PERSPEKTIF YUSUF AL-QARADAWI TENTANG ISRAILIYYAT : STUDI ATAS KITAB KAYFA NATA’AMAL MA’ AL-QUR’AN AL-’AZIM.

(1)

PERSPEKTIF YU<SUF AL-QARAD{A<WI< TENTANG

ISRA<I<LIYYA<T

(Studi atas kitab Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-’Az}i>m)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Oleh:

I D R I S

NIM: F0.5.2.13.276

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : I d r i s

NIM : F0.

5.2.13.276

Program : Magister (S-2)

Institusi : Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Surabaya, 25 Januari 2016 Saya yang menyatakan


(3)

PERSETUJUAN

Tesis oleh Idris ini

telah disetujui

pada tanggal 25 Januari 2016

Oleh

Pembimbing

Dr. H. Masruchan, M.Ag.

NIP. 195904041988031003


(4)

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Tesis Idris ini telah diuji pada tanggal 12 Februari 2016

Tim Penguji:

1. Dr. Hj. Dakwatul Chairah, M.Ag. (Ketua) (...)

2. Prof. Dr. H. Aswadi, M.Ag. (Penguji I) (...)

3.

Dr. Masruchan, M.Ag. (Penguji II) (...)

Surabaya, 25 Februari 2016 Direktur,

Prof. Dr. H. Husein Aziz, M. Ag. NIP. 1956010319850031002


(5)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PENYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan batasan masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

E. Kerangka Teori ... 12

F. Telaah Pustaka ... 14

G. Metode Penelitian ... 15


(6)

BAB II. DESKRIPSI KAYFA NATA’A<MAL MA’ AL-QUR’A<N AL-’AZ{I<M

A. Biografi Yu>suf al-Qarad}a>wi> ... 21

B. Kiprah al-Qarad}awi> ... 25

C. Karya tulis al-Qarad}awi> ... 27

D. Tentang Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-’Az}i>m ... 29

BAB III. ISRA<I<LIYYA<T DALAM PERSPEKTIF YU<SUF AL-QARAD{AWI< A. Pengertian Isra>i>liyya>t ... 41

B. Masuknya Isra>i>liyya>t ... 44

C. Isra>i>liyya>t Sumber Penyimpangan ... 47

D. Al-Qur’a>n Sumber Rujukan ... 53

BAB IV. ANALISA PENDAPAT AL-QARD{AWI< TERHADAP ISRA<ILIYYA<T A. Kekhususan Al-Qur’a>n ... 63

1. Al-Qur’a>n kitab yang otentik ... 63

2. Al-Qur’a>n dan kitab-kitab terdahulu ... 67

B. Pendapat al-Qarad}awi> terhadap isra>iliyya>t ... 73

1. Metode memahami al-Qur’a>n ... 73

2. Naql al-s}ah}a>bah dan ta>bi’i>n ... 76

3. Isra>iliyya>t, sahabat, dan ta>bi’i>n ... 81

C. Tah}ri>f Isra>i>liyya>t dalam Tafsir ... 87

1. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam ... 87

2. Kisah Nabi Daud dan dua orang pemanjat pagar ... 93


(7)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 100 B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA ... 102


(8)

ABSTRAK

Nama : Idris

Judul Tesis : PERSPEKTIF YU<SUF AL-QARAD{A<WI< TENTANG ISRA<I<LIYYA<T

(Studi atas kitab Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-’Az}i>m)

Pembimbing : Dr. H. Masruchan, M.Ag.

Kata Kunci : Al-Qarad}}a>wi>, isra>i>liyya>t.

Isra>i>liyya>t menjadi isu penting bagi ulama abad modern. Mereka mempertanyakan eksistensi isra>i>liyya>t sebagai tafsir al-Qur’a>n. Sekalipun pada kenyataannya isra>iliyya>t itu sebagian dibawa dan diriwayatkan oleh sahabat atau tabiin ahli tafsi>r. Al-Qarad}a>wi> seorang cendekiawan muslim asal Mesir. Ia menganggap isra>i>liyya>t adalah sumber khurafat dalam tafsir. Karenanya tafsir al-Qur’a>n harus bersih dari isra>i>liyya>t.

Rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian dalam tesis ini. adalah: 1) Bagaimana penilaian Yu>suf al-Qarad}a>wi> terhadap riwayat isra>iliyya>t dalam tafsir? 2) Bagaimana implikasi dari penilaian Yu>suf al-Qarad}a>wi> terhadap riwayat isra>iliyya>t dalam tafsir?

Sesuai dengan objek kajian tesis ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaaan (library reseach). Artinya data penelitian yang digunakan di sini adalah data sekunder, yakni berupa data yang sudah tersedia (dalam bentuk laporan penelitian, karya ilmiah, atau selainnya). Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah karya tulis al-Qarad}a>wi>: Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-‘Azi>m yang didukung oleh

bahan lain yang relevan dengan penelitian ini. Metode content analysis digunakan untuk

mengkaji isi data. Jenis analisis deskriptif dipilih karena selaras dengan tujuan penelitian, yaitu menampilkan butir-butir pemikiran al-Qarad}awi> tentang isra>i>liyya>t disertai analisis kritis dari peneliti.

Temuan penelitian menyimpulkan bahwa al-Qarad}a>wi> menilai apa yang terdapat

dalam al-Qur’a>n sedikitpun tidak perlu diperjelas dengan berbagai macam riwayat

isra>i>liyya>t. Menurutnya tindakan demikian dianggap sebuah khurafat dan menurunkan derajat al-Qur’a>n sebagai kitab suci yang terjaga. Ia berpendapat kisah terdahulu atau berita ghaib dalam al-Qur’a>n, cukup dengan apa yang al-Qur’a>n sampaikan dan Nabi jelaskan, sebagaimana Nabi katakan la> tus}addiqu>hum wa la> tukadhdhibu>hum wa la>kin qu>lu> a>manna> billa>hi wa ma> unzila ilayna>. Tidak adanya pengecualian dalam penilaian al-Qarad}a>wi> telah menafikan eksistensi sahabat atau bahkan ta>bi’i>n, karena pada kenyataanya tidak semua isra>i>liyya>t yang datang dari selain Nabi dikategorikan khurafat.


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’a>n diyakini sebagai perkataan Allah oleh umat Islam. Diwahyukan kepada Nabi Muhammad lewat perantara malaikat Jibril.1 Setiap kali malaikat Jibril membawakan wahyu al-Qur’a>n, Nabi Muhammad menghafalkannya.2 Hafalan Nabi Muhammad selalu dikontrol oleh malaikat Jibril. Setelah itu Nabi memanggil para sahabatnya, membacakan wahyu yang baru diturunkan dan meminta mereka untuk mengfalkannya. Selain itu, Nabi juga meminta agar ditulis dan menunjukkan urutan dari tiap ayat yang turun. Tulisan-tulisan al-Qur’an ini berserakan di pelepah kurma, kulit, batu, atau tulang. Aktifitas ini berlangsung sampai wahyu al-Qur’a>n sempurna diturunkan. Kurang lebih, mulai dari periode Nabi di Makkah sampai Nabi di Madinah, proses turunnya al-Qur’a>n memakan waktu 23 tahun. 3

Aktifitas hafalan dan penulisan al-Qur’a>n yang dilakukan oleh para sahabat semua berada di bawah kontrol Nabi. Khusus untuk hafalan al-Qur’a>n, setiap bulan Ramadhan Nabi menguji hafalan dari para sahabatnya, sehingga

1

Pengertian secara lengkap sebagaimana disampaikan ‘Abd al-Wahha>b Khalla>f:

Al-Qur’a>n adalah kalam (firman) Allah yang dibawa turun oleh malaikat Jibril ke dalam hati sanubari Rasulullah Muhammad, secara lafaz} dan makna dalam bahasa Arab. Mulai dari surat al-Fatihah sampai dengan surat al-Na>s dan membacanya bernilai ibadah. Lihat: ‘Abd al-Wahha>b Khalla>f, ‘Ilm Us}u>l al-Fiqh, (Kuwait: Da>r al-Kuwaitiyyah, 1981), 23.

2

Q.S. 75: 16-19. 3

Gus AA & Ziyad Ulhaq SQ, Menyingkap Tirai Juz al-Qur’an, (Jakarta: Indomedia Publishng, 2007), 1-16.


(10)

2

setiap kesalahan akan diketahui dan dibetulkan. Sepeninggal Nabi Muhammad, para sahabatnya mengambil alih pemeliharaan al-Qur’a>n. Abu Bakar yang menjabat khalifah pertama mengambil kebijakan untuk mengkodifikasi al-Qur’a>n. Dibentuklah sebuah panitia yang secara khusus bertugas menghimpun al-Qur’a>n ke dalam satu mushaf. Mushaf Abu Bakar ini dihimpun dari hafalan para sahabat dan catatan al-Qur‘a>n yang ditulis pada masa Nabi. Mushaf ini bertahan sampai tiba masa pemerintahan sahabat Usman bin ‘Affa>n. Atas saran Huz}aifah al-Yamani>, khalifah Usman melakukan penyalinan ulang mushaf dan menstandarisasi al-Qur’a>n. Kebijakan ini diambil untuk menghindarkan umat Islam dari perpecahan karena berselisih paham soal bacaannya. Karena itu, mushaf Usmani hingga dewasa ini menjadi acuan al-Qur’a>n bagi seluruh umat Islam.4

Gambaran sejarah perjalanan al-Qur’a>n mengantarkan kepada sebuah kesimpulan bahwa al-Qur’a>n adalah kitsb suci yang sangat otentik dan bersih dari penyimpangan. Karena itu al-Qur’a>n berpredikat qat}i’y al-thubu>t (kebenaran yang bersifat pasti), tidak sebagaimana hadis yang berpredikat z}anniy al-thubu>t (kebenaran yang bersifat praduga). Perbedaan ini karena sedari awal umat Islam memang difokuskan untuk al-Qur’a>n, tidak seperti hadis yang mendapat perhatian secara serius beberapa waktu kemudian.

Terkait dengan teks al-Qur’a>n umat Islam tidak ada peselisihan. Tetapi dalam hal metode dan pemahaman terhadap ayat al-Qur’a>n tidak demikian. Dengan metode yang beda pada ayat yang sama tidak jarang menghasilkan 4

Gus AA & Ziyad Ulhaq SQ, MEnyingkap tirai Juz al-Qur’an, (Jakarta: Indomedia Publishng, 2007), 1-16.


(11)

3

penafsiran yang beda. Ada dua metode tafsir yang cukup populer, yaitu metode riwayat dan ra’yu. Metode ra’yu, adalah metode penafsiran yang menekankan pada penalaran dengan dibantu ilmu-ilmu alat. Sementara metode riwayat menekankan sumber penafsirannya pada hadis Nabi, pendapat sahabat dan tabiin. Otoritas Nabi sebagai penafsir al-Qur’a>n bersifat mutlak. Riwayat yang berkenaan dengan penjelasan ayat al-Qur’a>n ini banyak direkam para sahabat. Asalkan memenuhi syarat untuk diterimanya sebuah riwayat maka hal itu diakui kebenaran dan kehujjahannya. Tetapi riwayat tafsir yang selain dari Nabi tidak demikian. Ada yang menjadi perselisihan sebagian dari riwayat-riwayat di kalangan sahabat dan tabiin. Diantara yang menjadi perselisihan hingga kini adalah riwayat isra>i>liyya>t. Riwayat isra>i>liyya>t banyak dibawa oleh mereka sebagai tafsir al-Qur’a>n. Hal ini yang menjadi pangkal permasalahan, karena riwayat itu diduga kuat diambil dari ahli kitab.

Al-Qur’a>n memuat pesan-pesan baru yang universal. Di samping itu al-Qur’a>n juga memuat berita dan ajaran para Nabi dan Rasul terdahulu yang dianut ahli kitab5. Hal ini dinyatakan dalam surat al-A’la> ayat 18-19:

ﱡ ﺴﱃوُْﻷا ِ ُ ا ِﺴ اﺴﺬﺴ نِإ

١٨

ﱡ ﻰﺴﻮُﺴو ﺴ ِاﺴﺮْـﺑِإ ِ ُ ُ ﱠ

١٩

Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Q.S. [87]:18-19).6

5

Ahli kitab: secara bahasa berarti pemilik kitab suci. Secara khusus istilah ini dipakai untuk menyebut penganut agama pra Islam, yakni Yahudi dan Nasrani. Di sisi kaum Yahuni terdapat kitab suci Taurat dan Zabur dan kaum Nasrani kitab Injil. Lihat: Perpustakaan Nasional RI, Ensiklopedi Islam, Jilid I, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005), 103.

6

Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Surakarta: CV Alhanan, 2009), 591.


(12)

4

Dalam ayat lain dikatakan pokok-pokok akidah dan syariat dalam kitab-kitab samawi pada dasarnya berasal dari sumber yang sama, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Shu>ra> ayat 13:

ﻰﺴﻮُﺴو ﺴ ِاﺴﺮْـﺑِإ ِِﺑ ﺎﺴْـ ﺴو ﺎﺴﺴو ﺴ ْﺴِإ ﺎﺴْـﺴ ْوﺴأ يِﺬاﺴو ﺎًﻮُ ِِﺑ ﻰ ﺴو ﺎﺴ ِ ﱢﺪا ﺴ ِ ْ ُ ﺴ ﺴﺤﺴﺮﺴﺷ

ِ ِ اﻮُﻗﺮﺴﺴـﺴـ ﺴﻻﺴو ﺴ ﱢﺪا اﻮُ ِﻗﺴأ ْنﺴأ ﻰﺴ ِ ﺴو

Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. (Q.S. al-Shu>ra> [42]:13)7

Di samping memuat berita dan ajaran para Nabi dan Rasul terdahulu yang dianut ahli kitab, al-Qur’a>n juga menginformasikan penyimpangan mereka terhadap kitab suci yang ada di tangan mereka. Semisal penyimpangan yang dilakukan kaum Yahudi, dijelaskan surat al-Ma>idah ayat 13:

ِِﺑ اوُﺮﱢُﺛ ﺎ ِﳑ ﺎًﻈﺴ اﻮُ ﺴﺴو ِِ ِﺿاﺴﻮﺴ ْ ﺴ ﺴِﺴ ْا ﺴنﻮُﱢﺮﺴُﳛ

Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. (Q.S. al-Ma>idah [05]: 13)8

7

Ibid., 484. 8

Ibid., 109.


(13)

5

Penyimpangan kaum Nasrani dalam surat al-Ma>idah ayat 14

ُﺮﱢُﺛ ﺎ ِﳑ ﺎًﻈﺴ اﻮُ ﺴﺴـ ْ ُﻬﺴـﻗﺎﺴ ِ ﺎﺴْﺬﺴﺧﺴأ ىﺴﺜﺎﺴ ﺴ ﺎِإ اﻮُﺎﺴﻗ ﺴ ِﺬا ﺴ ِﺴو

ِِﺑ او

Dan di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebahagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan dengannya; (Q.S. al-Ma>idah [05]: 14).9

Bisa dikatakan al-Qur’a>n datang merevisi kitab-kitab samawi sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Pernyataan tersebut tidak berlebihan, mengingat al-Qur’a>n adalah kitab samawi yang terakhir turun dan disyariatkan sampai akhir zaman. Ada beberapa alasan kenapa kitab-kitab samawi sebelumnya harus diganti. Pertama keberadaan kitab-kitab tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan manusia hingga akhir zaman. Telah mafhum kitab-kitab tersebut hanya turun dan disyariatkan kepada umat tertentu. Kedua, kitab-kitab samawi terdahulu sudah banyak mengalami perubahan, baik itu kitab Taurat dan Zabur yang ada di tangan kaum Yahudi maupun kitab Injil yang ada di tangan kaum Nasrani. Dengan kondisi seperti itu, otentisitas wahyu Allah dalam kitab tersebut sudah tidak murni lagi. Tercampur dengan tangan-tangan kotor yang sesat dan menyesatkan.10

Keadaan demikian mau tidak mau menuntut ahli kitab untuk mengakui al-Qur’a>n dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah yang terakhir. Selain itu mereka juga harus melebur ke dalam komunitas kaum muslimin sebagai bagian 9

Ibid., 110. 10

Husayn al-Dhahabi>, Al-Isra>i>liyya>t fi>al-Tafsir wa al-Hadi>th, ter. Didin Hafidudin, (Bogor: PT. Pusataka Litera Antar Nusa, 1993, 2-3.


(14)

6

dari mereka. Menyempurnakan akidah, belajar syariat, dan tata cara ibadah yang dibawa Nabi Muhammad. Namun demikian, pada sisi mereka masih melekat cerita-cerita dan riwayat kitab-kitab yang mereka imani sebelumnya. Karena itu, adakalanya apa yang ada di tangan mereka selaras dengan al-Qur’a>n dan adakalanya bertentangan, dan ada pula berupa informasi yang ada diantara keduanya, tidak pula selaras dan bertentangan dengan al-Qur’a>n.

Islam berkembang pesat, masyarakat luas banyak berbondong-bondong memeluk Islam. Dari kalangan ahli kitab pun tidak ketinggalan pula untuk memeluk Islam. Ada beberapa pemuka dari kalangan ahli kitab yang memeluk Islam. Mereka memiliki banyak pengetahuan tentang kitab-kitab mereka, semisal Abdullah bin Sala>m seorang dari kalangan Yahudi, Tamim al-Dari> seorang dari kalangan Nasrani. Mereka berdua masuk Islam di masa Rasulullah. Ada juga dari kalangan tabiin, seperti Ka’ab al-Akhba>r dan Wahha>b bin Munabbih. Mereka semua adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang kitab-kitab mereka serta kisah-kisah yang kadang disinggung hanya sepintas kilas dalam al-Qur’a>n. Dari merekalah riwayat isra>ilyya>t banyak dinukil untuk melengkapi penafsiran al-Qur’a>n.11

Apa yang terjadi kemudian adalah sesuatu yang di luar dugaan. Informasi dan cerita-cerita isra>ilyya>t bergerak bebas dan menyebar luas di kalangan kaum muslimin. Bahkan, dari mereka tidak sedikit kisah-kisah yang hanya sedikit di dalam al-Qur’a>n menjadi sempurna karenanya. Tafsir-tafsir al-Qur’a>n banyak dilengkapi dari sumber-sumber ahli kitab ini. Jadilah al-Qur’a>n

11

Ibid., 83.


(15)

7

seakan sebagiannya telah dijejali oleh sesuatu yang asing. Karena sebagaimana telah dinyatakan al-Qur’a>n apa yang ada di tangan mereka telah banyak mengalami penambahan bahkan pengurangan.

Banyak dari kalangan sahabat yang masyhur sebagai ahli tafsir, seperti khalifah yang empat, Zaid bin Tha>bit, Abu> Mu>sa> al-Ash’a>ri>, Abdullah bin Mas’u>d, Ubay bin Ka’ab, dan Ibnu ‘Abba>s. Dari sahabat-sahabat inilah penafsiran al-Qur’a>n banyak dinukil dan dibawa oleh orang-orang yang berguru kepada mereka, seperti Muja>hid, ‘At}a>’ bin Abi> Raba>h}, ‘Ikrimah, Ta>wus, Zaid bin Aslam.12 Menukil hasil penafsiran dari mereka, selain dari sumber yang sudah ma’thu>r dari Nabi dikenal dengan model tafsir> bi al-riwa>yah. Tafsir dengan model inilah yang mula-mula berkembang, sebelum kemudian berkembang tafsir dengan model bi al-ra’yi.

Dari sini keberadaan sahabat dan tabiin yang menekuni ilmu di bidang tafsir banyak diperhatikan. Bahkan pendapat, khususnya dari kalangan sahabat itu disepakati berada di urut setelah apa yang ma’thu>r dari Nabi. Penafsiran yang ma’thu>r dari Nabi, sahabat, atau tabiin akhirnya menjadi sebuah keniscayaan yang tidak boleh diabaikan. Karena itu, model penafsiran bi al-ma’thu>r berkembang lebih awal sebelum kemudian dibakukan menjadi metode penafsiran tersendiri. Hal tersebut dapat ditemukan jejaknya dalam kitab tafsir dengan corak ma’thu>r yang sebagian dari sahabat dan tabiin meriwayatkan isra>iliyya>t.

Isra>iliyya>t menjadi isu penting bagi ulama abad modern. Mereka banyak mempertanyakan eksistensi isra>iliyya>t sebagai penafsir al-Qur’a>n. Sekalipun 12

Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, (Saudi: Markaz al-Dira>sa>t al-Qur’a>niyyah), 2325-2339.


(16)

8

pada kenyataannya isra>iliyya>t itu sebagian dibawa dan diriwayatkan oleh sahabat atau tabiin ahli tafsir. Al-Qarad}a>wi> seorang cendekiawan muslim asal Mesir adalah salah seorang yang menaruh perhatian terhadap persoalan isra>iliyya>t. Ia menolak isra>iliyya>t dijadikan sebagai sumber tafsir, sekalipun itu diriwayatkan oleh sahabat.

Bagi al-Qarad}a>wi> keberadaan sahabat yang menjadi saksi hidup turun dan pengamalan al-Qur’a>n langsung bersama Nabi dan keberadaan tabiin yang relatif dekat dengan sahabat tidak boleh diabaikan. Pendapat-pendapat mereka patut didengar dan diperhatikan. Dari lahirnya pendapat al-Qarad}a>wi> di sini tidak ada yang mushkil, karena pendapat tersebut berkesesuaian dengan pendapat mayoritas ulama. Hanya saja akan terasa janggal ketika dalam waktu yang sama ia menolak segala macam bentuk riwayat isra>iliyya>t dalam tafsir.

Dalam pandangannya, riwayat isra>iliyya>t adalah sumber khurafat (penyimpangan). Yang jadi pertanyaan adalah, jika semua riwayat isra>iliyya>t adalah khurafat bagaimana ia bisa masuk ke dalam tafsir sedemikian massif dan bertahan berabad-abad lamanya menghiasi tafsir al-Qur’a>n, khususnya dalam tafsir-tafsir klasik dan sampai abad ini riwayat yang dianggap isra>iliyya>t itu masih dikutip oleh penafsir al-Qur’a>n.

Yang menarik lagi dari pendapat al-Qar’d}awi> adalah, jika ia mengatakan semua riwayat isra>iliyya>t adalah khurafat, tentu dapat diasumsikan semua pembawa riwayat isra>iliyya>t adalah pelaku khurafat. Nilai ke-‘adalah-an dari seorang pelaku khurafat akan gugur. Jamak diketahui para pitutur isra>iliyya>t adalah banyak dari kalangan sahabat dan juga tabiin. Tentunya pendapat


(17)

9

Qarad}a>wi> ini secara tidak langsung telah menggugurkan kedudukan sahabat dan tabiin dan ini tidak selaras dengan pendapat al-Qarad}a>wi> yang menempatkan mereka (sahabat dan tabiin) sebagai salah satu rujukan dalam penafsiran al-Qur’a>n. Dari pemaparan di sini akan sangat menarik mengetahui motif-motif dan argumen al-Qarad}awi>menjustifikasi semua riwayat ira>iliyya>t adalah sumber khurafat. Untuk itu, disusun sebuah laporan penelitian dengan judul PERSPEKTIF YU<SUF AL-QARAD{A<WI< TENTANG ISRA<I<LIYYA<T (Studi atas Kitab Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-’Az}i>m)

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Bertolak dari paparan di atas, diketahui bahwa masalah pokok dalam penelitian ini adalah pernyataan al-Qarda}>wi> bahwa semua riwayat isra>iliyya>t di dalam tafsir tanpa terkecuali adalah khurafat. Dari pernyataan ini muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, di antaranya:

1. Pernyataan al-Qarad}awi>ini memunculkan prasangka bahwa karya-karya tafsir yang ditulis oleh ulama terdahulu telah dipenuhi oleh khurafat. Telah mafhum, sebagian banyak karya tafsir yang ditulis oleh mereka sedikit banyak memuat riwayat isra>iliyya>t.

2. Jika demikian, bisa dikatakan berabad-abad lamanya ulama tafsir membiarkan dan menjejali al-Qur’a>n dengan khurafat. Tindakan mereka tentu membawa umat Islam dalam pemahaman khurafat, karena umat adalah konsumen dari karya tafsir yang mereka tulis.

3. Penutur riwayat isra>iliyya>t banyak dari kalangan sahabat dan tabiin. Bahkan mereka yang dikenal sebagai ahli tafsir meriwayatkan isra>iliyya>t. Kalaulah


(18)

10

dikatakan semua isra>iliyyat dalam tafsir adalah khurafat maka sahabat dan tabiin yang meriwayatkannya ke dalam tafsir tentu akan dikategorikan sebagai ahli khurafat.

4. Seorang pelaku khurafat tidak dibenarkan periwayatannya diterima dan dijadikan pegangan. Kalaulah benar pernyataan al-Qarad}awi>ini, maka akan terjadi inkonsistensi dari pendapatnya sendiri yang menempatkan pendapat/riwayat sahabat dan tabiin sebagai acuan dalam tafsir.

Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang teridentifikasi, maka dalam penelitian ini perlu ada batasan yang spesifik. Batasan masalah dilakukan agar kajian ini dapat memenuhi target dengan hasil yang maksimal. Batasan masalah yang dimaksud, yaitu akan terkosentrasi pada pemikiran al-Qarad}awi dalam menilai riwayat isra>i>liyya>t dan konsekwensi dari penilaiannya. Batasan masalah yang dimaksud ini mengacu pada poin nomor satu dan tiga dari beberapa persoalan yang teridentifikasi.

C. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan yang jelas terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka perlu kiranya perumusan masalah yang harus dicari jawabannya. Rumusan masalah yang dimaksud, adalah:

1. Bagaimana penilaian Yu>suf al-Qarad}a>wi> terhadap riwayat isra>iliyya>t dalam tafsir?

2. Bagaimana implikasi dari penilaian Yu>suf al-Qarad}a>wi> terhadap riwayat isra>iliyya>t dalam tafsir?


(19)

11

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Isra>i>liyya>t selalu menarik untuk diperhatikan, karena di dalamnya banyak mengandung kisah-kisah masa lampau. Dan belakangan ini eksistensi isra>i>liyya>t menjadi isu kontemporer yang banyak mendapat kritik. Al-Qarad}a>wi> adalah salah satu cendekiawan muslim kontemporer yang menaruh perhatian terhadap isu tersebut. Ia tergolong orang yang mutashaddidi (ketat) dan berbeda dari kebanyakan ulama dalam menilai isra>i>liyya>t sebagai bagian dari tafsir. Karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Menjelaskan penilaian al-Qarad}a>wi> tentang riwayat isra>iliyya>t dalam

tafsir.

b. Mengetahui implikasi dan dampak logis pendapat al-Qarad}a>wi> dalam wacana ilmu tafsir.

2. Kegunaan penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal sebagaimana berikut:

a. Penelitian ini akan memperkaya wawasan pemikiran ilmu tafsir khususnya dan khazanah pemikiran Islam pada umumnya. Juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan wacana dan penelitian yang sejenis.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan renungan dari pendapat al-Qarad{a>wi>. Yakni mengkritisi segi-segi kekurangan atau kesalahan persepsi.


(20)

12

c. Selain itu, juga akan menggarisbawahi atau membenarkan argumen-argumen yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. d. Dengan penelitian ini kiranya dapat mendiskripsikan pemikiran

al-Qarad}awi>dalam bidang ilmu al-Qur’a>n dan tafsir, khususnya dalam wacana ketidakpastian isra>i>liyya>t sebagai sumber tafsir al-Qur’a>n.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berpikir yang disusun untuk menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah dipilih akan disoroti.13 Dijelaskan Sugiono, teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.14 Tentu saja di sini penulis memerlukan sebuah teori untuk menelaah cara pandang al-Qarad}a>wi> terhadap isra>i>>liyya>t.

Secara garis besar, penyandaran riwayat isra>i>liyya>t dapat dibedakan ke dalam tiga macam. Ada yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan ini disebut marfu>’. Ada yang disandarkan kepada sahabat, maka disebut mawqu>f. Dan ada yang disandarkan kepada tabiin, disebut maqt}u>’. Semua riwayat yang dinisbatkan kepada ketiganya dalam ilmu hadis diberlakukan prosedur kritik kesahihan sanad dan matan. Riwayat marfu>’ yang memenuhi kriteria kesahihan sanad dan matan maka wajib hukumnya berhujjah dengannya. Sementara riwayat mawqu>f dapat dijadikan hujjah jika terindikasi hukum marfu>’. Yang seperti ini disebut marfu>’ h}ukmi>. Demikian pula riwayat maqt}u>’, bisa dijadikan

13

M. Alfatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2005), 166. 14

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALFABETA, 2010), 52.


(21)

13

hujjah jika terindikasi marfu>’. Jenis riwayat seperti ini disebut h}ukm al-marfu>’ al-mursal.15

Kriteria sahih dalam ilmu hadis didefinisikan sebagai riwayat yang bersambung sanadnya, dinukil oleh perawi yang adil dan d}a>bit, dari perawi yang pertama hingga yang terakhir, tidak ada shadh dan tidak ‘illat.16 Lima kriteria sahih ini berkenaan dengan sanad dan dua kriteria sahih yang terakhir berkenaan dengan matan.17 Karena itu, riwayat isra>i>liyya>t yang memiliki komponen sanad dan matan, sebagiannya ada yang disandarkan kepada Nabi, sahabat, dan tabiin, berhak untuk menerima prosedur kritik sanad dan matan.

Dalam melakukan kritik matan terhadap riwayat isra>i>liyya>t, setidaknya ada dua petunjuk Nabi saw yang dapat dijadikan acuan, yaitu:

"

ﺴﺗﺴﺮﺴ ﺴﻻﺴو ﺴ ِﺋاﺴﺮْ ِإ ِﲏﺴﺑ ْ ﺴ اﻮُﱢﺪﺴ ﺴو ،ًﺔﺴآ ْﻮﺴﺴو ﱢﲏﺴ اﻮُﻐﱢﺴـﺑ

"

Sampaikanlah apa yang datang diriku walaupun hanya satu ayat. Dan ceritakanlah dari Bani Israil, tidak mengapa.18

ُﻮُﺑﱢﺬﺴُ ﻻﺴو ِبﺎﺴِ ا ﺴ ْﺴأ اﻮُﻗﱢﺪﺴ ُ ﻻ "

ﺎﺴْـﺴِإ ﺴلِﺰُْأ ﺎﺴﺴو ِ ﺎِﺑ ﺎ ﺴآ :اﻮُﻮُﻗﺴو ،ْ

"…

Janganlah membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakannya. Tetapi katakanlah, “kami beriman kepada Allah dan kepada kitab yang diturunkan kepada kami”.19

15

Lihat : Mah}mu>d T{ah}h}a>n, Taysi>r Mus}}t}ala>h} al-H{adi>th, (Iskandaria: Markaz al-Hady li al-Dira>sa>t, 1415 H), 73-103.

16

Ibid., 30. 17

M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 124. 18

Muh}ammad bin Isma>’i>l al-Bukha>ri>, al-Ja>mi’ al-S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz 4, Kairo: Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H), 170.

19

Ibid. Juz 6., 20.


(22)

14

F. Telaah Pustaka

Sebelum sebuah penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu harus melakukan proses telaah pustaka. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan hasil sebuah kajian atau penelitian terdahulu. Tujuannya agar tidak mengganggu nilai orisinilitas penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini, telaah pustaka yang telah dilakukan menemukan beberapa karya tulis yang membahas masalah yang serupa dengan penelitian ini, di antaranya:

1. Skripsi di IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan judul Problem Isra>iliyya>t Sebagai Sumber Tafsir. Ditulis oleh Ruqayyah, tahun 1997, jurusan Tafsir Hadis. Skripsi ini mengurai berbagai permasalahan seputar isra>iliyya>t jika hendak dijadikan sumber penafsiran al-Qur’a>n.

2. Kitab dengan judul al-Isra>i>liyya>t fi>al-Tafsir wa al-Hadi>th. Ditulis oleh Muhammad Husayn al-Dhahabi>. Diterbitkan di Kairo oleh Maktabah Wahbah pada tahun 1990. Kitab ini memaparkan isra>iliyya>t yang terdapat dalam tafsir al-Qur’a>n dan hadis, memaparkan riwayat yang memungkinkan untuk diterima dan riwayat yang harus ditolak.

3. Kitab dengan judul al-Isra>i>liyya>t wa al-Mawd}u>’a>t fi> Kutub al-Tafsir. Ditulis oleh Muhammad Abu> Shuhbah. Diterbitkan di Kairo oleh Maktabah al-Sunnah, tahun 1986. Kitab ini mengidentifikasi perawi-perawi isra>iliyya>t dalam beberapa kitab tafsir dan memilahnya, sehingga diketahui riwayat yang maud}u>’.

4. Kitab dengan judul al-Isra>i>liyya>t wa Atharuha> fi Kutub al-Tafsir. Ditulis oleh Mizzi> Na’na>’ah. Diterbitkan di Beirut oleh Da>r al-Qalam, tahun 1970.


(23)

15

Kitab ini lebih kepada pemaparan sejarah isra>iliyya>t dan merembesnya ke dalam tafsir.

Dari beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan secara seksama, penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan penelitian di atas yang tidak mengurangi orisinilitas penelitian yang hendak diangkat di sini. Kesamaan dengan penelitian yang telah disebutkan di atas adalah sama tema pokoknya, yakni mengangkat tema isra>iliyya>t. Sementara, yang membedakan penelitian ini dengan karya tulis tersebut adalah fokus pemikiran isra>iliyya>t oleh al-Qarad}awi>.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Untuk memahami perspektif al-Qarad}a>wi> tentang isra>i>liyya>t, dengan unsur-unsur pokok sebagaimana telah ditetapkan dalam butir-butir rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, perlu menetapkan jenis penelitian. Hal ini menjadi prosedur yang tidak boleh dilewatkan. Karena itu, penulis memilih metode penelitian kualitatif.

Penetapan jenis penelitian di sini ditinjau dari data yang dikumpulkan. Peneliti mengupulkan data yang sudah tersedia dari hasil dokumentasi orang lain. Yakni berupa transkrip pernyataan-pernyataan verbal al-Qarad}a>wi> tentang isra>i>liyya>t yang sudah berupa buku. Menurut Harisudin Arikunto, data verbal yang tertuang dalam bentuk tulisan dan tidak dapat diangkakan20 atau menurut Haidar Nawawi data yang

20

Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 19.


(24)

16

dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian,21 dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif.

2. Sumber data

Sesuai dengan objek kajian tesis ini, penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaaan (library reseach). Artinya data penelitian yang digunakan di sini adalah berupa data sekunder, yakni berupa data yang sudah tersedia (dalam bentuk laporan penelitian, karya ilmiah, atau selainnya).22 Data utama yang digunakan dalam penelitian adalah berupa buku, karya tulis Yu>suf al-Qarad}a>wi>: Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-‘Azi>m. Dalam buku ini al-Qarad}a>wi> memuat pandangannya tentang riwayat isra>i>liyya>t.

Selain sumber utama karya al-Qarad}a>wi> tersebut, sumber-sumber lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang berisi pengetahuan seputar kehidupan al-Qarad}awi> dan karya dia selain yang telah disebutkan, semisal autobiografi yang ditulis al-Qarad}a>wi>, Ibn Qaryah wa al-Kutta>b Mala>mih} Si>rah wa Masi>rah.

b. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang berisi pengetahuan tentang isra>iliyya>t. Dalam hal ini, biasanya banyak terdokumentasi dalam buku-buku ilmu-ilmu al-Qur’a>n.

21

Haidar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), 97.

22

Balai Penelitian pada Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) IAIN Syarif Hidayatullah: Buku Pedoman Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah IAIN Jakarta, (Jakarta: Balai Penelitian, 1996), 10.


(25)

17

c. Buku, jurnal, atau karya ilmiah yang masih relevan dan erat kaitannya dengan objek penelitian dalam tesis ini.

3. Teknik pengumpulan dan pengolahan data

Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menyalin/mengutip. Teknik pengutipan di sini bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Semua data kutipan tersebut disertai dengan keterangan catatan sumber pengambilan data, yaitu berupa catatan kaki.

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data meliputi: a. Editing, yaitu memeriksa kembali secara cermat data-data yang

diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi, dan keragamannya.

b. Pengorganisasian, yaitu menyusun dan mensistematikakan data-data yang diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya sesuai dengan rumusan masalah.

4. Teknik analisis data

Mengingat data yang dikumpulkan adalah data kualitatif (data berupa informasi yang tidak dapat diangkakan), maka data tersebut akan dianalisis secara kualitatif pula. Karena itu untuk menelaah dan mengkaji isi kandungan data utama, yaitu pemikiran al-Qarad}a>wi> tentang isra>i>liyya>t dan yang lain digunakan teknik content analysis (kajian isi). Hal ini didasarkan pada pendapat Lexy J. Moloeng. Ia mengatakan “untuk memanfaatkan dokumen yang padat isinya, biasanya digunakan metode tertentu. Metode


(26)

18

yang paling umum adalah content analysis atau dinamakan kajian isi”.23 Dari tiga macam metode content analysis: deskriptif, eksplanatif, dan prediktif,24 yang selaras dengan tujuan penelitian di sini adalah deskriptif. Yaitu bermaksud menggambarkan secara detail pemikiran al-Qarad}a>wi> tentang isra>i>liyya>t. Karena itu teknik analisis data dalam penelitian ini disebut juga deskriptif-analitis.25

Pendekatan yang digunakan dalam menjelaskan berbagai permasalahan dilakukan melalui pendekatan historis, sosio-kultural, dan pendekatan fenomenologis, guna mengurangi berbagai kesalahan persepsi terhadap pemikiran al-Qarad}a>wi>. Pendekatan historis dan sosio-kultural dimaksudkan untuk mendikripsikan sejauh mana dimensi sosial budaya mempengaruhi hidupnya yang turut pula mempengaruhi perkembangan pemikiran dan berbagai keputusan yang diambil al-Qarad}a>wi>. Sedangkan pendekatan fenomenologis diharapkan dapat mengungkapkan alur pemikirannya dalam upaya memahami keinginan yang sebenarnya dari pemikiran tersebut.

23 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), 163.

24

Ada tiga jenis metode content analysis, yaitu;

1. Deskriptif: analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan dan suatu teks tertentu.

2. Eksplanatif: analisis isi yang yang di dalamnya terdapat pengujian hipotesis tertentu. 3. Prediktif: analisis isi yang berusaha memprediksi hasil seperti tertangkap dalam analisis isi

dengan variabel lain.

Lihat: Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta; Kencana, 2011), 45-47.

25

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 274.


(27)

19

5. Teknik penulisan

Buku yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan tesis ini adalah Buku Pedoman Penulisan Makalah, Proposal, Tesis, dan Desertasi Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, terbitan IAIN Sunan Ampel, tahun 2012.

H. Sistematika Pembahasan

Isi garis besar penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagaimana berikut ini:

Bab satu berisi pendahuluan, merupakan landasan tempat berpijak bagi penelitian ini. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah. Kemudian dijelaskan pula tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua berisikan pengetahuan seputar biografi Yu>suf al-Qarad}a>wi>. Yaitu meliputi setting sosial kehidupannya, kiprah al-Qarad}a>wi>, dan karya tulisnya. Kemudian dilanjutkan dengan deskripsi seputar Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-’Az}i>m.

Bab tiga berisikan seputar isra>i>liyya>t menurut Yu>suf al-Qarad}a>wi>. Di sini terlebih dahulu dijelaskan penegertian isra>i>liyya>t, asal usul masuknya isra>i>liyyat ke dalam khazanah ilmu tafsir, penyimpangan isra>i>liyya>t dan menjadikan al-Qur’a>n sebagai sumber rujukan.


(28)

20

Bab empat berisikan analisa terhadap pendapat al-Qarad}a>wi> terhadap isra>i>liyya>t. Di sini dijelaskan beberapa topik yang menjadi pembahasan, di antaranya adalah kekhususan al-Qur’a>n sebagai sumber ajaran agama Islam, dan pemahaman terhadap al-Qur’a>n, seputar penukilan sahabat, tabiin dan isra>iliyya>t, dan yang terakhir adalah contoh-conth isra>iliyya>t yang dikritisi dan disinyalir mengandung khurafat.

Bab lima adalah penutup, berisikan kesimpulan dan saran-saran yang dirasa perlu dari hasil penelitian ini.


(29)

21

BAB II

DESKRIPSI KAYFA NATA’A<MAL MA’ AL-QUR’A<N AL-’AZ{I<M

A. Biografi Yu>suf al-Qarad}a>wi>

Nama lengkapnya adalah Yu>suf bin ‘Abdullah bin ‘Ali> bin Yu>suf.1 Di kemudian hari ia populer dengan nama Yu>suf al-Qarad}a>wi>.2 Ia dilahirkan pada tanggal 9 September 1926 di sebuah desa terpencil pedalaman Mesir bagian barat, namanya S{aft} T{ura>b.3 Ia tumbuh besar dalam keluarga yang sederhana dan taat beragama. Ayahnya, ‘Abdullah adalah seorang petani, meninggal dunia ketika al-Qarad}a>wi> masih berusia dua tahun. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh dan didik oleh pamannya, Ahmad (juga seorang petani, buta huruf namun terkenal sebagai sosok yang bijaksana sehingga sangat dihormati oleh masyarakat) yang memberikan perhatian penuh kepadanya seperti anaknya sendiri.4

Ibu al-Qarad}a>wi> meninggal dunia ketika ia berusia lima belas tahun. Ia berasal dari keluarga al-Hajar yaitu sebuah keluarga pedagang dan sangat terkenal

1Al-Qarad}awi> menceritakan bahwa namanya, Yusuf itu diambil dari nama pamannya yang

meninggal dunia sebelum mempunyai anak. Nama Yusuf yang diberikan pada pamannya juga diambil dari nama kakek al-Qarad}awi>. Yusuf al-Qarad}awi>, Ibn al-Qaryah wa al-Kutta>b (Kairo: Da>r al-syuru>q, 2002), 104.

2Laqab al-Qarad}a>wi> (huruf ra dibaca dengan baris di atas) yang dicantumkan di belakang

namanya adalah nama daerah asal nenek moyang al-Qarad}awi> dari pihak kakeknya berasal. Ibid., 101. Lihat pula Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi (Yogyakarta: Teras, 2008), 40.

3Tarmizi M. Jakfar, Otoritas Sunnah Non-Tasyri’iyah Menurut Yusuf al-Qarad}a>wi

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 36.


(30)

22

kecerdasannya. Sepeninggal ibunya, ia mendapat kasih sayang dari nenek dan bibinya -dari pihak ibu-.5 Dalam bimbingan dan asuhan dua keluarga yang status sosialnya berbeda inilah al-Qarad}a>wi> hidup dan dibesarkan.

Pendidikan al-Qarad}a>wi> diawali di sebuah lembaga pendidikan al-Qur’a>n (kutta>b).6 Ia mulai belajar ketika berusia lima tahun dan ia mulai menghafal al-Qur’a>n pada usia tujuh tahun. Pada saat yang sama, ia juga dimasukkan ke Sekolah Dasar al-Ilza>miyyah yang dijalaninya ketika pagi hari. Di situ ia belajar berbagai ilmu pengetahuan umum, seperti berhitung, aljabar, sejarah dan ilmu kesehatan. Demikian ini -belajar di dua tempat dengan bergantian antra pagi dan sore- berlangsung hingga ia berusia sepuluh tahun.7

Selesai menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar al-Ilza>miyyah, ia melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah menengah umum di T{ant}a> Mesir. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat menengah dengan prestasi yang memuaskan. Di masa-masa ini kelebihan al-Qarad}a>wi> mulai terlihat. Pada tahun kedua di ibtidaiyyah (setingkat SMP), untuk pertama kalinya ia diminta menjadi penceramah di kampungnya. Ketika masuk tahun keempat, sebagai tahun terakhir pada jenjang ini, ia mulai diminta menjadi kha>tib untuk shalat jumat

5

Ibid., 109.

6Pada awalnya, ia belajar pada kutta>b syaikh Yamani, namun itu berjalan hanya satu hari

karena ia merasa tidak cocok dengan metode pengajaran syaikh Yamani yang sering memberikan hukuman yang tidak jelas kepada muridnya, termasuk al-Qaradha>wi. Setelah itu, karena bujukan ibunya, ia pindah ke kutta>b lain, yaitu kutta>b syaikh Hamid dan bertahan di situ sampai selesai hapalannya. Tepatnya saat berusia sepuluh tahun ia berhasil menghapal al-Qur’an dan menguasai ilmu tilawah. M. Jakfar, Otoritas`Sunnah..., 43.

7


(31)

23

di masjid al-Mutawalli>, salah satu masjid di kampungnya. Di saat berkhutbah ini sikap kritis al-Qarad}a>wi> dalam memperlakukan sunnah mulai terlihat. Ia tidak mau memegang pedang kayu, sebagaimana kebiasaan para kha>tib lainnya. Ia meyakini bahwa hal tersebut bukan tuntunan Nabi dalam salat jumat.8

Prestasi yang cemerlang sebelumnya, mampu ia pertahankan ketika ia menempuh strata satunya di Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar. Dari universitas ini, ia lulus dengan predikat terbaik pada tahun 1952-1953. Selesai di bidang studi al-Qur’a>n dan al-hadi>th yang menjadi konsentrasinya di fakultas Ushuluddin, ia kemudian melanjutkan kembali pendidikannya di jurusan Bahasa Arab selama dua tahun di universitas yang sama. Pada jurusan Bahasa Arab ini, ia memperoleh ijazah internasional dan sertifikat mengajar.9

Pada tahun 1957, Yusuf al-Qarad}a>wi> masuk di Ma’had Buhu>th wa al-Dira>sa>t al-‘Arabiyah al-‘Aliyah dan berhasil meraih diploma bidang bahasa dan sastra Arab. Bersamaan dengan itu, Yusuf al-Qarad}a>wi> melanjutkan studinya di Program Pascasarjana di Universitas al-Azhar dengan konsentrasi ilmu Tafsir Hadis. Ia menyelesaikannya dalam waktu tiga tahun, tepatnya pada tahun 1960 dengan predikat amat baik. Setelah itu, ia pun langsung melanjutkan studi pada program doktoral dengan judul disertasi Zaka>t wa Atharuha> fi> H{all Masha>kil al-Ijtima>’iyyat (Zakat dan Pengaruhnya dalam Memecahkan Problematika Sosial).10

8

M. Jakfar, Otoritas Sunnah..., 53. 9

Azra, Ensiklopedi..., 322. 10


(32)

24

Disertasi yang semula diperkirakan selesai dua tahun menjadi tertunda (dalam waktu tiga belas tahun),11 karena antara tahun 1968 sampai tahun 1970, al-Qarad}a>wi> ditahan oleh penguasa militer Mesir atas tuduhan pro dengan gerakan

Ikhwa>n al-Muslimi>n. Selain itu, tidak berselang lama, pada tahun 1973, Mesir mengalami krisis sosial politik menghadapi peperangan dengan Israel. Alasan terakhir ini yang memaksanya untuk pindah ke Qatar. Setelah krisis mereda, ia pun mengajukan disertasinya untuk diuji dan dipertahankan di depan guru besar Univertsitas al-Azhar. Ia berhasil lulus meraih gelar doktor dengan predikat

cumlaude.12

Beberapa guru yang pernah al-Qarad}a>wi> belajar kepadanya adalah Shaikh Mukhta>r Badi>r, Shaikh Muh}ammad Ami>n Abu> Ru>s, keduanya adalah spesialis di bidang ilmu tafsi>r. Ada juga Shaikh Muh}ammad Ah}madin dan ‘Abd Hami>d al-S{adafi>, kepadanya mereka al-Qarad}a>wi> belajar ilmu hadis. Selain itu ia pernah belajar kepada ‘Abd al-H{ali>m Mah}mu>d, kepada guru yang satu ini al-Qarad}a>wi> belajar filsafat Islam dan tasawwuf. Kitab utama yang dipakai belajar kepada ‘Abd al-H{ali>m adalah al-Munqiz min al-D{ala>l, karya imam Ghazali. Al-Qarad}a>wi> bertemu dengan guru-gurunya tersebut ketika ketia ia duduk di bangku kuliah. Sebagai seorang akitifis, al-Qarad}a>wi> tidak mencukupkan hanya belajar kepada guru-guru yang ada di bangku kuliah. Di Ikhwa>n al-Muslimi>n al-Qarad}a>wi> juga berguru kepada

11 Ibid. 12


(33)

25

rekan-rekannya di organisasi yang satu organisasi dengannya, seperti Shaikh al-Ghazali>, Shaikh Sayyid Sabiq, dan Shaikh al-Bahi> al-Khauli>.13

B. KiprahYu>suf al-Qarad}a>wi>

Al-Qarad}a>wi> termasuk salah seorang ulama yang dalam sejarah hidupnya telah meniti banyak karir, baik formal maupun non-formal. Karir atau aktifitasnya yang tergolong formal antara lain pernah menjabat sebagai pengawas pada Akademi Para Imam, sebuah lembaga yang berada di bawah Kementerian Wakaf Mesir. Menjadi kepala sekolah di salah satu sekolah menengah di Qatar. Menjabat sebagai ketua jurusan Studi Islam di Universitas Qatar. Selain itu ia dipercaya memimpin pembukaan fakultas Syariah dan Studi Islam sekaligus ditunjuk sebagai dekan fakultas tersebut. Setelah itu ia menjabat sebagai Dewan Pendiri sekaligus Direktur Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi (Marka>z Buhu>ts li Sunnah wa Si>rah al-Nabawiyyah) pada universitas yang sama. Selain itu, ia juga pernah menjadi dosen tamu di Al-Jaza>ir atas rekomendasi dari pemerintah Qatar. Ia pun kemudian diberi kepercayaan untuk menjadi Ketua Majelis Ilmiah pada semua Universitas dan Akademi yang ada di tempat ini.14

Semua aktifitas yang telah disebutkan merupakan karir secara formal. Di luar itu, aktivitas al-Qarad}a>wi> yang tidal formal adalah sebagai juru dakwah. Kesibukan ini ia geluti sejak ia masih remaja, ketika baru berumur enam belas tahun, tepatnya

13

Yusuf al-Qarad}awi>, Ibn al-Qaryah wa al-Kutta>b (Kairo: Da>r al-syuru>q, 2002), 405-415.

14


(34)

26

pada saat ia masih duduk di kelas ibtidaiyyah (setingkat SMP). Aktifitas ini ia rintis sejak bergabung menjadi anggota Ikhwa>n al-Muslimin. Dakwah yang ditempuh oleh al-Qarad}a>wi> ini sangat bervariasi, mulai dari khutbah di mimbar-mimbar masjid, forum-forum diskusi, program tanya jawab masalah keagamaan di radio dan televisi Qatar hingga tulisan-tulisannya yang tersebar di berbagai majalah Islam.15

Al-Qarad}a>wi> memiliki semangat dakwah yang sangat luar biasa. Karena dorongan semangat tersebut ia termotivasi untuk merekonstruksi beberapa prinsip dasar dan karakteristik serta aturan-aturan umum yang esensial dalam memahami

sunnah. Ia berharap dapat mengimbangi bahkan merubah pemahaman pada

umumnya yang lebih banyak berkutat pada pemahaman secara harfiyah semata

tanpa menyentuh ruh terdalamnya. Ia berkeyakinan, konstruksi pemahaman sunnah

yang ia lakukan tidak melampaui batas, sebagaimana diistilahkan oleh al-Qarad}a>wi dengan “memasuki rumah tanpa melalui pintunya”.16 Dengan kata lain, al-Qarad}awi mengambil sikap tengah dalam upayanya memahami sunnah. Mengenai hal ini, ia menetapkan tiga prinsip yang menjadi aturan mainnya. Yang dimaksud adalah konsep shumu>l (konprehensif), mutawa>zin (seimbang), dan taysir (mudah).17

15

Ibid., 80.

16Yusuf al-Qaradha>wi, Bagaimana Kita Bersikap Terhadap Sunnah, ter. Kathur Suhardi

(Solo: Pustaka Mantiq, 1994), 32.

17 Shumu>l (komperehensif) artinya mencakup tiga aspek; vertikal (rentang waktu kehidupan

manusia dari lahir hingga mati), horizontal yang meliputi segala aspek kehidupan, baik itu hubungannya dengan Allah, hubungan dengan sesama makhluk (mulai dari sesama manusia, hewan bahkan dengan benda mati sekalipun, hubungan dengan keluarga, hubungan dengan sesama Muslim maupun non-Muslim) dan dimensi kedalaman dari kehidupan manusia (akal, ruh, lahir, batin dan lain-lain). Mutawa>zin (keseimbangan) berarti kemampuan


(35)

27

C. KaryaTulis al-Qarad}a>wi>

Al-Qarad{a>wi> termasuk sosok cendekiawan yang sangat produktif. Ratusan karya tulis telah ia hasilkan. Karya-karya tersebut meliputi ilmu hadis, ilmu al-Qur’a>n, fiqih, usul fiqih, dakwah, pergerakan, maupun kumpulan fatwa-fatwanya. Hal itu menjadi bukti bahwa ia memiliki kualitas yang dibutuhkan dari seorang cendikiawan muslim internasional. Karya-karyanya tidak hanya menjadi rujukan kaum muslim di Timur Tengah, tapi juga menyebar di negara-negara muslim lainnya. Kabar gembira bagi masyarakat Islam Indonesia, karya-karya al-Qarad}a>wi> telah banyak diterjemahkan. Salah satu penerbit yang rajin menerjemahkan karya al-Qarad}a>wi> adalah penerbit Pustaka Al-Kautsar.

Berikut adalah karya-karya al-Qarad}a>wi> yang telah diterbitkan:18

a. Karya dalam bidang fiqih

1) Fiqh al-Zaka>t

2) Al-‘Iba>dah fi> al-Isla>m

3) Al-H{ala>l wa al-H{ara>m fi> al-Isla>m

4) Fawa>id al-Bunu<k Hiya al-Riba> wa al-Tajdi>d

menyeimbangkan antara akal dan hati, antara perumpamaan dan kenyataan, antara ittiba’ (apa yang dicontohkan Nabi) dan ibtida’ (menciptakan sesuatu yang baru yang tidak didapati contohnya dalam sunnah Nabi). Sedangkan yang dimaksud taysi>r (memudahkan) adalah tidak adanya sesuatu dalam sunnah Nabi yang menyulitkan manusia. Lihat: Yu>suf al-Qarad}a>wi>, Kaifa Nata’a>mal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah Ma’alim wa al-D{awa>bit} (Washington: al-Ma’had al-‘Alami, Li al-Fikr al-Islamy, 1989), 23-26.

18 Judul buku yang disebutkan di atas dapat dilihat di katalog terbitan Da>r al-Shuru>q, Kairo Mesir dan maktabah Wahbah, Kairo Mesir. Dua penebit tersebut yang banyak menerbitkan karya-karya tulis al-Qarad}awi>.


(36)

28

5) Fata>wa> Mu’a>s}rah

6) Madkhal li Dira>sat al-Shari>’ah al-Isla>miyyah

7) Shari>’at al-Isla>m S{a>lihat li al-Tat}bi>q fi> Kulli Zama>n wa al-Maka>n

8) Al-Ijtiha>d fi> al-Shari>’at al-Isla>miyyah

9) Al-Fatwa> Baina al-Indiba>t} wa al-Tasayyub

10) Al-Fiqh al-Isla>mi> Baina al-As}a>lah wa al-Tajdi>d

b. Karya dalam bidang akidah

1) Za>hirat al-Ghuluw fi> al-Takfi>r

2) Dawr al-Qayyim wa al-Akhla>q fi> al-Iqtis}a>d al-Isla>mi>

3) Al-Rasu>l wa al-‘Ilm

4) Al-Ima>m al-Ghazali Baina Ma>dah}ihi> wa Naqid}ihi>

5) Fus}u>l al-‘Aqi>dah Baina al-Salaf wa al-Khalaf

c. Karya dalam bidang dakwah

1) T{aqafat al-Da>’iyyah

2) Al-Kahas}a>is} al-‘A<mmah li al-Isla>m

3) Al-I<ma>n wa al-H{aya>t

4) Mushkilat al-Faqri wa Kaifa ‘A<lajaha> al-Isla>m

5) Risa>lat al-Azha>r Baina al-Ams wa al-Yawm wa al-Ghad

6) Al-Tarbiayat al-Isla>mi> wa Madrasah H{asan al-Banna>

7) Ji>l al-Nas}r al-Manshu>d


(37)

29

d. Karya di bidang ilmu al-Qur’a>n dan hadis 1) Al-S{abr wa al-‘Ilm fi> al-Qur’a>n al-Kari>m

2) Al-‘Aql wa al-‘Ilm fi> al-Qur’a>n al-Kari>m

3) Kaifa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-Kari>m

4) Kaifa Nata’a>mal ma’ al-Sunnah al-Nabawiyyah

5) Tafsi>r Surat al-Ra’d

6) Al-Marja’iyyah al-‘Ulya> fi> al-Isla>m li al-Qur’a>n wa al-Sunnah

7) Al-Madkhal li al-Dira>sat al-Sunnah al-Nabawiyyah

8) Al-Muntaqa> fi> al-Targhib wa al-Tarhib

9) Al-Sunnah Masdaran li al-Ma’rifat wa al-H{ad}a>rah

10)Nahw al-Mausu>’ah li al-Hadi>th al-Nabawi>

11)Qut}u>f Daniyyah li al-Qur’a>n wa al-Sunnah

D. Deskripsi Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-’Az}i>m

Sebagai seorang cendekiawan muslim yang pengaruhnya hampir ke seluruh negeri muslim di dunia, berbagai macam karya tulis dari beberapa disiplin keilmuan Islam ia hasilkan. Di bidang al-Qur’a>n, meski tidak sebanyak karya-karya lainnya, Al-Qarad}}a>wi> menghasilkan beberapa karya di bidang ini. Salah satu karya tulis yang secara spesifik berbicara panjang lebar tentang al-Qur’a>n adalah Kayfa Nata’a>mal


(38)

30

ma’ al-Qur’a>n al-‘Azi>m. Kitab ini sebagaimana ia jelaskan, adalah kelanjutan dari kitab al-Qarad}a>wi> sebelumnya, Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Sunnah al-Nabawiyyah.19

Nama awal “Kaifa Nata’a>mal” dari kedua karya tesebut menyiratkan keprihatinan al-Qarad}a>wi dengan kondisi umat Islam. Di berbagai bidang kehidupan umat Islam banyak tertinggal dan terbelakang, jauh dari kata maju. Kejayaan yang dahulu dimiliki umat Islam selama berabad-abad telah lenyap dari pangkuan. Al-Qarad}a>wi> memerhatikan kondisi ini sedemikian rupa dan sudah berlarut-larut. Ia mencoba menganalisa penyebab kemunduran dan keterbelakangan umat Islam. Ia berkesimpulan bahwa umat Islam telah jauh dari petunjuk al-Qur’a>n, tidak

memperlakukan sebagaimana mestinya. 20

Memang benar di tangan kaum muslimin ada al-Qur’a>n dan Sunnah Nabi, akan tetapi hal itu mengingatkan al-Qarad}a>wi> dengan salah satu ayat al-Qur’a>n dari surat al-Juma’ah:

ِرﺎ ﺴِ ْﳊﺒ ِﺴﺜ ﺴﺴ ﺎ ﺴﻮُ ِْﺴ ْﺴ ُﰒ ﺴةﺒ ﺴرْﻮـ ﺒ ﺒﻮُﱢُﲪ ﺴ ِﺬ ﺒ ُ ﺴﺜ ﺴ

ﺒ ًرﺎﺴْﺴأ ُ ِْﺴ

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. (Q.S. al-Jum’ah, [62]:05)21

Kaum muslimin menghafal huruf-huruf al-Qur’a>n, tetapi mereka mengabaikan hukum-hukumnya, memperlakukannya dengan buruk, tidak memahami secara baik,

19 Yusuf al-Qarad}a>wi>, Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-‘Az}>m, (Kairo: Da>r al-Shuru>q, 2000), 13-14. 20 Ibid.


(39)

31

tidak mendahulukan apa yang semstinya didahulukan, justru sebaliknya mengakhirkan apa yang semestinya didahulukan. Mereka tidak mengagungkan apa yang mestinya diagungkan, justru sebaliknya mengecilkan apa yang mestinya diagungkan. Mereka mencari barakah dari para penghafalnya dan menghiasi dinding rumah dengan ayat-ayat-Nya. Mereka lupa bahwa barakah al-Qur’a>n datang jika hukum-hukumnya diikuti dan diterapkan sebagaimana firman-Nya:

ﺴنﻮُﺴﲪْﺮُـ ُْ ﺴﺴ ﺒﻮُـﺒ ﺴو ُ ﻮُ ِ ﺎﺴ ٌكﺴرﺎﺴ ُ ُ ﺎﺴ ْ ﺴﺰْـﺴأ ٌبﺎﺴ ِ ﺒﺴﺬ ﺴﺴو

Dan al-Qura>n itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Q.S. al-An’a>m, [06]:155)22

Petunjuk Allah sudah jelas, ikutilah al-Qur’a>n maka rahmat Allah akan bersama mereka, tidak seperti saat ini keadaan kaum muslimin serba

memprihatinkan. Berangkat dari keprihatiananya tersebut al-Qarad}a>wi

berkesimpulan bahwa tidak ada acara lain untuk menyelamatkan umat dari keadaanya yang terlantar, kemunduran, dan perpecahannya kecuali dengan kembali kepada al-Qur’a>n. Menjadikannya sebagai dalil yang diikuti, menjadikannya sebagai pemimpin yang yang diikuti, dan mencukupkannya sebagai dalil. Begitulah

22


(40)

32

Qarad}a>wi> menawarkan solusi dari semua keterpurukan yang menimpa umat Islam dewasa ini.23

Membaca keterpurukan umat yang sudah sedemikian rupa memprihatinkan, ia mencoba menuliskan buah pikirannya sebagai solusi dari keadaan tersebut. Salah satu dari buah pikirannya yang secara khusus dan spesifik bisa dijadikan panduan umat Islam agar kembali kepada al-Qur’a>n adalah Kaifa Nata’a>mal ma’ Qur’a>n al-‘Az}i>m. Jika jauh sebelumnya al-Qarad}a>wi> menuliskan sebuah kitab yang bisa dijadikan panduan bagi umat Islam untuk mengabil petunjuk yang benar dari Sunnah Nabi, maka di sini al-Qarad}a>wi> menghadirkan sebuah kitab yang sudah selayaknya umat Islam mengambil manfaat darinya.

Ada empat topik besar dari tema Qur’a>n yang menjadi pemikiran al-Qarad}a>wi> dalam kitab Kaifa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Keempat topik tersebut dikemas al-Qarad}a>wi> ke dalam empat bab. Bab pertama al-Qarad}a>wi> memaparkan kekhususan dan tujuan-tujuan al-Qur’a>n. Pada bab kedua ia menjelaskan aspek menghafal, membaca, dan mendengarkan al-Qur’a>n. Kemudian dilanjutkan dengan bab ketiga pemaparan segi-segi pemahaman dan penafsiran al-Qur’a>n. Dan pada bab keempat al-Qarad}a>wi> memaparkan tentang bagaimana umat Islam harus mengikuti, mengamalkan, dan berdakwah dengan al-Qur’a>n. Dari empat bab itu kemudian diperinci kembali ke dalam sub-sub topik seputar al-Qur’a>n yang lebih spesifik.

23


(41)

33

Sejatinya, tulisan al-Qarad}a>wi> ini berisi panduan bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapi al-Qur’a>n agar bisa mengambil petunjuk darinya. Semisal, pada bab pertama ia mengungkap beberapa kekhususan al-Qur’a>n. Salah satu yang ia paparkan adalah bahwa al-Qur’a>n adalah kitab yang terpelihara. Allah sendiri yang menjamin keterpeliharaannya. Tidak diwakilkan kepada seseorang seperti yang dilakukan terhadap kitab-kitab suci selainnya. Allah menegaskan sendiri dalam al-Qur’a>n:

ﺴنﻮُﻈِ ﺎ ﺴﺴﳊ ُ ﺴ ﺎ ِإ ﺴو ﺴﺮْﱢﺬ ﺒ ﺎﺴ ْﺰﺴـ ُْﺴﳓ ﺎ ِإ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’a>n, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. al-H{ijr [15] : 09)24

ٌﺰِﺰﺴ ٌبﺎﺴ ِﺴ ُ ِإ ﺴو

.

ﺳﺪ ِ ﺴﲪ ﺳ ِ ﺴ ِْ ٌ ِﺰْﺴـ ِِْﺴﺧ ِْ ﺴﺴو ِْ ﺴﺪﺴ ِ ْﲔﺴ ـ ِْ ُ ِﻃﺎ ﺴ ْﺒ ِِ ْﺄ ﺴ ﺴ

Sesungguhnya al-Qur’a>n itu adalah kitab yang mulia. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Qur’a>n ketika al-Qur’a>n itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya al-Qur’a>n itu adalah kitab yang mulia. (Q.S. Fus}s}ilat, [41] : 40-41).25

Kitab selain al-Qur’a>n pemeliharaannya dilakukan oleh kaum yang menerimanya, seperti kitab Taurat yang dijaga oleh bani Israil,26 sebagaimana Allah nyatakan:

24

Agama RI, al-Qur’a>n dan …, 262. 25 Ibid., 481.

26


(42)

34

ﺴ ءﺒ ﺴﺪﺴﻬُﺷ ِْﺴ ﺴ ﺒﻮُ ﺎﺴ ﺴو ِ ﺒ ِبﺎﺴ ِ ِْ ﺒﻮُﻈُِْ ْﺒ ﺎﺴ ِﲟ

…. Disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya… (Q.S. al-Ma>idah, [04] : 44)27

Kekhususan al-Qur’a>n sebagaimana telah dipaparkan terbukti hingga kini. Kalau kitab-kitab terdahulu selain al-Qur’a>n, ketika ditinggal sang pembawa risalah, kitab itu banyak mengalami perubahan, baik pengurangan atau penambahan. Hal yang demikian tidak terjadi pada Qur’a>n. Empat belas abad telah berlalu al-Qur’a>n masih tetap utuh sebagaimana awal disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad. Jumlah surat, ayat, hurufnya, hingga cara membacanya sedikitpun tidak terjamah oleh kebatilan.28

Pada bab pertama, al-Qarad}a>wi> hendak menanamkan sebuah keyakinan terhadap al-Qur’a>n bahwa ia adalah kitab ilahi yang tidak perlu diragukan lagi keotentikannya. Tidak ada keraguan bagi manusia untuk mengimaninya. Mengambil petunjuk dan mengimplementasikannya dalam kehidupan. Hanya dengan mengikuti petunjuk dari al-Qur’a>n akan dekat dengan rahmat Allah, Tuhan semesta alam. Hal demikian tentu tidak akan pernah terwujud jika umat Islam menjauh darinya. Segala bentuk keterpurukan dan keterbelakangan umat tidak akan menemukan solusi jika al-Qur’a>n sebagai petunjuk universal diabaikan.

27 Agama RI, al-Qur’a>n dan …, 115. 28 al-Qarad}a>wi>, Kayfa Nata’a>mal …, 29-31.


(43)

35

Menindaklanjuti hal demikian, maka umat Islam sudah selayaknya mengetahui al-Qur’a>n seutuhnya. Membacanya adalah langkah pertama untuk sampai kepada tujuan tersebut. Membaca al-Qur’a>n dibutuhkan pengetahuan khusus, seperti ilmu tajwid dan qiraah. Tidak sama dengan membaca kitab-kitab lain yang tidak membutuhkan pengetahuan khusus. Pada al-Qur’a>n hal itu tidak boleh diabaikan. Jika hal itu diabaikan maka bisa terjerumus pada kesalahan yang tidak dikehendaki, berubahnya al-Qur’a>n, baik secara lafal atau makna.

Mengenai hal ini, al-Qarad}a>wi> membahasnya pada bab kedua. Ia memaparkan secara panjang lebar tentang bagaimana adab, keutamaan seseorang membaca dan menghafal al-Qur’a>n. Banyak keutamaan bagi orang yang membacanya, baik itu yang dinyatakan oleh Allah sendiri atau dari Nabi, sebagaimana ayat dan hadis berikut ini:

ُْﺎﺴ ْـﺴزﺴر ﺎ ِﳑ ﺒﻮُﺴْـﺴأ ﺴو ﺴة ﺴ ﺒ ﺒﻮ ُﺎﺴ ﺴأ ﺴو ِ ﺒ ﺴبﺎﺴ ِ ﺴنﻮُ ْـﺴ ـ ﺴ ِﺬ ﺒ نِإ

ْﺴ ًةﺴرﺎﺴ ِﲡ ﺴنﻮ ُﺟْﺮﺴ ـ ًﺔ ﺴ ِ ﺴ ﺴﺴو ﺒﺮ ِ

ﺴرﻮُ ﺴـ

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (Q.S. Fa>t}ir [35] : 29)29


(44)

36

Begitu juga keutamaan orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’a>n dinyatakan oleh Nabi dalam sabdanya:

: ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴﺴو ِْﺴ ﺴ ُﷲﺒ ﻰ ﺴ ﱢ ِﱯ ﺒ ِ ﺴ ،ُ ْﺴ ُ ﺒ ﺴِﺿﺴر ﺴنﺎ ﺴْﺜ ُ ْﺴ

»

ﺴنآ ْﺮُﺒ ﺴ ﺴﺴـ ْﺴ ُْ ُﺮْـﺴﺧ

ُ ﺴ ﺴﺴو

«

Diceritakan dari sahabat Usman, dari Nabi Muhammad, Beliau bersabda: “Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’a>n”.30

Mengenai pemahaman dan penafsiran al-Qur’a>n, al-Qarad}a>wi> memaparkan di bab tiga. Secara khusus ia menyebutkan bahwa pada bab tiga ini inti dari pembahasan buku Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-‘Az}i>m. Pengetahuan membaca atau menghafal al-Qur’a>n masih belum lengkap jika tidak tahu bagaima memahami ayat-ayat dari al-Qur’a>n. Karenanya, sebagai kitab petunjuk, al-Qur’a>n tidak cukup jika hanya sekedar dibaca atau dihafal tanpa dipahami maksud dan tujuannya, tidak sampai wujud dalam kehidupan nyata. Capaian yang hanya demikian saja tidak akan pernah sampai kepada tujuan al-Qur’a>n sebagai petunjuk jalan keselamatan dan mengentaskan seseorang dari kesesatan kepada jalan yang lurus, sebagaimana firman-Nya:


(45)

37

ﻮ ﺒ ﺴِإ ِتﺎ ﺴُ ﻈ ﺒ ﺴِ ُْﻬُﺟِﺮُْ ﺴو ِمﺴ ﺒ ﺴُ ُ ُ ﺴ ﺒ ﺴﻮْﺿِر ﺴﺴ ـ ﺒ ِ ﺴ ُ ﺒ ِِ يِﺪْﻬﺴـ

ِْﻬ ِﺪْﻬﺴ ـ ﺴو ِِ ْذِﺈِ ِر

ﺳ ِﺴ ُْ ﺳطﺒ ﺴﺮِ ﺴِإ

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (Q.S. al-Ma>idah, [05] : 16)31

Pandai membaca dan menghafal belum sempurna jika tidak dibarengi pemahaman yang baik dan benar. Karenya al-Qarad}a>wi> pada bab ketiga mengetengahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman dan penafsiran yang baik dan benar dari al-Qur’a>n. Karena inti dari belajar al-Qur’a>n adalah bagaimana memahami dan mengerti maksud dari setiap ayat al-Qur’a>n. Jika telah diperoleh pemahaman yang baik dan benar, maka pada tataran berikutnya, adalah pengaplikasian dari pemahaman tersebut.

Dalam memaparkan hal ini al-Qarad}a>wi> menetapkan rambu-rambu yang harus dipatuhi dan juga yang harus dihindari. Rambu-rambu yang harus dipatuhi atau metode tafsir menurut pandangan al-Qarad}a>wi> adalah sebagai berikut:

1. Mengompromikan antara riwa>yah (nukilan) dan dira>yah (nalar) 2. Menafsirkan al-Qur’a>n dengan al-Qur’a>n

31


(46)

38

3. Menafsirkan al-Qur’a>n dengan hadis yang sahih 4. Memanfaatkan tafsi>r sahabat dan ta>bi>n

5. Memutuskan berdasarkan ketetapan kaedah kebahasaan

6. Memerhatikan hubungan kalimat (muna>sabah) 7. Memerhatikan sebab turun ayat (saba>b nuzul) 8. Menjadikan al-Qur’a>n sebagai sumber rujukan

Adapun hal-hal yang harus dihindari dan diwaspadai bagi siapa saja yang hendak memahami dan menafsiri al-Qur’a>n menurut al-Qarad}a>wi> adalah:

1. Mengikuti ayat-ayat mutashabbiha>t dan meninggalkan yang muh}kama>t

2. Takwil yang salah

3. Meletakkan nas}s} bukan pada tempatnya 4. Dakwaan nasakh tanpa disertai dalil 5. Ketidaktahuan tentang Sunnah dan atha>r

6. Mempercayai kisah-kisah isra>i>liyya>t

7. Keluar dari ijma>’ ulama

8. Lemah dalam format ilmiah32

Ketetapan-ketetapan sebagaimana disebutkan al-Qarad}a>wi> sepatutnya dijadikan panduan bagi orang yang hendak memahami dan menafsiri ayat-ayat al-Qur’a>n. Mengabaikan hampir dipastikan hasil pemahaman dan penafsirannya terjebak dalam kesalahan. Bentuk kesalahan dalam penafsiran bisa saja mereduksi


(47)

39

atau melampaui maksud dan tujuan Allah dalam al-Qur’a>n. Padahal yang dicari adalah mendekati maksud sang pemilik, Allah. Tentu hal demikian tidak diinginkan, karena yang akan terjadi alih-alih sampai kepada tujuan yang dimaksud, justru sebaliknya tersesat dalam kegelapan karena kelalaian memerhatikan rambu-rambu dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’a>n.

Setelah menetapkan rambu-rambu atau metode penafsiran, pada bab keempat al-Qarad}a>wi> menyajikan cara mengikuti, mengamalkan, dan berdakwah dengan al-Qur’a>n. Langkah-langkah tersebut bagian dari implementasi dari langkah sebelumnya. Produk pemahaman terhadap al-Qur’a>n yang sudah sesuai dengan prosedur, baik itu berupa tuntunan ibadah, akidah, hukum, muamalah, akhlak dan lain sebagainya tidak akan berarti jika tidak diiringi dengan pengamalan. Orang bijak mengatakan ilmu tanpa amal laksana pohon tanpa buah. Dengan berbuahnya sebuah pohon orang yang menanam niscaya akan mengambil manfaat darinya. Begitu juga orang yang beramal dengan ilmu yang diperoleh dari al-Qur’a>n niscaya ia akan beroleh manfaat di dunia maupun kelak di akhirat.

Sehubungan dengan ini al-Qarad}a>wi> menegaskan “barakah al-Qur’a>n tidak akan diperoleh hanya dengan membawa, mengalungkan, menghiasi dinding rumah dengan ayat-ayat al-Qur’a>n. Tetapi barakah al-Qur’a>n itu benar-benar akan muncul jika diikuti dan diamalkan. Ia menyitir sebuah ayat dari surat al-An’a>m:33


(48)

40

ﺴنﻮُﺴﲪْﺮُـ ُْ ﺴﺴ ﺒﻮُـﺒ ﺴو ُ ﻮُ ِ ﺎﺴ ٌكﺴرﺎﺴ ُ ُ ﺎﺴ ْ ﺴﺰْـﺴأ ٌبﺎﺴ ِ ﺒﺴﺬ ﺴﺴو

Dan al-Qur’a>n itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat. (Q.S. al-An’a>m, [06] : 155)34

Amar pada kata ittabi’u> di atas adalah sebuah penekanan dan menunjukkan pekerjaan. Yang diharapkan dari perintah ittabi’u> tentu partisapasi aktif dalam tataran konkrit pengamalan. Bukan hanya sekedar ittabi’u> tapi hanya menjadi hiasan dan bacaan belaka, sebagaimana disinggung al-Qarad}a>wi>. Hal ini tentu bukan keadaan ideal bagi umat Islam. Minimnya pengetahuan dan pengamalan terhadap al-Qura>n akan berdampak sangat serius. Keberkahan yang senantiasa diharapkan justru bisa menjauhkan dari berkah yang dijanjikan Allah. Kalau keberkahan itu diangkat dari suatu kaum tentu yang tersisa adalah kebalikannya. Yaitu kemurkaan Allah sebab perintah yang tertera di dalam al-Qur’a>n diabaikan.


(49)

100

BAB V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Sebagai penghujung dari pembahasan yang sudah panjang lebar di awal, berikut penulis simpulkan temuan dari penelitian ini. Tentu saja temuan yang dimaksud merupakan jawaban dari persolan yang telah dirumuskan dahulu. Yaitu mengenai penilaian al-Qarad}a>wi> dan implikasi penilaian al-Qarada>wi> terhadap isra>i>liyya>t dalam tafsi>r.

1. Temuan penelitian menyimpulkan bahwa al-Qarad}awi> menilai apa yang terdapat dalam al-Qur’a>n sedikitpun tidak perlu diperjelas dengan berbagai macam riwayat isra>i>liyya>t. Menurutnya tindakan demikian dianggap sebuah khurafat (penyimpangan) dan menurunkan derajat al-Qur’a>n sebagai kitab suci yang terjaga. Penilaian ini ia sandarkan pada na}s al-Qur’a>n yang menyebutkan penyimpangan ahli kitab yang menjadi sumber isra>i>liyya>t. Seperti ayat 75, 78, 79 surat al-Baqarah dan ayat 13 surat al-Ma>idah. Sebagai pamungkas ia berpegang pada apa yang disampaikan oleh Ibnu ‘Abba>s yang menolak mengembalikan persoalan kepada ahli kitab. Hadis h}addithu> ‘anni> walaw a>yah wa h}addithu> ‘an bani> isra>i>l wa la> h}araj, tidak dipahami sebagai justifikasi riwayat isra>i>liyya>t boleh menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n. Ia menilai cukup dengan apa yang al-Qur’a>n sampaikan dan Nabi jelaskan, sebagaimana Nabi katakan la> tus}addiqu>hum wa la> tukadhdhibu>hum wa la>kin qu>lu> a>manna> billa>hi wa ma> unzila ilayna>.


(50)

101

2. Al-Qarad}a>wi> menilai secara keseluruhan bahwa isra>i>liyya>t adalah sumber khurafat. Karenanya tidak patut untuk dikutip menjadi tafsir dari ayat-ayat al-Qur’a>n. Secara lahir pendapatnya ini tidak mengadung sesuatu yang muskil. Tetapi jika diteliti lebih seksama akan ada impikasi yang patut untuk dipikir ulang kembali. Yaitu menafikan eksistensi sahabat atau bahkan ta>bi’i>n. Karena pada kenyataanya tidak semua isra>i>liyya>t yang datang dari selain Nabi dikategorikan khurafat.

B. Saran

Dalam sub bab akhir dari penelitian tesis ini penulis akan menyampaikan beberapa saran, baik itu berupa masukan dan peringatan:

1. Hasil penelitian ini masih belum sepenuhnya sempurna. Oleh karenanya, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut, yang tentunya lebih kritis, transformatif guna menambah khazanah pemikiran Islam dalam realitas kehidupan dimasa yang akan datang.

2. Hendaknya, dengan mengetahui objektifitas riwayat isra>i>liyya>t kaum muslimin tidak serta-merta menerimanya dengan mentah-mentah. Yakni sikap kritis sangat diperlukan karena mengingat secara umum riwayat isra>i>liyya>t sudah banyak dipenuhi dengan kebatilan yang disengaja oleh ahli kitab. Karenanya sebagian besarnya tidak sesuai dengan ajaran Islam.


(51)

102

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Asqalani> (al), Ibnu H{ajar. Nazhat Naz}ar Sharh Nukhbat Fikr, Beirut: Da>r al-Fikr, T.t.

Ayazi, Muh}ammad ‘Ali>. al-Mufasiru>n H}ayatuhum wa Manhajuhum. T.t. :Wizarat Thaqafah al-Irshad al-Islami, 1993.

Azami, Muhammad Must}afa. Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2012.

Azra, Azyumardi. Ensiklopedi Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005. ‘Arabiyyah, Majma’ Lughah. Mu’jam Alfa>dh al-Qur’a>n al-Kari>m, Mesir: Tp.

1988 M.

‘Aliy, Atabik. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta; Multi Karya Grafika, 2004.

‘Abdilla>h, Abu> ‘Abdilla>h al-H{a>kim Muh}ammad bin. Mustadra>k ‘ala al-S{ah}i>h{ayn, Juz 1. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990.

‘Akk (al), Kha>lid ‘Abd al-Rahma>n. Us}u>l al-Tafsi>r wa Qawa>’iduhu, Beirut: Da>r al-Nukha>is, 1986 M.

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Baid}awi> (al), ‘Abdullâh bin ‘Umar bin Muhammad al-Syairazi>. Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l, Juz. 5. Beirut: Dar Ihya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>, 1418 H.

Bukha>ri (al), Muh}ammad bin Isma>’i>l. al-Ja>mi’ S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz 01. Kairo: Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H.

________. Muh}ammad bin Isma>’i>l. al-Ja>mi’ S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz 02. Kairo: Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H.


(1)

102

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Metode Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Asqalani> (al), Ibnu H{ajar. Nazhat al-Naz}ar Sharh Nukhbat al-Fikr, Beirut: Da>r al-Fikr, T.t.

Ayazi, Muh}ammad ‘Ali>. al-Mufasiru>n H}ayatuhum wa Manhajuhum. T.t. :Wizarat Thaqafah al-Irshad al-Islami, 1993.

Azami, Muhammad Must}afa. Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2012.

Azra, Azyumardi. Ensiklopedi Islam Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005. ‘Arabiyyah, Majma’ Lughah. Mu’jam Alfa>dh al-Qur’a>n al-Kari>m, Mesir: Tp.

1988 M.

‘Aliy, Atabik. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta; Multi Karya Grafika, 2004.

‘Abdilla>h, Abu> ‘Abdilla>h al-H{a>kim Muh}ammad bin. Mustadra>k ‘ala al-S{ah}i>h{ayn, Juz 1. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990.

‘Akk (al), Kha>lid ‘Abd al-Rahma>n. Us}u>l al-Tafsi>r wa Qawa>’iduhu, Beirut: Da>r al-Nukha>is, 1986 M.

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Baid}awi> (al), ‘Abdullâh bin ‘Umar bin Muhammad al-Syairazi>. Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l, Juz. 5. Beirut: Dar Ihya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>, 1418 H.

Bukha>ri (al), Muh}ammad bin Isma>’i>l. al-Ja>mi’ S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz 01. Kairo: Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H.

________. Muh}ammad bin Isma>’i>l. al-Ja>mi’ S{ah}i>h} al-Bukha>ri>, Juz 02. Kairo: Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H.


(2)

103

________. Muh}ammad bin Isma>’i>l. al-Ja>mi’ al-S{ah}i>h} li al-Bukha>ri>, Juz 03. Kairo: al-Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H.

________. Muh}ammad bin Isma>’i>l. al-Ja>mi’ al-S{ah}i>h} li al-Bukha>ri>, Juz 06. Kairo: al-Maktabah al-Salafiyyah, 1400 H.

Bucaille, Maurice. Bibel, Qur’a>n, dan Sains Modern, Jakarta: Bulan Bintang, 2001.

Dhahabi> (al), Muhammad Husayn. al-Isra>i>liyya>t fi al-Tafsi>r wa al-Hadi>th, Jilid I. Kairo: Maktabah Wah}bah, 1990.

________. Muhammad Husayn. al-Tafsir wa al-Mufassirun, Kairo: Maktabah Wahibah, 1988.

________. Muhammad Husayn. ‘Ilm al-Tafsi>r, Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, T.t.

Eriyanto. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2011.

Ghazali (al), Muhammad. Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n, Ter. Masykur Hakim & Ubaidillah, Bandung: Mizan, 1996.

H}anbal, Abu> ‘Abdillah Ah}mad bin Muh}ammad bin. Musnad al-Ima>m Ah}mad bin Hanbal, Juz 23. Beirut: al-Risa>lah, 1998.

Hajar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.

Hidayatullah. Balai Penelitian pada Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) IAIN Syarif. Buku Pedoman Penelitian IAIN Syarif Hidayatullah IAIN Jakarta, Jakarta: Balai Penelitian, 1996.

Ismail, M. Syuhudi. Metode Penelitian Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Indonesia, Lembaga Alkitab, Alkitab, Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, 2011.

‘Ira>m, Muh}ammad Sa’i>d Muh}ammad ‘At}iyyah. al-Sabi>l ila> Ma’rifat al-As}i>l wa al-Dakhi>l fi> al-Tafsi>r, Kairo: T.p, 1998 M.


(3)

104

Khalla>f,‘Abd al-Wahha>b. ‘Ilm Us}u>l al-Fiqh, Kuwait: Da>r al-Kuwaitiyyah, 1981. Kholid, Abdul. Kuliah Sejarah Perkembangan Kitab Tafsir. IAIN Sunan Ampel

Surabaya: Fakultas Ushuluddin, 2007.

Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, 2002.

Mizzi> (al), Jama>luddi>n Abi> Al-Hajja>j Yu>suf. Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Jilid 03. Beirut: Muassat al-Risa>lah, 1413 H.

________. Jama>luddi>n Abi> Al-Hajja>j Yu>suf. Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Jilid 15.Beirut: Muassat al-Risa>lah, 1413 H.

________. Jama>luddi>n Abi> Al-Hajja>j Yu>suf. Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Jilid 23. Beirut: Muassat al-Risa>lah, 1413 H.

________. Jama>luddi>n Abi> Al-Hajja>j Yu>suf. Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Jilid 25.Beirut: Muassat al-Risa>lah, 1413 H.

________. Jama>luddi>n Abi> Al-Hajja>j Yu>suf. Tahzi>b al-Kama>l fi> Asma>’ al-Rija>l, Jilid 28.Beirut: Muassat al-Risa>lah, 1413 H.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Nawawi, Haidar. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993.

Na’na>’ah, Mizzi>, al-Isra>i>liyya>t wa Atharuha> fi< Kutub al-Tafsi<r, Beirut: Da>r al-Qalam wa Da>r al-Qad}a>’, 1970 M.

Nadwi> (al), Abu al-Hasan Ali>. al-Si>rah al-Nabawiyyah, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008.

Naysaburi> (al), Muslim bin H{ajja>j al-Qushairi>. Sah}i>h} Muslim, Juz 01. Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>, T.t.

________. Muslim bin H{ajja>j al-Qushairi>. Sah}i>h} Muslim, Juz 02. Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>, T.t.

________. Muslim bin H{ajja>j al-Qushairi>. S{ah}i>h{ Muslim, Juz 4, Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>, T.t.


(4)

105

Qarad}a>wi> (al), Yu>suf. Bagaimana Kita Bersikap Terhadap Sunnah, ter. Kathur Suhardi Solo: Pustaka Mantiq, 1994.

________. Yu>suf. Kaifa Nata’a>mal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah Ma’alim wa al-D{awa>bit}, Washington: al-Ma’had al-‘Alami li al-Fikr al-Islami>, 1989. ________. Yu>suf. Kayfa Nata’a>mal ma’ al-Qur’a>n al-‘Az}>m, Kairo: Da>r

al-Shuru>q, 2000.

________. Yu>suf. Ibn al-Qaryah wa al-Kutta>b, Kairo: Da>r al-Shuru>q, 2002. Qat}t}a>n (al), Manna>’ Khali>l. Maba>hith fi> ‘Ulu>m al-Qur’>n, Kairo: Makabah

Wahbah, T.t.

Qurshi> (al), Isma>i>l bin ‘Umar bin Kathi>r. Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Adhi>m, Beirut: Da>r T{aybah, 1999.

Rajab, Al-H{a>fidh Zainuddi>n Abu al-Faraj Ibnu. Fath} Ba>ri> Sharh} S{ahi>h al-Bukha>ri>, Juz 8. Madinah: Maktabah al-Ghuraba>’ al-Athariyyah, 1996 M. Ru>mi> (al), Fahd. Buh}u>th fi Us}u>l al-Tafsi>r wa Mana>hijuhu, Riya>d}: Maktabah

al-Tawbah, 1419 H.

Rid}a>, Muh}}ammad Rashid. Tafsi>r al-Mana>r, Juz 1. Kairo: Da>r al-Mana>r, 1947 M. RI, Perpustakaan Nasional. Ensiklopedi Islam, Jilid 3. Jakarta: PT. Ichtiar van

Hoeve, 2005.

________. Perpustakaan Nasional. EnsiklopediIslam, Jilid 7. Jakarta: PT. Ichtiar van Hoeve, 2005.

RI, Departemen Agama. al-Qur’an dan Terjemahnya, Surakarta: CV Alhanan, 2009.

S}abuni> (al). Muh}ammad ‘Ali. al-Tibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’an, Beiru>t: Alam al-Kutub, 1985.

Sa>lih (al)}, S}ubhi. Maba>hith fi ‘Uslu>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-‘Ilm, 1977. Sijistani> (al), Sulaiman bin al-Ash’ath bin Ish}a>q. Sunan Abu> Da>wud, Riya>d}:

Maktabah al-Ma’a>rif li al-Nathsri wa al-Tauzi>’, 1424 H.

Shalabi>, Ahmad. Sejarah Yahudi dan Zionisme, ter., Anang Rizka Masyhadi dkk. Yogyakarta: CV. Arti Bumi Intaran, 2011.


(5)

106

Shahbah, Muh}ammad bin Muh}ammad Abu.> al-Isra>i>liyya>t wa al-Maud}u>’a>t fi Kutub al-Tafsi>r, Kairo: Maktabah al-Sunnah, 1408 H.

Suryadi. Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi, Yogyakarta: Teras, 2008. Suyu>t}i (al), Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n. al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 6.

Saudi: al-Mamlakat al-‘Arabiyyah al-Su’u>diyyah, T.t.

________. Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n. al-Durr al-Mathu>r fi> Ta’wi>l al-Ma’thu>r, Juz 4. Kairo: Markaz Hijr li Buh}u>th wa Dira>sa>t ‘Arabiyyat al-Isla>miyyat, 2003.

________. Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n. al-Durr al-Mathu>r fi> Ta’wi>l al-Ma’thu>r, al-Durr al-Mathu>r fi> Ta’wi>l al-Ma’thu>r, Juz 5. Kairo: Markaz Hijr li al-Buh}u>th wa al-Dira>sa>t al-‘Arabiyyat al-Isla>miyyat, 2003.

________. Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n. al-Durr al-Mathu>r fi> Ta’wi>l al-Ma’thu>r, al-Durr al-Mathu>r fi> Ta’wi>l al-Ma’thu>r, Juz 7. Kairo: Markaz Hijr li al-Buh}u>th wa al-Dira>sa>t al-‘Arabiyyat al-Isla>miyyat, 2003.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’a>n, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2013.

________. M. Quraish. Mukjizat al-Qur’a>n Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiyah, dan Pemberitaan Gaib, Jakarta: Mizan Pustaka, 1997. SQ, Gus AA & Ziyad Ulhaq. Menyingkap Tirai Juz al-Qur’an. Jakarta:

Indomedia Publishng, 2007.

T{abat}t}abai>’ (al), Muh}ammad H{usayn. al-Qur’a>n fi> al-Isla>m. Teheran: Markaz I’la>m al-Z{ikra al-Kha>misah, T.t.

Tarmizi M. Jakfar, Otoritas Sunnah Non-Tasyri’iyah Menurut Yusuf al-Qarad}a>wi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

T{abra>ni> (al), Sulaiman bin Ah}mad Abu> al-Qa>sim. Mu’jam al-Kabi>r, Juz 10. Kairo: Maktabah Ibnu Taymiyyah, 1415 H.

T{abari> (al), Abu> Ja’far Muh}ammad bin Jari>r. Ja>mi’ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur’a>n, Jilid 7. Beirut: Muassat al-Risa>lah, 2000.

T{ah}h}a>n (al), Mah}mu>d. Taysi>r Mus}t}ala>h} al-H}adi>th, (Alexandria: Markaz al-Hadyu al-Risa>la>t, 1405 H.


(6)

107

Yamani> (al), Abu> Bakar al-Ahdal. Fara>id Bahiyyah fi> Qawa>id al-Fiqhiyyah, Surabaya: al-Hidayah, T.t.

Ya’qu>b, T{a>hir Mah}mu>d Muhammad. Asba>b al-Khat}a’ fi> al-Tafsi>r, Juz I. Saudi: Da>r Ibnu Jauzi>,1425 H.

Zarkashi> (al), Badrudi>n Muh}ammad bin ‘Abdullah. al-Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 2. Kairo: Da>r al-Tura>th, 1984.

Zarqani> (al), Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m. Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 1. Birut: Da>r al-Kutub al-‘Arabi>,1995.

________. Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m. Manahil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Jilid 2. Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1995.

Zamakhshari> (al), Mah}mu>d bin Ah}mad bin ‘Amr. al-Kashsha>f ‘an H{aqa>iq Ghawa>mid} al-Tanzi>l, Juz 1, Beiru>t: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi, 1407.

Zarkashi> (al), Badr al-Di>n Muh}ammad bin ‘Abdillah. Burha>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Juz 1. Kairo: Da>r al-Tura>th, T.t.

Zahrah, Muhammad Abu>. al-Hadi>t wa al-Muh}ddithu>n, Riya>d}: Mamlakat al-‘Arabiyyah wa al-Su’u>diyyah, 1404 H.

________. Muhammad Abu>. al-Mu’jizat al-Kubra> al-Qur’a>n, Birut: Da>r al-Fikr, T.t.

Zuhayli> (al), Wahbah bin Mus}t}afa. al-Waji>z fi> Us}u>l al-Fiqh, Beirut: Da>r al-Fikr, 1995.

________. Wahbah bin Mus}t}afa. al-Tafsir al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Shari>’ah wa al-Manhaj, Juz 19, Beirut: Da>r al-Fikr, 1418 H.