Sebagai suatu konsepsi biologi pertumbuhan
Sebagai suatu konsepsi biologi pertumbuhan Mengacu kepada pengertian “ morfogenesis “
5. Pola Pertumbuhan
Pertumbuhan Diferensiasi/Perkembangan Pertambahan ukuran Perkembangan dari fungsi - Daun - Akar Perubahan bentuk secara perlahan lahan dalam struktur organisme/ bagian bagiannya PERTUMBUHAN TANAMAN Adalah suatu proses kehidupan tanaman pada habitatnya yang menghasilkan pertambahan ukuran maupun bentuk
Pola Pertumbuham
- Pahami pola pertumbuhan tanaman untuk mendapatkan strategi pemeliharaan tanaman yang tepat dan efektif
- Vegetatif – Generatif • Fase vegetatif : perkembangan bagian vegetatif tanaman, akar – batang – daun
- Fase generatif : perkembangan bagian generatif seperti bunga, buah, biji
GROWTH STAGE OF MAIZE
5-9 DAS (SEEDLING )
12-55 DAS 71-112 DAS 55-59 DAS
VEGETATIVE GROWTH FLOWERING and FERTIZATION GRAIN FILLING and
MATURITY Kling, J.G, and Gregory, E. 1997. Morphology and Growth of maize.
Pola Pertumbuhan Tanaman BERAT KERING (g) FASE PEMASAKAN 70 TOTAL FASE PERTUMBUHAN 60 CEPAT ( PERIODE KRITIS) BUAH/BIJI 50 FASE BATANG 40 PERTUMBUHAN LAMBAT 20 DAUN
10 AKAR 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 MINGGU SETELAH TANAM
GENERATIVE GROWTH
PHASE PERTUMBUHAN TANAMAN
- Phase Pertumbuhan Awal ( initial phase )
- pertumbuhan lambat
- Organ organ tanaman belum berfungsi (tgt. Cadangan bahan makanan/food reserved)
Reserves Photosynthesis Maintenance Partitioning Shoot Biomass Root Biomass Growth Conversion Efficiency Leaf surface Temperature Light
Photosyntesis efficiency Pola Pertumbuhan Tanaman
- Phase Eksponential -pertumbuhan cepat
- organ organ tanaman telah melaksanakan fungsinya
- Phase konstan
- pertumbuhan konstan, memasuki masa generatif
1. Fase vegetatif berlangsung sampai waktu tertentu kemudian berangsur diganti fase generatif . Dalam satu daur pertumbuhan tanaman, fase vegetatif dan fase generatif bergantian. padi, jagung, kacang tanah, cauliflower, brokoli 2. Fase vegetatif dominan atas fase generatif . contoh : kubis, bruselsprout, bawang merah
3. Fase generatif berjalan (hampir) bersamaan dengan fase vegetatif.
3. Fase generatif berjalan (hampir) bersamaan dengan fase vegetatif.
POLA TANAM/CROPPING SYSTEM
Stage 3. Tuber growth Stage 4. Maturation
suatu usaha penanaman pada sebidang lahan dengan mengatur pola pertanaman(cropping pattern) yang berinteraksi dengan sumber daya lahan serta teknologi budidaya tanaman yang dilakukan.
Cropping system Physical condition Human factor Character of production Climate (Light,Rainfall temperature)
Soil (fertility,slope)
Sosial (culture,religi ous)
Economics(price & market)
- Susunan tata letak dan tata urutan tanam,pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk didalamnya pengolahan tanah dan bera.
Political consideration Subsistence commercial CROPPING SYSTEMS IN DIFFERENT LIFE ZONES (1) Life zones Dominant Annual crops
Potato plant have 4 growth stages Stage 1. Vegetative growth Stage 2. Tuber initiation
POLA PERTANAMAN/CROPPING PATTERN
CROPPING SYSTEMS IN DIFFERENT LIFE ZONES (2)
4.Temperate moist forest (low montane) (1000-2000 m altitude, long dry season,1500 mm rain) paddy rice,dashien,taro,cowpea,string bean paddy and upland rice, cassava, sweet potato,common bean,string bean,peanut corn,sorghum,cassava,sweet potato,common bean, peanut, soybean corn,milet,wheat,barley,white potato,common bean,broad bean,chick pea
Life zones Dominant Annual crops
5.Temperate dry forest (low montane) (semiarid,500-1000 mm rain)
6.Cool temperate dry to moist forest (Montane) (2000-3000 m altitude,long dry season,500-1000 mm rain) sorghum,milet,wheat,barley,white potato,broad bean,(sweet) pea wheat,barley,white potato,broad bean
3.Subtropical dry forest (Premontane)(500-1000 m altitude,long dry season, 1000-1500 mm rain)
2.Subtropical humid forest (Premontane)(500-1000 m altitude,short dry season, 1500-2000 mm rain)
1.Tropical rain forest ( 0-500 m altitude,no defined dry season, 1500-3000 mm rain)
GEOGRAPHICAL DISTRIBUTION OF MAJOR SOILS AND LAND USE IN EAST JAVA BENTUK POLA TANAM Geographic Land Use
POLA TANAM TUNGGAL/MONOCROPPED/
1.Soil type : Inceptisol/Andosol forest,horticulture
MONOCUL TURE
(7%) , Altitude : > 1300 msl
2.Soil type : Inceptisol/Latosol palawija based cropping Penanaman satu jenis tanaman secara terus (13%), Altitude : 1000-1300 msl systems,horticultura
menerus pada sebidang lahan.
3.Soil type : Entisol/Regosol forest and palawija based cropping
POLA TANAM GANDA/MULTIPLE CROPPING
(20%), Altitude : 700 -1000 msl system
4.Soil type : Alfisol/Mediteran palawija based cropping systems Penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada Altitude : 400-700 msl
sebidang lahan pada satu tahun tanam
5.Soil type : Vertisol/Grumosol rice based cropping systems Altitude : < 400 msl
6.Soil type : Entisol/Alluvial rice based cropping systems Altitude : < 400 msl
Cropping systems Monocropped/ Multiple cropping monoculture
Sequantial croppping Intercropping Double Triple Quadruple cropping cropping cropping
Ratoon cropping Mixed Strip Row
Relay cropping intercropping intercropping intercropping
Alley cropping POLA TANAM GANDA/ MULTIPLE CROPPING Pola tanam beruntun/Sequantial cropping Pada sebidang lahan ditanam dua jenis tanaman atau lebih pada satu tahun tanam dengan cara jenis tanaman yang lain ditanam setelah jenis tanaman sebelumnya dipanen,demikian dilakukan secara beruntun.
Pola tanam tumpangsari/Intercropping Penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara bersama sama dalam sebidang lahan yang sama.
POLA TANAM BERUNTUN/ SEQUANTIAL CROPPING Double Cropping Dua jenis tanaman ditanam ditanam pada Sebidang lahan secara beruntun dalam satu tahun tanam Triple Cropping Tiga jenis tanaman ditanam pada sebidang lahan secara beruntun dalam satu tahun tanam Quadruple Cropping Empat jenis tanaman ditanam pada sebidang lahan secara beruntun dalam satu tahun tanam
RATOON CROPPING
Penanaman dilakukan dengan jalan pemangkasan secara kepras sampai dengan pangkal batang dan selanjutnya tunas tunas baru akan tumbuh kemudian dan dibiarkan tumbuh sampai panen berikutnya dan dapat diulang beberapa kali
TUMPANGSARI/
INTERCROPPING Pola tanam campuran/Mixed cropping Penanaman dua jenis tanaman secara bersama sama pada lahan yang sama tanpa adanya pengaturan jarak tanam maupun pengelolahan secara intensive.
Pola tanam berbaris/Row intercropping Penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara bersamaan,dimana terdapat satu baris tanaman lain yang teratur letak dan jaraknya diantara pertanaman yang ada
- Light max
- invariable environments---à instability yield
- Provide better soil (low erosion)
Alasan MC PHYSIO TECHNICAL REASONS
1.Better utilization of environmental factors
2.Greater yield stability in variable environments
3.Soil protection
SOSIO ECONOMIC REASONS
1.Magnitude of inputs and outputs
2.Regularity of food supply
Maninjau Foto: Kurniatun Hairiah Tabel. Kemungkinan jalinan beberapa sifat tanaman
no Sifat tanaman1 Sifat tanaman2 keuntungan 1. tinggi rendah Effektif dlm penggunaancahaya
2. Perakaran dalam dangkal Mengurangi persaingan unsur hara dlm tanah
3. Umur dalam Pendek/genjah Memperpendek persaingan 4. leguminosae Non leguminosae Membatasi persaingan unsur N
5. Geometrik erek horizontal Effektif dalam penggunaan cahaya
6. Fase linier cepat lambat Menghindari persaingan saat fase linier
7 C
3 C
4 Effektif penggunaan
cahaya,air dan hara
Maximum Incidence of Cassava Rust (Uromyces Manihotis)
Cropping systems Max.incidence (%) cassava 67,7 Cassava/sweet potato 60,0 Cassava/maize 52,6 Cassava/bean 56,6 Cassava/maize/bean 47,2
Average Incidence of Cassava Bacterial Blight (Xanthomonas manihotis)
Cropping systems Av.Incidence (%) cassava 20,3 Cassava/maize 16,9 Cassava/melon 18,9 Cassava/maize/melon 14,1
Pola tanam beralur/Strip Intercropping Penanaman dua tanaman atau lebih secara bersamaan dimana terdapat lebih dari satu barisan tanaman yang teratur letak dan jaraknya diantara tanaman yang ada.
Pola tanaman sisipan/Relay Intercropping Penanaman dua jenis tanaman atau lebih Dimana tanaman kedua ditanam pada saat tanaman pertama telah memasuki periode pertumbuhan generative,atau beberapa saat tanaman pertama sebelum dipanen. POLA TANAM BERLORONG/ BUDIDAYA LORONG/ALLEY CROPPING
- Merupakan kombinasi Row Intercropping dan Strip Intercropping - Tanaman leguminosae ditanam secara berbaris (row) dan tanaman semusim ditanam secara beralur (strip)
- Pada pola tanam ini tanaman semusim ditanam diantara barisan tanaman leguminosae yang berbentuk pohon atau tegakan.
- Tanaman leguminosae tsb secara periodik dipangkas untuk mengurangi naungan yang sekaligus dapat digunakan untuk mulsa atau pakan ternak,sedang rantingnya untuk kayu bakar
Peltophorum Gliricidia 4 m
BIOLOGICAL EFFICIENCY/LAND EQUIVALENT RATIO
- The advantage or disadvantage in terms of biological production of intercropping as compared a single culture(maximum production criterion)
- The efficiency or inefficiency of one system as compared to another one with regard to land use(least area criterion)
- The advantage or disadvantage of one combination of crops over another one(crop combination comparison)
Flemingia congesta Foto: F Agus
It is useful to express and evaluate:
LER Equation LER : Lx + Ly = Ax + Ay Px Py * Ax : Association Px : Pure Stand
ATER n t M YI ∑ = i . i i=1 t
I YM i tM : Growing period of crop i in monoculture t I : Total time of intercropping system
Y
I i : Yield of Crop i in intercropping
Y
M i : Yield of Crop i in monocultureMASA TANAM PERCOBAAN TUMPANGSARI UBI KAYU DAN KACANG TANAH
SEP OKT NOP DES JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL
AG
UBI KAYU TUNGGAL (Produksi 18.9 ton/ha) K.TANAH TUNGGAL (Prod. 2.2 ton/ha) UBI KAYU TUMPANGSARI
(Produksi 17,9 ton/ha) K.TANAH TUMPANGSARI (Prod.2.0 ton/ha)