BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN - Deskripsi Pertunjukan Tari Merak dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Sunda di Kota Medan

  BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SUNDA DI KOTA MEDAN

2.1 Asal- Usul Masyarakat Sunda

  Kata Suddha dalam bahasa Sangsekerta dipakai sebagai nama gunung yang menjulang di wilayah bagian Barat Pulau Jawa yaitu Gunung Sunda (tinggi 1.850 meter). Gunung ini tampak dari jauh putih bercahaya. Makna kata Suddha dalam bahasa Sangsekerta gunung putih bercahaya karena tertutup oleh abu yang berasal dari letusan gunung tersebut. (Gonda, 345-346 dalam R.H. Hasan. 1996). Selanjutnya, nama gunung itu dipakai untuk menamai wilayah tempat gunung itu berada.

  Di dalam kebudayaan Hindu dikenal dua tokoh raja raksasa yang bernama Sunda dan Upasunda didalam karya sastra Adiparwa yang merupakan bagian pertama dari kitab Mahabrata yang sangat dikenal dan dianggap suci oleh umat Hindu.

  Sementara itu, di India juga terdapat kota bernama Sunda atau Sonda yang terletak dipesisir barat India, sebelah tenggara Goa dan sebelah timur kota Pelabuhan Karwar.

  Selain itu, pernah pula ada kerajaan Sundadi India dengan ibu kotanya Ponda yang terletak dekat Goa (Eni, IV 14-15 dalam R.H. Hasan. 1996). Hal- hal tersebut dikaitkan pula dengan asal-mula penggunaan istilah Sunda sebagai nama wilayah bagian barat Pulau Jawa. atau tempat, tercatat pula dalam prasasti lain dan dalam empat buah naskah berbahasa Sunda Kuno yang dibuat pada akhir abad ke-15 atau abad ke-16 Masehi. Prasasti itu adalaah prasasti kebantenan yang ditemukan di Bekasi. Di dalam prasasti itu dikemukakan adanya tempat (dayeuhan) yang bernama Sundasembawa disamping tempat lain yang bernama Jayagiri. Kedua tempat itu berada diwilayah Kerajaan Sunda (Sutaarga, 33 dalam R.H. Hasan. 1996).

  Dalam perkembangan lain istilah Sunda digunakan pula dalam konotasi manusia atau kelompok manusia yaitu dengan sebutan urang sunda (orang Sunda). Orang Sunda adalah orang yang mengaku dirinya dan diakui oleh orang lain sebagai Sunda (Warnaen

  

et.al., 1 dalam R.H. Hasan. 1996 ). Didalam defenisi tersebut tercakup kriteria

berdasarkan keturunan (hubungan darah) dan berdasarkan sosial budaya sekaligus.

  Sunda dipertalikan pula secara erat dengan pengertian kebudayaan. Bahwa ada yang dinamakan kebudayaan Sunda, yaitu kebudayaan yang hidup, tumbuh, dan berkembang dikalangan orang Sunda yang berdomisili ditanah Sunda.

2.2 Masuknya Masyarakat Sunda di Kota Medan

  Para penulis sejarah yang secara khusus membahas sejarah Sumatera Utara cendrung mengaburkan masalah etnis itas; dimana orang Sunda sering kali “dipandang”

  15

  . Orang-orang yang didatangkan sebagai kuli perkebunan sama sebagai “orang Jawa” 15 di Sumatera Utara adalah orang Jawa. Penulis Belanda Buiskool

  

Pada umumnya orang-orang diluar Jawa menganggap masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa adalah orang Jawa, meskipun kenyataannya tidak demikian. Sumatera Utara tidak terlepas dari sejarah perburuhan pada akhir abad ke-19 sampai

  

16

awal abad ke-20 yang disebut koeli contract .

  Setelah masa Kemerdekaan, motif migrasi orang Sunda ke Sumatera Utara menurut pengamatan penulis dapat dibedakan menjadi tiga motif: (1) Migrasi karena tugas Negara. (2) Migrasi karena keinginan sendiri untuk mengubah nasib, yang termasuk kategori ini adalah orang-orang Sunda yang bekerja sebagai karyawan, wiraswasta dan sebagainya. (3) Migrasi karena tuntutan pendidikan. Sejak akhir 1980- an, mahasiswa-mahasiswa dari Jawa Barat datang untuk belajar diperguruan tinggi, baik negeri ataupun swasta di Kota Medan.

  Jika dibandingkan dengan migrasi kuli kontrak. Maka ketiga pola migrasi tersebut adalah migrasi yang bersifat sementara. Orang Sunda yang bekerja sebagai Aparat Negara, karyawan swasta maupun mahasiswa yang belajar di Kota Medan biasanya kembali ke Jawa Barat setelah tugas aupun pendidikannya selesai. Rata-rata mereka tinggal selama 5 sampai 30 tahun.

  Berbeda dengan kuli kontrak orang Sunda yang tetap tinggal secara turun temurun di Sumatera Utara. Menurut hasil wawancara, mereka tidak kembali ke Jawa Barat lagi karena tidak mempunyai saudara disana, bahkan beberapa diantaranya sudah tidak tahu lagi dari daerah mana mereka berasal.

16 Koeli contract adalah struktur perubahan yang mengharuskan pekerjanya terkat perjanjian untuk

  

bekerja pada pemerintah kolonial maupun perusahaan swasta milik asing dengan syarat dan aturan

tertentu. Lalu para pekerja itu disebut kuli.

   Kebudayaan Masyarakat Suku Sunda di Kota Medan

2.3.1 Sistem Kepercayaan

  Hampir semua orang Sunda beragama Islam.Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Medan Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha.Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah

  17

  lakon pantun Lutung Kasarung , salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diri-Nya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata) ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.

  Pada umumnya masyarakat Sunda baik di Jawa Barat maupun yang bermigrasi ke Sumatera, merupakan pemeluk Islam yang baik. Ajaran-ajaran Islam dilaksanakan sesuai dengan hukum-hukum Islam yang memiliki konsep-konsep ketauhidan dan hukum-hukum fiqih menjadi landasan yang mendasari seluruh kegiatan kehidupan masyarakat Sunda.

17 Lutung Kasarung adalah sebuah cerita pantun yang sangat terkenal dalam masyarakat Sunda di Jawa

  

Barat, Indonesia. Yang menceritakan Sanghyang Guruminda dari kahyangan ke bumi dalam wujud

seekor lutung yaitu kera hitam berekor panjang. Lalu ia tersesat dan bertemu dengan seorang putri dan

menikahi putri tersebut yang bernama Purbasari. (Samsuni, pimpred Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Yogyakarta. lima ratus tahun menyebabkan praktik-praktik ke-Hindu-an dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda tetap dilakukan. Contohnya adalah peringatan kematian tiluna (tiga hari), tujuhna (tujuh hari), matangpuluh (40 hari), mendak taun (setahun), newu (seribu hari) dan haul (peringatan tahunan) yang tidak diajarkan oleh agama Islam tetap saja dilaksanakan dengan konsep dan bentuk yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

  Masyarakat Sunda sebagai pendukung upacara mapag penganten, pada dasarnya melandaskan upacara mapag penganten (yang notabene merupakan rituall peninggalan Kejaraan Pajajaran) pada ajaran Islam.Rajah24

  (do‟a-do‟a) pada upacara tersebut ditujukan pada Allah SWT sebagai permohonan perlindungan atas penyelenggaraan upacara. Juga dalam ritual buka pintu yang menggunakan kalimat syahadatain (dua kalimat Syahadat) dan ucapan salam merupakan salah satu contoh “penyesuaian” upacara adat dengan ajaran agama Islam.

2.3.2 Sistem Mata Pencaharian

  Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa orang Sunda yang bermigrasi ke Sumatera Utara, khususnya kota Medan dapat dibedakan berdasarkan jenis pekerjaannya. Jenis-jenis profesi itu dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, seperti pegawai pemerintah, misalnya aparat keamanan (TNI/POLRI), Pegawai Negeri Sipil, Staf Pengajar dan karyawan BUMN yang ditugaskan ke Kota Medan. Golongan selanjutnya adalah orang yang bekerja untuk pihak swasta, seperti pegawai bangunan musiman. Golongan selanjutnya adalah wiraswasta, seperti pengusaha kuliner, pengusaha bahan bagunan, pengusaha budidaya ikan, pedagang sepatu dan lain- lain.

2.3.3 Sistem Kekerabatan

  Sistem kekerabatan dalam kebudayaan masyarakat Sunda yaitu sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan kekerabatan.

  Salaki (suami) adalah sebutan untuk laki-laki yang memimpin sebuah

  • - keluarga.

  (istri) adalah sebutan untuk perempuan yang menjadi pasangan

  Pamajikan - "Salaki" .

  Anak (anak) adalah sebutan untuk keturunan pertama dari sebuah keluarga.

  • - Incu (cucu) adalah turunan ke-3 adalahsebutan untuk keturunan kedua dari
  • - sebuah keluarga.

  (cicit) adalah sebutan untuk keturunan ketiga dari sebuah keluarga.

  Buyut -

  • - Bapa (bapak/ayah) adalah sebutan untuk laki-laki yang menyebabkan - terlahirnya sebuah keturunan. Indung (ibu) adalah sebutan untuk perempuan yang menyebabkan
  • - terlahirnya sebuah keturunan.

  Aki (kakek) adalah sebutan untuk laki-laki yang merupakan orangtua dari

  • - Ayah atau Ibu. Nini (nenek) adalah sebutan untuk perempuan yang merupakan orangtua
  • - dari Ayah atau Ibu.

  Uyut adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang menjadi orangtua

  • - dari Aki atau Nini.

  Bao adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang menjadi orangtua - dari Uyut.

  Jangawareng adalah orangtua dari Bao.

  • - adalah orangtua dari Jangawareng.

  Udeg-udeg - Kakait Siwur adalah orangtua dari Udeg-udeg.

  • - Karuhun (sesepuh) adalah sebutan untuk yang teratas (bisa jadi orangtua
  • - dari Udeg-udeg kita) dalam silsilah keluarga dan sudah meninggal dunia.

  Adi (adek) adalah sebutan untuk saudara kandung yang umurnya lebih

  • - muda.

  Lanceuk (kakak) adalah sebutan untuk saudara kandung yang umurnya lebih

  • - tua.
  • - adik dari orangtua.

  Bibi (bibi/tante) adalah sebutan untuk perempuan yang menjadi adik dari

  • - orangtua.

  Uwa adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang menjadi kakak

  • - dari orangtua.

  Alo (keponakan) adalah sebutan untuk anak dari kakak kandung. - Suan adalah sebutan untuk anak dari adik kandung.

  • - Aki Tigigir adalah sebutan untuk laki-laki yang merupakan adik atau kakak
  • - dari kakek atau nenek.

  Nini Tigigir adalah sebutan untuk perempuan yang merupakan adik atau

  • - kakak dari kakek atau nenek.

  Kapi Lanceuk (kakak sepupu) adalah sebutan untuk laki-laki atau

  • - perempuan yang merupakan anak dari kakak-nya orangtua (anak dari uwa).

  (adik sepupu) adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan yang

  Kapi Adi - merupakan anak dari adik-nya orangtua (anak dari amang/paman).

  Adi Beuteung (adik ipar) adalah sebutan untuk laki-laki atau perempuan

  • - yang menjadi adik dari pasangan.

  Lanceuk Beuteung (kakak ipar) adalah sebutan untuk laki-laki atau

  • - perempuan yang menjadi kakak dari pasangan.

  Mitoha (mertua) adalah sebutan untuk orangtua dari pasangan.

  • -
  • - Tunggal (anak tunggal) adalah sebutan untuk anak satu-satunya dari sebuah - keluarga. Cikal (sulung) adalah sebutan anak pertama dari sebuah keluarga.

  • - Panengah adalah sebutan untuk anak yang kelahirannya berada paling
  • - tengah diantara keseluruhan anak (berlaku untuk yang mempunyai anak dalam jumlah ganjil).

  Pangais Bungsu adalah sebutan untuk anak yang lahir sebelum anak terakhir

  • - (urutan kedua dari bawah, dan berlaku untuk keluarga yang mempunyai anak lebih dari dua).

  Bungsu (bungsu / bontot) adalah sebutan untuk anak yang lahir paling akhir

  • - dari sebuah keluarga.

  Adi Sabrayna adalah sebutan untuk adik sepupu yang masih berada di jalur

  • - keturunan kakek dan nenek.

  adalah sebutan untuk kakak sepupu yang masih berada di

  Lanceuk Sabrayna - jalur keturunan kakek dan nenek.

  Dulu r (saudara) adalah sebutan untuk sodara yang masih dekat garis

  • - keturunan nya.

  Baraya (kerabat) adalah sebutan untuk saudara yang masih satu turunan,

  • - tapi sudah terlalu jauh urutannya.

  Dulur Pet Ku Hinis (saudara kandung) adalah sebutan untuk saudara yang

  • - masih satu ibu dan satu bapak (saudara kandung).

  

Ensiklopedi Sunda: 2000 “Alam, Manusia, dan Budaya”. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sastroprajitno, Warsito ).

2.3.4 Sistem Pengetahuan dan Teknologi

  Sistem pendidikan dan teknologi di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa berkembang baik. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu bagian yang sangat fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan dalam masyarakat Sunda di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.

  Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks ini, masyarakat Sunda yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Sunda yang telah diakui memiliki makna mendalam adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani dan rohani, Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama,

  

Bener yaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa, dan Pinter memiliki ilmu

  pengetahuan, Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur, bageur, bener, pinter, tur singer menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah.

  Orang Sunda pun memahami alam sekitarnya berdasarkan pengalaman, seperti

iklim dan pergantian musim. Pengetahuan ini digunakan dalam bidang pertanian, terutama

untuk mengatur waktu penanaman padi di sawah. Upaya untuk mengetahui siklus musim

hujan dan musim kemarau telah dilakukan sejak lama, yaitu dengan mempelajari

pranatamangsa

  43 22 atau 23 Desember Kawolu

  ( Gonggripj (1934:300) dalam Irman F. Saputra (2005: 43) dalam Suwondo (1979: 45)).

  41 12 atau 13 Mei Jumlah hari: 365 atau 366 hari

  23 19 atau 20 April Sada

  24 26 atau 27 Maret Desta

  25 1 atau 2 Maret Kasadasa

  26 atau 27 3 atau 4 Februari Kasanga

  43 9 atau 10 November Kapitu

  18 untuk kepentingan pertanian. Pranatamangsa adalah perhitungan waktu

berdasarkan jalannya matahari (solar calendar) yang terbagi ke dalam dua belas mangsa,

urutannya sebagai berikut:

  27 13 atau 14 Oktober Kanem

  25 18 atau 19 September Kalima

  24 25 atau 26 Agustus Kapat

  23 2 atau 3 Agustus Katiga

  41 22 atau 23 Juni Karo

  Mangsa Jumlah hari Kalender Masehi Kasa

18 Pranata ; aturan, mangsa; waktu.Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan pranatamangsa inimulai berlaku, namun kemudian pranatamangsa menjadi kalender pertanian masyarakat Sunda sampai sekarang.

  Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda (basa). Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh etnis Sunda, dan sebagai alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas etnis Sunda yang merupakan salah satu etnis dari beberapa Suku yang ada di Indonesia.

  Basa (bahasa) Sunda adalah bahasa ibu sebagian besar masyarakat Sunda. Hampir

  seluruh masyarakat Sunda di Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda sebagai media komunikasi formal maupun percakapan sehari-hari. Alfabet Sunda terdiri dari 18 huruf konsonan (h, n, c, r, k, d, t, s, w, l, p, j, y, ny, m, g, b, ng) dan tujuh huruf vokal (a, i, u, e, é, o, eu ). Alfabet ini disebut cacarakan yang biasanya dihafal sambil dinyanyikan.

  Bahasa Sunda dikategorikan sebagai bahasa afiksasi di mana posisi kata dalam kalimat dan imbuhan gramatikal sangat berperan dalam menentukan makna (Suwondo,

  19

  1978:32) . Imbuhan-imbuhan yang terdiri dari rarangken hareup (awalan), rarangkén

  

tengah (sisipan), dan rarangkén tukang (akhiran) menentukan arti kata, misalnya kata

  dasar asih yang diberi rarangken berikut ini: Kata dasar Rarangken (makna), asih

  

diasih (disayang), dipikaasih (disayangi), pangdipikaasih (paling disayang),

pangdipikaasihna (yang tersayang).

19 Dalam buku Sastra Jawa Balai Pustaka 1917

  makna kata. Selain rarangken di atas, masih banyak lagi rarangken lainnya dalam bahasa Sunda yang penggunaannya disesuaikan dengan konteksnya. Selain rarangken, bahasa Sunda pun mengenal undak-usuk basa, yang merupakan stratifikasi bahasa menurut tingkatan-tingkatan tertentu.

  Pada dasarnya bahasa Sunda digunakan secara luas di seluruh wilayah Jawa Barat, namun kondisi masyarakat dan perbedaan tingkat evolusi sosial menyebabkan munculnya aksen dan dialek bahasa yang spesifik. Dialek lokal ini kemudian dikenal dengan istilah basa wewengkon( bahasa daerah ), seperti basa wewengkon Banten,

  

wewengkon Cirebon, wewengkon Priangan dan lain-lain. Meskipun demikian,

  masyarakat Sunda dapat saling berkomunikasi menggunakan bahasa Sunda yang umum dipakai.

  Penelitian dan pengajaran bahasa Sunda telah lama dilakukan. Buku tentang gramatikal basa Sunda karya Coolsman pada tahun 1873 mungkin buku tata bahasa Sunda yang pertama diterbitkan. Buku tersebut kemudian direvisi pada tahun 1904. Buku Coolsman tersebut memicu penelitian lain dari ahli linguistik H.J. Oosting yang kemudian menyusun kamus bahasa Sunda- bahasa Belanda (1884). Kiprah Oosting diteruskan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda yang kemudian menyusun kamus umum bahasa Sunda-bahasa Indonesia (1975, 1980, 2000). Kehidupan sastra Sunda pun telah lama menunjukkan geliatnya. Karangan-karangan R.H. Muhammad Musa yang terbit antara tahun 1860 sampai 1871 merupakan awal gerakan sastra Sunda modern

  20

  21 bermutu adalah karangan yang berbentuk dangding .

  Masyarakat Sunda yang bermigrasi ke Sumatera Utara, pada dasarnya masih menggunakan bahasa Sunda sebagai media komunikasi antara sesama orang Sunda. Ini dapat dilihat ketika ada orang Sunda yang bertemu dengan orang Sunda lainnya pada saat formal maupun pertemuan biasa, atau ketika acara riung mungpulung (berkumpul dengan saudara) yang rutin diadakan oleh paguyuban, di mana bahasa Sunda menjadi bahasa pengantar formal dan bahasa percakapan informal.

  Namun lain dari itu, interaksi sosial masyarakat Sunda dengan etnis lain yang ada di Kota Medan, menjadikan orang Sunda harus menggunakan bahasa yang lebih nasional : bahasa Indonesia. Selain itu, orang Sunda juga mengadaptasi “bahasa

22 Medan yang merupakan ragam bahasa perpaduan antara bahasa-bahasa Melayu,

  ” Batak, Jawa, Minang dan lain-lain.

  Dalam konteks upacara mapag penganten, bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Sunda, baik itu dalam acara ritual maupun dalam percakapan biasa. 20 Tembang-tembang dan kawih yang dipakai dalam upacara tetap menggunakan bahasa Dalam buku Masa Depan Budaya Daerah: kasus bahasa dan sejarah sunda. Pustaka Jaya 1966.

  21 Dangding adalah cara penyajian karya sastra yang dilagukan menurut pupuh tertentu seperti pupuh

Sinom, Kinanti, Asmarandana atau Dangdanggula. Setiap pupuh terikat pada aturan guru wilangan yang

mengatur jumlah suku kata dalam tiap baris dan jumlah baris dalam setiap bait, dan guru lagu yang

22 menentukan fonem pada akhir suku kata pada setiap barisnya.

  

Keunikan bahasa Medan ini menarik perhatian beberapa pemerhati bahasa di internet yangkemudian

bersama-sama menyusun Kamus Bahasa Medan yang dapat diakses di halaman web http://kamus- medan.blogspot.net/. masyarakat Sunda.

  Namun pengaruh bahasa Jawa dalam kehidupan berbahasa masyarakat Sunda sangat jelas tampak sejak akhir abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-19 sebagai dampak pengaruh Mataram memasuki wilayah ini. Pada masa itu fungsi bahasa Sunda sebagai bahasa tulisan di kalangan kaum elit terdesak oleh bahasa Jawa, karena bahasa Jawa dijadikan bahasa resmi dilingkungan pemerintahan. Selain itu tingkatan bahasa atau Undak Usuk Basa dan kosa kata Jawa masuk pula kedalam bahasa Sunda mengikuti pola bahasa Jawa yang disebut Unggah Ungguh Basa.

  Sejak tahun 1950-an keluhan demikian semakin keras karena pemakaian bahasa Sunda telah bercampur (direumbeuy) dengan bahasa Indonesia terutama oleh orang- orang Sunda yang menetap di kota-kota besar, seperti Jakarta bahkan Bandung sekalipun. Banyak orang Sunda yang tinggal di kota-kota telah meninggalkan pemakaian bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari di rumah mereka. Walaupun begitu, tetap muncul pula di kalangan orang Sunda yang dengan gigih memperjuangkan keberadaan dan fungsionalisasi bahasa Sunda di tengah-tengah masyarakatnya dalam hal ini Sunda. Dengan semakin banyaknya etnis bangsa lain atau etnis lain yang menetap di tatar Sunda kemudian berbicara dengan Bahasa Sunda dalam pergaulan

  23 sehari-harinya.

23 Ensiklopedia Sunda. Di www.ensiklopediasunda.wordpress.com15 Juli 2010 pukul 9:52

  Ada beberapa bentuk kesenian yang menjadi pembahasan terkait dalam kebudayaan masyarakat Sunda yaitu:

  2.4.1. Kirab Helaran

  Kirab Helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran.

  Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti : menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya.

  2.4.2. Karya Sastra

  Ada beberapa bentuk karya sastra dalam bahasa jawa yang berasal dari kebudayaan masyarakat Sunda seperti berikut :

1. Babad Cerbon 2.

  Cariosan Prabu Siliwangi 3. Carita Ratu Galuh 4. Carita Purwaka Caruban Nagari 5. Carita Waruga Guru 6. Kitab Waruga Jaga 7. Layang Syekh Gawaran

  Pustaka Raja Purwa 9. Sajarah Banten 10.

  Suluk Wuyung Aya 11. Wahosan Tumpawarang 12. Wawacan Angling Darma 13. Wawacan Syekh Baginda Mardan 14. Kitab Pramayoga/jipta Sara

2.4.3. Seni Tari

  Ada beberapa seni tari yang terkenal dalam kebudayaan masyarakat Sunda yaitu :

  1. Tari Jaipongan Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik.

  Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau tari jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti

  Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb

  . Degung bisa diibaratkan „Orkestra‟ dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.

  2. Tari Merak Tari merak merupakan tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang koreografer bernama Raden Tjetje Somantri pada tahun 1950an, dan tahun 1965 dibuat koreografi barunya oleh Dra. Irawati Durban Arjon dan direvisi kembali pada tahun

  24 1985 dan diajarkan kepada Romanita Santoso pada tahun 1993.

  Tari merak sebenarnya menggambarkan tentang tingkah laku burung merak jantan yang memiliki keindahan bulu ekor sehingga banyak orang yang salah memperkirakan bahwa tarian ini tentang tingkah laku merak betina. Seperti burung- burung lainnya, burung merak jantan akan berlomba-lomba menampilkan keindahan ekornya untuk menarik hati merak betina. Merak jantan yang pesolek akan melenggang dengan bangga mempertontonkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna- warni untuk mencari pasangannya, dengan gayanya yang anggun dan memesona. Tingkah laku burung merak inilah yang divisualisasikan menjadi tarian merak yang menggambarkan keceriaan dan keanggunan gerak.

  Pesona bulu ekornya yang berwarna-warni diimplementasikan dalam kostum yang indah dengan sayap yang seluruhnya dihiasi payet, dan hiasan kepala (mahkota) 24 yang disebut “siger” dengan hiasan berbentuk kepala burung merak yang akan Dalam Seni Budaya Sunda Sanggar Mekar Asih ( Rebo, 27 Februari 2013 15:05 ). menjadi fokus penelitian penulis dalam tulisan ini yang akan dibahas lebih rinci pada Bab setelahnya.

  3. Tari Topeng Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang berkembang di wilayah parahyangan. Menurut cerita rakyat yang berkembang Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang.

  Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.

  Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan pernah dijadikan sebagai media komunikasi dakwah Islam pada zaman dulu.

  2.4.4. Seni Musik dan Suara

  Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari. Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda :

  1. Bubuy Bulan

  2. Es Lilin

  3. Manuk Dadali

  4. Tokecang

  5. Warung Pojok

  2.4.5 Alat Musik

  Berikut beberapa alat musik yang dikenal dalam kebudayaan masyarakat Sunda:

  1. Calunga dalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

  2. Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional.

  3. Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.

  4. Seni Bangreng adalah pengembangan dari seni “Terbang” dan “Ronggeng”. Seni terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan “Terbang”, yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang penabu gendang besar dan kecil.

  5. Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk sampai dengan menuainya.

  6. Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut. Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula.

  7. Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda.

  Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat, Sumatera dan seluruh dunia.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 10 21

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN, SEKTE SAI BABA DAN KEBERADAANNYA DI MEDAN 2.1 Gambaran Umum di Kota Medan - Analisis Nyanyian Bhajan pada Sekte Sai Baba di Medan

1 7 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Nyanyian Bhajan pada Sekte Sai Baba di Medan

0 3 22

ANALISIS NYANYIAN BHAJAN PADA SEKTE SAI BABA DI MEDAN

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Citra Berformat JPEG Hasil Olahan dari Citra Original Berdasarkan Metode Matching Block dan Deteksi Tepi Block JPEG Terkompresi

0 2 28

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Citra Berformat JPEG Hasil Olahan dari Citra Original Berdasarkan Metode Matching Block dan Deteksi Tepi Block JPEG Terkompresi

1 13 8

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERITA NOVEL“ HIDAMARI NO KANOJO” KONSEP AJARAN KONFUSIANISME, STUDI PRAGMATIK SASTRA DAN SEMIOTIK 2.1 Definisi Novel - Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Hidamari No Kanojo” Karya Koshigaya Osamu

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pragmatik Terhadap Cerita Novel “Hidamari No Kanojo” Karya Koshigaya Osamu

0 0 14

I. Kemampuan Database CDSISIS - Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

0 0 13

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Database - Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan Database Pada Perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED)

0 0 26