Peranan tadarus al-Qur'an dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas xii pada mata pelajaran al-Qur'an hadits di Madrasah aliyah Miftahul Umam Pondok Labu jakarta Selatan

(1)

MATA PELAJARAN Al- QUR’AN HADITS DI MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL UMAM PONDOK LABU JAKARTA SELATAN”, disusun oleh Muhamad Mukri, NIM 102011023460, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2010 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 17 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan PAI)

Bahrissalim, M.Ag ... ...

NIP. 19680303.199803.1.002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan PAI)

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag ... ... NIP. 19670328.200003.1.001

Penguji I

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag ... ... NIP. 19670328.200003.1.001

Penguji II

Bahrissalim, M.Ag ... ...

NIP. 19680303.199803.1.002

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005.198703.1.003


(2)

Skripsi berjudul Peranan Tadarus Al-Qur’an dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII pada Mata Pelajaran Al- Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan, yang disusun oleh Muhamad Mukri, NIM 102011023460, Jurusan Pendidikan Agama Islam, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Yang Mengesahkan, Pembimbing

Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag NIP 19580707.198703.1.005


(3)

Madrasah Aliyah Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci : Korelasi, Tadarus Al- Qur’an, Prestasi, Belajar, Al- Qur’an Hadits Latar belakang masalah dari penelitian ini diantaranya adalah pertama remaja saat ini kurang tertarik bertadarus (membaca al- Qur’an), dikarenakan pendidikan awal siswa non madrasah sehingga sulit membaca al- Qur’an yang bertuliskan aksara Arab. Kedua terdapat beberapa kendala dalam proses pembelajaran al- Qur’an Hadits yaitu 1) Latar belakang pendidikan siswa yang tidak semuanya dari Madrasah Tsanawiyah atau belum pernah mempelajari aksara Arab, 2) Alokasi waktu pelajaran al- Qur’an Hadits yang tidak memadai, 3) Guru yang kurang kompeten, dan 4) sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kegiatan tadarus al- Qur’an dengan prestasi belajar pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah Miftahul Umam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan korelasional yang dilaksanakan di MA Miftahul Umam dengan melibatkan 23 siswa kelas XII. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket, dan studi dokumenter. Analisis data menggunakan analisis korelasional dengan teknik Korelasi Pearson Product Moment.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa: 1) Respon positif siswa terhadap kegiatan tadarus al- Qur’an di MA Miftahul Umam mencapai rata-rata 77.82% termasuk dalam kategori baik. 2) Tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits setelah melalui kegiatan tadarus al- Qur’an berada dalam kategori baik dengan siswa mencapai belajar tuntas sebanyak 20 dari 23 siswa atau sebesar 86.96%. 3) Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kegiatan tadarus al- Qur’an dengan prestasi belajar al- Qur’an Hadits siswa di MA Miftahul Umam. Adanya hubungan yang positif dan signifikan itu dibuktikan dengan angka koefesien korelasi sebesar 0.5734. Angka koefesien tersebut menunjukkan hubungan yang cukup antara kegiatan tadarus al- Qur’an dengan prestasi belajar al- Qur’an Hadits siswa. Besarnya konstribusi kegiatan tadarus al- Qur’an terhadap prestasi belajar al- Qur’an Hadits sebesar 32.87% dan sisanya 67.13% ditentukan oleh faktor lain.


(4)

Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah SWT, Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesempurnaan. Segala syukur atas kasih sayang dan bimbingan Allah Azza Wa Jalla Rabb yang telah memberikan kenikmatan dunia sebagai ladang untuk menghantarkan kepada kehidupan akhirat. Ampuni atas kelalaian dan keingkaran syahadah yang tidak mampu termanifestasi dalam kehidupan.

Allahumma shalli’ala Muhammad, semoga shalawat ini selalu tercurah untuk sebaik-baik mahluk ciptaan yang mewarisi kebenaran Ibrahim, tongkat penuntun Musa, kasih sayang Isya, kebenaran Daud, dan kearifan Sulaiman, yang menemani zaman memapah manusia menuju rumah kebahagiaan dengan sinar Al-Islam.

Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Dr. Abdul Madjid Khon, M.Ag., Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Kepala Sekolah MA Miftahul Umam Jakarta Ibu Dra. Hj. Siti Aniroh., guru-guru dan pegawai di MA Miftahul Umam Jakarta yang telah banyak sekali membantu selama proses penelitian. Serta

7. Siswa kelas XII yang telah bersedia memberikan sedikit waktunya untuk menjadi sampel.


(5)

iii

9. Teman-teman penulis; Siti Suharsih, Muhammad Mukhlis, Mashud Shomad, Wisnu Nugroho, Joko Saputra dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih untuk kebersamaannya yang menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik setiap harinya dan terima kasih atas semua bantuan, semangat serta do’a.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, muda-mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, Maret 2010

Penyusun Muhamad Mukri


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 7

A. Tadarus Al- Qur’an ... 7

1. Pengertian Tadarus al- Qur’an ... 7

2. Tadarus Kegiatan Ekstra Kurikuler ... 10

B. Sistem Pengajaran al- Qur’an Hadits ... 11

1. Pengertian al- Qur’an Hadits ... 11

2. Kedudukan al- Qur’an Hadits ... 14

3. Kurikulum al- Qur’an Hadits ... 16

a. Tujuan Pelajaran al- Qur’an Hadits ... 17

b. Metode Pengajaran al- Qur’an Hadits ... 19

c. Evaluasi ... 24

C. Prestasi Belajar ... 27

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 27

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 29


(7)

v

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Teknik Analisis Data ... 39

I. Interpretasi Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Umum MA Miftahul Umam Pondok Labu – Jakarta Selatan ... 43

B. Pelaksanaan Kegiatan Tadarus Al- Qur’an di MA Miftahul Umam Pondok Labu – Jakarta Selatan ... 49

C. Deskripsi Data ... 50

D. Pengolahan dan Analisis Data ... 62

E. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(8)

Tabel 3.2 Nilai “r” Product Moment ... 41

Tabel 4.1 Struktur Organisasi MA Miftahul Umam Tahun 2009 ... 46

Tabel 4.2 Perkembangan siswa MA Miftahul Umam Tahun 2008-2009 ... 47

Tabel 4.3 Data Keadaan Guru MA Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta ... 48

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Menurut Jumlah dan Kondisi ... 49

Tabel 4.5 Pendapat Siswa Tentang Kegiatan Tadarus Al- Qur’an ... 50

Tabel 4.6 Perasaan Siswa Mengikuti Kegiatan Tadarus Al- Qur’an ... 50

Tabel 4.7 Aktifitas Pembimbing dalam Kegiatan Tadarus Al- Qur’an ... 51

Tabel 4.8 Manfaat Kegiatan Tadarus Al- Qur’an ... 51

Tabel 4.9 Waktu Kegiatan Tadarus Al- Qur’an ... 51

Tabel 4.10 Sikap Siswa Mengikuti Tadarus Al- Qur’an ... 52

Tabel 4.11 minat siswa Mengikuti Tadarus Al- Qur’an ... 52

Tabel 4.12 Rutinitas Siswa Membaca Al- Qur’an di Rumah... 52

Tabel 4.13 Motivasi Orang Tua terhadap Kegiatan Tadarus Al- Qur’an ... 53

Tabel 4.14 Kemampuan Siswa tentang Al- Qur’an ... 53

Tabel 4.15 Kemampuan Siswa dalam Memahami Ilmu Tajwid ... 54

Tabel 4.16 Kemampuan Siswa dalam Memahami Isi Kandungan Al- Qur’an . 54 Tabel 4.17 Siswa mengerjakan Tugas yang Diberikan Pembimbing ... 55

Tabel 4.18 Motivasi Siswa Setelah Mengikuti Kegiatan Tadarus Al- Qur’an . 55 Tabel 4.19 Kaitan Materi Tadarus Al- Qur’an yang Diberikan dengan Materi Al- Qur’an Hadits ... 56

Tabel 4.20 Materi Tadarus Al- Qur’an yang Diberikan Pembimbing ... 56

Tabel 4.21 Metode Penyampaian Materi yang Digunakan Pembimbing ... 57

Tabel 4.22 Kompetensi Pembimbing Terhadap Materi ... 57

Tabel 4.23 Peran Kegiatan Tadarus Al- Qur’an terhadap Pelajaran Al- Qur’an Hadits ... 58


(9)

vii

Tabel 4.27 Kemampuan Siswa dalam Kegiatan Tadarus Al- Qur’an ... 60 Tabel 4.28 Kompetensi Pembimbing ... 60 Tabel 4.29 Hasil Belajar ... 61 Tabel 4.30 Rata-rata Respon Positif Siswa terhadap Kegiatan Tadarus Al-

Qur’an ... 61 Tabel 4.31 Data Nilai Angket dan Hasil Prestasi Belajar Al- Qur’an Hadits

Siswa MA Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan ... 62 Tabel 4.32 Tabel Penolong Perhitungan Uji Korelasi Product Moment


(10)

Qur’an)

Lampiran 2 Angket Peranan Kegiatan Tadarus Al- Qur’an Lampiran 3 Perhitungan Angket Kegiatan Tadarus Al- Qur’an

Lampiran 4 Data Skor Angket dan Hasil Belajar Al- Qur’an Hadits Siswa MA Miftahul Umam Pondok Labu Jakarta Selatan

Lampiran 5 Tabel Penolong Perhitungan Uji Korelasi Product Moment Variabel X dan Y

Lampiran 6 Perhitungan Korelasi Peranan Kegiatan Tadarus Al- Qur’an dan Hasil Belajar

Lampiran 7 Perhitungan Koefesien Determinasi Lampiran 8 Lembar Berita Wawancara


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk memberikan kabar gembira dan peringatan. Agama Islam mempunyai sendi utama esensial yang berfungsi memberikan petunjuk ke jalan sebaik-baiknya untuk mencapai suatu kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak, yaitu yang bernama al- Qur’an. Sesuai dengan firman Allah :

...

Artinya : “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya…”. (Al- Isra/17 : 9)1

Al- Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan cara mutawatir. Agama yang berkitabkan al- Qur’an (Islam), banyak dianut di Negara Indonesia, oleh karena itu rakyat muslim Indonesia seharusnya mampu membaca dan mempelajari al- Qur’an dengan baik dan benar.

1


(12)

Pada kenyataannya, masih banyak umat Islam terutama remajanya kurang tertarik untuk membaca dan mempelajari isi kandungan ayat al- Qur’an, sehingga remaja sekarang kian hari kian memprihatinkan. Kondisi tersebut terjadi karena kitab suci al- Qur’an ditulis dengan aksara dan bahasa arab. Faktor ini menyulitkan bagi mereka yang berpendidikan non pesantren/madrasah, karena pengetahuan itu tidak dikembangkan secara khusus di sekolah umum. Akibatnya pelajar yang berpendidikan umum sebagian besar buta aksara kitab sucinya. Kebutaaksaraan ini membuat jarak makin lama makin jauh antara mereka dan kitab sucinya. Di samping itu orientasi cara berfikir juga dapat menyebabkan hal tersebut, karena modernisasi banyak mempengaruhi arah pemikiran orang. Kemajuan teknologi dengan segala hasil yang disumbangkan bagi kemudahan hidup manusia, ikut mengalihkan perhatian orang untuk hidup lebih erat dengan alam kebendaan.

Hal ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu yang diperkirakan dapat membantu ke arah pemikiran pengetahuan praktis dan dapat menunjang prestise kehidupan duniawi. Maka tidak heran kalau pengetahuan tentang al- Qur’an dan cara membacanya kalah bersaing dengan kepentingan hidup yang lain, hingga hampir diabaikan. Padahal bidang tersebut merupakan disiplin ilmu khusus dimana untuk menguasainya diperlukan cara dan metode tersendiri disamping ketentuan dan waktu yang cukup lama, sedangkan belajar al- Qur’an wajib hukumnya.

Di samping itu, usaha memperbesar perhatian dan minat anak pada pelajaran al- Qur’an bukan hanya di dukung oleh guru, tapi harus di dukung pula oleh usaha orang tua. Karena orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka. Dan kemampuan anak di dalam membaca al- Qur’an yang baik dan benar, tergantung pada motivasi, usaha dan perhatian orang tua di rumah. Semakin tinggi perhatian dan motivasi yang diberikan kepada orang tua dalam belajar al- Qur’an, maka anak semakin benar dan lancar dalam membacanya.

Dapat disimpulkan bahwa al- Qur’an adalah pedoman hidup umat Islam yang sangat tinggi kedudukannya, dan sangat penting di dalam kehidupan umat


(13)

Islam untuk menuju jalan kehidupan yang paling nikmat yaitu surga. Oleh karena itu maka sangat beruntung bagi orang yang telah mengenal dan membaca al- Qur’an, terlebih bagi orang yang tahu makna al- Qur’an dalam kehidupannya.

Melihat betapa pentingnya mempelajari al- Qur’an, maka sepantasnya bila al- Quran dimasukkan ke dalam salah satu mata pelajaran pokok di setiap lembaga pendidikan Islam, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dan untuk lebih memahami makna serta kandungan isi al- Qur’an yang kadang masih bersifat global, diperlukan pula penjelasan yang lebih terperinci lagi melalui hadits Rasulullah SAW, yang akhirnya dua pokok pembahasan ini di gabungkan menjadi satu mata pelajaran al- Qur’an Hadits.

Sudah menjadi suatu keharusan bagi siswa yang bersekolah di lembaga pendidikan Islam untuk dapat membaca dan memahami al- Quran dan Hadits secara benar, namun hal tersebut seluruhnya tidak dapat di penuhi karena beberapa kendala, antara lain: (1) Latar belakang pendidikan siswa yang tidak semuanya dari Madrasah Tsanawiyah atau belum pernah mempelajari aksara/bahasa Arab. (2) Alokasi waktu pelajaran Agama Islam atau al- Qur’an Hadits yang tidak memadai. (3) Guru yang kurang kompeten. (4) Sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai.

Kemampuan membaca bahasa Arab merupakan dasar pokok dalam memahami pelajaran al- Qur’an Hadits, karena materi al- Qur’an Hadits di tulis dengan aksara Arab. Mengingat pentingnya penguasaan baca aksara Arab sebagai modal memahami pelajaran al- Qur’an Hadits di satu pihak dan banyak kendala, seperti telah disebutkan di atas, pada pihak lain, maka MA Miftahul Umam membuat strategi belajar mengajar al- Quran Hadits dalam bentuk kegiatan ekstra- kurikuler, yakni dengan menyelenggarakan kegiatan tadarus al- Qur’an setiap hari selasa sampai dengan kamis, sedangkan hari jum’at diisi dengan pembacaan Yasin, tahlil dan do’a, dan hari sabtunya diisi dengan kegiatan muhadharah. Meskipun tadarus al- Qur’an termasuk pada kegiatan ekstra-kurikuler, akan tetapi semua siswa mulai dari kelas X sampai dengan kelas XII diwajibkan untuk mengikutinya dengan didampingi oleh guru pembimbingnya. Dengan menaruh harapan besar, bahwa dengan kegiatan tadarus al- Qur’an ini selain dapat melatih


(14)

kebiasaan dan kelancaran siswa dalam membaca dan mengamalkan al- Qur’an, sehingga dapat membantu meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi judul skripsi: “PERANAN TADARUS AL- QUR’AN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII PADA MATA PELAJARAN AL- QUR’AN HADITS DI MADRASAH ALIYAH MIFTAHUL UMAM PONDOK LABU JAKARTA SELATAN”. B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

a. Peranan tadarus al- Qur’an pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits. b. Faktor-faktor yang mendukung pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits c. Prestasi belajar para siswa di MA Miftahul Umam pada mata pelajaran

al- Qur’an Hadits

d. Pelaksanaan tadarus al- Qur’an di Madrasah Aliyah Miftahul Umam e. Manfaat tadarus al- Qur’an terhadap Mata Pelajaran al- Qur’an Hadits 2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat dalam judul skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahan pada Peranan tadarus al- Qur’an terutama dalam hal membaca al- Qur’an secara baik dan benar sehubungan dengan peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah Miftahul Umam Pondok Labu.

Untuk merelevansikan pengertian terhadap masalah yang diteliti, maka perlu dikemukakan penjelasan istilah yang digunakan dalam skripsi ini. Beberapa istilah yang perlu dibatasi yaitu: (1) Peranan: bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. (2) Tadarus al- Qur’an: yaitu suatu bentuk kegiatan ekstra-kurikuler, khususnya dalam bentuk belajar membaca al-


(15)

Qur’an dengan penerapan tajwidnya. (3) Al- Qur’an Hadits: salah satu mata pelajaran dari unsur pendidikan yang ada di Madrasah Aliyah, digunakan untuk mengarahkan kepada kemampuan membaca, memahami dan menghayati al- Qur’an dan Hadits. (4) Prestasi Belajar: yang dimaksud disini ialah suatu hasil yang dicapai selama berlangsungnya proses belajar atau peningkatan kemampuan atau kepandaian yang dicapai siswa dalam bentuk nilai raport.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan-batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pelaksanaan tadarus al- Qur’an di Madrasah Aliyah Miftahul Umam?

b. Bagaimana prestasi belajar siswa pada Mata pelajaran al- Qur’an Hadits?

c. Apakah terdapat hubungan antara kegiatan tadarus al- Qur’an dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui pelaksanaan tadarus al- Qur’an di madrasah Aliyah Miftahul Umam.

b. Mengetahui peningkatan prestasi hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran al- Qur’an Hadits setelah dilaksanakannya kegiatan tadarus al- Qur’an.

c. Mengetahui hubungan yang terjadi antara kegiatan tadarus al- Qur’an dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits. 2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi guru al- Qur’an Hadits dalam upaya meningkatkan proses tadarus al- Qur’an


(16)

b. Memberikan masukan bagi lembaga pendidikan dalam meningkatkan kegiatan tadarus al- Qur’an.

c. Diharapkan pula penelitian ini berguna untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan calon guru pada khususnya dan dapat memberi informasi tentang pentingnya tadarus al- Qur’an terhadap mata pelajaran al- Qur’an Hadits bagi seorang guru agama dalam melaksanakan pendidikan kepada siswa.


(17)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Tadarus Al- Qur’an

1. Pengertian Tadarus Al- Qur’an

Kata tadarus merupakan kata serapan yang diambil dari bahasa Arab, yang telah berkembang pemakaiannya di Indonesia dan menjadi bahasa sehari-hari.

Dalam kamus Bahasa Arab al- Munjid, ”tadârus” adalah berasal dari kata ”

بﺎ ﻜ ا

ﺔ ﻄ ا

:

سراﺪ

,

yang artinya saling mempelajari.1 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tadarus mengandung arti ”membaca al- Qur’an secara bersama-sama (dalam bulan puasa)”. “Tadarus bukanlah masanya belajar membaca al- Qur’an lagi, tapi membaca dengan lancar ayat-ayat suci al- Qur’an tanpa disimak oleh seorang guru yang mengajarkannya”.2

At- Tadarus adalah wazan tafâ’ul dari ad- Dars. Maknanya adalah salah satu pihak atau beberapa pihak mengajukan pertanyaan, dan pihak

1

Fr. Ma’luf dan Fr Bernard Tottel, al- Munjid Fi al- Lughoti Wa al- ‘Ilmi, (Lebanon: Darul Masyriq, 1986), h. 211.

2

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), jilid ke-2, cet. Ke-7, h. 988.


(18)

lainnya menjawab pertanyaan itu, pihak ketiga mengkaji lebih lanjut, dan pihak selanjutnya berusaha mengoreksi atau melengkapinya. 3

Jika kita perhatikan bersama, maka terlihat adanya perbedaan arti yang sangat esensial dari pengertian tadarus ini, karena kalau menurut kamus Bahasa Arab Munjid, tadarus mempunyai makna dimana orang baru belajar membaca al- Qur’an dibawah bimbingan seorang guru.

Menurut Muhammad Shodiq, SS., tadarus berasal dari kata ”dârasa” yang artinya belajar, maksudnya siswa membaca al- Qur’an terlebih dahulu baik bersama-sama maupun sendiri, setelah itu bacaan al- Qur’an tersebut baru dikaji dan dipelajari.4

Arti tadarus bervariasi, ini disebabkan karena memang secara definitif tidak ditemukan pengertian yang pasti dari tadarus al- Qur’an itu sendiri. Namun, dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tadarus adalah membaca al- Qur’an secara berulang-ulang (sering dibaca) untuk memperlancar bacaan secara bersama-sama.

Tadarus al- Qur’an telah dilakukan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahîh Al- Bukhârîy :

سﺎ

ا

لﺎ

ﷲا

لﻮﺳر

نﺎآ

ﺳو

ﷲا

ﻰ ﺻ

دﻮ أ

نﻮﻜ

دﻮ أ

نﺎآو

سﺎ ا

نﺎ ر

نﺎآو

ﺳراﺪ

نﺎ ر

آ

ﷲا

لﻮﺳﺮ

نﺁﺮ ا

ﷲا

ﻰ ﺻ

ﺳو

ﺮ ا

ﺮ ﺨ ﺎ

دﻮ أ

ﺔ ﺳﺮ ا

5

“Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah SAW,adalah semurah-murahnya manusia (dalam kebaikan). Beliau paling murah dalam bulan suci Ramadhan ketika ditemui Jibril. Jibril selalu bertemu pada setiap malam Ramadhan kemudian tadarus al- Qur’an bersamanya. Sungguh Rasulullah SAW lebih murah dalam kebaikan dari pada angin kencang yang melepas”.

3

Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al- Qur’an, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1999), h. 217

4

Muhammad Shodiq, Wawancara Khusus Guru Tadarus al- Qur’an Kelas XII, Cinere Oktober 2008.

5

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih al- Bukhariy, (Beirut: Dar al- Kutub al- Islamiyyah, 2007), h. 14


(19)

Dari hadits di atas dapat dilihat bahwa tadarus itu sudah dimulai pada zaman Nabi Muhammad SAW, tepatnya terlihat pada kata

ﺳراﺪ

yaitu Nabi Muhammad membaca al- Qur’an bersama dengan Malaikat Jibril AS. Di dalam ilmu shorof, kata tadarus itu adalah isim mashdar dari

سراﺪ

سراﺪ

را

ًﺳ

Kata-kata tersebut mempunyai makna 6

ﺛﻹا

ﺔآرﺎﺸ

yaitu tadarus hanya bisa diartikan membaca al- Qur’an secara bersama-sama, sedangkan orang yang membaca al- Qur’an hanya sendiri tidak bisa dikatakan sebagai tadarus.

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tadarus adalah kegiatan membaca al- Qur’an yang dilakukan secara bersama-sama. Tadarus al- Qur’an mempunyai banyak cara. Bagi seorang pemula, diperlukan adanya pembimbing khusus untuk mengajarkannya. Sedangkan untuk taraf selanjutnya (yang sudah membaca al- Qur’an dengan lancar), maka tidak diperlukan pembimbing khusus, hanya membaca sesuai dengan kaifiyat

membaca al- Qur’an yang ditentukan, termasuk didalamnya yaitu ilmu tajwid. Sedangkan cara tadarus al- Qur’an yang dilakukan di MA. Miftahul Umam yaitu langkah pertama siswa difokuskan pada makhôrij al- hurûf,

tajwid dan kelancaran dalam membacanya. Langkah selanjutya yaitu pada isi atau kandungan ayat, termasuk di dalamnya asbâb al- Nuzûl.

Tadarus al- Qur’an walaupun dalam bentuk kegiatan ekstra-kurikuler, namun maksudnya tetap membaca al- Qur’an, artinya para murid melakukan kegiatan ini secara tidak langsung telah melaksanakan kegiatan membaca al- Qur’an, dan imbalan atau pahala yang mereka dapat sama seperti orang yang membaca al- Qur’an secara tertib di rumah atau di masjid. Maka hendaklah tetap memperhatikan tata tertib di dalam membaca al- Qur’an.

6


(20)

2. Tadarus Sebagai Kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan belajar mengajar bertolak pada kegiatan kurikuler yang dapat dibagi atas kegiatan intra-kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler. Kegiatan belajar mengajar yang dipersiapkan dan dilaksanakan oleh guru hendaknya berpola pada 3 kegiatan kurikuler tersebut di atas.

Kegiatan intra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan di madrasah dengan jatah waktu yang telah ditetapkan dalam struktur program dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan minimal tiap mata pelajaran. Berdasarkan struktur program itulah disusun jadwal pelajaran untuk setiap kelas dalam setiap minggu. Tujuan dari intra-kurikuler ini adalah untuk melaksanakan tercapainya tujuan kurikuler bagi setiap mata pelajaran.7

Adapun kegiatan ko-kurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang bertujuan agar siswa lebih memperdalam dan lebih menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intra-kurikuler. Kegiatan ko-kurikuler dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti mempelajari buku-buku tertentu, melakukan penelitian, membuat karangan, dan kegiatan-kegiatan yang sejenis dengan tujuan untuk menghayati atau memperdalam apa yang telah dipelajari. Hasil kegiatan ini ikut menentukan dalam pemberian nilai bagi para siswa.

Sedangkan kegiatan ekstra-kurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.8

Dari pengertian yang dijabarkan mengenai kegiatan ekstra-kurikuler, maka tadarus al- Qur’an yang dilakukan di luar jam pelajaran bisa dikategorikan sebagai kegiatan ekstra-kurikuler, karena terangkum di dalamnya usaha menciptakan format kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan pengetahuan suatu mata pelajaran (seperti : Bahasa Arab, al-

7

Departemen Agama RI, Pedoman Proses Belajar mengajar Madrasah Aliyah, (Jakarta; Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1988), cet. Ke- 1, h. 2.

8

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. Ke- 1, h. 132.


(21)

Qur’an Hadits, dan lain-lain) dan suatu usaha praktek pembiasaan siswa (membaca al- Quran) dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun kegiatan ekstra-kurikuler tadarus al- Qur’an di MA. Miftahul Umam dilaksanakan dari hari selasa sampai dengan hari kamis dari pukul 06.30-07.00 di kelas masing-masing, yaitu kelas X-XII. Materi yang diberikan dalam tadarus al- Qur’an yaitu ilmu tajwid, hafalan juz ’amma dan hafalan ayat-ayat pilihan, seperti surat al- Mulk, al- Waqi’ah, dan lain-lain. Kegiatan ekstra-kurikuler tadarus al- Qur’an diawali dengan membaca al- Qur’an secara bersama-sama, kemudian beberapa siswa membaca al- Qur’an satu persatu, dan terakhir pemberian materi tadarus al- Qur’an.

B. Sistem Pengajaran Al- Qur’an Hadits 1. Pengertian al- Qur’an Hadits

Kata al- Qur’an menurut kamus al- Munjid adalah

او

ا

yang berarti menghimpun dan mengumpulkan.9 Al- Qur’an secara etimologi diambil dari kata:

ﺎ أﺮ

و

ةءاﺮ

أﺮ

أﺮ

yang berarti sesuatu yang dibaca (

ءوﺮ ا

).10 Secara bahasa adalah bacaan, sedangkan menurut istilah adalah kalam (perkataan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril.11

Al- Qur’an menurut para ahli mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Sebagian berpendapat, bahwa kata al- Qur’an itu pada mulanya tidak berhamzah sebagai suatu kata jadian karena dijadikan sebagai suatu nama bagi kalam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.12 Ada juga yang berpendapat bahwa al- Qur’an menggunakan hamzah, yaitu musytaq dari kata

أﺮ

yang artinya membaca. Allah SWT berfirman:

9

Darul Masyriq, al- Munjid Fi al- Lughoti Wa al- ‘Ilmi, h. 617

10

Abdul Majid Khon, Praktikum Qira’at, (Jakarta: Amzah, 2008), cet. Ke- 1, h. 1.

11

Ade Armando,dkk., Ensiklopedi Islam untuk Pelajar, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2001), cet., ke-3, h. 27.

12

Manna Kholil Qattan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1992), cet., ke-1, h. 18.


(22)

Artinya : “Sesungguhnya mengumpulkannya (di dalam dadamu) dan menetapkan bacaannya (pada lidahmu) adalah tanggung jawab Kami. Maka apabila Kami membacakannya, hendaklah engkau ikuti Qur’annya”.(al- Qiyamah : 17 –18).13

Diantara ulama yang mengatakan bahwa kata al- Qur’an tanpa dibubuhi huruf hamzah. Al- Syafi’i mengatakan, bahwa al- Qur’an itu bukan

musytaq (pecahan dari akar kata apapun) dan bukan pula berhamzah (

اﺮ

). Jadi lafal tersebut bukan berasal dari kata qara’a (membaca), sebab kalau akar katanya qara’a, tentu setiap sesuatu yang dibaca dinamai al- Qur’an.14 Sejalan dengan pendapat Al-Syafi’i, al-Farra pun berpendapat bahwa al-Qur’an itu pecahan dari kata qarâin (jama’ dari qarinah) yang berarti kaitan, karena didalam al-Qur’an satu sama lain ayatnya saling berkaitan.15

Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan, lafal Qur’an adalah

musytaq dari kata qarn. Contohnya qarnusy-syai bisy-syai (menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Maksudnya yaitu karena surat-surat dan ayat-ayat Qur’an saling menggabungkan dan berkaitan.16

Adapun ulama yang berpendapat bahwa al- Quran ditulis dengan huruf hamzah diantaranya adalah al-Zajjaj dan al- Lihyani. Al-Zajjaj berpendapat, bahwa lafal

نأﺮ ا

ditulis dengan tambahan huruf hamzah ditengahnya berdsarkan pola kata (

نزو

) fu’lân (

ن

). Lafal tersebut musytaq dari akar

13

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Departemen Agama, 1999), h. 19.

14

Abuddin Nata, al- Qur’an dan Hadits, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), cet. Ke- 4, h. 51-53.

15

Abuddin Nata, al- Qur’an dan Hadits, h. 51-53.

16


(23)

Sebagaimana al-Zajjaj, al-Lihyani berpendapat bahwa al- Qur’an ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya berdasarkan pola kata ghufrân dan merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata qara’a yang bermakna tala (

: membaca). Lafal al- Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek dalam bentuk mashdar (sumber). Hasbi Ash-Shiddiqy mengatakan, al- Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau yang di baca. Al- Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ûl, yaitu maqrû’

(yang dibaca).17

Dapat disimpulkan bahwa al- Qur’an dapat diartikan sebagai membaca atau yang dibaca, sesuai dengan surat al-A’raf: 204, dapat pula diartikan sebagai pengumpul atau penghimpun, sesuai dengan surat al-Qiyamah: 17-18, atau dapat pula bermakna gabungan atau kaitan.

Adapun pengertian al- Qur’an menurut istilah:

آ

م

ﷲا

ا

ﱠﺰ

ل

ﱠﺪ

ا

ﱠﺪ

و

Artinya: “kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada MuhammadSAW yang pembacanya merupakan suatu ibadah”.18 Menurut DR. Sya’ban Muhammad Ismail, al- Qur’an adalah kalam Allah Ta’ala yang mempunyai kekuatan mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para nabi dan rasul. Melalui perantara Jibril AS, yang tertulis pada mushaf, yang sampai kepada kita secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, yang diawali dengan surat al- Fatihah dan diakhiri dengan surat an- Naas.19

Dari definisi di atas, jelas sudah bahwa al- Qur’an adalah kitab suci yang dapat memberikan petunjuk bagi manusia dan tidak ada keraguan di dalamnya serta menjadikan ibadah bagi yang membacanya.

17

Abuddin Nata, al- Qur’an dan Hadits, h. 51-53.

18

Manna Kholil Qattan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an, h. 18.

19

Sya’ban Muhammad Ismail, Mengenal Qira’at al-Qur’an, (Semarang : CV. Toha Putera, 1993), cet. Ke- 1, h. 15


(24)

Sedangkan Hadits menurut bahasa adalah baru, dan menurut istilah adalah:

أﺎ

ﷲا

و

ً

ا

و

ً

ا

و

ًﺮ

ا

او

ه

Artinya: “apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik perkataan, perbuatan, ketetapan dan yang sebagainya”.20

Adapun yang dimaksud pelajaran al- Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran dari unsur pendidikan yang ada di Madrasah Aliyah, yang digunakan untuk mengarahkan pada kemampuan membaca, memahami dan mengahayati al-Qur’an dan Hadits.21 Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dikatakan bahwa mata pelajaran al- Qur’an Hadits merupakan unsur mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami al- Qur’an Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupannya sehari-hari.22

2. Kedudukan al- Qur’an Hadits

Al- Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang di dalamnya terdapat petunjuk-petunjuk bagi manusia sekaligus menerangkan maksud dan tujuan pokok diturunkannya al- Qur’an, diantaranya yaitu:

a. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpuldalam keimanan akan keesaan tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.

b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

20

Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, h. 20

21

Depag RI, Standar Wilayah DKI Jakarta Kemampuan Dasar Pendidikan Agama Islam Madrasah Aliyah,(Jakarta: 2001), h. 4.

22

Departemen Agama, Kurikulum Berbasis KompetensiKurikulum dan Hasil Belajar al- Qur’an Hadits Madrasah Aliyah, (Jakarta: Juni 2003).


(25)

c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, “al- Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat”.23

Sedangkan Hadits adalah sumber ajaran Islam setelah al- Qur’an. Hadits berfungsi sebagai sumber ajaran Islam sesudah al- Qur’an, disebabkan karena:

a. Hadits berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada dalam Kitabullah.

b. Hadits berfungsi sebagai penafsir atau perinci atau juga pentaqyid

terhadap hal- hal yang mutlaq atau pentakhsis terhadap ayat-ayat yang

‘âm (umum).

c. Hadits dapat menerapkan dan membentuk hukum tersendiri yang tidak disebutkan dalam Kitabullah.24

Kedudukan Hadits sebagai sumber ajaran Islam sesudah al-Qur’an, hal ini dijelaskan di dalam al-Qur’an dalam surat al- Hasyr ayat 7 :

...

Artinya : “ … apa yang di berikan Rasul kepadamu, maka ambil (terima) lah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…”.(al-Hasyr/59:7)25

3. Kurikulum al- Qur’an Hadits

Dalam kamus Lengkap Bahasa Inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran.26 Perkataan kurikulum berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa

23

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), cet. Ke-18, h. 40-41.

24

Mudhafar Mughni, dkk., Ushul Fiqh I, (Jakarta: Lingkar Studi Islam Publishing, 2003), cet. Ke-1, h. 45.

25

Depag RI, Standar Wilayah DKI Jakarta Kemampuan Dasar Pendidikan Agama Islam Madrasah Aliyah, h. 916 .


(26)

Yunani, dari kata curir yang artinya pelari, dan curere yang artinya tempat berpacu atau tempat berlomba.27 Sedangkan curiculum mempunyai arti “jarak” yang di tempuh oleh pelari.

Kurikulum menurut istilah yaitu segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun diluarnya “atau” segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya.28 Pendapat lain mengatakan bahwa kurikulum adalah program belajar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.29 Menurut para ahli, kurikulum adalah :

a. Harold B. Alberty ; mendefinisikan kurikulum yakni semua aktivitas yang dilakukan oleh sekolah terhadap para siswanya

b. Edward A. Krug (1960); kurikulum adalah usaha-usaha yang mengarah pada tujuan pendidikan atau tujuan sekolah

c. J.G Taylor dan William H. Alexander, mendefinisikannya yakni segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk mempengaruhi belajar anak, baik di dalam atau di luar kelas.30

Dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu diartikan tidak hanya terbatas pada mata pelajaran saja, tapi segala aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengarui anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk di dalamnya kegiatan belajar-mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran, dan sebagainya.

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi seatu kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain

26

S. Wojowasito, W. J. Poerwadarminta, Kamus Lengkap bahasa Inggria, (Bandung: Hasta, 1997), h. 36.

27

Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: 2002), cet. Ke-1, h. 33.

28

Team Didaktik Metodik atau Kurikulum, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: 1995), cet. Ke-5, h. 97.

29

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Sekolah, h. 132.

30


(27)

kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tidak formal atau biasa disebut dengan ekstra-kurikuler.

Kurikulum formal meliputi tujuan pelajaran, umum dan spesifik, bahan pelajaran yang tersusun sistematis, strategi belajar mengajar serta kegiatan-kegiatannya, system evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapa

yang diajarkan pada setiap kelas, yang wajib diikuti oleh semua peserta didik.

urikulum al- Qur’an Hadits secara garis besarnya adalah

a. Tuj

uatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai.33

i.31

Kurikulum yang penulis maksud di sini dalah kurikulum bidang studi al- Quran Hadits yang ada di dalam Kurikulum dan Hasil Belajar al- Qur’an Hadits. Al- Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran program inti kelompok pendidikan agama, yang merupakan program identitas Madrasah Aliyah

Kurikulum formal mempunyai beberapa komponen yang meliputi : tujuan, bahan pelajaran, metode atau strategi belajar mengajar dan evaluasi. Maka, isi dari k

sebagai berikut :

uan Pelajaran Qur’an Hadits

Keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas dari usaha dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Tanpa adanya suatu tujuan, maka ia akan berjalan meraba-raba dan tak tentu arah tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha.32 Seiring dengan pendapat tersebut, Dr. Zakiyah Drajat mengatakan bahwa tujuan adalah s

Melihat objek pembahasan al- Qur’an Hadits, maka dapat dikatakan bahwa al- Qur’an Hadits merupakan bentuk dari suatu pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan

31

Nasution., Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-2, h. 5.

32

Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama atau IAIN, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : 1982), h. 60.

33


(28)

kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.34 Adapun tujuan dari pada pendidikan Islam adalah “perwujudan nilai-nilai Islam dalam pribadi manusia didik yang oleh pendidik Muslaim melalui proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkripadian Islam yang beriman, bertaqa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengem

nya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidu

dari membaca dan memahami al- Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari.

bangkan dirinya menjadi hamba Allah SWT, yang taat.”35

Dasar-dasar dari ajaran Islam adalah al- Qur’an dan Hadits. Dengan menyadari pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran Islam serta untuk mewujudkan pendidikan Islam yang paripurna, maka pelajaran al- Qur’an Hadits sebagai salah satu dari bagian pendidikan agama juga mengemban misi pembinaan kepribadian siswa ke arah pribadi utama menurut norma-norma agama. Dalam Kurikulum dan Hasil Belajar al- Qur’an Hadits Madrasah Aliyah disebutkan dengan rinci bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pendidikan al- Qur’an Hadits adalah agar siswa bersemangat untuk membaca al- Qur’an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, menyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung didalam

pannya.36

Dari pernyataan di atas terlihat bahwa tujuan pengajaran al- Qur’an Hadits mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengetahuan, konsep atau fakta, yaitu dimana siswa diharapkan dapat membaca dan memahami isi dari al- Qur’an tersebut. Aspek afektif meliputi personal dan kepribadian atau sikap, yaitu dimana siswa diharapkan dapat meyakini dan meresapi apa yang telah ia dapat membentuk kepribadiannya sesuai petunjuk al- Qur’an. Sedangkan aspek psikomotorik meliputi kelakuan dan keterampilan, yaitu dimana siswa diharapkan dapat merealisasikan amalan-amalan yang telah didapatnya

34

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. Ke-3, h. 12.

35

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 224.

36


(29)

Tampak pula ada relevansi antara tujuan pelajaran al- Qur’an Hadits dengan tujuan Islam, dengan ini semakin membuktikan bahwa al- Qur’an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang harus ada dan wajib diikuti oleh setiap murid.

b. Metode Pembelajaran al- Qur’an Hadits

Metode berasal dari kata “meta” dan “hodos”, “meta” berari “melalui” dan “hodos” berarti “jalan atau cara”. Asal kata metode mengandung pengertian suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

37

Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.38

Metode sangatlah berperan di dalam proses belajar-mengajar, guna meraih tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Salah satu aspek keberhasilan dari kegiatan belajar mengajar adalah adanya kemampuan guru dalam mengusai dan memilih berbagai metode yang tepat dalam mengajar. Metode yang tepat gunakan akan menunjang kelancaran jalannya proses belajar mengajar, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat berproses secara efisien dan efektif menuju tujuan pendidikan. Jenis-jenis metode pengajaran menurut Departemen Agama RI dalam Pedoman Proses Belajar Mengajar terdiri dari; metode diskusi, karyawisata, bermain peran, demonstrasi, ceramah, tanya jawab, bercerita, dan sosiodrama.39

Metode pengajaran yang dipakai dalam memberikan materi pelajaran al- Qur’an Hadits adalah sebagai berikut;

1) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dalam penuturan secara lisan oleh seorang guru tehadap

37

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, h. 61.

38

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 652

39

Departemen Agama RI, Pedoman Proses Belajar Mengajar Madrasah Aliyah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelmabagaan Agama Islam), 1988.


(30)

sekelompok murid. Dalam pelaksanaan metode ceramah, seorang guru dapat mempergunakan alat-alat Bantu untuk menjelaskan uraiannya. Alat utama penghubung guru dengan murid adalah bahasa lisan (berbicara). Adapun kebaikan metode ceramah yaitu:

a) Guru dapat menguasai seluruh arah pembicaraan dalam kelas.

b) Organisasi kelas sederhana berarti guru tak perlu mengadakan pengelompokan murid.

c) Hal-hal yang penting dan mendesak dapat segera disampaikan.

d) Melatih murid menggunakan pendengarannya dengan baik dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat

Kelemahan-kelemahan dari metode ceramah, yaitu:

a) Guru tidak dapat mengetahui sampai dimana murid telah memahami keterangan-keterangan guru

b) Dalam diri murid dapat terbentuk konsep yang lain dari pada kata-kata yang dimaksudkan oleh guru

c) Murid cenderung bersifat pasif

d) Murid sukar mengkonsentrasikan perhatiannya terhadap keterangan guru, terutama pada siang dan sore hari.40

Contoh metode ceramah yaitu guru menjelaskan isi kandungan ayat al- Qur’an.

2) Metode Tanya Jawab

Metode Tanya Jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru yang menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan belajar-mengajar melalui Tanya jawab, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan atau siswa diberikan kesempatan untuk bertanya terlebih dahulu pada saat memulai pelajaran, pada saat pertengahan atau pada akhir pelajaran. Bilamana metode Tanya

40

Moehammad Mansyur, Pengantar Metodologi Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Singo Abadi Inti 1982 ), h. 8-9.


(31)

jawab ini dilakukan secara tepat akan dapat meningkatkan perhatian siswa untuk belajar secara aktif.

Keunggulan-keunggulan dari metode ini:

a) Kelas akan menjadi hidup karena siswa dibawa ke arah berpikir secara aktif

b) Siswa terlatih berani megemukakan pertanyaan atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru

c) Dapat mengaktifkan retensi siswa terhadap pelajaran yang telah lalu. Sedangkan kelemahan-kelemahan metode ini adalah:

a) Waktu yang digunakan dalam pelajaran tersita dan kurang dapat dikontrol secara baik oleh guru karena banyaknya pertanyaan yang timbul dari siswa

b) Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran yang dibicarakan

c) Jalannya pengajaran kurang dapat terkoordinir secara baik, karena timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang mungkin tidak dapat dijawabsecara tepat, baik oleh guru maupun siswa. 41

Contohnya yaitu guru menanyakan mufrodat ayat al- Qur’an yang telah ditulis di di papan tulis.

3) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu metode penyampaian bahan pengajaran dengan jalan mendiskusikan bahannya sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan sikap dari murid.42

Kelebihan-kelebihan dari metode ini, adalah :

a) Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang dibicarakan

41

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. Ke- 1, h. 43-44.

42

Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, Garis-Garis Besar Program Pengajaran, (Jakarta: Departemen Agama, 1980 ), h.46.


(32)

b) Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berfikir kritis dan sistematis

c) Hasil diskusi dapat dipahami oleh para siswa karena mereka secra aktif mengikuti perdebatan yang berlangsung dalam diskusi

d) Adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan memahami aturan-aturan yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

a) Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi

b) Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu panjang

c) Para siswa mengalami keulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistematis.43

4) Metode Resitasi

Metode resitrasi biasanya disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus di luar jam pelajaran. Sebenarnya penekanan metode ini terletak pada jam pelajaran berlangsung dimana siswa disuruh untuk mencari informasi atau fakta-fakta berupa data yang dapat ditemukan di laboratorium, perpustakaan, pusat sumber belajar, dan sebagainya.

Adapun kelebihan metode ini adalah :

a) Siswa lebih banyak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya sehingga memperkuat daya retensi mereka

b) Sangat berguna untuk mengisi kekosongan waktu agar siswa dapat melakukan hal-hal yang bersifat konstruktif

c) Siswa menjadi aktif dan memiliki rasa tanggung jawab Sedangkan kelemahan-kelemahannya yaitu:

43


(33)

a) Dapat menimbulkan keraguan, karena adanya kemungkinan pekerjaan yang diberikan kepada siswa justru dikerjakan oleh orang orang lain b) Guru sering mengalami kesukaran dalam pemberian tugas yang sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki siswa

c) Bilamana tugas terlalalu dipaksakan dapat menimbulkan terganggunya kestabilan mental dan pikiran siswa. 44

5) Metode Kerja Kelompok

Metode ini dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong.

Keunggulan yang ada pada metode ini adalah :

a) Ditinjau dari segi pedagogis; kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti; kerjasama, toleransi, dll.

b) Ditinjau dari psikologi; timbul persaingan yang positif antar kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok

c) Ditinjau dari segi sosial; anak yang pandai dalam keompok tersebut dapat membantu anak yang kurang pandai dalam menyelesaikan tugas. Adapun kelemahannya adalah :

a) Terlalu banyak persiapan-persiapan dan pengaturan yang kompleks disbanding dengan metode lainnya

b) Bilamana guru kurang kontrol maka akan terjadi persaingan yang negatif antar kelompok

c) Tugas-tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerkajakan oleh segelintir siswa yang cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas-tugasnya kepada temannya dalam kelompok tersebut.

6) Metode Drill

44


(34)

Metode ini sangat popular dikalangan guru-guru, karena pelaksanaannya tidak menimbulkan banyak kesukaran. Pelaksanaanya merupakan pemberian latihan dari suatu kegiatan belajar yang perlu dilaksanakan secara intensif oleh murid-murid.

Metode ini merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu berupa suatu ketangkasan atau keterampilan terhadap apa yang pernah dipelajari.

Kebaikan-kebaikan metode ini adalah :

a) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksana.

b) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya.

c) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang komplek, rumit menjadi lebih otomatis.

Adapun kelemahan-kelemahannya adalah :

a) Menghambat bakat dan inisiatif murid, karena murid lebih banyak dibawa kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas.

b) Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang–ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.

c) Membentuk kebiasaan yang kaku, karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapatkan kecakapan memberikan respons secara otomatis tanpa menggunakan intelengensi.

d) Menggunakan verbalisme, karena murid-murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawabnya secara otomatis.

c. Evaluasi

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evaluation”, dalam bahasa Arab “Al- Taqdir”, dalam bahasa Indonesia berarti “penilaian”. Dengan demikian evaluasi secara bahasa diartikan sebagai penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan


(35)

kegiatan pendidikan.45 Sedangkan menurut istilah adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah diterapkan dalam sebuah program.46

Evaluasi bersifat sebagai suatu kontrol terhadap pekerjaan yang telah digariskan terlaksana atau tidak atau juga untuk mengetahui sampai dimanakah bahan-bahan yang diberikan dapat dimengerti. Dengan kata lain, sudah seberapa jauh terdidik dapat menerimanya. Sehingga dengan demikian pendidik dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Adapun tujuan evaluasi dapat dirumuskan sebagai usaha untuk mengetahui sampai dimana tujuan dapat atau untuk mengetahui seberapa banyak terjadi perubahan-perubahan tingkah laku pada anak sebagai akibat dari proses belajar.47

Evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu ragamnya pun banyak mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, diantaranya yaitu :

1) Pre Test dan Post Test

Kegiatan pre test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post test yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

2) Evaluasi Prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat menyerupai dengan pre test. Tujuannya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

3) Evaluasi Diagnostik

45

Moehammad Mansyur, Pengantar Metodologi Pendidikan Agama,hal. 10-12

46

Anas Sujiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Press, 2003), hal.1

47


(36)

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen evaluasi ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat siswa mendapatkan kesulitan. 4) Evaluasi Formatif

Evaluasi ini kurang lebih sama dengan ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

5) Evaluasi Sumatif

Ragam penilaian sumatif kurang lebih sama dengan Ulangan Umum yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir priode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun.

6) UAN

UAN (Ujian Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti alat penentu kenaikan status siswa. Namun, UAN yang mulai diberlakukan pada tahun 2002 itu dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu, yakni jenjang SD/MI, dan seterusnya.48

48


(37)

C. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan salah satu tujuan seseorang dalam belajar sekaligus merupakan motivator terhadap aktivitas belajar anak didik. Prestasi belajar juga merupakan indikator pandai atau kurang pandainya anak didik.

Kata prestasi belajar, terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “Pretati”, yang mengandung pengertian apa yang diciptakan, hasil yang menyenangkan, hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.49 Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dll).50

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman.51 Proses perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan tingkah laku ini disebut dengan proses belajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar.

Dimyati dan Mujiono mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses melibatkan manusia secara perorangan sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap.52 Sedangkan menurut para ahli, pengertian belajar diantaranya :

a. Hilgard, mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-lang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasr kecenderungan dan respon pembawaan atau keadaan sesaat seseorang.

b. Gagne, menyatakan bahwa belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedimikian rupa, ehingga perbuatannya berubah di waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengetahui situasi tadi.

49

S.F. Hayeh, Kamus Populer, ( Jakarta 1987), cet. Ke-2, hal. 296

50

Departemen Pendidikan Agama, hal. 787

51

Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h.218.

52

Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-2, hal. 156


(38)

c. Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

d. Whiterington, berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.53

Mencermati beberapa pendapat tersebut diatas dalam definisi belajar mengandung tiga tema utama yaitu adanya proses, perubahan tingkah laku dan pengalamam. Proses disini berarti adanya kegiatan pembelajaran yang dapat terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas dengan bantuan guru atau tanpa guru. Proses ini nantinya yang akan menentukan kualitas belajar siswa.

Belajar juga ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku, dapat juga berupa perubahan pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan mengetahui seberapa besar perubahan tingkah laku yang telah terjadi maka guru dapat menentukan apakah materi yang diajarkan akan diulang atau diteruskan. Ciri terjadinya kegiatan belajar yang lain adalah adanya pengalaman. Pengalaman ini adalah yang akan menjadi input dan sebagai masukan kepada siswa.

Hal senada disampaikan W. Gulo yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri pribadi seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap, dan berbuat.54 Sejalan dengan Azwar menyatakan Bahwa belajar adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.55

Dari pengertian belajar tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilandasi dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti bertambah pengetahuan dan pemahamannya, berubah sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuan, daya reaksi, serta

53

Ngalim Poerwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta ; Remaja Rosdakarya, 1990), cet. Ke-5, hal. 84

54

W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Grasindo, 2004), cet. Ke-2, hal. 8

55

Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Jakarta : Pustaka Pelajar, 2002), cet. Ke-3, hal. 164


(39)

lain-lain aspek yang ada pada individu. Bukti seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang tidak hanya aspek kognisi saja tetapi aspek afeksi dan psikomotor juga harus nampak pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau kurang menjadi ada/bertambah.

Selanjutnya W.S Winkel dalam bukunya psikologi pengajaran, menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang diraih oleh seseorang selama dan sesudah ia mengalami proses belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya diberikan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.56

Dari definisi-definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu yang telah dicapai setelah melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses dimana di dalamnya terlihat sejumlah faktor yang saling mempengaruhinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor dari dalam diri (faktor internal) maupun faktor dari luar diri (faktor eksternal).

Yang tergolong faktor internal yaitu :

a. Faktor Jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan lain sebagainya.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas :

1) Faktor intelektif yang meliputi :

a) Faktor potensial kecerdasan dan bakat

56

W. S. Wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Grasindo, 1996), cet. Ke-4, hal. 100


(40)

b) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki 2) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis Yang tergolong faktor eksternal, ialah: a. Faktor sosial yang terdiri atas :

1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.57

Sedangkan Drs. M. Dalyono, berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, sebagai berikut:

a. Faktor Internal 1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, dan lain-lainnya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula halnya jika kesehatan rohani kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik pacar, orang tua, dan lainnya, ini dapat mengganggu dan mengurangi semangat belajar.

2) Intelegensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi baik

57

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), hal. 130-131


(41)

umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat pun demikian, mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan belajar.

3) Minat dan Motivasi

Minat dapat karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi.

Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

4) Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapain hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

b. Faktor Eksternal 1) Keluarga

Faktor keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, rukun tidaknya kedua orang tua, dan lain-lain, semuanya itu dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.


(42)

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, fasilitas, semuanya sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga prestasi belajar. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

4) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim, dan lain sebagainya, dapat mempengaruhi prestasi belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.58

Jadi jelas bahwa prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Pendidik yang baik adalah pendidik yang mau berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak didiknya karena salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran dan yang lebih dekat dengan kualitas pengajaran adalah pengajaran yang efisien dan efektif di sekolah, yaitu dengan penggunaan metode mengajar yang tepat.

58

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), cet., ke-1, hal. 55-60


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Miftahul Umam Pondok Labu - Jakarta Selatan. Alamat; Jl. RS. Fatmawati Gg. H. Kamang No. 25 Pd. Labu Cilandak Jakarta Selatan 12450, Telp. (021) 7590 7354 Fax. (021) 7590 1397, Email; ma_miftahul_umam@yahoo.com.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2008-2009 bulan Oktober 2008 sampai April 2008-2009.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan pendekatan korelasional. Survei adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu.1 Metode survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Sedangkan pendekatan korelasional adalah pendekatan dalam penelitian yang pada pelaksanaannya menggunakan teknik

1

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-4, h. 29.


(44)

analisis yang dinamakan korelasi. Teknik analisa korelasional adalah teknik analisis statistik mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.2 Teknik ini digunakan untuk mengukur kuat lemahnya peranan tadarus al- Qur’an dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an hadits.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Sugiyono, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen (X) berupa Peranan tadarus al-Qur’an a. Definisi Konseptual

Tadarus al- Qur’an adalah membaca al- Qur’an, maka bagi setiap mukmin yang membaca al- Qur’an akan mendapatkan suatu ganjaran atau pahala dari Allah SWT, yaitu satu huruf dilipatgandakan oleh Allah dengan sepuluh kebajikan. Bahkan didalam suatu ayat al- Qur’an dikatakan bahwa al- Qur’an dapat menjadi obat penawar bagi orang yang jiwanya dalam keadaan gelisah.

b. Definisi Operasional

Tadarus al- Qur’an adalah skor yang diperoleh dari responden melalui instrumen yang seberapa besar peranan tadarus al- Qur’an dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran al- Qur’an Hadits.

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 175.

3


(45)

2. Variabel Dependen (Y) berupa Prestasi belajar al-Qur’an Hadits a. Definisi Konseptual

Prestasi belajar al- Qur’an hadits adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an hadits yang merupakan akumulasi hasil ujian yang dilakukan oleh guru yang diwujudkan dalam nilai raport.

b. Definisi Operasional

Prestasi belajar al- Qur’an hadits yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an hadits yang merupakan akumulasi hasil ujian yang dilakukan guru dalam bentuk nilai raport semester ganjil tahun pelajaran 2008-2009.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda dan tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.4 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MA. Miftahul Umam Jakarta. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII MA. Miftahul Umam Jakarta yang terdaftar pada semester I (ganjil) tahun ajaran 2008/2009. 2. Sampel

Sampel adalah jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data5. Salah satu syarat yang harus dipenuhi di antaranya adalah bahwa sampel harus diambil dari bagian populasi. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah dari populasi terjangkau. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, diketahui bahwa kelas XII berjumlah rata-rata 23 orang. Jadi dapat dikatakan dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah berjumlah 23 orang.

4

Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 49

5


(46)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut sugiyono, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)6, karena penempatan sampel yang representatif akan dapat mencerminkan seluruh populasi yang diteliti. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling yaitu mengambil sampel pada kelas yang telah tersedia tanpa melakukan random sampling melainkan berdasarkan pertimbangan atau tujuan tertentu.7 Dalam penentuan pengambilan sampel, pihak sekolah atau guru bersangkutan menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, dengan pertimbangan bahwa kemampuan kognitif berbeda-beda, baik tinggi, sedang maupun rendah.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat mengumpulkan data, dengan instrumen inilah data penelitian akan terkumpul kemudian data-data tersebut diolah dan dianalisis untuk kemudian disimpulkan.8 Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan maka dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian non tes berupa angket (kuesioner).

1. Instrumen Tadarus al- Qur’an (X)

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kegiatan tadarus al- Qur’an adalah angket. Angket (kuesioner) merupakan salah satu jenis instrumen pengumpul data yang disampaikan kepada responden / subjek penelitian melalui sejumlah pertanyaan atau pernyataan.9 Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menanyakan tentang respon siswa terhadap kegiatan tadarus al- Qur’an. Sebaran butir instrumen peranan tadarus al- Qur’an berjumlah 20 (dua puluh) pertanyaan. Option jawaban yang diajukan sebanyak 4 option. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

6

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.118.

7

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),h. 64.

8

Yanti Helanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (FITK IPA UIN Syarif Hidayatullah, Maret 2008), h. 24.

9

Yanti Helanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (FITK IPA UIN Syarif Hidayatullah, Maret 2008), h. 28.


(47)

2. Instrumen Prestasi Belajar (Y).

Instrumen prestasi belajar al- Qur’an hadits yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an hadits yang merupakan akumulasi hasil ujian yang dilakukan guru dalam bentuk nilai raport semester ganjil tahun pelajaran 2008-2009.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen

Variabel X (Peranan Tadarus al-Qur’an)

Variabel X Indikator

No. Butir item Jumlah item 1. Aktifitas Tadarus al-Qur’an

1.1 Pendapat siswa tentang kegiatan tadarus al- Qur’an

1.2 Perasaan siswa mengikuti kegiatan tadarus al- Qur’an

1.3 Aktifitas pembimbing dalam kegiatan tadarus al- Qur’an

1.4 Manfaat kegiatan tadarus al- Qur’an 1.5 Waktu kegiatan tadarus al- Qur’an

1 2 3 4 5 1 1 1 1 1

2. Sikap dan Motivasi

2.1 Sikap siswa mengikuti tadarus al-

Qur’an

2.2 Minat siswa mengikuti tadarus al-

Qur’an

2.3 Rutinitas siswa dirumah 2.4 Motivasi orang tua

6 7 8 9 1 1 1 1 3. Kemampuan Siswa

3.1 Kemampuan siswa tentang al- Qur’an 3.2 Mengerjakan tugas yang diberikan

10 – 12 13

3 1

4. Kompetensi Pembimbing

4.1 Motivasi siswa setelah mengikutikegiatan tadarus al- Qur’an

4.2 Materi tadarus al- Qur’an yang

diberikan

4.3 Metode penyampaian materi yang

digunakan pembimbing

4.4 Kompetensi pembimbing terhadap

materi

14 15 – 16

17 18 1 2 1 1

5. Hasil Belajar 5.1 Kaitan kegiatan tadarus al- Qur’an terhadap pelajaran al- Qur’an Hadits 5.2 Hasil nilai pelajaran al- Qur’an Hadits

setelah mengikuti kegiatan tadarus al- Qur’an

19 20

1 1


(48)

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah :

1. Observasi

Dalam hal ini, penulis datang ke sekolah guna mengamati langsung tentang keadaan sekolah, perkembangan siswa, tenaga pengajar, dan struktur organisasi sekolah tersebut.

2. Wawancara

Dilakukan guna mendapatkan data yang objektif yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara ini ditujukan kepada kepala sekolah atau wakil kepala sekolah, kepala tata usaha, guru bidang studi al- Qur’an hadits dan guru tadarus, juga kepada beberapa orang responden yang penulis temui langsung saat mengisi angket.

3. Angket

Yaitu serangkaian daftar pertanyaan yang penulis ajukan kepada sejumlah siswa Madrasah Aliyah Miftahul Umam sebagai responden. 4. Studi Dokumenter

Studi dokumenter diperlukan untuk mengetahui arsip-arsip atau data-data sekolah yang berhubungan dengan program penelitian ini.

Data yang berhasil dihimpun melalui angket ini, selanjutnya penulis jabarkan dengan teknik analisis deskriptif, yaitu penulis terlebih dahulu menyusun data dalam tabel-tabel frekuensi, untuk selanjutnya dilanjutkan interpretasi dan analisis.

Pada penelitian ini, penulis mengambil sampel sebanyak jumlah siswa kelas XII, yaitu berjumlah 23 orang, sehingga semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.


(49)

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Korelasi

Analisis korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.10 Sesuai dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kegiatan tadarus al- Qur’an dengan prestasi belajar al- Qur’an Hadits siswa. Untuk menganalisis hubungan kedua variabel digunakan Teknik Analisis Korelasional Bivariat dengan rumus Product Moment dari Karl Pearson11 yaitu sebagai berikut.

( ) ( )

( )

[

2 2

]

[

2

( )

2

]

Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ ⋅ Σ − Σ Σ ⋅ Σ − Σ ⋅ = Diketahui:

rxy = Angka indeks korelasi “ r ” product moment

N = Number of Cases

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y

Analisis product moment dimaksudkan untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X (kegiatan tadarus al- Qur’an) dan Y (prestasi belajar al- Qur’an Hadits siswa) serta untuk mengetahui kadar eratnya hubungan antara variabel X dan Y di Madrasah Aliyah Miftahul Umam Jakarta.

10

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.228.

11


(50)

2. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besar prosentase jawaban angket dari responden, dengan rumus berikut:

% 100

× =

N F P

Diketahui:

F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase 12

Ketentuan skala persentase yang digunakan adalah : 100 % = Seluruhnya

85 % - 99 % = Hampir seluruhnya 68 % - 84 % = Sebagian besar 51 % - 67 % = Lebih dari setengah

50 % = Setengah

34 % - 49 % = Hampir Setengah 17 % - 33 % = Sebagian kecil

0 % = Tidak ada

I. Interpretasi Data

Angka indeks korelasi “r” product moment yang telah diperoleh dari perhitungan dapat diberikan interpretasi. Dalam hubungan ini ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu:

1. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi product moment secara kasar (sederhana).

Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi ‘r” product moment (rxy) dipergunakan pedoman sebagai berikut:

12

Anas Sudijono, Pengantar Statistik, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), Cet. 14, h. 43.


(1)

LAMPIRAN 5

TABEL PENOLONG

PERHITUNGAN UJI KORELASI PRODUCT MOMENT. VARIABEL X (PERANAN KEGIATAN TADARUS AL- QUR’AN) DAN VARIABEL Y (PRESTASI BELAJAR AL- QUR’AN HADITS)

No X X2 Y Y2 XY 1 75 5625 82 6724 6150 2 84 7056 91 8281 7644 3 73 5329 87 7569 6351 4 76 5776 86 7396 6536 5 81 6561 81 6561 6561 6 60 3600 54 2916 3240 7 84 7056 91 8281 7644 8 84 7056 85 7225 7140 9 78 6084 80 6400 6240 10 86 7396 81 6561 6966 11 78 6084 89 7921 6942 12 89 7921 96 9216 8544 13 75 5625 83 6889 6225 14 84 7056 85 7225 7140 15 71 5041 60 3600 4260 16 83 6889 85 7225 7055 17 74 5476 93 8649 6882 18 79 6241 65 4225 5135 19 86 7396 83 6889 7138 20 66 4356 75 5625 4950 21 70 4900 89 7921 6230 22 85 7225 85 7225 7225 23 78 6084 76 5776 5928


(2)

LAMPIRAN 6

PERHITUNGAN KORELASI

PERANAN KEGIATAN TADARUS AL- QUR’AN DAN PRESTASI BELAJAR AL- QUR’AN HADITS

DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS PRODUCT MOMENT PEARSON

Diketahui:

ΣX = 1799

ΣX2 = 141833

ΣY = 1882

ΣY2 = 156300

ΣXY = 148126 n = 23

(

) ( )( )

( )

[

]

[

( )

]

(

)(

)

(

)

[

]

[

(

)

]

[

] [

]

(

) (

)

5734 . 0 52976 25758 21180 3541934 3594900 3236401 3262159 3385718 3406898 1882 156300 23 1799 141833 23 1882 1799 14826 23 2 2 2 2 2 2 = ⋅ = − ⋅ − − = − ⋅ ⋅ − ⋅ − ⋅ = Σ − Σ ⋅ ⋅ Σ − Σ ⋅ Σ Σ − Σ ⋅ = xy xy xy xy xy r r r r Y Y n X X n Y X XY n r

rtabel = 0.413 (5%) dan 0.526 (1%) Sehingga rhitung > rtabel

Dengan membandingkan besarnya atau rhitung dengan rtabel maka dapat diinterpretasikan bahwa rhitung > rtabel sehingga Ha diterima, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan tadarus al- Qur’an dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran al- Qur’an Hadits.

xy


(3)

LAMPIRAN 7

PERHITUNGAN KOEFISIEN DETERMINASI

Untuk melihat berapa besar konstribusi yang diberikan oleh kegiatan tadarus al- Qur’an terhadap prestasi belajar al- Qur’an Hadits siswa maka dicari koefesien determinasi dengan cara mengkudratkan korelasi yang sudah didapat.

rxy = 0.5734

maka

% 100

=r KD

% 100 ) 5734 . 0

( 2×

=

KD

% 87 . 32

= KD

Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi belajar siswa 32.87% ditentukan oleh konstribusi kegiatan tadarus al- Qur’an dan sisanya sebesar 67.13% ditentukan oleh faktor lain.


(4)

LAMPIRAN 8

LEMBAR BERITA WAWANCARA

Hari : Tanggal :

Interviewee : Guru Bidang Studi Al- Qur’an Hadits dan Pembina Tadarus Tempat : MA Miftahul Umam

Pertanyaan :

1. Apa yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan ekstrakurikuler tadarus Al- Qur’an?

2. Sejak kapan kegiatan ekstrakurikuler tadarus al- Qur’an diadakan di MA Miftahul Umam?

3. Materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan tadarus al- Qur’an di MA Miftahul Umam?

4. Metode apa yang digunakan dalam penyampaian materi kegiatan ekstrakurikuler tadarus al- Qur’an di MA Miftahul Umam?

5. Bagaimana respon siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler tadarus al- Qur’an yang diadakan di MA Miftahul Umam?

6. Adakah manfaat dengan diadakannya kegiatan ekstrakurikuler tadarus al- Qur’an di MA Miftahul Umam baik oleh siswa maupun guru bidang studi al- Qur’an Hadits?

7. Kapan waktu dilaksanakannya kegiatan ekstrakurikuler tadarus al- Qur’an? 8. Adakah perubahan terhadap prestasi belajar al- Qur’an Hadits setelah

diadakannya kegiatan ekstrakurikuler tadarus al- Qur’an?

9. Adakah hambatan dalam penyampaian kegiatan ekstrakurikuler tadarus al- Qur’an di MA Miftahul Umam baik yang dirasakan oleh guru pembimbing tadarus maupun siswa?

10.Upaya apa saja yang dilakukan pembimbing kegiatan tadarus al- Qur’an dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam penyampaian tadarus al- Qur’an, terutama bagi siswa yang sulit dalam menerima materi tadarus al- Qur’an?


(5)

LAMPIRAN 8 Jawaban :

1. Dengan adanya kegiatan tadarus al- Qur’an siswa dapat terlatih untuk disiplin, contohnya dapat datang tepat waktu ke sekolah. Serta dapat membantu siswa untuk memperlancar membaca al- Qur’an dan memperdalam ilmu tajwid yang dimiliki nya, hal ini dikarenakan banyaknya siswa-siswi yang berasal dari SMP atau non-Madrasah.

2. Sejak awal didirikan nya MA Miftahul Umam.

3. Materi yang diberikan berupa Tajwid, Hafalan surat-surat dan ayat-ayat pilihan, dan Penjelasan ayat yang dibaca siswa pada waktu tadarus, termasuk didalamnya asbabun nuzul.

4. Metode yang digunakan adalah Talaqqi dan siswa yang satu dengan yang lainnya saling menyimak bacaan al- Qur’an yang sedang di baca.

5. Respon siswa bagus, karena dengan adanya kegiatan tadarus al- Qur’an mereka dapat memperdalam ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al- Qur’an dan dapat memotivasi siswa untuk rajin membaca/tadarus al- Qur’an baik disekolah maupun dirumah.

6. Ada, beberapa manfaat dengan diadakannya kegiatan tadarus al- Qur’an diantaranya sama-sama bermudzakaroh, terbiasa membaca al- Qur’an dengan baik dan benar, disiplin waktu/tidak telat masuk kelas.

7. Waktu dilaksanakannya kegiatan tadarus al- Qur’an setiap hari Selasa s.d Jum'at pada pukul 06.30 s.d 07.00 WIB.

8. Ada, sejak diadakannya kegiatan tadarus al- Qur’an prestasi belajar al- Qur’an Hadits siswa menjadi meningkat, karena siswa dibiasakan membaca dan menghafal ayat-ayat al- Qur’an dan ayat-ayat yang ada di dalam buku pelajaran al- Qur’an Hadits yang dibaca bersama-sama di dalam kegiatan tadarus al- Qur’an.

9. Ada, hambatan tersebut diantaranya terdapat beberapa siswa yang bisa membaca al- Qur’an tetapi tidak mengerti hukum bacaan nya (ilmu tajwid), terdapat beberapa siswa yang menganggap kegiatan tadarus al- Qur’an tidak penting, terdapat beberapa siswa yang telat masuk kelas dan terdapat beberapa siswa yang berasal dari lulusan non-madrasah.


(6)

LAMPIRAN 8

10.Upaya yang dilakukan yaitu dengan cara memberikan tambahan dan perhatian khusus kepada siswa yang sulit menerima materi tadarus al- Qur’an.