18 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA DAN SINONIM 2.1 Pengertian Makna

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MAKNA DAN SINONIM

2.1 Pengertian Makna

  Makna merupakan salah satu kajian dalam semantik yang merupakan bagian terpenting dalam melakukan percakapan. Dalam KBBI ( 2007: 703) dijelaskan makna adalah 1. arti, 2. maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah: 1.

  Maksud pembicara; 2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;

  3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau antar ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya;

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

  Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah arti atau maksud dari suatu tindak tutur.

2.2 Jenis-Jenis Makna

  Sutedi (2011: 131-134) mengatakan bahwa makna banyak macamnya, antara lain:

  1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal.

  Makna leksikal (jishoteki-imi / goiteki-imi) adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya: kata neko dan kata gakkou memiliki makna leksikal „kucing‟ dan „sekolah‟.

  Sedangkan makna gramatikal (bunpouteki-imi) adalah makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Misalnya: pada kata isogashi-i dan taberu bagian

  gokan -nya (isogashi) dan (tabe

  ) bermakna leksikal „sibuk‟ dan „memakan‟, sedangkan gobi-nya, yaitu (i) dan (ru) sebagai makna gramatikal, karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikal. Contoh lain ialah, partikel ni secara leksikal tidak jelas maknanya, tetapi baru jelas kalau digunakan dalam kalimat seperti: Bandon ni sunde iru „tinggal di Bandung‟.

  2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif Makna denotatif (meijiteki imi/ gaien) yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Makna konotatif (anjiteki imi/ naihou) yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.

  Misalnya, pada kata chichi dan oyaji kedua-duanya memiliki makna denotatif yang sama yaitu „ayah‟, karena merujuk pada objek atau referent yang sama, tetapi nilai rasa berbeda. Kata chichi digunakan lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata oyaji terkesan lebih dekat dan lebih akrab. Contoh lainnya, kata

  keshou-shitsu dan benjo

  merujuk pada hal yang sama, yaitu „kamar kecil‟. Tetapi, kesan dan nilai rasanya berbeda, keshou-shitsu terkesan bersih, sedangkan benjo terkesan kotor dan bau.

3. Makna dasar dan Makna Perluasan

  Makna dasar (kihon-gi) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini. Makna perluasan (ten-gi) merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majas (hiyu).

  Perubahan makna suatu kata terjadi karena berbagai faktor, seperti perkembangan peradaban manusia pemakai bahasa tersebut, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau pengaruh bahasa asing. Beberapa jenis perubahan makna dalam bahasa Jepang ialah: a.

  Dari yang konkret ke abstrak (gushouchuushou) Kata atama

  „kepala‟ dan ude „lengan‟ yang merupakan benda konkret, berubah menjadi abstrak ketika digunakan pada contoh berikut: 頭がいい atama ga ii

  „kepandaian‟ 腕が上がる

  ude ga agaru

  „kemampuan‟ b. Dari ruang ke waktu (kuukan→jikan) Kata mae „depan‟ dan nagai „panjang‟ yang menyatakan arti „ruang‟, berubah menjadi „waktu‟ seperti pada contoh berikut:

  三年前 san-nen-mae „yang lalu‟

  長い時間 nagai jikan „lama‟ c.

  Perubahan penggunaan indra (kankaku no ikou) Kata ookii

  „besar‟ semula diamati dengan indra penglihatan „mata‟, berubah ke indra pendengaran „telinga‟, seperti pada frasa ookii koe „suara keras‟.

  d.

  Dari yang khusus ke umum/ generalisasi (ippanka kakudai) Kata kimono yang se mula berarti „pakaian tradisional Jepang‟ digunakan untuk menunjukkan pakaian secara umum fuku dan sebagainya.

  e.

  Dari yang umum ke khusus/ spesialisasi (tokushuka shukushou) Kata hana (bunga secara umum) digunakan untuk menunjukkan hal yang lebih khusus seperti dalam contoh berikut: 花見 hana-mi

  „bunga Sakura‟ f. Perubahan nilai ke arah positif (kachi no joushou)

  Misalnya, kata boku „saya‟ dulu digunakan untuk budak atau pelayan, tetapi sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan adanya perubahan nilai, dari yang kurang baik menjadi baik.

  g.

  Perubahan nilai ke arah negatif (kachi no rakka) Misalnya, kata kisama

  „kamu‟ dulu sering digunakan untuk menunjukkan kata anata „anda‟, tetapi sekarang digunakan hanya kepada orang yang dianggap rendah saja. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran nilai dari yang baik menjadi kurang baik.

2.3 Relasi Makna

  Chaer (1994: 297) mengatakan bahwa relasi makna ialah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Dalam relasi makna biasanya membicarakan masalah-masalah yang disebut dengan sinonim, polisemi, homonimi, dll. Berikut adalah pendapat Sutedi (2011: 145) mengenai sinonim, polisemi dan homonim, yaitu: 1.

  Sinonim (ruigigo) Sinonim (ruigigo) ialah beberapa kata yang maknanya hampir sama.

  Momiyama dalam Sutedi (2011: 145) memberikan beberapa pemikiran tentang cara mengidentifikasi suatu sinonim, yakni: a.

  Chokkanteki (intuitif bahasa) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pada pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka seacara langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.

  b.

  Beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi satu kata, misalnya kata oriru, kudaru, sagaru, dan furu dalam bahasa indo nesia bisa dipadankan dengan kata „turun‟.

  c.

  Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna yang kecil. Misalnya, pada klausa kaidan o agaru dan klausa

  kaidan o noboru sama- sama berarti „menaiki tangga‟.

2. Polisemi (tagigo)

  Polisemi (tagigo) ialah dalam satu bunyi terdapat beberapa makna, setiap makna tersebut ada kaitannya. Misalnya, verba hiku dalam klausa „ami o hiku,

  „piano o hiku‟. Verba hiku yang semula berarti „menarik‟, berubah menjadi „memainkan‟.

3. Homonim (dou-on-igigo)

  Homonim (dou-on-igigo) adalah beberapa kata dan beberapa makna yang bunyinya hanya satu. Contoh: kata kumo yang berarti awan (雲) dan laba-laba (蜘 蛛).

2.4 Pengertian Sinonim

  Sinonim dalam bahasa Jepang disebut dengan ruigigo. Ruigigo adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memilki makna yang sangat mirip. Jadi bentuk kata antara 「生徒」dan「学生」,「学ぶ」dan 「習う」berbeda tapi artinya mirip. Kata-kata seperti inilah yang disebut ruigigo (Iwabuchi dalam Sudjianto, 2004: 114)

  Menurut Chaer (1994: 297) sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainya. Sedangkan Tokugawa (1976: 3) mendefinisikan sinonim sebagai berikut: 類義語というのは、意味が同じか、またはよく似ている単語のことである。 Ruigigo toiu no wa, imi ga onaji ka, mata yoku niteiru tango no koto dearu.

  “Yang disebut dengan sinonim adalah kata yang memiliki arti yang sama atau sangat mirip.‟ Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa sinonim adalah kata yang memiliki makna hampir mirip.

2.5 Jenis Sinonim Dalam Bahasa Jepang

  Tatuo (1972: 6) membagi ruigigo kedalam tiga jenis, yaitu:

  1. Ippouteki ga tahou ni fukumareru mono. (Satu bagian masuk kedalam bagian lainya.) Misalnya kata “kyoushi” bermakna sama dengan “sensei” tetapi daigishi (anggota kongres) dan isha (dokter) dokter tidak disebut sensei.

  Sehingga cakupan “sensei” lebih luas dibandingkan “kyoushi”. Contoh lainya “hakken suru” dan “mitsukeru” yang berarti „menemukan‟ mengacu kepada hubungan antara yang pertama menemukanya dan yang kemudian.

  2. Bubunteki ni kasanari au mono (Berangkaian secara sebagian-sebagian) Misalnya “tsukue” dan “teeburu” adakalanya menunjukan hal yang sama tetapi, tsukue mengacu pada meja duduk gaya Jepang sedangkan

  teeburu mengacu pada meja di tempat makan seperti restoran dan sebagainya.

  Contoh serupa adalah “mori” dan “hayashi”, “shiken” dan “tesuto”, “agaru” dan “noboru” dan lain-lain.

  3. Kasanaranai mono (Sesuatau yang tidak bertautan/ berkaitan)

  Dalam arti cermat jenis sinonim ini mempunyai penggunaan secara jelas berbeda antara satu samalainya. Namun adakalanya dalam kosakata sehari-hari digunakan secara tidak tepat dan samar sebagai makna yang sama. Misalnya kata “chuusha” dan “teisha”, “on in” dan”onsei”. “keishin” dan “jakushin” dan lainya.

2.5.1 Kin

  Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian atau makna dari kata

  kin

  a. Menurut Nelson (2011: 904) dalam Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia kin adalah: Emas, uang. Kane: uang, logam.

  b. Kemudian Haruhiko (1978: 507) menyatakan bahwa: 貨幣.金銭などの意を表す。「金一封」。 Kahei. Kinsen nado no i arawasu.

  Uang tunai. Menunjukan arti uang dan sebagainya. Contohnya: “amplop berisi sumbangan sejumlah uang”.

  c. Menut kai (1998: 520) mendefinisikan kata kin sebagai berikut:

  お金。貨幣。金銭。「金一封」

  Okane. Kahei. Kin sen. “ kin ippuu”.

  Uang. Uang tunai. Uang (alat pembayaran) Contohnya: “amplop berisi sumbangan sejumlah uang”.

  d. Hayashi (1993: 265) menjabarkan makna kin sebagai berikut: 古くから価値の高いものとされ、貨幣や装飾にひろく利用されてい る。

  

Furuku kara kachi no takai mono to sare, kahei ya soushoku ni hiroku

riyou sareteiru

  Dianggap sebagai benda yang bernilai tinggi dari dulu, dan digunakan secara luas sebagai uang dan ornamen.

2.5.2 Dai

  Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian atau makna dari kata

  dai (: 608)

  a. Menurut Nelson (2011: 132) dalam Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia dai adalah: Ongkos, tarif, upah, biaya, harga.

  b. Haruhiko (1978: 1151) menjabarkan dai sebagai berikut:

  ①代金。「お代はあとで払います」②(接尾).....の代金。「食事 代」「出掛けに彼は番頭から電車の往復代だけを貰って出た」

1. Daikin . “o dai wa atode haraimasu” 2. (setsubi) ...no daikin.

  

“shokujidai “ “dekakeni kare wa bantou kara densha no oufuku– dake wo

moratte deta”

  1. Ongkos. Contoh kalimat: “akan bayar ongkosnya nanti”. 2. (Sufiks) ongkos.... Contoh: “biaya makan”. Contoh kalimat: “pada saat pergi keluar dia hanya menerima ongkos pulang pergi kereta api dari kepala pegawai toko”.

  c. Kai (1998: 1159) menyatakan bahwa dai adalah: 代金。ねだん。「代をはらう」

  Daikin . Neda n. “ dai wo harau”

  Ongkos. Harga . Contohnya: “membayar ongkos”.

  d. Hayashi (1993: 587) mengemukakan makna dai sebagai berikut: 品物と交換に払う金。代価.代金 本代.食事代

  Shinamono to koukan ni harau kane. Daikin, hondai, shokujidai

  Uang yang dibayar untuk pertukaran terhadap benda. Contoh: harga beli, ongkos, biaya buku, ongkos makan.

2.5.3 Chin

  Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian atau makna dari kata

  chin

  a. Menurut Nelson (2011: 850) dalam Kamus Kanji Modern Jepeng Indonesia chin adalah: Sewa, upah, ongkos.

  b. Haruhiko (1978: 1270) mengemukakan bahwa chin adalah: (接尾)代価または報酬としての金銭の意を表す。「汽車賃」「お 使い賃」

  

(setsubi) daika mata wa houshuu toshite no kinsen no i wo

arawasu.”kishachin““otsukaichin“

  (sufiks) menunjukan makna biaya sebagai harga atau imbalan atas balas jasa. Contohnya: “ongkos kereta”, “biaya penggunaan”.

  c. Kemudian kai (1998: 1282) menjabarkan kata chin sebagai berikut: 人や物を使ったときはらう代金。賃金。報酬。「賃をはらう」

  

hito ya mono wo tsukatta toki harau daikin. Chinkin . houshuu. “ chin wo

harau”

  Ongkos yang dibayar ketika menggunakan barang atau layanan orang. Upah. Imbalan atas balas jasa. Contoh: “membayar sewa”.

  d. Hayashi (1993: 649) mengemukakan makna chin sebagai berikut:

  ①労力に対する代金。賃金.運賃.工賃.駄賃 ②借りるための 代金。賃貸.賃借.家賃

  

1. rouryoku ni taisuru daikin. Chingin, unchin, kouchin, dachin. 2, kariru

tame no daikin. Chintai, chinshaku, yachin.

  1. Ongkos / biaya terhadap tenaga kerja. Contoh: upah, ongkos pengangkutan, upah kerja, upah lelah.

  2.Ongkos untuk peminjaman. Contoh: sewa, sewaan, sewa kamar.

2.5.4 Hi

  Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian atau makna dari kata

  hi

  a. Menurut Nelson (2011: 847) dalam Kamus Kanji Modern Jepeng Indonesia hi adalah: Pengeluaran, biaya.

  b. Haruhiko (1978: 1620) menyatakan kata hi sebagai berikut: 《接尾》かかる費用の意を表す。「交通費」 《setsubi

  kakaru hiyou no i wo arawasu. “koutsuhi“

(sufiks) menunjukan makna pengeluaran yang di perlukan. Contoh:

  “pengeluaran transportasi”.

  c. Kai (1998: 1618) mengemukakan bahwa kata hi bermakna:

  ヒ 名 費用。  費用 ヒヨ- 名 買ったり使ったりするのに必 要な金銭。入費。

  

Hi mei hiyou. hiyou hiyou mei kattari tsukattari suru noni hitsuyou na

kinsen. Nyuuhi

Hi kata benda hiyou pengeluaran. Kata benda. Uang yang diperlukan

untuk pembelian dan penggunaan. Pengeluaran.

  d. Hayashi (1993: 819) mengemukakan makna hi sebagai berikut: あることのためにかかるお金。費用.会費.食費.交通費

  Aru koto no tame ni kakaru okane. Hiyou, kaihi, shokuhi, koutsuhi

  Pengeluaran uang untuk suatu hal. Contoh: pengeluaran, iuran keanggotaan, biaya makan, biaya transportasi.

2.5.5 Ryou

  Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian atau makna dari kata ryou

  a. Menurut Nelson (2011: 690) dalam Kamus Kanji Modern Jepeng Indonesia ryou adalah: Biaya, tarif, ongkos, tunjangan b. Sementara Haruhiko (1978: 2070) mengemukakan bahwa ryou adalah:.

  その事のために支払う金。代金。料金。「入場料」〔多く接尾語的 に使う〕

  Sono koto no tame ni shiharau kane. Daikin. Ryoukin . “nyuujoryou“ ooku setsubigo teki ni tsukau

  Uang yang dibayar untuk hal tersebut. Ongkos. Tarif. Contoh: “tarif karcis masuk” (banyak digunakan sebagai akhiran).

  .

  c. Kai (1998: 2077) mengatakan bahwa kata ryou adalah: リョ- 名 代金。費用。

  Ryou mei Daikin . hiyou Ryou kata benda. Ongkos. Pengeluaran.

  d. Hayashi (1993: 1045) mengemukan makna ryou sebagai berikut: ものとひきかえにはらうお金。料金.送料.給料.入場料

  Mono to hikikae ni harau okane. Ryoukin, souryou, kyuuryou, nyuujouryou

  Uang yang dibayarkan untuk pertukaran suatu benda. Contoh: tarif, ongkos kirim, gaji, tarif masuk.

2.6 Fungsi Kata kin, dai, chin, hi dan ryou Yang Menyatakan Biaya

  Akira (1988: 661-2544) dalam Daijirin menjabarkan fungsi kin, dai, chin,

  hi dan ryou yang menyatakan biaya sebagai berikut:

  1. 金 kin 金銭。貨幣「金一封」 Kinsen. Kahei “kinippuu”.

  Uang tunai. Uang (alat pembayaran) contohnya: “amplop berisi sumbangan sejumlah uang”.

  2. 代 dai 物.サービスなどの対価として払う金。料金。「お代はいかほどで しょう」

  Mono, saabisu nado no taika toshite harau kane. Ryoukin. “odai wa ikahododesho u”

  Uang yang dibayar sebagai imbalan terhadap benda, pelayanan dan lainya. ongkos. Contoh kalimat: “berapa ongkosnya?”.

  3. 賃 chin ①人や物を使用した代償として支払う金銭。使用料。代金。「借 り賃」

  ②働いて得る報酬。賃金「運び賃」「賃仕事」

  1. Hito ya mono wo shiyou shita daishou toshite shiharau kinsen. Shiyour you. Daikin. “karichin“.

  2. Hataraite eru houshuu. Chingin “hakobichin“ “chinshigoto”

  1. Uang yang dibayar sebagai imbalan/ bayaran karena telah menggunakan benda atau jasa orang. Sewa . ongkos. Contoh: “sewa”.

  2. Imbalan yang diperoleh dari bekerja. Imbalan atas balas jasa. Upah. Contoh: “ongkos angkut”, “kerja upahan”.

  4. 費 hi 物事を行うのに必要な金銭。「費用.会費.学費.経費.公費.歳 費.私費.出費.冗費.食費.旅費」

  Monogoto wo okonau noni hitsuyou na kinsen. “hiyou, kaihi, gakuhi, keihi, kouhi, saihi, shihi, shuppi, jouhi, shokuhi, ryouhi”

  Uang yang diperlukan untuk mengadakan segala sesuatunya. Contoh: “pengeluaran, iuran keanggotaan, biaya sekolah, biaya penyelenggaraan, pengeluaran publik, pengeluaran tahunan, biaya pribadi, biaya pengeluaran, biaya yang tidak perlu, biaya makan, ongkos perjalanan”.

  5. 料 ryou 給与。代金「料金.給料.見料.送料.損料.無料.入場料」

  Kyuuyo. Daikin “ryoukin, kyuuryou, kenryou, souryou, sonryou, muryou, nyuujouryou” Gaji. Ongkos. “tarif, gaji, biaya karcis masuk, ongkos kirim, ongkos sewa, gratis, tarif masuk”.

  Tadao (1989) menjabarkan kata

  • –kin, -dai, -chin, -hi dan –ryou sebagai berikut:

  1. 金 kin ぜに。おかね。「現金.借金.賞金.代金.貯金」「金庫」用例 (名)金一封。(接尾的)報奨金

  Zeni. Okane. (genkin, shakkin, shoukin, daikin, choukin) (kinko) yourei kin ippu. (setsuzoku teki) houshou

  „Uang. Duit. Contoh: (ua ng tunai, hutang, hadiah uang, harga, uang tabungan) (brankas) Contoh penggunaan (kata benda) amplop berisi sumbangan sejumlah uang. ( contoh secara konjungsi) uang bonus‟. 2. 代 dai

  しろ.あたい。しはらう金。「足代.地代」「代価.代償」用例 (名)本の代。(接尾)洋服代.洗濯代

  Shiro atai. Shiharau okane. (ashidai, chidai) (daika, daishou) yourei (mei) hon no dai. (setsubi) youfukudai. Sentakudai.

  „Biaya. Harga. Uang yang dibayarkan. Contoh: (ongkos jalan, biaya tanah) (harga, imbalan) Contoh penggunaan (kata benda) Biaya buku. (contoh sebagai akhiran) Biaya pakaian. Biaya Laundri‟.

  3. 賃 chin

  はたらいた人、かりたものにはらうお金。報酬。代金。使用料「軍 賃.家賃」「賃銀.賃借.賃貸」用例(接尾的)手間賃。汽車賃。 運送賃。 Hataraita hito, karita mono ni harau okane. Youshuu. Daikin. Shiyouryou.

  (gunchin, yachin) (chingin, chinshaku, chintai) yourei (setsuzokuteki) Temachin. Kishachin. Unsouchin

  „Uang yang dibayarkan untuk orang yang telah bekerja atau barang yang telah dipinjam. Imbalan. ongkos. Harga pakai. Contoh: (biaya militer, sewa rumah) (upah, penyewaan, sewa) Contoh pemakaian (secara konjungsi) Ongkos kerja, Ongkos kereta api. Ongkos pengangkutan

  ‟. 4. 費 hi

  ついえ。かかり。「学費.経費.出費」「費目.費用」用例(接尾 的)接待費。人件費。交通費。

  Tsuie. Kakari. (gakuhi, keihi, shuppi) (himoku, hiyou) yourei (setsuzokuteki) Settaihi. Jinkenhi. Koutsuhi.

  Perbelanjaan. Biaya pengeluaran. Contoh: (Biaya sekolah, ongkos penyelenggaraan, biaya pengeluaran) (belanja barang, pengeluaran) Contoh pemakaian (secara konjungsi) Biaya resepsi. Biaya tenaga kerja. Biaya transportasi ‟. 5. 料 ryou

  てあて。代金。「給料.見料.送料.損料.無料」「料金」用例 (接尾的)観覧料.受験料。

  

Teate. Daikin. (kyuuryou, kenryou, souryou, sonryou) (ryoukin) yourei

(setsuzokuteki) Kantokuryou. Juukenryou.

  „Upah. Ongkos. Contoh: (gaji, bayaran, ongkos kirim, ongkos sewa) (bayaran) Contoh pemakaian (secara konjungsi) Biaya pengawasan. Biaya ujian‟.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 10 21

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN, SEKTE SAI BABA DAN KEBERADAANNYA DI MEDAN 2.1 Gambaran Umum di Kota Medan - Analisis Nyanyian Bhajan pada Sekte Sai Baba di Medan

1 7 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Nyanyian Bhajan pada Sekte Sai Baba di Medan

0 3 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Citra Berformat JPEG Hasil Olahan dari Citra Original Berdasarkan Metode Matching Block dan Deteksi Tepi Block JPEG Terkompresi

0 2 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Citra Berformat JPEG Hasil Olahan dari Citra Original Berdasarkan Metode Matching Block dan Deteksi Tepi Block JPEG Terkompresi

1 13 8

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA NOVEL“ HIDAMARI NO KANOJO” KONSEP AJARAN KONFUSIANISME, STUDI PRAGMATIK SASTRA DAN SEMIOTIK 2.1 Definisi Novel - Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Hidamari No Kanojo” Karya Koshigaya Osamu

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Hidamari No Kanojo” Karya Koshigaya Osamu

0 0 14

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Database - Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

0 0 26

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN - Deskripsi Pertunjukan Tari Merak dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Sunda di Kota Medan

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN - Deskripsi Pertunjukan Tari Merak dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Sunda di Kota Medan

0 0 19