BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dan Proses Penyesuaian Diri - Microsoft Word materi PPD

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dan Proses Penyesuaian Diri

  Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat.

  Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkenbang proses penyesuaian yang baik atau yang tidak sesuai.

  Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia aktif dengan tujuan dan aktivitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang kepadanya sebagai anggota dari kelompoknya.

  Penyesuaian diri adalah suatu proses dan ciri dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

2.1.1 Pengertian Penyesuaian Diri

  Penyesuaian dapat diartikan sebagai berikut: Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya atau

  “survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu dengan standar atau prinsip.

  Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasikan respon- respon. Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional.

2.1.2 Proses Penyesuaian Diri

  Penyesuaian adalah suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal.

  Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya dimana tidak ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, semua fungsi organisme/individu berjalan normal. Maka dari itu penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat (lifelong process), dan manusia terus-menerus berupaya menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat.

  Siklus Proses Penyesuaian Diri: Kebutuhan F A

  Motivasi R Keinginan U

  S Respon B T Pemecahan bervariasi R A S C

  I Berdasarkan siklus diagram diatas, tampak bahwa elemen-elemen umum dan esensial dalam semua situasi frustrasi ialah: motivasi, frustrasi, atau terhalangnya keinginan dan motif-motif, respon yang bervariasi, dan pemecahan untuk mereduksi masalah, frustrasi, atau ketegangan dengan beberapa bentuk respon. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

2.1.3 Karakteristik Penyesuaian Diri

  Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah.

a. Penyesuaian diri secara positif

  Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut: Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri Mampu dalam belajar Menghargai pengalaman Bersikap realistis dan objektif

  Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:

  1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung Dalam situasi ini individu secara langsung menghadapi masalahnya dengan segala akibat-akibatnya.

  2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan) Dalam situasi ini individu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya.

  3. Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba Dalam cara ini individu melakukan suatu tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.

  4. Penyesuaian dengan subtitusi (mencari pengganti) Jika individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, maka ia dapat memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti.

  5. Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri Dalam hal ini individu mencoba menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam dirinya, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri.

  6. Penyesuaian dengan belajar Dengan belajar, individu akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu menyesuaikan diri.

  7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri Penyesuaian diri akan lebih berhasil jika disertai dengan kemampuan memilih tindakan yang tepat dan pengendalian diri secara tepat pula.

  8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat Dalam situasi ini tindakan yang dilakukan merupakan keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat.

b. Penyesuaian diri yang salah

  Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu: 1.

  Reaksi bertahan (defence reaction) Individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menhadapi kegagalan. Bentuk khusus dari reaksi ini antara lain:

  ∗ Rasionalisasi, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan tindakannya. ∗ Represi, yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. ∗ Proyeksi, yaitu melemparkan segala kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima.

  ∗ “Sour Grapes”, yaitu dengan memutarbalikan kenyataan.

  2. Reaksi Menyerang (aggressive reaction) Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalnnya.

  Reaksi-reaksi tampak dalam tingkah laku: ∗ Selalu membenarkan diri sendiri ∗ Mau berkuasa dalam setiap situasi ∗ Mau memiliki segalanya ∗ Bersikap senang mengganggu orang lain ∗ Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan ∗ Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka ∗ Menunjukkan sikap menyerang dan merusak ∗ Keras kepala dalam perbuatannya ∗ Bersikap balas dendam ∗ Memperkosa hak orang lain ∗ Tindakan yang sembarangan ∗ Marah secara sadis 3. Reaksi melarikan diri (escape reaction)

  Dalam reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reakasi tampak dalam tingkah laku sebagai berikut: ∗ Memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan ∗ Banyak tidur ∗ Minum-minuman keras ∗ Bunuh diri ∗ Menjadi pecandu ganja ∗ Narkotika ∗ Regresi, yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang lebih awal.

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau menimbulkan efek pada proses penyesuaian. Secara sekunder proses penyesuaian ditentukan oleh faktor- faktor baik faktor internal maupun eksternal. Penentu penyesuaian identik dengan faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahan. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  ∗ Kondisi-kondisi fisik: kondisi jasmaniah Kondisi jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri.

  ∗ Perkembangan dan kematangan: intelektual, sosial, moral, dan emosional Sesuai dengan proses perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai berbeda antara individu yang satu dengan lainnya, sehingga pencapaian pola-pola penyesuaian diri akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya.

  ∗ Penentu psikologis: pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri dan frustrasi. ∗ Kondisi lingkungan: lingkungan keluarga dan sekolah

  Dari sekian banyak faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri faktor rumah dan keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga.

  ∗ Penentu kultural: agama Proses penyesuaian diri anak mulai dari lingkungan keluarga, sekolah , dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor- faktor kultur dan agama. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi, dan ketegangan lainnya.

  Dan agama juga memberikan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia.

2.2 Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja

  Persoalan terpenting yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua.

  Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga. Penolakan orang tua terhadap anaknya dapat dibagi menjadi dua macam.

  Penolakan mungkin merupakan penolakan tetap sejak awal, dimana orang tua merasa tidak sayang kepada anaknya, karena berbagai sebab. Penolakan dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anaknya.

  Jadi dari kedua macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaiakan diri, cenderung untuk menghabiskan waktunya di luar rumah.

  Sikap orang tua yang otoriter juga menyebabkan tidak dapatnya seorang remaja menyesuaikan diri karena memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat proses penyesuaian diri remaja.

  Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat berasal dari suasana psikologis, seperti: keretakan keluarga. Karena perlakuan orang tua yang sering pindah-pindah tempat tinggal Tidak dapanya bersosialisasi Karena pergaulan di sekolah Keinginan remaja untuk memilih tempat ia bersekolah

BAB III PENUTUP

  3.1 Kesimpulan

  Dari materi di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri, maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan memerlukan proses yang cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi, konfirmasitas, penguasaan, dan kematangan emosional.

  Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan, psikologis, kematangan, kondisi fisik, dan kebudayaan mempengaruhi proses penyesuaian diri. Terdapat 2 penyesuaian diri yaitu penyesuaian diri secara positif dan penyesuaian diri yang salah Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja bisa dari faktor internal maupun faktor eksternal.

  3.2 Saran

  Menurut pendapat kami, penyesuaian diri pada remaja seharusnya lebih ditingkatkan lagi dan juga harus dapat memilih pergaulan-pergaulan yang positif. Dan juga setiap remaja harus pandai menempatkan diri pada tempat yang sebaik- baiknya agar menjadi pribadi yang lebih dewasa baik dari umur maupun pemikirannya.

  DAFTAR PUSTAKA Mampiare Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.

  Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press, 1991. Darajat Zakiah, Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. 1982. Gunarsah, Singgih D dan Ny. Singgih D.G. Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1990.

  Rifai, Melly Sri Sulastri. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: PT Bina Aksara, 1987.