BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agency Theory

  Agency theory menjelaskan hubungan atau kontrak antara principal

  dengan agent (Anthony dan Govindarajan, 2005:269). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency relationship sebagai suatu kontrak di mana satu orang atau lebih (principal) menyuruh orang lain (agent) untuk melakukan tindakan atas namanya dan mendelegasikan sebagian wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (investor) dengan pihak yang menerima wewenang (manajer). Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimalkan nilai perusahaan, maka diyakini agent akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal, namun menurut teori ini hubungan antara

  principal dengan agent pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya tujuan yang saling bertentangan.

  Masalah keagenan dapat terjadi dalam dua bentuk hubungan, yaitu (1) pemegang saham dengan manajer (pemegang saham sebagai principal, manajer sebagai agent); dan (2) kreditor dengan pemegang saham (kreditor sebagai principal, pemegang saham sebagai agent). Hubungan pemegang saham dengan manajer disebabkan adanya pemisahan kepemilikan dan kontrol. Hubungan antara pemegang saham dengan kreditor disebabkan oleh adanya dana kreditor yang digunakan pemegang saham untuk mendanai proyek perusahaan di bawah kendali manajer (Sugihen, 2003).

  Masalah keagenan dalam hubungan pemegang saham dengan manajer potensial terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% (Masdupi, 2005), sehingga membuat manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi, bukan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang berarti memaksimalkan nilai pemegang saham. Konflik kepentingan ini dapat dikurangi dengan beberapa cara (Bathala, et

  al ., 1994), antara lain : a.

  Meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership) b.

  Meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih c. Meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang d.

  Kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings) Meningkatkan sumber pendanaan melalui hutang di lain pihak akan menimbulkan konflik kepentingan antara kreditor dengan pemegang saham.

  Konflik ini dapat terjadi karena hutang berisiko (risky debt), di mana ada kemungkinan kreditor tidak menerima jumlah pembayaran penuh sesuai dengan perjanjian sebelum atau pada tanggal jatuh tempo, misalnya bila perusahaan mengalami kegagalan (Sugihen, 2003). Konflik kepentingan antara kreditor, pemegang saham, dan manajer timbul sebagai akibat dari keputusan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan salah satu pihak, yang akan mengurangi kesejahteraan pihak lainnya (Jensen dan Meckling, 1976).

2.1.2 Asymmetric Information

  Asymmetric information adalah situasi di mana manajer memiliki

  informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai kondisi atau prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor (Brigham dan Houston, 1999:35).

  Asymmetric information terdiri dari dua tipe (Scott, 2004:8), yaitu : a.

  Adverse Selection, timbul karena manajer perusahaan dan pihak dalam (insiders) memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kondisi terkini atau prospek mendatang perusahaan dibanding dengan investor sebagai pihak luar.

  b.

  Moral Hazard, timbul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian yang merupakan ciri entitas bisnis besar.

  Sesuai konsep efficient market hypothesis, adanya asymmetric

  

information membuat pasar merespon lemah terhadap penawaran nilai

  perusahaan. Perusahaan dengan pengungkapan informasi yang tidak lengkap dianggap memiliki informasi buruk, sehingga akan mengalami penurunan nilai. Perusahaan perlu memberikan signal kepada investor tentang informasi keuangan yang dapat dipercaya sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan, karena mengurangi ketidakpastian prospek perusahaan di masa depan (Wolk, et al., 2003:294).

  2.1.3 Signalling Theory

  Signalling theory didasarkan pada asumsi bahwa manajer memiliki

  informasi yang lebih baik mengenai peluang investasi perusahaan daripada investor dan tindakan manajer didasarkan pada kepentingan terbaik untuk para pemegang saham (Myers, 1984). Signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan (Bigham dan Houston, 2001:36). Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi (Jogiyanto, 2000:392).

  Informasi akuntansi yang dipublikasikan merupakan bentuk signal manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan, karena menggambarkan strategi keuangan perusahaan yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset. Tujuan akhir dari strategi keuangan tersebut adalah menciptakan nilai perusahaan, yang berarti juga menciptakan nilai bagi pemegang saham. Harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Peningkatan harga saham mengirimkan signal positif dari investor kepada manajemen (Brealey, et al., 2008:46).

  2.1.4 Nilai Perusahaan Perseroan (perusahaan) adalah bisnis yang diatur sebagai badan hukum terpisah yang dimiliki oleh pemegang saham (Brealey, et al., 2008:8).

  Usaha ini dipisah dan dibedakan dari pemilik (pemegang saham) dan manajernya (Brigham dan Houston, 2010:6). Tujuan utama manajemen adalah maksimalisasi kekayaan pemegang saham, dengan mempertimbangkan risiko dan waktu yang terkait dengan perkiraan laba per saham untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:7). Maksimalisasi kekayaan pemegang saham merupakan cerminan dari usaha maksimalisasi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Hermuningsih, 2013).

  Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Harga pasar saham yang digunakan umumnya mengacu pada harga penutupan (closing price), karena dapat menggambarkan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar. Haga pasar saham dapat diukur dengan menggunakan rasio Price to Book Value (PBV) untuk menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Sukirni, 2012). PBV diperoleh dengan membandingkan harga pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham. Idealnya, harga pasar saham jika dibagi dengan nilai bukunya akan mendekati 1, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1 terutama jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang meyakinkan (Tandelilin, 2010:323).

  Menurut konsep dasar Efficient Market Hypothesis (EMH), harga saham mencerminkan nilai perusahaan bila pasar modal dalam keadaan efisien. Pasar yang efisien dapat menunjukkan harga saham yang mencerminkan keseluruhan informasi yang tersedia, berupa laporan tahunan perusahaan, pembagian dividen, pemecahan saham, laporan para analis pasar modal, dan sebagainya. Hal ini berarti informasi akuntansi dalam arti bentuk dan isinya, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban dari strategi keuangan perusahaan dalam keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset, dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap nilai perusahaan.

2.1.5 Investment Opportunity Set (IOS)

  Keputusan investasi merupakan keputusan yang menyangkut pengalokasian dana yang berasal dari dalam maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi (Purnamasari, et al., 2009). Keputusan investasi dimulai dengan identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi modal. Keputusan investasi juga disebut dengan keputusan penganggaran modal, karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan (Brealey, et al., 2008:4).

  Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang investasi (Wahyudi dan Pawestri, 2006).

  Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh suatu keputusan investasi (Fama, 1978), karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi (Hasnawati, 2005).

  Investment Opportunity Set (IOS) merupakan hasil dari pilihan-

  pilihan untuk membuat investasi di masa mendatang (Smith dan Watts, 1992). IOS menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan, yang merupakan keinginan pihak manajemen, investor, dan kreditor (Dadri, 2011). IOS merupakan hubungan antara pengeluaran saat ini maupun di masa yang akan datang dengan nilai/return/prospek sebagai hasil dari keputusan investasi untuk menghasilkan nilai perusahaan (Hasnawati, 2005). Tiga proksi IOS yang banyak digunakan dalam penelitian (Hasnawati, 2005) adalah : 1.

  Proksi IOS berbasis harga 2.

  (price based proxies) mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dengan harga-harga saham, selanjutnya perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif dari aktiva-aktiva yang dimiliki (assets in place). Proksi IOS berbasis investasi 3.

  (investment based proxies) menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi secara positif berhubungan dengan

  IOS perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999). Perusahaan dengan IOS tinggi akan memiliki investasi yang tinggi. Selanjutnya ditemukan bahwa aktivitas investasi modal yang diukur dengan ratio capital expenditures to

  

assets sebagai proksi IOS mempunyai hubungan positif dengan realisasi

pertumbuhan.

  Proksi IOS berbasis varian (variance measure) mendasarkan pada ide pilihan akan menjadi lebih bernilai sehingga variabilitas dari return dengan dasar pada peningkatan aset.

  Penelitian ini menggunakan lima rasio yang berbasis harga dan investasi. Rasio berbasis harga yang digunakan adalah : a.

  Market to Book Value of Asset (MV/BVA) Rasio ini mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVA semakin besar asset perusahaan yang digunakan oleh perusahaan, maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan.

  b.

  Market to Book Value of Equity (MV/BVE) Rasio ini menggambarkan permodalan suatu perusahaan, semakin tinggi rasio MV/BVE maka perusahaan akan memiliki return saham yang tinggi.

  c.

  Earning to Share/Price (E/P) Rasio ini merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan earning power yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut.

  Rasio berbasis investasi yang digunakan terdiri dari : a.

  Capital Expenditure to Book Value of Asset (CA/BVA) Rasio ini menunjukkan jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya.

  b.

  Capital Expenditure to Market Value of Assets (CA/MVA) Rasio ini menunjukkan adanya investasi produktif yang tercermin dari peningkatan nilai pasar aset perusahaan.

2.1.6 Teori Struktur Modal

  Tanggung jawab utama ke dua manajer keuangan adalah menggalang dana yang dibutuhkan perusahaan untuk investasi dan operasinya. Keputusan pendanaan adalah bentuk dan jumlah pendanaan investasi suatu perusahaan (Brealey, et al., 2008:6). Teori struktur modal menjelaskan bahwa keputusan pendanaan perusahaan terkait dengan menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan (Safrida, 2008).

  Keputusan pendanaan eksternal dengan melibatkan hutang dan modal saham mengandung risiko yang mempengaruhi nilai perusahaan.

  Semakin besar risiko bisnis, maka semakin tidak perlu pendanaan hutang jika secara relatif dibandingkan dengan pendanaan melalui saham biasa.

  Pendanaan hutang akan menjadi lebih menarik seiring dengan meningkatnya likuiditas, kondisi keuangan, dan profitabilitas (Horne dan Wachowicz, 2007:200).

  Penelitian Modigliani dan Miller pada tahun 1958 menyimpulkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena adanya pasar modal yang sempurna, dengan berdasarkan serangkaian asumsi, yaitu tidak adanya biaya pialang, tidak ada pajak, tidak ada biaya kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, dan EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya hutang. Hasil penelitian ini kemudian dikembangkan dan menghasilkan temuan baru. Tahun 1963, Modigliani dan Miller mempublikasikan bahwa peraturan perpajakan yang memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat dikurangkan, mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam struktur modal. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal (Brigham dan Houston, 2001:39) terdiri dari : a.

  Stabilitas Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

  b.

  Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan utang.

  c.

  Leverage Operasi Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.

  d.

  Tingkat Pertumbuhan Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan hutang.

  Selain faktor-faktor yang dikemukakan Brigham dan Houston, biaya kebangkrutan dan biaya agency turut menjadi hal yang diperhitungkan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan yang dominan menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan eksternalnya akan menghadapi kemungkinan financial distress yang tinggi, sehingga dapat mengakibatkan penurunan penjualan, laba operasi, nilai saham, nilai hutang, dan meningkatkan biaya kebangkrutan (Sugihen, 2003). Biaya agency berkaitan dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan agar manajemen bekerja secara optimal bagi kepentingan pemegang saham, seperti insentif dan biaya monitoring .

  Mengacu pada pendekatan Modigliani dan Miller dalam kondisi ada pajak penghasilan perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang semakin besar (Safrida, 2008). Nilai sekarang dari biaya kebangkrutan dan biaya agency di lain pihak dapat mengakibatkan turunnya nilai perusahaan yang memiliki leverage (Sartono, 2001:246). Teori trade-off dari leverage menjelaskan bahwa struktur modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan hutang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham dan Houston, 2001:34).

  Sudut pandang lain dikemukakan Myers (1984) dalam pecking

  order theory . Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan- perusahaan yang profitable umumnya meninjam dalam jumlah sedikit.

  Perusahaan yang labanya lebih labil, bila semua hal lain sama, menghadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar, sehingga harus menggunakan lebih sedikit hutang daripada perusahaan yang stabil (Brigham dan Houston, 2001:33). Asimetri informasi, biaya transaksi dan biaya emisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pendanaan berdasarkan pecking order

  

theory , sehingga cenderung mendorong perilaku pecking order theory

  (Myers, 1984). Para manajer mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara hutang atau ekuitas, dengan menerbitkan sekuritas yang berisiko paling kecil. Pecking order cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko, dan hutang dianggapmemiliki resiko lebih kecil dibandingkan dengan modal saham.

2.1.7 Profitabilitas

  Profitabilitas menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan utang pada hasil operasi (Brigham dan Houston, 2010:146). Profitabilitas mengukur efektifitas manajemen dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan laba. Dana yang diperoleh perusahaan, baik dari kreditor maupun investor, utamanya ditujukan bagi kegiatan investasi perusahaan. Investasi perusahaan tentunya berdampak terhadap peningkatan jumlah aset perusahaan, untuk itu efisiensi dan efektifitas pengelolaan aset oleh manajemen sangat penting, agar perusahaan dapat memaksimalkan kemampuan aset dalam menghasilkan laba.

  Kemampuan dalam menghasilkan laba merupakan signal positif bagi investor, karena dapat mengindikasikan kelangsungan hidup (going

  

concern ) perusahaan dalam jangka panjang, berarti perusahaan tersebut

  memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa depan. Perusahaan yang berlaba juga mengindikasikan kesejahteraan para pemiliknya, karena dengan memperoleh laba, perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya terhadap kreditor dalam bentuk bunga dan pelunasan hutang, dan pemegang saham melalui dividen. Kedua signal tersebut akan direspon secara positif oleh investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.

  Profitabilitas perusahaan diukur melalui rasio-rasio yang terdiri dari (Brigham dan Houston, 2010:146) : a.

  Margin laba atas penjualan Rasio ini mengukur laba bersih per penjualan, dihitung dengan membagi laba bersih terhadap penjualan.

  b.

  Pengembalian atas total aset Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset.

  c.

  Rentabilitas (Basic Earning Power) Rasio ini menunjukkan kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba operasi, dihitung dengan membagi laba operasi terhadap total aset.

  d.

  Pengembalian atas ekuitas biasa Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa, dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total ekuitas biasa.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian pasar modal yang berfokus pada nilai perusahaan telah banyak dilakukan. Variabel independen yang dipilih sebagai variabel yang dianggap dapat mempengaruhi nilai perusahaan juga bermacam-macam. Penelitian ini hanya bertujuan untuk menghasilkan bukti empiris mengenai pengaruh variabel-variabel fundamental yang merupakan cerminan strategi keuangan manajemen terhadap nilai perusahaan. Berikut akan dijabarkan mengenai penelitian terdahulu yang menguji variabel-variabel independen serupa dengan penelitian ini terhadap nilai perusahaan.

  Hutahaean (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik sektor pertambangan di Indonesia dalam periode penelitian tahun 2008 sampai dengan 2012, berjumlah 34 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode sampel jenuh, di mana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Teknik pengujian data menggunakan regresi linear sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linear berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi ( α) 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, variabel investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

  Hermuningsih (2013) dalam penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal terhadap nilai perusahaan publik di Indonesia menyimpulkan bahwa profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal secara positif dan signifikan mempengaruhi nilai perusahaan.

  Kemudian, penelitian ini juga menemukan bahwa struktur modal menjadi variabel intervensi bagi growth opportunity, tetapi tidak bagi profitabilitas. Objek penelitian adalah 150 perusahaan publik di Indonesia dalam periode penelitian tahun 2006 sampai dengan 2010. Teknik pengujian data mengaplikasikan pendekatan Structural Equation Model (SEM).

  Chen dan Chen (2011) meneliti pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan struktur modal sebagai mediator dan ukuran perusahaan serta industri sebagai moderator. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik di Taiwan dalam periode penelitian tahun 2005 sampai dengan 2009. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling yang menghasilkan 647 sampel perusahaan, terdiri dari 302 perusahaan kategori industri elektronik dan 345 perusahaan kategori industri lainnya. Teknik pengujian data menggunakan

  

Constrained NonLinear Regression (CNLR). Hasil penelitian ini menunjukkan

  bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, tetapi berpengaruh negatif terhadap struktur modal, di mana struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, tetapi dapat menjadi mediator dalam pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini juga menghasilkan bukti empiris di mana perbedaan industri dalam pengujian pertama terbukti mempunyai pengaruh signifikan yang memperkuat pengaruh negatif profitabilitas terhadap nilai perusahaan, serta membuktikan bahwa pada tingkat profitabilitas yang sama, perbedaan industri tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Selanjutnya, penelitian ini juga membuktikan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan, baik dalam pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal, maupun profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

  Simatupang (2011) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan profitabilitas sebagai variabel intervensi.

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dalam tahun 2005 sampai dengan 2009, berjumlah 139 perusahaan.

  Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yang menghasilkan 30 sampel perusahaan. Teknik pengujian hipotesis pertama menggunakan regresi linear sederhana, sedangkan hipotesis ke dua menggunakan regresi linear sederhana mengikuti model Baron dan Kenny. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Struktur modal juga terbukti berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui profitabilitas sebagai variabel intervensi penuh.

  Hasnawati (2005) meneliti dampak set peluang investasi terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta dalam tahun 2001, berjumlah 259 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode sampel jenuh, di mana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Teknik pengujian data menggunakan pendekatan Structural Equation Model (SEM).

  Hasil penelitian ini menunjukkan keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25%, sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti keputusan pendanaan, kebijakan dividen, faktor eksternal perusahaan seperti tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan ekonomi, politik, dan

  psychology pasar. Keputusan investasi lebih kuat dibentuk oleh indikator-

  indikator peluang investasi di masa yang akan datang dibandingkan dengan komposisi asset dalam perusahaan. Ringkasan penelitian-penelitian tersebut tersaji dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu N Nama Judul Variabel Teknik Hasil o (Tahun) Penelitian Analisis Penelitian

  1 Hutahaean Analisis Dependen : Regresi 1. secara

  (2014) Pengaruh Price to Linear simultan

  Investment Book Value Sederhana variabel Opportunity (PBV) dan investment Set , Berganda opportunity

  Kebijakan Independen: set, kebijakan Hutang, dan PER, DER, hutang, dan

  Kepemilikan Rasio kepemilikan Institusional Kepemilika institusional terhadap n berpengaruh

  Nilai Institusional positif dan Perusahaan signifikan

  Pertambanga terhadap nilai n Terbuka di perusahaan.

  Bursa Efek 2. secara

  Indonesia parsial, variabel investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

  2 Hermuningsi Pengaruh Dependen : Structural 1. profitabilitas h Profitabilitas, Tobins’Q Equation , growth

  (2013) Growth Model opportunity ,

  Opportunity , Independen: (SEM) dan struktur

  Struktur ROE, ROA, modal Modal

  IOE, PE, secara terhadap

  INVOS, positif dan Nilai MTBA, signifikan

  Perusahaan MTBE, mempengaru pada DER, DAR hi nilai Perusahaan perusahaan.

  Publik di 2. struktur

  Indonesia modal menjadi variabel intervensi bagi growth

  opportunity ,

  tetapi tidak bagi profitabilitas .

  3 Chen dan The Influence Dependen : Constraine 1. profitabilita

  Chen of Value d s (2011) Profitability NonLinear berpengaru

  on Firm Independen: Regression h positif Value with ROA (CNLR) dan Capital signifikan Structure as Mediator : terhadap the Mediator Debt nilai and Firm perusahaan,

  Size and Moderator : tetapi Industry as Size, Type berpengaru Moderators h negatif

  terhadap struktur modal, di mana struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, tetapi dapat menjadi mediator dalam pengaruh profitabilita s terhadap nilai perusahaan.

  2. perbedaan industri dalam pengujian pertama terbukti mempunyai pengaruh signifikan yang memperkua t pengaruh negatif profitabilita s terhadap nilai perusahaan, serta membuktik an bahwa pada tingkat profitabilita s yang sama, perbedaan industri tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

  3. ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan, baik dalam pengaruh profitabilita s terhadap struktur modal, maupun profitabilita s terhadap nilai perusahaan.

  4 Simatupang Analisis Dependen : Regresi 1. struktur

  (2011) Pengaruh Price to linear modal Struktur Book Value sederhana berpengaru

  Modal (PBV) untuk h secara terhadap hipotesis positif dan Nilai Independen: pertama, signifikan

  Perusahaan DER dan regresi terhadap dengan linear nilai Profitabilitas Intervensi : sederhana perusahaan. sebagai ROE mengikuti 2. struktur

  Variabel model modal Intervensi Baron dan berpengaru pada Kenny h terhadap

  Perusahaan untuk nilai Manufaktur hipotesis perusahaan di Bursa Efek kedua melalui

  Indonesia profitabilita s sebagai variabel intervensi penuh.

  5 Hasnawati Dampak Set Dependen : Structural keputusan (2005) Peluang Excess Equation investasi

  Investasi Return to Model berpengaruh terhadap Market, (SEM) positif terhadap Nilai SVOC nilai

  Perusahaan Independen: perusahaan Publik di Total Assets sebesar

  Bursa Efek Growth , 12,25%, Jakarta MTBA, sisanya

  EPR, dipengaruhi CA/BVA, oleh faktor lain

  Current seperti Assets to keputusan Total Assets pendanaan,

  kebijakan dividen, faktor eksternal perusahaan seperti tingkat inflasi, kurs mata uang, pertumbuhan ekonomi, politik, dan

  psychology pasar.

  Keputusan investasi lebih kuat dibentuk oleh indikator- indikator peluang investasi di masa yang akan datang dibandingkan dengan komposisi

  asset dalam perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

  Tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari harga pasar saham, yang menunjukkan seberapa tinggi perusahaan bernilai di mata investor. Nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang sahamnya, itulah yang ingin dicapai manajer keuangan melalui strategi keuangan yang disusun. Strategi keuangan perusahaan merupakan kebijakan perusahaan mengenai keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan manajemen aset.

  Keputusan investasi perusahaan harus mempertimbangkan kemampuan investasi tersebut dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan, karena investasi yang dinilai menarik dan menguntungkan dilihat dari kemampuannya dalam menghasilkan nilai NPV positif. Ketepatan manajemen dalam mengambil keputusan investasi yang profitable akan berdampak pada penilaian investor terhadap perusahaan yang tercermin dari harga pasar saham perusahaan.

  Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dapat dinilai melalui peluang investasi yang dimiliki. Sircar dan Bordoloi (2000) menghasilkan penelitian yang membuktikan adanya pengaruh positif dan signifikan antara keputusan investasi terhadap kinerja perusahaan, sehingga hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

  Keputusan pendanaan tercermin dari struktur modal perusahaan, yaitu perbandingan antara proporsi hutang dan modal saham yang digunakan. Apabila manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan ingin agar harga saham meningkat, perusahaan ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer dapat menggunakan hutang lebih banyak, sebagai signal yang lebih dapat dipercaya, karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Dasar pertimbangannya adalah penambahan hutang menyebabkan keterbatasan arus kas dan meningkatnya biaya-biaya beban keuangan sehingga manajer hanya akan menerbitkan hutang baru yang lebih banyak apabila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya. Keyakinan manajemen terhadap prospek perusahaan di masa mendatang tentu akan berdampak terhadap efektifitas dan efisiensi pengelolaan aset perusahaan untuk kegiatan operasional, sehingga akan menghasilkan profitabilitas bagi perusahaan. Berdasarkan teori dan asumsi di atas, maka hipotesis ke dua yang diajukan adalah struktur modal

  berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

  Myers memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan yang berkembang akan direfleksikan dari peningkatan harga saham perusahaan, sehingga perusahaan yang memiliki peluang investasi yang tinggi akan memiliki prospek ke depan yang cerah dan akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan (Dadri, 2011).

  Hermuningsih (2013) membuktikan bahwa IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pembuktian yang sama juga dihasilkan dari penelitian Hutahaean (2014). Gupta dan Banga (2009) menyatakan bahwa investor bereaksi positif terhadap pengumuman belanja modal perusahaan untuk investasi, sehingga meningkatkan harga pasar saham sebagai cerminan peningkatan nilai perusahaan.

  Sejumlah teori yang diungkapkan di atas dan bukti-bukti empiris yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya, merupakan landasan dalam mengajukan hipotesis ke tiga, yaitu Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Modigliani dan Miller (1963) menyatakan bahwa dalam kondisi ada pajak penghasilan perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang semakin besar. Jensen dan Meckling (1986) menyatakan bahwa dengan adanya hutang akan dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan arus kas bebas secara berlebihan oleh manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan. Investor diharapkan akan menangkap signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau signal positif.

  Hipotesis ke empat yang diajukan dalam penelitian ini, mengacu pada teori-teori yang melandasi konsep berpikir mengenai pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan adalah struktur modal berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Manajemen dapat merealisasikan keputusan investasi dan keputusan pendanaannya dengan mempertimbangkan profitabilitas perusahaan.

  Profitabilitas merupakan hasil yang dicapai perusahaan melalui efektifitas dan efisiensi pengelolaan aset yang dimiliki. Kemampuan dalam menghasilkan laba merupakan signal positif bagi investor, karena dapat mengindikasikan kelangsungan hidup (going concern) perusahaan dalam jangka panjang, berarti perusahaan tersebut memiliki prospek pertumbuhan yang baik di masa depan. Perusahaan yang berlaba juga mengindikasikan kesejahteraan para pemiliknya, karena dengan memperoleh laba, perusahaan akan mampu memenuhi kewajibannya terhadap kreditor dalam bentuk bunga dan pelunasan hutang, dan pemegang saham melalui dividen. Kedua signal tersebut akan direspon secara positif oleh investor sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan, maka hipotesis ke lima yang diajukan adalah profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Profitabilitas perusahaan tidak terlepas dari pengeluaran investasi yang dilakukan. Investasi perusahaan dapat dilakukan terhadap aset berwujud maupun aset tidak berwujud. Saat memutuskan untuk berinvestasi tentunya tujuan yang ingin dicapai adalah profitabilitas dari Net Present Value (NPV) investasi tersebut.

  Profitabilitas yang dihasilkan dari investasi perusahaan menjadi signal positif bagi investor dan akan berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan. Pecking

  

order theory menempatkan hutang sebagai sumber pendanaan eksternal yang

  lebih disukai manajemen. Hutang dianggap dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan profitabilitas, akibat adanya beban bunga yang dapat dikurangkan terhadap laba operasi. Pengurangan laba operasi melalui beban bunga membuat nilai penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil, hal inilah yang menjadi keuntungan bagi pemegang saham, karena proporsi dari laba untuk pembayaran dividen menjadi lebih besar.

  Teori yang dipaparkan diatas menunjukkan kemampuan profitabilitas dalam mengintervensi pengaruh IOS dan struktur modal terhadap nilai perusahaan, sehingga hipotesis keenam yang diajukan adalah Investment

  

Opportunity Set (IOS) dan struktur modal berpengaruh secara tidak

langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan melalui intervensi

profitabilitas.

  Berdasarkan teori yang melandasi rumusan masalah dan hipotesis dalam penelitian ini, serta tinjauan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual yang dibangun dapat digambarkan sebagai berikut.

  IOS (X1)

  H

  3 H , H

  1

6 Nilai

  Profitabilitas H

  5 , H

  6 Perusahaan

  (Z) (Y)

  H

  2 , H

6 H

  4 Struktur

  Modal (X2)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment

  Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan kerangka konseptual yang didukung dengan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H

1 Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

  H 2 Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. H Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh secara langsung positif dan

  3 signifikan terhadap nilai perusahaan. H

  

4 Struktur modal berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan.

  H 5 Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. H

  

6 Investment Opportunity Set (IOS) dan struktur modal berpengaruh secara

  tidak langsung positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan melalui intervensi profitabilitas.

Dokumen yang terkait

KATA PENGANTAR - Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Perusahaan LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

Lampiran 1 Nilai Variabel Dependen dan Independen Financial Leverage (DAR) Perusahaan Manufaktur Tahun 2012 dan 2013

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Struktur Modal 2.1.1.1 Model Modigliani-Miller Tanpa Pajak - Pengaruh Financial Leverage dan Kesehatan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

KATA PENGANTAR - Pengaruh Financial Leverage dan Kesehatan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Daerah - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 0 11

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kota Medan

0 3 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 1 10

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13

Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 20