur.


(2)

2 Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

1. Berapakah prevalensi bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel 2. Berapakah prevalensi asfiksia pada bayi yang lahir prematur di Rumah

Sakit Immanuel

3. Bagaimana hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya asfiksia 4. Faktor apa saja yang bisa menyebabkan meningkatnya prevalensi asfiksia

pada bayi lahir prematur

1.3Maksud dan Tujuan Maksud :

Mengetahui lebih mendalam tentang gambaran asfiksia pada bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel.

Tujuan :

1. Ingin mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel.

2. Ingin mengetahui hubungan bayi lahir prematur dengan terjadinya asfiksia.

3. Ingin mengetahui faktor apa saja menyebabkan meningkatnya prevalensi asfiksia pada bayi lahir prematur.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Memberikan informasi kepada pembaca tentang gambaran asfiksia pada bayi yang lahir prematur dan cara penanganannya di Rumah Sakit Immanuel.

1.5Metodologi

Penelitian ini bersifat deskriftif, suatu survei retrospektif dengan menggunakan data rekam medis bayi yang lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel periode Juli 2005-Juni 2006


(3)

3 Universitas Kristen Maranatha 1.6Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Mei 2006-Januari 2007. Lokasi penelitian di Rumah Sakit Immanuel Bandung.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Prevalensi bayi lahir prematur di Rumah Sakit Immanuel adalah 121 (8,56%) bayi.

2. Prevalensi asfiksia pada bayi lahir Prematur di Rumah Sakit Immanuel sangat tinggi yaitu 35 (28,92%) bayi.

3. Surfaktan mempunyai hubungan dengan terjadinya asfiksia.

4. Maturitas bayi, cara persalinan, dan faktor-faktor resiko dari ibu dan bayi mempengaruhi prevalensi asfiksia.

5.2. Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai dengan penelitian yang telah ada sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sempel yang lebih banyak dan diharapkan penulisan data rekam medis yang lengkap serta penyimpanan data rekam medis tersebut harap lebih diperhatikan jangan sampai hilang.

2. Dengan mengetahui prevalensi asfiksia pada bayi lahir prematur diharapkan prevalensi bayi lahir prematur bisa diturunkan sehingga prevalensi asfiksia menurun.

3. Dengan mengetahui faktor resiko asfiksia neonatorum, diharapkan keputusan perujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat sehingga pelaksanaan resusitasi bayi yang memiliki faktor resiko tersebut dapat dilakukan secara optimal.


(5)

Universitas Kristen Maranatha 39

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latief dkk. 1985. Asfiksia Neonatorum Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3. Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Abdurachman Sukadi. 2005. Perinatologi. Dalam: Herry Garna., Heda Melinda:

Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Bandung:

Balai Penerbit FKUP/RSHS.

Americans Academy of Pediatrics. 1996. Use and Abuse of the Apgar Score. J Pediart. 141-142

Asril Aminullah. 1997. Konsekuensi Kelainan Sistemik Berbagai Organ Tubuh Akibat Hipoksia dan Iskemia Neonatus. Dalam: Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

A.H. Markum. 1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 224-228

Hans E Monintja. 1997. Beberapa Aspek Kebutuhan Bayi Kurang Bulan. Dalam:

Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Imral Chair. 1997. Resusitasi Bayi Baru Lahir dan Beberapa Masalah Pada Kelahiran Kurang Bulan. Dalam: Penanganan Mutahir Bayi Prematur.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Levene MI. 2001. The Asphyxiated Newborn Infant, Fetal and Neonatal Neurology and Neurosurgery. 3rd edition. Churchill Livingstone.

Noroyono Wibowo. 1997. Resiko dan Pencegahan Kelahiran Prematur. Dalam:

Penanganan Mutahir Bayi Prematur. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Novita Dewi., Dwikisworo Setyowireni., Achmad Surjono. 2005. Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum pada Bayi Cukup Bulan. Berkala Ilmu Kedokteran,

3(37): 143-9

Perinasia. 2001. Buku Panduan Resusitasi Neonatus. In: Textbook of Neonatal Resuscitation. Edisi IV. American Academy of Pediatrics and American Heart Association.

Rachma Fazwa Budjang. 2002. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Hanifa Wiknjosastro., Abdul Bari Saifuddin., Trijatmo Rachimhadhi: Ilmu

Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


(6)

Universitas Kristen Maranatha 40

Robert M. Kliegman. 1999. Janin dan Bayi Neonatus. Dalam: A. Samik Wahab:

Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XV. Jakarta: EGC

Wiku Andonoto M.D., Muhamad Thohar Arifin M.D., 2006 Kurang Gizi Pada Ibu Hamil.,

Http://io.ppi-jepang.org/article.php., September 27th, 2006

William W.H., Anthony R.H., Myron J. Levin., Judith M. 2003. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 6th edition. Mc Graw Hill.