05-Kondisi UK di Lokasi Bencana
BAHASAN UTAMA
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI
DAERAH BENCANA ALAM: POTRET
PENGRAJIN GERABAH DI PUNDONG KABUPATEN BANTUL
Dani Hamdan 1
Abstract
This article describes the condition of small enterprises in disaster-affected area,
based on a case study on pottery small industries in Yogyakarta after the earthquake. Pottery industries must be examined from two sides, the family side and
the enterprise side. The earthquake that hit this industry affects in two level, the
direct and indirect loss. The direct loss was caused by the product's unique characteristic, its fragility, and by its dependency on local sources of input, which
were also destroyed by the disaster. The indirect loss is related with the loss of
potential business development because they had to make up the loss first.
Therefore, efforts to rebuild the business should also pay attention on recovering physical infrastructure, rebuilding business networks by improving consumers' trust, and providing financial capital assistance.
Pendahuluan
lami juga sektor-sektor yang digeluti
Bencana alam yang datang silih ber-
Sektor ekonomi produktif mayoritas
para pelaku usaha kecil dan mikro.
ganti belakangan ini telah menyebab-
pelaku usaha di Indonesia ini banyak
kan kerugian, baik material maupun
yang mengalami keterpurukan. Keru-
nonmaterial sangat besar bagi pendu-
gian pelaku usaha mikro dan kecil, se-
duk di daerah bencana. Kerugian dia-
lain kerugian langsung, juga kerugian
1 Penulis adalah sekretaris eksekutif pada Jaringan Nasional Pendukung Usaha Kecil Menengah
(JNPUKM).
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
1
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
lain berupa hilangnya potensi pe-
dalam dua bagian besar, yaitu pemu-
ngembangan usaha yang telah diba-
lihan sarana fisik dan perbaikan jari-
ngun. Kerugian potensial ini misalnya
ngan asupan (input) dan keluaran
berupa rusak atau hilangnya akses
(output) yang sudah terbangun. Per-
terhadap sumber permodalan serta
baikan jaringan usaha lebih ditujukan
akses pasar yang dalam tahap pemu-
untuk membangun kembali keperca-
lihan kembali membutuhkan waktu
yaan dengan mata rantai usaha lain
jauh lebih lama.
baik di sektor hulu maupun di hilir. Misalnya memperbaiki dan mengemba-
Tulisan ini mencoba menggambarkan
likan kepercayaan pemasok bahan
secara ringkas kondisi pengrajin gera-
baku, pihak perbankan, dan pembeli
bah di daerah Pundong, Kabupaten
hasil produk (buyer). Pengembalian
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
kepercayaan ini untuk menghilang-
Sentra pengrajin gerabah di wilayah
kan kesan bahwa pelaku usaha mikro
ini mengalami kerusakan yang cukup
kecil telah kehilangan kemampuan
parah dalam gempa bumi yang me-
produktifnya setelah tertimpa benca-
landa DI Yogyakarta dan Jawa Tengah
na. Persoalannya, perbaikan jaringan
pada tanggal 27 mei 2006 silam. Tu-
usaha sering tidak mendapatkan per-
lisan ini secara khusus menyoroti upa-
hatian yang sungguh-sungguh. Pe-
ya pemulihan kembali usaha pasca-
mulihan kembali sudah dianggap ber-
bencana dengan mengesampingkan
hasil ketika pembangunan kembali
proses penanganan tanggap darurat
sarana fisik sudah dilakukan. Dalam
(emergency) pascabencana. Potret
konteks pelaku usaha mikro dan kecil,
kecil ini diharapkan dapat memberi-
patokan ini ”good but not sufficient”,
kan gambaran mengenai kondisi dan
baik tetapi belum cukup. Tentu ada
kesulitan yang dialami para pelaku
persoalan lain. Sulitnya pengukuran
usaha mikro kecil subsektor pengrajin
tingkat kepercayaan pelaku-pelaku
gerabah pascagempa bumi. Pada ba-
usaha dalam jaringan usaha hulu-hilir
gian akhir tulisan, penulis juga mena-
secara tepat menyulitkan penentuan
warkan beberapa usulan mengenai
ukuran pulih atau tidaknya jaringan
upaya pemulihan yang lebih baik da-
usaha. Pemulihan sarana usaha seca-
lam konteks penanganan pascaben-
ra fisik—yang relatif lebih mudah diu-
cana alam.
kur—masih mengalami berbagai kendala yang menyebabkan ketidakbe-
Di dalam konteks usaha mikro kecil,
resan penanganan pascabencana.
pemulihan kembali harus dibagi ke
2
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Kita tentu mafhum bahwa dalam
Kecamatan Pundong-Bantul Se-
urusan menangani bencana ada per-
bagai Sentra Industri Gerabah
soalan besar yang dihadapi bangsa
ini, yaitu rendahnya kualitas dan ke-
Kabupaten Bantul terletak di bagian
tersediaan
dini
selatan Kota Yogyakarta dan menca-
(early warning system) yang menye-
kup 15,9% luas Provinsi Daerah Isti-
babkan dampak bencana sulit untuk
mewa Yogyakarta (DIY). Selain me-
diantisipasi dan dikurangi. Selain itu,
miliki lahan pertanian luas, Kabupa-
sistem
peringatan
kita juga menghadapi kenyataan bah-
ten Bantul juga memiliki beragam
wa upaya pemulihan pascabencana
sentra industri kecil yang dominan
seringkali tidak sistematis, cenderung
mendukung citra DIY sebagai salah
tumpang tindih, dan reaktif.
satu tempat kunjungan wisata di ta-
Dalam persoalan sistem peringatan
mengingat Pendapatan Asli Daerah
nah air. Fakta ini sangat dipahami,
dini terlihat betapa lemahnya otoritas
(PAD) Kabupaten Bantul dari sektor
pemberi peringatan dalam menyam-
pariwisata pada tahun 2000 tercatat
paikan informasi tentang bencana a-
sebesar 1,8 milyar rupiah dan hampir
lam. Kondisi ini diperburuk dengan
mendekati 5 milyar rupiah pada tahun
manajemen sistem informasi yang ti-
2004. Jumlah kunjungan wisatawan
dak merata, cenderung terpenggal-
mancanegara maupun domestik terus
penggal, dan bahkan seringkali saling
meningkat setiap tahun. Pada tahun
bertolak belakang. Manajemen sistem
2004, jumlah wisatawan mancanega-
informasi pada tingkatan tertentu se-
ra mencapai 2726 pengunjung/bulan
makin melemah otoritasnya. Dalam
dan wisatawan domestik sebanyak
persoalan pemulihan, kita juga sangat
134.100
mafhum dengan istilah ”bantuan ben-
Pariwisata Kabupaten Bantul 2004).
pengunjung/bulan
(Dinas
cana berubah menjadi bencana ban-
Data pariwisata ini cukup menegas-
tuan”. Inilah potret tempat wajah ke-
kan bahwa sentra-sentra industri kecil
sukarelawanan menangani bencana
kerajinan di Kabupaten Bantul sangat
berubah menjadi ruang bagi penca-
mendukung sektor pariwisata setem-
paian beragam kepentingan yang ter-
pat.
lepas dari konteks bencana.
Statistik yang dikeluarkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Bantul tahun 2004 menunjukkan setidaknya ada 73 sentra
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
3
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
industri kecil yang tersebar di seluruh
keterampilan yang didapatkan secara
Kabupaten Bantul. Sentra-sentra ter-
turun temurun. Peningkatan keteram-
sebut meliputi sentra industri makan-
pilan kerja didapatkan dengan cara
an/minuman sebanyak 25 sentra dan
belajar sambil terus menerus melaku-
sentra kerajinan sebanyak 48 lokasi.
kan pekerjaan (learning by doing).
Keterampilan yang dimiliki oleh para
Lamanya pengalaman bekerja akan
pelaku usaha mikro kecil di wilayah ini
semakin meningkatkan keterampilan
merupakan keterampilan yang ditu-
para pekerja industri kecil kerajinan
runkan secara turun temurun. Ragam
tersebut. Proses peningkatan kete-
industri kecil tersebut meliputi indus-
rampilan ini adalah proses belajar
tri genteng dan bahan dari semen, ak-
yang terus menerus.
sesoris/perhiasan, industri berbahan
kulit, tatah sungging, batik, songket,
Dari berbagai jenis industri yang ada,
bordir, industri logam/ pandai besi, in-
industri gerabah memegang peranan
dustri berbahan kayu-bambu dan
paling penting. Selain karena jumlah
meubelair/furniture.
unit usaha dan penyerapan tenaga
Dalam konteks terjadinya bencana a-
duksinya pun menempati persentase
lam, sulit mengukur dampak yang di-
paling tinggi. Lebih dari 70% produksi
timbulkan. Kesulitan yang sama diala-
gerabah DIY dihasilkan di Kabupaten
kerja yang paling banyak, jumlah pro-
mi karena begitu tersebarnya sentra
Bantul (lihat tabel 1). Sentra unit usa-
industri kecil di wilayah ini. Melihat ra-
ha kecil gerabah Bantul tersebar di ti-
gam industri yang ada, industri-in-
ga kecamatan meliputi Kasihan, Pun-
dustri kecil ini memiliki satu karakte-
dong, dan Sedayu dengan sebaran di
ristik yang sama yaitu membutuhkan
lima desa. Data tahun 2004 menun-
bahan baku dan peralatan kerja ter-
jukkan sentra usaha keramik Bantul
tentu serta menuntut adanya kete-
terdiri dari 639 unit dengan 2.607 te-
rampilan yang khusus. Keterampilan
naga kerja dan rata-rata produksi
yang dimiliki oleh para pelaku usaha
2.965.400 buah gerabah per tahun.
mikro kecil di wilayah ini merupakan
4
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Tabel 1 Kontribusi Produk Gerabah Bantul
Sumber: Komite Percepatan Pemulihan Ekonomi Yogyakarta, Disperindagkop
DIY, 2006
Di Kecamatan Pundong sendiri, sentra
ada, sentra industri gerabah jauh le-
industri kecil gerabah tersebar di 2 de-
bih besar dibandingkan dengan sen-
sa yaitu Desa Panjangrejo dan Srihar-
tra industri makanan. Dalam konteks
dono. Sementara industri makanan
kerentanan terhadap bencana alam,
terdapat di Desa Sriharjo untuk indus-
industri gerabah juga menarik untuk
tri kerupuk dan Industri pati ubi kayu
dicermati mengingat karakter hasil
bersamaan terdapat di Desa Srihar-
produksinya yang rentan (fragile) ter-
dono. Jika melihat data statistik yang
hadap guncangan secara fisik.
Tabel 2 Data Industri Mikro Kecil Gerabah di Kecamatan Pundong
No.
Desa
Unit
Jumlah
Tenaga Kerja
Kapasitas
Produksi
Nilai Investasi
(dalam 000)
1
Panjangrejo
183
500 orang
1,237,500 buah
125,750
2
Srihardono
9
27 orang
712,500 buah
13,125
Sumber: Dinas Perindagkop Kab. Bantul, 2006
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
5
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
Pascagempa bumi bulan Mei 2006 si-
bahkan penurunan yang cukup signi-
lam, Kecamatan Pundong merupakan
fikan pasca terjadinya musibah gem-
salah satu daerah yang mengalami
pa bumi bulan Mei 2006 silam. Untuk
kerusakan berat. Data yang dihimpun
data
KP2Y dengan merujuk pada Media
pascabencana gempa dapat dilihat
Centre per 7 Juni 2006, atau sekitar 1
pada Tabel 3.
bulan
pascagempa,
sementara,
nilai
kerusakan
menunjukkan
bahwa Kecamatan Pundong merupakan salah satu daerah yang mengala-
Profil dan Kondisi Sentra Gerabah
mi kerusakan berat. Sebagai salah sa-
di Pundong Sebelum Gempa
tu pusat industri kecil gerabah, kerentanan pascagempa di wilayah ini men-
Ciri khas yang menarik dari kerajinan
jadi menarik untuk ditelisik lebih jauh.
gerabah sebagai pendukung sektor
pariwisata unggulan adalah nilai artis-
Hasil kerajinan gerabah Kabupaten
tik yang dikandung dalam setiap pro-
Bantul secara keseluruhan dipasarkan
duk. Ciri ini acap kali melampaui nilai
untuk konsumen dalam negeri. Seba-
hasil kerajinan gerabah secara fung-
giannya sudah beorientasi ekspor. Da-
sional. Beragam produk seperti tem-
ta statistik juga menunjukkan bahwa
payan (maron), tempat berwudu (pa-
total realisasi ekspor hasil kerajinan
dasan), tungku, asbak, tempat me-
gerabah pada tahun 2004 mencapai
nyimpan botol, tempat lilin, patung,
nilai 448.661,28 US dollar. Jumlah ini
nampan buah-buahan, tempat pa-
merupakan 60% dari total ekspor ke-
yung, kap lampu, topeng, dan lain-la-
rajinan Provinsi DIY (Lihat Tabel 1 se-
in dibentuk dalam nuansa tradisional.
bagai perbandingan). Perkembangan
Produk gerabah juga dapat dibedakan
industri mikro kecil kerajinan gerabah
antara produk alami/natural dan pro-
di Kecamatan Pundong sendiri telah
duk yang sudah diproses ke dalam ta-
tumbuh sejak tahun 1978 dan terus
hap pengecatan. Selain itu, karakte-
mengalami perkembangan dari tahun
ristik lain dari industri gerabah yang
ke tahun, terutama dari sisi perkem-
cukup menonjol adalah tingginya tun-
bangan penyerapan tenaga kerja,
tutan akan perubahan desain yang
jumlah omzet, dan jumlah serta varia-
harus mengimbangi kecenderungan
si produk yang dihasilkan. Meskipun
(trend) pasar terus-menerus, teruta-
belum tersedia data yang akurat, na-
ma pasar internasional.
mun dapat dipastikan bahwa perkembangan ini mengalami kemandekan,
6
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Bahan dasar pembuatan gabah ada-
tanah liat dimasukkan agar mengikuti
lah sejenis tanah liat dengan karakte-
bentuk gerabah yang diinginkan.
ristik tertentu. Untuk wilayah Pundong, tanah liat didapatkan dari Go-
Untuk model yang tidak dicetak, gera-
dean, Kabupaten Sleman. Harga ta-
bah dibuat dengan menggunakan
nah untuk bahan dasar ini adalah
hand wheel atau kick wheel, sejenis
Rp300.00,-/3,5 m atau per 1 bak mo-
alat yang diputar secara manual. Alat
bil jenis pick up. Tanah liat ini setelah
ini memiliki permukaan yang bundar
3
dicampur dengan bahan tertentu se-
dan datar, yang akan ikut berputar ke-
perti kaolin kemudian dibentuk sesuai
tika secara manual dikayuh atau dipu-
dengan gerabah yang ingin dihasilkan
tar. Tanah liat untuk membentuk ge-
dan akan menjadi gerabah setengah
rabah diletakkan di atas permukaan
jadi. Ada dua jenis hasil gerabah, per-
yang berputar dan dibentuk dengan
tama gerabah yang dihasilkan dengan
tangan sesuai model yang diinginkan.
dibentuk tangan menggunakan hand
wheel atau kick wheel. Yang kedua
Setelah menjadi bahan setengah jadi,
adalah gerabah yang dihasilkan de-
gerabah-gerabah tersebut kemudian
ngan cara dicetak menggunakan gips
dikeringkan sebelum dibakar di tung-
atau tanah model.
ku pembakaran dengan suhu sangat
tinggi. Lamanya pembakaran gerabah
Alat cetak gerabah terbuat dari bahan
di tungku berkisar 3—5 jam dengan
dasar gips. Bahan gips dibeli dengan
suhu kisaran 300oC—750oC, tergan-
harga Rp60.000,- per karung yang
tung ukuran gerabah dan hasil bakar-
biasanya dipakai untuk membuat 23
an yang diinginkan. Permukaan da-
model cetakan untuk 10—20 buah
lam tungku yang dilapisi kaolin sangat
gips cetakan, tergantung jenis dan u-
membantu mempercepat pencapaian
kuran. Gips akan dibentuk sesuai de-
suhu yang dikehendaki. Hasil dari
ngan bentuk ”tanah model” tiga di-
pembakaran ini menjadikan bahan
mensi. Setelah tanah model dibentuk,
dasar gerabah mengeras dan berwar-
kemudian dibuatlah cetakan dari gips
na kemerahan. Untuk gerabah terten-
mengikuti model tersebut. Setelah
tu yang ingin dihasilkan dengan war-
menutupi seluruh permukaan tanah
na lain, bahan dasar gerabah dibakar
model, cetakan gips dibiarkan sampai
dua kali setelah diberi cairan pewarna
mengeras untuk kemudian dilepaskan
tertentu. Setelah diangkat dari tung-
dan terbentuklah cetakan gerabah. Ke
ku pembakaran dan dingin, finishing
dalam cetakan gips inilah kemudian
dari proses pembuatan gerabah ini di-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
7
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
lakukan dengan memberikan sentuh-
frastruktur penyimpanan (storage)
an akhir secara artistik. Ada gerabah
yang tidak memadai, dalam arti tidak
yang diberi permukaan bambu, dicat,
cukup melindungi produk dari keru-
diberi permukaan mengkilat, dan la-
sakan fisik. Pada tahapan pemulihan
in-lain sesuai dengan hasil yang dike-
kembali, kesulitan juga dialami kare-
hendaki atau sesuai dengan pesanan.
na kurangnya jumlah pengusaha yang
Seperti telah diuraikan sebelumnya,
rum Daerah Usaha Kecil Menengah
mengasuransikan aset usahanya. Fohasil gerabah Pundong ditujukan un-
(Forda UKM) Yogya, sebuah perkum-
tuk pasar domestik maupun pasar
pulan UKM yang salah satu basis ang-
luar negeri/ekspor. Kebanyakan gera-
gotanya berada di Kecamatan Pun-
bah dibuat berdasarkan pesanan,
dong, menyebutkan bahwa pelaku u-
meskipun ada juga yang dibuat tanpa
saha mikro kecil sektor gerabah ma-
berdasarkan pesanan, misalnya un-
sih sangat kurang pemahaman pen-
tuk gerabah model baru yang ingin di-
tingnya asuransi. Ditengarai bahwa
perkenalkan. Akses pasar gerabah
kurang dari 10% pelaku usaha mikro-
dari Pundong dikirimkan melalui tra-
kecil gerabah di Pundong yang telah
der (pedagang perantara) di Jogja,
memiliki polis asuransi. Kondisi ini di-
Bali, dan Jakarta.
sebabkan oleh adanya pandangan pelaku usaha bahwa usaha berskala mikro kecil tidak memerlukan asuransi.
Beberapa Aspek Kerentanan UMK
di Subsektor Gerabah
Dari sisi tenaga kerja, ketiadaan jaminan (asuransi) kesehatan turut
Kondisi subsektor usaha mikro kecil
memperberat upaya pemilik usaha
gerabah yang demikian dinamis dan
maupun pekerja untuk segera pulih
terus tumbuh di Kecamatan Pundong
dan kembali berkegiatan produktif.
memiliki kerentanan eksternal yang
Dari sisi mata rantai, usaha-usaha mi-
cukup kuat, termasuk kerentanan fi-
kro kecil secara geografis saling ber-
sik yang disebabkan oleh bencana a-
dekatan, sehingga bencana gempa
lam. Setiap produk yang dihasilkan a-
bumi akan turut menghancurkan ma-
dalah produk yang sangat mudah pe-
ta rantai hulu maupun hilir di sekitar
cah. Kondisi ini diperburuk dengan in-
lokasi usaha tersebut.
8
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Tabel 3 Perkiraan Jumlah dan Nilai Kerusakan Pascabencana Gempa
Damage / Loss Value
Ceramic
Furniture
Leather
Foods
Silver
Building
Equipment
Capital
10.491.546.500
13.103.000.000
10.190.000.000
NA
9.311.150.000
8.812.899.060
3.946.200.000
5.465.000.000
NA
156.166.000
1.678.647.440
10.331.392.500
3.070.000.000
NA
127.300.000
43.095.696.500
18.380.265.060
15.207.339.940
Sumber: Komite Percepatan Pemulihan Ekonomi Yogyakarta, Disperindagkop DIY, 2006
Bencana yang serentak dan meluas di
Namun hal serupa tidak terjadi pada
sekitar lokasi pengrajin gerabah ini
semen karena adanya subsidi dari pa-
juga menyebabkan terjadinya peru-
brik semen selama tahap perbaikan fi-
bahan terhadap permintaan dan pe-
sik wilayah bencana. Semen cende-
nawaran (supply-demand) jenis ko-
rung mengalami penurunan harga
moditi tertentu yang mengubah har-
510%. Peningkatan harga sejumlah
ganya. Salah seorang pengrajin gera-
bahan bangunan pada gilirannya me-
bah mengungkapkan terjadinya peru-
nyebabkan
terjadinya
peningkatan
bahan harga bambu anyam bahan fi-
biaya pemulihan fisik, terutama untuk
nishing produk gerabah terracota. Se-
rumah, brek, dan tungku pembakaran
bagai contoh, harga selembar bambu
gerabah. Sementara itu, terjadi penu-
anyam dengan lebar 2x3m2 mengala-
runan persediaan bahan dasar tanah
mi perubahan dari Rp9000,- menjadi
liat karena berkurangnya jumlah te-
Rp23.000,-. Hal ini karena mening-
naga kerja yang mengambil tanah
katnya permintaan lokal terhadap
liat.
bambu sebagai bahan bangunan untuk proses pemulihan kembali fisik.
Terkait dengan omset, seorang peng-
Pada kurun pembangunan kembali
rajin mengakui adanya penurunan
tersebut, permintaan terhadap se-
pendapatan yang sampai 70%. Ke-
jumlah bahan bangunan meningkat
cenderungan penurunan ini dirasakan
dengan tajam.
dengan membandingkan omset ratarata bulanan dengan omset pada bulan pertama pascabencana. Penurun-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
9
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
an terutama dirasakan dari produkproduk berorientasi ekspor. Sejumlah
produk yang sudah siap kirim hampir
hancur total, sementara pada saat yang sama memproduksi gerabah hampir tidak mungkin dilakukan. Hal yang
dapat dilakukan oleh pengrajin gerabah di dalam kondisi seperti ini adalah
melakukan perbaikan ulang terhadap
produk yang hanya mengalami sedikit
kecacatan. Pada beberapa lokasi di
Pundong, sejumlah pengrajin melakukan finishing terhadap bahan dasar
gerabah yang tidak mengalami kerusakan.
Salah
seorang
pengrajin
gerabah
yang lain mengakui bahwa kepercayaan bank terhadap usahanya sempat
mengalami penurunan. Pihak bank
sempat tidak percaya bahwa unit usahanya dapat bangkit kembali mengingat kerusakan fisik yang dialami sangat parah. Di wilayah Pundong ini kita dapat mengamati betapa banyaknya bangunan hancur yang kemudian
diratakan dengan tanah. Kepercayaan
pihak bank agak sedikit pulih karena
track record usahanya selama ini sangat baik dalam hal pengembalian
mengucurkan
pinjaman
sebesar
Rp17.000.000,- setelah melihat dan
mempelajari surat-surat pemesanan
dari pembeli yang harus segera dipenuhi. Sebagian dari pinjaman ini segera digulirkan untuk proses produksi
meski dengan kondisi yang sangat
minim. Sebagian dana pinjaman tersebut dipergunakan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan
untuk situasi darurat. Namun demikian, tidak cukup banyak pengrajin
gerabah yang mendapatkan kembali
kepercayaan dari bank dengan cukup
cepat.
Di dalam proses pemulihan kembali
ini, sejumlah perkumpulan usaha seperti Forda UKM, Asmindo, Kadin Daerah, dan Asephi di Yogyakarta membentuk konsorsium KP2Y (Komite Pemulihan Perekonomian Yogyakarta).
Salah satu keberhasilan komite ini
adalah membuka akses pinjaman lunak dari Bank Mandiri, Bank Rakyat
Indonesia (BRI) dan Bank BTN. Skema pinjaman bank-bank ini cukup
membantu pengrajin gerabah untuk
memperbaiki sarana usaha dan memulai produksinya kembali.
pinjaman. Pihak bank juga akhirnya
10
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Tabel 4 Skema Pinjaman Lunak 3 Bank di Bantul dalam Proses
Pemulihan kembali
Nama Bank
Besar Pinjaman
(Rp.)
Bunga
Lama Pinjaman
Peruntukan
BNI dan Bank
Mandiri
Sampai 5 juta
1—5 tahun
5—10 juta
6%/ tahun
(tanpa agunan)
6%/ tahun
Sarana usaha
dan proses
produksi
10—20 juta
8%/ tahun
20—30 juta
10%/ tahun
Sampai 42 juta
5,5%/ tahun
Sampai 10 tahun
Hanya untuk
membangun
sarana fisik
usaha
Bank BTN
Sumber: KP2Y Yogyakarta, 2006
Peran perkumpulan UKM sangat stra-
Jerman yang berkantor di Jakarta.
tegis di dalam kondisi pascabencana
Beberapa pelaku usaha mikro kecil
ini. Salah satu peran inovatif yang di-
gerabah ini juga mengakui bahwa se-
lakukan oleh Forda UKM Jogja, misal-
lain memanfaatkan skema pinjaman
nya, adalah keberhasilan menandai
lunak, mereka juga mendapatkan
kebutuhan pemulihan kembali peng-
pinjaman lunak dari para pelanggan,
rajin gerabah yang menjadi anggota-
terutama pelanggan dari luar negeri.
nya. Sebanyak 21 unit usaha gerabah
Pinjaman ini kemudian akan diperhi-
di Pundong menjadi anggota Forda
tungkan dengan transaksi pembelian
UKM Jogja ini. Hasil kajian itu ternya-
produk berikutnya.
ta sangat membantu Forda dalam
menggalang dana. Ini terbukti de-
Perkumpulan-perkumpulan yang ter-
ngan didapatkannya dana bantuan
gabung di dalam KP2Y ini juga berha-
perbaikan tungku dan brek sebesar
sil mendapatkan akses mengikuti pa-
masing-masing Rp1.600.000,- untuk
meran yang diselenggarakan khusus
13 unit pengrajin gerabah yang men-
bagi pelaku usaha mikro kecil korban
jadi anggota Forda di Pundong. Dana
bencana gempa. Akses ini didapatkan
hibah ini didapat dari dana CSR (Cor-
baik dari pemerintah, lembaga donor,
porate Social Responsibility) salah sa-
maupun perusahaan swasta. Para
tu perusahaan telekomunikasi asal
pengrajin gerabah mengakui bahwa
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
11
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
peran perkumpulan tempat mereka
hancuran industri mikro kecil itu sen-
bergabung memberikan manfaat ya-
diri. Rumah adalah tempat si pemilik
ng cukup besar di dalam kondisi kritis
industri bekerja untuk perencanaan
usaha mereka pascabencana.
produksi dan pembuatan desain. Rumah juga menjadi tempat penyimpanan aset-aset seperti uang tunai,
surat-surat perbankan, delivery order
Pendekatan dari Dua Sisi
(DO), surat perjanjian kerjasama deBagaimanapun, unit usaha mikro ke-
ngan pihak pembeli (buyer), dan su-
cil harus dipandang dari dua sisi se-
rat-surat berharga lainnya. Dalam be-
kaligus. Ia adalah sebuah unit keluar-
berapa kasus, contoh produk yang
ga yang, dalam kadar tertentu, tidak
biasanya juga disimpan di rumah te-
dapat dibedakan dengan masyarakat
lah mengalami kerusakan yang parah
pada umumnya. Ia juga harus dipan-
dan tidak dapat dipergunakan lagi.
dang sebagai sebuah unit usaha yang
memiliki ciri yang khas sebagaimana
Dalam konteks usaha mikro kecil,
lazimnya sebuah unit usaha. Dengan
lingkungan di sekitar rumah, seperti
demikian,
pe-
di bawah pohon rindang dan halaman
pendekatan
dalam
nanganan pascabencana bagi unit u-
rumah, adalah tempat para pekerja
saha mikro kecil tak akan cukup jika
membuat bahan dasar kerajinan ge-
hanya salah satu sisi saja yang dita-
rabah sebelum dibakar di tungku
ngani. Skala usaha mikro kecil yang
pembakaran dan dikeringkan untuk
sebagian besar merupakan industri
2 . Demikian
proses finishing di brekm
rumah tangga (home industry) me-
pula, sumber air yang dipergunakan
nyebabkan fungsi rumah sebagai ru-
selama proses produksi didapatkan
ang private dan ruang bisnis tidak da-
dari sumber air yang ada di sekitar
pat dipisahkan.
tempat produksi. Oleh karena itu,
pengrajin gerabah tidak dapat memi-
Di Kecamatan Pundong, hancurnya
sahkan diri dengan lingkungan seki-
bangunan rumah dan lingkungan se-
tar. Keterbatasan infrastruktur pro-
kitarnya—secara langsung, meskipun
duksi menyebabkan banyak hal yang
tidak total—telah menyebabkan ke-
telah tersedia secara alami di sekitar
2 Tempat untuk mengolah, menyimpan, dan mengeringkan gerabah. Rangka brek terbuat dari kayu
yang ditutupi genting tanah sebagai atap. Keempat sisi brek terbuka tanpa dinding atau diberi dinding yang cukup rendah untuk sirkulasi udara. Ukuran rata-rata brek adalah 4 x 6meter persegi.
12
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
tempat usaha dijadikan alat pendu-
Lumpuhnya Mata Rantai Produksi
kung usaha, khususnya di dalam proses produksi. Kondisi ini menegaskan
Dari faktor asupan (input), proses
bahwa selain kerusakan langsung
maupun keluaran (output), dampak
yang dialami sarana produksi yang di-
bencana sangat dirasakan oleh ke-
miliki, kerusakan yang dialami ling-
lompok pengrajin mikro kecil rumah-
kungan di sekitar tempat usahapun
an ini. Bahan dasar tanah sebagai ba-
secara langsung turut menghambat
han pokok gerabah dan merupakan
proses produksi. Ini merupakan ka-
faktor asupan yang didapatkan dari
rakteristik khas yang melekat pada
lingkungan sekitar tempat pengolah-
pelaku usaha mikro kecil sektor peng-
an tidak mengalami kendala berarti.
rajin gerabah.
Masalah justru timbul dari ketiadaan
tenaga kerja yang bisa terlibat untuk
Ketika rumah dengan fungsi utama
keseluruhan faktor produksi, terma-
sebagai tempat tinggal telah kehila-
suk pengadaan tanah sebagai bahan
ngan fungsinya, maka secara lang-
dasar gerabah. Dalam situasi ketika
sung proses pengolahan gerabah te-
tanggap darurat masih berlangsung,
lah kehilangan salah satu faktor pro-
para pemilik industri gerabah kehila-
duksinya yang sangat penting. Bah-
ngan banyak sekali tenaga kerja. Se-
kan ketiadaan fungsi rumah dalam
bagian besar tenaga kerjanya tidak
kondisi terburuk telah menyebabkan
masuk kerja karena harus mengurusi
seluruh proses produksi terhenti.
tempat tinggal mereka yang juga terkena bencana. Kondisi ini berlangsung
Oleh karena itu, pendekatan bagi pe-
selama satu minggu pertama pasca-
mulihan kembali sektor-sektor yang
bencana. Secara bertahap para peker-
digeluti oleh industri mikro kecil harus
ja mulai bekerja kembali meskipun
dilihat dari dua sisi. Pertama, pemu-
belum dapat produktif kembali sepe-
lihan bangunan rumah sebagai fungsi
nuhnya.
rumah tangga dan sebagai sarana
produksi. Jika fungsi rumah ini berha-
Pengrajin gerabah di Pudong rata-rata
sil dipulihkan, maka baik sisi fungsi
memiliki tenaga kerja tetap sebanyak
keluarga maupun fungsi produksi ikut
14 orang dan tenaga kerja tidak tetap
terpulihkan. Pada tahap inilah dibu-
4 orang. Pekerja tetap adalah mereka
tuhkan kajian dan penyusunan skala
yang bekerja dalam kondisi normal
prioritas untuk mempercepat tahap
yaitu bila terjadi permintaan yang te-
pemulihan usaha.
tap terhadap hasil gerabah. Pekerja ti-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
13
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
dak tetap adalah pekerja yang dire-
nuhan pesanan pelanggan. Kurang
krut sebagai pekerja tambahan apa-
terpenuhinya tenaga kerja bukan ha-
permintaan
nya dari sisi kuantitatif dan kehadiran
(over demand) atau ada permintaan
fisik para pekerja. Beberapa pekerja
bila
terjadi
kelebihan
khusus dari buyer (pembeli). Mayori-
yang juga menjadi korban gempa me-
tas pekerja (90%) berasal dari daerah
ngalami penurunan dari sisi kualitas
sekitar seperti Jetis, Watu, dan Nglo-
kerja. Sebagian besar pekerja yang
rong yang memang sudah secara tu-
memaksakan kembali untuk segera
run temurun mewarisi kepandaian
bekerja masih mengalami trauma dan
mengolah gerabah, sementara sele-
kehilangan konsentrasi. Di satu sisi
bihnya didatangkan dari luar daerah,
mereka sangat membutuhkan penda-
terutama untuk mereka yang memili-
patan dari bekerja, namun di sisi lain
ki keahlian khusus memenuhi per-
mereka juga memikirkan perbaikan
mintaan jenis gerabah tertentu.
rumah tinggal dan keluarga yang
menjadi korban serta masih dihantui
Sebagian besar pekerja di subsektor
rasa khawatir akan terjadinya gempa
ini masih tetap memiliki kegiatan tra-
susulan.
disional seperti bercocok tanam dan
beternak, di luar pekerjaannya seba-
Dari sisi pasar, rusaknya sarana kerja
gai pekerja industri gerabah. Para pe-
pascagempa bumi disertai dengan
kerja mendapatkan upah setiap satu
lunturnya kepercayaan pembeli per-
minggu sekali yaitu pada hari Sabtu.
antara (trader) maupun pembeli lang-
Menurut pengakuan salah satu pemi-
sung (buyer) terhadap berjalannya
lik industri gerabah, pola pembayaran
kembali usaha mikro kecil gerabah ini.
ini cukup bagus dan tidak menggang-
Hal itu juga diperburuk oleh kondisi
gu arus kas. Besarnya upah untuk se-
berjalan, ketika masih ada sejumlah
tiap pekerja berbeda-beda tergan-
utang pesanan yang dalam waktu ter-
tung keahlian yang dimiliki. Namun
tentu harus sudah dipenuhi pengrajin.
bila dirata-ratakan, masing-masing
Kondisi ini dirasakan sangat berat o-
pekerja mendapatkan
penghasilan
leh para pengrajin gerabah. Jalan ke-
bersih (take home pay) sebesar
luar yang ditempuh adalah melaku-
Rp150.000,- sampai Rp200.000,- per
kan tawar-menawar dan penjadwalan
minggu.
ulang pemenuhan pesanan.
Faktor tenaga kerja ini berpengaruh
Persoalan lain yang dihadapi para pe-
cukup besar terhadap kinerja peme-
laku usaha mikro kecil gerabah ini
14
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
adalah sulitnya melakukan penagihan
ng pada saat bersamaan menjadi kor-
piutang kerja dari para pemasok ba-
ban bencana yang kurang lebih sama.
han baku. Kondisi ini dapat dipahami
mengingat hampir seluruh bahan ba-
Ilustrasi Kalkulasi Unit Usaha
ku didapatkan dari daerah sekitar ya-
Kecil Gerabah Pascagempa
Tabel 5 Ilustrasi Kalkulasi Kerugian pada Satu Unit Usaha Kecil
Gerabah di Pundong
No.
Unit Analisis
Kondisi Awal
Kondisi
Pascagempa
(Perkiraan Nilai
Kerugian Rp.)
Keterangan
Kerugian Material Langsung , Dikuantifikasi dan Dikonversi
1
Rumah
Permanen, ukuran
120 m2
Rusak total,
kehilangan
(60.000.000,-)
2
Brak
Nonpermanen, 4x6
m2
Rusak total
(3.000.000,-)
3
Tungku pembakaran
Permenen, berlapis
kaolin, 1x1x3m2
Rusak (1.700.000,-)
4
Alat putar kick wheel
5 buah kondisi
terpakai
Rusak (1.250.000,-)
Harga
@Rp250.000,-
5
Alat putar hand
wheel
10 buah kondisi
terpakai
Rusak (1.500.000,-)
Harga
@Rp150.000,-
6
Gerabah jadi dan
setengah jadi
100 buah
90% Rusak
(4.500.000,-)
7
Order
Order berjalan
Rp100.000,-/ bulan
Menurun tajam 70%
(70.000,-)
Perkiraan rata-rata
nilai jual per buah
Rp50.000,-
Tempat tinggal
sekaligus faktor
produksi
Kerugian Nonmaterial Langsung , Dapat Dikuantifikasi dan Tidak Dikonversi
1
Tenaga kerja
7 orang pekerja lakilaki dan 7 orang
pekerja perempuan
yang bekerja setiap
hari, 4 orang pekerja
tidak tetap
berdasarkan
kebutuhan
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
Sampai dengan
proses pemulihan
berjalan, baru 50%
yang bekerja efektif
terutama yang
perempuan. Pekerja
yang laki-laki lebih
banyak terlibat
dalam tradisi gotong
Selain kuantitas,
kualitas pekerja juga
menurun
15
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
royong membangun
rumah dan fasilitas
umum
2
Bahan baku
Tanah, dibeli dari
Godean Sleman,
kapasitas 7 m3/
bulan dengan harga
600.000,-
Ada kenaikan biaya
angkutan, namun
tidak signifikan
Pembelian bahan
baku dilakukan
secara berkelompok
3
Bahan pendukung
Harga bilik bambu
2x3 m2 Rp9.000,-
Harga bilik bambu
2x3 m2 Rp23.000,-
Bilik bambu hanya
sebagai salah satu
contoh bahan
pendukung yang
cukup banyak
dipergunakan
4
Sumber modal
Koperasi, Dana
PKBL BUMN dan
bank
Koperasi, Dana
PKBL BUMN dan
bank swasta, tidak
berubah. Mengalami
kendala untuk
pengembalian
pinjaman dan
pengajuan pinjaman
baru
4
Akses pasar
Tidak dapat
Domestik ke Bali
memenuhi beberapa
dan sekitar Jogja,
pesanan baru
ekspor dilakukan
melalui trader di Bali,
Jogja dan Jakarta.....
5
Kapasitas produksi
5000—10.000 buah/
bulan dengan
10—20 varian
produk gerabah
Di bawah 5.000
buah/ bulan dengan
varian produk yang
lenbih sedikit
Pasca gempa lebih
memprioritaskan
pesanan yang sudah
diorder
5
Dokumen-dokumen
penting
Sertifikat, surat-surat
transaksi, dokumen
dari bank dll.
Tidak mengalami
kerusakan
Kerusakan dokumen
dimungkinkan kalau
terjadi bankir atau
kebakaran
Ilustrasi di dalam tabel di atas disusun untuk memberikan gambaran tentang kondisi
dan kerugian yang dialami oleh pelaku usaha kecil gerabah secara umum. Tabel disusun
tidak mewakili satu unit usaha kecil gerabah tertentu, namun didasarkan pada hasil
wawancara dengan pelaku usaha kecil gerabah.
16
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Berdasarkan data yang dihimpun oleh
Dari kunjungan langsung penulis ke
Forda UKM Jogja terhadap 21 unit
Pundong, didapatkan keterangan bah-
pengrajin gerabah di Pundong, ren-
wa prioritas kebutuhan riil pelaku usa-
tang kerugian yang dialami oleh para
ha secara fisik adalah pembangunan
pelaku usaha kecil gerabah pasca-
kembali tungku pembakaran gerabah
gempa di Pundong berkisar antara Rp
dan brek. Dalam kasus gempa bumi,
19.000.000,-
Rp
tungku pembakaran tidak mengalami
180.000.000,-. Rentang besaran ke-
sampai
dengan
kehancuran total, dalam arti pondasi
rugian ini tergantung dari besarnya
tungku rata-rata masih dapat diguna-
unit usaha dan jumlah kerusakan
kan. Sehingga kebutuhan riil yang
yang dialami. Meskipun seluruh wila-
muncul adalah perbaikan bagian atas
yah Pundong menjadi lokasi gempa
tungku yang membutuhkan semen,
yang kuat, namun tingkat kerusakan
batu-bata, dan kaolin (pelapis tahan
yang dialami oleh masing-masing unit
panas bersuhu tinggi) serta upah tu-
usaha relatif berbeda.
kang. Bila dihitung, kebutuhan ratarata riil untuk perbaikan tungku beru-
Solusi Bagi Pemulihan Pengrajin
Mikro Kecil Subsektor Gerabah
Dari uraian bagian sebelumnya muncul pertanyaan, apakah memang perlu ada perlakuan khusus dalam rangka pemulihan untuk sektor gerabah
yang dikelola secara mikro-kecil ini?
Jawabannya adalah ”ya”.
Perlakuan
khusus yang dimaksud sebenarnya
mengarah kepada adanya satu program terpadu yang berbasis kebutuhan riil para pelaku industri mikro-kecil
subsektor gerabah. Perlakuan khusus
ini juga agar program pemulihan memiliki ketepatan metode, pendekatan,
dan tepat sasaran bagi para beneficiaries (pelaku UKM) langsung.
kuran sedang adalah Rp1.600.000,sampai Rp2.000.000,- per tungku
(tergantung ukuran). Sedangkan kebutuhan untuk perbaikan brek berukuran 4 x 6 meter persegi hanya membutuhkan Rp. 3.000.000,-, meliputi
kebutuhan membersihkan sisa reruntuhan, pembelian bahan (batu bata,
semen, pasir, kayu, bambu dan genting), dan upah tukang.
Bagi pelaku usaha gerabah, perbaikan
dua sarana fisik yang vital tersebut dianggap perlu didahulukan agar usaha
segera berjalan kembali. Perbaikan
dua sarana vital itu sangat membutuhkan bantuan dari pihak luar baik
dalam bentuk bantuan hibah maupun
bantuan berbentuk investasi. Proses
produksi tidak mungkin berjalan jika
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
17
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
tungku pembakaran dan brek masih
kan, dan pembeli. Kajian kemungkin-
dalam keadaan rusak.
an pemulihan juga sangat penting untuk mendapatkan gambaran tentang
Pada saat yang bersamaan, kebutuh-
langkah-langkah apa yang harus se-
an pemulihan lain yang muncul adalah
gera diambil dalam proses produksi
pentingnya melakukan tawar-mena-
berikutnya. Kegiatan ini juga tentu
war dan penjadwalan ulang dengan
penting untuk mengembalikan keper-
berbagai pihak dalam mata rantai
cayaan dan meyakinkan bahwa pro-
produksi yang secara garis besar da-
ses produksi masih tetap akan berja-
pat dipilah menjadi pemasok, perban-
lan.
Daftar Rujukan
Anonim. 2004. Bantul Dalam Angka.
Forda UKM Jogja. 2006. Daftar Kerusakan Akibat Bencana Gempa Bumi Tanggal
27 Mei 2006 di Sentra Pundong. Lembar Assessment. Jogja: Forda UKM
Jogja.
Komite Percepatan Pemulihan Yogya UKM Centre. 2006. The Potential of The
SMEs After The Earthquake. Bahan Presentasi.
www.bantulbiz.com
www.bantul.go.id
18
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI
DAERAH BENCANA ALAM: POTRET
PENGRAJIN GERABAH DI PUNDONG KABUPATEN BANTUL
Dani Hamdan 1
Abstract
This article describes the condition of small enterprises in disaster-affected area,
based on a case study on pottery small industries in Yogyakarta after the earthquake. Pottery industries must be examined from two sides, the family side and
the enterprise side. The earthquake that hit this industry affects in two level, the
direct and indirect loss. The direct loss was caused by the product's unique characteristic, its fragility, and by its dependency on local sources of input, which
were also destroyed by the disaster. The indirect loss is related with the loss of
potential business development because they had to make up the loss first.
Therefore, efforts to rebuild the business should also pay attention on recovering physical infrastructure, rebuilding business networks by improving consumers' trust, and providing financial capital assistance.
Pendahuluan
lami juga sektor-sektor yang digeluti
Bencana alam yang datang silih ber-
Sektor ekonomi produktif mayoritas
para pelaku usaha kecil dan mikro.
ganti belakangan ini telah menyebab-
pelaku usaha di Indonesia ini banyak
kan kerugian, baik material maupun
yang mengalami keterpurukan. Keru-
nonmaterial sangat besar bagi pendu-
gian pelaku usaha mikro dan kecil, se-
duk di daerah bencana. Kerugian dia-
lain kerugian langsung, juga kerugian
1 Penulis adalah sekretaris eksekutif pada Jaringan Nasional Pendukung Usaha Kecil Menengah
(JNPUKM).
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
1
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
lain berupa hilangnya potensi pe-
dalam dua bagian besar, yaitu pemu-
ngembangan usaha yang telah diba-
lihan sarana fisik dan perbaikan jari-
ngun. Kerugian potensial ini misalnya
ngan asupan (input) dan keluaran
berupa rusak atau hilangnya akses
(output) yang sudah terbangun. Per-
terhadap sumber permodalan serta
baikan jaringan usaha lebih ditujukan
akses pasar yang dalam tahap pemu-
untuk membangun kembali keperca-
lihan kembali membutuhkan waktu
yaan dengan mata rantai usaha lain
jauh lebih lama.
baik di sektor hulu maupun di hilir. Misalnya memperbaiki dan mengemba-
Tulisan ini mencoba menggambarkan
likan kepercayaan pemasok bahan
secara ringkas kondisi pengrajin gera-
baku, pihak perbankan, dan pembeli
bah di daerah Pundong, Kabupaten
hasil produk (buyer). Pengembalian
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
kepercayaan ini untuk menghilang-
Sentra pengrajin gerabah di wilayah
kan kesan bahwa pelaku usaha mikro
ini mengalami kerusakan yang cukup
kecil telah kehilangan kemampuan
parah dalam gempa bumi yang me-
produktifnya setelah tertimpa benca-
landa DI Yogyakarta dan Jawa Tengah
na. Persoalannya, perbaikan jaringan
pada tanggal 27 mei 2006 silam. Tu-
usaha sering tidak mendapatkan per-
lisan ini secara khusus menyoroti upa-
hatian yang sungguh-sungguh. Pe-
ya pemulihan kembali usaha pasca-
mulihan kembali sudah dianggap ber-
bencana dengan mengesampingkan
hasil ketika pembangunan kembali
proses penanganan tanggap darurat
sarana fisik sudah dilakukan. Dalam
(emergency) pascabencana. Potret
konteks pelaku usaha mikro dan kecil,
kecil ini diharapkan dapat memberi-
patokan ini ”good but not sufficient”,
kan gambaran mengenai kondisi dan
baik tetapi belum cukup. Tentu ada
kesulitan yang dialami para pelaku
persoalan lain. Sulitnya pengukuran
usaha mikro kecil subsektor pengrajin
tingkat kepercayaan pelaku-pelaku
gerabah pascagempa bumi. Pada ba-
usaha dalam jaringan usaha hulu-hilir
gian akhir tulisan, penulis juga mena-
secara tepat menyulitkan penentuan
warkan beberapa usulan mengenai
ukuran pulih atau tidaknya jaringan
upaya pemulihan yang lebih baik da-
usaha. Pemulihan sarana usaha seca-
lam konteks penanganan pascaben-
ra fisik—yang relatif lebih mudah diu-
cana alam.
kur—masih mengalami berbagai kendala yang menyebabkan ketidakbe-
Di dalam konteks usaha mikro kecil,
resan penanganan pascabencana.
pemulihan kembali harus dibagi ke
2
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Kita tentu mafhum bahwa dalam
Kecamatan Pundong-Bantul Se-
urusan menangani bencana ada per-
bagai Sentra Industri Gerabah
soalan besar yang dihadapi bangsa
ini, yaitu rendahnya kualitas dan ke-
Kabupaten Bantul terletak di bagian
tersediaan
dini
selatan Kota Yogyakarta dan menca-
(early warning system) yang menye-
kup 15,9% luas Provinsi Daerah Isti-
babkan dampak bencana sulit untuk
mewa Yogyakarta (DIY). Selain me-
diantisipasi dan dikurangi. Selain itu,
miliki lahan pertanian luas, Kabupa-
sistem
peringatan
kita juga menghadapi kenyataan bah-
ten Bantul juga memiliki beragam
wa upaya pemulihan pascabencana
sentra industri kecil yang dominan
seringkali tidak sistematis, cenderung
mendukung citra DIY sebagai salah
tumpang tindih, dan reaktif.
satu tempat kunjungan wisata di ta-
Dalam persoalan sistem peringatan
mengingat Pendapatan Asli Daerah
nah air. Fakta ini sangat dipahami,
dini terlihat betapa lemahnya otoritas
(PAD) Kabupaten Bantul dari sektor
pemberi peringatan dalam menyam-
pariwisata pada tahun 2000 tercatat
paikan informasi tentang bencana a-
sebesar 1,8 milyar rupiah dan hampir
lam. Kondisi ini diperburuk dengan
mendekati 5 milyar rupiah pada tahun
manajemen sistem informasi yang ti-
2004. Jumlah kunjungan wisatawan
dak merata, cenderung terpenggal-
mancanegara maupun domestik terus
penggal, dan bahkan seringkali saling
meningkat setiap tahun. Pada tahun
bertolak belakang. Manajemen sistem
2004, jumlah wisatawan mancanega-
informasi pada tingkatan tertentu se-
ra mencapai 2726 pengunjung/bulan
makin melemah otoritasnya. Dalam
dan wisatawan domestik sebanyak
persoalan pemulihan, kita juga sangat
134.100
mafhum dengan istilah ”bantuan ben-
Pariwisata Kabupaten Bantul 2004).
pengunjung/bulan
(Dinas
cana berubah menjadi bencana ban-
Data pariwisata ini cukup menegas-
tuan”. Inilah potret tempat wajah ke-
kan bahwa sentra-sentra industri kecil
sukarelawanan menangani bencana
kerajinan di Kabupaten Bantul sangat
berubah menjadi ruang bagi penca-
mendukung sektor pariwisata setem-
paian beragam kepentingan yang ter-
pat.
lepas dari konteks bencana.
Statistik yang dikeluarkan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Bantul tahun 2004 menunjukkan setidaknya ada 73 sentra
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
3
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
industri kecil yang tersebar di seluruh
keterampilan yang didapatkan secara
Kabupaten Bantul. Sentra-sentra ter-
turun temurun. Peningkatan keteram-
sebut meliputi sentra industri makan-
pilan kerja didapatkan dengan cara
an/minuman sebanyak 25 sentra dan
belajar sambil terus menerus melaku-
sentra kerajinan sebanyak 48 lokasi.
kan pekerjaan (learning by doing).
Keterampilan yang dimiliki oleh para
Lamanya pengalaman bekerja akan
pelaku usaha mikro kecil di wilayah ini
semakin meningkatkan keterampilan
merupakan keterampilan yang ditu-
para pekerja industri kecil kerajinan
runkan secara turun temurun. Ragam
tersebut. Proses peningkatan kete-
industri kecil tersebut meliputi indus-
rampilan ini adalah proses belajar
tri genteng dan bahan dari semen, ak-
yang terus menerus.
sesoris/perhiasan, industri berbahan
kulit, tatah sungging, batik, songket,
Dari berbagai jenis industri yang ada,
bordir, industri logam/ pandai besi, in-
industri gerabah memegang peranan
dustri berbahan kayu-bambu dan
paling penting. Selain karena jumlah
meubelair/furniture.
unit usaha dan penyerapan tenaga
Dalam konteks terjadinya bencana a-
duksinya pun menempati persentase
lam, sulit mengukur dampak yang di-
paling tinggi. Lebih dari 70% produksi
timbulkan. Kesulitan yang sama diala-
gerabah DIY dihasilkan di Kabupaten
kerja yang paling banyak, jumlah pro-
mi karena begitu tersebarnya sentra
Bantul (lihat tabel 1). Sentra unit usa-
industri kecil di wilayah ini. Melihat ra-
ha kecil gerabah Bantul tersebar di ti-
gam industri yang ada, industri-in-
ga kecamatan meliputi Kasihan, Pun-
dustri kecil ini memiliki satu karakte-
dong, dan Sedayu dengan sebaran di
ristik yang sama yaitu membutuhkan
lima desa. Data tahun 2004 menun-
bahan baku dan peralatan kerja ter-
jukkan sentra usaha keramik Bantul
tentu serta menuntut adanya kete-
terdiri dari 639 unit dengan 2.607 te-
rampilan yang khusus. Keterampilan
naga kerja dan rata-rata produksi
yang dimiliki oleh para pelaku usaha
2.965.400 buah gerabah per tahun.
mikro kecil di wilayah ini merupakan
4
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Tabel 1 Kontribusi Produk Gerabah Bantul
Sumber: Komite Percepatan Pemulihan Ekonomi Yogyakarta, Disperindagkop
DIY, 2006
Di Kecamatan Pundong sendiri, sentra
ada, sentra industri gerabah jauh le-
industri kecil gerabah tersebar di 2 de-
bih besar dibandingkan dengan sen-
sa yaitu Desa Panjangrejo dan Srihar-
tra industri makanan. Dalam konteks
dono. Sementara industri makanan
kerentanan terhadap bencana alam,
terdapat di Desa Sriharjo untuk indus-
industri gerabah juga menarik untuk
tri kerupuk dan Industri pati ubi kayu
dicermati mengingat karakter hasil
bersamaan terdapat di Desa Srihar-
produksinya yang rentan (fragile) ter-
dono. Jika melihat data statistik yang
hadap guncangan secara fisik.
Tabel 2 Data Industri Mikro Kecil Gerabah di Kecamatan Pundong
No.
Desa
Unit
Jumlah
Tenaga Kerja
Kapasitas
Produksi
Nilai Investasi
(dalam 000)
1
Panjangrejo
183
500 orang
1,237,500 buah
125,750
2
Srihardono
9
27 orang
712,500 buah
13,125
Sumber: Dinas Perindagkop Kab. Bantul, 2006
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
5
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
Pascagempa bumi bulan Mei 2006 si-
bahkan penurunan yang cukup signi-
lam, Kecamatan Pundong merupakan
fikan pasca terjadinya musibah gem-
salah satu daerah yang mengalami
pa bumi bulan Mei 2006 silam. Untuk
kerusakan berat. Data yang dihimpun
data
KP2Y dengan merujuk pada Media
pascabencana gempa dapat dilihat
Centre per 7 Juni 2006, atau sekitar 1
pada Tabel 3.
bulan
pascagempa,
sementara,
nilai
kerusakan
menunjukkan
bahwa Kecamatan Pundong merupakan salah satu daerah yang mengala-
Profil dan Kondisi Sentra Gerabah
mi kerusakan berat. Sebagai salah sa-
di Pundong Sebelum Gempa
tu pusat industri kecil gerabah, kerentanan pascagempa di wilayah ini men-
Ciri khas yang menarik dari kerajinan
jadi menarik untuk ditelisik lebih jauh.
gerabah sebagai pendukung sektor
pariwisata unggulan adalah nilai artis-
Hasil kerajinan gerabah Kabupaten
tik yang dikandung dalam setiap pro-
Bantul secara keseluruhan dipasarkan
duk. Ciri ini acap kali melampaui nilai
untuk konsumen dalam negeri. Seba-
hasil kerajinan gerabah secara fung-
giannya sudah beorientasi ekspor. Da-
sional. Beragam produk seperti tem-
ta statistik juga menunjukkan bahwa
payan (maron), tempat berwudu (pa-
total realisasi ekspor hasil kerajinan
dasan), tungku, asbak, tempat me-
gerabah pada tahun 2004 mencapai
nyimpan botol, tempat lilin, patung,
nilai 448.661,28 US dollar. Jumlah ini
nampan buah-buahan, tempat pa-
merupakan 60% dari total ekspor ke-
yung, kap lampu, topeng, dan lain-la-
rajinan Provinsi DIY (Lihat Tabel 1 se-
in dibentuk dalam nuansa tradisional.
bagai perbandingan). Perkembangan
Produk gerabah juga dapat dibedakan
industri mikro kecil kerajinan gerabah
antara produk alami/natural dan pro-
di Kecamatan Pundong sendiri telah
duk yang sudah diproses ke dalam ta-
tumbuh sejak tahun 1978 dan terus
hap pengecatan. Selain itu, karakte-
mengalami perkembangan dari tahun
ristik lain dari industri gerabah yang
ke tahun, terutama dari sisi perkem-
cukup menonjol adalah tingginya tun-
bangan penyerapan tenaga kerja,
tutan akan perubahan desain yang
jumlah omzet, dan jumlah serta varia-
harus mengimbangi kecenderungan
si produk yang dihasilkan. Meskipun
(trend) pasar terus-menerus, teruta-
belum tersedia data yang akurat, na-
ma pasar internasional.
mun dapat dipastikan bahwa perkembangan ini mengalami kemandekan,
6
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Bahan dasar pembuatan gabah ada-
tanah liat dimasukkan agar mengikuti
lah sejenis tanah liat dengan karakte-
bentuk gerabah yang diinginkan.
ristik tertentu. Untuk wilayah Pundong, tanah liat didapatkan dari Go-
Untuk model yang tidak dicetak, gera-
dean, Kabupaten Sleman. Harga ta-
bah dibuat dengan menggunakan
nah untuk bahan dasar ini adalah
hand wheel atau kick wheel, sejenis
Rp300.00,-/3,5 m atau per 1 bak mo-
alat yang diputar secara manual. Alat
bil jenis pick up. Tanah liat ini setelah
ini memiliki permukaan yang bundar
3
dicampur dengan bahan tertentu se-
dan datar, yang akan ikut berputar ke-
perti kaolin kemudian dibentuk sesuai
tika secara manual dikayuh atau dipu-
dengan gerabah yang ingin dihasilkan
tar. Tanah liat untuk membentuk ge-
dan akan menjadi gerabah setengah
rabah diletakkan di atas permukaan
jadi. Ada dua jenis hasil gerabah, per-
yang berputar dan dibentuk dengan
tama gerabah yang dihasilkan dengan
tangan sesuai model yang diinginkan.
dibentuk tangan menggunakan hand
wheel atau kick wheel. Yang kedua
Setelah menjadi bahan setengah jadi,
adalah gerabah yang dihasilkan de-
gerabah-gerabah tersebut kemudian
ngan cara dicetak menggunakan gips
dikeringkan sebelum dibakar di tung-
atau tanah model.
ku pembakaran dengan suhu sangat
tinggi. Lamanya pembakaran gerabah
Alat cetak gerabah terbuat dari bahan
di tungku berkisar 3—5 jam dengan
dasar gips. Bahan gips dibeli dengan
suhu kisaran 300oC—750oC, tergan-
harga Rp60.000,- per karung yang
tung ukuran gerabah dan hasil bakar-
biasanya dipakai untuk membuat 23
an yang diinginkan. Permukaan da-
model cetakan untuk 10—20 buah
lam tungku yang dilapisi kaolin sangat
gips cetakan, tergantung jenis dan u-
membantu mempercepat pencapaian
kuran. Gips akan dibentuk sesuai de-
suhu yang dikehendaki. Hasil dari
ngan bentuk ”tanah model” tiga di-
pembakaran ini menjadikan bahan
mensi. Setelah tanah model dibentuk,
dasar gerabah mengeras dan berwar-
kemudian dibuatlah cetakan dari gips
na kemerahan. Untuk gerabah terten-
mengikuti model tersebut. Setelah
tu yang ingin dihasilkan dengan war-
menutupi seluruh permukaan tanah
na lain, bahan dasar gerabah dibakar
model, cetakan gips dibiarkan sampai
dua kali setelah diberi cairan pewarna
mengeras untuk kemudian dilepaskan
tertentu. Setelah diangkat dari tung-
dan terbentuklah cetakan gerabah. Ke
ku pembakaran dan dingin, finishing
dalam cetakan gips inilah kemudian
dari proses pembuatan gerabah ini di-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
7
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
lakukan dengan memberikan sentuh-
frastruktur penyimpanan (storage)
an akhir secara artistik. Ada gerabah
yang tidak memadai, dalam arti tidak
yang diberi permukaan bambu, dicat,
cukup melindungi produk dari keru-
diberi permukaan mengkilat, dan la-
sakan fisik. Pada tahapan pemulihan
in-lain sesuai dengan hasil yang dike-
kembali, kesulitan juga dialami kare-
hendaki atau sesuai dengan pesanan.
na kurangnya jumlah pengusaha yang
Seperti telah diuraikan sebelumnya,
rum Daerah Usaha Kecil Menengah
mengasuransikan aset usahanya. Fohasil gerabah Pundong ditujukan un-
(Forda UKM) Yogya, sebuah perkum-
tuk pasar domestik maupun pasar
pulan UKM yang salah satu basis ang-
luar negeri/ekspor. Kebanyakan gera-
gotanya berada di Kecamatan Pun-
bah dibuat berdasarkan pesanan,
dong, menyebutkan bahwa pelaku u-
meskipun ada juga yang dibuat tanpa
saha mikro kecil sektor gerabah ma-
berdasarkan pesanan, misalnya un-
sih sangat kurang pemahaman pen-
tuk gerabah model baru yang ingin di-
tingnya asuransi. Ditengarai bahwa
perkenalkan. Akses pasar gerabah
kurang dari 10% pelaku usaha mikro-
dari Pundong dikirimkan melalui tra-
kecil gerabah di Pundong yang telah
der (pedagang perantara) di Jogja,
memiliki polis asuransi. Kondisi ini di-
Bali, dan Jakarta.
sebabkan oleh adanya pandangan pelaku usaha bahwa usaha berskala mikro kecil tidak memerlukan asuransi.
Beberapa Aspek Kerentanan UMK
di Subsektor Gerabah
Dari sisi tenaga kerja, ketiadaan jaminan (asuransi) kesehatan turut
Kondisi subsektor usaha mikro kecil
memperberat upaya pemilik usaha
gerabah yang demikian dinamis dan
maupun pekerja untuk segera pulih
terus tumbuh di Kecamatan Pundong
dan kembali berkegiatan produktif.
memiliki kerentanan eksternal yang
Dari sisi mata rantai, usaha-usaha mi-
cukup kuat, termasuk kerentanan fi-
kro kecil secara geografis saling ber-
sik yang disebabkan oleh bencana a-
dekatan, sehingga bencana gempa
lam. Setiap produk yang dihasilkan a-
bumi akan turut menghancurkan ma-
dalah produk yang sangat mudah pe-
ta rantai hulu maupun hilir di sekitar
cah. Kondisi ini diperburuk dengan in-
lokasi usaha tersebut.
8
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Tabel 3 Perkiraan Jumlah dan Nilai Kerusakan Pascabencana Gempa
Damage / Loss Value
Ceramic
Furniture
Leather
Foods
Silver
Building
Equipment
Capital
10.491.546.500
13.103.000.000
10.190.000.000
NA
9.311.150.000
8.812.899.060
3.946.200.000
5.465.000.000
NA
156.166.000
1.678.647.440
10.331.392.500
3.070.000.000
NA
127.300.000
43.095.696.500
18.380.265.060
15.207.339.940
Sumber: Komite Percepatan Pemulihan Ekonomi Yogyakarta, Disperindagkop DIY, 2006
Bencana yang serentak dan meluas di
Namun hal serupa tidak terjadi pada
sekitar lokasi pengrajin gerabah ini
semen karena adanya subsidi dari pa-
juga menyebabkan terjadinya peru-
brik semen selama tahap perbaikan fi-
bahan terhadap permintaan dan pe-
sik wilayah bencana. Semen cende-
nawaran (supply-demand) jenis ko-
rung mengalami penurunan harga
moditi tertentu yang mengubah har-
510%. Peningkatan harga sejumlah
ganya. Salah seorang pengrajin gera-
bahan bangunan pada gilirannya me-
bah mengungkapkan terjadinya peru-
nyebabkan
terjadinya
peningkatan
bahan harga bambu anyam bahan fi-
biaya pemulihan fisik, terutama untuk
nishing produk gerabah terracota. Se-
rumah, brek, dan tungku pembakaran
bagai contoh, harga selembar bambu
gerabah. Sementara itu, terjadi penu-
anyam dengan lebar 2x3m2 mengala-
runan persediaan bahan dasar tanah
mi perubahan dari Rp9000,- menjadi
liat karena berkurangnya jumlah te-
Rp23.000,-. Hal ini karena mening-
naga kerja yang mengambil tanah
katnya permintaan lokal terhadap
liat.
bambu sebagai bahan bangunan untuk proses pemulihan kembali fisik.
Terkait dengan omset, seorang peng-
Pada kurun pembangunan kembali
rajin mengakui adanya penurunan
tersebut, permintaan terhadap se-
pendapatan yang sampai 70%. Ke-
jumlah bahan bangunan meningkat
cenderungan penurunan ini dirasakan
dengan tajam.
dengan membandingkan omset ratarata bulanan dengan omset pada bulan pertama pascabencana. Penurun-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
9
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
an terutama dirasakan dari produkproduk berorientasi ekspor. Sejumlah
produk yang sudah siap kirim hampir
hancur total, sementara pada saat yang sama memproduksi gerabah hampir tidak mungkin dilakukan. Hal yang
dapat dilakukan oleh pengrajin gerabah di dalam kondisi seperti ini adalah
melakukan perbaikan ulang terhadap
produk yang hanya mengalami sedikit
kecacatan. Pada beberapa lokasi di
Pundong, sejumlah pengrajin melakukan finishing terhadap bahan dasar
gerabah yang tidak mengalami kerusakan.
Salah
seorang
pengrajin
gerabah
yang lain mengakui bahwa kepercayaan bank terhadap usahanya sempat
mengalami penurunan. Pihak bank
sempat tidak percaya bahwa unit usahanya dapat bangkit kembali mengingat kerusakan fisik yang dialami sangat parah. Di wilayah Pundong ini kita dapat mengamati betapa banyaknya bangunan hancur yang kemudian
diratakan dengan tanah. Kepercayaan
pihak bank agak sedikit pulih karena
track record usahanya selama ini sangat baik dalam hal pengembalian
mengucurkan
pinjaman
sebesar
Rp17.000.000,- setelah melihat dan
mempelajari surat-surat pemesanan
dari pembeli yang harus segera dipenuhi. Sebagian dari pinjaman ini segera digulirkan untuk proses produksi
meski dengan kondisi yang sangat
minim. Sebagian dana pinjaman tersebut dipergunakan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan
untuk situasi darurat. Namun demikian, tidak cukup banyak pengrajin
gerabah yang mendapatkan kembali
kepercayaan dari bank dengan cukup
cepat.
Di dalam proses pemulihan kembali
ini, sejumlah perkumpulan usaha seperti Forda UKM, Asmindo, Kadin Daerah, dan Asephi di Yogyakarta membentuk konsorsium KP2Y (Komite Pemulihan Perekonomian Yogyakarta).
Salah satu keberhasilan komite ini
adalah membuka akses pinjaman lunak dari Bank Mandiri, Bank Rakyat
Indonesia (BRI) dan Bank BTN. Skema pinjaman bank-bank ini cukup
membantu pengrajin gerabah untuk
memperbaiki sarana usaha dan memulai produksinya kembali.
pinjaman. Pihak bank juga akhirnya
10
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Tabel 4 Skema Pinjaman Lunak 3 Bank di Bantul dalam Proses
Pemulihan kembali
Nama Bank
Besar Pinjaman
(Rp.)
Bunga
Lama Pinjaman
Peruntukan
BNI dan Bank
Mandiri
Sampai 5 juta
1—5 tahun
5—10 juta
6%/ tahun
(tanpa agunan)
6%/ tahun
Sarana usaha
dan proses
produksi
10—20 juta
8%/ tahun
20—30 juta
10%/ tahun
Sampai 42 juta
5,5%/ tahun
Sampai 10 tahun
Hanya untuk
membangun
sarana fisik
usaha
Bank BTN
Sumber: KP2Y Yogyakarta, 2006
Peran perkumpulan UKM sangat stra-
Jerman yang berkantor di Jakarta.
tegis di dalam kondisi pascabencana
Beberapa pelaku usaha mikro kecil
ini. Salah satu peran inovatif yang di-
gerabah ini juga mengakui bahwa se-
lakukan oleh Forda UKM Jogja, misal-
lain memanfaatkan skema pinjaman
nya, adalah keberhasilan menandai
lunak, mereka juga mendapatkan
kebutuhan pemulihan kembali peng-
pinjaman lunak dari para pelanggan,
rajin gerabah yang menjadi anggota-
terutama pelanggan dari luar negeri.
nya. Sebanyak 21 unit usaha gerabah
Pinjaman ini kemudian akan diperhi-
di Pundong menjadi anggota Forda
tungkan dengan transaksi pembelian
UKM Jogja ini. Hasil kajian itu ternya-
produk berikutnya.
ta sangat membantu Forda dalam
menggalang dana. Ini terbukti de-
Perkumpulan-perkumpulan yang ter-
ngan didapatkannya dana bantuan
gabung di dalam KP2Y ini juga berha-
perbaikan tungku dan brek sebesar
sil mendapatkan akses mengikuti pa-
masing-masing Rp1.600.000,- untuk
meran yang diselenggarakan khusus
13 unit pengrajin gerabah yang men-
bagi pelaku usaha mikro kecil korban
jadi anggota Forda di Pundong. Dana
bencana gempa. Akses ini didapatkan
hibah ini didapat dari dana CSR (Cor-
baik dari pemerintah, lembaga donor,
porate Social Responsibility) salah sa-
maupun perusahaan swasta. Para
tu perusahaan telekomunikasi asal
pengrajin gerabah mengakui bahwa
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
11
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
peran perkumpulan tempat mereka
hancuran industri mikro kecil itu sen-
bergabung memberikan manfaat ya-
diri. Rumah adalah tempat si pemilik
ng cukup besar di dalam kondisi kritis
industri bekerja untuk perencanaan
usaha mereka pascabencana.
produksi dan pembuatan desain. Rumah juga menjadi tempat penyimpanan aset-aset seperti uang tunai,
surat-surat perbankan, delivery order
Pendekatan dari Dua Sisi
(DO), surat perjanjian kerjasama deBagaimanapun, unit usaha mikro ke-
ngan pihak pembeli (buyer), dan su-
cil harus dipandang dari dua sisi se-
rat-surat berharga lainnya. Dalam be-
kaligus. Ia adalah sebuah unit keluar-
berapa kasus, contoh produk yang
ga yang, dalam kadar tertentu, tidak
biasanya juga disimpan di rumah te-
dapat dibedakan dengan masyarakat
lah mengalami kerusakan yang parah
pada umumnya. Ia juga harus dipan-
dan tidak dapat dipergunakan lagi.
dang sebagai sebuah unit usaha yang
memiliki ciri yang khas sebagaimana
Dalam konteks usaha mikro kecil,
lazimnya sebuah unit usaha. Dengan
lingkungan di sekitar rumah, seperti
demikian,
pe-
di bawah pohon rindang dan halaman
pendekatan
dalam
nanganan pascabencana bagi unit u-
rumah, adalah tempat para pekerja
saha mikro kecil tak akan cukup jika
membuat bahan dasar kerajinan ge-
hanya salah satu sisi saja yang dita-
rabah sebelum dibakar di tungku
ngani. Skala usaha mikro kecil yang
pembakaran dan dikeringkan untuk
sebagian besar merupakan industri
2 . Demikian
proses finishing di brekm
rumah tangga (home industry) me-
pula, sumber air yang dipergunakan
nyebabkan fungsi rumah sebagai ru-
selama proses produksi didapatkan
ang private dan ruang bisnis tidak da-
dari sumber air yang ada di sekitar
pat dipisahkan.
tempat produksi. Oleh karena itu,
pengrajin gerabah tidak dapat memi-
Di Kecamatan Pundong, hancurnya
sahkan diri dengan lingkungan seki-
bangunan rumah dan lingkungan se-
tar. Keterbatasan infrastruktur pro-
kitarnya—secara langsung, meskipun
duksi menyebabkan banyak hal yang
tidak total—telah menyebabkan ke-
telah tersedia secara alami di sekitar
2 Tempat untuk mengolah, menyimpan, dan mengeringkan gerabah. Rangka brek terbuat dari kayu
yang ditutupi genting tanah sebagai atap. Keempat sisi brek terbuka tanpa dinding atau diberi dinding yang cukup rendah untuk sirkulasi udara. Ukuran rata-rata brek adalah 4 x 6meter persegi.
12
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
tempat usaha dijadikan alat pendu-
Lumpuhnya Mata Rantai Produksi
kung usaha, khususnya di dalam proses produksi. Kondisi ini menegaskan
Dari faktor asupan (input), proses
bahwa selain kerusakan langsung
maupun keluaran (output), dampak
yang dialami sarana produksi yang di-
bencana sangat dirasakan oleh ke-
miliki, kerusakan yang dialami ling-
lompok pengrajin mikro kecil rumah-
kungan di sekitar tempat usahapun
an ini. Bahan dasar tanah sebagai ba-
secara langsung turut menghambat
han pokok gerabah dan merupakan
proses produksi. Ini merupakan ka-
faktor asupan yang didapatkan dari
rakteristik khas yang melekat pada
lingkungan sekitar tempat pengolah-
pelaku usaha mikro kecil sektor peng-
an tidak mengalami kendala berarti.
rajin gerabah.
Masalah justru timbul dari ketiadaan
tenaga kerja yang bisa terlibat untuk
Ketika rumah dengan fungsi utama
keseluruhan faktor produksi, terma-
sebagai tempat tinggal telah kehila-
suk pengadaan tanah sebagai bahan
ngan fungsinya, maka secara lang-
dasar gerabah. Dalam situasi ketika
sung proses pengolahan gerabah te-
tanggap darurat masih berlangsung,
lah kehilangan salah satu faktor pro-
para pemilik industri gerabah kehila-
duksinya yang sangat penting. Bah-
ngan banyak sekali tenaga kerja. Se-
kan ketiadaan fungsi rumah dalam
bagian besar tenaga kerjanya tidak
kondisi terburuk telah menyebabkan
masuk kerja karena harus mengurusi
seluruh proses produksi terhenti.
tempat tinggal mereka yang juga terkena bencana. Kondisi ini berlangsung
Oleh karena itu, pendekatan bagi pe-
selama satu minggu pertama pasca-
mulihan kembali sektor-sektor yang
bencana. Secara bertahap para peker-
digeluti oleh industri mikro kecil harus
ja mulai bekerja kembali meskipun
dilihat dari dua sisi. Pertama, pemu-
belum dapat produktif kembali sepe-
lihan bangunan rumah sebagai fungsi
nuhnya.
rumah tangga dan sebagai sarana
produksi. Jika fungsi rumah ini berha-
Pengrajin gerabah di Pudong rata-rata
sil dipulihkan, maka baik sisi fungsi
memiliki tenaga kerja tetap sebanyak
keluarga maupun fungsi produksi ikut
14 orang dan tenaga kerja tidak tetap
terpulihkan. Pada tahap inilah dibu-
4 orang. Pekerja tetap adalah mereka
tuhkan kajian dan penyusunan skala
yang bekerja dalam kondisi normal
prioritas untuk mempercepat tahap
yaitu bila terjadi permintaan yang te-
pemulihan usaha.
tap terhadap hasil gerabah. Pekerja ti-
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
13
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
dak tetap adalah pekerja yang dire-
nuhan pesanan pelanggan. Kurang
krut sebagai pekerja tambahan apa-
terpenuhinya tenaga kerja bukan ha-
permintaan
nya dari sisi kuantitatif dan kehadiran
(over demand) atau ada permintaan
fisik para pekerja. Beberapa pekerja
bila
terjadi
kelebihan
khusus dari buyer (pembeli). Mayori-
yang juga menjadi korban gempa me-
tas pekerja (90%) berasal dari daerah
ngalami penurunan dari sisi kualitas
sekitar seperti Jetis, Watu, dan Nglo-
kerja. Sebagian besar pekerja yang
rong yang memang sudah secara tu-
memaksakan kembali untuk segera
run temurun mewarisi kepandaian
bekerja masih mengalami trauma dan
mengolah gerabah, sementara sele-
kehilangan konsentrasi. Di satu sisi
bihnya didatangkan dari luar daerah,
mereka sangat membutuhkan penda-
terutama untuk mereka yang memili-
patan dari bekerja, namun di sisi lain
ki keahlian khusus memenuhi per-
mereka juga memikirkan perbaikan
mintaan jenis gerabah tertentu.
rumah tinggal dan keluarga yang
menjadi korban serta masih dihantui
Sebagian besar pekerja di subsektor
rasa khawatir akan terjadinya gempa
ini masih tetap memiliki kegiatan tra-
susulan.
disional seperti bercocok tanam dan
beternak, di luar pekerjaannya seba-
Dari sisi pasar, rusaknya sarana kerja
gai pekerja industri gerabah. Para pe-
pascagempa bumi disertai dengan
kerja mendapatkan upah setiap satu
lunturnya kepercayaan pembeli per-
minggu sekali yaitu pada hari Sabtu.
antara (trader) maupun pembeli lang-
Menurut pengakuan salah satu pemi-
sung (buyer) terhadap berjalannya
lik industri gerabah, pola pembayaran
kembali usaha mikro kecil gerabah ini.
ini cukup bagus dan tidak menggang-
Hal itu juga diperburuk oleh kondisi
gu arus kas. Besarnya upah untuk se-
berjalan, ketika masih ada sejumlah
tiap pekerja berbeda-beda tergan-
utang pesanan yang dalam waktu ter-
tung keahlian yang dimiliki. Namun
tentu harus sudah dipenuhi pengrajin.
bila dirata-ratakan, masing-masing
Kondisi ini dirasakan sangat berat o-
pekerja mendapatkan
penghasilan
leh para pengrajin gerabah. Jalan ke-
bersih (take home pay) sebesar
luar yang ditempuh adalah melaku-
Rp150.000,- sampai Rp200.000,- per
kan tawar-menawar dan penjadwalan
minggu.
ulang pemenuhan pesanan.
Faktor tenaga kerja ini berpengaruh
Persoalan lain yang dihadapi para pe-
cukup besar terhadap kinerja peme-
laku usaha mikro kecil gerabah ini
14
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
adalah sulitnya melakukan penagihan
ng pada saat bersamaan menjadi kor-
piutang kerja dari para pemasok ba-
ban bencana yang kurang lebih sama.
han baku. Kondisi ini dapat dipahami
mengingat hampir seluruh bahan ba-
Ilustrasi Kalkulasi Unit Usaha
ku didapatkan dari daerah sekitar ya-
Kecil Gerabah Pascagempa
Tabel 5 Ilustrasi Kalkulasi Kerugian pada Satu Unit Usaha Kecil
Gerabah di Pundong
No.
Unit Analisis
Kondisi Awal
Kondisi
Pascagempa
(Perkiraan Nilai
Kerugian Rp.)
Keterangan
Kerugian Material Langsung , Dikuantifikasi dan Dikonversi
1
Rumah
Permanen, ukuran
120 m2
Rusak total,
kehilangan
(60.000.000,-)
2
Brak
Nonpermanen, 4x6
m2
Rusak total
(3.000.000,-)
3
Tungku pembakaran
Permenen, berlapis
kaolin, 1x1x3m2
Rusak (1.700.000,-)
4
Alat putar kick wheel
5 buah kondisi
terpakai
Rusak (1.250.000,-)
Harga
@Rp250.000,-
5
Alat putar hand
wheel
10 buah kondisi
terpakai
Rusak (1.500.000,-)
Harga
@Rp150.000,-
6
Gerabah jadi dan
setengah jadi
100 buah
90% Rusak
(4.500.000,-)
7
Order
Order berjalan
Rp100.000,-/ bulan
Menurun tajam 70%
(70.000,-)
Perkiraan rata-rata
nilai jual per buah
Rp50.000,-
Tempat tinggal
sekaligus faktor
produksi
Kerugian Nonmaterial Langsung , Dapat Dikuantifikasi dan Tidak Dikonversi
1
Tenaga kerja
7 orang pekerja lakilaki dan 7 orang
pekerja perempuan
yang bekerja setiap
hari, 4 orang pekerja
tidak tetap
berdasarkan
kebutuhan
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
Sampai dengan
proses pemulihan
berjalan, baru 50%
yang bekerja efektif
terutama yang
perempuan. Pekerja
yang laki-laki lebih
banyak terlibat
dalam tradisi gotong
Selain kuantitas,
kualitas pekerja juga
menurun
15
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
royong membangun
rumah dan fasilitas
umum
2
Bahan baku
Tanah, dibeli dari
Godean Sleman,
kapasitas 7 m3/
bulan dengan harga
600.000,-
Ada kenaikan biaya
angkutan, namun
tidak signifikan
Pembelian bahan
baku dilakukan
secara berkelompok
3
Bahan pendukung
Harga bilik bambu
2x3 m2 Rp9.000,-
Harga bilik bambu
2x3 m2 Rp23.000,-
Bilik bambu hanya
sebagai salah satu
contoh bahan
pendukung yang
cukup banyak
dipergunakan
4
Sumber modal
Koperasi, Dana
PKBL BUMN dan
bank
Koperasi, Dana
PKBL BUMN dan
bank swasta, tidak
berubah. Mengalami
kendala untuk
pengembalian
pinjaman dan
pengajuan pinjaman
baru
4
Akses pasar
Tidak dapat
Domestik ke Bali
memenuhi beberapa
dan sekitar Jogja,
pesanan baru
ekspor dilakukan
melalui trader di Bali,
Jogja dan Jakarta.....
5
Kapasitas produksi
5000—10.000 buah/
bulan dengan
10—20 varian
produk gerabah
Di bawah 5.000
buah/ bulan dengan
varian produk yang
lenbih sedikit
Pasca gempa lebih
memprioritaskan
pesanan yang sudah
diorder
5
Dokumen-dokumen
penting
Sertifikat, surat-surat
transaksi, dokumen
dari bank dll.
Tidak mengalami
kerusakan
Kerusakan dokumen
dimungkinkan kalau
terjadi bankir atau
kebakaran
Ilustrasi di dalam tabel di atas disusun untuk memberikan gambaran tentang kondisi
dan kerugian yang dialami oleh pelaku usaha kecil gerabah secara umum. Tabel disusun
tidak mewakili satu unit usaha kecil gerabah tertentu, namun didasarkan pada hasil
wawancara dengan pelaku usaha kecil gerabah.
16
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
BAHASAN UTAMA
Berdasarkan data yang dihimpun oleh
Dari kunjungan langsung penulis ke
Forda UKM Jogja terhadap 21 unit
Pundong, didapatkan keterangan bah-
pengrajin gerabah di Pundong, ren-
wa prioritas kebutuhan riil pelaku usa-
tang kerugian yang dialami oleh para
ha secara fisik adalah pembangunan
pelaku usaha kecil gerabah pasca-
kembali tungku pembakaran gerabah
gempa di Pundong berkisar antara Rp
dan brek. Dalam kasus gempa bumi,
19.000.000,-
Rp
tungku pembakaran tidak mengalami
180.000.000,-. Rentang besaran ke-
sampai
dengan
kehancuran total, dalam arti pondasi
rugian ini tergantung dari besarnya
tungku rata-rata masih dapat diguna-
unit usaha dan jumlah kerusakan
kan. Sehingga kebutuhan riil yang
yang dialami. Meskipun seluruh wila-
muncul adalah perbaikan bagian atas
yah Pundong menjadi lokasi gempa
tungku yang membutuhkan semen,
yang kuat, namun tingkat kerusakan
batu-bata, dan kaolin (pelapis tahan
yang dialami oleh masing-masing unit
panas bersuhu tinggi) serta upah tu-
usaha relatif berbeda.
kang. Bila dihitung, kebutuhan ratarata riil untuk perbaikan tungku beru-
Solusi Bagi Pemulihan Pengrajin
Mikro Kecil Subsektor Gerabah
Dari uraian bagian sebelumnya muncul pertanyaan, apakah memang perlu ada perlakuan khusus dalam rangka pemulihan untuk sektor gerabah
yang dikelola secara mikro-kecil ini?
Jawabannya adalah ”ya”.
Perlakuan
khusus yang dimaksud sebenarnya
mengarah kepada adanya satu program terpadu yang berbasis kebutuhan riil para pelaku industri mikro-kecil
subsektor gerabah. Perlakuan khusus
ini juga agar program pemulihan memiliki ketepatan metode, pendekatan,
dan tepat sasaran bagi para beneficiaries (pelaku UKM) langsung.
kuran sedang adalah Rp1.600.000,sampai Rp2.000.000,- per tungku
(tergantung ukuran). Sedangkan kebutuhan untuk perbaikan brek berukuran 4 x 6 meter persegi hanya membutuhkan Rp. 3.000.000,-, meliputi
kebutuhan membersihkan sisa reruntuhan, pembelian bahan (batu bata,
semen, pasir, kayu, bambu dan genting), dan upah tukang.
Bagi pelaku usaha gerabah, perbaikan
dua sarana fisik yang vital tersebut dianggap perlu didahulukan agar usaha
segera berjalan kembali. Perbaikan
dua sarana vital itu sangat membutuhkan bantuan dari pihak luar baik
dalam bentuk bantuan hibah maupun
bantuan berbentuk investasi. Proses
produksi tidak mungkin berjalan jika
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007
17
KONDISI USAHA KECIL DAN MIKRO DI DAERAH BENCANA ALAM
tungku pembakaran dan brek masih
kan, dan pembeli. Kajian kemungkin-
dalam keadaan rusak.
an pemulihan juga sangat penting untuk mendapatkan gambaran tentang
Pada saat yang bersamaan, kebutuh-
langkah-langkah apa yang harus se-
an pemulihan lain yang muncul adalah
gera diambil dalam proses produksi
pentingnya melakukan tawar-mena-
berikutnya. Kegiatan ini juga tentu
war dan penjadwalan ulang dengan
penting untuk mengembalikan keper-
berbagai pihak dalam mata rantai
cayaan dan meyakinkan bahwa pro-
produksi yang secara garis besar da-
ses produksi masih tetap akan berja-
pat dipilah menjadi pemasok, perban-
lan.
Daftar Rujukan
Anonim. 2004. Bantul Dalam Angka.
Forda UKM Jogja. 2006. Daftar Kerusakan Akibat Bencana Gempa Bumi Tanggal
27 Mei 2006 di Sentra Pundong. Lembar Assessment. Jogja: Forda UKM
Jogja.
Komite Percepatan Pemulihan Yogya UKM Centre. 2006. The Potential of The
SMEs After The Earthquake. Bahan Presentasi.
www.bantulbiz.com
www.bantul.go.id
18
JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007