KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM PADA TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM PADA BAYI BARU LAHIR
Jurnal Kesehatan Almuslim, Vol.III No.5 • Agustus 2017
ISSN: 2460-7134
KEJADI AN ASFI KSI A NEONATORUM PADA TI NDAKAN
EKSTRAKSI VAKUM PADA BAYI BARU LAHI R
Desi Widiyanti1, Ratna Dewi2
1
Dosen Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Kebidanan
Dosen Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Kebidanan
Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Kota Bengkulu
Email: [email protected], [email protected]
2
ABSTRACT
Neonatal asphyxia is one of the causes of infant mortality, one of which is caused by vacuum extraction.
The incidence of neonatal asphyxia in Bengkulu dr.M.Yunus Hospital in 2013 was 17.06%. This study
aims to determine the relationship of vacuum extraction with neonatal asphyxia in newborns in dr. M.
Yunus Bengkulu in 2013. This type of research is analytic survey with case control design. The population
is all newborns in 2013 at the Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu in 2257 amounted baby. The total sample
of 770 consisting of 385 samples in total sampling cases and 385 control samples systematic random
sampling. The study was conducted at room C1 Midwifery dr. M. Yunus Bengkulu in July 2014. The data
was collected using secondary data, the data were analyzed using univariate and bivariate. The result
showed a small fraction (8.1%) women giving birth with vacuum extraction and a small proportion
(11.4%) neonatal asphyxia infants born with vacuum extraction. Chi-square test results to be obtained no
significant relationship between vacuum extraction delivery with neonatal asphyxia.
Keywords: neonatal asphyxia, vacuum extraction
.
1. Pendahuluan
Kematian maternal dan neonatal merupakan salah
satu masalah kesehatan yang terus menjadi
perhatian masyarakat. Angka kematian bayi
(AKB) merupakan salah satu indikator sensitif
untuk menilai derajat kesehatan masyarakat
(Wiknjosastro, 2007). AKB yang dimiliki Indonesia menurut The UN-Inter Agency Group for
Child Mortality Estimates (IGME) tahun 2011
adalah 24,8 kematian per 1.000 kelahiran hidup
pada 2011. Meski AKB di Indonesia terus menurun tiap tahun, namun tingkat kematian bayi di
Indonesia masih tergolong tinggi jika disbandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu
4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih
tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari
Thailand (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Menurut laporan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2011, kematian bayi baru lahir
usia 0-28 hari disebabkan oleh prematuritas (21%),
asfiksia dan trauma lahir (17%), pneumonia
(12%), Sepsis (12%), kelainan kongenital (11%)
dan lain-lain (tetanus neonatorum, infeksi lain)
(26%) (Depkes RI, 2012). Pada hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
didapatkan data AKB sebesar 32 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat
dari semua kematian balita terjadi dalam tahun
pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian
bayi terjadi pada periode neonatus. Walaupun
angka ini telah turun dari tahun 2007 dengan AKB
yang berjumlah 34/1000 kelahiran hidup,
penurunan ini masih jauh dari target MDG’s tahun
2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23
per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Salah satu penyebab Kematian neonatus tersering
adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum
merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk
apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga dapat menimbulkan kematian.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi ber-
Desi Widiyanti, Ratna Dewi | Kejadian Asfiksia Neonatorum pada tindakan Ekstraksi vakum pada bayi . . .
1
Jurnal Kesehatan Almuslim, Vol.III No.5 • Agustus 2017
ISSN: 2460-7134
tujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul (Wiknjosastro, 2007).
2. Tinjauan Teori
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Suardi A
(2009) di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung,
menyimpulkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejadian asfiksia dengan ekstraksi vakum
saling berkaitan, karena indikasi waktu pada persalinan ekstraksi vakum ini menunjukkan adanya
indikasi gawat janin yang penanganannya harus
segera dilakukan tindakan untuk mengeluarkan
bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Sumini (2008), didapatkan hasil ada hubungan
antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia
dimana bayi baru lahir dengan persalinan tindakan
lebih berisiko terjadinya asfiksia dibanding dengan
bayi yang dilahirkan dengan persalinan normal.
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI
(Ikatatan Dokter Anak Indonesia)adalah kegagalan
nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu pada tahun 2012 dari sebanyak 33.184
kelahiran hidup di Provinsi Bengkulu terdapat 225
bayi lahir mati dan jumlah kematian bayi sebesar
355. AKB per 1.000 kelahiran hidup di Provinsi
Bengkulu pada tahun 2012 10,7/1000 kelahiran
hidup. Angka kematian balita (AKABA) 11,8/
1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi
Bengkulu, 2012).
Berdasarkan data Profil Kese-hatan
Kota
Bengkulu pada tahun 2012, kematian bayi
berjumlah 47 orang dan bayi lahir mati berjumlah
24 orang. AKB per 1.000 kelahiran hidup di Kota
Bengkulu pada tahun 2012 sebesar 8,5/1000
kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kota Bengkulu,
2012).
Berdasarkan data RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
pada tahun 2011 kejadian asfiksia terdapat 127
kasus (6,25%) dari 2029 ibu bersalin. Pada tahun
2012 kejadian asfiksia 371 kasus (14,89%) dari
2492 ibu bersalin. Tahun 2013 kejadian asfiksia
385 kasus (17,06%) dari 2257 ibu bersalin.
Berdasarkan survey tanggal 24-30 November
2013, peneliti menemukan 9 bayi yang mengalami
asfiksia, 3 diantarnya dilahirkan dengan ekstraksi
vakum, 3 bayi lahir secara spontan, 2 bayi
dilahirkan secara secsio sesarea dan 1 bayi dengan
ekstraksi forcep. Berdasarkan data diatas angka
kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan ekstraksi vakum dengan asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu tahun 2013.
Asfiksia Neonatorum
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh kurangnya O2 pada udara
respirasi, yang ditandai dengan: 1) Asidosis (pH
ISSN: 2460-7134
KEJADI AN ASFI KSI A NEONATORUM PADA TI NDAKAN
EKSTRAKSI VAKUM PADA BAYI BARU LAHI R
Desi Widiyanti1, Ratna Dewi2
1
Dosen Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Kebidanan
Dosen Poltekkes Kemenkes Bengkulu Jurusan Kebidanan
Jalan Indragiri Nomor 03 Padang Harapan Kota Bengkulu
Email: [email protected], [email protected]
2
ABSTRACT
Neonatal asphyxia is one of the causes of infant mortality, one of which is caused by vacuum extraction.
The incidence of neonatal asphyxia in Bengkulu dr.M.Yunus Hospital in 2013 was 17.06%. This study
aims to determine the relationship of vacuum extraction with neonatal asphyxia in newborns in dr. M.
Yunus Bengkulu in 2013. This type of research is analytic survey with case control design. The population
is all newborns in 2013 at the Hospital Dr. M. Yunus Bengkulu in 2257 amounted baby. The total sample
of 770 consisting of 385 samples in total sampling cases and 385 control samples systematic random
sampling. The study was conducted at room C1 Midwifery dr. M. Yunus Bengkulu in July 2014. The data
was collected using secondary data, the data were analyzed using univariate and bivariate. The result
showed a small fraction (8.1%) women giving birth with vacuum extraction and a small proportion
(11.4%) neonatal asphyxia infants born with vacuum extraction. Chi-square test results to be obtained no
significant relationship between vacuum extraction delivery with neonatal asphyxia.
Keywords: neonatal asphyxia, vacuum extraction
.
1. Pendahuluan
Kematian maternal dan neonatal merupakan salah
satu masalah kesehatan yang terus menjadi
perhatian masyarakat. Angka kematian bayi
(AKB) merupakan salah satu indikator sensitif
untuk menilai derajat kesehatan masyarakat
(Wiknjosastro, 2007). AKB yang dimiliki Indonesia menurut The UN-Inter Agency Group for
Child Mortality Estimates (IGME) tahun 2011
adalah 24,8 kematian per 1.000 kelahiran hidup
pada 2011. Meski AKB di Indonesia terus menurun tiap tahun, namun tingkat kematian bayi di
Indonesia masih tergolong tinggi jika disbandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu
4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih
tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari
Thailand (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Menurut laporan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2011, kematian bayi baru lahir
usia 0-28 hari disebabkan oleh prematuritas (21%),
asfiksia dan trauma lahir (17%), pneumonia
(12%), Sepsis (12%), kelainan kongenital (11%)
dan lain-lain (tetanus neonatorum, infeksi lain)
(26%) (Depkes RI, 2012). Pada hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
didapatkan data AKB sebesar 32 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Lebih dari tiga perempat
dari semua kematian balita terjadi dalam tahun
pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian
bayi terjadi pada periode neonatus. Walaupun
angka ini telah turun dari tahun 2007 dengan AKB
yang berjumlah 34/1000 kelahiran hidup,
penurunan ini masih jauh dari target MDG’s tahun
2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23
per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
Salah satu penyebab Kematian neonatus tersering
adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum
merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk
apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga dapat menimbulkan kematian.
Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi ber-
Desi Widiyanti, Ratna Dewi | Kejadian Asfiksia Neonatorum pada tindakan Ekstraksi vakum pada bayi . . .
1
Jurnal Kesehatan Almuslim, Vol.III No.5 • Agustus 2017
ISSN: 2460-7134
tujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya
dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul (Wiknjosastro, 2007).
2. Tinjauan Teori
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Suardi A
(2009) di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung,
menyimpulkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejadian asfiksia dengan ekstraksi vakum
saling berkaitan, karena indikasi waktu pada persalinan ekstraksi vakum ini menunjukkan adanya
indikasi gawat janin yang penanganannya harus
segera dilakukan tindakan untuk mengeluarkan
bayi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Sumini (2008), didapatkan hasil ada hubungan
antara jenis persalinan dengan kejadian asfiksia
dimana bayi baru lahir dengan persalinan tindakan
lebih berisiko terjadinya asfiksia dibanding dengan
bayi yang dilahirkan dengan persalinan normal.
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI
(Ikatatan Dokter Anak Indonesia)adalah kegagalan
nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu pada tahun 2012 dari sebanyak 33.184
kelahiran hidup di Provinsi Bengkulu terdapat 225
bayi lahir mati dan jumlah kematian bayi sebesar
355. AKB per 1.000 kelahiran hidup di Provinsi
Bengkulu pada tahun 2012 10,7/1000 kelahiran
hidup. Angka kematian balita (AKABA) 11,8/
1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi
Bengkulu, 2012).
Berdasarkan data Profil Kese-hatan
Kota
Bengkulu pada tahun 2012, kematian bayi
berjumlah 47 orang dan bayi lahir mati berjumlah
24 orang. AKB per 1.000 kelahiran hidup di Kota
Bengkulu pada tahun 2012 sebesar 8,5/1000
kelahiran hidup (Profil Kesehatan Kota Bengkulu,
2012).
Berdasarkan data RSUD dr. M. Yunus Bengkulu
pada tahun 2011 kejadian asfiksia terdapat 127
kasus (6,25%) dari 2029 ibu bersalin. Pada tahun
2012 kejadian asfiksia 371 kasus (14,89%) dari
2492 ibu bersalin. Tahun 2013 kejadian asfiksia
385 kasus (17,06%) dari 2257 ibu bersalin.
Berdasarkan survey tanggal 24-30 November
2013, peneliti menemukan 9 bayi yang mengalami
asfiksia, 3 diantarnya dilahirkan dengan ekstraksi
vakum, 3 bayi lahir secara spontan, 2 bayi
dilahirkan secara secsio sesarea dan 1 bayi dengan
ekstraksi forcep. Berdasarkan data diatas angka
kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu mengalami peningkatan setiap
tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan ekstraksi vakum dengan asfiksia
neonatorum pada bayi baru lahir di RSUD dr. M.
Yunus Bengkulu tahun 2013.
Asfiksia Neonatorum
Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh kurangnya O2 pada udara
respirasi, yang ditandai dengan: 1) Asidosis (pH