BUDAYA MESUM MENJERAT REMAJAsudah

BUDAYA MESUM MENJERAT REMAJA
”Orang yang berakal itu adalah orang yang diikat oleh akalnya dari segala perbuatan
tercela.” (Imam Syafi’i)
Syabab.Com - “Lebih dari 500 video porno udah dibuat dan diedarkan di Indonesia.
Kebanyakan video amatir hasil rekaman kamera ponsel”. Demikian hasil penelitian
seorang Sony Set. Praktisi pertelevisian sekaligus penulis buku bertajuk, “500 plus,
Gelombang Video Porno Indonesia”. Parahnya, “Sebanyak 90 % pembuat video porno itu
berasal dari kalangan anak muda, dari SMP sampai mahasiswa. Sisanya dari kalangan
dewasa,” Lanjut Sony.
Gile bener. Serem juga ya ngeliat data di atas. Asli. Permasalahan dunia pendidikan
ternyata nggak cuman mentok di biaya sekolah yang melangit atau nasib tenaga pengajar
yang nggak wajar. Tapi merembet juga ke perilaku anak didik yang kian bebas tanpa
batas. Kasus tawuran antar pelajar atau narkoba yang menjerat remaja aja masih belon
beres bener. Lha kini, hadir budaya mesum yang banyak menggoda remaja untuk jadi
pemuja syahwat. Pegimane urusannye ini?
Gaya Hidup Mesum Oriented
Awalnya, mungkin diajak temen untuk nonton film biru yang banyak dijual di lapak kaki
lima. Setelah kenal internet, mulai berani mampir ke situs porno yang meraja lela di
dunia maya. Dan ketika teknologi ponsel makin canggih, aktif tuker-tukeran ‘produk
pembangkit syahwat’ via bluetooth atau infra red dengan teman. Saking seringnya
dicekoki konten porno, otak remaja makin tumpul. Yang ada dipikirannya nggak jauh dari

persoalan di bawah perut dan di atas lutut. Endingnya, banyak remaja yang terpancing
untuk jadi aktifis seks bebas. Inilah cerminan gaya hidup berorientasi mesum yang mulai
gencar ngecengin remaja.
Sebelum ponsel berkamera banyak dipake, perilaku seks remaja jarang bocor ke publik.
Karena nggak ada bukti memadai, isu seputar gaya hidup seks bebas remaja sering
dianggap terlalu dibesar-besarkan. Tapi kini, masyarakat bisa ngeliat dengan mata kepala
sendiri. Betapa liarnya perilaku seks remaja. Dari hari ke hari, rekaman mesum remaja
banyak diungkap oleh media.

Masyarakat pernah dihebohkan oleh rekaman video porno sepasang mahasiswa berjudul
‘Bandung Lautan Asmara’. Sejak saat itu, dalam setiap razia ponsel yang berfasilitas
kamera dan pemutar video 3gp yang digelar sekolah, banyak pelajar yang menyimpan
video porno dalam ponselnya. Dari pose bugil sampe adegan persetubuhan dua remaja
berlainan jenis.
Ada rekaman adegan mesum seorang siswi berseragam SMP di Temanggung dengan
seorang siswa SMU berdurasi 38 detik. Ada rekaman porno yang diduga dilakukan
pelajar salah satu SMA negeri di Madiun berdurasi 50 detik. Di Banjarmasin, marak juga
peredaran video porno made in pelajar yang diberi judul Asmara Banjarbaru. Begitu juga
di kota-kota lain seperti Jakarta, Semarang, Kediri, Bandung, hingga Medan. Ini kaya
laporan perkiraan cuaca aja.

Kasus yang paling bikin geger terjadi pada akhir 2005. Di “kota santri” Cianjur, Jawa
Barat beredar rekaman porno sepasang pelajar, yang belakangan diketahui sebagai siswasiswi SMAN 2 Cianjur. Gokilnya, adegan mesum itu diambil di dalam ruangan kelas
ketika temen-temennya lagi beristirahat di luar ruangan. Dewan Guru SMAN 2 Cianjur
pun langsung memecat sebelas siswa yang terbukti terlibat dalam pembuatan video porno
itu.
Selain berperilaku seks bebas, budaya mesum juga menyeret remaja ke dalam gaya hidup
narsis (cinta diri) dan ekshibisionis (pamer diri). Sehingga remaja putri sering kedapetan
berani tampil seksi dan menggoda di depan kamera ponsel atau webcam saat chatting
dengan lawan jenisnya.
Seperti kasus foto bugil “Yuk Kota Mojokerto”, di akhir tahun 2005 yang beredar luas di
dunia maya. Sebuah website menyambut tamunya dengan tulisan “Hot News!, Finalis
Yuk Kota Mojokerto 2005, She was study on SMA 1 Puri Mojokerto.” Di dalamnya
terdapat lima buah foto seorang gadis yang diduga sebagai Endang Christy Handayani, di
atas ranjang dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun. Meski Christy membantah,
namun kasus itu telanjur membuat statusnya sebagai Puteri Mojokerto dicopot.
(penapendidikan.com, 02/04/08)
Pren, kasus Cianjur atau Mojokerto, cuman sebagian kecil aja yang nongol ke permukaan
media. Ibaratnya fenomena gunung es, dibawahnya masih banyak rekaman video porno
atau pose bugil made in pelajar. Udah banyak yang dilakukan ortu atau pihak sekolah


guna mengerem laju perilaku remaja yang makin liar ini. Namun hasilnya masih belum
kelihatan. Makanya kita mesti tahu dulu apa penyebabnya, biar solusinya tepat bin jitu
van tokcer. Betul?
Produk Permisifisme Barat
Sejumlah penelitian yang dilakukan terhadap para remaja menunjukkan kecenderungan
revolusi perilaku remaja dalam urusan seks. Seperti hasil survei Synovate Research
tentang perilaku seksual remaja (15 - 24 tahun) di kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan
Medan, September 2004. Hasilnya, 44% responden mengaku mereka sudah pernah punya
pengalaman seks di usia 16-18 tahun. Sementara 16% lainnya mengaku pengalaman seks
itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun. Selain itu, rumah menjadi tempat paling
favorit (40%) untuk melakukan hubungan seks. Sisanya, mereka memilih hubungan seks
di kos (26%) dan hotel (26%). (penapendidikan.com, 02/04/08)
Penelitian mutakhir dilakukan oleh Dr Rita Damayanti saat meraih program doktoralnya
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Ia meneliti 8.941 pelajar dari
119 SMA atau yang sederajat di Jakarta, tahun 2007 lalu. Hasilnya, sekitar 5% pelajar
telah melakukan perilaku seks pranikah. (idem)
Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan perilaku remaja dalam
urusan seks adalah masuknya budaya barat ke negara berkembang seperti Indonesia.
Banyaknya media remaja yang getol menyajikan budaya Barat semakin mendekatkan
remaja pada kehidupan serba boleh (permissif ) alias bebas berbuat selama nggak ganggu

orang lain. Termasuk dalam urusan seks.
Karena di beberapa negara Barat, perilaku seks bebas remaja emang tinggi banget.
Pitchkal (2002) melaporkan bahwa di AS, 25% anak perempuan berusia 15 tahun dan
30% anak laki-laki usia 15 tahun telah berhubungan intim. Di Inggris, lebih dari 20%
anak perempuan berusia 14 tahun rata-rata telah berhubungan seks dengan tiga laki-laki.
Di Spanyol, dalam survei yang dilakukan tahun 2003, 94,1% pria hilang keperjakaannya
pada usia 18 tahun dan 93,4% wanita hilang keperawanannya pada usia 19 tahun. (Iwan
Januar, ’Sex Before Married?’, 2007).
Sikap permissif remaja dalam urusan seks juga dikampanyekan oleh film-film remaja
produksi luar negeri. Seperti film American Pie. Film ini dengan gamblang mengupas
budaya mesum di kalangan remaja amerika. Mulai dari perilaku anak cewek yang doyan

mengekspos daya tarik seksualnya, cara berpikir mayoritas remaja yang beorientasi seks,
hingga ’perjuangan’ untuk melepaskan keperjakaan atau keperawanan saat prom night.
Dan sialnya, kampanye budaya mesum secara terselubung juga sering kedapatan dalam
tayangan sinetron remaja atau film layar lebar produksi lokal.
Otomatis dong, remaja pribumi yang imut-imut mulai berani bertingkah amit-amit. Dr
Rita Damayanti bilang, perilaku permisif remaja dalam masalah seks berawal dari proses
pacaran. Masuknya budaya luar lewat hiburan, bikin remaja kian bebas dalam
berpacaran. Berdasarkan penelitiannya, perilaku remaja laki-laki menjadi jauh lebih

agresif dibandingkan dengan remaja perempuan. Mereka tak hanya terbiasa dengan
ciuman bibir, tapi sudah berani melakukan hal-hal yang lebih jauh, mulai dari meraba
dada, hingga akhirnya melakukan seks pranikah.
Makanya, jauh-jauh hari Islam udah bilang supaya menjauhi aktivitas pacaran before
married yang pastinya mendekati zina. Tapi kita sering ngotot kalo masih bisa jaga diri.
Emang, diri kita jaga biar nggak ketahuan karena gerakan tangan grapa-grepe ke sanasini. Padahal jelas-jelas Allah swt ngingetin kita dalam firman-Nya:
ŸDan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isrâ (17): 32)
Selamatkan Remaja Dengan Islam
Biar budaya mesum nggak makin banyak makan korban, kudu ada penanganan serius
dari semua pihak. Karena budaya mesum nggak cuman bikin moral dan masa depan
remaja hancur berantakan. Tapi juga turut menyeret remaja dalam perilaku aborsi,
penularan penyakit menular seksual, hingga prostitusi. Dan keliatannya, Islam sebagai
landasan hukum yang pasti dan terperinci kudu dipake masyarakat dan negara untuk
menahan laju serangan budaya mesum.
Dalam Islam, tentu saja negara kudu aktif menertibkan pornografi-pornoaksi dan pelaku
seks bebas. Karena kalo dibiarkan apalagi dilokalisasi, sama aja melestarikan budaya
mesum. Untuk itu Islam dengan tegas menghukum pelaku zina yang belum menikah
(perjaka dan gadis) dengan sanksi jilid (dera) sebanyak 100 kali plus “bonus”
pengasingan selama satu tahun. Sabda Nabi saw, “Perawan dan bujang (yang berzina)

didera seratus kali dan dibuang selama setahun.” (HR. Muslim). Sementara kalo

pelakunya udah merit, hukumannya lebih berat lagi. Dirajam hingga mati. Moga-moga
pada nyadar ya...
Masyarakat juga mesti aktif mencegah penyemaian benih-benih budaya mesum. Kalo ada
yang pacaran, terus mojok berdua di tempat sunyi, tegor aja. Jangan nunggu sampe
bunting dulu. Kalo serius berhubungan, segera deh lanjut ke pelaminan. Kalo cuman
maen-maen, mending nggak daripada manen dosa tiap hari. Bukannya kita mo ikut
campur, cuman ngejaga lingkungan dari murka Allah swt. Rasul saw bersabda, “Jika zina
dan riba telah merajalela pada suatu desa, maka Allah mengizinkan kehancurannya.”
(HR. Abu Ya’la).
Terakhir, kedudukan kita sebagai manusia jauh lebih mulia dibanding cacing tanah, ulet
keket, dan sejenisnya. So, jangan rendahkan diri kita dengan menganut gaya hidup
permissif atau budaya mesum yang menuhankan hawa nafsu. Allah swt berfirman:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu
mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain,
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang
ternak itu). (QS. Al-Furqân [25]: 43-44)
Makanya, selain penerapan hukum Islam oleh negara dan kepedulian masyarakat,

pembinaan mental dan keimanan remaja juga kudu dilakukan guna membentengi remaja
dari budaya mesum dan sikap permissif. Sehingga lahir rasa malu bermaksiat dan takut
kepada azab Allah swt yang akan menjaga martabat remaja meski jauh dari pengawasan
ortu atau guru. Jadi, ayo kita selamatkan remaja dari jeratan budaya kapitalis sekuler
dengan Islam. Ikut ngaji, siapa takut!