Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Pendeta-Pendeta di GKPB Ditinjau dari Manajemen Gerejawi T1 712007015 BAB IV

(1)

"

BAB IV

TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP

4.1. Pengantar

Pada Bab IV ini penulis akan mengunakan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam Bab II untuk meninjau permasalahan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta. Permasalahan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta akan di lihat dari latar belakang permasalahan, fungsi-fungsi manajemen dan selain itu juga untuk memberi penilaian terhadap landasan teologis dan manajemen mutasi pendeta di GKPB. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka yang akan di bahas dalam Bab IV ini adalah melakukan tinjau kristis terhadap mutasi pendeta di GKPB.

4.2. Alasan Yang Melatarbelakangi Mutasi Pendeta

Dari segi pemahaman pengalaman mutasi di GKPB, para pendeta cenderung memahami mutasi bertolak dari pengembangan diri pendeta. Mutasi merupakan sarana pengembangan diri dalam rangka membina dan mengembangkan profesi.66 Hal itu lebih menunjukan pada pembinaan karier pendeta sebagai upaya memperdayakan mutasi sumber daya manusia. Karier adalah perkembangan kemampuan untuk mencapai prestasi pribadi, sehingga lebih menunjukan pada pengembangan pribadi saja. Perkembangan kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan seorang pendeta dapat dilihat sebagai suatu pengembangan karier, sehingga dapat menjadi suatu sarana untuk membina dan mengembangkan profesi. Sebagai refleksi atas pelayanan pembinaan karier pendeta dalam hubungan dengan penggembangan jemaat bisa menjadi positif bagi mutasi dengan tujuan untuk membina dan

##

% & '& () * * + %) ) , + '


(2)

"

mengembangkan profesi sebagai pendeta dan meningkatkan pelayanan jemaat. Dengan demikian pemahaman para pendeta memberikan suatu gambaran yang positif mengenai pengalaman mutasi pendeta di GKPB.

Permasalahan sangat mungkin terjadi di GKPB yang telah mengemban visi dan misi damai sejahtera. Hal ini mengacu kepada pemahaman bahwa permasalahan muncul karena adanya perbedaan persepsi mengenai kepentingan-kepentingan yang terjadi ketika tidak adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Ternyata perbedaan pemahaman mengenai tugas panggilan sebagai pelayan Tuhan dapat menimbulkan suatu permasalahan bagi pendeta dan jemaat. Apabila ada tujuan-tujuan yang berbeda dalam tubuh tim mutasi pendeta GKPB, sehingga muncul pertentangan ketika pihak-pihak ini ingin mencapai tujuan masing-masing.

Dalam komunitas Kristen ada juga pertemuan kepentingan-kepentingan, baik yang bersifat interpersonal maupun sosial, sehingga munculnya konflik yang dinilai sebagai sesuatu yang wajar dalam kehidupan manusia. Tim mutasi pendeta merupakan salah satu bagian dalam Sinode GKPB, yang di dalamnya sering terjadi pertemuan kepentingan personal, sehingga hal itu dapat menimbulkan suatu petentangans.

Tim mutasi pendeta adalah tim yang dibentuk dan dipercayai oleh Sinode untuk mengurusi proses mutasi pendeta dan vikaris. Oleh sebab itu proses mutasi pendeta harus mempunyai suatu landasan dasar, supaya memperkuat visi, misi, dan tujuan yang hendak di capai. Landasan dasar merupakan suatu hal yang sangat penting karena itu merupakan pondasi utama dalam mendirikan suatu organisasi/lembaga dalam gereja demikian juga dalam manajemen baik itu organisasi, lembaga67. Jika landasan dasar yang dibangun kuat, maka organisasi pun dapat berdiri dengan tegap. Namum pada kenyataannya dalam proses mutasi pendeta di GKPB tidak mempunyai landasan dasar yang pasti. Mengapa, karena

#$


(3)

"!

penulis melihat dari beberapa pendeta mempunyai landasan dasar masing-masing dan ini menyebabkan tidak adanya kesatuan dalam tubuh tim mutasi pendeta. Hal inilah yang membuat para hamba Tuhan sering salah mengartikan tugas pelayanan mereka. Permasalahan yang sering terjadi dalam proses mutasi pendeta adalah permasalahan internal, yaitu kurangnya komunikasi antara sinode, pendeta, dan jemaat.68

Dalam menjalankan suatu manajemen maka diperlukan suatu komunikasi antara anggotanya. Jadi dengan berkomunikasi kita dapat mengetahui apa yang hendak disampaikan, sedangkan komunikasi dalam persekutuan Kristen merupakan alat untuk menggabungkan setiap anggota menjadi kelompok.69 Komunikasi yang kurang menyebabkan orang bisa salah paham terhadap maksud dan tujuan dari orang yang bersangkutan. Selain komunikasi kebutuhan dari sumber daya manusia juga harus terpenuhi dengan demikian manajemen dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau jemaat.70 Hal yang sama juga terjadi dalam proses mutasi pendeta di GKPB mengapa, karena seringkali sinode, pendeta, dan jemaat kurang tegas dalam menyampaikan maksudnya sehingga terjadi kesalahan presepsi. Hal inilah yang melatar belakangi terjadinya masalah pemulangan pendeta, dan perselisihan antara jemaat dengan pendeta.

4.3. Proses Mutasi Pendeta Dilihat Dari Fungsi-fungsi Manajemen

Dalam proses mutasi pendeta sebaiknya ada kesepakatan antara ke tiga pihak, yaitu pendeta yang akan dimutasikan, majelis jemaat yang akan menerima penempatan pendeta dan Majelis Sinode. Setelah adanya suatu kesepakatan baru diputuskan oleh Majelis Sinode

#

Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 35.

69

Edgar Wals, Bagaimana Mengelola Gereja Anda?:pedoman bagi pendeta dan pengurus awan

(Diterjemahkan oleh S.M. Siahaan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 182.

70


(4)

""

untuk memutasikan pendeta tersebut. Apabila ada yang tidak sepakat, maka Majelis Sinode yang memutuskan tentang pemutasian pendeta tersebut.

Bertolak dari pemahaman di atas, perencanaan sanggat diperlukan dalam suatu organisasi supaya arah tujuan yang hendak dicapi menjadi jelas. Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dan pemilihan tujuan terlebih dahulu serta merumuskan tindakan-tindakan atau tugas-tugas yang dianggap perlu untuk mencapainya.71 Dalam hal ini perencanaan yang dilakukan oleh tim mutasi pendeta GKPB sudah baik, namun perlu adanya suatu landasan yang kuat untuk mendasari suatu perencanaan dalam proses mutasi pendeta. Dengan adanya landasan teologis dalam proses mutasi pendeta diharapkan perencanaan menjadi lebih matang.

Dalam suatu organisasi tidak hanya memerlukan suatu perencanaan saja, tetapi juga memerlukan suatu pengorganisasian. Pengorganisasian adalah mengelompokan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. 72 Dalam manajemen pengorganisasian berfungsi untuk mencapai usaha terkoordinasi melalui pendesainan struktur hubungan tugas dan wewenang: dua konsep pokok adalah desain dan struktur. Desain, dalam konteks ini, mengimplikasikan bahwa manajer melakukan suatu upaya untuk lebih dulu menetapkan cara karyawan melakukan pekerjaan, struktur menunjukan kepada pertalian yang relatif stabil dalam aspek organisasi.73 Kalau dilihat pembagian kerja dalam mutasi pendeta, maka individu-individu dan kelompok-kelompok dalam proses mutasi pendeta hanya merupakan bagian dari organisasi yang masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan sendiri-sendiri. Namum, tujuan tersebut harus diarahkan guna mencapai tujuan dari tim mutasi pendeta yang telah ditetapkan.

$

James A.F. Stoner, Manajemen (Jakarta:Erlangga, 1991), 18

72

M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 10. 73


(5)

"#

Bertolak dari permasalahan tersebut, maka pengorganisasian dalam proses mutasi pendeta harus memenuhi syarat-syarat dalam pengorganisasian yaitu, melakukan hubungan langsung, merumuskan tugas, wewenang, tanggung jawab dan kreteria keberhasilan yang jelas pada setiap individu dan bagian organisasi, ciptakan sistem komunikasi dan informasi yang efektif dalam organisasi, melakukan kontrol yang efektif terhadap pelaksanaan mutasi dan sesuaikan dengan perkembangan atau perubahan yang terjadi.74 Setelah itu tim mutasi pendeta akan mengadakan percakapan segitiga dengan majelis jemaat dan pendeta yang akan dimutasikan. Hasil percakapan disampaikan Majelis Sinode untuk diputuskan dan ditetapkan. Tim mutasi ini juga bertugas untuk mengadakan percakapan dan pengawasan bagi pendeta GKPB yang bermasalah dalam jemaat. Hasil percakapan disampaikan kepada Majelis Sinode GKPB untuk diputuskan dan ditetapkan. Dengan demikian tim mutasi pendeta GKPB dapat lebih mudah mengatur pendeta A cocok dengan kategori jemaat yang mana dan seterusnya.

GKPB atau tim mutasi pendeta telah melakukan percakapan segitiga antara pendeta yang bersangkutan, majelis jemaat yang bersangkutan dan Majelis Sinode yang diwakili oleh Majelis Sinode Harian sebagai badan yang akan menetapkan. Tetapi percakapan tersebut dilakukan secara menyeluruh maksudnya, semua pendeta di hadirkan dalam percakapan segitiga tersebut. Yang diharapkan pada percakapan segitiga dilakukan secara individu antara Majeli Sinode Harian, Majelis Jemaat dan pendeta yang bersangkutan beserta keluarga, buka secara menyeluruh. Walaupun tim mutasi pendeta sudah mengadakan percakapan segitiga, tetapi masih ada permasalahan yang sering terjadi dalam proses mutasi pendeta. Permasalahan tersebut muncul bukan diakibatkan oleh proses mutasi pendeta tetapi permasalahan yang terjadi datang dari pihak keluarga, pribadi dari pendeta itu sendiri, masalah perekonomia dalam keluarga, pendidikan anak, dan lingkungan. Dengan demikian dibutuhkan suatu konseling baik itu bagi pendeta itu sendiri maupun keluarganya, supaya

$!


(6)

"$

permasalahanya yang terjadi dalam keluarga pendeta tidak berulang kembali. Sebaiknya tim konseling bagi pendeta dan keluarga pendeta yang bermasalah ini independen yang terdiri dari orang-orang yang propesional dalam bidangya, status tim sebaiknya tetap sebagai pengawai GKPB, agar penanganan berbagai masalah pendeta dapat diselesaikan dengan tuntas. Dengan demikian diperlukan suatu konseling bagi keluarga pendeta

Kalau dilihat dari fungsi manajemen yang ada maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam proses mutasi supaya memungkinkan kegiatan-kegiatan berikutnya dapat berjalan dengan baik. Dalam manajemen gereja ada beberapa petunjuk yang dapat dijadikan dasar dalam membuat rencana atau melakukan kegiatan rencana, diantaranya, perencanaan akan menentukan keberhasilan semua kegiatan operasional organisasi, dalam membuat rencanan harus beralaskan pada kehendak Tuhan, dalam menyusun rencana perlu melakukan analisa terhadap kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang akan di hadapi, dan biarakan Tuhan ikut bekerja dalam membuat perencanaan yang sedang disusun.75 Dengan demikian perencanaan yang baik sanggat diperlukan dalam proses pemutasian pendeta di GKPB.

Proses penempatan pendeta sudah diatur sedemikian rupa oleh tim mutasi pendeta yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika dilihat dari data yang ada khususnya dalam perjalanan pelayanan pendeta-pendeta di GKPB ada beberapa pendeta yang berulang-ulang ditempatkan di desa. Kalau dilihat dari tingkat pendidikan pendeta yang ditempatkan di desa sama dengan tingkat pendidikan pendeta yang ditempatkan di kota dan hal ini mengakibatkan adanya suatu kecemburuan di kalangan pendeta.

Controlling adalah usaha untuk dapat mencegah kemungkinan-kemungkinan

penyimpangan dari pada rencana-rencana, instruksi-instruksi, menilai, mengoreksi,

saran-75


(7)

"

saran dan sebagainya yang telah ditetapkan.76 Dengan adanya pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat di tekan, sehingga kemungkinan timbulnya suatu permasalahan yang besar dapat dihilangkan atau setidaknya dapat di perkecil. Hal ini berarti dengan adanya suatu pengawasan yang baik, akan dapat lebih diharapkan tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efesien.

Bilamana tidak ada pengawasan atau pengawasan yang dilakukan kurang baik sehingga timbul penyimpangan, maka keadaan yang paling parah adalah apabila tujuan organisasi yang telah ditetapkan tersebut tidak tercapai. Dengan tidak tercapainya tujuan tersebut dapat mengalami suatu masalah yang cukup besar dan bahkan mungkin kegagalan. Proses mutasi pendeta memerlukan suatu pengawasan yang lebih baik supaya hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan semula.

Dan seandainya gereja tidak mengalami suatu kegagalan, tapi gereja akan mengalami permasalahan yang cukup besar, yang hal ini berarti akan mengganggu kelancaran pelayanan gereja terkhususnya tim mutasi pendeta. Oleh karena penyimpangan yang terjadi dapat menimbulkan masalah bahkan kegagalan baik bagi gereja, pendeta, jemaat dan tidak hanya karena adanya peyimpangan dalam proses mutasi pendeta dan pada pendeta itu sendiri, maka setiap kegiatan yang bilamana terjadi penyimpangan dapat menimbulkan masalah serta perlu diadakan pengawasan yang baik.

Jikalau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta dapat dinamai sebagai suatu penyakit, maka di sini usaha untuk mencegah kemungkinan sakit (penyimpangan-penyimpangan) adalah merupakan tindakan yang lebih utama dari pada mengobati penyakit tersebut. Meskipun demikian apabila penyakit (penyimpangan-penyimpangan) menyerang maka kita harus dapat mengobati. Demikian pula dalam

$#


(8)

"

pengawasan, maka usaha untuk melakukan pengcegahan adalah lebih baik dari pada usaha untuk menghentikan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.

Pengarahan merupakan bagian dalam fungsi manajemen yang berfungsi untuk memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Dalam hal pengarahan haruslah diberikan kepada orang yang tepat, jelas, satu per satu, dan dapat di mengerti oleh orang yang akan melaksanakan. Fungsi pengarahan dalam manajemen mutasi pendeta sudah baik. pengarahan dan bimbingan perlu ditingkatkan supaya sesuai dengan tujuan semula.

Pengkoordinasian berarti mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua aktifitas dan usaha.77 Pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat coaching (pelatihan) dan bila perlu memberi teguran. Di sini penulis melihat bahwa pengkoordinasian dalam proses mutasi sudah baik hanya perlu ditingkatkan. Setiap fungsi yang sudah dijalankan perlu diadakan evaluasi, supaya sesuai dengan yang diharapkan.

4.4. Upaya Penyelesaian Masalah Yang Timbul Dari Proses Mutasi Pendeta

Tujuan utama GKPB adalah menjadikan semua bangsa murid-Nya dan visinya: Bumi Bersukacita Dalam Damai Sejahtera. Dengan demikian diharapkan gereja mampun membawa damai sejahtera untuk semua orang. Untuk dapat memberitakan kabar sukacita

77


(9)

#

dan membawa damai bagi setiap orang, maka sinode atau gereja mengutus para pelayannya untuk dapat memberitakan damai sejahtera pada semua mahkluk yang ada di bumi.

Pendeta adalah salah satu alat yang dipakai oleh Tuhan untuk dapat memberitakan kabar keselamatan supaya mahluk di bumi memperoleh damai sejahtera.78 Untuk mencapai hal tersebut, maka sinode membentuk sebuah tim mutasi pendeta yang bertujuan untuk memberitakan kabar keselamatan bagi umat-Nya. Sesuai dengan Peraturan Pengawai no 06, pasal 8, tim mutasi pendeta ini ditugaskan untuk menempatkan pendeta di wilayah-wilayah pelayanan. Dengan tujuan kabar keselamatan dapat diwartakan dengan baik dan pendeta maupun jemaat mendapatkan suatu penyegaran rohani.

Sinode mengharapkan mutasi pendeta ini dapat menjawab kebutuhan jemaat. Dengan waktu empat tahun diharapkan pendeta mampu memimpin, mendidik, dan dapat membangun jemaat baik itu dalam bidang rohani maupun jasmani. Selama masa tugas empat tahun ini pendeta diberikan wewenang untuk memimpin jemaat yang di dukung oleh majelis dan jemaat yang bersangkutan. Akan tetapi ketika tujuan mereka berbeda, maka disinilah mulai munculnya suatu permasalahan.

Permasalahan mengenai mutasi pendeta bukanlah disebabkan kerena mutasi pendeta itu sendiri, melainkan karena hakekat pelayanan dan tujuan yang hendak dicapai oleh tim mutasi pendeta berbeda dengan tujuan yang hendak di capai oleh sinode. GKPB melihat kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara pendeta dengan jemaat, sehingga menyebabkan salah pengertian.

Menurut GKPB dan sinode pemulangan pendeta oleh jemaat disebabkan karena pendeta yang bersangkutan telah melakukan penyimpangan dalam proses mutasi pendeta. Seperti halnya pendeta yang secara diam-diam menikahkan tamu asing di sebuah hotel, pendeta yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan sebagainya.

78


(10)

#

Oleh sebab itu sinode maupun gereja mengambil suatu keputusan untuk melaksanakan mutasi pendeta. Tujuan sinode melaksanakan mutasi pendeta untuk membantu pendeta yang bersangkutan keluar dari permasalahan yang di hadapi dalam jemaat. Semuanya itu kembali lagi kepada komitmen pelayanan dari masing-masing pendeta.

Dalam manajemen Kristiani yang menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan adalah harta atau milik, ada pihak atau orang yang membuat tipu muslihat dan merencanakan kejahatan, adanya saksi dusta atau bohong, kebencian, keangkuhan, pemarah, menekan kemarahan, dan mencari-cari persoalan yang bodoh dan tidak layak.79

Masalah mutasi pendeta disebabkan kerena dari masing-masing anggota masih mementingkan diri sendiri. Pengarahan sangat diperlukan dalam proses mutasi pendeta agar pendeta mengetahui wewenang mereka sebagai pemimpim jemaat. Dengan demikian permasalahan yang terjadi dapat dihindarkan, ketika setiap orang yang terlibat di dalamnya mengetahui posisi mereka masing-masing. Dengan demikian setiap persoalan yang terjadi dalam lingkungan gereja harus diselesaikan secara damai, sehingga tidak menimbulkan masalah yang berkepanjangan.

Bertolak dari pemahaman di atas, penyelesaian masalah tidak harus melalui mutasi, tetapi proses pembentukan diri pendeta melalui percakapan pengembalaan harus di tempuh. Sebagai pimpinan gereja, Majelis Sinode GKPB bertanggung jawab dalam proses pengembalaan. Hasil pengembalaan dipercakapkan dengan majelis jemaat, agar memahami segala persoalannya dan dapat menerimanya kembali dalam pelayan dan kesaksian jemaat, maka pendeta yang bersangkutan harus tetap melaksanakan tugas panggilannya sebagai pejabat gereja. Sampai dipandang telah memenuhi tugas panggilan gereja sebagai kreterian untuk mutasi pendeta. Ketika pelayan tetap menjadi kendala dan hambatan bagi kesaksian jemaat, apalagi membuat jemaat menjadi tersandung karena persoalannya itu sekalipun telah

79


(11)

#

digembalakan, seyoginya pendeta yang bersangkutan di mutasikan. Alasannya jika tidak dimutasikan akan merusak pemahaman dan penghanyatan pendeta tersebut terhadap panggilanya sebagai pejabat gereja dan citranya dihadapan jemaat. Selain itu, akan berdampak buruk bagi pengembangan pelayanan selanjutnya dalam jemaat. Dalam kerangka berfikir demikian, mutasi dilaksanakan bukan dalam rangka pegembalaan atau sebagai suatu hukuman jabatan tetapi harus di pahami sebagai pembaharuan panggilan bagi pendeta yang bersangkutan.

Beberapa pendeta berpendapat bahwa manajemen mengenai mutasi pendeta di GKPB perlu di perbaharui kembali, karena masih banyak terjadi kesalahan dalam proses penempatan pendeta. Manajemen suatu proses untuk menggerakan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai. Lemahnya manajemen mutasi pendeta membuat Majelis Sinode tidak mengetahui kebutuhan jemaat-jemaat yang akan menerima penempatan pendeta dan kualitas para pendeta GKPB yang akan dimutasikan. Ketidaktahuan itu, mengakibatkan Majelis Sinode tidak pernah mengadakan percakapan atau berkonsultasi dengan para pendeta yang akan dimutasikan secara individu.

Bertitik tolak dari pemahaman diatas, maka perlu adanya suatu pengkoordinasian untuk mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua aktifitas dan usaha serta memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, dan memberikan bimbingan kepada semua pihak yang ikut terlibat di dalamnya. 80


(12)

# 4.5. Penutup

Manajemen adalah suatu ilmu dan seni dari suatu proses usahan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan penggunaan sumber daya manusia serta benda dalam suatu oraganisasi agar tercapai tujuan oraganisasi secara efektif dan efisien. Dalam manajemen mutasi pendeta perlu adanya suatu kesatuan dalam tubuh tim mutasi supaya setiap fungsi yang ada dapat berjalan seimbang. Dengan demikian tim mutasi pendeta dapat menjawab kebutuhan jemaat atau sumber daya manusia yang ada sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikan dari pendeta.

Namum permasalahan tetap muncul di dalamnya karena kurang adanya komunikasi, perencanaan yang matang, dan kurangnya pengawasan. Perencanaan yang kurang matang membuat pendeta salah memahami tugas dan tanggung jawab sehingga tujuan yang hendak di capai berbeda dengan tujuan semula. Selain itu permasalahan juga muncul dari pribadi pendeta itu sendiri, keluarga, keuangan dan lingkungan. Konseling pastoral dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi bagi pendeta yang bermasalahan dan keluarga pendeta yang bermasalah dan seharusnya konseling dilakuka pada setiap pendeta berserta keluarga yang akan dimutasikan supaya dapat mengurangi permasalahan yang ada dalam mutasi pendeta.


(1)

"

saran dan sebagainya yang telah ditetapkan.76 Dengan adanya pengawasan diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat di tekan, sehingga kemungkinan timbulnya suatu permasalahan yang besar dapat dihilangkan atau setidaknya dapat di perkecil. Hal ini berarti dengan adanya suatu pengawasan yang baik, akan dapat lebih diharapkan tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efesien.

Bilamana tidak ada pengawasan atau pengawasan yang dilakukan kurang baik sehingga timbul penyimpangan, maka keadaan yang paling parah adalah apabila tujuan organisasi yang telah ditetapkan tersebut tidak tercapai. Dengan tidak tercapainya tujuan tersebut dapat mengalami suatu masalah yang cukup besar dan bahkan mungkin kegagalan. Proses mutasi pendeta memerlukan suatu pengawasan yang lebih baik supaya hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan semula.

Dan seandainya gereja tidak mengalami suatu kegagalan, tapi gereja akan mengalami permasalahan yang cukup besar, yang hal ini berarti akan mengganggu kelancaran pelayanan gereja terkhususnya tim mutasi pendeta. Oleh karena penyimpangan yang terjadi dapat menimbulkan masalah bahkan kegagalan baik bagi gereja, pendeta, jemaat dan tidak hanya karena adanya peyimpangan dalam proses mutasi pendeta dan pada pendeta itu sendiri, maka setiap kegiatan yang bilamana terjadi penyimpangan dapat menimbulkan masalah serta perlu diadakan pengawasan yang baik.

Jikalau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta dapat dinamai sebagai suatu penyakit, maka di sini usaha untuk mencegah kemungkinan sakit (penyimpangan-penyimpangan) adalah merupakan tindakan yang lebih utama dari pada mengobati penyakit tersebut. Meskipun demikian apabila penyakit (penyimpangan-penyimpangan) menyerang maka kita harus dapat mengobati. Demikian pula dalam

$#


(2)

"

pengawasan, maka usaha untuk melakukan pengcegahan adalah lebih baik dari pada usaha untuk menghentikan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi.

Pengarahan merupakan bagian dalam fungsi manajemen yang berfungsi untuk memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Dalam hal pengarahan haruslah diberikan kepada orang yang tepat, jelas, satu per satu, dan dapat di mengerti oleh orang yang akan melaksanakan. Fungsi pengarahan dalam manajemen mutasi pendeta sudah baik. pengarahan dan bimbingan perlu ditingkatkan supaya sesuai dengan tujuan semula.

Pengkoordinasian berarti mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua aktifitas dan usaha.77 Pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat coaching (pelatihan) dan bila perlu memberi teguran. Di sini penulis melihat bahwa pengkoordinasian dalam proses mutasi sudah baik hanya perlu ditingkatkan. Setiap fungsi yang sudah dijalankan perlu diadakan evaluasi, supaya sesuai dengan yang diharapkan.

4.4. Upaya Penyelesaian Masalah Yang Timbul Dari Proses Mutasi Pendeta

Tujuan utama GKPB adalah menjadikan semua bangsa murid-Nya dan visinya: Bumi Bersukacita Dalam Damai Sejahtera. Dengan demikian diharapkan gereja mampun membawa damai sejahtera untuk semua orang. Untuk dapat memberitakan kabar sukacita

77


(3)

#

dan membawa damai bagi setiap orang, maka sinode atau gereja mengutus para pelayannya untuk dapat memberitakan damai sejahtera pada semua mahkluk yang ada di bumi.

Pendeta adalah salah satu alat yang dipakai oleh Tuhan untuk dapat memberitakan kabar keselamatan supaya mahluk di bumi memperoleh damai sejahtera.78 Untuk mencapai hal tersebut, maka sinode membentuk sebuah tim mutasi pendeta yang bertujuan untuk memberitakan kabar keselamatan bagi umat-Nya. Sesuai dengan Peraturan Pengawai no 06, pasal 8, tim mutasi pendeta ini ditugaskan untuk menempatkan pendeta di wilayah-wilayah pelayanan. Dengan tujuan kabar keselamatan dapat diwartakan dengan baik dan pendeta maupun jemaat mendapatkan suatu penyegaran rohani.

Sinode mengharapkan mutasi pendeta ini dapat menjawab kebutuhan jemaat. Dengan waktu empat tahun diharapkan pendeta mampu memimpin, mendidik, dan dapat membangun jemaat baik itu dalam bidang rohani maupun jasmani. Selama masa tugas empat tahun ini pendeta diberikan wewenang untuk memimpin jemaat yang di dukung oleh majelis dan jemaat yang bersangkutan. Akan tetapi ketika tujuan mereka berbeda, maka disinilah mulai munculnya suatu permasalahan.

Permasalahan mengenai mutasi pendeta bukanlah disebabkan kerena mutasi pendeta itu sendiri, melainkan karena hakekat pelayanan dan tujuan yang hendak dicapai oleh tim mutasi pendeta berbeda dengan tujuan yang hendak di capai oleh sinode. GKPB melihat kurang adanya komunikasi dan koordinasi antara pendeta dengan jemaat, sehingga menyebabkan salah pengertian.

Menurut GKPB dan sinode pemulangan pendeta oleh jemaat disebabkan karena pendeta yang bersangkutan telah melakukan penyimpangan dalam proses mutasi pendeta. Seperti halnya pendeta yang secara diam-diam menikahkan tamu asing di sebuah hotel, pendeta yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dan sebagainya.

78


(4)

#

Oleh sebab itu sinode maupun gereja mengambil suatu keputusan untuk melaksanakan mutasi pendeta. Tujuan sinode melaksanakan mutasi pendeta untuk membantu pendeta yang bersangkutan keluar dari permasalahan yang di hadapi dalam jemaat. Semuanya itu kembali lagi kepada komitmen pelayanan dari masing-masing pendeta.

Dalam manajemen Kristiani yang menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan adalah harta atau milik, ada pihak atau orang yang membuat tipu muslihat dan merencanakan kejahatan, adanya saksi dusta atau bohong, kebencian, keangkuhan, pemarah, menekan kemarahan, dan mencari-cari persoalan yang bodoh dan tidak layak.79

Masalah mutasi pendeta disebabkan kerena dari masing-masing anggota masih mementingkan diri sendiri. Pengarahan sangat diperlukan dalam proses mutasi pendeta agar pendeta mengetahui wewenang mereka sebagai pemimpim jemaat. Dengan demikian permasalahan yang terjadi dapat dihindarkan, ketika setiap orang yang terlibat di dalamnya mengetahui posisi mereka masing-masing. Dengan demikian setiap persoalan yang terjadi dalam lingkungan gereja harus diselesaikan secara damai, sehingga tidak menimbulkan masalah yang berkepanjangan.

Bertolak dari pemahaman di atas, penyelesaian masalah tidak harus melalui mutasi, tetapi proses pembentukan diri pendeta melalui percakapan pengembalaan harus di tempuh. Sebagai pimpinan gereja, Majelis Sinode GKPB bertanggung jawab dalam proses pengembalaan. Hasil pengembalaan dipercakapkan dengan majelis jemaat, agar memahami segala persoalannya dan dapat menerimanya kembali dalam pelayan dan kesaksian jemaat, maka pendeta yang bersangkutan harus tetap melaksanakan tugas panggilannya sebagai pejabat gereja. Sampai dipandang telah memenuhi tugas panggilan gereja sebagai kreterian untuk mutasi pendeta. Ketika pelayan tetap menjadi kendala dan hambatan bagi kesaksian jemaat, apalagi membuat jemaat menjadi tersandung karena persoalannya itu sekalipun telah

79


(5)

#

digembalakan, seyoginya pendeta yang bersangkutan di mutasikan. Alasannya jika tidak dimutasikan akan merusak pemahaman dan penghanyatan pendeta tersebut terhadap panggilanya sebagai pejabat gereja dan citranya dihadapan jemaat. Selain itu, akan berdampak buruk bagi pengembangan pelayanan selanjutnya dalam jemaat. Dalam kerangka berfikir demikian, mutasi dilaksanakan bukan dalam rangka pegembalaan atau sebagai suatu hukuman jabatan tetapi harus di pahami sebagai pembaharuan panggilan bagi pendeta yang bersangkutan.

Beberapa pendeta berpendapat bahwa manajemen mengenai mutasi pendeta di GKPB perlu di perbaharui kembali, karena masih banyak terjadi kesalahan dalam proses penempatan pendeta. Manajemen suatu proses untuk menggerakan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai. Lemahnya manajemen mutasi pendeta membuat Majelis Sinode tidak mengetahui kebutuhan jemaat-jemaat yang akan menerima penempatan pendeta dan kualitas para pendeta GKPB yang akan dimutasikan. Ketidaktahuan itu, mengakibatkan Majelis Sinode tidak pernah mengadakan percakapan atau berkonsultasi dengan para pendeta yang akan dimutasikan secara individu.

Bertitik tolak dari pemahaman diatas, maka perlu adanya suatu pengkoordinasian untuk mengikat, mempersatukan, dan menyelaraskan semua aktifitas dan usaha serta memberikan intruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan, dan memberikan bimbingan kepada semua pihak yang ikut terlibat di dalamnya. 80


(6)

# 4.5. Penutup

Manajemen adalah suatu ilmu dan seni dari suatu proses usahan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan penggunaan sumber daya manusia serta benda dalam suatu oraganisasi agar tercapai tujuan oraganisasi secara efektif dan efisien. Dalam manajemen mutasi pendeta perlu adanya suatu kesatuan dalam tubuh tim mutasi supaya setiap fungsi yang ada dapat berjalan seimbang. Dengan demikian tim mutasi pendeta dapat menjawab kebutuhan jemaat atau sumber daya manusia yang ada sesuai dengan kemampuan dan tingkat pendidikan dari pendeta.

Namum permasalahan tetap muncul di dalamnya karena kurang adanya komunikasi, perencanaan yang matang, dan kurangnya pengawasan. Perencanaan yang kurang matang membuat pendeta salah memahami tugas dan tanggung jawab sehingga tujuan yang hendak di capai berbeda dengan tujuan semula. Selain itu permasalahan juga muncul dari pribadi pendeta itu sendiri, keluarga, keuangan dan lingkungan. Konseling pastoral dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi bagi pendeta yang bermasalahan dan keluarga pendeta yang bermasalah dan seharusnya konseling dilakuka pada setiap pendeta berserta keluarga yang akan dimutasikan supaya dapat mengurangi permasalahan yang ada dalam mutasi pendeta.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penyesuaian Diri pada Pendeta Baru Ditinjau dari Jenis Kelamin

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Penyesuaian Diri pada Pendeta Baru Ditinjau dari Jenis Kelamin

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Pendeta-Pendeta di GKPB Ditinjau dari Manajemen Gerejawi

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Pendeta-Pendeta di GKPB Ditinjau dari Manajemen Gerejawi T1 712007015 BAB I

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Pendeta-Pendeta di GKPB Ditinjau dari Manajemen Gerejawi T1 712007015 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Pendeta-Pendeta di GKPB Ditinjau dari Manajemen Gerejawi T1 712007015 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB IV

0 0 41