BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung M

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar

  1. Pengertian Manajemen dan Manajemen Keperawatan

  Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan POAC (planning, organizing, actuating, controlling) terhadap staf, sarana, dan Nursalam, 2007).

  Muninjaya (2004) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

  Swansburg (2000) menyatakan bahwa, manajemen keperawatan berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

  

(controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen

keperawatan dan dari sub unit departemen.

  2. Fungsi Manajemen Keperawatan

  Henry Fayol (1949 dalam Robins & Coulter, 2007) merupakan salah satu ahli yang pertama kalinya mengusulkan bahwa semua manajer melaksanakan empat fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian

  

(organizing) , mengarahkan (coordinating or directing), dan pengendalian

(controlling) . Henry Fayol juga menyakini bahwa fungsi-fungsi ini mencerminkan

  inti dari proses manajemen secara akurat.

  Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian

  

(controlling) . Bab ini akan membahas dan menjelaskan fungsi manajemen

  menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Perencanaan (Planning)

  Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif. Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. b.

  Pengorganisasian (Organizing) Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins & Coulter, 2007).

  c.

  Pengaturan staf (Staffing) Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu (Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan banyak perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel (Swansburg, 2000). d.

  Kepemimpinan (Leading) Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya kepemimpinan situasi kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk merangsang motivasi dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi, autonomi, membuat keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000). yang mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan. Fungsi kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter (2007) adalah fungsi yang memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari berbagai cara untuk menyelesaikan masalah perilaku stafnya.

  e.

  Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling) Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

  Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.

  Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

  a.

  Standar I : Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : 1)

  Pengumpulan data, kriteria: menggunakan format yang baku, sistematis, diisi sesuai item yang tersedia, aktual, dan valid 2)

  Pengelompokan data, kriteria: data biologis, data psikologis, data sosial, dan data spiritual

  3) Perumusan masalah, kriteria: kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan serta perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan b.

  Standar II: Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien.

  Kriteria : diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, masalah dan penyebab (PE), bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh perawat.

  c. Standar III: Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

  Komponen perencanaan keperawatan meliputi: 1)

  Prioritas masalah, kriteria: masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama, masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

  2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: spesifik, bisa diukur, bisa dicapai, realistik, ada batas waktu.

  3) Rencana tindakan, kriteria: disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/ keluarga, menentukan alternatif tindakan yang tepat, mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti.

  d. Standar IV: Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria: dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, menyangkut keadaan bio-psiko- sosio spiritual pasien, menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/ keluarga, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, menggunakan sumber daya yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan, melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

  e. Standar V: Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan serta dilakukan sesuai dengan standar.

  f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan segera setelah tindakan yang baku, sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/ paraf/ nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, menggunakan formulir yang baku, disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

  Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995).

  a. Metode Kasus Metode ini disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian

  

shift , metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan

keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

  b. Metode Fungsional Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

  Kepala Ruangan Perawat: Perawat: Perawat: Perawat: Merawat luka Merawat luka

  Pengobatan Injeksi Pasien/ klien Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawat Fungsional c. Metode Tim Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih belajar (Nursalam, 2007).

  Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan.

  Kepala Ruangan Ketua Tim Ketua Tim

  Ketua Tim Staf Staf

  Staf Pasien/ Klien Pasien/ Klien

  Pasien/ Klien

  Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim

  d. Keperawatan Primer selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

  Dokter Kepala Sarana / Perawat

  PP sore PP malam PP pagi

  Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing

  e. Sistem Manejemen Kasus Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti : 1)

  Dengan dokter dan pasien tertentu 2)

  Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit 3)

  Dengan mengadakan diagnosa Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.

  Kepala Ruangan Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

  Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

  Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus

  f. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan. Lima

  Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional : nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP), hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, sistem kompetensi dan penghargaan.

B. Analisa Ruang Rawat

1. Pengkajian

  Pengkajian sistem manajemen di Ruang Anyelir (Obstetri & Ginekologi) dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 14 - 15 Juni 2012 melakukan wawancara terhadap Ka. Poliklinik, Karu VK, Karu Rawat Inap dan beberapa pegawai serta melakukan observasi yaitu observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan kebidanan/ keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja dan komunikasi antara pegawai dalam memberikan asuhan keperawatan/ kebidanan. Tanggal 13 Juni 2012 dilakukan penyebaran kuesioner yaitu kuesioner tentang perilaku pemimpin yang diberikan kepada 5 orang bidan pelaksana, kepuasan kerja perawat yang diberikan kepada 7 bidan, dan kepuasan pasien yang diberikan kepada 5 orang pasien rawat inap. Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan analisa data. Gambaran hasil analisa situasi Ruang Anyelir dideskripsikan sebagai berikut:

  a. Man terdiri dari 1 orang Ka. Poliklinik dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu VK dengan pendidikan DIII Kebidanan, 1 orang Karu Rawat Inap dengan pendidikan DIII Kebidanan, dan 11 perawat pelaksana yang keseluruhannya berpendidikan DIII Kebidanan.

  Proses perekrutan tenaga perawat secara umum di RS. G.L Tobing melalui ujian yang dilakukan oleh direksi. Pegawai yang diterima, diorientasikan selama 3 bulan yang kinerjanya dinilai oleh Karu disampaikan kepada Kepala Divisi Keperawatan. Dari hasil orientasi tersebut akan diputuskan penempatan yang tepat untuk setiap pegawai..

  1) Jumlah Tenaga Kerja di Ruang Anyelir

  Tabel 1. Jumlah tenaga kerja

  No. Jabatan Pendidikan Jumlah

  1. Kepala Poliklinik DIII Kebidanan 1 orang

  2. Karu VK DIII Kebidanan 1 orang

  3. Karu Rawat Inap DIII Kebidanan 1 orang

  4. Pelaksana DIII Kebidanan 11 orang 14 orang Total

  Di Ruang Anyelir juga terdapat 1 orang tenaga non keperawatan yang membantu proses administrasi ruangan.

  2) Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat

  Berdasarkan data rekapitulasi jumlah pasien bulan Juni 2012, rata-rata pasien setiap harinya adalah 4 orang dengan tingkat ketergantungan pasien secara keseluruhan adalah minimal (Kepala Ruangan ruang Anyelir, 2012). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan perawat di ruangan Anyelir adalah sebagai berikut:

  Tempat tidur pasien : 4 x 100 % = 40 %

  10

  (Douglas, Lovevidge dan cunning)

  Menurut Douglas, Lovevidge dan cunnings Klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Data pengkajian tanggal 09 Januari 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga pada Tabel.3 Tabel.2 Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga

  Tingkat ketergantungan Jumlah kebutuhan Tenaga Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam ketergantungan pasien

  Minimal 4 4 x 0,17 = 0,68 4 x 0,14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28

  • Partial
  • Total Jumlah

  4 8,15 = 8 orang 0,56 = 1 orang 0,28 = 1 orang Shift pagi : 1 orang Shift siang : 1 orang Shift malam : 1 orang Faktor libur dan cuti = 25% x 4 = 1= 1 perawat Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan ketergantungan pasien adalah: P + S + M + L+ 1 Karu = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 perawat

  Tabel 3. Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di Anyelir berdasarkan kategori

  No Kategori Rata-rata jumlah Rata-rata jam Total pasien/hari perawatan/hari perawatan/hari

  1. Askep minimal

  4

  2

  8

  2. Askep sedang - - -

  3. Askep agak berat

  4. Askep maksimal

  4

  8

  a) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah:

  Jumlah total perawatan = 8 = 1,14 Jam efektif perawat 7

  b) Jumlah hari libur (loss day):

  Jumlah hari minggu/tahun + cuti + hari besar x jumlah perawat Jumlah hari kerja efektif

   52+7+14 x 1,14 = 0,29 = 0,3 286 c) Pekerjaan Non Keperawatan:

  Jumlah perawat yang dibutuhkan + jumlah hari libur x 25 % 1,14 + 0,3 x 0,25 = 0,36

  d) Jumlah kebutuhan perawat:

  Jumlah perawat yang dibutuhkan + Jumlah hari libur + Pekerjaan non keperawatan 1,14 + 0,3 + 0,36 = 2,1

  Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat inap Anyelir Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan menurut rumus

  Douglas bahwa perawat yang dibutuhkan sebanyak 5 orang, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah perawat di ruangan Anyelir didapat kelebihan tenaga sebanyak 9 orang. Sedangkan menurut Depkes, dibutuhkan sebanyak 3 orang perawat sehingga kelebihan tenaga sebanyak 11 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan menyatakan bahwa selama ini perawat melakukan tugas di luar nursing job seperti administrasi ruangan dilakukan oleh perawat.

  Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat/bidan untuk meningkatkan pendidikannya, dimana perawat/ bidan yang ingin melanjutkan pendidikan terlebih dahulu membuat permohonan izin kuliah kepada kepala divisi keperawatan kemudian kepala divisi keperawatan akan menyampaikannya kepada kepala divisi SDM RS yang akan diteruskan kepada kepala RS. Setelah disetujui oleh kepela RS, maka kepela divisi keperawatan akan mengeluarkan jadwal tugas agar tidak mengganggu perkuliahan perawat/bidan yang melanjutkan pendidikannya. Saat ini tidak ada bidan/perawat di ruang anyelir yang sedang mengikuti pendidikan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa minat bidan di Ruang Anyelir untuk melanjutkan pendidikannya kurang karena faktor biaya dimana rumah sakit tidak menanggung biaya pendidikan pegawai dan sumber dananya merupakan biaya pribadi. Rumah sakit memberi kesempatan pada tenaga perawat/bidan untuk mengikuti pelatihan dimana pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan di ruang Anyelir adalah sebanyak 1 kali yaitu pelatihan

  Ruang Anyelir tidak memiliki jadwal pertemuan secara teratur. Masalah- masalah yang terjadi dan informasi-informasi baru yang harus disosialisasikan dilakukan dalam pertemuan yang tidak terjadwal tergantung dari kebutuhan. Masalah yang terjadi akan diselesaikan terlebih dahulu oleh kepala ruangan dan apabila tidak terselesaikan makan akan diselesaikan oleh kepala divisi keperawatan. Kepala poliklinik mengatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi selalu bisa diatasi dengan baik.

  Kepala Poliklinik/ruangan memberi teguran kepada perawat yang lalai, malas atau memiliki kinerja yang buruk. Teguran secara lisan diberikan sebanyak 3 kali, apabila tenaga perawat yang mendapat teguran tidak dapat melakukan perbaikan, maka diberikan punishment berupa laporan Kepala poliklinik/ruangan kepada Divisi Keperawatan. Kepala Poliklinik mengatakan bahwa semua anggotanya selalu menanggapi teguran-teguran yang diberikan dengan baik. Hasil kuesioner kepuasan kerja perawat yang dibagikan kepada 8 orang bidan di ruang Anyelir didapatkan data bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perlakuan atasan selama bekerja, 75 % menyatakan cukup puas, dan 12,5 % menyatakan puas.

  Dari hasil pengolahan kuesioner kepuasan pasien yang dibagikan kepada 5 orang pasien inap di Ruang Anyelir menyatakan 100% pasien rawat inap puas dengan pelayanan di Ruang Anyelir 3)

  Kolaborasi dan Koordinasi Kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain yaitu dokter cukup keputusan ataupun tindakan kepada pasien terutama jika pasien perlu melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.

  b. Metode Ruang Anyelir memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat umum, memiliki dasar dan perkembangan yang utama yaitu visi, misi, tujuan dan motto

  RS G.L Tobing Tanjung Morawa yang telah dijadikan standar. Berikut adalah Visi dan Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa :

  Visi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

  ”Menjadi rumah sakit rujukan yang mandiri, unggulan, dan berdaya saing”

  Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

  1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna khususnya terhadap karyawan PT. Perkebunan Nusantara-II (persero) dan keluarganya.

  2) Melaksanakan manajemen rumah sakit secara profesional

  3) Membangun kepercayaan pelanggan melalui sumber daya manusia yang profesional, berkualitas, dan berbudaya kerja prima

  4) Memberikan konstribusi yang optimal bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar

  5) Menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan serta menciptakan nilai tambah

  Tujuan RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

  “ Menjadikan Rumah Sakit Perkebunan-II sebagai pilihan utama

  Motto RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

  ”Kami Peduli Kesehatan Anda” Sedangkan misi, falsafah, motto dan tujuan bidang keperawatan RS dr.

  G. L. Tobing adalah :

  Misi RS G.L Tobing Tanjung Morawa:

  1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit melalui pelayanan keperawatan dan kebidanan yang berkualitas.

  2) Mengembangkan SDM keperawatan dan kebidanan melalui pendidikan berkelanjutan untuk melaksanakan keperawatan dan kebidanan yang profesional.

  Falsafah Keperawatan :

  “Memberikan pelayanan terpadu secara profesional kepada pasien dan keluarga dengan cinta kasih untuk meningkatkan mutu kesehatan”

  Motto Keperawatan :

  “RSGLT “ : Ramah Senyum Gigih Lues Terampil

  Tujuan Umum:

  1) Memberikan pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

  Memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan pasien berdasarkan standar profesi keperawatan/ standar asuhan keperawatan (SAK), standar etika keperawatan, standar komunikasi terapeutik, standar prosedur operasional (SPO).

  3) Menciptakan lingkungan kerja yang kondusifdalam meningkatkan produktivitas kerja.

  4) Meminimalkan infeksi nosokomial. 5)

  Memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

  Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan (SAK) yang menjadi dasar pemberian asuhan kebidanan tetapi sudah memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO). Adapun tujuan khusus pelayanan keperwatan ruang Anyelir adalah :

  1) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi 24 jam pertama. 2)

  Melibatkan keluarga dalam proses persalinan untuk meminimalkan rasa sakit.

  3) Meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi melalui IMD dan Rooming In.

  4) Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang menyusui, memandikan, pemberian nutrisi, imunisasi, dan personal hygiene

  (membersihkan tali pusat). Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang senam hamil.

  6) Meminimalkan hari rata-rata rawat 1-2 hari.

  Berdasarkan hasil observasi, bidan belum optimal menjalankan SAK, SOP, serta pendokumentasian asuhan kebidanan pada setiap pasien. Ruangan juga memiliki buku dokumentasi tindakan yang diberikan kepada pasien.

  Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga hanya dilakukan oleh bidan saat memberikan tindakan medis kepada pasien. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan tanpa media tetapi hanya berupa pemberian informasi dan diskusi.

  Hasil observasi penulis selama praktek di Ruang Anyelir bahwa mahasiswa juga jarang melakukan pendidikan kesehatan karena kurangnya penekanan dari perawat ruangan kepada mahasiswa untuk melakukan pendidikan kesehatan dan kesadaran mahasiswa itu sendiri akan manfaat pendidikan kesehatan kepada pasien.

  Pelayanan kesehatan di ruang Anyelir dilakukan oleh bidan dan dokter melakukan visite sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditentukan.

  Pengisian buku status kesehatan pasien seperti asuhan keperawatan dilakukan bidan di ruang Anyelir. Berdasarkan observasi yang dilakukan, bidan selalu mendampingi mahasiswa praktik saat melakukan tindakan keperawatan/ kebidanan kepada pasien.

  Metode asuhan kebidanan di Ruang Anyelir menggunakan metode Fungsional. Ruang Anyelir terdiri atas beberapa penanggung jawab (PJ) dan tiap wawancara diperoleh bahwa pelaksanaan metode fungsional ini belum dilakukan dengan baik karena bidan di Ruang Anyelir melakukan tugas rangkap juga sebagai perawat. Selanjutnya, hasil pengkajian melalui wawancara dengan Kapoli didapatkan bahwa sistem pendelegasian tugas keperawatan di Ruang Anyelir belum jelas karena belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis yang dibuat oleh RS dr. G. L. Tobing. Dalam penerapannya, pendelegasian tugas dilakukan secara tertulis yaitu pendelegasian tugas yang dilakukan kepala ruangan dan kepela poliklinik kepada perawat pelaksana secara langsug.

  Supervisi biasanya dilakukan oleh Kepala Bidang Keperawatan RS dr.

  G. L. Tobing dengan waktu yang tidak ditetapkan. Supervisi dilakukan secara nonformal selama pelayanan. Kepala ruangan maupun poliklinik tidak pernah melakukan supervisi untuk menilai kinerja perawat.

  Pengelolaan peralatan dilakukan bidan yang bertanggung jawab dalam mengelola peralatan (inventaris). Biasanya pengecekan alat-alat medis dilakukan setiap pergantian shift. Tetapi pemeriksaan kondisi peralatan dan keadaan ruangan secara keseluruhan tidak dilakukan secara teratur.

  c. Money Ruang Anyelir memiliki sistem keuangan yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

  Tenaga perawat memperoleh gaji sesuai dengan golongan/ jabatan masing-masing di ruangan. Sistem pembayaran pasien juga dikelola langsung oleh bagian keuangan rumah sakit dan jenis pembayaran tergantung pada jaminan yang

  d. Material Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan Anyelir dilakukan secara periodik misalnya 6 bulan sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis pakai seperti jelly dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan alat di Ruang Anyelir sebagai berikut : 1)

  Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh RS. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap seminggu sekali.

  Pencucian alat tenun dilakukan secara sentrallisasi di ruang laundry, ruang Anyelir hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik yaitu disimpan dalam lemari.

  2) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang.

  3) Sudah terdapat pemisahan dalam penggunaan tempat sampah, baik tempat sampah benda tajam, tempat sampah infeksi dan non infeksi.

2. Analisa Situasi

  a. Man

  Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)

   Ruang Anyelir RS dr. dalam melakukan pendidikan praktek di ruang anylir rata- pelayanan dengan rumah sakit

     mutu

  Seluruh tenaga bidan di Pegawai kurang optimal Adanya mahasiswa yang Adanya persaingan

  G. L. Tobing kesehatan kepada pasien. rata 2-4 orang per minggu. lain sehingga harus

   merupakan lulusan D3 meningkatkan mutu pelayanan.

  Belum memiliki SAK. kesempatan kepada pegawai-  Kebidanan. Belum menjalankan SPO RS G.L. Tobing merupakan

   RS. G.L Tobing memberi

    secara optimal. pegawai yang berkeinginan rumah sakit tipe C. Semua perawat/bidan

    Ruang Anyelir melanjutkan pendidikan.

  Pendidikan kapoli/karu yang Era globalisasi yang menuntut memiliki pengalaman tidak mencapai standar adanya pelayanan keperawatan/ kerja yang cukup lama keprofesionalan seorang kebidanan yang berkualitas dan (> 23 tahun). karu/kapoli. bermutu.   Dari hasil kuesioner Tidak adanya beasiswa untuk didapat data bahwa melanjutkan pendidikan ke (100%) perawat/bidan jenjang lebih tinggi. menyatakan cukup puas dengan pekerjaanya.

   kepuasan pasien diperoleh data bahwa (100%) pasien merasa cukup puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat/bidan.

  Dari hasil kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

   waktu kerja yakni 3 shift (pagi, siang dan malam).

  Adanya pembagian

   pasien saat visite dokter.

  Pegawai mendampingi

   menyatakan puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat/bidan di ruang Anyelir.

  Sebanyak 100 % pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  b. Metode

  Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)

   Ruang Anyelir sudah memiliki struktur organisasi yang jelas.

   Ruang Anyelir memilik Standar Prosedur Operasional (SPO).

   Adanya ketetapan jadwal buka-tutup dan sudah terlaksana dengan baik

   Setiap ada konflik langsung diselesaikan bersama-sama

   Dari hasi kuesioner yang dibagikan, didapat bahwa 12,5 % menyatakan tidak puas dengan perilaku pemimpin, 75 % cukup puas, dan 12,5 % puas.

   Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

   Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum memiliki sistem pendelegasian tugas secara tertulis).

   Tidak ada jadwal pertemuan rutin pegawai di ruang Anyelir  Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan.

   Dokumentasi Asuhan kebidanan belum optimal dilaksanakan

   RS GL. Tobing memberikan pelayanan pada pasien Jamsostek, Jamkesmas, dan umum.

   Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih profesional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  c. Money

  Kekuatan (Stenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Ihreatened)

      Ruangan (Ruang Sistem pembayaran gaji Adanya bantuan/jaminan Rumah sakit lain yang

  Anyelir) memiliki pegawai yang masih pembayaran bagi masyarakat mempunyai donatur/yayasan sistem budgeting yang manual. miskin melalui JAMKESMAS untuk meningkatkan kebutuhan diatur langsung oleh (jaminan kesehatan rumah sakit dengan dana yang direktorat Rumah Sakit msyarakat), Jamsostek tinggi. baik untuk pelayanan (Jaminan Sosial dan Tenaga maupun untuk Kerja),

   penggajian pegawai RS GL Tobing memberikan ruangan. tunjangan seperti tunjangan

  Tunjangan diberikan

   kontrakan rumah, tunjangan sesuai dengan peraturan transportasi, tunjangan jabatan. yang sudah ditetapkan oleh RS GL. Tobing Sistem pembayaran

   biaya pelayanan kesehatan di bagian keuangan RS GL Tobing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  d. Material

  Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness) Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threatened)

   dilakukan setiap saat medis setiap hari namun, anggaran dari PTPN 2 yang mempunyai fasilitas yang lebih setelah alat dipakai belum ada memasok dan mensubsidi lengkap. ataupun pasien keluar pendokumentasian data peralatan di rumah sakit. dari ruangan yaitu setiap hari.

     Perawatan alat-alat Adanya operan alat-alat Adanya kebutuhan dana/ Rumah sakit lain yang

   dengan dibersihkan dan dirapikan. penanggungjawab terhadap

  Tidak adanya

   R R u u a a n n g g A A n n y y e e l l i i r r peralatan yang rusak di

  m e m i l i k i 1 b e d . Ruang Anyelir.

  m e m i l i k i 1 b e d .

    R u a n g a n s u d a h

  R u a n g a n s u d a h

  Adanya keterbatasan alat- m e m i l i k i p e m b u a n g a n alat medis

  m e m i l i k i p e m b u a n g a n

   s s a a m m p p a a h h m m e e d d i i s s d d a a n n n n o o n n Belum adanya label nama

  m m e e d d i i s s . . tempat sampah medis dan  R u a n g a n m e m i l i k i non-medis, benda tajam. R u a n g a n m e m i l i k i

  s a r a n a k o m u n i k a s i

  s a r a n a k o m u n i k a s i

  t i d a k l a n g s u n g s e p e r t i

  t i d a k l a n g s u n g s e p e r t i

  p p a a p p a a n n p p e e n n g g u u m m u u m m a a n n y y a a n n g g d d a a p p a a t t d i m a n f a a t k a n .

  d i m a n f a a t k a n .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Rumusan Masalah a.

  Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.

  b.

  Belum optimal supervisi terhadap pelaksanaan SAK dan SPO.

  c.

  Pendidikan kapoli/karu yang tidak mencapai standar keprofesionalan seorang karu/kapoli.

  d.

  Tidak adanya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

  e.

  Ruang Anyelir belum memiliki Standar Asuhan Kebidanan yang jelas.

  f. Ruang Anyelir belum memiliki alur pendelegasian tugas yang jelas (belum adanya sistem pendelegasian secara tertulis).

  g.

  Belum adanya penanggung jawab asuhan kebidanan.

  h.

  Belum ada jadwal pertemuan rutin pegawai Ruang Anyelir. i. Supervisi hanya dilakukan oleh kepala bidang keperawatan dengan waktu yang tidak ditentukan. j. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. k.

  Sistem pembayaran gaji pegawai yang masih manual. l. Adanya operan alat-alat medis setiap hari namun, belum ada pendokumentasian data setiap hari. m.

  Tidak adanya penanggungjawab terhadap peralatan yang rusak di ruang Anyelir. n.

  Adanya keterbatasan alat-alat medis. o.

  Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis, benda tajam.

  4. Rencana Penyelesaian Masalah

  Berdasarkan perumusan masalah yang diperoleh, mahasiswa profesi

  

Ners Fakultas Keperawatan USU hanya dapat membuat intervensi dari beberapa

  rumusan masalah yang diperoleh karena adanya keterbatasan yang dihadapi oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU. Adapun beberapa intervensi a. Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.

  Intervensi yang akan dilakukan : 1)

  Pengusulan kepada kepala ruangan untuk melakukan promosi kesehatan secara terjadwal sesuai kebutuhan pasien.

  2) Penyediaan beberapa topik leaflet. 3) Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station. 4) Pengadaan poster berdasarkan kasus terbanyak yang ada di ruang Anyelir. 5)

  Role model melalui pemberian pendidikan kesehatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.

  b. Dokumentasi asuhan keperawatan belum optimal dilaksanakan. Intervensi yang akan dilakukan : 1)

  Pengajuan format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist kepada kepala bidang keperawatan RS G. L. Tobing.

  2) Sosialisasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist dan aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawat/bidan di ruang Anyelir RS G. L. Tobing.

  3) Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU.

  c. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis dan non medis, benda tajam.

  1) Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

2) Penempelan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

  No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Waktu Penanggung Jawab

  1. Pegawai kurang Meningkatkan

  25 Juni 2012   Pengusulan kepada kepala ruangan Riskina Syahputri optimal dalam pengetahuan pasien yang untuk melakukan promosi kesehatan

  Nasution, S. Kep melakukan berhubungan dengan secara terjadwal sesuai kebutuhan Wahyu Ningsih

   pendidikan penyakit pasien dan yang pasien.

  Lase, S. Kep  kesehatan sesuai dengan Penyediaan beberapa topik leaflet.

   kepada pasien kebutuhannya Penyediaan tempat leaflet yang akan diletakkan di meja nurse station.

   terbanyak yang ada di ruang Anyelir.

  Pengadaan poster berdasarkan kasus

   pendidikan kesehatan oleh mahasiswa profesi Ners Fakultas Keperawatan USU

  Role model melalui pemberian

   2. Dokumentasi Melengkapi dokumentasi

  28 Juni 2012 Erwina Irwan, S.Kep Pengajuan format dokumentasi

  Asuhan asuhan keperawatan yang asuhan keperawatan kepada kepala kebidanan belum ada di ruang Anyelir bidang keperawatan RS G. L. optimal Tobing. dilaksanakan

   asuhan keperawatan sistem checklist dan aplikasi format dokumentasi asuhan keperawatan sistem checklist tersebut melalui sebuah kasus kepada kepala divis keperawatan dan perawat/bidan di ruang Anyelir RS G. L. Tobing.

  Sosialisasi format dokumentasi

   UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  Pendokumentasian asuhan keperawatan oleh mahasiswa profesi

  

Ners Fakultas Keperawatan USU

  3. Belum adanya pelabelan nama di setiap tempat sampah medis, non medis, dan benda tajam.

  Untuk mengetahui secara jelas nama tempat sampah medis dan non-medis serta menghindari terjadinya pencampuran sampah medis dan non-medis.

   Pengusulan pembuatan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

   Penempelan label nama sampah medis, non-medis, dan benda tajam.

  26 Juni 2012 Septian M.

  Sebayang, S.Kep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Implementasi

  Berdasarkan data pengkajian dan perumusan masalah yang telah didapat, maka dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu: a.

  21 Juni 2012 dilakukan sosialisasi mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan di Ruang Anyelir. Kegiatan ini diikuti oleh kepala bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir.

  b.

  25 Juni 2012 diusulkan beberapa leaflet dan poster yang akan dijadikan media pendidikan kesehatan di Ruang Anyelir.

  26 Juni 2012 telah dilakukan penempelan label tempat sampah di Ruang Anyelir yang terdiri dari sampah medis, sampah non medis, benda tajam, dan botol d.

  28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan

  Nic Noc dengan metode checklist e.

  02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan poster, leaflet serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station.

6. Evaluasi a.

  Pada tanggal 21 Juni 2012, pukul 11.00 WIB, sosialisasi rencana kegiatan dilakukan dalam ruang nurse station yang diikuti oleh kepala bidang keperawatan RS dr. G. L. Tobing dan pegawai di Ruang Anyelir. Kegiatan berjalan dengan lancer dan rencana kegiatan yang akan dilakukan disetujui oleh kepala bidang keperawatan dan seluruh pegawai di Ruang Anyelir.

  b.

  Pada tanggal 25 Juni telah diusulkan beberapa jenis poster dan leaflet. Saat dikonsulkan, kepala bidang keperawatan memberikan beberapa saran mengenai penyajian media pendidikan kesehatan tersebut seperti perbaikan istilah dan beberapa gambar.

  c.

  Pada tanggal 26 Juni 2012 dilakukan pelabelan tempat sampah sehingga sampah di ruangan tidak tercampur

  28 Juni 2012 diusulkan materi mengenai pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai dan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan

  Nic Noc dengan metode checklist. Format tersebut mendapat beberapa revisi mengenai istilah dalam format pengkajian agar lebih disederhanakan.

  e.

  02 Juli 2012 dilakukan pengenalan format pengkajian dan asuhan keperawatan berdasarkan Nic Noc dengan metode checklist, sosialisasi pentingnya pendidikan kesehatan bagi pegawai, dan penyerahan dua buah poster yang berjudul ASI Eksklusif dan Perdarahan Uterus Disfungsional, lima buah jenis leaflet yang berjudul ASI Eksklusif, Gizi Ibu Menyusui, Perawatan Payudara, Perdarahan Uterus Disfungsional, dan Myoma Uteri, serta tempat leaflet yang akan diletakkan di nurse station. Saat dilakukan pengenalan format tersebut, terdapat beberapa pertanyaan mengenai istilah, cara pengisian, dan lain-lain. Pegawai aktif bertanya dan berdiskusi dalam kegiatan ini

C. Pembahasan

1. Manajemen Ruangan Ruang Anyelir merupakan suatu ruangan dengan sistem fungsional.

  Menurut Kozier Erb (1990 dikutip dari Priharjo R, 1995), sistem fungsional memiliki sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Berdasarkan hasil pengkajian, Ruang Anyelir memiliki beberapa masalah yaitu pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, dokumentasi nama di setiap tempat sampah medis, non medis, benda tajam, dan botol infus.

  a.

  Pegawai kurang optimal dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien.

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

7 128 195

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

7 84 165

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Integumen : Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 54

BAB 2 PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN D. Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat II di Ruangan Melati IRumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi

0 0 36

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal :Konstipasi di Ruang Rindu B3 Bedah Orthopaedi RSUP HAM Medan

0 1 51

1. Identitas pasien - Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

1 2 100

2. Fungsi Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien Post Persalinan Normal di Ruang Anyelir Rumah Sakit G.L. Tobing Tanjung Morawa

1 4 39

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Konsep Dasar Manajemen - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Telinga Hidung dan Tenggorokan : Nasopharing Carcinoma (NPC) di Ruang Rindu A5 RSUP Haji Adam Malik Med

0 0 76

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen Keperawatan - Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Serviks di Ruangan Rindu B1 Obgyn (Onkologi) RSUP H. Adam Malik Medan

0 2 53

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) di Ruangan Anyelir RS. dr. G. L. Tobing Tanjung Morawa

0 1 64