Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Perilaku Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi

  manusia dengan lingkungannya. Wujud bisa berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seseorang individu terhahadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat dan bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi idividu, khususnya menyangkut pengetahuan, sikap, dan tindakannya terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

  Perilaku kesehatan menurut Notoatmojo (2012), adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lainnya, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Menurut Becker (1979), perilaku kesehatan diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu:

1. Perilaku sehat (healthy behaviour) yaitu perilaku-perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan meningkatkan kesehatan.

  2. Perilaku sakit (illness behaviour) yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan terkena masalah

  7 kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau mengatasi masalah kesehatan lainnya.

  3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behaviour) yaitu mencakup hak dan kewajiban orang yang sedang sakit dalam hal tindakan untuk memperoleh penyembuhan, tindakan untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang tetap dan sebagainya.

2.2. Bentuk-Bentuk Perilaku

  Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya tiga ranah prilaku, sebagai berikut: a. Pengetahuan (knowledge)

  b. Sikap (attitude)

  c. Tindakan (practice)

2.2.1. Pengetahuan (knowledge)

  Pengetahuan merupakan hasil dari Tahu, setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

  Adapun tingkatan pengetahuan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sistesis dan evaluasi.

  a.

  Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau yang diterima.

  b.

  Memahami Tahap memahami diartikan suatu objek bukan sekedar tahu atau dapat menyebutkan, tetapi juga dapat menginterpretasikanatau menggunakan materi secara benar tentang objek.

  c.

  Aplikasi Aplikasi yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

  d.

  Analisis Merupakan kemampuan seseorang menjabarkan materi kedalam komponen- komponen. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis jika dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram pada pengetahuan atas objek tersebut.

  e.

  Sintesis Tahap ini menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum, meringkas, menyusun teori-teori yang telah ada dari suatu hubungan logis dari pengetahuan yang dimiliki.

  f. Evaluasi Tahap ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Penilaian berdasarkan kriteria yang ada.

2.2.2 Sikap (attitude)

  Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Budiharto (2010) sikap adalah suasana batin atau atau hasil dari proses sosialisasi yakni reaksi seseorang terhadap rangsangan yang diterima berupa objek kesehatan gigi yaitu tentang gigi serta upaya pemeliharaan.

  Menurut Pintauli (2008) kesehatan gigi sangat penting, maka sikap kemandirian masyarakat perlu didorong terus-menerus melalui berbagai upaya kegiatan untuk meningkatkan kesehatan yang berkesinambungan. Upaya itu tidak saja oleh pihak organisasi profesi tetapi akan lebih baik jika melibatkan pihak- pihak lain yang mempunyai kompetensi dan kepentingan yang sama untuk meningkatkan upaya peningkatan dan pencegahan sehingga pada akhirnya dapat tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut optimal. Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) ,yaitu: 1.

  Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. Misalnya seorang anak berkeyakinan bahwa membersihkan gigi dengan sikat gigi secara teratur dapat membuat gigi menjadi sehat dan tidak berlubang.

  2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional. Misalnya pengalaman seorang anak jika mengalami sakit gigi langsung mengadu kepada keluarga dan segera diperiksa ke dokter gigi.

3. Kecenderungan untuk bertindak. Misalnya seorang anak tahu bahwa adanya gigi berlubang karena malas menyikat gigi dan makan-makanan yang manis.

  Ketiga komponen ini secara bersama sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

  Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap memiliki tingkatan antara lain ; a. Menerima

  Menerima artinya bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

  b.

  Merespon Merespon adalah memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

  c.

  Menghargai Menghargai merupakan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah (kecenderungan untuk bertindak).

  d.

  Bertanggung jawab Bertanggung jawab merupakan berani mengambil resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya.

2.2.3 Tindakan (practice)

  Praktek atau tindakan dilaksanakan untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan dalam kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2012).

  Adapun tingkatan dari tindakan antara lain: a.

  Persepsi Persepsi merupakan tindakan tingkat pertama yaitu memilih dan mengenal objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. b.

  Respons terpimpin Respon terpimpin adalah jika seseorang mampu melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar, sesuai dengan contoh yang diberikan.

  c.

  Mekanisme Mekamisme maksudnya bila seseorang mampu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sudah merupakan kebiasaan.

  d.

  Adopsi / adaptasi Adopsi meruoakan praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.3 Teori Perubahan Perilaku

  Teori merupakan serangkaian konsep, defenisi maupun proporsi yang saling terkait dan menyajikan suatu pandangan sistematik dari objek dengan menguraikan hubungan antara variable dengan tujuan ntuk menjelelaskan dan memperkirakan suatu objek (Edberg, 2007).

2.3.1 Health Belief Model

  Health belief model (HBM) mencakup 4 komponen utama (fieldhtheory, Lewin, 1954; Becker, 1974), yaitu: 1.

  Kerentanan yang dirasakan Merupakan persepsi individu tentang kemungkinannya terkena suatu penyakit.

  Mereka yang merasa dapat terkena penyakit akan lebih cepat merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa ia sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentanan yang dirasakan setiap individu berbeda tergantung persepsi tentang resiko yang dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu.

  2. Keseriusan yang dirasakan.

  Merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang diderita. Pandangan ini mendorong seseorang untuk mencari pengobatan atas penyakit yang dideritanya. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit.

  3. Persepsi manfaat dan hambatan yang dirasakan.

  Individu akan mempertimbangkan apaka alternatif itu memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga berhubungan dengan ketersediaan sumber daya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya. Sedangkan persepsi rintangan adalah persepsi terhadap biaya/ aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan, misalkan: mahalnya biaya berobat, pengalaman yang tidak menyenangkan, rasa sakit yang dialami.

  4. Sumber informasi Merupakan asal keterangan yang diperoleh responden tentang perilaku pemeliharaan kesehatan antara lain: keluarga, petugas kesehatan dan media masa.

2.4 Peranan Ibu

  Ibu adalah orangtua perempuan seorang anak baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya ibu memiliki peranan penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan yang bukan orangtua kandung (biologis).

  Kedekatan anak dengan ibunya pada beberapa menit pertama dan beberapa jam setelah lahir, secara meyakinkan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak tersebut. Komunikasi antara anak dan orangtua terbentuk saat orangtua mengendong bayinya dengan lembut dan penuh cinta. Dalam gendongan orangtua, anak merasakan rasa aman seperti yang dirasakannya selama di dalam kandungan.

  Peranan ibu terhadap lingkungan anak tidak terhenti dimasa anak-anak saja tetapi masih berlangsung dan kadang-kadang sampai seumur hidupnya khususnya pengaruh yang berupa pengalaman yang menegangkan, menakutkan dan membahayakan. Sekalipun anak-anak sudah mulai bermain dengan anak lain di luar rumah, keluarga masih merupakan pengaruh sosialisasi yang terpenting. Hubungan keluarga yang erat pengaruhnya lebih besar pada anak dari pada pengaruh sosial lainnya. Karena anak tergantung pada orangtua dalam hal perasaan aman dan kebahagiaan (Boedihardjo,1985).

  Dalam merawat anaknya orang tua harus memperhatikan pemeliharaan kesehatan anak. Dalam memelihara kesehatan anak, orang tua perlu pengetahuan tentang kesehatan anak sehingga dapat membantunya menghadapi berbagai kemungkinan gejala yang akan timbul pada anaknya. Untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, orang tua perlu mengetahui berbagai hal tentang kesehatan gigi dan mulut salah satunya adalah mengajari cara menyikat gigi.

  Pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan dirumah merupakan yang paling penting. Anak-anak belajar kebiasaan yang baik dari contoh yang diberikan orang tuanya. Peran aktif orangtua terutama ibu sangat dibutuhkan dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak karena anak biasanya tidak peduli dengan kondisi giginya, ini menjadi tugas orangtua terutama ibu mengajarkan kepada anak akan pentingnya menjaga kebersihan gigi. Anak- anak akan meniru apa yang biasa dilakukan oleh orang tuanya sehari-hari dirumah.

  Berikut beberapa contoh yang dapat dilakukan agar anak mau merawat giginya:

  1. Buatlah kegiatan menyikat gigi sebagai salah satu kebutuhan yang harus dilakukan minimal dua kali sehari.

  2. Ajaklah anak melihat anggota keluarga lainnya seperti ayah atau kakaknya menyikat gigi.

  3. Selagi mencoba kebiasaan menyikat gigi, ceritakan kepada anak mengenai manfaat menyikat gigi.

  Jika hal kecil seperti ini dilakukan dengan konsisten, anak akan meniru apa yang dicontohkan. Apalagi jika contoh itu dilihat anak sebagai sesuatu yang menyenangkan dan tidak membosankan (Rara,2006).

  Dengan demikian lambat laun ibu akan menanamkan disiplin dan kebiasaan pada anak untuk merawat giginya sendiri dan mempersiapkan psikologis anak sebelum dibawa ke petugas kesehatan sehingga anak tidak menganggab perawatan gigi sebagai suatu yang menakutkan.

  Pendidikan kesehatan gigi juga dapat diperoleh dari iklan televisi. Televisi merupakan media yang menyampaikan pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai gerakan. Artinya dengan menonton siaran tentang pemeliharaan kesehatan gigi masyarakat khususnya anak sekolah dasar mau meniru dan tertarik untuk belajar dan memahami tentang pemeliharaan kesehatan gigi.

  Selain orang tua, dokter gigi juga dapat membantu orang tua tetapi pemeliharaan kesehatan gigi lebih banyak dilakukan dirumah daripada diruang praktek dokter gigi. Tugas dokter gigi adalah melakukan perawatan kepada anak jika gigi sudah mengalami kerusakan dan melakukan pencegahan terhadap gigi dan mulut. Kegiatan pemeliharaan kesehatan gigi yang dilakukan dirumah merupakan tanggung jawab orang tua khususnya ibu karena ibu adalah contoh bagi keluarga terutama anak-anak (Boedihardjo, 1985).

  Edukasi tentang pemeliharaan kesehatan gigi diberikan kepada anak agar anak tahu seberapa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui menyikat gigi dilakukan minimal dua kali sehari yaitu pagi hari sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, dan memberitahukan kepada anak tentang makanan- makanan yang dapat merusak gigi dan apa tindakan atau upaya orangtua dalam menyiasati agar anak tidak terlalu sering mengonsumsi makanan-makanan tersebut, dan membiasakan anak untuk menyukai sayuran dan buah-buahan untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak.

  Orangtua perlu membawa anak ke dokter gigi untuk memeriksa gigi dan mulut anak sejak dini yaitu mulai usia 2 tahun, dan bukan membawa anak ke dokter gigi hanya karena ada keluhan. Anak sebaiknya dibawa ke dokter gigi secara rutin, 6 bulan sekali untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan gigi dan merawatnya jika diperlukan. Orangtua juga harus dapat aktif memeriksa gigi dan mulut anak misalnya melihat adanya gigi yang berlubang, karang gigi, gigi yang goyang, dan pertumbuhan gigi yang tidak normal (gigi tumbuh berlapis, gigi berjejal, dan lainnya). Sebab gigi berlubang akan menyebabkan penyakit lain dan menimbulkan sakit gigi.

2.5 Anak

  Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-12 tahun) hingga remaja (13-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.

  Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.

  Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak.

  Adapun karakter anak usia 10-12 tahun berhubungan dengan sikap atau perasaan yang meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai.

  Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya.

2.6 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi

  Menurut Herijulianti, E. (2002) kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu aspek dari kesehatan secara keseluruhan, dimana status kesehatan gigi merupakan hasil dari interaksi antara kondisi fisik, mental dan sosial. Aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut yaitu:

  1. Aspek fisik merupakan aspek kesehatan yang mempengaruhi kualitas gigi dan mulut yang disebabkan oleh keadaan yang terdapat didalam mulut.

  2. Aspek mental merupakan aspek yang disebabkan karena sikap kepercayaan dan keyakinan sehingga mempengaruhi tingkah laku seseorang.

  3. Aspek sosial merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas kesehatan gigi dan mulut, biasanya disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang kurang sehingga keadaan ini mempengaruhi tingkah laku seseorang.

  Untuk memperbaiki mutu kesehatan gigi dan mulut harus dilaksanakan pemeliharaan secara menyeluruh yang mencakup aspek mental, fisik dan sosial yaitu dengan upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

  Salah satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan gigi adalah melalui pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Pendidikan kesehatan gigi yang disampaikan kepada seseorang atau masyarakat diharapkan mampu merubah perilaku kesehatan gigi seseorang atau masyarakat.

  Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahan/pemeliharaan kesehatan gigi. Menurut kegeles (1961) dalam Budiharto, ada 4 faktor utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi, yaitu:

  1. Merasa mudah terserang penyakit gigi.

  2. Percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah.

  3. Pandangan bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal.

  4. Mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan Pratiwi (2007) mengatakan bahwa pemeliharaan gigi sebenarnya merupakan tindakan untuk mencegah gigi dari kerusakan serta memiliki kesadaran untuk meningkatkan kebersihan gigi. Untuk mencegah gigi dari kerusakan ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu mengontrol pola makanan dan membersihkan gigi dari plak.

  Pengetahuan tentang kesehatan gigi sebaiknya diberikan sejak usia dini karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat memperngaruhi keadaan giginya.

2.7 Pemeliharaan Kesehatan Gigi

  Gigi merupakan salah satu organ penting didalam mulut. Gigi merupakan aset seumur hidup yang sangat berharga karena memiliki banyak fungsi sekaligus, selain berfungsi sebagai pengunyah makanan dan alat untuk berbicara (komunikasi), gigi juga memiliki nilai estetika artinya gigi memberi nilai lebih pada penampilan. Gigi yang sehat selain dapat berfungsi dengan baik juga akan mempengaruhi bentuk wajah seseorang.

  Selain itu, gigi merupakan organ yang amat vital dalam tubuh kita, salah satu fungsi gigi adalah sebagai alat pengunyah makanan yang membantu melumatkan makanan dalam mulut, guna membantu organ pencernaan sehingga makanan dapat diserap tubuh dengan baik.

  Angka kejadian penyakit yang berhubungan dengan gigi dan rongga mulut hingga kini masih tinggi karena perhatian terhadap upaya pemeliharaan kesehatan gigi masih sangat rendah. Pemeliharaan kesehatan mempunyai manfaat yang sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Usaha menanggulangi serta memperbaiki kesehatan gigi anak membutuhkan tenaga kesehatan dan peran serta orangtua. (Rachmawati, 2007).

  Pemeliharaan kesehatan gigi sebenarnya merupakan tindakan untuk mencegah gigi dari kerusakan serta memiliki kesadaran seseorang untuk meningkatkan kebersihan gigi. Untuk mencegah gigi dari kerusakan maka perlu mengontrol pola makan dan membersihkan gigi yaitu dengan menyikat gigi (Pratiwi,2007).

2.7.1 Kebersihan Gigi

  Kebersihan gigi merupakan kondisi dimana bagian mulut dan gigi jauh dari kotoran atau sisa-sisa makanan, plak serta tidak adanya terdapat lubang gigi dalam rongga mulut. Kebersihan gigi yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat.

  Kebersihan mulut yang baik akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat. Faktor kebersihan mulut merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan gigi anak. Apabila seorang anak makan makanan manis maka giginya harus segera dibersihkan karena apabila hal ini tidak dilakukan, kemungkinan timbulnya kerusakan gigi anak lebih gigi akan terjadi (Boedihardjo, 1985).

  Gigi pada anak-anak lebih mudah terkena kerusakan, oleh karena itu anak harus membersihkan giginya lebih sering bila mungkin setiap sehabis makan. Tujuan membersihkan gigi adalah untuk menghilangkan sisa-sisa makanan dan plak pada gigi. Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan lubang gigi adalah plak. Orang yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor risiko lebih kecil untuk karies dibandingkan yang tidak rutin menggosok gigi. Adapun manfaat dari mulut bersih adalah membuat napas menjadi segar, mulut terlindung dari bakteri mulut dan yang pasti juga dapat membuat kita percaya diri.

2.7.2. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Gigi

  Pembersihan gigi dan mulut merupakan pencegahan utama dalam mencegah gangguan gigi misalnya adanya lubang gigi. Hal ini meliputi pembersihan secara mandiri dan professional. Perawatan gigi secara mandiri dapat dilakukan dirumah dengan sikat gigi teratur dua kali sehari dengan metode yang benar. Sedangkan secara professional kita dapat mengunjungi dokter gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali untuk pembersihan yang tidak dapat kita lakukan dirumah (Maulani, 2005).

  Gigi pada anak-anak lebih mudah terserang karies gigi atau lubang gigi. Oleh karena itu anak harus membersihkan giginya lebih sering bila mungkin setiap sehabis makan. Tujuan dari pembersihan gigi adalah untuk menghilangkan sisa makanan, plak dan mencegah terjadinya karies gigi. Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna, mengandung bakteri, lekat pada permukaan gigi dan selalu terbentuk didalam mulut. (Rahmadhan, 2010).

  Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi yaitu:

1. Menyikat gigi

  Merupakan tindakan pembersihan gigi dengan sikat gigi yang dilakukan untuk membuang sisa-sisa makanan dan plak dari seluruh permukaan gigi sehingga dapat mencegah kerusakan gigi. Waktu dan frekuensi menyikat gigi menurut American Dental Association menyatakan bahwa menyikat gigi secara teratur minimal dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian menunjukkan bahwa menyikat gigi pada anak menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari sangat penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa makanan) yang melekat di permukaan gigi setiap malam.

  Lamanya penyikatan tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3 menit yang paling utama diperhatikan pada saat menyikat gigi adalah daerah pertemuan antara gigi dan gusi agar gigi benar-benar bersih.

  Adapun manfaat menyikat gigi adalah a. Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi 1.

  Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi dan pagi harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka terjadinya risiko penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara otomatis akan berkurang sehingga akan mencegah risiko terjadinya gigi berlubang.

  2. Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi karena adanya kotoran di dalam rongga mulut Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.

  3. Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas yang segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri , dapat bebas tersenyum, bicara dan tertawa.

  b.

  Manfaat menyikat gigi sebelum tidur Kuman akan semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang tidur, dimana mulut tidak melakukan aktifitas. Aktifitas kuman dimalam hari biasanya akan meningkat 2x lipat dibandingkan pada siang hari, karena saat tidur dimana mulut tidak melakukan aktifitas seperti makan, minum atau ngobrol, air liur yang memang berfungsi sebagai antiseptik alami dalam mulut kita akan berkurang, oleh sebab itu kemampuan air liur yang berfungsi untuk menetralisir kuman-kuman dalam mulut juga berkurang. Sehingga apabila menyikat gigi sebelum tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat dipastikan tidak akan terjadi karies atau peradangan pada gusi yang yang mengakibatkan terjadinya pembentukan karang gigi karena plak yang tidak dibersihkan.

2. Gaya Hidup

  Tidak hanya menyangkut makanan sehat atau olah raga teratur tetapi juga rutin membersihkan karang gigi dan berkumur dengan larutan obat kumur yang mengandung fluor untuk mencegah bau mulut dan mencegah plak muncul kembali.

  Setelah membersihkan gigi dengan sikat gigi sebaiknya lakukan kumur- kumur dengan obat kumur dalam satu kali sehari. Dan waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur. Pemakaian obat kumur mengandung fluor merupakan salah satu tindakan perlindungan khusus yang paling baik dimana tujuan dari obar kumur yang mengandung fluor adalah mengurang frekuensi timbulnya kerusakan gigi.

3. Pilih makanan dan cemilan sehat Usahakan hindari cemilan yang manis dan lengket seperti permen, coklat.

  Bisa saja dikonsumsi tetapi jangan terlalu sering dan berlebihan. Makanan yang manis dan lengket akan menempel lebih lama di gigi dan tentunya akan terpapar oleh bakteri yang merusak gigi. Tidak hanya itu minuman yang bersoda dan manis seperti softdrink dan sirup juga jangan terlalu sering di konsumsi karena minuman ini mengandung kadar gula yang cukup tinggi, pilihlah cemilan yang sehat seperti buah-buahan segar dan berserat.

  Jangan makan melebihi keperluan, terutama makanan yang mengandung gula. Makan makanan yang mengandung gula pada waktu istirahat akan mempercepat terjadinya kerusakan pada gigi (karies). Proses kerusakan gigi dimulai pada waktu gula bercampur dengan plak pada gigi sehingga membentuk asam. Plak akan menahan asam untuk menyerang gigi dimulai dari lapisan luar gigi (email).

  Agar asam pada gigi tidak merusak gigi lebih lanjut, maka batasi atau hindari makanan yang mengandung gula.

4. Kunjungan rutin ke dokter gigi

  Tujuan utama pergi ke dokter gigi merupakan tindakan pencegahan untuk mencegah kerusakan gigi dan mencegah masalah yang mungkin terjadi agar tidak bertambah parah dan merawatnya segera mungkin.

  Meskipun tidak terdapat keluhan dari rongga mulut sebaiknya pemeriksaan gigi tetap dilakukan. Hal tersebut berguna untuk mencegah perkembangan penyakit gigi dan gusi lebih lanjut. Pemeriksaan gigi yang dilakukan 6 bulan sekali setidaknya sekaligus untuk dilakukan pembersihan karang gigi atau yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi. Mengunjungi dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui jika ada kelainan yang berkembang di rongga mulut. Namun juga dapat untuk mengetahui jika ada perkembangan penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut. Jika dokter gigi mendapati kondisi demikian, biasanya akan merujuk pada dokter yang berkompeten. Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-anak maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan memengaruhi kualitas hidup. Karena itulah, untuk mencegahnya, minimal periksakan kondisi gigike dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

2.8 Kebiasaan Makan Pada Anak Sekolah Dasar

  Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak usia dini, khususnya anak sekolah dasar karena pada usia sekolah anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan makan atau cemilan yang dapat mempengaruhi keadaan giginya.

  Yang dimaksud dengan kebisaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya, yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Upaya untuk membentuk kebiasaan makan yang baik hendaknya dilakukan sejak dini. Lingkungan yang sangat besar peranannya dalam membentuk kebiasaan anak adalah keluarga.

  Kebiasaan makan anak sekolah dasar yang sering dijumpai pada umumnya yaitu suka jajan disekolah dan dirumah tidak mau makan. Disamping itu pada umumnya anak tidak sarapan, makan siang diluar rumah, tidak teratur dan tidak memenuhi zat gizi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu makan anak di rumah dan dapat menyebabkan anak kurang gizi.

  Keadaan kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan makan, misalnya anak mengeluh sakit gigi, maka memaksa anak untuk makan makanan lunak. Keadaan ini mengakibatkan nafsu makan menjadi menurun (Astawan, 2004).

  Seperti bagian tubuh lain, gigi, tulang dan jaringan lain dalam mulut membutuhkan makanan yang baik agar tetap dalam keadaan sehat. Diet yang baik sangat penting untuk kesehatan gigi yang meliputi: daging, ikan, sayuran dan buah-buahan. Jangan makan melebihi keperluan, terutama makanan yang banyak mengandung gula. Biasanya makanan yang mengandung gula ini disajikan sebagai makanan ringan/selingan/cemilan.

  Makanan yang mengandung gula, terutama dimakan pada waktu istirahat akan mempercepat terjadinya kerusakan pada gigi (lubang gigi). Gula yang lengket, misalnya yang terdapat didalam manisan adalah yang paling merusak karena dapat berada pada permukaan gigi/diantara gigi-gigi untuk jangka waktu yang lama. Proses kerusakan gigi dimulai pada waktu gula yang bercampur pada plak yang mengandung bakteri pada gigi dan membentuk asam. Plak ini akan menahan asam untuk menyerang gigi dimulai dari lapisan gigi terluar yaitu email gigi. Dan proses ini terjadi lagi setiap kali memakan makanan yang mengandung gula. Agar asam ini tidak merusak ggi lebih lanjut, batasilah atau hindarilah makanan yang mengandung gula. Jika ingin memakan makanan ringan pilihlah makanan yang sedikit/tidak mengandung gula seperti buah-buahan segar (Rasinta 1995).

  Ada berbagai cara dimana nutrisi mempengaruhi mulut dan gigi. Makanan kaya kalsium dan fosfor baik untuk gigi Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam lemak juga akan membantu untuk meningkatkan kesehatan mulut. Makanan dan minuman yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut.

  Air liur bekerja secara alami menetralkan asam yang meningkatkan kerusakan gigi dan pembusukan.

  Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk kesehatan gigi yang baik serta mencegah produksi asam dan kerusakan makanan dan pembusukan.

  Makanan yang manis dan lengket seperti permen, es, caramel, minuman bersoda dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi. Perbanyaklah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang berserat dan banyak mengandung air untuk kesehatan tulang dan gigi contohnya adalah brokoli, semangka, jeruk, apel dan sebagainya.

2.9 Pertumbuhan Gigi Geligi

  Terbentuknya benih gigi pada janin seperti halnya organ tubuh lain telah dimulai sejak usia kandungan 4-5 bulan. Setelah bayi lahir, erupsi atau pertumbuhan gigi susu yang pertama terjadi pada usia 6-8 bulan. Gigi susu (decidui) adalah penuntun jalan bagi gigi tetap (permanen) yang kuat dan sehat (Paramita, 2000).

  Pertumbuhan gigi tetap didalam rongga mulut anak mengalami perubahan yang sifatnya dinamis. Pertumbuhan gigi tetap bergantung pada terserapnya akar gigi susu oleh pertumbuhan gigi tetap yang selalu mendorong/mendesak keatas.

  1. Gigi susu Normal anak-anak mempunyai 20 gigi susu yang susunannya sebagai berikut: 10 gigi di rahang atas, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan.

  10 gigi di rahang bawah, yaitu : 5 gigi di kiri dan 5 gigi di kanan.

  V IV III II I I II III IV V garis oklusi/kunyah

  V IV III II I I II III IV V garis median/tengah Nama dari macam-macam gigi susu: I = Gigi seri pertama / insisivus pertama sentral / i1

  II = Gigi seri kedua / insisivus lateral / i2

  III = Gigi taring / kaninus / c

  IV = Gigi geraham pertama / molar pertama / m1 V = Gigi geraham kedua / molar kedua / m2 Gigi anterior atau gigi depan ialah i1, i2,c.

  Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi m1 dan m2.

2. Gigi tetap atau gigi permanen

  Normal dewasa mempunyai 32 gigi tetap yang susunannya sebagai berikut : 16 gigi di rahang atas, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan.

  16 gigi di rahang bawah, yaitu : 8 gigi di kiri dan 8 gigi di kanan. 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 garis oklusi/kunyah 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 garis median/tengah Nama dari macam-macam gigi permanen ialah : 1 = Gigi seri pertama / Insisivus sentral / I1 2 = Gigi seri kedua / Insisivus kedua / I2 3 = Gigi taring / Kaninus / C 4 = Gigi geraham kecil pertama / Premolar pertama / P1 5 = Gigi geraham kecil kedua / Premolar kedua / P2 6 = Gigi geraham besar pertama / Molar pertama / M1 7 = Gigi geraham besar kedua / Molar kedua / M2 8 = Gigi geraham besar ketiga / Molar ketiga / M3 Gigi anterior atau gigi depan ialah gigi I1, I2, dan C.

  Gigi posterior atau gigi belakang ialah gigi P1, P2, M1, M2, M3.

2.10 Kerangka Konsep

  Berdasarkan teori yang ada, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini :

  Karakteristik ibu :

   Keseriusan yang dirasakan Ancaman yang dirasakan

  • Umur - Pendidikan - Pekerjaan  Kerentanan yang dirasakan

  Manfaat dan hambatan yang dirasakan

  Pengetahuan Sikap Tindakan

  Sumber informasi

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 1 20

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Kopi Bubuk Arabika (Coffea arabika) Kelompok Tani Simalungun Jaya Desa Sait Buttu Saribu Kabupaten Simalungun

0 0 5

Pengaruh Tingkat Konvergensi IFRS dan Perlindungan Bagi Investor Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, dan India

0 0 20

BAB II LANDASAN TEORI - Pengaruh Tingkat Konvergensi IFRS dan Perlindungan Bagi Investor Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, dan India

0 0 10

Pengaruh Tingkat Konvergensi IFRS dan Perlindungan Bagi Investor Terhadap Kualitas Laba Pada Perusahaan-perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, dan India

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikosis Paru - Analisa Aspergillus fumigatus dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Kultur Pada Sputum Penderita Batuk Kronis

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisa Aspergillus fumigatus dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Kultur Pada Sputum Penderita Batuk Kronis

0 0 8

Analisa Aspergillus fumigatus dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Kultur Pada Sputum Penderita Batuk Kronis

0 0 15

3. Gaji karyawan 4. Lainnya, sebutkan _ - Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

0 0 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

1 2 32