MENGGAGAS MUKTAMAR AISYIYAH PISAH DENGAN MUKTAMAR MUHAMMADIYAH

MENGGAGAS MUKTAMAR AISYIYAH PISAH DENGAN
MUKTAMAR MUHAMMADIYAH
Muktamar Aisyiyah selama ini diselenggarakan bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah, baik waktu
maupun kota tempat berlangsungnya Muktamar. Tentu penyelenggaraan yang demikian mengandung
untung dan rugi bagi perjuangan perempuan Muhammadiyah.Di pandang dari segi penyelenggaraan,
tentu sangat menguntungkan karena Aisyiyah tinggal mempersiapkan materi yang akan dibahas dalam
Muktamar sedangkan mengenai tempat penyelenggaraan dan fasilitas lain cukup diurus oleh panitia
bentukan Muhammadiyah. Namun dipandang dari segi kepentingan perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah
kurang bisa memperjuangkan kepentingan tersebut dalam Muktamar Persyarikatan.
Karenanya, kemudian timbul pemikiran untuk bisa menyelenggarakan Muktamar tersendiri secara terpisah
di kemudian hari.Paling tidak lontaran pemikiran ini timbul dari pucuk pimpinan Persyarikatan
Muhammadiyah dan Aisyiyah saat ini, Prof Dr HA Syafii Maarif dan Prof Dr Hj Siti Chamamah
Soeratno.Pemisahan penyelenggaraan Muktamar tersebut selain akan menambah kemandirian Aisyiyah,
juga akan maksimal dalam memperjuangkan kepentingan perempuan Muhammadiyah.
Menurut Ketua Aisyiyah Prof Dr Hj Siti Chamamah Soeratno, perjuangan Persyarikatan Muhammadiyah
dari aspek perempuan yang tertuang dalam keputusan Muktamar kurang optimal. Karena ketetapan
organisasi yang dilakukan Aisyiyah selama ini dimusyawarahkan dalam waktu yang bersamaan dengan
waktu memusyawaratkan garis-garis perjuangan yang menjadi dasar, landasan dan strategi
Muhammadiyah. Sebagai akibatnya, keputusan yang berupa hasil musyawarah Persyarikatan
Muhammadiyah dari segi keperempuan tersebut diambil tidak dari garis-garis kebijaksanaan yang
dilahirkan oleh permusyawaratan yang dilakukan Aisiyah Keberadaan wakil Aisyiyah di Muktamar

Muhammadiyah yang diselenggarakan dalam waktu bersamaan dengan Muktamar Aisyiyah juga tidak
akan mengakomodasi keberhasilan penyelenggaraan perjuangan Persyarikatan Muhammadiyah oleh
Aisyiyah.
Beberapa pertimbangan lain tentang Muktamar yang terpisah ini adalah, Pertama, Aisyiyah merupakan
komponen Persyarikatan Muhammadiyah dan berfungsi menyelenggarakan perjuangan Persyarikatan
Muhammadiyah dalam aspek kewanitaan. Kedua, Persyarikaan Muhammadiyah sebagai pergerakan yang
berjuang untuk menciptakan masyarakat utama juga memerlukan Aisyiyah . Ini karena jumlah sasaran
perjuangan Persyarikatan Muhammadiyah yang berupa masyarakat perempuan lebih dari 50 persen,
Ketiga, Perkembangan dan kemajuan yang dicapai pada sasaran perjuangan Persyarikatan Muhammadiyah
yang berupa perempuan menuntut perkembangan , kemajuan perhatian dan penanganan terhadap
program Persyarikatan Muhammadiyah dari sisi kiprah sasaran perjuangan wanita.Keempat, Muktamar
Muhammadiyah merupakan forum tertinggi Organisasi di dalam Persyarikatan Muhammadiyah, termasuk
di dalamnya organisasi otonom, yang memusyawarahkan garis-garis kebijaksanaan perjuangan yang
menjadi dasar perjuangan komponen yang lain, termasuk Aisyiyah. Karenanya, gerakan Aisyiyah sebagai
pelaksana kebijakan di lapangan perlu menyesuaikan gerakannya dengan garis-garis perjuangan
Muhammadiyah.

Dari sejumlah poin tersebut, menurut Siti Chamamah Soeratno, sebagai pelaksana perjuangan
Persyarikatan Muhamadiyah, forum yang memusyawaratkan gerak perjuangan Aisyiyah perlu
mempertimbangkan peran Aisyiyah di dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Ini berarti bahwa forum yang

membicarakan perjuangan Aisyiyah perlu diatur dengan memperhatikan waktu penyelenggaraan, ialah
sesudah Muktamar Muhammadiyah.
Muktamar Aisyiyah merupakan forum yang memusyawarahkan kegiatan yang memiliki porsi yang besar
bagi keberhasilan perjuangan Persyarikatan Muhammadiyah. Oleh karenanya, perlu mendapatkan
perhatian Persyarikatan dengan segenap komponennya. Hal ini berarti bahwa kegiatan yang berhubungan
dengan penyelenggaraan muktamar Aisyiyah tidak hanya dipikul Aisyiyah semata.
Akankah pemikiran-pemikiran Muktamar ini terus akan bergulir, akankah Muktamar Aisyiyah di Malang
nanti merupakan Muktamar yang terakhir yang bersamaan waktunya dengan Muhammadiyah. Atau
mungkin malah Muktamar Muhammadiyah di Malang nanti tanpa Muktamar Aisyiyah, kita tunggu saja.
(lut).

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 04 2004