TINJAUAN KONDISI FISIK RUANGAN TERHADAP KINERJA PETUGAS DALAM PENGOLAHAN REKAM MEDIS DI RSUD M. ZEIN PAINAN | Oktamianiza | Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia 102 360 1 PB
TINJAUAN KONDISI FISIK RUANGAN TERHADAP KINERJA
PETUGAS DALAM PENGOLAHAN REKAM MEDIS
Oktamianiza1
2
Abstract
Keywords:
Abstrak
.
o
C
31o
Kata kunci
kemungkinan hilangnya keterangan ataupun
memalsukan data yang ada di dalam rekam medis
dan dipergunakan oleh orang yang semestinya tidak
diberi izin. Rekam medis harus lengkap sehingga
dokter lain dapat mengetahui bagaimana pengobatan
dan perawatan yang dilakukan kepada pasien dan
konsulen dapat memperkirakan kembali keadaan
pasien yang akan datang dari prosedur yang telah
dilaksanakan (Depkes RI, 1997).
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan tempat dimana pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan, baik pelayanan
rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat.
Pelayanan tersebut dapat dikatakan berkualitas
apabila dalam penyelenggaraannya dilaksanakan
secara baik dan optimal. Sebagai sarana pelayanan
kesehatan Rumah Sakit harus menyelenggarakan
rekam medis, ini di perjelas dalam Keputusan Mentri
Kesehatan RI.No.034/Birhup/1972 menyangkut
kewajiban bagi rumah sakit untuk menyelenggarakan
rekam medis (Depkes RI, 2006: 4) .
Menurut Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008,
rekam medis yaitu berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Setiap rumah sakit harus
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi
informasi yang ada di dalam rekam medis terhadap
83
83
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
membuat rekam medis baik rawat jalan maupun
rawat inap. Berkas rekam medis tersebut harus
disimpan dalam suatu ruangan yang khusus untuk
penyimpanan dengan memperhatikan tata ruang guna
Penyelenggaraan
rekam medis yang bermutu, efektif maka perlu
adanya sarana penunjang yang memadai, diantaranya
adalah kondisi ruang penyimpanan rekam medis,
apabila kondisi ruangan tidak memenuhi syarat,
tentu akan menggangu kenyamanan, apalagi dalam
melaksanakan pekerjaan rutin seperti penyimpanan
dan pengambilan kembali berkas rekam medis.
Hal ini mempengaruhi kenyamanan petugas rekam
medis dalam menyelenggarakan berkas rekam medis
itu sendiri. Selain itu kondisi ruang yang belum
memenuhi standar akan menimbulkan ketidak
leluasaan tugas rutin rekam medis ( Depkes RI,
2006).
Ketidak nyamanan akan mengakibatkan perubahan
fungsional pada orang yang bersesuaian pada tubuh
manusia. Menurut Grandjean (1986) kondisi panas
sekeliling yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan
rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal
ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia
untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang lebih
sedikit. Sebaliknya kondisi dingin yang berlebihlebihan akan mengakibatkan rasa malas untuk
bekerja, yang mana akan mengurangi kewaspadaan
dan konsentrasi, terutama berhubungan dengan
pekerjaan yang menuntut kesiapan mental. Dalam
hal ini stimulasi tubuh manusia untuk melakukan
aktivitas yang akan menghasilkan
yang lebih tinggi (Nurmianto, Eko 2008: 278).
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di
RSUD M.ZEIN Painan Tahun 2015 terdapat
hambatan, seperti kondisi fisik ruangan yang
belum memenuhi standar dalam penyelenggaraan/
pengolahan rekam medis sehingga menyebabkan
kurang leluasanya petugas dalam melakukan
kegiatan. Pada ruangan penyimpanan berkas rekam
medis keadaan suhu ruangan terasa panas, sempit
dan tidak nyaman. Kurangnya ruangan untuk rak
peyimpanan sehingga berkas rekam medis tidak
semuanya tersimpan didalam rak penyimpanan
melainkan ada dilantai. Namun ada juga beberapa
rak yang berada di luar ruangan penyimpanan yaitu
bagian kiri dan kanan jalan akses petugas keluar
masuk ruangan, pencahayaan pada ruangan ini pun
belum memenuhi standar yang telah di tetapkan.
Hal ini menyebabkan kesulitan petugas dalam
84
pencarian berkas rekam medis saat pasien datang
untuk berobat ulang sehingga pasien akan menunggu
lama sampai berkas rekam medisnya ditemukan dan
besar kemungkinan akan terjadi kehilangan berkas
rekam medis pasien. Sedangkan untuk ruangan
pengolahan berkas rekam medis, suhu ruangan terasa
sejuk karena menggunakan kipas angina sehingga
petugas lebih cepat merasa kantuk dalam melakukan
pekerjaan didalam ruuangan tersebut.
Rumusan Masalah penelitian ini adalah bagaimana
terhadap
kinerja petugas dalam pengolahan rekam medis
di RSUD M.ZEIN Painan Tahun 2015.Tujuan
ruangan terhadap kinerja petugas dalam pengolahan
rekam medis di RSUD M.ZEIN Painan Tahun 2015.
METODE
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu
terhadap kenyamanan dan kinerja petugas dalam
penyelemggaraan rekam medis di RSUD M.ZEIN
Painan Tahun 2015. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengukuran luas ruangan, pencahayaan,
suhu dan observasi dengan menggunakan ceklis
terhadap kinerja petugas serta wawancara dengan
petugas rekam medis terhadap kenyamanan petugas
rekam medis dalam bekerja di RSUD M.ZEIN
Painan Tahun 2015.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tidak
Sesuai
Penelitian
Sesuai
1 R u a n g a n 3,8m x 3,4m
Dite mpati
Pengolaoleh 3 petuhan Data
gas
2 R u a n g a n 3,8m x 7,4m
Dite mpati
Peyimpanoleh 9 petuan 1
gas dan 1
rak 5 roll
opec
3 R u n g a n 1,7m x 10,6
Dite mpati
Penyim- m
oleh 9 petupanan 2
gas dan 5
rak
No
Oktamianiza dan Sinta Andriani. Tinjauan Kondisi Fisik Ruangan Terhadap Kinerja ...
Berdasarkan hasil pengukuran luas ruangan rekam
medis di RSUD M.Zein Painan didapat luas ruangan
pengolahan 3,4m x 3,8m yang ditempati oleh 3 orang
petugas rekam medis, 3 meja petugas, 5 kursi, 1 rak
berkas dan lemari. Luas ruangan penyimpanan (I)
3,8m x 7,4m yang ditempati oleh 9 petugas rekam
medis , 1 meja petugas, 1 rak dan 5 roll opec. Dan
luas ruangan penyimpanan (II) 1,7m x 10,6m yang
ditempati oleh 9 orang petugas dan 5 rak serta adanya
berkas yang disusun dilantai. Luas ruangan rekam
medis di RSUD M.Zein Painan ini belum memenuhi
standar yang ditentukan, akibatnya petugas rekam
medis tidak dapat mencari berkas dan mengolah
data dengan cepat karena tidak bisa bergerak dengan
leluasa.
Apabila dibandingkan denga teori belum memenuhi
standar
yang
menyarankan standar ruangan minimal untuk
perorangan 2,5 x 3 m untuk ruangan pengolahan
pada kantor secara personal. Ukuran minimum
ini adalah nilai rata-rata perorangan, yang berarti
beberapa kantor dapat lebih besar dari nilai rata-rata
ini. Ukuran ini juga termasuk area yang dialokasikan
untuk area umum (Depkes RI, 2006). Oleh karena
itu diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk
memperhatikan kondisi ruangan yang baik terutama
luas ruangan yang cukup untuk para petugas rekam
suhu ruangan pengolahan data 29oC 31oC. Suhu
ruangan penyimpanan (I) 29oC 30oC dan ruangan
penyimpanan (II) 29oC 30oC. Dari hasil pengukuran
suhu di ruangan rekam medis di RSUD M.Zein
Painan belum memenuhi suhu ideal yaitu 24oC
26oC. Hal ini disebabkan oleh kondisi ruangan yang
sempit dan ventilasi udara dalam keadaan ditutup
sehingga pertukaran udara tidak lancar, selain itu di
ruangan pengolahan data dan penyimpanan hanya
tersedia 2 pendingin ruangan dan hanya 1 yang
berfungsi. Akibatnya petugas rekam medis merasa
kepanasan dalam bekerja sehingga aktivitas bekerja
terganggu.
Apabila dibandingkan dengan teori suhu di ruangan
rekam medis belum memenuhi suhu yang ideal,
iklim di tempat kerja diatur supaya lebih nyaman
sesuai dengan sifat pekerjaan yang dilakukan,
temperature yang dianjurkan di tempat kerja rekam
medis adalah 24 oC 26 oC (Suma mur, 1989).
Oleh karena itu untuk pihak dari rumah sakit dapat
mengatasi masalah suhu yang ideal dengan mengatur
temperature suhu yaitu dengan menambahkan kipas
angin atau AC di tiap ruangan atau dengan membuka
ventilasi yang tertutup sehingga udara didalam
ruangan dapat bertukar. Dengan begitu petugas tidak
merasa kepanasan dan aktivitas kerja dapat berjalan
dengan baik dan nyaman.
baik dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada ruangan
rekam medis di RSUD M.Zein Painan Tahun 2015
dapat dilihat
dengan menggunakan alat
pada tabel 2
No
1
2
3
Suhu Ideal Hasil
Tidak
Sesuai
(oC)
Penelitian
Sesuai
R u a n g a n 24oC 26oC 29oC - 31oC
Pengolahan
Data
R u a n g a n 24oC 26oC 29oC - 30oC
Peyimpanan 1
Rungan Pe- 24oC 26oC 2 9 o C
30oC
nyimpanan
2
Berdasarkan hasil pengukuran suhu ruangan rekam
medis dengan mengggunakan Thermometer didapat
Standar
Pencahayaan
No
1 Ruangan
Pengolahan
Data
2 Ruangan Peyimpanan 1
3 Rungan Penyimpanan 2
Kerja
350 Lux
Hasil
Tidak
Penelitian Sesuai Sesuai
142,2 Lux
300 Lux
30,1 Lux
300 Lux
21,6 Lux
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat pencahayaan
di ruangan rekam medis dengan menggunakan alat
ukur Lux Meter, didapatkan pencahayaan ruangan
pengolahan 142,2 Lux, ruangan penyimpanan (I)
30,1 Lux dan ruangan penyimpanan (II) 21,6 Lux.
Pencahayaan di ruang rekam medis belum memenuhi
standar yang ditentukan, ini disebabkan oleh cahaya
matahari yang masuk sedikit dan didalam ruangan
85
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
hanya satu lampu yang menyala, akibatnya petugas
rekam medis kesulitan dalam mencari berkas rekam
medis karena pencahayaan di ruang rekam medis
kurang terang.
Apabila dibandingkan dengan teori belum memenuhi
standar, pencahayaan sangat mempengaruhi
manusia untuk melihat obyek-obyek secara jelas,
cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan
yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi
cepat lelah karena mata akan berusaha melihat
dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata
ini akan mengakibatkan pula lelahnya mental dan
lebih jauh lagi bisa menimbulkan rusaknya mata.
(Wingjosoebroto,2008).
Untuk mengatasi hal tersebut diharapkan kepada
pihak rumah sakit untuk dapat menambahkan
lampu pada masing-masing ruangan agar memenuhi
pencahayan yang dianjurkan yaitu 300 Lux untuk
ruang penyimpanan dan 350 Lux untuk ruang kerja
(ruang pengolahan data). Hal ini sesuai dengan
Peraturan Mentri Perburuhan No. 7 tahun 1964,
penerangan untuk pekerjaan arsip dan seleksi surat
surat membutuhkan penerangan 300 350 Lux
contohnya pekerjaan kantor membaca, pengolahan
dan menulis.
Rekam Medis
Tahun 2015
Berkas RM
Baik
Tidak baik
Jumlah
f
23
37
60
%
38,3
61,7
100
Berdasarkan table 4 dapat diketahui bahwa kinerja
petugas dalam melakukan pengolahan rekam medis
61,7% tidak baik. Kinerja merupakan kesedian
seseorang atau kelompok orang untuk melakukan
sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai
dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti
yang diharapkan. Hal senada juga terdapat pada
wordpress (2007) yaitu kinerja adalah hasil atau
tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu di dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
86
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui tepat atau tidak tepatnya pelaksanaan
dan filling yang
dilakukan oleh petugas rekam medis, didapatkan 60
berkas yang di
40 diantaranya tidak tepat
(66,7%), coding 8 diantaranya tidak tepat (13,3%),
41 diantaranya tidak tepat (68,3%) dan
33 diantaranya tidak tepat (55,0%).
Hal ini disebabkan oleh kondisi ruangan yang sempit,
suhu udara yang panas dan pencahayaan yang kurang
memadai. Sehingga petugas merasa tidak nyaman
dan kurang leluasan saat bekaktivitas, dan petugas
kurang teliti dalam melaksanakan pekerjaannya.
Akibatnya terdapat beberapa lembaran rekam medis
yang susunannya tidak sesuai dengan urutan yang
telah ditetapkan, terjadi kesalahan dalam, pengisian
kode pada diagnose penyakit, ketidak tepatan saat
mengisi indeks dan tidak sesuainya letak berkas
dengan petunjuk tracer yang tersimpan.
Untuk memecahkan masalah ini menurut pendapat
penulis, seharusnya pihak rumah sakit lebih
memperhatikan lagi kondisi ruang rekam medis ini,
dimana luas ruangannya yang sempit agar di perluas
lagi. Menambahkan pendingin ruangan seperti AC
atau kipas angin di masing-masing ruangan atau
dengan cara membuka beberapa ventilasi agar dapat
tejadi pertukaran udara di dalam ruangan tersebut.
Dan untuk pencahayaan sebaiknya diruangan rekam
medis disediakan tempat untuk cahaya matahari
masuk atau pemakaian lampu di tambahkan lagi
agar pencahayaan diruangan dapat memenuhi syarat.
Oleh karena itu diharapkan kepada rumah sakit agar
dapat memperluas ruang pengolahan berkas rekam
medis, menambahkan pencahayaan dan pendingin
ruangan agar petugas dapat melaksanakan aktivitas
kerja dengan nyaman.
Kesimpulan
1.
2.
Luas ruang 3 ruangan rekam medis di RSUD
M.Zein Painan yang masing-masing ruangan
belum memenuhi standar yaitu pada ruangan
pengolahan 3,8m x 3,4m, ruangan penyimpanan
(I) 3,8m x 7,4m dan ruangan penyimpanan (II)
1,7 m x 10,6m.
Suhu di 3 ruangan rekam medis di RSUD
M.Zein Painan belum memenuhi suhu ideal
yaitu berada pada 29oC 31oC.
Oktamianiza dan Sinta Andriani. Tinjauan Kondisi Fisik Ruangan Terhadap Kinerja ...
3.
4.
Pencahayaan diruangan rekam medis di RSUD
M.Zein Painan belum memenuhi standar
yaitu pada ruang pengolahan 142,2 Lux,
ruang penyimpanan (I) 30,1 Lux dan ruang
penyimpanan (II) 21,6 Lux.
Kinerja petugas rekam medis dilihat dari
:
tidak terlaksana dengan baik
(66,7%), Coding tidak terlaksana dengan baik
(13,3%),
tidak terlaksana dengan baik
(68,3%),
tidak terlaksana dengan baik
(55,0%) dari 60 berkas rekam medis.
Nurmianto, Eko. 2008.
Surabaya : Prima Printing.
Permata Sari, Cindy. 2013.
Rahma Sari, Gusni. 2011.
Sudarmanto. 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.
Amir, Amri, dkk.2011.
Sumatera Utara.
. Ka PORMIKI,
Suma mur. 1989.
Kerja.
Aswinsh. 2011
Wajah, rona. 2007
[Online] dari: https://
a swin sh. word pre ss. co m/20 11 /02 /24 /
peraturan-menteri-perburuhan-nomor7-tahun-1964-tentang-syarat-kesehatankebersihan-serta-penerangan-dalam-tempatkerja/ (diakses 1 April 2015)
DepkesRI, 2006.
medis di Indonesia.
[Online] dari : https://
ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/
kinerja-apa-itu/ . (diakses 09 Februari 2015)
Widodo, T. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif.
Su rak arta . Le mba ga Pe ng e mb an ga n
Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan
dan Pencetakan UNS (UNS Press).
Wingjosubroto, Sritomo dan Stefanus EkoWiratno.
2000.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta. 2007.
Milenium Ketiga. Surabaya: PT GunaWidya
di Indonesia. Direktorat Jendral Pelayanan
Medik. Jakarta.
Wingjosubroto, Sritomo. 2008.
Surabaya: Prima Printing.
87
PETUGAS DALAM PENGOLAHAN REKAM MEDIS
Oktamianiza1
2
Abstract
Keywords:
Abstrak
.
o
C
31o
Kata kunci
kemungkinan hilangnya keterangan ataupun
memalsukan data yang ada di dalam rekam medis
dan dipergunakan oleh orang yang semestinya tidak
diberi izin. Rekam medis harus lengkap sehingga
dokter lain dapat mengetahui bagaimana pengobatan
dan perawatan yang dilakukan kepada pasien dan
konsulen dapat memperkirakan kembali keadaan
pasien yang akan datang dari prosedur yang telah
dilaksanakan (Depkes RI, 1997).
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan tempat dimana pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan, baik pelayanan
rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat.
Pelayanan tersebut dapat dikatakan berkualitas
apabila dalam penyelenggaraannya dilaksanakan
secara baik dan optimal. Sebagai sarana pelayanan
kesehatan Rumah Sakit harus menyelenggarakan
rekam medis, ini di perjelas dalam Keputusan Mentri
Kesehatan RI.No.034/Birhup/1972 menyangkut
kewajiban bagi rumah sakit untuk menyelenggarakan
rekam medis (Depkes RI, 2006: 4) .
Menurut Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008,
rekam medis yaitu berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Setiap rumah sakit harus
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi
informasi yang ada di dalam rekam medis terhadap
83
83
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
membuat rekam medis baik rawat jalan maupun
rawat inap. Berkas rekam medis tersebut harus
disimpan dalam suatu ruangan yang khusus untuk
penyimpanan dengan memperhatikan tata ruang guna
Penyelenggaraan
rekam medis yang bermutu, efektif maka perlu
adanya sarana penunjang yang memadai, diantaranya
adalah kondisi ruang penyimpanan rekam medis,
apabila kondisi ruangan tidak memenuhi syarat,
tentu akan menggangu kenyamanan, apalagi dalam
melaksanakan pekerjaan rutin seperti penyimpanan
dan pengambilan kembali berkas rekam medis.
Hal ini mempengaruhi kenyamanan petugas rekam
medis dalam menyelenggarakan berkas rekam medis
itu sendiri. Selain itu kondisi ruang yang belum
memenuhi standar akan menimbulkan ketidak
leluasaan tugas rutin rekam medis ( Depkes RI,
2006).
Ketidak nyamanan akan mengakibatkan perubahan
fungsional pada orang yang bersesuaian pada tubuh
manusia. Menurut Grandjean (1986) kondisi panas
sekeliling yang berlebih-lebihan akan mengakibatkan
rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja. Hal
ini akan menurunkan daya kreasi tubuh manusia
untuk menghasilkan panas dengan jumlah yang lebih
sedikit. Sebaliknya kondisi dingin yang berlebihlebihan akan mengakibatkan rasa malas untuk
bekerja, yang mana akan mengurangi kewaspadaan
dan konsentrasi, terutama berhubungan dengan
pekerjaan yang menuntut kesiapan mental. Dalam
hal ini stimulasi tubuh manusia untuk melakukan
aktivitas yang akan menghasilkan
yang lebih tinggi (Nurmianto, Eko 2008: 278).
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di
RSUD M.ZEIN Painan Tahun 2015 terdapat
hambatan, seperti kondisi fisik ruangan yang
belum memenuhi standar dalam penyelenggaraan/
pengolahan rekam medis sehingga menyebabkan
kurang leluasanya petugas dalam melakukan
kegiatan. Pada ruangan penyimpanan berkas rekam
medis keadaan suhu ruangan terasa panas, sempit
dan tidak nyaman. Kurangnya ruangan untuk rak
peyimpanan sehingga berkas rekam medis tidak
semuanya tersimpan didalam rak penyimpanan
melainkan ada dilantai. Namun ada juga beberapa
rak yang berada di luar ruangan penyimpanan yaitu
bagian kiri dan kanan jalan akses petugas keluar
masuk ruangan, pencahayaan pada ruangan ini pun
belum memenuhi standar yang telah di tetapkan.
Hal ini menyebabkan kesulitan petugas dalam
84
pencarian berkas rekam medis saat pasien datang
untuk berobat ulang sehingga pasien akan menunggu
lama sampai berkas rekam medisnya ditemukan dan
besar kemungkinan akan terjadi kehilangan berkas
rekam medis pasien. Sedangkan untuk ruangan
pengolahan berkas rekam medis, suhu ruangan terasa
sejuk karena menggunakan kipas angina sehingga
petugas lebih cepat merasa kantuk dalam melakukan
pekerjaan didalam ruuangan tersebut.
Rumusan Masalah penelitian ini adalah bagaimana
terhadap
kinerja petugas dalam pengolahan rekam medis
di RSUD M.ZEIN Painan Tahun 2015.Tujuan
ruangan terhadap kinerja petugas dalam pengolahan
rekam medis di RSUD M.ZEIN Painan Tahun 2015.
METODE
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu
terhadap kenyamanan dan kinerja petugas dalam
penyelemggaraan rekam medis di RSUD M.ZEIN
Painan Tahun 2015. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengukuran luas ruangan, pencahayaan,
suhu dan observasi dengan menggunakan ceklis
terhadap kinerja petugas serta wawancara dengan
petugas rekam medis terhadap kenyamanan petugas
rekam medis dalam bekerja di RSUD M.ZEIN
Painan Tahun 2015.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tidak
Sesuai
Penelitian
Sesuai
1 R u a n g a n 3,8m x 3,4m
Dite mpati
Pengolaoleh 3 petuhan Data
gas
2 R u a n g a n 3,8m x 7,4m
Dite mpati
Peyimpanoleh 9 petuan 1
gas dan 1
rak 5 roll
opec
3 R u n g a n 1,7m x 10,6
Dite mpati
Penyim- m
oleh 9 petupanan 2
gas dan 5
rak
No
Oktamianiza dan Sinta Andriani. Tinjauan Kondisi Fisik Ruangan Terhadap Kinerja ...
Berdasarkan hasil pengukuran luas ruangan rekam
medis di RSUD M.Zein Painan didapat luas ruangan
pengolahan 3,4m x 3,8m yang ditempati oleh 3 orang
petugas rekam medis, 3 meja petugas, 5 kursi, 1 rak
berkas dan lemari. Luas ruangan penyimpanan (I)
3,8m x 7,4m yang ditempati oleh 9 petugas rekam
medis , 1 meja petugas, 1 rak dan 5 roll opec. Dan
luas ruangan penyimpanan (II) 1,7m x 10,6m yang
ditempati oleh 9 orang petugas dan 5 rak serta adanya
berkas yang disusun dilantai. Luas ruangan rekam
medis di RSUD M.Zein Painan ini belum memenuhi
standar yang ditentukan, akibatnya petugas rekam
medis tidak dapat mencari berkas dan mengolah
data dengan cepat karena tidak bisa bergerak dengan
leluasa.
Apabila dibandingkan denga teori belum memenuhi
standar
yang
menyarankan standar ruangan minimal untuk
perorangan 2,5 x 3 m untuk ruangan pengolahan
pada kantor secara personal. Ukuran minimum
ini adalah nilai rata-rata perorangan, yang berarti
beberapa kantor dapat lebih besar dari nilai rata-rata
ini. Ukuran ini juga termasuk area yang dialokasikan
untuk area umum (Depkes RI, 2006). Oleh karena
itu diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk
memperhatikan kondisi ruangan yang baik terutama
luas ruangan yang cukup untuk para petugas rekam
suhu ruangan pengolahan data 29oC 31oC. Suhu
ruangan penyimpanan (I) 29oC 30oC dan ruangan
penyimpanan (II) 29oC 30oC. Dari hasil pengukuran
suhu di ruangan rekam medis di RSUD M.Zein
Painan belum memenuhi suhu ideal yaitu 24oC
26oC. Hal ini disebabkan oleh kondisi ruangan yang
sempit dan ventilasi udara dalam keadaan ditutup
sehingga pertukaran udara tidak lancar, selain itu di
ruangan pengolahan data dan penyimpanan hanya
tersedia 2 pendingin ruangan dan hanya 1 yang
berfungsi. Akibatnya petugas rekam medis merasa
kepanasan dalam bekerja sehingga aktivitas bekerja
terganggu.
Apabila dibandingkan dengan teori suhu di ruangan
rekam medis belum memenuhi suhu yang ideal,
iklim di tempat kerja diatur supaya lebih nyaman
sesuai dengan sifat pekerjaan yang dilakukan,
temperature yang dianjurkan di tempat kerja rekam
medis adalah 24 oC 26 oC (Suma mur, 1989).
Oleh karena itu untuk pihak dari rumah sakit dapat
mengatasi masalah suhu yang ideal dengan mengatur
temperature suhu yaitu dengan menambahkan kipas
angin atau AC di tiap ruangan atau dengan membuka
ventilasi yang tertutup sehingga udara didalam
ruangan dapat bertukar. Dengan begitu petugas tidak
merasa kepanasan dan aktivitas kerja dapat berjalan
dengan baik dan nyaman.
baik dan nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada ruangan
rekam medis di RSUD M.Zein Painan Tahun 2015
dapat dilihat
dengan menggunakan alat
pada tabel 2
No
1
2
3
Suhu Ideal Hasil
Tidak
Sesuai
(oC)
Penelitian
Sesuai
R u a n g a n 24oC 26oC 29oC - 31oC
Pengolahan
Data
R u a n g a n 24oC 26oC 29oC - 30oC
Peyimpanan 1
Rungan Pe- 24oC 26oC 2 9 o C
30oC
nyimpanan
2
Berdasarkan hasil pengukuran suhu ruangan rekam
medis dengan mengggunakan Thermometer didapat
Standar
Pencahayaan
No
1 Ruangan
Pengolahan
Data
2 Ruangan Peyimpanan 1
3 Rungan Penyimpanan 2
Kerja
350 Lux
Hasil
Tidak
Penelitian Sesuai Sesuai
142,2 Lux
300 Lux
30,1 Lux
300 Lux
21,6 Lux
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat pencahayaan
di ruangan rekam medis dengan menggunakan alat
ukur Lux Meter, didapatkan pencahayaan ruangan
pengolahan 142,2 Lux, ruangan penyimpanan (I)
30,1 Lux dan ruangan penyimpanan (II) 21,6 Lux.
Pencahayaan di ruang rekam medis belum memenuhi
standar yang ditentukan, ini disebabkan oleh cahaya
matahari yang masuk sedikit dan didalam ruangan
85
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.1 Maret 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
hanya satu lampu yang menyala, akibatnya petugas
rekam medis kesulitan dalam mencari berkas rekam
medis karena pencahayaan di ruang rekam medis
kurang terang.
Apabila dibandingkan dengan teori belum memenuhi
standar, pencahayaan sangat mempengaruhi
manusia untuk melihat obyek-obyek secara jelas,
cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan
yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi
cepat lelah karena mata akan berusaha melihat
dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata
ini akan mengakibatkan pula lelahnya mental dan
lebih jauh lagi bisa menimbulkan rusaknya mata.
(Wingjosoebroto,2008).
Untuk mengatasi hal tersebut diharapkan kepada
pihak rumah sakit untuk dapat menambahkan
lampu pada masing-masing ruangan agar memenuhi
pencahayan yang dianjurkan yaitu 300 Lux untuk
ruang penyimpanan dan 350 Lux untuk ruang kerja
(ruang pengolahan data). Hal ini sesuai dengan
Peraturan Mentri Perburuhan No. 7 tahun 1964,
penerangan untuk pekerjaan arsip dan seleksi surat
surat membutuhkan penerangan 300 350 Lux
contohnya pekerjaan kantor membaca, pengolahan
dan menulis.
Rekam Medis
Tahun 2015
Berkas RM
Baik
Tidak baik
Jumlah
f
23
37
60
%
38,3
61,7
100
Berdasarkan table 4 dapat diketahui bahwa kinerja
petugas dalam melakukan pengolahan rekam medis
61,7% tidak baik. Kinerja merupakan kesedian
seseorang atau kelompok orang untuk melakukan
sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai
dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti
yang diharapkan. Hal senada juga terdapat pada
wordpress (2007) yaitu kinerja adalah hasil atau
tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu di dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
86
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan
telah disepakati bersama.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui tepat atau tidak tepatnya pelaksanaan
dan filling yang
dilakukan oleh petugas rekam medis, didapatkan 60
berkas yang di
40 diantaranya tidak tepat
(66,7%), coding 8 diantaranya tidak tepat (13,3%),
41 diantaranya tidak tepat (68,3%) dan
33 diantaranya tidak tepat (55,0%).
Hal ini disebabkan oleh kondisi ruangan yang sempit,
suhu udara yang panas dan pencahayaan yang kurang
memadai. Sehingga petugas merasa tidak nyaman
dan kurang leluasan saat bekaktivitas, dan petugas
kurang teliti dalam melaksanakan pekerjaannya.
Akibatnya terdapat beberapa lembaran rekam medis
yang susunannya tidak sesuai dengan urutan yang
telah ditetapkan, terjadi kesalahan dalam, pengisian
kode pada diagnose penyakit, ketidak tepatan saat
mengisi indeks dan tidak sesuainya letak berkas
dengan petunjuk tracer yang tersimpan.
Untuk memecahkan masalah ini menurut pendapat
penulis, seharusnya pihak rumah sakit lebih
memperhatikan lagi kondisi ruang rekam medis ini,
dimana luas ruangannya yang sempit agar di perluas
lagi. Menambahkan pendingin ruangan seperti AC
atau kipas angin di masing-masing ruangan atau
dengan cara membuka beberapa ventilasi agar dapat
tejadi pertukaran udara di dalam ruangan tersebut.
Dan untuk pencahayaan sebaiknya diruangan rekam
medis disediakan tempat untuk cahaya matahari
masuk atau pemakaian lampu di tambahkan lagi
agar pencahayaan diruangan dapat memenuhi syarat.
Oleh karena itu diharapkan kepada rumah sakit agar
dapat memperluas ruang pengolahan berkas rekam
medis, menambahkan pencahayaan dan pendingin
ruangan agar petugas dapat melaksanakan aktivitas
kerja dengan nyaman.
Kesimpulan
1.
2.
Luas ruang 3 ruangan rekam medis di RSUD
M.Zein Painan yang masing-masing ruangan
belum memenuhi standar yaitu pada ruangan
pengolahan 3,8m x 3,4m, ruangan penyimpanan
(I) 3,8m x 7,4m dan ruangan penyimpanan (II)
1,7 m x 10,6m.
Suhu di 3 ruangan rekam medis di RSUD
M.Zein Painan belum memenuhi suhu ideal
yaitu berada pada 29oC 31oC.
Oktamianiza dan Sinta Andriani. Tinjauan Kondisi Fisik Ruangan Terhadap Kinerja ...
3.
4.
Pencahayaan diruangan rekam medis di RSUD
M.Zein Painan belum memenuhi standar
yaitu pada ruang pengolahan 142,2 Lux,
ruang penyimpanan (I) 30,1 Lux dan ruang
penyimpanan (II) 21,6 Lux.
Kinerja petugas rekam medis dilihat dari
:
tidak terlaksana dengan baik
(66,7%), Coding tidak terlaksana dengan baik
(13,3%),
tidak terlaksana dengan baik
(68,3%),
tidak terlaksana dengan baik
(55,0%) dari 60 berkas rekam medis.
Nurmianto, Eko. 2008.
Surabaya : Prima Printing.
Permata Sari, Cindy. 2013.
Rahma Sari, Gusni. 2011.
Sudarmanto. 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta :Pustaka
Pelajar.
Amir, Amri, dkk.2011.
Sumatera Utara.
. Ka PORMIKI,
Suma mur. 1989.
Kerja.
Aswinsh. 2011
Wajah, rona. 2007
[Online] dari: https://
a swin sh. word pre ss. co m/20 11 /02 /24 /
peraturan-menteri-perburuhan-nomor7-tahun-1964-tentang-syarat-kesehatankebersihan-serta-penerangan-dalam-tempatkerja/ (diakses 1 April 2015)
DepkesRI, 2006.
medis di Indonesia.
[Online] dari : https://
ronawajah.wordpress.com/2007/05/29/
kinerja-apa-itu/ . (diakses 09 Februari 2015)
Widodo, T. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif.
Su rak arta . Le mba ga Pe ng e mb an ga n
Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan
dan Pencetakan UNS (UNS Press).
Wingjosubroto, Sritomo dan Stefanus EkoWiratno.
2000.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Jakarta. 2007.
Milenium Ketiga. Surabaya: PT GunaWidya
di Indonesia. Direktorat Jendral Pelayanan
Medik. Jakarta.
Wingjosubroto, Sritomo. 2008.
Surabaya: Prima Printing.
87