cerita anak dari penjara

Restorative justice MOVEMENT

Pengalaman Pendampingan
Anak dalam Penjara

CERITA ANAK
DARI PENJARA
Agus Noor Alamsyah
Dan Satriana
Distia Aviandari
Editor
Moh. Syafari Firdaus

Ce rita An a k d a ri Pe n ja ra
Pengalam an Pendam pingan Anak dalam Penjara
P e n u lis :
Agus Noor Alam syah
Dan Satriana
Distia Avian dari
Ko n s u lta n :
Budhi Supriatn a

Ed ito r:
Moh. Syafari Firdaus
La y o u t:
Taufik H idayat
Ilu s tra s i:
Eddie B. H an don o
D ite rbitka n a ta s ke rja s a m a :
Lem baga Advokasi H ak An ak (LAH A)
kalyANam an dira
Yayasan Saudara Sejiwa
D id u ku n g:
Save the Children
Bu ku in i d a p a t d ip e ro le h d i:
Le m ba ga Ad vo ka s i H a k An a k ( LAH A)
J l. Cikaso Barat II No. 11 Ban dun g 40 121
Telp/ Fax: +62-22-72160 0 9 Em ail: lahabdg@in dosat.n et.id
ka lyAN a m a n d ira
J l. Kliningan III No. 9 B Bandung 40 264
Telp: +62-22-73230 0 3 Em ail: kalyan am an dira@yahoo.co.uk
Ya ya s a n S a u d a ra S e jiw a

J l. Neglarasa No. 138 RT 0 4 RW 0 5
Kel. Pasan ggrahan Kec. Ujun gberun g Kota Ban dun g
Telp/ Fax: +62-22-78 31611 Em ail: yss.bdg@plasa.com
S KEPO
J alan Durm a 1/ 7 Ban dun g
Telp/ Fax: +62-22-730 1169 Em ail:skepo@in do.n et.id
S tu d io D riya Me d ia
J l Ancol Tim ur XIV No 1 Bandung 40 254 INDONESIA
Telp.+62-22-520 2471 Fax.+62-22-5228 273
Em ail: ybm -sdm @in do.n et.id

PEN GAN TAR PEN ERBIT

An a k n a k a l. De m ik ia n s e b u t a n u n t u k a n a k - a n a k ya n g
m e la k u k a n t in d a k p id a n a . Ka m i s e n d ir i le b ih s e r in g
m en yebutn ya sebagai an ak yan g berkon flik den gan hukum .
Namun, apapun sebutannya, yang pasti, ada begitu banyak anak
yang terlibat dalam berbagai tindak pidana dan harus menjalani
p r oses h u ku m . Sebagian besar d ar i m er eka—atau bah kan
m ungkin bisa dibilang, ham pir sem uanya— kem udian harus

m enapaki hari-hari m ereka di sebuah tem pat yang bernam a
penjara.
Penjara memang menjadi tempat paling favorit yang dipilih oleh
para aparat pen egak hukum un tuk m en ghukum an ak-an ak
ya n g t er lib a t b er b a ga i t in d a k p id a n a . Da r i m u la i p r oses
pem er iksaan d an pen yid ikan d i kepolisian h in gga ad an ya
putusan sidang pengadilan, para aparat penegak hukum akan
m enem patkan anak-anak tersebut di sel tahanan dan penjara.
Menurut data yang sem pat kam i catat, tidak kurang dari 90 %
anak m engalam i penahanan dan pem enjaraan selam a m ereka
m enjalani proses hukum nya.
Padahal, ada begitu ban yak in strum en hukum , baik hukum
yang berlaku di Indonesia m aupun hukum internasional, yang
m enyebutkan bahwa dalam m enangani anak yang berkonflik
d en gan h u ku m , p em en jar aan h ar u s d it em p at kan sebagai
alternatif terakhir. Dengan kata lain, harus ada alternatif bentuk
hukum an lain yan g lebih kon strukstif dan restoratif un tuk

m enangani anak-anak yang berkonflik dengan hukum selain
hukum an penjara.

Selam a ini, proses legal-form al pun m asih tetap dipilih sebagai
jalan utam a untuk m enangani kasus anak-anak yang berkonflik
dengan hukum . Nam un, m enurut hem at kam i, akan m enjadi
sangat keliru jika penangaannya hanya berpatok pada proses
d an m ekan ism e h u ku m legal-for m al sem at a-m at a, t an p a
m elibatkan m ekanism e sosial yang terkait erat di dalam nya.
Pada konteks ini, kam i sepakat dengan berbagai kalangan yang
berpendapat, persoalan anak-anak yang berm asalah dengan
hukum tidaklah m elulu persoalan hukum , nam un harus dilihat
juga sebagai suatu persoalan sosial.
Sayan gn ya, m asyarakat kita pun sepertin ya terlan jur selalu
m en ga it ka n s et ia p b en t u k p ela n gga r a n h u ku m d en ga n
h u ku m an p en jar a. Pen jar a seakan h an yalah satu -satu n ya
hukum an yang harus diterim a oleh m ereka yang m elanggar
h u ku m , t a k a d a a lt er n a t if la in . Tid a k t er kecu a li u n t u k
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak-anak.
Akan tetapi, agaknya bukannya tanpa sebab juga jika persepsi
sem acam itu terlanjur berkem bang di benak m asyarakat kita.
Kam i m enduga, salah satu penyebabnya adalah karena m asih
sedikitnya inform asi yang tersedia tentang situasi dan kondisi

pen jar a beser ta segala sesu atu yan g ter kait d i d alam n ya.
Kajian-kajian kritis yang m enelaah tentang efektivitas penjara
bagi an ak-an ak yan g ber kon flik den gan h ukum pun boleh
dibilang m asih sangat langka.

Atas dasar pem ikiran itulah kam i m enyusun buku ini. Kam i
m en coba un tuk m en gan gkat sekelum it cerita an ak-an ak di
seputar pengalam annya ketika harus m enjalani hukum annya
di penjara. Fakta-fakta yang tertuang di dalamnya, kami peroleh
dari hasil obrolan m endalam dan observasi dengan anak-anak
tersebut selam a kam i m elakukan pen dam pin gan di pen jara
bersam a m ereka.
Ka m i b e lu m la gi t a h u , a p a ka h p e n ga la m a n a n a k- a n a k
sebagaim ana yang diceritakan di dalam buku ini dialam i juga
oleh anak-anak yang berada di berbagai penjara lainnya (baik
ya n g b e r a d a d i r u m a h

tahanan

m aupun


le m b a ga

pem asyarakatan) atau tidak. Nam un, yang jelas, jika m enyim ak
realitas yang dialam i anak-anak itu, kam i m erasa, tam paknya
m a s ih

b a n ya k ya n g m e s t i d ib e n a h i d a la m

s is t e m

penanganannya.
Dengan tidak berm aksud untuk m enyem bunyikan fakta-fakta
yang ditem ukan, kam i m enyam arkan sem ua nam a anak yang
disebut di dalam buku ini. Hal ini kam i lakukan sem ata-m ata
un tuk m en jaga privasi an ak. Kam i pun tidak m en yebutkan
lokasi tem pat pem enjaraan m ereka. Dalam hal ini, kam i tidak
ingin m em beri kesan jika kam i sedang m endiskreditkan pihakpihak yang terkait di dalam nya.
Tidak m udah untuk m enyelesaikan buku ini, terutam a ketika
kam i harus m en gikuti din am ika yan g terus berkem ban g di

tem pat an ak-an ak itu berada selam a proses pen ulisan n ya.
Nam un , atas ban tuan berbagai pihak, akhirn ya kam i dapat

m er am pun gkan n ya. Un tuk itu, kam i m en gucapkan ter im a
ka sih kep a d a ka wa n -ka wa n kecil ka m i d i p en ja r a ser t a
Am in ullah Adiwilaga yan g telah bersedia m en uliskan kata
pen utup bagi buku in i. Kepada kawan -kawan kam i: Acok,
Agustinus Pohan, Eddy Ikhsan, Eruswandi, Ira Sukira serta
kawan lainnya yang tak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya, m eskipun m asih hanya serba sedikit, kam i berharap
buku in i akan bisa m em beri tam bahan in form asi m en gen ai
situasi dan kondisi anak-anak yang berada di penjara. Mudahm udahan juga, buku in i akan m em buka in spirasi bagi kita
sem ua un tuk m en coba bergerak m en cari dan m en em ukan
bentuk-bentuk penanganan alternatif yang lebih konstruktif
dan restoratif bagi anak-anak yang berkonflik dengan hukum .
Selam at m em baca!

Bandung, 10 Desem ber 20 0 5
Lem baga Advokasi Hak Anak (LAHA)


PROLOG

J alan an m asih terus m en awarkan kesibukan . Raun g m esin
kendaraan berm otor, keriuhan orang-orang, saling bertim pal
bersahut-sahutan. Di tengah suasana seperti itulah bangunan
besar yang didirikan oleh pem erintah Belanda pada tahun 1927
ini berdiri. Catatan sejarah dan berbagai cerita dari berpuluh
ribu orang yang pernah m enghuninya, m ungkin telah begitu
sarat pula tersim pan di dalam nya.

Keberadaan bangunan ini m em ang terlihat cukup m ecolok di
antara bangunan-bangunan lain yang ada di sekitarnya: kokoh
terbentang, m em anjang seperti benteng besar. Tem bok bagian
bawahnya dilapisi batu-batu kali, sem entara di tem bok bagian
atasnya terlihat ada deretan jendela dengan terali besi. Pohon
b er in gin ya n g r in d a n g b er d ir i d i t en ga h -t en ga h lu a sn ya
halam an yang tak pernah sepi: orang-orang senantiasa berlalulalang, datang dan pergi, terkadang bertam bah ram ai dengan
kehadiran para polisi.

Gerbang kayu yang m enjadi pintu m asuknya, begitu besar dan

leb a r . Di ked u a sisin ya , d u a sosok p a t u n g r a ksa sa ya n g
m em egang gada seakan senantiasa siap berjaga, siaga untuk
m enyam but siapa saja yang datang ke sana. Mereka yang secara
terpaksa m enjadi penghuninya banyak yang percaya, ketika

su d ah kelu ar d ar i p in tu ger ban gn ya jan gan lah coba-coba
m enengok balik ke arah kedua patung tersebut jika tidak ingin
kem bali m enjadi penghuni bangunan ini.

Bagi sebagian orang, bangunan ini barangkali sudah m enjadi
s e b u a h ku t u k: t e la h b e r p u lu h r ib u o r a n g ya n g p e r n a h
m enghuninya, tapi sebagian besar dari m ereka kiranya tidak
pernah ada yang m enghendaki untuk tinggal berum ah di sana.

Lebih dari seribu penghuni kini tinggal di sini: anak-anak dan
dewasa, sem uan ya laki-laki. Di balik tem bok ban gun an in i
m ereka hidup. Dari balik tem bok ban gun an in i pula, cerita
berm ula.
^]


Aw al Peristiw a

Sadi, 15 tahun usianya. Sehari-harinya Sadi bekerja sebagai
k en ék an gku tan kota d i kam pu n gn ya, d i d aer ah Ban d u n g
Selatan. Setelah lulus SMP, Sadi terpaksa harus m engurungkan
niatnya untuk m elanjutkan sekolah. Kedua orangtuanya yang
h an ya bu r u h tan i, tid ak cu ku p pu n ya kesan ggu pan u n tu k
m em b ia ya in ya . P a d a h a l n ila i r a p ot n ya cu ku p b a ik, b isa
dikatakan di atas rata-rata teman sekolahnya. Tapi apalah daya,
tak ada uang, sekolah pun hilang. Cita-citanya yang ingin jadi
pilot itu pun akhirnya punah sudah.

Peristiwa yang m enim pa diri Sadi ini terjadi pada bulan puasa,
hanya beberapa bulan setelah Sadi lulus sekolah:

Sore itu, sekitar pukul lim a, Sadi pulang dari kebun. Sebelum
atau setelah ngenékan , Sadi m em ang selalu m enyem patkan
datang ke kebun yang sedang digarap orangtuanya, sekadar
untuk bantu-bantu sebisanya. Seperti biasanya, pulang dari
kebun itu Sadi berm aksud akan m andi dan bersiap-siap untuk

berbuka puasa.

Belum sam pai Sadi di rum ahnya, dari kejauhan dia m elihat ada
b a n ya k or a n g ya n g b er ker u m u n d i d ep a n r u m a h n ya it u .
Perasaan Sadi jadi tak m en en tu. Dia khawatir telah terjadi
sesuatu dengan keluarganya. Sadi m em percepat langkahnya.
Tet a p i ket ika or a n g-or a n g it u m elih a t ked a t a n ga n Sa d i,
s es eor a n g d i a n t a r a m er eka a d a ya n g la n gs u n g b er la r i
2

m engham pirinya, berteriak-teriak sam bil m engayun-ayunkan
golok ya n g d ib a wa n ya . Ka get b er ca m p u r b in gu n g, Sa d i
la n gs u n g b e r la r i s a a t it u ju ga , k a b u r d a r i o r a n g ya n g
m engejarnya.

Sadi terus berlari, m asuk kem bali ke kebun, m enyusuri sungai,
sam pai kem udian dia m enem ukan tem pat persem bunyian di
belakang sebuah villa yang agak jauh dari kam pungnya. Sam pai
m aghrib Sadi bersem bunyi di sana, sekaligus berusaha untuk
m enenang-nenangkan diri.

Sadi ben ar-ben ar bin gun g den gan kejadian yan g baru saja
dialam inya: m engapa Pak Am an, orang yang m engejarnya tadi
itu, begitu kalap in gin m en an gkapn ya? Sadi pun m en coba
m en gin gat-in gat apa yan g telah dilakukan n ya sehin gga Pak
Am an m arah begitu rupa. Sadi lantas ingat kejadian sekitar 2
m in ggu yan g lalu , ket ika d ia ber m a in -m ain d en gan An i,
anaknya Pak Am an yang m asih berusia 10 tahun. Saat itu, Sadi
m em ang sem pat berbuat tidak senonoh terhadap Ani. Karena
m asalah itukah?

Sadi jadi sangat gelisah saat dia teringat pada perbuatan tak
sen on oh n ya t er h a d a p An i t em p o h a r i it u . Awa ln ya Sa d i
berm aksud untuk terus m elarikan diri. Tapi akan lari ke m ana?
Lagi pula, cepat atau lam bat, dia pasti akan tertangkap juga.
Sad i p u n kem u d ian ter in gat or an gtu an ya, ter u tam a in gat
3

ibunya. Pasti ibunya sangat cem as. Akhirnya Sadi m em utuskan
u n t u k kem bali. Sad i ber p ikir , m u n gkin kalau d ia p u lan g
m asalahnya akan bisa diselesaikan secara baik-baik.

Dengan perasaan tak m enentu dan takut setengah m ati, m alam
itu juga Sadi kem bali. Di tengah jalan, dia kem udian bertem u
dengan seorang tukang ojeg yang kem udian m em bawanya ke
rum ah Ketua RW-nya.

Ketika sampai di rumah Ketua RW, orang-orang ternyata sudah
berkum pul: selain Ketua RW, Sadi m elihat ada Pak Am an ,
beberapa tetan gga lain , dan juga oran gtuan ya. Begitu Sadi
d a t a n g, P a k Am a n s u d a h la n gs u n g n y er u d u k m a u
m enghajarnya. Untung Ketua RW dan beberapa tetangganya
yang lain bisa m enghalanginya.

Di rum ah Ketua RW itu, Sadi lantas “disidang”. Ternyata benar
dugaan Sadi: yan g jadi m asalah n ya adalah perbuatan Sadi
tem po h ari terh adap An i. An i yan g telah bercerita kepada
ayahnya bahwa Sadi telah m em perkosanya. Pada awalnya, Sadi
tidak mau mengaku. Pak Aman tambah berang. Pak Aman tetap
berkeras bahwa Sadi telah m em perkosa an akn ya, dan akan
m elaporkan perbuatan Sadi itu kepada polisi. Sadi pun terus
d id e s a k u n t u k m e n ga ku i p e r b u a t a n n ya . Sa d i a kh ir n ya
m en gaku , set elah d ia d ian cam akan d isu n d u t r okok d an
dipukuli orang-orang.
4

Pada saat itu, orangtua Sadi diam saja. Ibunya hanya m enangis.

D ita n gka p
Keesokan harinya, sekitar pukul 8 pagi, kepala desa dan seorang
polisi ber pakaian pr em an d atan g m en ggu n akan m otor ke
rum ah Sadi. Mereka berm aksud akan m em bawa Sadi karena
kasusnya itu. Awalnya Sadi tidak m au dibawa ke kantor polisi,
n am un polisi itu m en gan cam n ya: “M un teu daek , k u ain g
ditem bak siah! ‘Kalau tidak m au, kam u saya tem bak!’”

Karena takut, akhirnya Sadi m enurut. Orangtuanya tak bisa
b er b u a t a p a -a p a . Mer eka h a n ya b isa p a sr a h ket ika Sa d i
dibon cen g polisi itu den gan sepeda m otor un tuk dibawa ke
kantor polisi. Setahu Sadi, polisi yang m em bawanya itu tidak
pernah m enyerahkan surat penangkapan kepada orangtuanya.

Setiban ya di kan tor polisi, Sadi berharap m asalahn ya akan
segera diurus dan bisa cepat selesai. Nam un, yang dialam i Sadi
kem udian san gat jauh dari yan g diharapkan . Begitu tiba di
ka n t or p olisi, Sa d i ju st r u m a la h la n gsu n g d ip u ku li oleh
b eb er a p a p olisi ya n g la in . Ba h ka n , p a d a sa a t Sa d i a ka n
dim asukan ke dalam sel, ada seorang polisi yang m em berinya
ancam an: “Awas kam u! Tunggu saja nanti hari Minggu!”
Sadi tidak tah u, ada apa den gan h ari Min ggu seperti yan g
dikatakan polisi itu. Yan g jelas, saat itu Sadi ben ar -ben ar
m erasa takut dengan hari Minggu.
5

Dalam Un dan g-Un dan g No. 3 tahun 1997 ten tan g Pen gadilan An ak,
digunakan istilah “anak nakal” untuk anak-anak yang berkonflik dengan
hukum . Pen gertian “an ak n akal” sebagaim an a yan g tercan tum dalam
un dan g-un dan g tersebut adalah anak y ang m elakukan tindak pidana;
atau an ak y an g m elak uk an perbuatan y an g din y atak an terlaran g
bagi an ak, baik m en urut peraturan perun dan g-un dan gan m aupun
m en u r u t p er a t u r a n h u k u m la in y a n g h id u p d a n ber la k u d a la m
m asy arakat y ang bersangkutan (pasal 1).
Pen ger t ia n t en t a n g “a n a k n a ka l” in i a ga kn ya a ka n m em u n cu lka n
kon sekuen si hukum yan g berbeda an tara an ak den gan oran g dewasa:
Pertam a, suatu perbuatan yan g jika dilakukan oleh oran g dewasa
bukan m erupakan tin dak pidan a, tetapi secara hukum akan bisa
din yatakan sebagai perbuatan pidan a bila perbuatan itu dilakukan
oleh an ak. Con tohn ya, m em bolos sekolah. Pada kasus m em bolos
sekolah in i, petugas pen egak hukum dapat m en an gkap an ak yan g
m en ggun akan seragam di m all pada jam sekolah den gan alasan
atau den gan san gkaan an ak itu telah m em bolos sekolah. Nam un ,
k e m u n gk in a n b is a d it a n gk a p m e n ja d i t id a k b e r la k u b a gi
m ahasiswa yan g m em bolos kuliah, padahal tin dakan m em bolos
adalah tin dakan yan g tetap saja tidak baik, apakah itu dilakukan
oleh p elajar sekolah m au p u n oleh m ah asiswa (yan g n otaben e
sudah tidak dalam usia an ak).
Kedua, seoran g an ak dapat dijatuhi tin dakan hukum tidak saja jika
ia han ya m elakukan perbuatan yan g m elan ggar peraturan hukum ,
n am un juga jika ia m elakukan perbuatan yan g m elan ggar n orm an orm a m asyarakat.
Da la m seb u a h d isku si d i Ba n d u n g, 3 Ap r il 2 0 0 2 , t en t a n g Ka jia n
U n d a n g- U n d a n g N o . 3 t a h u n 19 9 7 t e r s e b u t , Agu s t in u s P o h a n
m en gem ukakan bahwa ada persoalan yan g serius un tuk pasal ten tan g
“an ak n akal” in i. Men urut Agustin us, terdapat prin sip h ukum yan g
dilan ggar, yaitu asas legalitas sebagaim an a diatur dalam pasal 1 ayat 1
Kitab Undang-Undang H ukum Pidana (KUH P). Masalah yang potensial
bisa terjadi adalah akan adan ya kesewen an g-wen an gan dan tin dakan
d iskr im in a t if d a r i p en ega k h u ku m t er h a d a p a n a k-a n a k t er t en t u .
Pen egak h u ku m akan d en gan m u d ah m en ggu n akan p asal ter sebu t
m an akala m ereka berm aksud un tuk m em berikan tin dakan terhadap
an ak-an ak terten tu.

Menerim a kekerasan fisik dan tekanan em osional dari polisi
yang menangkap dan memeriksanya, sepertinya sudah menjadi
cerita um um dari anak-anak yang berkonflik dengan hukum .
6

Ketika di kem udian hari Sadi bertem u dengan anak-anak yang
senasib dengannya, cerita m ereka tentang penangkapan dan
pem eriksaan di kantor polisi sem uanya ham pir sam a. Beberapa
anak m alah ada yang m engalam i perlakuan lebih parah dari
Sadi.

Odang, contohnya. Odang ditangkap m alam hari di rum ahnya.
Keluarga Odang tentu saja kaget ketika ada em pat orang polisi
m e n d a t a n gi r u m a h m e r e k a , m e n a n ya k a n Od a n g, d a n
berm aksud akan m enangkapnya. Odang sendiri saat itu sudah
tidur. Setelah dibangunkan, Odang langsung digiring ke m obil
dan dibawa ke kantor polisi. Polisi yang m enangkap Odang itu
m em an g sem pat m en yer ah kan sur at pen an gkapan kepada
orangtua Odang. Odang sendiri tidak m endapat penjelasan dari
para polisi itu ihwal alasan penangkapannya.

Di sepanjang perjalanan m enuju kantor polisi, Odang sem pat
d im a ki-m a ki d a n d ika sa r i seca r a fisik oleh p olisi ya n g
m em bawanya. Kata m ereka, ulahnya itu bikin tam bah repot
kerjaan polisi saja. Odang yang saat itu sangat ketakutan dan
m a sih b in gu n g ka r en a t id a k t a h u m en ga p a d ia sa m p a i
ditangkap, hanya diam .

Sesam painya di kantor polisi, Odang diserahkan kepada polisi
lain dan langsung diinterogasi. Padahal waktu itu sudah hampir
tengah m alam . Ada tiga orang polisi yang m enginterogasinya.
7

Odang harus selalu m engiyakan setiap pertanyaan polisi itu,
karena setiap kali dia m enjawab “tidak”, pasti akan ada polisi
yang m em ukul atau m enendangnya. Tentu saja Odang m enjadi
m akin bin gun g dan san gat takut. Daripada terus dipukuli,
Od a n g a kh ir n ya m em ilih u n t u k m en giya ka n sa ja sem u a
om ongan dan pertanyaan para polisi itu, walaupun banyak di
antaranya yang tidak benar. Ketika diinterogasi inilah Odang
bar u m en get ah u i alasan m en gap a d ia d it an gkap : kar en a
m en u su k t em an n ya saat ber kelah i kem ar in lu sa d i Pasar
Caringin tem patnya bekerja.

Cerita penangkapan yang paling m enggidikkan, didengar Sadi
dari Yayat. Yayat, yan g ditan gkap karen a kasus pen curian
m otor , m alah sem pat d item bak kakin ya. Tid ak tan ggu n gtanggung, Yayat ditem bak sam pai tiga kali, dari jarak dekat
pula. Sadi sem pat m elihat sendiri bekas luka tem bak di kaki
Yayat itu. Cukup m em buatnya m iris. Luka yang satu, yang di
a t a s m a t a ka ki kir in ya , t er lih a t cu ku p d a la m , b eka sn ya
berwarna kehitam an sebesar uang logam seratusan. Sedangkan
dua luka lainnya tidak sedalam luka yang pertam a. Kata Yayat,
itu karena tem bakannya m eleset.

Yayat bercerita, dia ditangkap oleh tujuh orang polisi: tiga orang
memakai seragam, dan empat orang lainnya menggunakan baju
prem an. Seperti juga Odang, Yayat ditangkap m alam hari di
rumahnya, saat sedang tidur. Surat penangkapan pun tidak ada.
8

Men urut data yan g dikum pulkan oleh Lem baga Advokasi H ak An ak dari
p e m b e r it a a n m e d ia ce t a k h a r ia n Ko m p a s , Pik ir a n R a k y a t , d a n
Galam edia, jum lah an ak di Ban dun g yan g berkon flik den gan hukum
sepan jan g tahun 20 0 4 adalah 18 7 oran g an ak. Dari an gka in i, 8 9% di
an taran ya m en galam i pen ahan an selam a m en jalan i proses hukum .
An gka in i cukup bisa m en un jukkan , aparat pen egak hukum cen derun g
u n t u k m elaku kan p en ah an an t er h ad ap an ak selam a p r oses h u ku m
berlan gsun g. Selain alasan form al yan g m erujuk pada pasal 21 ayat (1)
Kitab Undang-Undang H ukum Pidana (KUH P), yaitu khawatir tersangka
m elarikan diri, m erusak atau m en gh ilan gkan baran g bukti, dan atau
m en gulan gi tin dak pidan a, tidak ada alasan lain yan g cukup m en dukun g
bagi aparat penegak hukum untuk m elakukan penahanan terhadap anak.
Den gan han ya m erujuk pada alasan form al itu, pertim ban gan aparat
p en egak h u ku m u n t u k m en ah an an ak m em an g m en jad i jau h lebih
ban yak daripada un tuk tidak m en ahan n ya. Padahal, jika ditelaah lebih
lan jut, ada beberapa rujukan lain yan g patut dipertim ban gkan dalam
kaitan n ya den gan pen an gan an terhadap an ak yan g berkon flik den gan
hukum . Setidaknya, pertim bangan lain yang bisa dipakai sebagai rujukan
adalah pasal 37 huruf b Kon ven si H ak-H ak An ak yan g telah diratifikasi
oleh Pem erin tah In don esia m elalui Keppres No.36 tahun 1990 :
“T id a k seor a n g a n a k p u n d a p a t d ir a m p a s k em er d ek a a n n y a
s eca r a t id a k s a h a t a u s ew en a n g - w en a n g . Pen a n g k a p a n ,
penahanan, atau pem enjaraan seorang anak harus sesuai dengan
hukum , dan hany a diterapkan sebagai upay a terakhir dan untuk
jangka w aktu y ang sesingkat-singkatny a.”

Di dalam m obil, Yayat pun dipukuli. Pada saat itu, Yayat tidak
langsung dibawa ke kantor polisi, tapi m alah dibawa ke Cirata
dulu. Yayat sendiri tidak m engerti, m engapa dia dibawa dulu
ke sana. Yang jelas, Yayat kem udian ditem bak tiga kali, dengan
alasan, Yayat akan m elarikan diri. Padahal, kata Yayat, boroboro m elarikan diri, niat untuk m elarikan diri saja tak pernah
terlintas dalam pikirannya. Yayat sudah m erasa keder duluan
dengan tujuh orang polisi yang m engawalnya itu. Sesam painya
di kantor polisi, Yayat yang sudah terluka itu pun katanya masih
dipukuli lagi.
9

Sadi pun m endengar cerita yang ham pir sam a dari Gani, yang
ditangkap karena kasus narkoba, mengedarkan ganja. Bedanya,
Gan i tidak sam pai ditem bak. Tapi kalau soal dipukuli dan
diintim adasi secara em osional oleh polisi yang m enangkap dan
m em eriksanya, Gani pun m engalam inya.

Gani, yang m asih berstatus pelajar kelas 2 SMU itu, ditangkap
oleh tujuh orang polisi berm obil saat dia sedang jalan-jalan
sekit a r p u ku l 8 m a la m . Ga n i sen d ir i seb en a r n ya b u ka n
p e n ge d a r a t a u p e ca n d u ga n ja , wa la u p u n p e r n a h ju ga
menghisapnya untuk iseng-iseng sekadar nyoba. Menurut Gani,
dia ditangkap karena dilaporkan oleh tem annya kalau dia suka
gan ja. Sialn ya, waktu jalan -jalan itu Gan i m em an g sedan g
m em bawa ganja karena sedang disuruh untuk m engantarkan
ganja itu buat tem annya. Dengan bukti ganja yang dibawanya
itu, Gani langsung diringkus polisi.

Gani pun dipukuli di dalam m obil, dan dipaksa untuk m engaku
m em iliki ganja itu dengan todongan pistol. Untung bagi Gani,
ka r en a sesa m p a in ya d i ka n t or p olisi d ia t id a k la n gsu n g
diinterogasi. Baru di keesokan paginya Gani diperiksa, dengan
cara-cara yang katanya tidak jauh lebih baik dari yang dilakukan
para polisi itu terhadap Sadi dan Yayat.

Ketika Gani ditangkap, polisi pun tidak m enunjukkan surat
pen an gkapan . Polisi juga tidak lan gsun g m em ber itah ukan
10

pen an gkapan Gan i itu kepada oran gtuan ya. Baru keesokan
harin ya oran gtua Gan i diberi tahu. Oran gtua Gan i katan ya
sem pat protes atas keterlam batan pem beritahuan polisi itu.

Mem ang ada juga anak yang tidak m engalam i kekerasan fisik
d an in t im id asi d ar i p ar a p olisi ket ika d ia d it an gkap d an
diperiksa. Sadi m endengarnya dari cerita Ade, yang ditangkap
ka r en a m en cu r i m er p a t i m ilik t et a n gga n ya . P olisi ya n g
m em er iksan ya, kat an ya baik-baik. Ad e sam a sekali t id ak
dikasari atau diancam seperti yang dialami oleh anak-anak yang
lain . Ad e ju st r u d ip u ku li oleh m asyar akat set em p at yan g
m enangkapnya, dan oleh beberapa tahanan dewasa ketika dia
ditahan di kantor polisi.

Ketika berada di kantor polisi itu, Sadi benar-benar m erasa
tersiksa. Perasaan n ya seperti diaduk-aduk. Rasa m en yesal,
cem as, dan takut bercam pur tak m enentu. Belum lagi ditam bah
dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya sehabis dia dipukuli itu.

Sadi pun tidak tahu, proses apa lagi yang akan dihadapinya
kem udian . Para polisi yan g m en an gkap dan m em eriksan ya
tidak pernah m em beritahukannya. Sadi hanya bisa m enangis,
terlebih ketika Sadi berpikir dan m em bayan gkan berbagai
kem ungkinan yang akan terjadi dan harus dihadapinya nanti.
^]
11

Proses Perkara
di Kepolisian

Sel tahanan di kantor polisi itu hanya sekitar 2 x 3 m eter. Di
dalam sel itu sudah ada tujuh orang tahanan, lim a di antaranya
tahanan dewasa. Dengan delapan orang yang m enghuninya,
sel yang terasa lem bab itu, m enjadi sem akin sum pek saja.

Sewaktu Sadi m asuk sel, beberapa tahanan dewasa di sel itu
hanya memperhatikannya. Ada juga yang tak mengacuhkannya.
Meskipun Sadi m erasa takut, nam un dia berusaha untuk tidak
begitu m em perdulikannya. Begitu Sadi akan duduk, seorang
tahanan dewasa yang tadi terlihat sedang m engobrol dengan
s e s a m a n ya , t ib a - t ib a m e n gh a m p ir i Sa d i d a n la n gs u n g
m elayangkan tinjunya ke wajah Sadi. “Ieu, budak nu m erkosa
teh? ‘Anak ini yang m em perkosa itu?’” ucap tahanan itu, yang
kem udian disam but derai tawa tahanan lain. Tinju tahanan itu
pun sekali lagi m endarat di wajah Sadi. Sadi terhuyung, jatuh
terduduk sam bil m em egangi hidungnya yang berdarah.

Sadi hanya pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Belum lagi hilang
rasa sakit di tubuhnya sehabis dipukuli oleh para polisi tadi,
d ia p u n su d ah h ar u s m en d ap at kan h ad iah t on jokan d ar i
seoran g tah an an . Saat itu, rasan ya Sadi ben ar-ben ar in gin
m enjerit dan m enangis sekuat-kuatnya.

Di salah satu pojokan sel, Sadi duduk sendirian. Setelah agak
lam a, Sadi baru m enyadari ternyata ada dua anak sebayanya
yang juga m enghuni sel itu. Seorang di antaranya kini tam pak
13

sed a n g m en gob r ol sa m b il seseka li t er t a wa -t a wa d en ga n
sekelom pok tah an an dewasa; sedan gkan yan g seoran g lagi
duduk di pojok sel di depannya. Sadi perhatikan, anak yang
duduk di depannya ini sedari tadi hanya diam , tam pak tegang
dan sangat ketakutan. Penam pilannya begitu lusuh dan kotor.
Wajahnya pun babak belur, lebih babak belur dibandingkan
dirinya. Pelipis m ata sebelah kirinya bahkan terlihat bengkak,
ham pir m enutupi m atanya.

Melihat kondisi anak itu, Sadi jadi bergidik sendiri. Sejum lah
per tan yaan pun seketika ber putar di kepalan ya. Apa yan g
sebenarnya telah dialami anak itu? Mengapa kondisinya sampai
m engenaskan begitu rupa? Apakah itu akibat ulah polisi seperti
yang baru saja dialam inya, atau karena hal lain?

Sa d i in gin b e r t a n ya la n gs u n g, t a p i n ia t n ya it u s e ge r a
diurun gkan n ya. Sadi han ya term an gu m em an dan gi an ak di
depannya itu yang tetap duduk diam, nyaris tak bergerak. Entah
apa yang kini sedang dirasakan anak itu. Yang jelas, Sadi jadi
ben ar-ben ar was-was. Ketakutan n ya pun kem bali m erebak:
jangan-jangan, begitu pulalah nasib yang akan m enim panya
di hari Minggu seperti yang diancam kan polisi tadi itu.

Apa yang ditakutkan Sadi itu ternyata benar-benar terjadi: pada
hari Minggu, sekitar pukul 12 siang, seorang polisi m em anggil
Sadi dari selnya, dan membawanya ke sebuah ruangan. Di ruang
14

it u la h Sa d i kem u d ia n ”d ied a r k a n ”: p a r a p olisi it u seca r a
ber gan t ian m em fisik n ya. Sad i d isiksa: d it on jok, d ip u ku l,
ditendang, dan ditelanjangi. Alat kelam innya bahkan dijepit
pakai tang dan ditetesi lilin. Luar biasa sakitnya. Saat itu Sadi
sudah m enjerit-jerit dan berteriak-teriak m inta am pun. Cukup
lam a Sad i d ip er laku kan sep er ti itu sebelu m akh ir n ya d ia
dikem balikan ke dalam sel.

Akan tetapi, belum terlalu lama berada sel, Sadi sudah dipanggil
lagi oleh seorang polisi. Sadi kem bali dibawa ke ruangan yang
sam a, dan difisik lagi seperti tadi. Dalam keadaan seluruh
tubuhnya sakit luar biasa, Sadi disuruh scot jum p berpuluh
kali. Sad i p u n d it elan jan gi lagi: alat kelam in n ya kali it u
disetrum !

Selam a dua hari Sadi m engalam i penyiksaan fisik begitu rupa.
Setelah para polisi puas, Sadi baru diperiksa.

Di dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), polisi pun sepertinya
telah m enyusun kasus Sadi m enurut versi m ereka. Para polisi
itu m engatakan ada dua orang anak yang ‘dikerjai’ Sadi. Tentu
saja Sadi m enolak karena dia hanya m elakukan kepada seorang
a n a k s a ja . P e n o la k a n Sa d i it u m e m b u a t p o lis i ya n g
memeriksanya berang, dan langsung menendangnya. Sadi tetap
saja dipaksa untuk m enandatangani BAP.

15

Data Kekerasan yang Dialam i Anak Ketika Menjalani
Proses Hukum
(Hasil m onitoring atas 41 anak di Bandung tahun 2004)

20

19

15

12

10
7

10

5

5

2

1

2

2

2

2

2

1

2

2

1

1

1

Disuruh

Alat

Disiram air

Diinjak

Disulut

Disetrika

Digencet

Ditendang

Dipukul

0

Sepan jan g tahun 20 0 4, Lem baga Advokasi H ak An ak (LAH A) m elakukan
m on itorin g terhadap 41 an ak yan g berkon flik den gan hukum di Ban dun g.
Dar i 4 1 an ak t er sebu t , 27 an ak m en galam i keker asan fisik, m u lai d ar i
pem ukulan tanpa alat, pem ukulan dengan alat, disetrum , ditetesi lilin, hingga
dilukai alat kelam in n ya. Tin dak kekerasan fisik tersebut, 90 % dialam i ketika
an ak-an ak itu m asih m en jalan i proses pen yidikan .
Fakta sem acam in i m en u n ju kkan , keker asan fisik m asih m en jad i su atu
kecen derun gan yan g terjadi dalam pen an gan an an ak yan g berkon flik den gan
hukum . Tin dak kekerasan fisik in i ten tu saja m erupakan ben tuk pen istaan
ter h ad ap h ak-h ak asasi m an u sia. Pad ah al, ad a begitu ban yak per atu r an
perun dan gan -un dan gan yan g secara tegas m elaran g praktik kekerasan . Pasal
37 ayat (a) Kon ven si H ak-H ak An ak m en yebut dem ikian :
“Tid ak seoran g an ak p un dap at m en jadi sasaran p en y ik saan atau
perlakuan atau penghukum an lain y ang kejam , tidak m anusiaw i, atau
m eren dahkan m artabat....”
Lebih jauh lagi, In don esia telah m eratifikasi Kon ven si An tipen yiksaan dan
P e r la k u a n a t a u P e n gh u k u m a n ya n g Ke ja m , Tid a k M a n u s ia wi, d a n
Meren dahkan Martabat Man usia (Con v en tion Again st Torture an d Other
Cruel, Inhum an or Degrading Treatm ent or Punishm ent) m elalui Un dan gUn dan g No. 5 tahun 1998 . Kon ven si in i m en gatur pelaran gan pen yiksaan
baik fisik m aupun m ental, dan perlakuan atau penghukum an lain yang kejam ,
tidak m an usiawi, atau m eren dahkan m artabat m an usia yan g dilakukan oleh
atau hasutan dari atau den gan persetujuan / sepen getahuan pejabat publik
dan oran g lain yan g bertin dak dalam jabatan n ya. Sebagai kon sekuen si logis
d ar i p er at ifikasian su at u h u ku m in t er n asion al, n egar a h ar u s m em bu at
lan gkah-lan gkah legislatif, adm in istratif, dan juga hukum gun a m en cegah
dan m en an gan i terjadin ya tin dak pen yiksaan di dalam wilayah yurisdiksin ya.

16

Selang dua hari setelah Sadi ditangkap, ada beberapa orang
yan g m en gaku wartawan yan g datan g ke kan tor polisi itu.
Mereka entah datang dari media massa mana. Mereka pun tidak
m enunjukkan identitasnya saat m engerubuti, m ewawancara,
dan m engam bil foto Sadi. Sadi sangat m alu, dan sebenarnya
dia pun in gin m en olak un tuk diwawan carai. Sadi terpaksa
m enjawab pertanyaan-pertanyaan para wartawan itu karena
takut kepada polisi yang m endam pinginya. Bahkan polisi itu
pun terkadan g ikut-ikutan m en gajukan pertan yaan seperti
wartawan.

Selam a ditahan di kantor polisi, tidak ada kegiatan yang bisa
dilakukan Sadi selain m akan dan m andi. Kesem patan m andi
diberikan dua kali, setiap pukul 0 7.0 0 pagi dan 16.0 0 sore.
Sedangkan m akan hanya diberi jatah satu kali. Biarpun saat
Sadi m asuk ke tahanan polisi itu di bulan puasa, tapi tidak ada
jatah m akanan untuk sahur dan berbuka. J adwal pem bagian
jatah m akanan tetap sam a, pukul 12.0 0 siang, dengan m enu
tetap: nasi bungkus. Hanya lauknya saja yang berbeda: tahu,
tem pe, atau cap cai. Para polisi itu sepertin ya tidak pun ya
u r u sa n , a p a ka h t a h a n a n a ka n b er p u a sa a t a u t id a k. Sa d i
m em an g p er n ah m en gu at -n gu at kan d ir i u n t u k ber p u asa.
Nam un Sadi hanya bisa kuat sehari berpuasa. Selebihnya, dia
tidak berpuasa.

17

Pasal 8 Un dan g-Un dan g Pen gadilan An ak m em berikan aturan bahwa pada
p r in sip n ya, sid an g an ak d ilaku kan secar a t er t u t u p . Nam u n , d alam h al
t er t en t u d a n jika d ip a n d a n g p er lu , h a kim d a p a t m en et a p ka n sid a n g
dilakukan secara terbuka, tergan tun g dari sifat dan keadaan perkaran ya.
Sifa t p er ka r a ya n g b isa d ip er iksa seca r a t er b u ka , m isa ln ya , p er ka r a
pelan ggaran lalu lin tas; sedan gkan yan g dilihat dari keadaan perkaran ya,
m isaln ya, pem eriksaan perkara di tem pat kejadian perkara (ayat 1 dan 2).
Selan jutn ya, diatur juga bahwa segala pem beritaan pada saat pem eriksaan
perkara, m ulai dari tahap pen yidikan hin gga tahap pen gadilan , dilakukan
d en gan m en ggu n akan sin gkat an d ar i n am a an ak, or an gt u a, wali, at au
oran gtua asuhn ya (ayat 5).
Maksu d dar i keten tu an ter sebu t, sejalan den gan apa yan g diatu r dalam
Per a tu r a n -Per a tu r a n Sta n d a r Per ser ik a ta n Ba n g sa -Ba n g sa M en g en a i
Adm inistrasi Peradilan bagi Rem aja atau yang lebih dikenal dengan “Beijing
Rules”:
8 .1 H ak privasi seoran g an ak m esti dihorm ati di seluruh tahap (proses
pen gadilan ) un tuk m en ghin dari terjadin ya kerugian terhadap si
an ak oleh p u blisit as yan g t id ak sep an t asn ya at au oleh p r oses
pelabelan .
8 .2 P a d a p r in s ip n ya , k e t e r a n ga n ya n g d a p a t m e n ga r a h p a d a
terun gkapn ya iden titas seoran g an ak pelaku tin dak pidan a, tidak
diperken an kan un tuk dipublikasikan .
Sem u a per an gkat atu r an ter sebu t d ibu at u n tu k m en gh in d ar i ter jad in ya
proses pelabelan dan hilan gn ya privasi an ak, khususn ya karen a pem beritaan
m edia. Nam un , aturan dalam Un dan g-Un dan g Pen gadilan An ak tern yata
tidak cukup un tuk m elin dun gi an ak dari persoalan pelabelan dan hilan gn ya
privasi an ak tersebut. Beberapa persoalan yan g kerap terjadi adalah sebagai
berikut:
1. Pem batasan pem beritaan m edia berikut segala m acam penggunaan
sin gkatan n am a, han ya berlaku sam pai den gan sebelum putusan .
Setelah pu tu san , pem ber itaan m ed ia tid ak ad a lar an gan u n tu k
dilakukan secara len gkap;
2. Undang-undang hanya m angatur tentang penyingkatan nam a anak,
oran gtua, wali, atau oran gtua asuhn ya dalam pem beritaan un tuk
m elin d u n gi p r iva s i a n a k, n a m u n t id a k m en ga t u r m en gen a i
penyebutan alam at, latar belakang keluarga, dan identitas lain yang
berkenaan dengan privasi anak;
3. Tidak ada keten tuan dan m ekan ism e san ksi atas keten tuan in i.
Siapa yan g dapat diken ai san ksi jika terjadi pem beritaan m edia
yan g m elan ggar hak privasi an ak: apakah para pelaku m edia atau
aparat pen egak hukum n ya?
P a d a ken ya t a a n n ya , m em a n g m a sih b a n ya k d it em u ka n p em b er it a a n
m en gen ai kasu s an ak d i m ed ia cetak d an elektr on ik yan g m en gabaikan
privasi an ak, bahkan bisa den gan leluasa m en ayan gkan foto-foto dan video
tentang si anak.

18

Setiap hari Sadi praktis hanya berada di dalam sel. Paling hanya
m engobrol, itu pun tidak sem ua tahanan yang m au m engobrol
dengannya. Sadi pun m erasa enggan untuk m engobrol dengan
tahanan dewasa: takut dikasari. Di antara tahanan dewasa itu
pun ada yang sering bertindak kasar terhadapnya. Di setiap kali
lewat di depan Sadi, tahanan dewasa itu selalu m enendang atau
m enjitak kepalanya.

Tahanan yang paling sering mengobrol dengan Sadi hanya anak
lusuh sebayanya yang pelipisnya bengkak itu. Nam anya Didin.
Did in t er t a n gka p sa a t d ia ket a h u a n m en cop et . Seb elu m
diserahkan kepada polisi, oran g-oran g yan g m en an gkapn ya
m em ang sem pat m em ukulinya. Seperti juga yang dialam i Sadi,
setelah Didin diserahkan kepada polisi, para polisi itu kemudian
m en yiksan ya lagi. Wajah n ya yan g su d ah babak belu r itu ,
sem akin babak belur, sam pai pelipis kirinya bengkak begitu
rupa. Berbeda halnya dengan Sadi, Didin tidak pernah dikasari
oleh tahanan lain selam a dia berada di sel polisi itu.

Selam a sem inggu Didin ditahan, ham pir setiap hari para polisi
it u m e m u k u lin ya wa la u p u n d ia s u d a h d ip e r ik s a d a n
m enandatangani BAP. Didin hanya bisa pasrah m enerim anya.
Hanya saja dia sangat berharap, luka-lukanya itu bisa diobati
karena dia sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya. Sadi sendiri
t en t u bisa m er asakan bagaim an a r asa sakit sep er t i yan g
dirasakan Didin.
19

Sem ua tahanan di kantor polisi itu m em ang tidak ada yang
diperken an kan un tuk m em bawa dan m em akai sarun g atau
selim ut. Di setiap m alam , m ereka selalu m erasa kedinginan.
Tidurnya pun di lantai, hanya beralaskan triplek tipis. Bahkan
Sadi tidak pernah m erasakan tidur nyenyak, apalagi di hari
ket ika Sad i m en galam i p en yiksaan fisik. Sakit d i seku ju r
t u b u h n ya m e m b u a t Sa d i t id a k b is a t id u r s a m a s e k a li.
Sedangkan di siang hari sem ua tahanan dilarang tidur. J ika
ada tah an an yan g ketah uan tidur sian g, polisi akan segera
m em ban gun kan n ya den gan cara m en ggun can g-gun can gkan
k u n ci ge m b o k

s e l s a m b il m e m b e n t a k - b e n t a k

dan

m engom elinya.

Kesem patan untuk keluar dari sel hanya terjadi kalau sedang
m endapatkan giliran untuk m enyapu lantai kantor polisi. Itu
m em an g su d ah m en jad i tu gas r u tin d ar i p ar a p olisi yan g
diberikan secara bergiliran kepada setiap tahanan. Di luar tugas
giliran itu, paling m ereka baru bisa keluar dari sel kalau ada
polisi yan g m en yuruhn ya un tuk m em ijat. Kalau polisi yan g
m enyuruhnya itu kebetulan baik, biasanya dia akan m em beri
im balan beberapa batang rokok.

Tid a k a d a o r a n gt u a , a p a la gi p e n a s ih a t h u k u m ya n g
m endam pingi Sadi saat dia diperiksa polisi. Sadi m alah disuruh
u n t u k m en a n d a t a n ga i s u r a t p er n ya t a a n t id a k b er s ed ia
didam pingi pengacara atau penasihat hukum selam a proses
20

pem eriksaan itu. Menurut para polisi, kalau m enggunakan
pen gacar a, pr oses pem er iksaan n ya akan lebih lam a, d an
hukum an yang nanti akan diterim anya pun pasti akan lebih
berat.

Sadi tidak tahu, bagaim ana dan kapan seharusnya dilakukan
p em er iksaan t er h ad ap n ya. Tid ak ad a yan g m en jelaskan
kepada Sadi tentang proses yang akan dia hadapi, apalagi yang
m enjelaskan tentang hak-hak yang sem estinya dia dapatkan
selam a proses pem eriksaan berlangsung. Pada saat itu Sadi
berpikir, dia m em ang sudah tidak m em iliki hak apapun selain
harus m en erim a dan m en urut saja den gan perkataan dan
perintah para polisi itu.

Ce rita p a ra o ra n gtu a a n a k
Kaget dan bingung. Itulah yang dirasakan Bu Rina sewaktu
dia diberitahu, anaknya ditangkap dan ditahan di kantor polisi.
Ka b a r t e n t a n g a n a k n ya in i t e r im a d a r i a d ik n ya ya n g
m en d ap at kan t elep on d ar i p olisi yan g m en an gan i kasu s
anaknya itu. Anaknya sendiri katanya sudah ditahan selam a
dua hari.

Saat itu juga Bu Rina langsung pergi ke kantor polisi tem pat
anaknya di tahan. Dari petugas jaga di kantor polisi tersebut,
Bu Rina kem udian m endapatkan inform asi, anaknya m em ang
ditahan di kantor polisi itu karena tertangkap warga sewaktu
21

mencuri kotak kencleng mesjid. Tanpa terlalu banyak kesulitan,
Bu Rin a kem u d ian d ip er t em u kan d en gan an akn ya it u d i
ruangan khusus.

Ketika m elihat keadaan anaknya yang babak belur, Bu Rina
hanya bisa m enangis: sedih, kesal, dan kecewa. Bu Rina pun
sangat m enyesalkan tindakan para polisi yang justru m alah
m e m u k u li la gi a n a k n ya s a a t m e la k u k a n p e m e r ik s a a n ;
bukan n ya m en gobati luka an akn ya yan g sudah babak belur
dipukuli warga. Lagipula, anaknya itu m asih kecil, dan kotak
kencleng m esjid yang dicurinya itu pun katanya kosong.

Kekecewaan Bu Rin a sem akin bertam bah karen a dia han ya
d iizin kan seben t ar saja u n t u k ber t em u d en gan an akn ya.
Padahal, ada beberapa orangtua yang juga m enjenguk tahanan
seperti dirinya yang bisa diizinkan berlam a-lam a.

Lain lagi dengan Bu Ham idah yang anaknya ditahan di kantor
polisi karena kasus kepemilikan ganja. Di setiap kali menjenguk
an akn ya, Bu H am idah selalu m em bawa beberapa bun gkus
r okok d an u an g u n tu k p etu gas jaga. Den gan car a in i, Bu
Ham idah bisa m endapat perlakuan khusus: kem udahan untuk
bertem u dengan anaknya dan bisa diizinkan berlam a-lam a saat
m engunjungi anaknya itu. Hal itu pun dilakukan Bu Ham idah
dengan harapan agar anaknya bisa diperlakukan dengan baik
oleh para polisi, tidak m en galam i siksaan selam a ditah an .
22

Selam a ini, anaknya yang ditahan itu terbukti baik-baik saja,
tidak m endapat gangguan dari siapapun.

Bu H am idah pun sem pat ditawari “jalan dam ai” oleh polisi
untuk m enyelesaikan kasus anaknya. Dengan uang sekitar 10
juta rupiah, polisi itu m enjanjikan akan bisa m enutup kasus
an akn ya tan pa perlu sam pai ke pen gadilan . Polisi itu juga
bilan g, kalau kasu sn ya su d ah d ilim p ah kan ke kejaksaan ,
harganya akan bisa lebih m ahal kalaupun nanti ingin m em ilih
“jalan d am ai”. Bu H am id ah m em an g m en d apat in for m asi
serupa dari beberapa oran g. Sebagian di an taran ya bahkan
m enyarankan agar Bu Ham idah m enerim a tawaran dam ai dari
polisi itu. Ada yang m encontohkan, anak saudaranya hanya
sebentar saja menginap di sel tahanan dan kasusnya tidak lanjut
sam pai pengadilan setelah saudaranya itu m enerim a tawaran
“jalan dam ai” dari polisi. Mem ang cukup besar uang yang harus
dikeluarkan n ya. Tetapi itu dian ggap cukup sepadan karen a
kasus yang m enim pa anak saudaranya itu terbilang kasus yang
berat.

Akan tetapi, ada juga oran gtua yan g bersikukuh tidak m au
m enem puh “jalan dam ai” untuk m enyelesaikan kasus hukum
anaknya. Pak Idam , contohnya, yang anaknya dituduh telah
m encuri handphone m ilik tem an sekolahnya. Pak Idam lebih
m em ilih untuk m engikuti prosedur hukum yang berlaku. Pak
Idam m alah sem pat m em inta bantuan pengacara ke sebuah
23

lem baga hukum yang khusus m enangani kasus-kasus hukum
yang dilakukan oleh anak-anak.

Nam un, nyali Pak Idam ciut juga ketika m enjelang persidangan
a n a kn ya , ja ksa d a n h a kim m en ga t a ka n b a h wa h u ku m a n
anaknya akan berat. Menjelang persidangan anaknya itu, Pak
I d a m a kh ir n ya h a r u s m en yer a h ju ga ket ika h a kim ya n g
bertugas m enangani kasus anaknya justru m enyarankan agar
Pak Id am t id ak u sah m en ggu n akan p en gacar a p ad a saat
persidangan anaknya nanti. Hakim itu berdalih, persidangan
anaknya itu akan lebih sulit, dan kem ungkinan vonis yang akan
dijatuhkan kepada anaknya pun cukup lam a, 3 tahun. Hakim
itu seterusnya m enyuruh Pak Idam untuk m enem ui jaksa yang
m enangani kasus anaknya.

Dengan jaksa itulah Pak Idam akhirnya “berdam ai”. Pak Idam
harus m em beri uang sebesar 5 juta rupiah kepada jaksa itu,
d e n ga n ja m in a n , a n a k n ya a k a n d ib e r ik a n k e r in ga n a n
h u ku m a n . J a m in a n it u m em a n g d it ep a t i: sa a t a n a kn ya
disidang, hakim hanya m enjatuhkan vonis selam a 1,5 bulan
dipotong m asa tahanan. Dengan vonis itu, anaknya Pak Idam
p r a kt is h a n ya m en yisa ka n m a sa h u ku m a n 1 h a r i ka r en a
anaknya sudah m enjalani m asa penahanan selam a 44 hari.

Adanya perm intaan sejum lah uang terhadap pihak keluarga
tahanan, ternyata tidak saja terjadi di lingkungan polisi. Petugas
24

Ba la i P e m a s ya r a k a t a n

(Ba p a s)

cu k u p

s e r in g ju ga

m elakukannya. Pak Idam pun m engalam inya.

P et u ga s Ba p a s m en d a t a n gi P a k I d a m u n t u k m ela ku ka n
pen elitian m asyarakat (litm as) sebagai salah satu tugasn ya.
Kepentingan hasil litm as, sebagaim ana yang dijelaskan oleh
p etu gas Bap as itu , akan d ip akai u n tu k m em ban tu p r oses
p e r s id a n ga n a n a k P a k I d a m n a n t i. Se t e la h m e la ku ka n
wawancara dan pendataan seputar latar belakang tindak pidana
yang dilakukan anaknya, riwayat hidup sosial anaknya yang
m elakukan tin dak pidan a, serta riwayat sosial keluargan ya,
petugas Bapas itu kem udian m em inta uang sebesar 50 0 ribu
rupiah kepada Pak Idam . Petugas Bapas itu berdalih, selain
untuk m engganti biaya adm inistrasi dan juga transportasi, dia
pun akan m em beri kem udahan dan keringanan proses hukum
bagi anaknya di pengadilan.

Berbagai cara m em an g ditem puh oleh pihak keluarga yan g
an akn ya d itah an agar an akn ya itu bisa seger a kelu ar d ar i
tahanan. Menerim a tawaran “jalan dam ai” dari polisi, biasanya
ditem puh oleh keluarga yang terbilang berada, karena uang
yang harus dikeluarkannya pun biasanya tidak bisa dibilang
sedikit. Selain dilakukan polisi, upaya “jalan dam ai” itu pun
sering juga ditawarkan oleh pihak keluarga tahanan. Pak Kasdi,
yan g an akn ya d itah an kar en a kasu s pen cu r ian ken d ar aan
berm otor, sem pat juga m en awarkan sejum lah uan g kepada
25

p o lis i s e b a ga i “ja la n Ba la i P e m a s ya r a k a t a n , a d a la h u n it
d a m a i”

a ga r

an akn ya tidak diproses
le b ih la n ju t . N a m u n ,
p ih a k p o lis i m e n o la k
tawar an n ya itu kar en a
pih ak korban dan juga
wa r ga la in n ya ya n g
m erasa telah dirugikan,
m en u n t u t agar p r oses
h u ku m t er h ad ap an ak
P a k Ka s d i it u t e r u s
dilanjutkan.

Kelu ar ga tah an an d ar i
golongan tidak m am pu,
m em an g

akan

m e n ga la m i k e s u lit a n
jik a

m er eka

m en em p u h

p elaksan a tekn is p em asyar akatan yan g
p e m b in a a n
k lie n
p e m a s ya r a k a t a n ya n g t e r d ir i d a r i
terpidan a bersyarat (dewasa dan an ak),
n arapidan a yan g m en dapat pem bebasan
b er sya r a t , cu t i m en jela n g b eb a s, ser t a
an ak n egara yan g m en dapat pem bebasan
b e r s ya r a t a t a u d is e r a h k a n k e p a d a
k e lu a r ga a s u h , a n a k n e ga r a ya n g
m en d a p a t cu t i m en jela n g b eb a s ser t a
a n a k n ega r a ya n g oleh h a kim d ip u t u s
d ik e m b a lik a n k e p a d a o r a n gt u a n ya
( k e p u t u s a n M e n t e r i Ke h a k im a n N o .
M .0 2 .P R .0 8 .0 3 t a h u n 19 9 9 ) t e n t a n g
p e m b e n t u k a n Ba la i P e r t im b a n ga n
P e m a s ya r a k a t a n d a n Tim P e n ga m a t
P e m a s ya r a k a t a n ) . Tu ga s Ba p a s ya n g
b e r k a it a n d e n ga n a n a k - a n a k a d a la h
sebagai berikut:
1. m e m b a n t u m e m p e r la n ca r t u ga s
p e n yid ik , p e n u n t u t u m u m , d a n
h a kim d a la m p er ka r a a n a k n a ka l,
baik di dalam m aupun di luar sidan g
an ak den gan m em buat laporan hasil
pen elitian kem asyarakatan (litm as/
case w ork);
2 . m e m b im b in g, m e m b a n t u , d a n
m en gawasi an ak n akal berdasarkan
p u t u s a n p e n ga d ila n , b a ik ya n g
d ija t u h i p id a n a b er sya r a t , p id a n a
p e n ga wa s a n ,
p id a n a
d en d a,
diserahkan kepada n egara da harus
m en giku ti latih an ker ja, atau an ak
ya n g m e m p e r o le h p e m b e b a s a n
b e r s ya r a t
dari
le m b a ga
pem asyarakatan .

k a s u s m e n a n ga n i

harus
“ja la n

d a m a i” d en ga n p olisi.

Untuk bisa mengeluarkan anaknya dari tahanan polisi, Bu Rina,
m isaln ya, han ya bisa m en gupayakan un tuk m em buat surat
p er n yat aan m aaf, d an m em in t a kep ad a p ih ak yan g t elah
menjadi korban untuk mencabut perkaranya. Sayangnya, upaya
yang ditem puh oleh Bu Rina itu pun tidak m em buahkan hasil.
26

Meskipun Bu Rina telah m em buat surat pernyataan m aaf dan
m en un jukkan surat pen cabutan perkara dari pihak korban ,
tetap i ber kas p er kar a an akn ya tetap saja d ilim p ah kan ke
kejaksaan oleh polisi.

Cara yang ham pir sam a dengan Bu Rina, ditem puh juga oleh
Pak Nan dar, yan g an akn ya terlibat kasus perkelahian yan g
m engakibatkan lawan berkelahinya m endapatkan luka bacok
di kepala. Dengan didam pingi oleh sebuah lem baga swadaya
m asyar akat yan g ber ger ak d i bid an g h u ku m , Pak Nan d ar
m en coba u n t u k m en yelesaikan kasu s an akn ya it u secar a
kekeluargaan dengan pihak keluarga korban. Di kantor polisi,
k e d u a p ih a k k e lu a r ga b e r e m b u k , s a m p a i a k h ir n ya
m en gh a silka n kesep a ka t a n , p ih a k kelu a r ga p ela ku a ka n
ber tan ggu n g jawab u n tu k m en an ggu n g sep en u h n ya biaya
pengobatan bagi pihak korban. Selain itu, keluarga dari kedua
b e la h p ih a k p u n b e r ja n ji a k a n s a n ggu p m e m b in a d a n
m engawasi anak-anaknya secara lebih baik.
^]

27

Selamat Datang
di Rumah Tahanan

Sadi sam a sekali tidak m engetahui dia akan dibawa kem ana
ketika p ar a p olisi m en yu r u h n ya iku t n aik m obil ber sam a
m ereka. Para polisi itu hanya bilang, dia harus ikut karena akan
dibelikan baju Lebaran. Sadi m em ang tidak percaya dengan
om ongan polisi itu. Mana m ungkin para polisi yang seringkali
m em perlakukannya dengan kasar itu, sekarang akan berbaik
hati m em belikannya baju Lebaran? Tetapi Sadi tentu saja tak
punya kuasa untuk m enolak. Dia hanya bisa m enurut seperti
yang diperintahkan.

Di dalam m obil, di sepanjang perjalanan, Sadi hanya diam .
Hatinya terus bertanya-tanya, kem ana di